wagely Kantongi Rp362 Miliar untuk Pendanaan Ekuitas dan Debt

Startup earned wage access (EWA) wagely mengumumkan perolehan dana segar sebesar $23 juta (sekitar Rp362 miliar), yang terdiri dari pendanaan ekuitas dan debt. VC yang fokus pada penerapan generative AI, Capria Ventures, menjadi investor lead untuk pendanaan ekuitas, diikuti investor lainnya dari putaran terdahulu.

Sementara, investor untuk pendanaan debt hanya disampaikan datang dari perusahaan swasta terkemuka.

Dana segar ini akan digunakan perusahaan untuk memberdayakan lebih banyak pekerja dalam mengelola keuangan lebih baik di Indonesia dan Bangladesh dengan solusi yang relevan.

Dalam keterangan resmi, Managing Partner Capria Ventures Dave Richards menyampaikan, pihaknya terkesan dengan kinerja dari tim wagely yang dibuktikan dengan pertumbuhan yang mengesankan dalam menyediakan solusi finansial bagi kelompok pekerja kerah biru yang kurang terlayani.

“Kami melihat peluang besar bagi wagely untuk menerapkan generative AI dalam berbagai kasus penggunaan, seperti automasi pemrosesan dokumen dan antarmuka percakapan bahasa lokal bagi pekerja untuk membuat keputusan finansial yang lebih baik,” terangnya, Senin (4/3).

wagely beroperasi di Indonesia dan Bangladesh. Sebanyak 75% dari sekitar 195 juta pekerja di kedua negara ini menghadapi situasi finansial yang menantang dan bergantung pada setiap gaji yang mereka terima untuk memenuhi kebutuhan hidup. Keterbatasan akses layanan finansial konvensional mengakibatkan banyak pekerja kurang mendapatkan alat dan dukungan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan finansial.

Solusi yang ditawarkan wagely adalah fasilitas opsional untuk karyawan. Tak hanya itu, perusahaan juga memberikan kemampuan untuk melacak gaji dan mengakses sumber literasi finansial, sehingga membantu pekerja mengurangi tekanan finansial.

Diklaim sepanjang tahun lalu total gaji yang disalurkan wagely mencapai lebih dari $25 juta (Rp393 miliar), memroses hampir satu juta transaksi, dan diakses oleh 500 ribu pekerja. Pencapaian tersebut menobatkan wagely sebagai pemimpin di pasar karena memperlihatkan prospek pertumbuhan yang kuat.

wagely terakhir kali mengumumkan pendanaan pra-seri A pada Maret 2022. Putaran yang bernilai $8,3 juta ini dipimpin oleh East Ventures Growth Fund, diikuti Central Capital Ventura, Integra Partners, Asian Development Bank, Global Founders Capital, Trihill Capital, Blauwpark Partners, dan 1982 Ventures.

Sejak awal berdiri di 2020, diklaim wagely telah digunakan oleh lebih dari 100 perusahaan, di antaranya British American Tobacco, Ranch Market, Adaro Energy, Medco Energi, Mustika Ratu, dan masih banyak lagi.

Startup ini mengumumkan ekspansi ke Bangladesh pada Oktober 2021. Negara terbesar kelima di Asia ini memberikan peluang yang cukup besar dengan lebih dari 4,5 juta pekerja industri Ready-Made Garment (RMG). Para pekerja ini juga terkena dampak pandemi yang berakibat tingginya tekanan keuangan sehingga berdampak besar bagi produsen.

Application Information Will Show Up Here

Fairbanc Peroleh Fasilitas Debt Rp209 Miliar dari Pegadaian

Startup embedded finance Fairbanc mendapatkan pembiayaan utang (off balance sheet) sebesar $13,3 juta (sekitar Rp209 miliar) dari Pegadaian. Dana tersebut akan digunakan untuk membiayai para pedagang UMKM lebih banyak lagi.

Fairbanc menyediakan solusi tempo pembayaran terintegrasi untuk pelanggan UMKM yang terintegrasi dengan AI/ML. Platformnya terhubung dengan sistem ERP merek konsumen global dengan ekosistem pedagang besar seperti Nestle, dan telah melibatkan lebih dari 550 ribu pedagang di platformnya dan 200 ribu lebih pedagang sudah mendapatkan pendanaan.

Berkat kemitraannya dengan merek besar, Fairbanc mampu memberikan pinjaman BNPL ke pedagang tanpa perlu mengajukan melalui smartphone. Perusahaan menggunakan credit scoring berbasis AI yang dapat membantu memproses pinjaman microcredit secara instan.

Caranya dengan mengakses pesanan pedagang dan rekam jejak pembayarannya. Perusahaan dapat mengutilisasi data ini lebih lanjut untuk melakukan underwriting pinjaman serta mendongkrak penjualan merchant dengan menjaga biaya operasional tetap rendah.

Menurut survei yang dilakukan Unilever, sebanyak 80% penerima manfaat Fairbanc tidak memiliki rekening bank dan sekitar 70% di antaranya adalah pedagang perempuan yang mampu meningkatkan penjualan mereka rata-rata sebesar 35% – berkat BNPL yang dimungkinkan oleh teknologi Fairbanc.

Saat penandatanganan MoU, Chief of Transformation Office Pegadaian Mulyono mengungkapkan apresiasinya terhadap solusi Fairbanc. “Kemampuan Fairbanc untuk mengekstrak big data di tingkat outlet dengan menghubungkan ERP merek-merek besar dan memperoleh skor kredit menggunakan AI dan Machine Learning merupakan sinergi utama yang kami soroti,” kata dia, mengutip dari keterangan resmi, Senin (04/3).

