Rencana SweetEscape Pasca Meraih Pendanaan Awal

SweetEscape, layanan pencari jasa fotografer siap melancarkan sejumlah rencana pasca memperoleh pendanaan tahap awal sebesar US$1 juta (sekitar Rp14 miliar) yang dipimpin oleh East Ventures. Pendanaan tersebut juga melibatkan sejumlah investor lainnya, termasuk Beenext, SkyStar Capital, dan GDP Venture.

Dana tersebut akan difokuskan untuk ekspansi di pasar Asia. Setelah Filipina, SweetEscape kemungkinan akan merambah ke Thailand dan Korea Selatan dalam waktu dekat. Perusahaan siap merekrut tim lokal dan bekerja sama dengan brand setempat untuk mengembangkan bisnis SweetEscape.

Tim lokal di masing-masing negara dipercaya dapat memberikan masukan dan saran yang relevan bagi para klien di masing-masing negara. Mereka juga diharapkan dapat mengedukasi pasar baru mengenai SweetEscape dan kemudahan yang ditawarkan.

Pendanaan tersebut sebenarnya sudah rampung pada tahun lalu, namun baru diumumkan ke publik oleh SweetEscape baru-baru ini. Bahkan pengumuman ini datang setelah pemberitahuan ekspansi perdana SweetEscape memasuki pasar Filipina.

CEO SweetEscape David Soong beralasan, “Pengumuman ini merupakan keputusan internal tim SweetEscape dan para investor terkait, ditambah kami melihat Filipina dan market Asia semakin besar dan menarik untuk dikembangkan lagi,” ujarnya kepada DailySocial.

“Gol kita adalah menjadi perusahaan berskala global. Saat baru dimulai, SweetEscape baru memiliki klien dari Indonesia saja, dan sekarang 45% klien kami dari luar Indonesia, kebanyakan dari Asia dan Amerika Serikat. Sebab pada dasarnya, fotografer profesional juga kebutuhan pasar global.”

Selain ekspansi, sambung David, SweetEscape juga akan memanfaatkan dana tersebut untuk membangun teknologi baru buat para kliennya. Perusahaan sedang mempersiapkan sebuah sistem yang dapat mengedit foto secara otomatis dengan kualitas tinggi dalam waktu kurang dari 24 jam.

“Karena tujuan kami adalah memberikan yang terbaik untuk klien, tentunya dari segi teknologi akan kami terus kembangkan.”

Founder dan COO SweetEscape Emile Etienne menambahkan, menjaga kualitas pemotretan dan mengedit foto berkualitas tinggi dengan cepat adalah tantangan tersendiri bagi perusahaan. Oleh karena itu, kehadiran teknologi yang tepat tentunya akan jadi solusi tidak hanya bagi klien, namun juga untuk para fotografer.

“Tim kami telah membangun aplikasi pemesanan foto yang paling mudah digunakan dan kami akan terus berinvestasi dalam TI untuk membuat seluruh pengalaman mulus bagi klien kami dan fotografer kami,” ujar Emile.

Dua tahun SweetEscape berdiri, mengklaim telah memiliki 2 ribu fotografer tersebar di lebih dari 100 negara. Tanpa dirinci, klien SweetEscape mencapai lebih dari puluhan ribu orang dari seluruh dunia.

Application Information Will Show Up Here

PasarPolis Konfirmasi Perolehan Pendanaan Seri A dari Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka

PasarPolis, penyedia jasa teknologi asuransi (InsurTech), mengonfirmasi penerimaan dana segar Seri A dari tiga investor, Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka dengan nilai yang tidak disebutkan. Kabar ini sudah santer berkembang sejak empat bulan lalu, namun hari ini (10/8) baru ada konfirmasi resmi dari PasarPolis.

Dana segar tersebut, menurut Founder dan CEO PasarPolis Cleosent Randing, mayoritas akan dipakai untuk pengembangan produk asuransi mikro tailor made (sesuai permintaan) yang lebih inovatif dari para mitra perusahaan untuk para pemegang polis. Perusahaan juga akan mengembangkan inovasi terbaru di bidang asuransi dengan memanfaat teknologi teranyar demi menawarkan pengalaman yang lebih baik.

“Kami bisa menciptakan produk asuransi mikro tailor made sehingga asuransi ke depannya bisa didemokratisasi, semakin banyak yang pakai asuransi maka harganya bisa lebih murah. Semua orang jadinya bisa ter-cover dengan asuransi,” kata Cleosent, Jumat (10/8).

