Doctor Anywhere Ramaikan Pangsa Pasar Healthtech di Indonesia

Setelah hadir di sejumlah negara Asia Tenggara, startup healthtech asal Singapura Doctor Anywhere (DA) akan segera masuk ke Indonesia. Beberapa waktu lalu, DA mengumumkan telah menunjuk Felix Ignatius Tanumihardja sebagai General Manager di Indonesia.

Felix akan bertanggung jawab untuk mendorong strategi go-to-market dan peluncuran produk DA di Indonesia. Kendati begitu, belum ada informasi lebih lanjut mengenai ekspansi DA ke Indonesia dalam waktu dekat. “I’m very excited to launch our business in Indonesia,” demikian disampaikan Felix dalam laman resmi DA di LinkedIn.

Sebagai informasi, Felix tercatat telah lama menjejakkan karier di industri digital dan teknologi. Sebelum ini, ia bekerja sebagai Regional General Manager Grab dan dipercaya untuk mengelola lini bisnis GrabFod dan GrabMart.

Ia juga pernah menjadi Area Manager di platform OTA Expedia Group, dan menghabiskan 12 tahun di bidang product management di sejumlah perusahaan teknologi besar, yakni Lenovo, Samsung, Dell, dan Hewlett-Packard (HP).

Ekspansi regional

Didirikan oleh Lim Wai Mun di 2016, Doctor Anywhere merupakan startup asal Singapura yang menyediakan sejumlah layanan kesehatan, mulai dari telekonsultasi, Covid-19, homecare, dan wellness (marketplace).

Berdasarkan data terakhir, DA telah beroperasi di Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Fillipina. DA juga telah membangun tech hub untuk regional yang berbasis di Bangalore (India) dan Ho Chi Minh City (Vietnam).

Adapun, rencana ekspansi DA lebih luas telah digaungkan Founder dan CEO Doctor Anywhere Lim Wai Mun pasca-perolehan pendanaan seri C sebesar $65,7 juta pada 2021. Ia berujar, DA punya misi untuk menjadi penyedia healthcare berbasis teknologi dan omnichannel terbesar di Asia Tenggara.

Sejak meluncur di 2017, DA mencatat pertumbuhan eksponensial dengan 1,5 juta pengguna di Asia Tenggara. Pandemi Covid-19 menjadi salah satu katalis terhadap pertumbuhan pesat layanan telekonsultasinya. Saat ini, DA telah bermitra dengan 2.800 dokter dan tenaga kesehatan di Asia Tenggara.

“Kami akan menggunakan pendanaan untuk meningkatkan kapabilitas digital kami dan kemampuan kami dalam menyediakan kualitas layanan healthcare secara seamless kepada pengguna kami di Asia Tenggara,” tambahnya.

Potensi healthtech

Indonesia termasuk salah satu pasar yang memiliki tantangan besar di sektor kesehatan, di antaranya karena faktor geografi, mahalnya biaya, hingga ketidakseimbangan rasio jumlah tenaga kesehatan dan kapasitas kamar dengan jumlah penduduk.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan di 2020, rasio dokter mencapai 03,8 per 1.000 populasi, sedangkan rasio tempat tidur RS berkisar 1,2 per 1.000 populasi di Indonesia.

Maka itu, layanan telekonsultasi dinilai memberikan kontribusi besar terhadap penanganan kesehatan masyarakat selama pandemi Covid-19. Telekonsultasi juga menjadi layanan healthtech yang paling tinggi adopsinya di Indonesia. Beberapa platform penyedia telekonsultasi di Indonesia di antaranya adalah Alodokter, Halodoc, dan KlikDokter.

Potensi adopsinya juga masih sejalan dengan meningkatnya penetrasi internet di Indonesia di luar kota-kota tier 1.  Mengacu e-Conomy SEA Report 2021, ada sebanyak 21 juta pengguna digital baru sejak awal pandemi hingga pertengahan 2021, di mana 72% di antaranya berasal dari kota non-metropolitan.

Adapun, Health Investor Asia memproyeksikan total spending kesehatan masyarakat di enam Asia Tenggara (Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Thailand) mencapai $740 miliar di 205 atau naik dari $420 miliar di 2017.

Application Information Will Show Up Here

Coinbase dan Crypto.com Siapkan Kehadiran di Indonesia

Platform aset kripto Coinbase dan Crypto.com tengah menyiapkan rencananya untuk hadir di pasar Indonesia. Kedua perusahaan tengah mencari direktur eksekutif untuk memimpin ekspansi dan operasional bisnisnya di sini. Seperti tertuang di laman LinkedIn masing-masing, Crypto.com tengah mencari Country Director dan Coinbase mencari General Manager di Indonesia.

Crypto.com sudah berdiri sejak 2016, saat ini melayani sekitar 10 juta pengguna global. Sementara Coinbase sudah didirikan sejak 2012 dan telah melantai di NASDAQ, saat ini layanan mereka memiliki 89 juta pengguna dari 100 negara di dunia.

Salah satu yang menjadi tugas dari eksekutif tersebut adalah untuk memastikan platform mendapat pertumbuhan dari pengguna dan transaksi yang dibubukan. Selain itu, dalam ketentuan yang disyaratkan, mereka juga akan bertanggungjawab memastikan operasional bisnis perusahaan mendapatkan perizinan dari regulator terkait — dalam hal ini dari Bappebti.

Kendati belum resmi di Indonesia, diketahui kedua platform telah memiliki pengguna di sini. Karena pada dasarnya layanan mereka memungkinkan transaksi aset kripto yang dilakukan pengguna global.

Sejatinya Coinbase sendiri juga sudah punya relasi bisnis di Indonesia. Pada Mei 2021 lalu, perusahaan turut berpartisipasi dalam pendanaan seri A platform kripto lokal Pintu bersama sejumlah investor lainnya.

Selain menyajikan platform jual-beli aset kripto, baik Coinbase ataupun Crypto.com juga memiliki layanan lain termasuk untuk segmen bisnis. Misalnya terkait dengan DeFi, platform crypto wallet, dan lain-lain.

Peminat aset kripto terus meningkat

Peminat aset kripto terus meningkat di Indonesia. Menurut data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan per Februari 2022, ada sekitar 12,4 juta investor kripto di tanah air. Hal ini tak lain dikarenakan ekosistem wealthtech yang banyak mengakomodasi dan memudahkan kebutuhan para investor.