Founder & CEO Fairbanc Mir Haque mengungkapkan rencananya untuk melakukan ekspansi yang lebih besar ke Indonesia. Sebanyak 95 juta orang dewasa di Indonesia masih belum memiliki rekening formal di lembaga keuangan.

“Namun, dengan pertumbuhan kelas menengah, populasi generasi muda yang semakin melek teknologi, dan lingkungan peraturan yang mendorong inovasi dan kewirausahaan, Indonesia kini jadi rumah bagi startup teknologi bernilai miliaran dolar terbesar di Asia Tenggara,” ucap Haque.

Tak hanya itu, dia juga meyakini dengan konsep Fairbanc di Indonesia dapat direplikasi ke negara berkembang lainnya untuk mengatasi salah satu tantangan dan peluang terbesar: memberikan akses kredit kepada jutaan pedagang dalam rangka mendorong revitalisasi ekonomi.

Haque mengaku dirinya sudah menjajaki peluang ekspansi ke Vietnam dan Filipina melalui kemitraan dengan Unilever.

Fairbanc didirikan pada tahun 2019 oleh Mir Haque, seorang MBA Wharton yang sebelumnya bekerja di banyak perusahaan global ternama. Tim pendirinya terdiri dari banyak veteran fintech, seperti mantan CTO Kiva, platform kredit mikro berbasis di San Francisco yang beroperasi di 77 negara dan Thomas Schumacher yang ikut mendirikan raksasa pinjaman mikro pasar berkembang yang berbasis di California, Tala.

Pada Juli 2022, Fairbanc meraih pendanaan pra-seri A senilai $4,8 juta dipimpin oleh Vertex Venture, diikuti Asian Development Bank, East Venture, Lippo Group, 500 Global, Accion Venture Labs, dan miliarder Indonesia Michael Sampoerna.

Disebutkan merek konsumen yang sudah bermitra dengan Fairbanc adalah Unilever, Danone, Nestle, Xiaomi, Mayora, Sasa, Sosro, Indofood, dan lainnya.

Konsep seperti Fairbanc juga digarap oleh pemain lainnya di Indonesia, di antaranya Modalku dan AwanTunai.

Central Capital Ventura Terapkan Bobot Tinggi untuk Eksplorasi Kolaborasi Startup dengan BCA [UPDATED]

Central Capital Ventura (CCV), lengan investasi dari BCA, mengungkapkan eksplorasi potensi kerja sama antara induk usahanya dengan calon startup yang akan didanai kini punya bobot yang lebih tinggi saat uji tuntas. Mengandalkan presentasi berisi prediksi nilai pasar dan valuasi saja kini dianggap kurang kredibel.

Dalam Diskusi Mini Studio BCA, di ICE BSD City, Jumat (01/3), Direktur CCV Adi Prasetyo menjelaskan langkah tersebut sebenarnya tidak berubah dari mandat awal didirikannya CCV, yakni sebagai pendukung bisnis utama BCA di industri keuangan.

“Mungkin selama ini bisa VC melihat kesempatan berinvestasi, maka lebih banyak kurang digali potensi kolaborasinya. Mungkin selama ini seperti itu, kita tidak bisa seperti itu lagi. Artinya potensi kolaborasi itu harus jadi salah satu faktor yang menentukan investment. Startup bisa saja datang ke CCV dulu dan kita pada saat melihat potensi kolaborasi dan seberapa bagus teknologinya, kita pasti refer ke BCA untuk dilihat, due dilligence, bagaimana teknologinya bisa relevan dengan kebutuhan BCA, bisa scalable, bisa diterapkan, dan seterusnya,” ucapnya.

Menurutnya, saat uji tuntas sebuah startup sebenarnya sama seperti bank yang menilai potensi calon debiturnya, namun prosesnya lebih sederhana. Ada tiga hal yang dilakukan.

Pertama, melihat tim dan manajemen. Sebab, membangun budaya perusahaan adalah hal Bagaimana sumber daya manusia di dalam perusahaan tersebut bertumbuh secara stabil dari puluhan ke ratusan.

“Saat tim masih sedikit, bangun interaksi antarorang itu mudah, tapi ketika besar mampu enggak? Ada yang akhirnya founder pecah, itu yang mau kita hindarkan karena arah perusahaannya bisa berubah,” ucapnya.

Kedua, produk dan solusi. Bagaimana saat perusahaan bertumbuh, produknya tetap relevan. Terakhir, kondisi finansial. Sebelum pandemi, startup berlomba-lomba menyajikan valuasi yang menakjubkan. Padahal cara hitungnya itu sederhana. “Bisa BEP berapa lama, bagaimana strateginya, itu yang kita lihat sekarang.”

VP Digital Innovation Solution, Strategic Information Technology Group BCA Samuel Tjung menambahkan program akselerator SYNRGY yang sudah berjalan sejak 2019 adalah bentuk nyata dukungan BCA Grup terhadap ekosistem startup. Bahkan, pihaknya menjadikan BCA sebagai sandbox untuk langsung tes pasar, bukan lagi menilai-nilai angka di lab.

Dia mencontohkan salah satu kisah sukses dengan startup biometrik Verihubs. Startup tersebut menjadi salah satu peserta SYNRGY di 2020. Solusi yang mereka tawarkan itu sejalan dengan kebutuhan BCA karena KYC itu aspek penting dalam bank.

“BCA lihat secara produk jadi fit dengan kebutuhan kita. Lalu kita kenalkan ke CCV dan akhirnya dapat pendanaan,” kata Samuel.

Agar cita-cita menjadi sandbox berjalan mulus, kini program akseleratornya dibuat secara kostum sesuai kebutuhan startup. Tidak lagi ada batch yang berjalan selama tiga bulan, kelas-kelas yang perlu diikuti, diskusi dengan mentor, dan demo day. Perubahan ini sudah berjalan sejak dua tahun.