Produk asuransi mikro tailor made yang ia maksud adalah produk yang dibuat  mitra perusahaan asuransi PasarPolis dengan menggunakan teknologi terkini dan dipasarkan lewat PasarPolis. Salah satu contohnya adalah produk Go-Produksi bersama Go-Jek, sudah diluncurkan pada 2017. Ini adalah asuransi jiwa mikro dan barang pribadi untuk mitra pengemudi, termasuk melindungi perangkat smartphone mereka.

Diklaim produk ini telah menjaring lebih dari 300 ribu mitra pengemudi yang rutin membayar premi Rp7.500 per bulan dengan uang pertanggungan sampai Rp30 juta. Untuk membeli asuransi ini, mitra pengemudi tidak dipaksa kedua belah pihak.

Menurutnya, asuransi mikro yang kemungkinan besar bakal dikembangkan untuk para pengguna Tokopedia seputar asuransi elektronik dan gawai. Sementara Traveloka tidak jauh-jauh dari asuransi perjalanan.

“Intinya produknya akan modular, simpel, dan klaimnya harus instan. Nanti variasi produknya akan lebih inovatif, sehingga pengalaman pemegang polis akan lebih baik.”

Inovasi produk

Tidak hanya menjadi agregator antara perusahaan asuransi dengan calon nasabah, perusahaan yang sudah berdiri sejak 2015 ini mengembangkan inovasi untuk klaim instan dan digital claim. Perbedaan antara keduanya, klaim instan itu berlaku ketika pemegang polis tidak perlu lagi mengajukan klaim.

Inovasi sudah diterapkan bersama Citilink, jadi ketika pengguna telah membeli asuransi perjalanan di Citilink kemudian dari pihak maskapai terjadi delay. Mereka tidak perlu lagi mengajukan klaim secara manual. Secara instan, dana klaim akan masuk ke rekening pengguna.

Sementara untuk digital claim adalah kondisi ketika pemegang polis bisa memproses administrasi dokumen klaim secara online. Cukup kirim via email saja nanti bisa langsung diproses oleh pihak asuransi.

“Inovasi ini yang akan kami terus kembangkan, mengubah ketakutan orang sebelum membeli asuransi adalah klaim yang susah. Nah ini yang mau kita mudahkan, jadinya orang tidak takut lagi untuk berasuransi,” tambah COO PasarPolis Christopher Kustono.

Disebutkan PasarPolis telah bermitra dengan lebih dari 100 produk asuransi dari sekitar 30 mitra asuransi yang memasarkan produknya di situs PasarPolis. Dari situ perusahaan telah memiliki sekitar 500 ribu pemegang polis, sekitar 300 ribu diantaranya datang dari mitra pengemudi Go-Jek.

PasarPolis menyediakan enam jenis produk asuransi, seperti asuransi perjalanan, kecelakaan diri, properti, kesehatan, jiwa, dan kendaraan motor.

PayTren Beli Lima Persen Saham Tempo.co Senilai 27 Miliar Rupiah

Perusahaan teknologi finansial PayTren (PT Veritra Sentosa Internasional) resmi menanamkan investasi senilai Rp27,3 miliar ke perusahaan media digital Tempo.co. Dengan investasi tersebut PayTren mendapatkan 152.881 lembar saham atau setara dengan 5% saham milik Tempo.co.

Founder PayTren Ustadz Yusuf  Mansur menjelaskan bahwa kerja sama investasi antara PayTren dan Tempo.co telah disepakati dengan itikad baik dan secara jujur akan memenuhi sepenuhnya prinsip-prinsip independensi media dan juga Good Corporate Governance (GCG) dan etika bisnis.

“Iya (pembelian) saham, tapi nanti Januari start-nya bismillah. Apa yang dimiliki Tempo dan PayTren saling isi dan menguatkan, secara resmi dan terprogram. Semuanya sudah sesuai planning dan on track,” terang Yusuf Mansur seperti dikutip dari Detik.

Investasi PayTren kali ini juga disebut sebagai bagian visi dan misi mengubah bangsa Indonesia menjadi bangsa investor. Momentum kali ini bisa jadi proses pembelajaran investasi bagi pengguna PayTren.