Sejauh ini Bappebti juga telah merilis daftar 11 platform kripto yang ada dalam pengawasannya, sebagai berikut:

Entitas Perusahaan Platform Kunjungan Web* Peringkat App**
PT Indodax Nasional Indonesia Indodax 9 juta – 12,7 juta 82
PT Crypto Indonesia Berkat Tokocrypto 1,8 juta – 2,6 juta 100
PT Zipmex Exchange Indonesia Zipmex 2,9 juta – 5 juta 137
PT Indonesia Digital Exchange Idex n/a n/a (early access)
PT Pintu Kemana Saja Pintu 810 ribu – 1 juta 60
PT Luno Indonesia LTD Luno 1,2 juta – 1,7 juta 163
PT Cipta Koin Digital Koinku n/a n/a
PT Tiga Inti Utama Triv 241 ribu – 432 ribu n/a
PT Upbit Exchange Indonesia Upbit ID 52 ribu – 90 ribu n/a
PT Rekeningku Dotcom Indonesia Rekeningku 102 ribu – 362 ribu n/a
PT Triniti Investama Berkat Bitocto 17,9 ribu – 22,7 ribu n/a

*data statistik kunjungan di Similar Web Desember 2021 – Februari 2022; ** data statistik peringkat Playstore Indonesia di Appbrain per 6 April 2022

Kehadiran Coinbase dan Crypto.com tentu akan membuat persaingan antarplatform menjadi lebih menarik diperhatikan.

Hal lain yang perlu menjadi catatan, regulator di Indonesia akan segera mengenakan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan tarif final masing-masing sebesar 0,1 persen untuk setiap transaksi pembelian aset kripto. Aturan tersebut akan efektif berlaku pada 1 Mei 2022. Kebijakan ini dilandasi aset kripto di Indonesia diakui sebagai komoditas, bukan alat pembayaran.

***
Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

Bukalapak Rekrut Tim di Korea Selatan, Bantu Analisis Tren untuk Diadopsi

Bukalapak memperluas tim di Korea Selatan, dengan menunjuk Kim Juhee sebagai Country Manager. Kim dan timnya bertugas membantu analisis tren dan inovasi yang dapat diadopsi perusahaan ke depannya.

“Area utama kami adalah untuk mendukung pengembangan pasar di Asia Tenggara melalui akuisisi merek domestik dan kami berencana untuk menciptakan peluang bisnis baru melalui usaha patungan,” tulis Kim dalam unggahannya di LinkedIn. Kim memiliki latar belakang yang kuat di bidang teknologi, lewat perjalanan kariernya di sejumlah perusahaan, seperti NAVER, Oracle, dan Dell.

Mengutip dari DealStreetAsia, Bukalapak tidak memperluas bisnisnya ke Korea Selatan. Menurut Head of Media and Communication Bukalapak Fairuza Ahmad Iqbal, Kim mendapat mandat untuk mempelajari tren dan inovasi lokal untuk diadopsi di dalam perusahaan. “Pada dasarnya kami selalu memantau tren dan perkembangan industri teknologi di seluruh dunia sebagai panduan kami dalam mengembangkan semua layanan dan produk kami,” kata dia.

Langkah Bukalapak selaras dengan aksi korporasi yang sudah diumumkan sebelumnya dalam rangka memperluas bisnis di luar Mitra Bukalapak. Sebelumnya, perusahaan dan Sembrani Kiqani terlibat dalam putaran investasi di Yield Guild Games Southeast Asia (YGG SEA) sebesar $15 juta. YGG SEA merupakan organisasi otonom terdesentralisasi (DAO) di bawah naungan YGG, startup pengembang game berbasis blockchain asal Filipina.

Dalam rangka memperkuat tim teknologinya, pada awal tahun ini perusahaan membuka R&D Hub di Melbourne, Victoria. Kantor tersebut menjadi basis internasional pertama Bukalapak untuk pusat penelitian dan pengembangan, sekaligus menandai kerja sama bilateral antar kedua negara di sektor teknologi dan inovasi digital.

Pusat penelitian dan pengembangan tersebut diharapkan dapat memberi akses Bukalapak kepada kapabilitas dan pool of talent bidang teknologi dan inovasi digital yang dimiliki Victoria, sekaligus kesempatan kerja sama dengan berbagai universitas di sana.

Victoria dikenal sebagai salah satu pusat pengembangan teknologi dan inovasi digital di Australia. Pemerintah negara bagian tersebut mengalokasikan anggaran untuk mendorong pengembangan teknologi dan inovasi digital, termasuk melalui kerja sama internasional.

AlloFresh

Selanjutnya, masuk ke ranah online grocery bersama CT Corp dan Growtheum Capital Partners untuk mendirikan AlloFresh. Perusahaan patungan tersebut akan memanfaatkan 138 gerai beserta ekosistem lainnya yang dimiliki CT Corp untuk melayani pemesanan kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya konsumen akhir, para Mitra Bukalapak nantinya dapat memesan stok barang jualannya melalui platform tersebut, dengan lebih banyak pilihan hingga 150 ribu SKU.

President Director & CEO PT Trans Retail Indonesia Bouzeneth Benaouda mengatakan, menyediakan fasilitas belanja online dan offline untuk konsumen adalah kunci di masa depan. Meski kesenjangan antara belanja online terhadap total belanja ritel nasional masih luas, pihaknya tidak mau menampik pilihan belanja online atau offline. Mereka memilih mengambil kedua segmen tersebut.

“Kita tidak mau underestimate customer yang masih mau experience belanjanya datang langsung ke gerai. Di luar Jakarta, kebiasaan belanja seperti itu masih ada dan porsinya besar. Makanya di masa depan, keduanya harus jalan bersama. Hal tersebut berkaitan erat dengan apa yang kami lakukan bersama Bukalapak,” ucapnya.

Presiden Bukalapak Teddy Oetomo melanjutkan, AlloFresh hadir karena semangat kolaborasi yang bila dilakukan oleh satu pihak saja akan memakan ongkos yang jauh lebih besar. “Mungkin bisa lebih dari Rp1 triliun untuk sampai ke titik ini,” ucapnya.

Rp1 triliun yang dimaksud Teddy ini adalah investasi awal yang digelontorkan untuk pengembangan AlloFresh. Pemegang saham mayoritas di AlloFresh adalah Trans Retail (55%), Bukalapak (35%), dan Growtheum (10%).