Dijelaskan lebih lanjut, program ini terus berevolusi karena pihaknya berusaha menjawab kebutuhan startup, jadi secara metode dan kontennya terus menyesuaikan. Tidak melulu startup itu butuh pendanaan, ada juga yang cari mitra buat kerja sama.

“Di buat secara kostum per startup kebutuhannya apa. Misal p2p lending, akan dicarikan mentor yang sesuai. Kita seleksi juga apakah ada potensi kerja sama, ini yang kita kuatkan.”

Sekarang pendaftaran SYNRGY dibuka sepanjang tahun dan demo day akan diselenggarakan jelang akhir tahun. Dari enam gelombang penyelenggaraan, SYNRGY Accelerator sudah meluluskan 79 startup dari 725 lebih startup yang mendaftar dan berhasil menciptakan lebih dari 15 kolaborasi.

Bidik startup embedded fintech

Adi menyebut, menurunnya penanaman modal ke startup dari investor secara global mencapai titik terendah dalam enam tahun terakhir. Spesifik untuk sektor fintech saja, investasi ke sektor fintech selama tiga tahun terakhir turun hingga 30%.

Kini, perusahaan modal ventura lebih selektif dalam memberikan modal. Kendati demikian, ia berharap ada perubahan situasi menyusul munculnya sejumlah inovasi dari teknologi teranyar seiring ekspektasi investor yang terus meningkat.

“Sepertinya enam bulan pertama di 2024, secara umum investor lebih berhati-hati dalam melihat peluang dan melakukan investasi. Di sisi lain, uang yang akan diinvestasikan sebenarnya sangat banyak. Investor sedang menunggu peluang yang tepat untuk berinvestasi, hanya masih berhati-hati,” imbuh Adi.

Walau tidak bersedia merinci lebih jauh, Adi menuturkan saat ini CCV tertarik dengan solusi-solusi pendukung teknologi fintech (embedded fintech). Namun bukan berarti sektor fintech tidak lagi menarik, melainkan karena sudah mature.

“Kami sebagai investor juga mengharap valuasi itu naik sehingga bisa dapat return dengan lebih cepat. Tapi fintech masih promising. Ketika bicara ekspektasi valuasi naik, untuk fintech masih di area consumer, seperti payment, online banking, dan wealth management masih ada ceruknya.”

Adi juga menyampaikan, selain berinvestasi ke startup baru, pihaknya juga akan menyeimbangkannya dengan divestasi. Tidak didetailkan lebih lanjut terkait ini. Dipastikan juga, CCV belum berminat untuk menambah portofolio startup p2p lending ke depannya.

Menurut laporan keuangan CCV, sepanjang 2022 total penyertaan saham secara langsung oleh CCV sebanyak 23 startup dengan nilai Rp333 miliar. Pendapatan operasional sebesar Rp41,1 miliar, naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp2,88 miliar. Kenaikan ini terjadi karena ada divestasi dari salah satu portofolionya, serta keuntungan yang tidak terealisasi atas nilai wajar seluruh portofolio.

Ada 25 portofolio di bawah CCV, tiga di antaranya sudah exit, yakni Railsr (sebelumnya Railsbank), Wallex, dan Impact Credit Solutions (ICS). Portofolio lainnya adalah OY!, Qoala, AirWallex, Agate, Sinbad, Moduit, dan Verihubs. Terdapat tiga startup p2p lending juga, seperti Akseleran, KlikA2C, dan Julo.

Update 13/03/2024: Kami mengubah kutipan Adi Prasetyo di paragraf ketiga

Fitur E-wallet Dinonaktifkan, Pengguna Wise Indonesia Tetap Bisa Pakai Layanan Remitansi Tanpa Tampung Saldo

Update 06/3/2024 16.00: Kami menambahkan pernyataan lanjutan dari Country Manager Indonesia, Wise

Pengguna Wise di Indonesia tidak akan lagi bisa menampung dana/saldo di aplikasi per 23 Mei 2024, hal ini seperti yang telah diumumkan Wise melalui email ke para pelanggan.

Berdasarkan penjelasan yang diberikan, pengurangan fitur ini dikarenakan regulasi di Indonesia – Wise belum memiliki lisensi untuk kebutuhan terkait. Seperti diketahui, untuk bisa menampung dana di aplikasi lewat fitur e-wallet/dompet elektronik, sebuah layanan digital harus terdaftar sebagai penyedia uang elektronik berbasis server di Bank Indonesia. Hal ini tertera pada Peraturan Bank Indonesia No. 20/6/PBI/2018.

Ketika dihubungi DailySocial.id, Country Manager Wise Indonesia Elian Ciptono mengatakan, “Kami telah menginformasikan kepada pelanggan kami bahwa terdapat perubahan dalam penggunaan Wise di Indonesia. Mulai 23 Mei 2024, pengguna pribadi dan bisnis tidak dapat menggunakan saldo mereka atau bertransaksi dengan kartu debit Wise.”

Ia melanjutkan, “Pengguna Wise di Indonesia tetap bisa mengirim uang dari Indonesia ke luar negeri dan sebaliknya, dengan nilai tukar tengah dan tanpa biaya tersembunyi. Kami menyadari bahwa hal ini mengganggu kenyamanan pengguna Wise di Indonesia, namun kami akan terus berkomitmen untuk menghadirkan kembali berbagai layanan yang diminati oleh pengguna Wise di masa mendatang.”

Wise adalah perusahaan asal UK yang fokus menyediakan layanan remitansi atau pengiriman uang lintas negara. Didirikan tahun 2011, teknologi finansial yang diusung diklaim bisa membuat transfer uang online secara lebih cepat dan aman — dengan biaya 2,5x lebih murah dibanding bank atau lembaga tradisional lainnya yang menyediakan remitansi.