“Ini sesuai dengan nafas, visi dan misi PayTren dan saya pribadi, yang ingin berubah dan mengubah, DNA bangsa dan negara Indonesia menjadi bangsa dan negara investor. Perlu sebuah proses pembelajaran yang riil. Dan Tempo membuka pintu ini selebar-selebarnya,” terang Yusuf Mansur.

Di awal tahun Tempo.co juga menerima pendanaan Seri B dengan nilai yang tak disebutkan dari PT Karya Muda Berdikari.

Menanggapi investasi ini, Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk (induk perusahaan Tempo.co) Toriq Hadad menyampaikan kebanggaan bisa menjadi mitra PayTren. Ia juga berharap kerja sama ini bisa membuat masyarakat menjadi lebih baik.

“Tempo melihat PayTren sebagai komunitas dari berbagai kalangan, bukan hanya para orang tua, pekerja, tetapi juga orang muda yang dinamis dan mengembangkan diri dengan kemampuan jejaring yang kuat. Semangat mengubah keadaan menjadi lebih baik itu terlihat jelas pada diri pemimpinnya, Ustadz Yusuf Mansur,” terang Toriq.

Warung Pintar Receives 57 Billion Rupiah Fresh Funding

Warung Pintar announces the acquisition of fresh funding worth $4 million (around IDR 57.9 billion) from Vertex Ventures, Pavilion Capital, and Line Ventures. It will be Warung Pintar’s new arsenal to accelerate business in order to improve the quality of Jakarta’s kiosks and encourage the inclusion of micro business technology. The average monthly income of a kiosk partner is claimed to reach IDR 4.17 million or 15% higher than the minimum wage in the Greater Jakarta.

Previously, in February, Warung Pintar has acquired $4 million seed funding. In six months, the kiosk has increased more than 3000% from 12 to 319 kiosks. There are 12 thousand potential partners claimed to register. Earlier this month, Warung Pintar has announced a partnership with Go-Jek to receive Go-Pay as a cashless payment.

“We continue to innovate and listen to what customers and kiosk partners need so that the technology we develop is accessible and easy for them to use. We keep trying to solve the daily hyperlocal problems of these kiosks with the latest technology and global knowledge related to the products. Therefore, we’re building the engineering team based on a strong technical knowledge and a big heart for Indonesians,” Sofian Hadiwijaya, Warung Pintar‘s CTO, added.

In the previous interview, Warung Pintar mentioned that they use partnership system with anyone from the low-to-mid class. It only requires selection process and data verification before the kiosk open. One of those is to have space (owned property or rent) to build a kiosk.

Warung Pintar will rent the facilities as Wi-Fi, LCD TV, CCTV, the kiosk, dispenser, mini-refrigerators, stoves, and digital system as its first assets without monthly fees. The company doesn’t take fees as monetization from kiosk owners.

“Warung Pintar is truly born of the problems before our own eyes without we realize. We are confident and eager to bring financial inclusion to people without bank accounts (unbanked population) by providing them financial and additional income,” Willson Cuaca, East Venture’s Managing Partner and Warung Pintar’s Commissioner, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Warung Pintar Umumkan Perolehan Dana Baru 57 Miliar Rupiah

Warung Pintar mengumumkan perolehan dana baru senilai $4 juta (sekitar 57,9 miliar Rupiah) dari Vertex Ventures, Pavilion Capital, dan Line Ventures. Pendanaan ini akan menjadi bahan bakar Warung Pintar mempercepat usaha membantu meningkatkan kualitas warung di Jakarta dan mendorong inklusi teknologi untuk usaha mikro. Diklaim rata-rata pendapatan bulanan mitra warung dapat mencapai hingga Rp. 4,17 juta atau 15% lebih tinggi dari upah minimum wilayah Jabodetabek.

Sebelumnya, di bulan Februari, Warung Pintar juga memperoleh $4 juta untuk pendanaan awalnya. Dalam waktu enam bulan disebutkan jumlah kiosnya melonjak lebih dari 3000%, dari 12 kios menjadi 319 kios. Diklaim telah ada 12 ribu calon mitra Warung Pintar yang mendaftar. Awal bulan ini Warung Pintar mengumumkan kemitraan dengan Go-Jek untuk menerima Go-Pay sebagai alat pembayaran non-tunai.

