AwanTunai Secures 64 Billion Rupiah in Series A Round

A financial technology platform, AwanTunai, has secured Series A funding worth of $4.3 million or equivalent with Rp64 billion. It was led by Insignia Venture Partners and AMTD Group. Participated also in this round are Global Brains, Fennox Venture Capital, and some related parties. Using the fresh funding, AwanTunai aims to tighten its position in the Indonesian market with the prepared strategies and innovations.

Founded by Dino Setiawan, Windy Natriavi, and Rama Notowidigdo, AwanTunai has made digital distributions to thousands of micro-retail sellers for them to have access to working capital and payment receipts from AwanTunai consumer’s credit. As a platform, AwanTunai offers Indonesian banking and multi-finance company the ability to reach customers which their branches cannot. By digitization, the borrowing cost should be reduced and access will be provided to those haven’t been served.

As per October 2018, AwanTunai has served 300,000 loans and on this year’s Q4, the company aims to facilitate capital for 5,000 micro-merchants.

“We realize the fintech capacity is to help financial institutions to make a broader distribution for underserved market and low-cost organizations. We intend to allow banks in Indonesia providing access for all countries to the affordable and high-quality credit service.” Dino Setiawan, AwanTunai’s CEO, said.

About this investment, Yinglan Tan, Insignia Venture Partners’ Managing Partner said that he was very confident about the future of financial service is in the digital bank.

“Our investment in AwanTunai reflects their ability to be incumbent bank enabler, adopting necessary technology to distribute digital banking products,” he explained.

AMTD Group through Calvin Choi, AMTD Group’s Chairman mentioned that they are interested in the great potential ASEAN has and their investment in AwanTunai was an effort to gain a broad insight into the Indonesian market.

“We hope to make a deeper trace in Indonesia as well in the surrounding areas, and it means a partnership with AwanTunai in digital financial solution segment, including insurtech and wealthtech,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

GDP Venture dan Go-Ventures Beri Investasi ke Narasi TV

GDP Venture dan Go-Ventures, yang terakhir adalah perusahaan investasi Go-Jek, mengonfirmasi investasi terbaru ke platform media online Narasi TV. Narasi TV didirikan oleh Najwa Shihab, jurnalis profesional yang kini terjun sebagai pendiri startup media. Nilai investasi yang dikucurkan belum bisa diumumkan, menunggu peluncuran resmi Narasi TV dua pekan mendatang.

“GDP Venture dan Go-Jek [Go-Ventures] kini sudah jadi strategic partner kami. Prosesnya diskusinya sudah lama, tapi detil informasi belum bisa diberikan, rencananya dua minggu lagi nanti saat launch resmi Narasi TV,” terang Founder Narasi TV Najwa Shihab di sela-sela acara The ICON 2018, Selasa (13/11).

Menurut Najwa, investasi perdana ini kebanyakan bakal digunakan untuk merekrut lebih banyak talenta, membangun teknologi, membuat acara, dan sisanya untuk operasional perusahaan. Dia menyebut saat ini Narasi TV tumbuh cukup pesat dari segi penambahan karyawan. Kini perusahaan sudah memiliki 110 orang yang mengelola berbagai konten online dan membina komunitas sendiri meski baru 10 bulan beroperasi.

Narasi TV memproduksi konten dan menyebarnya ke berbagai platform digital dan televisi. Tema konten yang dibuat berdasarkan visi misi Narasi TV yakni anti korupsi, toleransi, dan partisipasi yang dikemas sesuai target penonton berasal dari generasi milenial.

Terdapat 12 program eksklusif yang dibuat Narasi TV. Beberapa di antaranya sudah memiliki sponsor untuk monetisasinya, seperti Mata Mata, Narasi People, Buka Mata, dan lainnya.

Tim Narasi TV / Narasi TV
Tim Narasi TV / Narasi TV

Ada pula satu program yang khusus tayang di TV, yakni Mata Najwa, hasil kerja sama dengan stasiun TV swasta Trans7. Khusus program terakhir, sudah mengudara sejak sembilan tahun sehingga memiliki pangsa pasar yang cukup kuat di Indonesia.

“Tahun depan mau tambah tiga konten lagi. Rencananya bakal ada puluhan program yang mau kita produksi di Narasi TV.”

Najwa menambahkan, pihaknya juga memperkuat komunitas offline yang disebut Mata Kita. Komunitas ini sudah hadir di seluruh Indonesia, mengajak masyarakat untuk membuat konten mereka sendiri yang mencerminkan daerah masing-masing.