Teddy melanjutkan, selama ini banyak pemain online grocery yang membangun infrastrukturnya dari titik nol. Mereka punya teknologi, tapi membutuhkan biaya dan waktu untuk mereplikasi infrastruktur yang ada. Kondisi tersebut berbeda dengan AlloFresh, sebab Trans Retail sudah hadir lebih dari dua dekade untuk membangun jaringan gerai supermarket di seluruh Indonesia.

Kelebihan tersebut diklaim menjadi kekuatan utama AlloFresh yang selama ini belum ditawarkan kebanyakan startup. “Jadi kami melakukan leapfrog 20 tahun lebih untuk mempercepat penetrasi e-grocery yang mungkin butuh 20 tahun kalau dilakukan sendirian.”

Application Information Will Show Up Here

Rencana Linktree Dukung Kreator dan Bisnis di Indonesia

Berfungsi sebagai alat untuk mendukung para kreator dan bisnis dalam melakukan pemasaran di media sosial, platform link-in-bio Linktree memiliki rencana bisnis di Indonesia usai menerima pendanaan $110 juta. Pendanaan ini juga telah menjadikan mereka sebagai perusahaan unicorn asal Australia dengan nilai valuasi sekitar $1,3 miliar.

Kepada DailySocial.id, Country Manager Linktree Indonesia Michael Wijaya mengungkapkan keunikan pengguna Linktree di pasar ini dan potensi Indonesia sebagai negara yang masuk dalam top 5 pasar terbesar secara global.

Alat pendukung kegiatan pemasaran

Berkantor pusat di Melbourne, Australia, Linktree didirikan oleh
Alex Zaccaria, Anthony Zaccaria, dan Nick Humphreys pada tahun 2016. Mereka mengklaim sebagai platform link-in-bio pertama yang memungkinkan para pengguna menampilkan identitas online dengan mudah dan mengkomersialisasi profil mereka.

Dengan satu tautan, pengguna dapat mengarahkan audiens mereka ke banyak tautan lain yang ingin mereka promosikan, seperti tautan ke situs website, toko online, dan juga dokumen.

Pandemi juga dikatakan telah mendorong pertumbuhan Linktree secara global. Di Indonesia sendiri sejak tahun 2020 jumlah pengguna sudah meningkat hingga 10 kali lipat. Penggunanya pun beragam, mulai dari influencer, konten kreator, hingga pegiat komunitas.

“Khusus untuk Indonesia akibat dari pandemi banyak pola penggunaan yang mulai bergeser, yang tadinya secara offline akhirnya pindah ke online dan mempengaruhi pertumbuhan pengguna pengguna. Ini terjadi secara organik, karena word of mouth, cukup menarik untuk produk yang tumbuh dari referral, kita melihat kondisi ini menjadi signal yang positif di sebuah pasar,” kata Michael.

Ditambahkan olehnya, dengan sifatnya yang agnostik memungkinkan bagi Linktree untuk melayani dari tipe pengguna yang beragam. Mulai dari kalangan individu, organisasi, brand, hingga pemerintah.  Linktree mencatat lebih dari 1,2 miliar klik ke situs yang berhubungan dengan bisnis dan penjualan di tahun lalu.

“Selain komersial, Linktree banyak juga digunakan untuk alat organisir, misalnya mereka ingin membuat presentasi dengan meninggalkan konsep lama dan menggunakan Linktree yang dilengkapi dengan video. Sejumlah kelompok kerja atau kegiatan workshop juga banyak yang menggunakan Linktree untuk distribusi sertifikat dan formulir pendaftaran acara,” kata Michael.

Untuk strategi monetisasi secara umum semua fitur bisa digunakan oleh pengguna secara gratis, termasuk penggunaan QR Code yang sudah dihadirkan oleh Linktree. Namun bagi pengguna yang ingin menikmati fitur tambahan, bisa berlangganan dengan memilih 4 paket yang telah diluncurkan  mulai tahun ini.

“Harga yang kami tawarkan sangat terjangkau dan kompetitif. Mulai dari Rp39 ribu hingga sekitar Rp200 ribu. Berdasarkan riset yang kami lakukan, harga tersebut termasuk kompetitif dibandingkan dengan platform serupa lainnya,” kata Michael.

Di Indonesia sendiri platform atau tools yang menawarkan opsi hampir serupa di antaranya adalah Lynk.id  Desty, dan  Oneblink yang dikembangkan MTARGET.

Rencana Linktree usai pendanaan

Hingga saat ini tercatat pengguna Linktree yang beragam terdiri dari 250 vertikal di seluruh dunia. Pada 2020 s/d 2021, vertikal kreator, pemusik, dan pelaku bisnis kecil masing-masing mengalami pertumbuhan rata-rata lebih dari 300%. Mereka juga mengklaim sebagai salah satu platform dengan pertumbuhan tercepat di dunia dengan lebih dari 24 juta pengguna.

Bulan Maret tahun ini Linktree telah berhasil merampungkan penggalangan dana senilai $110 juta yang dipimpin oleh Index Ventures dan Coatue dengan valuasi $1,3 miliar. Investor Linktree sebelumnya turut terlibat dalam putaran pendanaan ini, di antaranya adalah AirTree Ventures dan Insight Partners, serta partisipasi baru dari Greenoaks Capital.

Selanjutnya Linktree akan menggunakan pendanaan terbarunya untuk memperluas pasar, membangun tim, sumber pendapatan, dan memberikan lebih banyak manfaat untuk para penggunanya melalui berbagai pengembangan fitur dan kemitraan. Resmi menyandang status ‘unicorn’, Linktree terus memprioritaskan kebutuhan kreator, bisnis, dan seluruh pengguna sebagai salah satu dari 300 situs terpopuler secara global dengan 1,2 miliar pengunjung unik per bulannya.

“Linktree siap memperkuat layanannya di Indonesia dan memenuhi kebutuhan para kreator, pelaku bisnis, dan pengguna layanan digital. Bersama masyarakat Indonesia, Linktree akan menghubungkan audiens, memfasilitasi dan memaksimalkan potensi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia,” kata Michael.