“Kami terus berinovasi dan mendengarkan apa yang dibutuhkan pelanggan serta mitra kios agar teknologi yang kami kembangkan dapat diakses dan mudah digunakan oleh mereka. Kami terus mencoba memecahkan masalah hyperlocal yang dimiliki para warung ini setiap hari dengan teknologi terbaru serta pengetahuan global tentang produk. Oleh karena itu kami tengah membangun tim engineering dengan pemahaman teknis yang kuat dan hati yang besar bagi masyarakat Indonesia,” jelas CTO Warung Pintar Sofian Hadiwijaya.

Dalam wawancara terdahulu, pihak Warung Pintar menyebutkan Warung Pintar menerapkan sistem kemitraan dengan siapapun dari kalangan menengah ke bawah yang ingin berbisnis unit Warung Pintar. Persyaratannya mereka hanya cukup melalui proses seleksi dan verifikasi data sebelum warung buka. Salah satunya sudah memiliki lahan sendiri (bisa milik sendiri atau sewa) untuk dijadikan warung.

Warung Pintar akan meminjamkan fasilitas berupa Wi-Fi, TV LCD, CCTV, bangunan warung, dispenser, kulkas mini, kompor, dan sistem digital sebagai modal awalnya tanpa biaya bulanan. Perusahaan tidak mengambil fee dari para pemilik warung sebagai monetisasinya.

“Warung Pintar benar-benar lahir dari masalah yang ada di depan mata kita sendiri tetapi tidak kita sadari. Kami yakin dan bersemangat untuk membawa inklusi keuangan kepada penduduk yang belum memiliki rekening bank (unbanked population) dengan memberi mereka kekuatan finansial dan penghasilan tambahan,” ujar Managing Partner East Ventures dan Komisaris Warung Pintar Willson Cuaca.

Kredivo Secures Series B Funding Worth Over Rp435 Billion, Ready for Regional Expansion

Fintech startup engaged in online lending service FinAccel (using Kredivo brand) announces Series B funding worth US$30 million (over Rp435 billion) led by Square Peg Capital, with the new investor MDI Ventures and Atami Capital. Existing investors, such as Jungle Ventures, OpenSpace Ventures, GMO Ventures, AlphaJWC, and 500 Startups also participated in this round.

Akshay Garg, Kredivo’s CEO said it’ll be used for new service development outside the loan via e-commerce, regional expansion, and recruiting more talents in engineer and data scientists.

Regarding the target countries, it’s still in evaluation. The three countries in consideration are Thailand, Philippines, and Singapore. In the next six months, FinAccel will announce one of the countries ready for expansion.

“In the next six months, we’ll decide a country for expansion. It’s now being evaluated,” Garg said on Wed (7/25).

He continued that the new product in development will be targeting outside the e-commerce ecosystem, like loan for study, medical, emergency cost, house renovation, and others.

Tushar Roy, Square Peg Capital’s Partner commented in the official release that Kredivo is an institutional-class business in all aspects, through the automation of very complex loan elements, and trusted by Indonesia’s best merchants. Kredivo has a bank-class risk metric and already draw institutional debts.

Kredivo is claimed to have teams with integrity and high experience to be motivated in solving big problems for sellers and consumers in Indonesia, therefore, it’ll support the whole economic growth.

“We’re very proud to support Kredivo’s team vision in allowing a better financial service for the young generation in Indonesia and SEA,” he explained.

Nicko Widjaja, MDI Ventures’ CEO added, Kredivo is a market leader in consumer loan service with an advanced credit scoring process in the industry. Investment in Kredivo will mark MDI Ventures’ first portfolio in fintech lending segment.

“With our participation, we expect to support more underserved segments in this market, where we can access various kinds of credit sources that can use Kredivo technology to fasten the disbursement process,” he said.

Business performance and next plans

Garg said, the company will increase the marketing activities for new customer’s acquisition by setting up some billboards in public. They also raised some initiatives for strategic partnerships with Telkom Group that now involved as Kredivo investors network.

“We choose the leading strategic investors for the next time we can make partnership synergy. There will be many new initiatives to do with Telkom Group, particularly Telkomsel.”

After dua years establishment, Kredivo has become one of the most adopted alternative method for digital credit card by Indonesia’s marketplace. It is claimed to be the only online payday loan that has collaborated with almost 10 e-commerce sites, including Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada, and more than 200 others.

Kredivo’s business growth in GMV (Gross Merchandise Value) reaches 5 times up without any detailed number. The company has evaluated more than 2 million of Indonesia’s consumers and help the online merchants for significant customer retention and revenue.