“Narasi TV siap perkuat peluang kolaborasi dengan berbagai pihak agar presence kami bisa lebih kuat di Indonesia,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

eFishery Raup Dana Seri A Senilai 58 Miliar Rupiah, Berencana Ekspansi ke Negara Asia Tahun Depan

Startup pemberi pakan ikan otomatis asal Bandung, eFishery, mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $4 juta (sekitar 58 miliar Rupiah). Investasi baru ini akan dimanfaatkan untuk memantapkan rencana ekspansinya ke negara-negara Asia pada 2019.

Pendanaan baru ini didapat dari tujuh investor baru, antara lain Wavemaker, 500 Startups, Unreasonable Capital, Social Capital, Northstar Group, Triputra Group, dan Maloekoe Ventures. Dua investor terdahulu, Aquaspark dan Ideosource juga turut berpartisipasi.

Dalam wawancaranya dengan DailySocial, Co-Founder dan CEO eFishery Gibran Huzaifah mengungkapkan, rencana strategisnya untuk membuka pasar baru di bisnis hardware untuk kawasan Asia. Ada tiga negara yang diincar, yakni Thailand, Bangladesh, dan Vietnam.

Saat itu, menurut Gibran, ekspansi di tiga negara tersebut baru sebatas pilot project dan belum sepenuhnya komersial. Dengan raihan pendanaan baru, pihaknya akan mengomersialkan bisnis tersebut pada pertengahan 2019.

“Pendanaan ini fully untuk ekspansi bisnis kami saat ini (hardware solution). Kami ingin tingkatkan pasarnya di Indonesia dan mulai open market baru di luar negeri,” ungkapnya ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.

eFishery mengembangkan solusi berbasis Internet of Things (IoT) melalui Smart Feeder, yakni perangkat pemberi pakan ikan otomatis. Salah satu fungsinya adalah memberikan pakan ternak ikan secara terjadwal. Saat ini, Smart Feeder telah digunakan peternak ikan di Jawa Barat dan Lampung.

Pada ekspansi ini, eFishery akan bekerja sama mitra lokal di ketiga negara. “Kita cari pemain besar dan kita sudah dapat partner di sana. Jadi kita tawarkan peluang bisnis dengan large corporation-nya. Misalnya, channel (distribusi) kita, bisa dipakai sebagai channel mereka. Nanti bikin perusahaan patungan (JV),” jelas Gibran.

Sebetulnya, permintaan layanan tak hanya datang dari ketiga negara tersebut. Menurut Gibran, permintaan lain juga datang dari negara-negara Asia lainnya, seperti Sri Lanka, Kamboja, dan Myanmar.

Gibran sendiri menyebut lebih memilih pasar negara besar, seperti India dan negara-negara Amerika Selatan. Di sana peluangnya sangat besar mengingat budidaya ternak udang juga besar.

“Tapi kami mau fokus di tiga negara dulu. Kalau nanti sudah proven di negara-negara tersebut, ini bisa jadi story buat kami untuk push di negara lain dan tumbuh lebih jauh lagi. Semisal, kami mau raise [pendanaan Seri B], itu bisa untuk region expansion dengan model bisnis apapun,” tambah Gibran.

Monetisasi data dengan credit scoring

Selain membuka pasar baru, eFishery juga fokus di pasar dalam negeri untuk memantapkan posisinya di rantai pasokan perikanan. Pihaknya akan mengutilisasi dan memonetisasi data yang diambil dari Smart Feeder untuk engage ke lebih banyak peternak ikan hingga stakeholder terkait di ekosistem perikanan.

Hardware yang kami deploy itu mengambil banyak data berbagai macam. Kami mau leverage dan utilisasi sehingga bisa kasih value ke customer atau klien. Contohnya, kami ingin buat semacam credit scoring yang menghubungkan petani dengan bank,” ucap Gibran.

Selama ini ia melihat banyak perbankan dan asuransi ragu untuk memberikan pinjaman atau produk asuransi kepada peternak ikan dan tambak udang karena risiko besar. Dengan data yang dimiliki, eFishery dapat mengelola dan menganalisis risiko sehingga bank mau memberikan pinjaman.