Storytel Resmi Hadir di Indonesia, Tawarkan “Streaming Audiobook” Terkurasi

Storytel, aplikasi audiobook berbasis di Swedia, meresmikan kehadirannya di Indonesia setelah mengumumkan rencananya tersebut sejak April 2021. Aplikasi ini hadir dengan membawa pendekatan audiobook pertama berbahasa Indonesia yang hadir secara premium karena sudah terkurasi dan diproduksi dengan serius.

“Kami sangat menantikan kesempatan ini, untuk membawa layanan Storytel yang memberikan cerita terbaik menggunakan teknologi terdepan dan mudah digunakan oleh konsumen. Pengalaman panjang kami dalam konten audio dan feedback yang luar biasa dari pelanggan, mendorong kami untuk mengambil langkah baru dalam misi untuk memungkinkan lebih banyak orang dalam berbagi dan menikmati cerita kapan saja dalam skala global,” ucap Chief Content Strategy Officer Storytel Helena Gustafsson dalam konferensi pers virtual, Rabu (9/3).

Format buku audio dinilai berpotensi

Country Manager Storytel Indonesia Indriani Widyasari menambahkan, audiobook merupakan rekreasi yang bermakna. Kelebihan audiobook bisa dinikmati sambil melakukan hal-hal lain, seperti sebelum tidur atau sambil merelaksasi tubuh. Hal ini tentu bisa meningkatkan wawasan, membuka konten-konten literasi yang biasanya harus dibaca sekarang bisa dinikmati dengan mendengarkan.

Dia melanjutkan, berdasarkan survei yang sebelumnya dilakukan perusahaan di negara-negara lain, mendapati bahwa pengguna audiobook memiliki kesempatan lebih banyak menghabiskan buku dibandingkan saat hanya membacanya. Jika biasanya, dalam satu bulan seseorang bisa menghabiskan buku satu hingga tiga buku, maka dengan audiobook orang-orang bisa membaca buku mencapai lima buku.

“Indonesia adalah salah satu negara yang cepat beradaptasi dan adopsi digital baru. Sekitar tiga sampai empat tahun lalu masih banyak yang belum tahu podcast, tapi sekarang sudah jadi bagian dari gaya hidup,” kata Indri.

Storytel menghadirkan lebih dari 150 ribu audiobook dalam berbagai 19 genre buku dan cerita dalam Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan Mandarin. Seluruh konten ini diproduksi secara serius. Perusahaan bermitra dengan penerbit terkemuka lokal untuk menghasilkan perpustakaan audiobook berbahasa Indonesia dengan mengakuisisi hak cipta audio.

Serta, memproduksi sendiri cerita audiobook oleh tim Storytel, disebut Storytel Original. Salah satu judul original yang sudah dirilis adalah cerita detektif terbaru tentang Sherlock Holmes yang terlaksana berkat kesepakatan dengan Conan Doyle Estate. Karya tersebut ditulis oleh penulis tersohor dari Inggris, Anthony Horowitz.

Indri melanjutkan, isi audiobook dinarasikan para seniman suara profesional yang dapat menghidupkan cerita melalui suara untuk melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari yang melelahkan dengan cerita yang praktis dan mudah dinikmati oleh para pecinta buku.

Secara eksklusif, Storytel Indonesia menampilkan versi audiobook dari judul-judul buku populer dari penulis terkenal, seperti Dewi Lestari, Tere Liye, Ika Natassa, Asma Nadia, Ahmad Fuadi, Pidi Baiq, dan Habiburrahman El Shirazy. Juga, bekerja sama dengan aktor dan aktris Indonesia untuk menarasikan audiobook, seperti Dian Sastrowardoyo, Adinia Wirasti, dan Fedi Nuril.

Langkah tersebut menjadi perhatian serius Storytel. Pasalnya, dalam riset perusahaan disebutkan bahwa 90% penggunanya mengonsumsi konten di Storytel dalam bahasa lokal. Oleh karenanya, lokalisasi punya peranan penting untuk mendekatkan pengguna dengan buku-buku terbitan luar negeri.

Ditambah lagi, masih dalam riset yang sama, dikatakan sebanyak 70% perpustakaan di Storytel adalah buku keluaran lama yang tidak dijual lagi bentuk fisiknya di toko buku. Sehingga, unsur tersebut membuat munculnya unsur emosional yang mengikat para pengguna untuk bernostalgia.

Secara global, Storytel memiliki lebih dari 700 ribu judul buku dan 30 bahasa, termasuk dalam Bahasa Indonesia. Penggunanya mencapai lebih dari 1,7 juta orang dengan genre yang paling banyak dinikmati adalah detektif dan romansa.

Untuk menikmati seluruh pustaka di Storytel, pengguna perlu berlangganan dengan biaya mulai dari Rp39 ribu per minggu selama periode peluncuran. Aplikasi dapat diunduh melalui App Store dan Play Store dengan persyaratan minimal Android 5 dan iOS 13.

Food Market Hub Ingin Menjadi Platform “Digital Procurement” Bisnis Restoran

Salah satu persoalan yang masih harus dihadapi oleh pemilik restoran saat ini adalah koordinasi seputar pemesanan dan pembelian bahan baku dari pemasok. Juga mengontrol pengeluaran, apalagi jika pemilik memiliki lebih dari satu restoran.

Kebanyakan pengelolaan aktivitas tersebut masih dilakukan secara manual, mulai dari memanfaatkan aplikasi chat seperti WhatsApp hingga melakukan komunikasi langsung. Hasilnya banyak pemilik restoran yang tidak bisa mengontrol dan mengelola pengeluaran mereka terkait dengan keperluan dapur secara komprehensif.

Melihat permasalahan tersebut, Food Market Hub (FMH) hadir menyediakan platform manajemen yang membantu bisnis mengautomasi sistem pengadaan dan inventaris barang dengan memanfaatkan teknologi big data dan artificial intelligence. FMH merupakan perusahaan asal Malaysia, didirikan oleh Anthony See yang merupakan pemilik restoran dan Shayna Teh tahun 2017 lalu.

Selain Malaysia dan Indonesia, FMH juga telah hadir di Thailand, Hong Kong, Taiwan dan Singapura.

“FMH mencoba untuk mempermudah pemilik restoran mengelola pengeluaran mereka dengan memanfaatkan teknologi yang terintegrasi dengan sistem POS mereka dan bisa terhubung dengan chat app yang tersedia,” kata Anthony kepada DailySocial.id.

