Layanan Analisis dan Manajemen Data PHI-Integration Dapatkan Pendanaan Awal dari East Ventures dan Skystar Capital

Perusahaan perangkat lunak yang menyediakan layanan analisis dan manajemen data PHI-Integration hari ini (31/5) mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dari East Ventures dan Skystar Capital. Besaran pendanaan yang didapat tidak disebutkan. Pendanaan ini akan difokuskan untuk mempercepat visi data-driven yang dimiliki perusahaan.

Sejak didirikan pada tahun 2015, PHI-Integration menghadirkan layanan konsultasi bisnis dan data warehouse. Beberapa kliennya hadir dari kalangan korporasi dan pemerintahan di Indonesia. Bersama pendanaan baru yang didapat, PHI-Integration turut menghadirkan sub  layanan baru bernama Linkr, melengkapi produk andalan yang dimiliki sebelumnya DataQualitix. Layanan tersebut diklaim dapat membantu perusahaan memperbaiki struktur data yang dimiliki.

“Bagi PHI-Integration, memiliki data yang berkualitas tinggi serta sistem untuk mengelola data yang baik merupakan fondasi penting dalam strategi transformasi digital setiap perusahaan. Kami percaya bahwa data yang bersih akan mendorong perusahaan untuk mencapai analisis bisnis yang jauh lebih baik, pemanfaatan machine learning yang lebih optimal, serta kecerdasan buatan yang lebih baik. Yang paling penting, data yang baik dapat membantu mempertajam dan mempercepat pembuatan keputusan bisnis,” sambut Co-Founder PHI-Integration Victor Gunawan.

Pada awal tahun 2018, PHI-Integration melakukan penelitian secara internal dan menemukan bahwa 8 dari 10 perusahaan di Indonesia memahami bahwa data yang tidak terkurasi dengan baik –atau biasa disebut dengan dirty data—merupakan hambatan besar bagi perusahaan dan sangat memakan waktu dan biaya untuk mengolahnya. Namun mereka masih belum menemukan solusi yang tepat dan cepat untuk menangani masalah tersebut.

“Melalui beberapa mitra khusus yang telah kami tunjuk, Linkr siap membantu setiap perusahaan berbasis data menghadapi tantangan paling sulit, intens, berulang serta memakan waktu banyak, yakni membersihkan data yang kotor dan menemukan data duplikat,” tambah Viktor.

Pasca pendanaan ini, PHI-Integration juga mengumumkan kolaborasi dengan Skystar Ventures, program inkubator teknologi dari Universitas Multimedia Nusantara. Kerja sama tersebut membentuk DQLab, yakni platform pendidikan online berbasis data dan imersif. Platform tersebut memiliki tujuan untuk mengatasi akar masalah dalam hal kurangnya literasi data, termasuk mempelajari metodologi dan analisis data. DQLab memiliki berbagai materi kurikulum seperti manajemen data dasar dan ilmu data, hingga artificial intelligence dan blockchain.

“Nama DQLab ​muncul dari pengamatan kami bagaimana tenaga kerja tradisional diukur hanya dengan indikator IQ dan EQ. Namun, kami percaya akan ada faktor penting ketiga yang harus dimiliki seseorang dalam revolusi industri ke-4 ini. Hal tersebut adalah Data Quotient, di mana seseorang harus memiliki pemahaman yang mendalam akan data, itulah mengapa kita menyebut proyek ini DQLab​,”  sambut Co-Founder PHI-Integration Feris Thia.

“Fokus PHI-Integration dalam membantu perusahaan untuk memiliki data yang bersih dan informatif terkenal sebagai salah satu tantangan terberat dalam industri. Sebagaimana kita telah melihat bahwa perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih strategis dan kuat dengan penggunaan data, kami percaya PHI-Integration memiliki tempat untuk menjadi pemeran penting dalam industri manajemen data,” ujar Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Marketplace Jasa Kecantikan HelloBeauty Dapatkan Pendanaan Awal

Hari ini (21/5) startup marketplace dan komunitas jasa kecantikan HelloBeauty mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal (seed funding) dari Nest Corp, perusahaan modal ventura asal Indonesia, dengan nilai yang dirahasiakan. Proses pendanaan tersebut sebenarnya sudah rampung sejak Maret 2018 lalu. Perolehan tersebut akan difokuskan pada pengembangan produk sehingga dapat menjadi “support system” yang lebih baik bagi para penyedia jasa kecantikan.