Menurutnya, hal ini dapat menguntungkan kedua belah pihak. Perbankan mendapatkan pasar pengguna baru dan petani juga mendapat akses pendanaan untuk ekspansi. eFishery melihat ini sebagai value chain baru karena dapat menawarkan Smart Feeder kepada mereka.

“Selain itu, kami bisa utilisasi data ke buyer. Data yang kami punya bisa memprediksi hasil panen dan kapan. Jadi sebelum ikan terjual, kita tawarkan hasil panen ke buyer. Dua-duanya kami sedang lakukan pilot project, tinggal tentukan model bisnisnya dan roll out di area mana dulu,”

Gibran meyakinkan bahwa pihaknya tidak menjual data, melainkan mengambil fee dari setiap transaksi pinjaman yang berhasil dari setiap data yang dihubungkan ke bank.

Terakhir Gibran menambahkan, eFishery akan memperluas pangsanya di pasar domestik dengan membuka kanal distribusi baru di area sentra perikanan di Sulawesi, Kalimantan, dan Sumatera hingga akhir tahun ini. Targetnya, eFishery akan ada di 35 area di Indonesia dari tujuh area saat ini.

AwanTunai Kantongi 64 Miliar Rupiah di Putaran Pendanaan Seri A

Platform teknologi finansial AwanTunai berhasil mengantongi pendanaan Seri A senilai $4,3 juta atau setara dengan Rp64 miliar. Pendanaan kali ini dipimpin oleh Insignia Venture Partners dan AMTD Group. Terlibat juga dalam putaran pendanaan kali ini Global Brains, Fenox Venture Capital, dan beberapa pihak terkait lainnya. Dengan dana segar yang didapat, AwanTunai berharap akan memperkuat posisinya di pasar Indonesia dengan sejumlah strategi dan inovasi yang disiapkan.

Didirikan oleh Dino Setiawan, Windy Natriavi, dan Rama Notowidigdo, AwanTunai telah membangun distribusi digital ke ribuan pedagang mikro-retail untuk memudahkan ke akses modal kerja dan penerimaan pembayaran dari kredit konsumen AwanTunai. Sebagai platform AwanTunai sendiri menawarkan kepada perbankan Indonesia dan perusahaan multi-finance kemampuan untuk menjangkau pelanggan yang tidak bisa dijangkau oleh kantor cabang mereka. Dengan digitalisasi biaya peminjaman bisa dipangkas dan memberikan akses kepada mereka yang selama ini belum terlayani.

Per Oktober 2018 AwanTunai sudah melayani 300.000 aplikasi pinjaman dan di Q4 tahun ini perusahaan menargetkan bisa melayani permintaan permodalan untuk 5.000 micro merchant.

“Kami menyadari bahwa kekuatan fintech adalah membantu lembaga keuangan yang ada untuk mendapatkan distribusi yang lebih luas ke pasar yang kurang terlayani dan biaya organisasi yang rendah. Kami berharap dapat memungkinkan bank-bank di Indonesia untuk menyediakan akses untuk seluruh negara ke layanan kredit berkualitas yang terjangkau,” terang CEO AwanTunai Dino Setiawan.

Menanggapi investasi ini, Managing Partner Insignia Ventures Partners Yinglan Tan menyampaikan bahwa pihaknya sangat yakin bahwa masa depan layanan keuangan ada pada bank digital.

“Investasi kami di AwanTunai mencerminkan kemampuan mereka untuk menjadi enabler bank incumbent mengadopsi teknologi yang diperlukan untuk menyebarkan produk perbankan digital,” terang Yinglan.

Pihak AMTD Group melalui Chairman AMTD Group Calvin Choi menambahkan mereka tertarik dengan potensi yang cukup besar di ASEAN dan investasi mereka di AwanTunai merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan wawasan yang luas mengenai pasar Indonesia.

“Kami berharap untuk meningkatkan jejak kita di Indonesia serta di kawasan sekitarnya dan yang berarti kemitraan dengan AwanTunai di bidang solusi keuangan digital termasuk insurtech dan wealthtech,” terang Calvin.

Lalamove Raih Pendanaan Seri C 1,4 Triliun Rupiah, Perkuat Kehadiran di Indonesia

Lalamove, startup logistik on demand asal Hong Kong, menerima investasi Seri C senilai $100 juta (sekitar Rp1,4 triliun) yang dipimpin ShunWei Capital dan diikuti investor terdahulu, seperti Xiang He Capital dan MindWorks Ventures.