Menjembatani pemilik restoran dan pemasok

Secara khusus pengguna platform FMH bisa terhubung dengan pemasok atau supplier bahan baku sesuai keinginan serta mengintegrasikan sistem yang sudah mereka pakai (POS, inventori, sistem akunting, dll) di restoran ke dalam platform berbasis cloud FMH. Dengan demikian, proses pemesanan bahan baku dinilai akan menjadi lebih mudah dan efisien karena pengambilan keputusan terkait pengadaan barang bisa dilakukan melalui satu platform.

“Selain membantu pemilik restoran, masalah terbesar yang juga kerap dialami oleh supplier adalah bagaimana mereka bisa menawarkan produk mereka seperti sayuran yang memiliki batas waktu penggunaan. Harapannya melalui FMH bisa ditawarkan produk tersebut langsung ke berbagai pemilik restoran yang ada dengan tujuan untuk menghabiskan stok mereka,” kata Anthony.

Setelah resmi hadir di Indonesia sejak Agustus 2021, terdapat 27 brand restoran Indonesia yang mencakup 1335 outlet, sedang mendigitalkan sistem pengadaan, manajemen inventaris dan seluruh backend operations melalui Food Market Hub.

Tercatat ada sekitar 26 bisnis restoran lainnya yang saat ini sedang beralih ke sistem dan ekosistem procurement digital FMH, antara lain Tahooe dan Wanfan.

Bisnis F&B yang terus berkembang memang menjadi peluang tersendiri bagi inovator teknologi. Untuk solusi manajemen bisnis restoran sendiri, di ekosistem startup lokal sudah ada sejumlah pemain. Salah satunya Esensi Solusi Buana, layanan SaaS mereka saat ini sudah diadopsi lebih dari 500 brand F&B. Kemudian di luar itu ada Moka yang juga sudah mencakup produk Moka Fresh untuk pengadaan bahan segar.

Segera galang pendanaan seri B

Sebelum melakukan ekspansi ke Indonesia, FMH telah mengantongi pendanaan seri A+ senilai US$ 8,5 juta atau setara Rp 121 miliar. Pendanaan tersebut dipimpin oleh AC Ventures (didukung juga oleh Malaysia Penjana Kapital fund). Investor sebelumnya turut terlibat dalam pendanaan tersebut, di antaranya adalah Go-Ventures, SIG, dan 500 Global, termasuk di dalamnya East Ventures, Velocity Ventures, Capital Code, dan beberapa angel investor.

Putaran pendanaan ini membawa total pendanaan seri A FMH menjadi $12,5 juta termasuk putaran seri A sebelumnya senilai $4 juta pada November 2020. Dana segar tersebut digunakan oleh FMH untuk memperluas bisnis mereka ke Indonesia, menembus pasar lokal lebih jauh, dan memperkuat kehadirannya di Singapura dan Thailand. Tahun ini FMH juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana seri B.

Disinggung apakah ada kerja sama strategis antara FMH dengan ekosistem di Gojek, Anthony menegaskan tidak ada rencana ke arah sana. Fokus mereka adalah memberikan layanan dan teknologi kepada pelaku UMKM, sekitar 80-90% FMH menyasar kepada mereka. Namun demikian FMH juga menargetkan enterprise seperti KFC sebagai klien mereka.

“Untuk strategi monetisasi kami memiliki pilihan gratis dan berbayar semua disesuaikan dengan kebutuhan klien. Beberapa klien memilih dengan cara berbayar agar bisa terintegrasi dengan POS dan sistem akunting mereka,” kata Anthony.

Terkait dengan area layanan FMH masih fokus kepada kota besar seperti Jakarta. Rencananya mereka juga akan melakukan ekspansi ke Bandung, Surabaya hingga Bali. Target untuk pasar Indonesia diharapkan bisa merangkul sekitar 10 ribu restoran.

“Kami memiliki rencana untuk melakukan implementasi teknologi AI dan machine learning untuk bisa memprediksi berapa pengeluaran restoran dalam waktu 7 hari ke depan. Meskipun belum diluncurkan di Indonesia, namun kami harap bisa membantu pemilik restoran mengontrol pengeluaran mereka lebih baik lagi,” kata Anthony.

Application Information Will Show Up Here

Startup Fintech Volopay Incar Pasar Indonesia Setelah Kantongi Pendanaan Seri A

Startup fintech pengelolaan transaksi keuangan Volopay mengumumkan pendanaan seri A sebesar $29 juta atau setara lebih dari 415 miliar Rupiah. Putaran ini melibatkan beberapa investor seperti JAM Fund, Winklevoss Capital Management, Rapyd Ventures, Accial Capital, Co-founder Acorns Jeffrey Cruttenden, Access Ventures, Antler Global, dan VentureSouq.

Salah satu agenda besar yang akan dilakukan perusahaan setelah menerima pendanaan tersebut adalah ekspansi ke sejumlah negara di APAC, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Indonesia masuk ke dalam jajaran negara yang dibidik oleh startup yang sudah memiliki bisnis di Singapura dan Australia ini. Serta, melanjutkan inovasi teknologi baru dan meningkatkan integrasi dengan berbagai perusahaan dan aplikasi manajemen proyek.

Layanan finansial terpadu untuk bisnis

Volopay sejatinya dirintis untuk menyelesaikan dua isu mendesak yang dihadapi oleh UKM dan startup, yakni tingginya biaya valuta asing dan minimnya platform yang mampu mengakses semua data transaksi. Volopay menggabungkan akun bisnis, kartu perusahaan, pembayaran tagihan, penggantian biaya, kredit, cashback, dan otomatisasi akuntansi ke dalam satu platform tunggal.

Platform tersebut memungkinkan para penggunanya untuk menyimpan uang dalam Rupiah dan mata uang besar lainnya, seperti USD, SGD, EUR, GBP untuk digunakan sebagai pembayaran dan menghilangkan jumlah biaya valas yang terlalu tinggi akibat pembayaran internasional.

Platform Volopay memberikan fleksibilitas kepada perusahaan rintisan dan perusahaan dengan menerbitkan kartu perusahaan multicurrency prabayar virtual dan/atau fisik dalam mata uang lokal mereka dengan cashback hingga 5% untuk semua transaksi kartu.

Platform ini juga memroses transfer bank domestik dan internasional dengan nilai tukar mata uang asing yang rendah dan biaya transaksi. Selain itu, menyediakan manajemen biaya yang membantu melacak dan mengontrol semua pengeluaran secara real-time.