Selain untuk pengguna personal, Wise juga memiliki fitur serupa untuk kebutuhan bisnis. PT Wise Payments Indonesia (entitas lokal mereka) telah memiliki lisensi dari Bank Indonesia sebagai Penyelenggara Transfer Dana.

Di Indonesia, mereka bersaing langsung dengan sejumlah platform lokal, beberapa di antaranya Topremit, Transfez, Wallex, Oy!, hingga Flip.

“Bisnis utama Wise Indonesia adalah layanan remitansi antarnegara, sesuai dengan lisensi yang kami miliki di Indonesia, dan bisnis ini telah berkembang pesat. ⁠Pengguna Wise di Indonesia sebelumnya dapat menggunakan rekening multi-mata uang (multi-currency account) dan Wise Card di bawah lisensi entitas Wise di luar negeri, yang dilakukan dengan sepengetahuan Bank Indonesia. Untuk menghindari kesalahpahaman mengenai layanan yang ditawarkan kepada pelanggan di Indonesia, ke depannya, layanan yang akan tersedia di Indonesia hanya mencakup layanan remitansi. Seiring pertumbuhan bisnis kami, kami berharap dapat menghadirkan lebih banyak produk & layanan bagi pelanggan di Indonesia,” imbuh Elian.

Wise Indonesia sudah hadir sejak 2020

Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan, hingga semester pertama 2023 total transfer uang asing yang dilakukan Pekerja Migran Indonesia (PMI) telah mencapai Rp77,35 triliun. Persebaran PMI di berbagai negara ini yang mendorong Indonesia menjadi salah satu pengguna remitansi terbesar di dunia. Menurut Bank Dunia, Indonesia menerima sekitar $10,5 miliar dalam bentuk pengiriman uang pada tahun 2020, menjadikannya penerima pengiriman uang ke-10 terbesar di dunia.

Melihat potensi yang begitu besar, Wise hadir di Indonesia per tahun 2020 lalu. Wise dapat melayani pelanggan di Indonesia yang ingin mengirim uang ke 80 negara.

Salah satu strategi yang digencarkan Wise untuk memantapkan bisnis di Indonesia adalah kerja sama dengan pemain lokal. Satu tahun setelah setup bisnis di Indonesia, Wise menggandeng pemain lokal Instamoney sebagai penyedia API finansial. Instamoney adalah bagian dari Xendit Group yang resmi berdiri pada 2018.

Kemudian di tahun 2023, Wise membangun kemitraan dengan Bank Mandiri. Bank Mandiri menjadi mitra pertama Wise Indonesia yang mengintegrasikan platform remitansi tersebut ke aplikasi bank digital miliknya.

Application Information Will Show Up Here

Investree Konfirmasi Dana Investasi Seri D dari JTA Holdings Segera Cair

Investree mengumumkan kabar terbaru terkait upayanya dalam memperbaiki internal perusahaan agar memperoleh kepercayaan lagi dari masyarakat. Manajemen mengakui tantangan bisnis di internal karena kendala pembayaran oleh sejumlah borrower, berdampak pada keterlambatan pengembalian pinjaman untuk lender.

Dalam keterangan resmi, Co-founder dan Director Investree Singapore Pte. Ltd. Kok Chuan Lim merinci lebih jauh kabar Investree sejauh ini. Berikut detailnya:

  1. Membuka komunikasi dengan borrower yang masih memiliki itikad baik untuk melunasi pinjaman kepada lender, salah satunya dengan menambah kerja sama dengan pihak ketiga untuk mempercepat proses loan repayment collection. Sebagian besar borrower yang macet menurut data internal Investree adalah UMKM dari multi-industri yang mengalami kendala operasional akibat berbagai faktor, seperti penurunan omzet, penutupan bisnis, dan lainnya.
  2. Dana investasi dari JTA Holdings akan segera cair setelah Investree Group mendapat Commitment Letter yang dikirim pada 21 Februari 2024. Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan dokumen-dokumen teknis untuk proses pencairan dana.
  3. Kembali membuka kantor Investree Indonesia per 19 Februari 2024 dan beroperasi secara normal setelah sebelumnya sempat tutup.

Selain mengandalkan dana investasi dari JTA Holdings untuk meneruskan operasional yang tersendat, sebelumnya diinformasikan bahwa salah satu investor Investree, yakni SBI Holdings telah menyuntikkan dana $7 juta atau senilai 109,5 miliar Rupiah.

Sebanyak $4,5 juta digunakan untuk membayar tanggungan perusahaan, termasuk gaji, pajak, utang, dan biaya lainnya. Sisanya dimanfaatkan untuk kebutuhan legal, asuransi, dan sewa.

“Saat ini kami memprioritaskan agar setiap stakeholders internal dan eksternal Investree mendapatkan hak mereka secara proporsional dan diharapkan setiap borrower untuk tetap melanjutkan kewajiban pelunasan fasilitas pinjamannya. Kami juga ingin menegaskan bahwa kami sedang menangani situasi ini dengan serius dan bertanggung jawab penuh untuk mencari solusi terbaik,” tutur Lim, Rabu (28/2).

Ia juga menyampaikan, “Kami tengah mengusahakan seluruh proses penyelamatan operasional Investree Indonesia berjalan dengan kecepatan penuh, demi para stakeholders.”

Lim merupakan CEO dari Investree Philippines. Ia sudah bergabung di Investree sejak 2019. Investree Philippines adalah ekspansi Investree kedua, setelah Thailand yang sudah dimulai sejak awal 2019. Di Thailand, Investree menggunakan brand eLoan dan menggandeng mitra lokal.