Cheng Tian, Partner ShunWei Capital, menuturkan, Lalamove adalah investasi penting buat VC di sektor logistik. Diperkirakan ada pertumbuhan kuat dalam sektor pengiriman dalam beberapa waktu terakhir, yang tercermin dalam pertumbuhan dan kinerja Lalamove.

“Hanya dalam beberapa tahun, standarisasi, kecepatan layanan, operasional yang ramping, dan strategi pelaksanaan Lalamove semuanya secara drastis meningkatkan efisiensi serta membentuk reputasi yang sangat baik di seluruh Asia. Daya tahan dan upaya untuk terus berinovasi telah memungkinkan mereka memimpin bisnis pengiriman,” ucap Cheng dalam keterangan resmi.

CEO Lalamove Shing Chow menambahkan pihaknya akan terus mengembangkan layanannya ke kota lain yang dirasa dapat membuat perusahaan yakin dapat memberikan pelayanan pengiriman terbaik. Selain ekspansi, dana juga akan dipakai untuk merekrut talenta baru di seluruh bagian organisasi demi menghadirkan fitur baru yang memungkinkan lebih banyak akses langsung ke mitra Lalamove.

Salah satunya adalah layanan terbaru integrasi API dari Lalamove yang membantu UMKM memanfaatkan teknologi pengiriman on-demand Lalamove melalui layanan bisnis mereka sendiri.

Di Jakarta, pertumbuhan Lalamove diklaim mengalami pertumbuhan yang cukup eksponensial selama enam bulan terakhir. Ada lebih dari 15 ribu pengguna dengan ribuan mitra pengemudi.

Pendanaan ini akan menjadi pijakan kuat untuk perkuat penetrasi Lalamove di Jakarta dengan terus menambah mitra karena disebutkan mengalami permintaan yang terus meningkat.

Pada Juli 2017, Lalamove diklaim telah mencapai tonggak penting dalam menyediakan layanan pengiriman di 100 kota untuk melayani lebih dari 15 juta pengguna. Didukung lebih dari 2 juta mitra pengemudi di seluruh Tiongkok dan Asia Tenggara.

Model bisnis Lalamove

Lalamove hadir di Indonesia dan mulai beroperasi sejak Februari 2018. Dalam layanannya, Lalamove memanfaatkan kemampuan web, mobile web, dan ekonomi berbagi untuk menyediakan layanan pengiriman pada hari yang sama bagi UKM yang membutuhkan layanan pengiriman on-demand yang cepat.

Dalam wawancara sebelumnya bersama DailySocial, Marketing Manager Lalamove Indonesia David Ceasario mengatakan Lalamove mengirim barang pada hari yang sama dengan maksimal jarak tempuh sekitar dua jam untuk satu lokasi dan tambahan 30 menit untuk lokasi tambahan.

Pengguna bisa memilih armada pengiriman dengan moda roda dua dan roda empat. Untuk mendaftar sebagai mitra, hanya perlu mengisi data pribadi, data kendaraan, SIM, usia di atas 18 tahun, dan bersedia mengikuti pelatihan sebelum terjun ke lapangan.

Perusahaan menetapkan pembagian komisi untuk mitra 80% dari nominal order, sisanya masuk ke perusahaan. Besaran tarif yang ditetapkan adalah flat tanpa jam sibuk.

Untuk motor, tarif pengiriman di 5 km pertama sebesar Rp16 ribu dan untuk km berikutnya dikenakan biaya Rp5 ribu per km. Sementara, kalau mobil sebesar Rp16.500 untuk 3 km pertama, setelah 5 km dikenakan tarif Rp5 ribu per km.

Pengguna dapat melakukan permintaan tambahan kepada mitra apabila pengiriman dilakukan tengah malam, libur nasional, tambahan tujuan, dan bantuan ekstra. Ada biaya masing-masing untuk setiap layanan tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Grab Receives Funding Worth 3.7 Trillion Rupiah from Hyundai and Kia Motors

Today (11/7) Grab announced new investment worth of $250 million (around 3.7 trillion rupiah) from Hyundai Motor Company and Kia Motors Corporation. This investment has initiated a partnership among those three to start the initiative for electric vehicle development in Southeast Asia. It is Grab’s advanced step to raise funding up to $3 billion by the end of 2018.

Grab, Hyundai, and Kia will launch a series of electric vehicles trials start from Singapore next year. It’s focused on the use of electric vehicles to maximize cost efficiency for Grab drivers. The partnership will also involve regional stakeholders, include the government and industry players in the area, such as building a fast-charging center network.