Around 80% of the transaction every month comes from Kredivo loyal customers with more than 500,000 people in total. In fact, the bad loans ratio is kept under 5% according to the financial industry.

It has 15 companies as lenders that are multi finance and credit funds. Credit funds come from Hong Kong and SEA countries. BFI is still one of the exclusive lenders in Kredivo.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Automo Secures Seed Funding, Strengthen the Luxury Vehicle Rent Business in Indonesia

After starting its service in Jakarta, luxury vehicle rent platform Automo has announced it receives seed funding worth of Rp1 billion from Startup SG. The Singapore-based startup founded by Charles Lin has also achieved a grant from Enterprise Singapore worth of Rp300 million.

In addition, Automo announces the expansion in three cities, including Yogyakarta, Bandung, and Bali.

“Currently, besides Jakarta, Automo is available in three popular destinations in Indonesia. Starting from Jakarta, we’ve been focusing on team development, and planning expansion to other cities,” he said.

Automo also plans to add more variant for middle to high-class tourism transport option, such as private jet, helicopter, and the yacht.

“We have partnered up with Transwisata and CeoJetset to add premium transportation rental options for tourists. However, for the vehicles, we have added international brand options, including Mercedes S Class, Rolls Royce, and limousine,” he added.

Particularly for the most favorite destination in Indonesia, Bali, Automo provides two-wheeler transportation rentals, adjusting the habits and needs of foreign and local tourists to Bali.

Plans and targets

In terms of payment, Automo only provides a credit card option. However, to add payment options for customers, Automo is currently building a local legal entity to be integrated with local payment providers in Indonesia. The plan is to be finalized by the end of 2018.

“After bank transfer, we also plan to provide installment options for the customers,” Lin said.

In addition to the new locations in popular destinations, Automo continues the technology development in Singapore. They keep making negotiation and discussion with hotels and travel agents to connect Automo services with foreign and local tourists.

“We keep adding partnership with Singapore and Indonesian vendors. One example is when CeoJetset customers rent a jet from Jakarta to Bali. They can also rent Mercedes S Class in Bali through Automo with CeoJetset as a vendor partner. Partners will receive a referral fee later,” Lin explained.

Automo would like to invite more partners to provide rental options that can be directly monetized by related partners. It applies to all travel agents in Bali.

“Currently, we have 50 total vendor partners approximately in Indonesia, the same goes in Singapore,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Investree Secures Series B Funding, Targeting Thailand for the Next Expansion

P2p lending startup Investree announces the acquisition of Series B funding with undisclosed value led by SBI Holdings Inc. The other participated investors are Mandiri Capital Indonesia, Persada Capital, Endeavor Catalyst, and 9F Fintech Holdings Group. Kejora Ventures, as existing investor, also involves

SBI Holdings Inc. is a Japan-based multinational company. Along with its subsidiaries, the company engaged in the financial service segment, such as banking, insurance, economic information, credit card investment, p2p lending, asset management, and biotechnology.

The fresh fund will be used to develop a new technology and product lines, expand the user base by launching some marketing strategies, and recruiting new talents. In addition, Investree is ready to take Thailand after its business operation started in Vietnam as eLoan brand.

Adrian Gunadi, Investree’s Co-Founder and CEO, said the new office in Thailand will be officially running by the end of this year. Currently, they’re still digging with local partners regarding regulation and other mechanisms.

“When Investree first came to Indonesia, connection with the regulators and deep understanding of the market were two critical issues. This is our asset for regional expansion,” he added on Tue (7/31).

Next Plan

Aside of regional expansion, Investree started to expand its business outside Java. North Sumatra is one of the target areas. The company creates diversification by channeling scheme to distribute funding with BPD (Regional Representative Council) or BPR (People’s Representative Council) as a partner. The first step is with North Sumatra’s BPD that shows its commitment by distributing Rp200 billion.

“Furthermore, we can be partner with Asbanda for loan distribution with BPD or BPR which good intention in supporting our expansion outside Java.”

In addition, the company seeks new lenders by boosting up marketing initiatives. The company will continue to multiply loan sources, not only retail lenders but also institutions as an effort for easy funds to be distributed as loans for the borrowers.

Gunadi said that institution is currently reached 10% of the total lenders in Investree. They come from financial institutions, domestic and international hedge fund, bank, and multifinance. He expects the lender parts of this group can reach 30% by next year.

Investree has 45,528 lenders and around 2,256 borrowers in July 2018. The distributed crowdfund has reached Rp1.04 trillion or up to 70% of Rp1.5 trillion as the total target during this year.