Untuk memperoleh kepercayaan masyarakat, Lim menyampaikan Investree tetap membuka jalur komunikasi buat para lender melalui email resmi. Bagi stakeholder lain, termasuk pihak luar yang mengaku terafiliasi dengan Investree juga dapat mengajukan pengadukan melalui laman khusus yang disiapkan perusahaan untuk pendataan.

“Bagi para lender maupun stakeholders yang merasa terlibat dengan perusahaan/perorangan lainnya yang mengklaim sebagai terafiliasi, anak perusahaan, subsider/anak perusahaan, dengan Investree, kami menghimbau untuk melapor dan melakukan pendataan. Tautan pendaftaran pengaduan ini dapat diakses di https://bit.ly/PelaporanInvestree,” tutup Lim.

Kanal pengaduan Investree lainnya, mulai dari saluran telepon 1500886, Whatsapp CS, Whatsapp khusus Lender VIP, dan Direct Message Instagram sejauh ini masih ditutup untuk sementara waktu.

Sebagai informasi, TKB90 Investree pada 28 Februari 2024 sebesar 83,56%, belum berubah sejak Januari 2024. Artinya, persentase kredit bermasalah atau tingkat wanprestasi atau TWP kini mencapai 16,44%.

Terus dipantau regulator

Secara terpisah mengutip Infobank, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, Agusman menjelaskan, kalau saat ini pihaknya masih melakukan dan pemantauan kepada Investree. Ada dua pendekatan yang OJK lakukan dalam menangani kasus ini.

Pertama, berupa pengawasan yang bersifat offsite yang mengandalkan analisis atas laporan yang disampaikan penyelenggara kepada OJK. Pendekatan kedua berupa pengawasan onsite atau langsung ke perusahaan.

Pengawasan ini, menurut Agusman, antara lain untuk memastikan kebenaran laporan maupun melakukan investigasi jika ada dugaan pelanggaran yang mereka lakukan. Ia memastikan, bahwa OJK akan memastikan investigasi dilakukan secara menyeluruh dan melihat dari berbagai sudut pandang.

Kalau investigasi terhadap kasus ini akan membutuhkan waktu sampai selesai, karena OJK masih mengumpulkan bukti. Salah satunya adalah pengaduan masyarakat.

“Kami sedang mengumpulkan bukti-bukti seperti dokumen dan lainnya. Pengaduan dari masyarakat juga banyak sekali. Kita akan melihat dengan baik, apakah ini ada faktor-faktor nonteknis seperti fraud atau lainnya, dan memastikan tindak lanjutnya seperti apa,” ujarnya.

Application Information Will Show Up Here

Bank Digital Krom Resmi Meluncur, Bidik Nasabah Usia Muda untuk Menabung

PT Krom Bank Indonesia Tbk (Krom) resmi meluncurkan aplikasi pada hari ini, Selasa (27/2). Perseroan membidik generasi muda sebagai target pengguna yang ingin mencapai kemandirian finansial dengan mengembangkan uang mereka melalui produk perbankan yang memiliki nilai investasi tinggi dan aman.

Presiden Direktur Krom Bank Anton Hermawan menyampaikan, Krom dirancang dengan layanan perbankan superior yang memungkinkan generasi muda mengelola dan mengembangkan uang mereka. Tujuannya agar mereka lebih proaktif dalam menabung dan membangun kemandirian finansial jangka pendek maupun panjang.

“Berdasarkan tren dan demografi, anak muda zaman sekarang lebih melek teknologi. 30 tahun saya berkarier di bank, transformasinya luar biasa. Kalau bank enggak ikutan [transformasi digital], akan ketinggalan,” ucapnya saat konferensi pers.

Untuk menyesuaikan dengan visi tersebut, Krom mendiferensiasikan dirinya dengan sejumlah keunggulan. Pertama, rate menarik berupa suku bunga tabungan 6% p.a. dan suku bunga deposito hingga 8,75% p.a. Angka ini diklaim jauh lebih tinggi dari pasar perbankan. Krom juga menghilangkan biaya tradisional, seperti biaya admin pulsa dan admin pembayaran tagihan asuransi dan kartu kredit.

Kedua, fleksibel. Krom memberikan nasabah kebebasan untuk mengelola keuangan sesuai kebutuhan dengan membuat alokasi 20 tabungan dan 20 deposito. Lalu, memilih nomor rekening sendiri, penempatan deposito mulai dari Rp100 ribu dengan tenor harian 14-180 hari dan bunga progresif. Terakhir, fleksibel untuk menarik deposito sebelum jatuh tempo tanpa dikenai penalti dan tetap dapat bunga 6% p.a.

“Tenor harian ini belum ada pilihannya di bank lain. Kami buat ini karena biasanya anak muda itu kebutuhannya sangat dinamis. Jadi mereka tetap bisa menabung sesuai tenor yang diinginkan dan tetap dapat bunga yang lebih tinggi,” tambah Head Marketing Krom Bank Felicia Thenardy.

Sementara itu, dari sisi keamanannya, seluruh data pribadi nasabah dienkripsi dengan standar keamanan tertinggi dan komprehensif. Setiap transaksi dilengkapi dengan PIN, password, dan one-time password (OTP) untuk lapisan keamanan tambahan.

Pengembangan berikutnya

Felicia menyampaikan suku bunga simpanan yang ditawarkan Krom kepada nasabah tidak dijamin LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Perlu diketahui, LPS telah menetapkan tingkat bunga penjaminan rupiah di bank umum sebesar 4,25% yang berlaku sejak 1 Februari 2024 hingga 31 Mei 2024.

Kendati demikian, pihaknya akan tetap transparan kepada nasabah dan memberitahukan informasi tidak dijaminnya bunga simpanan itu melalui berbagai kanal digital, termasuk situs dan media sosial.