Co-founder & CEO Volopay Rajith Shaji menyatakan, saat ini pihaknya sedang membangun pusat kendali untuk perusahaan modern guna memenuhi seluruh kebutuhan manajemen keuangan mereka. Volopay dapat digunakan dengan mudah untuk perusahaan dengan jumlah karyawan lima orang, hingga perusahaan dengan karyawan sebanyak 500 orang.

“Kami memiliki visi untuk membuat platform pengelolaan keuangan terpadu untuk seluruh perusahaan di seluruh dunia setelah ekspansi pasar kami di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika,” ucapnya dalam keterangan resmi, Selasa (1/3).

Di Indonesia sendiri sebenarnya juga sudah ada solusi serupa. Salah satunya juga dihadirkan oleh startup asal Singapura bernama Aspire. Strategi mereka sama, yakni menyajikan layanan transaksional all-in-one untuk membantu bisnis di berbagai skala. Sementara untuk isu transaksi cross-border juga ada Nium yang dibawa ke Indonesia berkat kemitraan strategis dengan pemodal lokal, termasuk MDI Ventures dan BRI Ventures.

Bantu bisnis global tangani transaksi

Volopay mengklaim telah membawa perubahan besar bagi sistem transaksi keuangan yang masih menggunakan cara tradisional. Shaji berambisi Volopay dapat menjadi solusi utama untuk kebutuhan bisnis berskala global dengan berbagai kebutuhan, seperti automasi faktur, pembayaran tagihan, layanan akun bisnis antar mata uang dan tanpa batas seperti yang dimiliki oleh bank tradisional.

Untuk mencapai ambisi tersebut, Volopay telah membangun infrastruktur sendiri dan mengajukan permohonan lisensi keuangan pada setiap region, sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh perusahaan lain secara regional. Melalui infrastruktur tersebut, Volopay dapat membantu klien global dengan menghilangkan kebutuhan integrasi dengan berbagai platform layanan keuangan pihak ketiga lainnya. Hal ini memberikan penggunanya kemudahan secara konsisten, terlepas dari wilayah tempat operasi bisnis mereka.

Volopay mengklaim telah melihat total nilai pembayarannya meningkat 98% setiap bulan dan pendapatannya melonjak 41% sejak putaran pendanaan awal. Timnya juga terus berkembang dari 20 menjadi lebih dari 150 karyawan dan mengumpulkan lebih dari 700 pelanggan seperti  Funding Societies, Zipmex, Moneysmart, Smartkarma, dan Austrionova sejak awal 2021. Pertumbuhan yang menjanjikan seperti inilah yang biasanya menarik investor baru atau memperkuat dukungan dari investor sebelumnya.

Founder Tinder dan JAM Fund Justin Mateen menuturkan, “Saya telah bekerja sama dengan tim Volopay yang luar biasa sejak tahap investasi awal. Kesuksesan Volopay dalam putaran Seri A ini tentunya didukung dengan pertumbuhan bisnis dan kemampuan tim untuk berinovasi dengan cepat dan platform yang dapat disesuaikan di berbagai wilayah yurisdiksi. Saya bangga dapat bermitra dan mendukung Volopay untuk berkembang ke tingkat yang lebih tinggi.”

Beam Segera Luncurkan Layanan Sewa Sepeda dan Skuter Listrik di Indonesia

Startup pengembang layanan mobilitas mikro “Beam” mengumumkan rencananya untuk masuk ke pasar Indonesia. Langkah ini diambil setelah perusahaan memperoleh pendanaan seri B senilai $93 juta yang dipimpin Affirma Capital. Sejumlah pemodal ventura lainnya turut andil di pendanaan ini, termasuk Sequoia Capital India dan AC Ventures.

Selain Indonesia, ekspansi juga akan mencakup beberapa negara lain yakni Filipina, Vietnam, Jepang, dan Turki. Diketahui saat ini Beam sudah tersedia di Australia, Malaysia, Selandia Baru, Korea Selatan, Thailand, dan Taiwan.

Layanan Beam sendiri memungkinkan pengguna untuk menyewa layanan mobilitas urban, terdiri dari dua opsi. Pertama ada Beam Saturn, yakni skuter listrik yang didesain untuk mudah dan aman dikendarai. Kemudian yang kedua Beam Apollo, yakni berbentuk sepeda elektrik modern. Dan akan segera hadir Beam Jupiter untuk perangkat e-moped.

Startup ini didirikan oleh Alan Jiang (CEO) dan Deb Gangopadhyay (CTO). Alan sebelumnya sempat menjabat sebagai Country Manager Uber Indonesia, kemudian menjadi Head of SEA untuk layanan serupa Beam asal Beijing, yakni Ofo.

Layanan mobilitas mikro di Indonesia

Sebelumnya, GrabWheels sempat mengaspal di Indonesia menyajikan layanan skuter listrik di beberapa titik. Dalam kehadiran awalnya, Grab menggandeng mitra pengembang properti seperti Sinar Mas Land untuk uji coba di BSD City, juga universitas di Jakarta. Namun demikian, tak berselang lama layanan tersebut dihentikan seiring adanya beberapa kasus, termasuk kecelakaan.

Menurut seorang pengamat tata kota yang enggan disebutkan identitasnya, untuk menghadirkan layanan mobilitas mikro di Indonesia banyak tantangannya, terlebih jika targetnya di area-area publik terbuka. Menurutnya, konsep bisnis seperti itu lebih cocok untuk ditempatkan di lokasi khusus, seperti kompleks perumahan atau tempat wisata — biasanya mengharuskan bekerja sama dengan mitra lokal seperti pengembang properti atau pemerintah.

Grab pun sebenarnya sudah melakukan strategi tersebut, namun mendapatkan penerimaan yang baik dari pasar.

Secara regulasi, di Indonesia sudah ada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 45 Tahun 2020 tentang Kendaraan Tertentu Dengan Menggunakan Penggerak Motor Listrik. Regulasi itu terbit pada pertengahan Juni 2020, berselang tidak lama setelah skuter listrik Grab dikenalkan.

Di negara dengan tata kota yang baik seperti di Amerika Serikat, model layanan mobilitas mikro ini mendapatkan penerimaan cukup baik dari masyarakat. Menurut riset McKinsey tahun 2019, diperkirakan industri mobilitas mikro bisa bernilai sekitar $300-500 miliar hingga tahun 2030. Namun sejak pandemi menyerang, penggunaan mobilitas mikro termasuk skuter listrik ini anjlok 50%-60%.