“As a home to one of the fastest growing consumers in the world, Southeast Asia is considered as a rapid growth market for electric cars. Having unbeatable track record, Grab is the best partner to help electric vehicles adoption in Southeast Asia,” Youngcho Chi, Hyundai Motor Group’s Chief Innovation Officer, said.

The partnership will be focused on presenting electric vehicle maintenance solutions. Therefore, they also plan some research activities for optimization in adjusting climate in Southeast Asia.

“As an owner of the largest electric vehicle group, we are very excited to build a partnership with Hyundai Motor Group in supporting electric vehicle adoption throughout Southeast Asia. We have the same vision about mobility electrification as a key to build an environment-friendly transportation platform with low cost,” Ming Maa, Grab’s President explained.

Last week, Grab has just announced $200 million (worth 3 trillion rupiah) funding from Booking Holdings. Using big capital, Grab wants to make a “super app” platform. It does not only work as a transportation provider but also make benefits for other business models, one of those through GrabPay.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Grab Terima Pendanaan 3,7 Triliun Rupiah dari Hyundai dan Kia Motors

Hari ini (07/11) Grab mengumumkan perolehan investasi baru senilai $250 juta (setara 3,7 triliun Rupiah) dari Hyundai Motor Company dan Kia Motors Corporation. Investasi ini turut membentuk kerja sama ketiga pihak untuk memulai inisiatif pengembangan kendaraan listrik di Asia Tenggara. Pendanaan ini menjadi kelanjutan dari ambisi Grab untuk menggalang dana hingga $3 miliar hingga akhir tahun 2018.

Selanjutnya Grab, Hyundai, dan Kia akan meluncurkan serangkaian proyek percontohan kendaraan listrik yang dimulai dari Singapura tahun depan. Percontohan fokus pada penggunaan kendaraan listrik untuk memaksimalkan efisiensi biaya bagi mitra pengemudi Grab. Kemitraan juga akan bekerja dengan para pemangku kepentingan regional, termasuk pemerintah dan pemain industri untuk meningkatkan infrastruktur kendaraan listrik di wilayah tersebut, seperti membangun jaringan pusat-pusat pengisian cepat.

“Sebagai rumah dari salah satu pusat konsumen yang tumbuh paling cepat di dunia, Asia Tenggara merupakan pasar yang berkembang sangat pesat untuk mobil listrik. Dengan rekam jejak yang tak tertandingi, Grab merupakan mitra terbaik yang akan membantu mempercepat adopsi kendaraan listrik di Asia Tenggara,” terang Chief Innovation Officer Hyndai Motor Group, Youngcho Chi.

Kemitraan juga akan fokus menghadirkan solusi perawatan kendaraan listrik. Untuk itu mereka juga merencanakan serangkaian kegiatan riset untuk optimasi kendaraan listrik menyesuaikan iklim di kawasan Asia Tenggara.

“Sebagai pemilik armada kendaraan listrik terbesar di Singapura, kami sangat bersemangat untuk membangun kemitraan dengan Hyundai Motor Group dalam mendorong adopsi kendaraan listrik di seluruh Asia Tenggara. Kami memiliki visi yang sama tentang elektrifikasi mobilitas sebagai salah satu pondasi kunci untuk membangun platform transportasi yang ramah lingkungan dengan biaya terendah,” terang President of Grab, Ming Maa.

Minggu lalu Grab baru saja mengumumkan perolehan pendanaan senilai $200 juta (setara 3 triliun Rupiah) dari Booking Holdings. Dengan modal besar, Grab ingin menjadikan platformnya sebagai “super apps”. Tidak lagi sekadar sebagai penyedia layanan transportasi, namun juga memberikan manfaat untuk model bisnis lain, salah satunya melalui GrabPay.

Application Information Will Show Up Here

Nalagenetics Terima Pendanaan Awal 15 Miliar Rupiah, Kembangkan Layanan Tes Genetik Berbiaya Murah

Startup di bidang kesehatan (healthtech) untuk pengujian genetik Nalagenetics hari ini (01/11) mengumumkan perolehan putaran pendanaan tahap awal (pre-seed round) senilai $1 juta (setara 15 miliar Rupiah). Pendanaan ini didapat East Ventures, Intudo Ventures, dan beberapa angel investor. Melalui solusinya, Nalagenetics mencoba menghadirkan layanan tes genetik yang berbiaya murah disesuaikan pasar Asia. Penetrasi bisnisnya akan dimulai di pasar Singapura dan Indonesia.