Pasca makin mantap dengan model bisnis yang disajikan, termasuk menghadirkan paket premium berlangganan—HelloBeauty berencana akan meluncurkan aplikasi mobile. Sejauh ini mereka baru beroperasi dengan aplikasi berbasis web. Menurut Dennish Tjandra selaku Co-Founder, saat ini layanannya telah mengakomodasi lebih dari 2700 beauty artist. Total pelanggan premium juga sudah melebihi 500 orang.

Secara umum cara kerja HelloBeauty ialah menghubungkan beauty artists dengan klien yang membutuhkan jasa kecantikan kapan pun, di mana pun. Tidak sekadar membantu para wanita untuk mencari dan memesan layanan kecantikan dengan mudah, HelloBeauty juga membantu para penyedia jasa kecantikan menggunakan teknologi untuk dapat mengelola dan mengembangkan bisnis kecantikan mereka secara online.

“Lebih dari itu, kami juga membangun komunitas beauty artist pertama di industri ini, yang sebelumnya terpecah dan masing-masing dari mereka berjuang sendirian. Itulah yang menjadi alasan bagi HelloBeauty hadir untuk mendorong ekosistem yang lebih baik di industri jasa kecantikan ini,” ujar Dennish.

Sejak setahun diluncurkan oleh Dennish Tjandra dan Pradana Dyaksa, HelloBeauty menjalankan operasional secara bootstrapping dan sempat masuk ke dalam top 5 Startup World Cup Indonesia 2017. Hal ini ditengarai pangsa pasar yang digarap cenderung bertumbuh pesat.  Berdasarkan data dari L’Oreal mengenai pertumbuhan industri jasa kecantikan tumbuh sekitar 20% setiap tahunnya di Indonesia.

Perilaku di industri jasa kecantikan juga telah berubah akhir-akhir ini. Beberapa tahun lalu, hampir semua talenta di industri jasa kecantikan bekerja di salon-salon kecantikan. Namun kini, banyak sekali talenta di industri ini yang lebih tertarik untuk membangun karier atau bisnis kecantikan mereka sendiri sebagai freelance beauty artist.

Ruangguru Dapatkan Pendanaan Hibah dari Program MIT SOLVE

Ruangguru kembali mengumumkan perolehan dana hibah. Kali ini didapat dari program SOLVE. Program tersebut adalah inisiatif global dari kampus MIT untuk mendorong inovasi. Pemberian hibah diseleksi melalui ajang seleksi “SOLVE Challenge”. Hibah tersebut berasal dari Australian Department of Foreign Affairs and Trade dan Atlassian Foundation International.

Pendanaan ini merupakan lanjutan dari putaran pertama yang diberikan tahun lalu di New York. Ruangguru mendapatkan penghargaan lewat program “Ruangguru Digital Bootcamp”, ditujukan untuk membantu anak-anak putus sekolah agar dapat mengenyam pendidikan tambahan dan membantu mendapatkan pekerjaan layak. Saat pengumuman, Head of Atlassian Foundation, Mark Reading menyebutkan bahwa putaran kedua ini diberikan kepada tim yang mereka rasa bisa mengeksekusi rencana mereka dan menunjukkan peluang skalabilitas yang tinggi.

Sebelumnya di bulan yang sama tahun lalu, Ruangguru juga mengumumkan perolehan pendanaan hibah dari Ecosystem Accelerator Innovation Fund. Kala itu Ruangguru menjadi salah satu dari beberapa startup terpilih di wilayah Afrika dan Asia untuk penerimaan sejumlah dana hibah, bantuan teknis, dan kesempatan untuk bermitra dengan operator seluler rekanan Groupe Speciale Mobile Association.