“Kalau ada pertanyaan akan kami jawab dengan transparan, kami tetap edukasi seperti apa profil risikonya agar nasabah mengerti ketika investasi atau nabung di Krom,” kata dia.

Anton menambahkan, walau menerapkan suku bunga simpanan tinggi, Krom tetap berkomitmen untuk menjaga profitabilitasnya. Dalam menawarkan suku bunga, pihaknya selalu mengembangkan bisnis dan mencari model bisnis yang tepat.

“Indikasinya dari kesehatan profit bank, kami bisa jaga tetap positif. Jumlah biaya yang besar dari bank [kurang tepat] apabila tidak diimbangi dengan perjalanan strategi bisnis yang kurang tepat. Untuk interest rate yang tinggi maka harus cari bisnis yang tepat untuk kami,” tuturnya.

Dipastikan ke depannya Krom akan melakukan pengembangan produk keuangan yang lebih kompetitif. Tidak hanya memanfaatkan ekosistem dari Kredivo Group untuk produk pinjaman, seperti channeling dan join financing, Krom akan berkolaborasi dengan mitra-mitra lainnya.

Anton juga memastikan bahwa Krom akan menggarap produk pinjaman untuk segmen UMKM. Dinilai segmen tersebut belum digarap oleh Kredivo dan KrediFazz, sehingga tidak bersaing langsung. “Dari sisi produk dan bisnis semua akan ada waktunya. Kami mau lari secepat-cepatnya karena persiapan bisnis dan IT-nya sudah lengkap,” pungkasnya.

Tidak disebutkan target spesifik nasabah yang akan dibidik Krom. Hanya disampaikan akan melayani jutaan nasabah dalam beberapa tahun mendatang. Diklaim Kredivo sebagai pelopor paylater di Indonesia kini memiliki hampir 10 juta pengguna sejak pertama kali beroperasi di 2016.

Application Information Will Show Up Here

Krom Bank Angkat Bankir Anton Hermawan sebagai Presiden Direktur

PT Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI), sebelumnya dikenal dengan Bank Bisnis Internasional, resmi menunjuk Anton Hermawan sebagai Presiden Direktur. Keputusan ini telah mendapat kesepakatan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 21 Februari 2024.

Dalam keterangan resmi, Presiden Direktur Krom Bank Anton Hermawan menyampaikan, “Saya merasa terhormat atas kepercayaan yang diberikan para pemegang saham untuk memimpin Krom yang akan secara resmi meluncurkan layanan perbankan digital. Saya yakin Krom mampu bersaing di industri perbankan digital, berkat diferensiasi dan keunggulan layanannya, serta dukungan dari Kredivo Group yang telah memiliki ekosistem solid.”

Anton memiliki pengalaman lebih dari 27 tahun di industri perbankan. Sebelum bergabung di Krom, Anton menjabat sebagai Consumer Banking Director di Bank KEB Hana Indonesia. Kemudian pada 2018-2021, ia menjabat sebagai EVP Digital Business Development di CIMB Niaga dan menduduki posisi senior lainnya di Bank Sinarmas dan Bank Permata. Karier awalnya dimulai di BCA.

Sebelum Anton bergabung, posisi Presiden Direktur Krom Bank ditempati oleh Laniwati Tjandra. Laniwati sudah menjabat di posisi tersebut sebelum Krom diambilalih oleh Kredivo Group, melalui PT FinAccel Teknologi Indonesia pada Maret 2022.

FinAccel membeli saham Bank Bisnis secara bertahap, sebanyak 40% saham pada 2021, kemudian pada Maret-April 2022 menambah 35% kepemilikan sampai akhirnya menjadi pemegang saham pengendali.

Krom tidak langsung meresmikan ke publik semenjak rebranding diumumkan. Situs baru bisa diakses pada Oktober 2022, dengan catatan produk perbankan yang belum tersedia.

Seiring berjalannya waktu, dengan brand baru, Krom mulai membuka lewat kerja sama bisnis dengan Kredivo dan KrediFazz untuk skema loan channeling. Ketiga perusahaan ini merupakan bagian dari Kredivo Group. Fokus Krom sendiri adalah menggarap layanan perbankan digital untuk nasabah ritel, selaras dengan sister company-nya yang bermain di segmen ritel.

Saat ini aplikasi Krom sudah bisa diakses di Google Play dan App Store. Perusahaan menawarkan deposito berjangka dengan bunga hingga 8,75% per tahun, tabungan biasa dengan bunga 6% per tahun, gratis transfer dan top up hingga 30 kali sebulan, dan permudah nasabah buat alokasi hingga 40 tabungan yang disesuaikan dengan tujuan keuangan.

Tak hanya itu, di dalam aplikasi juga menawarkan kemudahan pembayaran tagihan dan top up pulsa. Peresmian Krom Bank secara publik bakal digelar pada pekan depan, hari Selasa (27/2).

Application Information Will Show Up Here

Hati-hati! Berikut Daftar Fintech Ilegal yang Harus Diwaspadai

Dalam era modern yang diwarnai oleh pesatnya perkembangan teknologi, fenomena pinjaman online telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan finansial banyak orang.

Kemudahan akses, proses yang cepat, dan minimnya persyaratan membuat layanan ini diminati oleh banyak individu yang membutuhkan dana cepat. Namun, di tengah laju inovasi ini, muncul pula bahaya yang mengancam yaitu adanya pinjaman online ilegal.

Pentingnya keberlanjutan ekosistem finansial digital yang sehat tidak hanya melibatkan pemberi pinjaman online yang sah, tetapi juga kesadaran masyarakat terhadap risiko yang mungkin terkandung di dalamnya. Pinjaman online ilegal menjadi sorotan dalam konteks ini, sebagai entitas yang beroperasi di luar regulasi dan menghadirkan risiko serius bagi konsumen yang tidak waspada.