Dana yang diperoleh akan dialokasikan untuk menyelesaikan proof-of-value project bekerja sama dengan beberapa rumah sakit dan institusi kesehatan di Singapura dan Indonesia. Selain itu Nalagenetics juga mengharapkan bisa merekrut anggota untuk menguatkan tim. Selain tes genetik, Nalagenetics juga mengembangkan beberapa produk lain untuk mendukung pengujian, termasuk Cilincal Decision Support dan Patient Engagement Tools.

Nalagenetics didirikan oleh sekelompok ilmuwan, yakni Jianjun Liu, Astrid Irwanto, Alexander Lezhava dan Levana Sani. Keempatnya bertemu saat bekerja di Genome Institute of Singapore. Pengembangan produk tes genetik bukan tanpa sebab, tim Nalagenetics mendasarkan pada sebuah temuan riset yang dilakukan di Singapura. Banyak kerugian yang bisa ditimbulkan oleh efek samping obat karena faktor genetik. Nalagenetics berfokus pada farmakogenomik, cabang dalam genetika yang mempelajari bagaimana DNA mempengaruhi respons obat seseorang.

Nalagenetics
Founder Nalagenetics / Nalagenetics

Sekitar 30% efek samping oleh obat-obatan disebabkan karena faktor genetik. Dengan mengetahui susunan genetik seseorang dapat menyelamatkan pasien dari efek samping, yang kadang bisa saja mematikan. Produk Nalagenetics juga berproses dari temuan dan pengujian para founder-nya. Salah satunya Astrid, dalam sebuah penelitiannya di Papua, ia bekerja sama dengan Lezhava untuk merancang tes genetik dengan biaya di bawah $5 dan melakukan tes sebanyak 1000 kali

Tes genetik ini diharapkan juga memberikan solusi pengobatan terbaik. Misalnya saat di Genome Institute of Singapore, tim bekerja sama untuk membawa produk biomarker genetik yang mereka temukan untuk menentukan apakah pasien kusta tertentu ada kemungkinan memiliki reaksi merugikan yang bisa berdampak fatal, dalam bahasa medis disebut Sindrom Hipersensitivitas Dapsone (DHS). Deteksi tersebut hasilnya akan digunakan untuk penentuan obat-obatan untuk menghindari efek samping.

Sepak terjang dan pembuktian penelitian tim Nalagenetics yang juga membuat para investor percaya. Salah satunya diungkapkan Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca. Ia mengungkapkan, pertemuan pertama dengan tim Nalagenetics membuatnya langsung terkesan. Apa yang diselesaikan Nalagenetics akan berdampak baik bagi populasi di Asia. Solusi tes dengan biaya hemat yang dikerjakan dipastikan dapat diakses oleh khalayak yang lebih luas.

Pun demikian dengan Partrick Yap, Founding Partner Intudo Ventures. Ia menyampaikan bahwa inovasi yang turut didukung ilmuwan Indonesia ini akan membantu mengatasi tantangan kesehatan lokal yang sebelumnya diabaikan. Pihaknya berkomitmen mendukung bisnis Nalagenetics melalui jaringan mitra strategis lokal dan internasional yang dimiliki.

Sejak didirikan pada tahun 2016 untuk proyek kusta, Nalagenetics telah diinkubasi di program Harvard’s Venture Incubation Program dan memperoleh dukungan untuk pengembangan tes genetik mereka di Genome Institute of Singapore melalui Exploit Technologies Pte Ltd (ETPL).

Nusantara Technology Receives Series A Funding Led by Alpha JWC Ventures

Nusantara Technology, a parent company for some services, such as Yukepo.com (Yukepo), Keepo.me (Keepo), and PlayingViral, secures a Series A funding led by Alpha JWC Ventures. Also participated in this round is Insignia Ventures. Nusantara Technology, through this funding, will create a stronger business line and have the ambition to be a million dollar company.

Millennials is said to be a potential market for digital business nowadays, including Indonesia. In order to take it, Nusantara Technology provides some popular services. Yukepo, Keepo, and Playing viral play different role for Nusantara Technology business to attract millennials.