“Kami sangat senang bisa dipercaya kembali oleh MIT SOLVE dan Atlassian Foundation untuk menerima dana hibah dan dukungan mentorship selama satu tahun ke depan. Hibah putaran pertama telah kami gunakan untuk melakukan pilot kepada hampir 600 pelajar. Kini kami sedang mengevaluasi hasil dari pilot tersebut,” sambut Co-Founder Ruangguru Iman Usman.

Iman memaparkan, hibah putaran kedua ini akan digunakan untuk mengembangkan konten terkait dengan basic employability skills dan kesiapan kerja. Harapannya agar dapat digunakan oleh para pelajar pengguna Ruangguru dan masyarakat luas untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam mengejar pekerjaan yang layak.

Ruangguru saat ini menginformasikan telah merangkul lebih dari 8 juta pengguna. Layanan Ruangguru mulai berkembang, tidak hanya menyediakan marketplace guru privat, tetapi juga mulai menyediakan produk berupa konten pembelajaran.

Di Ruangguru, dana hibah difokuskan untuk melancarkan kegiatan sosial terkait transformasi digital di bidang pendidikan. Untuk dukungan bisnis sendiri, pertengahan tahun 2017 Ruangguru membukukan pendanaan seri B dari UOB Venture Management.

Application Information Will Show Up Here

KreditGoGo Parent Company Records a Series B Funding Worth of 155 Billion Rupiah

Jirnexu, a parent company of the financial aggregator “KreditGoGo”, announces the closing round of series B funding worth of $11 million (equal to Rp155 billion). It is led by Japanese Venture Capital, SBI Group. SIG Asia Investments also participated in this round. Previously, the company has managed to acquire $4,5 million in series A funding round. In total (all rounds), the company has raised around $17 million.

Yuen Tuck Siew, CEO of Jirnexu, said in his speech that the previous funding has led the company into rapid development, going 100% year-on-year in 2017. This year, they are hoping to make it bigger than before. In Indonesia, KreditGoGo business unit is not really subtle, meanwhile, in Malaysia, it becomes one of the largest units in regional fintech landscape.

Jirnexu last year’s focus is to develop white-label product “XpressApply” for the automation of marketing, sales, and product shipping used by financial institutions. The technology is now integrated for RinggitPlus service in Malaysia and KreditGoGo in Indonesia. In terms of consumers, it offers comprehensive financial products feature qualification.

Partners with RBH bank, Jirnexu has launched a chatbot for the online personal lending process. It is claimed to be the first in Southeast Asia. The service called XpressApply, it allows financial institutions to manage transaction and demand easier through familiar instant messaging platform used by customers.

“The next step of the technology roadmap, we’ll be launching various solutions for financial institutions, including digital technology for consumer identification and eKYC (Electronic Know Your Customer), that capable of providing very personal and relevant financial products. Next year, Jirnexu will automate the digital risk assessment and customer verification,” Yuen Tuck Siew, said.

In addition, the Series B funding will be allocated to upgrade human resources. Specifically for RinggitPlus, the company is looking for a new CTO and Head of Digital Marketing, for the expansion plan in the near future. In the meantime, there’s no particular agenda for KreditGoGo in this strategic plan post-series B funding.

KreditGoGo got its own fight in Indonesia’s tight competition without special recognition from the parent company. On the other hand, there are several players start dominating the market with similar services in Indonesia, such as Cermati, CekAja, DuitPintar, and HaloMoney.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Sociolla Receives 169 Billion Rupiah Investment from EV Growth

Sociolla, an e-commerce platform for beauty products, announces investment worth of $12 million (about Rp169 billion) led by EV Growth, istyle Inc. (Japanese beauty platform), and Singapore’s big institution (undisclosed).