Di Singapura, layanan on-demand skuter dan sepeda listrik juga sempat populer, hingga akhirnya sejumlah kasus terjadi dan mendorong regulator setempat untuk memberikan batasan-batasan. Misalnya adanya hukuman untuk pengguna yang memarkir skuter atau sepeda di tempat umum secara tidak teratur atau tidak pada tempatnya; hingga sejumlah aturan diperketat terkait dengan perangkat mobilitas untuk menekan terjadinya potensi kecelakaan.

Optimisme Beam

Beam mengaku terus berinovasi pada teknologi keselamatan pengguna. Salah satunya dengan menerapkan MARS (Micromobility Augmented Riding Safety) yang terdiri dari inovasi keselamatan untuk melindungi pejalan kaki, mengatur ruang zonasi dan parkir, hingga mendorong penggunaan kendaraan yang lebih aman oleh pengguna. Inovasi di sisi perangkat mobilitas juga terus dikencangkan.

Inovasi keamanan MARS yang dihadirkan Beam / Beam

Co-Founder & CEO Beam Alan Jiang mengatakan, “Micromobility telah mengambil sistem keamanan mutakhir seperti teknologi MARS Beam dan menerapkannya ke kendaraan listrik kecil seperti e-skuter, e-bikes, dan e-moped untuk membantu arus kota lebih baik untuk semua orang. Kami sangat senang dapat bermitra dengan dana visioner seperti Affirma untuk menghadirkan mobilitas yang berbiaya lebih rendah, lebih hijau, dan lebih aman bagi kota-kota di seluruh APAC.”

Terkait pandemi, Beam meyakini permintaan untuk layanan mobilitas mikro terus tumbuh di Asia Pasifik. Hal dini dicerminkan dari pendapatan Beam yang tumbuh 15x lipat sejak dimulainya pandemi. Beam bekerja sama dengan pemerintah daerah di kota-kota di Asia Pasifik untuk menyediakan layanan mobilitas mikro bersama yang aman dan berkelanjutan saat masyarakat mereka tertarik pada cara bepergian yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Terima Pendanaan Seri B, Platform Logistik Shipsy Segera Dirikan Kantor Pusat Regional di Indonesia

Startup pengembang platform SaaS logistik “Shipsy” mengumumkan baru menutup putaran pendanaan seri B senilai $25 juta dari A91 Partners, Z3 Partner, Info Edge, dan Surge dari Sequoia Capital India. Salah satu rencana yang akan dieksekusi dalam waktu dekat adalah membangun kantor pusat regional di Indonesia, untuk melayani pangsa pasar di Asia Tenggara.

Ekspansi besar-besaran memang akan dilakukan dengan dana segar yang baru didapat ini. Selain Asia Tenggara, Shipsy juga akan merambah pasar baru di Eropa dan Amerika Serikat. Saat ini tim Shipsy telah memiliki 220+ pekerja berbasis di India, Dubai, dan Indonesia yang melayani 60+ pelanggan dari berbagai negara. Diklaim layanan mereka telah menghasilkan 100 juta+ pengiriman kargo setiap bulan dan mengoptimalkan pergerakan lebih dari 2 juta paket setiap harinya.

Layanan utama Shipsy membantu bisnis untuk membangun rantai pasok dan manajemen operasional logistik mereka, seperti pengadaan jasa logistik, pelacakan pengiriman, perencanaan/optimasi rute, agregator kurir, dan lain-lain. Berbagai kebutuhan tersebut diakomodasi dua platform utama mereka, yakni Shipsy Geocoding dan Shipsy Live Tracking.

Potensi bisnis logistik

Menurut laporan yang diterbitkan CLSA dan riset Frost & Sullivan, ukuran pasar logistik di Indonesia telah mencapai $275 miliar pada tahun 2020 dengan pertumbuhan CAGR 16,2% dari periode tahun 2015. Diproyeksikan revenue dari bisnis ini akan melebihi $300 miliar pada tahun 2024 mendatang.  Namun demikian, masih ada berbagai isu mendasar yang dialami oleh para pelaku bisnis di Indonesia terkait logistik, mulai dari ekosistem yang terfragmentasi, sistem bisnis yang kurang efisien, hingga utilisasi infrastruktur logistik yang belum optimal.

Melihat potensi tersebut, startup lokal di bidang logistik terus bermunculan, berharap bisa melayani pasar lokal yang masih terus membutuhkan dukungan pengiriman yang prima – di tengah pertumbuhan pesat bisnis e-commerce dan grocery. Pun demikian di sisi investasi, banyak pemodal yang mematangkan hipotesisnya untuk model bisnis logistik. Sejumlah startup pun silih-berganti memperoleh pendanaan.

Pendanaan startup logistik di Indonesia / DailySocial.id
Pendanaan startup logistik di Indonesia / DailySocial.id

Platform SaaS logistik

Andalin adalah startup lokal terkini yang mendapatkan dukungan investor. Tepatnya pada pertengahan Februari 2020 kemarin, perusahaan mendapatkan tambahan pendanaan hingga 57 miliar Rupiah yang dipimpin Intudo Ventures. Salah satu layanan mereka berbentuk SaaS, yang dapat dimanfaatkan berbagai perusahaan untuk mengelola pengiriman barang ke luar negeri memanfaatkan layanan kargo. Selain Andalin, platform yang menyuguhkan solusi serupa di pasar lokal antara lain Tera Logistic, Allsome, dan Janio.

Solusi SaaS lainnya terkait tata kelola armada logistik, misalnya yang disediakan Kargo Technologies, McEasy, Lacak.io, dan lain sebagainya. Sementara SaaS untuk agregator logistik ada Shipper, BukaSend dari Bukalapak, LODI, Luwjistik, dan lain-lain.

Ekosistem pemain logistik di Indonesia / AC Ventures
Ekosistem pemain logistik di Indonesia / AC Ventures

Meskipun persaingan ketat, Co-Founder & CEO Shipsy Soham Chokshi mengatakan bahwa investasi ini memungkinkan mereka untuk mengubah industri logistik global dengan menggunakan pendekatan utama teknologi. Pendanaan baru yang didapat, tambah Chokshi, akan membantu Shipsy membangun roadmap produk yang jauh lebih kuat, yang akan membantu pelanggan mengurangi biaya logistik dan menciptakan pengalaman yang berbeda.