Apa Itu Pinjaman Online Ilegal dan Bagaimana Mereka Beroperasi?

Pinjaman online ilegal adalah layanan keuangan yang tidak memiliki izin atau regulasi dari otoritas keuangan yang berwenang. Pinjaman online ilegal tidak hanya sekadar merupakan penyimpangan dari norma regulasi keuangan, tetapi juga mencakup praktik-praktik yang dapat merugikan peminjam, seperti bunga yang tinggi, ketentuan kontrak yang tidak jelas, dan penagihan yang agresif.

Terkadang, entitas ini dengan sengaja menawarkan kemudahan yang seolah-olah menggiurkan, namun di balik itu, mereka beroperasi tanpa izin resmi dan membuka pintu terhadap penyalahgunaan data dan eksploitasi finansial.

Ciri-ciri Pinjaman Online Ilegal

Mengidentifikasi pinjaman online ilegal menjadi langkah awal untuk melindungi diri. Ciri-ciri dari pinjaman online ilegal termasuk tidak adanya izin resmi dari otoritas keuangan, suku bunga yang tidak masuk akal, menawarkan begitu banyak kemudahan, serta kurangnya transparansi dalam menyajikan syarat dan ketentuan pinjaman.

Ancaman Tersembunyi dari Pinjaman Online Ilegal

Pinjaman online ilegal dapat menimbulkan dampak yang berbahaya bagi para peminjam, termasuk penyalahgunaan data dan risiko keuangan.

Pinjaman online ilegal sering kali mengumpulkan informasi pribadi peminjam tanpa keamanan yang memadai. Hal itu akan membuat peminjam rentan terhadap pembobolan data dan penyalahgunaan identitas. Selain itu, suku bunga yang tinggi dan biaya tersembunyi dapat membuat peminjam terjebak dalam lingkaran utang.

Daftar Pinjaman Online Ilegal yang Harus Diwaspadai

Beberapa entitas pinjaman online ilegal telah banyak merugikan masyarakat. Dari laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat 168 entitas yang diduga sebagai kejahatan finansial online. Beberapa diantaranya adalah:

  • ALI Uang – Pinjaman Uang Tunai Mudah Flash Cepat
  • Ayo Cepat Cair – Pinjol Tronjal Tronjo
  • Ayo RupiahPinjaman uang tunai tanpa jaminan cepat
  • BayarHelper – Pinjaman Uang Cepat
  • Blue Kilat
  • Bos Tunai – pinjaman online cepat cair
  • Bursa Pinjaman – Pinjam Dana Rupiah Cepat
  • Cashbus – Pinjaman uang tunai online cepat
  • Dana Cepat Online
  • Cashe – Pinjam Uang Cepat & Dana KTA Kilat
  • Dana onlinePinjam Uang Cepat Mudah
  • Ccash uang- pinjaman tanpa jaminan pinjaman ponsel
  • cepatdompetyuk
  • Dana Cepat – Pinjaman Online Super Kilat
  • Dana SimpananPinjam Dana uang Cepat Tanpa Jaminan
  • DanaGO! – Pinjaman KTA Uang Online
  • Dompet TunaiPinjaman Uang Online Cepat
  • Dompet PinjamanKredit Pinjaman Online Dana Kilat
  • Easy Uang ProPinjaman Uang Online Tanpa Jaminan
  • Getcash

Anda dapat melihat daftar lengkanya di tautan ini.

Penting bagi masyarakat untuk waspada terhadap pinjaman online ilegal yang dapat merugikan secara finansial dan merugikan secara pribadi. Edukasi diri tentang entitas pinjaman online yang resmi dan mematuhi regulasi dapat membantu melindungi diri dari bahaya yang timbul akibat pinjaman ilegal.

Jangan ragu untuk melaporkan praktik ilegal tersebut kepada otoritas yang berwenang agar tindakan yang tepat dapat diambil untuk melindungi konsumen dari risiko tersebut.

Adrian Gunadi Mundur dari Jabatan CEO Investree di Tengah Isu Mismanajemen

DealStreetAsia melaporkan Co-founder dan CEO Investree Adrian A Gunadi mengajukan pengunduran diri kepada dewan direksi, di tengah tuduhan pelanggaran dan tantangan lain yang dihadapi perusahaan. Salman Baharuddin (Chief of Sales Investree) dikabarkan akan mengisi kekosongan posisi tersebut.

Dalam surat pengunduran dirinya, Adrian menyampaikan pengunduran ini efektif per tanggal 31 Januari 2024. “Saya setuju surat ini tidak dapat dibatalkan dan tidak dapat dicabut dengan alasan apapun. Saya menegaskan bahwa saya tidak memiliki tuntutan lebih lanjut terhadap perusahaan dalam bentuk apa pun,” bunyi surat itu.

Dalam surat lainnya disebutkan bahwa Adrian mengaku mengalihkan dana Investree ke rekening bank pribadinya dan juga menggunakan posisinya sebagai direktur untuk menjadikan Investree sebagai penjamin perusahaan pribadi. Kabar pengunduran ini sudah beredar sejak awal tahun ini.

Sumber juga menyampaikan, para pemegang saham Investree telah mengadakan rapat umum luar biasa (RUPSLB) secara online pada 17 Januari 2024 untuk memberhentikan Gunadi dari jabatannya dan menggantikannya dengan Salman Baharuddin, yang sudah bergabung sejak tujuh tahun lalu. Sumber lain mengatakan bahwa Salman sudah cukup lama menangani operasional sehari-hari.

Terkait surat pengunduran ini, OJK mengaku belum menerima pemberitahuan dari Investree mengenai perubahan kepemimpinan.