“We started from Yukepo for women and Keepo for general millennials because we find great potential in Indonesia, then. What makes us different from other media outlets targeting millennials is our content. It is better and original. While others making social media as a source, we make our own content. Every section, politics, lifestyle, gossip, and other has its own editor, illustrator, and videographer to make original and good content for articles. We use data to decide productions. Thus, believe it or not, our traffic is organic,” Steven Wongsoredjo, Nusantara Technology’s CEO, said.

Aside from two media for millennials, Nusantara Technology also owns PlayingViral, an SaaS (Software as a Services) to make and manage interactive marketing content to acquire more users with the current personalization and data. PlayingViral targets the business sector from SMEs to corporates.

Nusantara Technology aims to be a million dollar company through its three leading services.

“One of our visions in Alpha JWC Ventures is to help Indonesia’s founders leading the global technology. We’re impressed with the founder’s [Nusantara Technology] vision and commitment which bravely created a global product on its first day. We’re thrilled to take a part of the ambitious project and willing to do anything in our power to make it successful,” Jeffrey Joe, Alpha JWC Ventures’ Co-Founder and Managing Partner, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Induk Perusahaan Rumah.com Dapat Suntikan Dana 2,2 Triliun Rupiah

Induk perusahaan Rumah.com (Rumah), PropertyGuru berhasil mengamankan pendanaan sebesar $145 juta atau setara dengan 2,2 triliun rupiah. Putaran pendanaan Seri D ini diperoleh dari perusahaan investasi global KKR. Dengan investasi ini KKR bergabung dengan pemegang saham PropertyGuru bersama dengan TPG, Emtek dan Square Peg Capital. Pendanaan kali ini akan digunakan untuk memperkuat posisi PropertyGuru di Asia Tenggara termasuk konsolidasi penuh portal properti Batdongsan.com.vn di Vietnam.

Saat ini di Asia Tenggara PropertyGuru memiliki beberapa layanan yang memimpin pasar properti, seperti PropertyGuru di Singapura dan Malaysia, DDproperty.com di Thailand, Rumah.com di Indonesia dan yang baru saja bergabung Batdongsan.com.vn di Vietnam. Dan dengan pendanaan kali ini, pihak PropertyGuru akan terus mendorong investasi dalam teknologi dan membawa solusi yang bermanfaat bagi pencari rumah, agen real estate dan pengembang PropertyGuru.

“Investasi baru ini mengukuhkan validasi yang kuat dari pertumbuhan berbasis teknologi yang telah diberikan oleh PropertyGuru. Didukung oleh satu dekade kepemimpinan pasar di Asia Tenggara dan perkembangan bisnis dalam beberapa tahun terakhir. Hari ini Group kami sudah profitable, arus kas positif dan memiliki pendapatan yang tumbuh lebih dari 25 persen dari tahun ke tahun. Kami berbahagia menyambut KKR, investor blue-chip, bergabung menjadi dewan investor kami, karena kami miliki rencana ambisius untuk inovasi dan pertumbuhan dalam satu dekade ke depan,” terang Chief Executive Officer PropertyGuru Group Hari V Krishnan.

Pihak KKR juga menyambut positif investasi ini. Bagi mereka PropertyGuru telah berhasil memantapkan diri sebagai pimpinan di industri properti online Asia Tenggara, dan berharap dengan investasi ini bisa membawa PropertyGuru ke tingkat selanjutnya.

“Kami senang berinvestasi di PropertyGuru, salah satu bisnis teknologi yang paling menarik di Asia Tenggara. Dengan migrasi online cepat yang berjalan dengan baik di banyak industri, tim PropertyGuru yang dipimpin oleh Hari V Krishnan telah dengan jelas memantapkan dirinya sebagai pemimpin di Asia Tenggara dalam industri properti online. Kami berharap dapat bermitra dengan mereka untuk membantu membawa ke tingkat selanjutnya,” terang Member & Head of Southeast Asia KKR Ashish Shastry.

Investasi KKR di PropertyGuru ini didanai melalui KKR Asian Fund III. Investasi tersebut merupakan bagian dari strategi KKR untuk berinvestasi di pasar dengan pertumbuhan yang tinggi dan diyakini bisa memperoleh manfaat dari peningkatan pesat teknologinya. Bagi PropertyGuru, selain konsolidasi penuh dengan Batdongsan dan fokus ke pasar Asia Tenggara, mereka juga berencana menembus vertikal baru dan mendongkrak penjualan di pasar.