Ambisi GetPaid Sehatkan Keuangan Karyawan dengan Akses Gaji Lebih Awal

GetPaid turut meramaikan startup earned wage access (EWA) di Indonesia yang memiliki segudang masalah, terutama dari sistem penggajian yang menjadi isu buat sebagian besar pekerja. Menurut data BPS, sekitar 129 juta pekerja menghadapi tekanan dan kesulitan finansial yang disebabkan oleh arus kas yang tidak teratur, jadwal pembayaran bulanan, pengeluaran tak terduga, dan akses finansial yang terbatas. Isu-isu di atas membuat mereka akhirnya “lari” meminjam uang dari lembaga tidak resmi, yang sering menetapkan bunga tinggi dan penagihan yang mencekam.

GetPaid didirikan pada 2020 oleh Mitchell Goh dan Ian Goh. Mitchell yang mengawali karier profesionalnya sebagai pekerja sosial, kemudian melanjutkan menangani tunjangan karyawan dan keuangan. Dari situ, ia melihat bahwa sebagian besar karyawan tidak memiliki metode keuangan yang dapat membantu mereka jika ada keperluan tak terduga. Selang satu tahun, GetPaid melebarkan sayapnya ke Indonesia sejak September 2021 dan menunjuk Joses Tjohjono sebagai pimpinan regional Managing Director GetPaid Indonesia.

Seperti startup EWA lainnya, GetPaid berfokus pada penyediaan akses gaji lebih awal untuk karyawan. Perusahaan bukan memosisikan diri sebagai perusahaan pemberi pinjaman karena tidak ada kerangka waktu pembayaran, biaya bunga, atau biaya keterlambatan. Hanya biaya flat per transaksi yang dibayar karyawan ketika mereka ingin mengakses upah yang mereka peroleh.

“GetPaid hanya akan mengenakan biaya saat karyawan melakukan penarikan. Perbandingan GetPaid dengan perusahaan EWA lainnya, kita akan lebih fleksibel dan memberikan pilihan biaya transaksi untuk kenyamanan perusahaan/karyawan,” ucap Joses saat dihubungi DailySocial.id.

Dilanjutkan lebih jauh, GetPaid memberikan tiga opsi biaya. Pertama, sebesar 4% per transaksi, kemudian Rp36 ribu per transaksi, dan berlangganan Rp72 ribu per bulan. Biaya tersebut dikenakan saat pertama kali melakukan penarikan dan tidak akan ada biaya potongan lagi jika melakukan transaksi di bulan yang sama.

Akses gaji tersebut akan diberikan apabila perusahaan mendaftarkan karyawan mereka yang berhak terhadap akses tersebut melalui GetPaid. Berikutnya, karyawan dapat membuka dan mengakses aplikasi GetPaid untuk menarik gaji. Masing-masing karyawan memiliki limit penarikan dan alokasi perhitungan gaji yang dapat ditarik.

Ambil contoh, karyawan yang sudah bekerja dalam 10 hari, hanya bisa mengakses 10 hari gaji/limit penarikan mereka. Joses menuturkan, perusahaan merekomendasikan akses limit sebesar 50%-80% dari keseluruhan gaji agar karyawan tetap mendapatkan sisa gaji di tanggal seharusnya. “Dan dana yang diperoleh tersebut langsung dari GetPaid. Lalu perusahaan (karyawan) akan membayar kembali kepada GetPaid di saat tanggal gajian perusahaan tersebut.”

Joses tidak merinci secara spesifik target pengguna yang dibidik GetPaid. Ia hanya bilang membidik semua karyawan yang terdaftar di perusahaan untuk menggunakan fasilitas GetPaid. Terhitung, saat ini solusinya telah digunakan oleh 20 perusahaan. “Kami targetkan tahun ini bisa mencapai 50-100 perusahaan yang bergabung dengan kami.”

Ekspansi perusahaan akan didukung lewat perolehan dana tahap awal sebesar $1,15 juta (sekitar Rp16,4 miliar) yang didapat pada Januari kemarin dari Grovey Pay dan Nityo Infotech Service. Investasi ini memungkinkan GetPaid untuk meningkatkan dan memperluas produk EWA ke negara lainnya di Asia Tenggara.

Dorong kurangi pinjaman konsumtif

Joses melanjutkan, semangat yang ingin disampaikan GetPaid adalah mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pinjaman konsumtif yang dianggap merugikan karena bunganya yang tinggi. Kondisi tersebut benar adanya. Mengutip dari studi Health Living Index oleh AIA, uang adalah sumber utama faktor stres di Indonesia. Keuangan rumah tangga menyebabkan orang Indonesia lebih stres daripada pekerjaan, hubungan, atau bahkan kesehatan fisik mereka.

Survei global lainnya yang diselenggarakan PwC pada 2019 menemukan bahwa sebanyak 67% pekerja melaporkan berjuang pada tekanan finansial, yang berarti lebih dari dua pertiga populasi pekerja rentan terhadap migrain, depresi, dan kecemasan. Banyak penelitian menyoroti efek stres keuangan karyawan terhadap kinerja bisnis.

“GetPaid dapat membantu karyawan yang memerlukan dana darurat tanpa perlu melakukan pinjaman. Rencana kami ke depannya adalah memberantas pinjaman online dengan menggunakan GetPaid, sebab kami bukan pinjaman online.”

Perusahaan akan terus melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai solusi EWA yang terbilang masih baru di Indonesia. Terlebih semenjak pandemi, banyak orang yang membutuhkan dana di awal untuk bertahan hidup. EWA dapat menjadi solusi untuk mendapatkan gaji lebih awal dan bukan berbentuk pinjaman karena tidak memiliki bunga atau biaya keterlambatan.

Karena potensi yang luas, ia optimistis bahwa ke depannya EWA akan diminati oleh perusahaan karena menguntungkan. Perusahaan tidak perlu terganggu cash flow-nya untuk memberikan kasbon kepada karyawan. “Kami masih melakukan edukasi kepada masyarakat bahwa jangan takut untuk menggunakan fasilitas yang diberikan GetPaid karena kami adalah solusi keuangan yang sehat untuk keluarga,” pungkas Joses.