The total distribution is around 80%-90% which comes from financing invoice products. The rest is from other products, such as merchant cash advance, online seller financing, employee b2b loan, SBR 003 sales, and sharia-based products. In average, the tenor given is 59 days with 16.6% interest rate.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Grab Receives IDR 29 Trillion Fresh Fund

Grab has secured new funding worth of $2 billion (equivalent with IDR 29 trillion), which brings the company to $11 billion valuations (IDR 159 trillion). The round includes previously announced investment from Toyota Motor Corp worth $1 billion.

Funding was acquired from several investors, including OppenheimerFund, Ping An Capital, Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, Cinda Sino-Rock Investment Management Company, All-Stars Investment, Vulcan Capital, Lightspeed Venture Partners, Macquarie Capital, and some undisclosed investors.

Grab continues to increase capital for the sustainable growth in dominating the ride-hailing market in Southeast Asia. Surprisingly, the news was announced right when its rival GO-JEK, launching its operation in Vietnam by the name Go-Viet.

Compared by valuation after the series of funding and business merger with Uber, Grab’s value has doubled GO-JEK. Indonesia’s first Unicorn has around $5 billion (IDR 72 trillion) valuation.

Both company, with a large investment, are showing off various service innovations as transportation options. Grab has just add some funtionality, including groceries delivery (partners with HappyFresh) to create the super app ecosystem in-app.

Tansportation sector brings a huge potential to Southeast Asia. According to Google and Temasek observation, the value will grow four times up by 2025 into $20.1 billion.

Market control is not without issues. A while ago, Singapore Competition and Consumer Commission of Singapore (CCCS) discovered a “double standard” by Grab post-Uber acquisition. It indicates a pattern trend in the market monopoly. The local government has given a warning for Grab not to reduce the transportation options (public) for locals.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab Peroleh Dana Baru 29 Triliun Rupiah (UPDATED)

Grab telah membukukan pendanaan baru senilai $2 miliar (atau setara dengan 29 triliun Rupiah), yang membawa perusahaan pada valuasi senilai $11 miliar (159 triliun Rupiah). Putaran tersebut termasuk dana yang sudah diumumkan dari Toyota Motor Corp senilai $1 miliar.

Pendanaan ini didapat dari sejumlah investor, yakni OppenheimerFunds, Ping An Capital, Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, Cinda Sino-Rock Investment Management Company, All-Stars Investment, Vulcan Capital, Lightspeed Venture Partners, Macquarie Capital, dan beberapa investor lain yang tidak disebutkan.

Penguatan modal terus dilakukan oleh Grab, demi menciptakan pertumbuhan berkelanjutan demi menguasai pasar ride-hailing di wilayah Asia Tenggara. Menariknya kabar pengumuman tersebut terendus tepat saat rivalnya GO-JEK meresmikan kehadirannya di Vietman menggunakan nama Go-Viet.

Jika dibandingkan berdasarkan prakiraan valuasi, pasca rentetan pendanaan dan penggabungan unit usaha dengan Uber, nilai Grab sudah mencapai dua kali lipat GO-JEK. Unicorn pertama Indonesia tersebut memiliki valuasi sekitar $5 miliar (72 triliun Rupiah).

Dengan investasi besar, keduanya terus berunjuk gigi menawarkan berbagai inovasi layanan sebagai pengiring moda transportasi. Grab baru saja menambahkan beberapa fungsionalitas, termasuk pengiriman bahan kebutuhan sehari-hari (bekerja sama dengan HappyFresh) demi menciptakan ekosistem super app di aplikasinya.

Terlepas dari varian layanan pendukung, sektor transportasi membawa potensi yang sangat besar di Asia Tenggara. Menurut prakiraan Google dan Temasek, nilainya akan tumbuh empat kali lipat pada tahun 2025 mendatang menjadi bernilai $20,1 miliar.

Penguasaan pasar bukan berarti tanpa isu. Beberapa waktu lalu Singapore Competition and Consumer Commission of Singapore (CCCS) menemukan adanya “standar ganda” yang dilakukan Grab pasca akuisisi Uber. Temuan tersebut mengindikasi pola yang cenderung pada monopoli pasar. Pemerintah setempat telah memberikan teguran agar Grab tidak berusaha mengurangi opsi berkendara (umum) untuk warga setempat.

Application Information Will Show Up Here