Tersandung isu lainnya

Pengunduran Adrian dan tindakan penyalah gunaan ini merupakan efek bola salju yang terjadi di dalam internal perusahaan. Perusahaan mengalami isu kredit macet yang membengkak sejak tahun lalu dan likuiditas yang ketat.

Sumber DealStreetAsia menyampaikan Investree kesulitan menutupi biaya operasional karena tidak mampu mencetak pendapatan yang berarti. Ditambah, pendanaan Seri D disebutkan belum cair sejak pengumuman ke publik beredar pada Oktober 2023.

Sebagai catatan, pendanaan Seri D ini bernilai 220 juta Euro (Rp3,6 triliun) yang dipimpin oleh JTA International Holdings Qatar.

Sebelum pengumuman pendanaan ini, sejak Mei 2023, Investree masuk dalam radar OJK karena isu gagal bayar. Pendana di Investree belum dibayar hingga ratusan hari. Regulator pun turun tangan dengan menjatuhkan sanksi administratif pada 9 Januari 2024 karena “melanggar ketentuan yang berlaku”.

“Jika ditemukan pelanggaran ketentuan lebih lanjut, OJK akan mengenakan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku, antara lain teguran tertulis, denda, pembatasan kegiatan usaha, hingga pencabutan izin usaha,” kata Agusman (Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya).

Per hari ini (30/1), TKB90 Investree berada di angka 83,56%. Artinya persentase kredit bermasalah atau tingkat wanprestasi atau TWP kini mencapai 16,44%. Angka ini lebih rendah dari rata-rata industri lending sebesar 97,18% per September 2023.

Perusahaan pun diseret oleh para pendananya ke meja hijau hingga tiga kali gugatan dilayangkan. Nilai kerugian yang diungkap mencapai lebih dari miliaran Rupiah.

Application Information Will Show Up Here

Flip Mulai Hadirkan Fitur Pembayaran QRIS

Baru-baru ini, startup fintech Flip mulai merilis fitur pembayaran QRIS. Kapabilitas baru ini memungkinkan pengguna aplikasi untuk melakukan pembayaran di berbagai merchant, termasuk ritel offline, menggunakan saldo yang dimiliki.

Dalam menghadirkan layanan QRIS, Flip memanfaatkan lisensi milik DutaMoney (PT Duta Teknologi Kreatif) yang sudah terdaftar sebagai penyelenggara QRIS di Bank Indonesia sejak Oktober 2023. Diketahui, DutaMoney juga merupakan backend di balik layanan Saldo di aplikasi Flip.

Kepada DailySocial.id, Head of Marketing Flip Andri Rahmad Wijaya mengatakan, “Dalam beberapa tahun terakhir, pengguna setia terus merekomendasikan Flip untuk menyediakan layanan QRIS untuk mempermudah transaksi mereka dalam satu platform keuangan. Oleh karena itu, Flip dengan bangga memenuhi kebutuhan dan masukan tersebut dengan menyediakan fitur QRIS di Flip untuk membantu pengguna Flip bertransaksi dengan mudah.”

Andri juga menerangkan, bahwa di fase awal ini layanan QRIS di Flip masih terus dioptimalkan bersamaan dengan upaya perusahaan untuk terus mendengar kritik dan saran pengguna. Kendati masih fokus ke B2C, namun Flip tidak menutup kemungkinan bahwa nantinya layanan QRIS juga akan tersedia sebagai bagian dari Flip for Business.

Bank Indonesia merilis data, bahwa sepanjang 2023 transaksi QRIS mencapai 229,96 triliun Rupiah. Capaian ini naik 130,01% dibanding tahun sebelumnya. Adapun jumlah pengguna QRIS sudah mencapai 45,78 juta akun, dengan total merchant mencapai 30,41 juta dengan mayoritas dari kalangan UMKM.

Terakhir, Flip telah menutup putaran tambahan untuk pendanaan seri B senilai $55 juta pada pertengahan 2022 lalu. Secara keseluruhan, kurang lebih Flip sudah mengumpulkan total pendanaan senilai $120 juta.

Dimulai dari layanan transfer gratis antarbank, kini Flip telah menjelma menjadi aplikasi keuangan dengan berbagai fitur. Untuk konsumer, selain QRIS dan transfer gratis, Flip juga menyediakan layanan e-money, remitansi, PPOB, hingga fitur Minta Uang (payment link). Mereka juga menjalankan model bisnis freemium lewat layanan Flip Plus, untuk mengakomodasi pengguna dengan intensitas transfer yang tinggi.

Sementara untuk B2B, Flip for Business juga telah diluncurkan dengan menyediakan solusi untuk memudahkan mitra mengelola transaksi bisnis. Layanan utamanya membantu bisnis untuk melakukan transfer uang domestik dan internasional, dapat diakses melalui dasbor ataupun terhubung lewat Open API yang disediakan.

Kabar kurang baiknya, awal tahun ini Flip mengumumkan telah melakukan layoff terhadap sejumlah karyawan. Co-founder & CEO Flip Rafi Putra Arriyan menyampaikan kondisi ekonomi global yang masih tidak menentu, jadi dalang di balik keputusan ini ditempuh.

Keputusan sulit ini juga dilandasi pertimbangan atas keberlangsungan bisnis Flip di jangka panjang. Dari data terakhir yang diungkap, Flip telah memiliki lebih dari 400 pegawai dengan persentase mayoritas tim engineer dan operasional.

Sejauh ini Flip telah melayani 13 juta pengguna (B2C) dan 1000 pengguna bisnis (B2B). Adapun transaksi bulanannya telah menapai miliaran Rupiah. Flip telah terhubung dengan lebih dari 100 bank dan transfer internasionalnya dapat terhubung ke lebih dari 50 negara.

Application Information Will Show Up Here