EV Growth is a new fund under East Ventures, Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), and Yahoo Japan Digital, focused on Series B funding and higher. This fund is actively operating in the second quarter of 2018.

Willson Cuaca, EV Growth partner, said in the official release that East Ventures has been supporting Sociolla since 2015 through seed funding. They already see its worth and readiness to win the beauty tech category in Indonesia.

“Through the additional funding, we want to tighten Sociolla’s position as the leading beauty tech company in Indonesia including the support of strategic partnership with a global player, istyle,” he said.

Shinichiro Hori, EV Growth partner, added, “From the market’s point of view, we’re optimist the beauty sector will be very promising. Beauty technology has been proved by istyle Japan, and their support will earn big for Sociolla in the future. We’re thrilled about this partnership.”

Investment utilization

Chrisanti Indiana, Sociolla’s Co-Founder, explained company will use fresh funding for the development of a new platform Soco (Sociolla Connect) which just launched earlier this year. It is a digital beauty platform, combined with e-commerce and media.

This platform completes the two existing beauty platform, Sociolla and Beauty Journal (media), using single sign on technology to facilitate users in accessing various contents from Beauty Journal and UGC (User Generated Content).

Therefore, users can manage their purchases in Sociolla and join digital beauty community, get the relevant product recommendations that match their profile and interest.

“Users that already registered in Soco can also contribute as content creators and interact or share with the other fellow beauty enthusiasts,” she said.

She thinks of Soco presence as to complete Sociolla’s mission of helping and building the future of beauty industry using technology.

In addition to Soco, the company will use the fresh funding for marketing plan distributed through Sociolla. The company will partners with global’s most popular beauty brands interested to enter Indonesia’s market.

Currently, there are more than 150 international brands sell its products through Sociolla, also seven brands from Asia and Australia have signed a direct distribution agreement with the company.

The company also partners with one of istyle shareholders and gives access to 14 million beauty product’s reviews from Cosme and Make Up Alley (US’s beauty site). The site has been acquired by istyle last year.

istyle enters Sociolla through Series B funding in January 2017, previously, the company had received Series A funding from Venturra Capital in November 2015.

Cumulatively, Sociolla managed to collect more than 12 million visitors to enter the site last year, it’s about 1 out of 9 women in the target market located in Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Induk Perusahaan KreditGoGo Bukukan Pendanaan Seri B Senilai 155 Miliar Rupiah

Jirnexu sebagai induk perusahaan agregator finansial KreditGoGo hari ini (17/5) mengumumkan penutupan putaran pendanaan seri B senilai $11 juta (atau setara dengan 155 miliar rupiah). Kali ini pendanaan dipimpin oleh pemodal ventura asal Jepang SBI Group. SIG Asia Investments (SIG) juga turut berpartisipasi dalam pendanaan ini. Sebelumnya, di pendanaan seri A, perusahaan juga telah mengantongi pendanaan $4,5 juta. Ditaksirkan total nilai pendanaan yang didapat perusahaan secara keseluruhan (di semua putaran) mencapai $17 juta.

Dalam sambutannya, CEO Jirnexu Yuen Tuck Siew mengatakan pendanaan yang telah dicapai pada tahap sebelumnya berhasil membawa perusahaan berkembang pesat, mencapai 100% year-on-year di tahun 2017. Diharapkan tahun ini dapat melakukannya lagi dengan angka yang lebih besar. Di Indonesia unit bisnis KreditGoGo memang terlihat tidak begitu mencolok, namun diklaim bisnisnya di Malaysia menjadi salah satu yang terbesar di lanskap fintech wilayah setempat.

Tahun lalu fokus Jirnexu mengembangkan produk whitelabel XpressApply untuk otomasi pemasaran, penjualan, dan pengiriman produk yang digunakan lembaga finansial. Kini teknologi tersebut telah diintegrasikan untuk layanan RinggitPlus di Malaysia dan KreditGoGo di Indonesia. Di sisi konsumen teknologi tersebut menawarkan layanan perbandingan produk finansial yang komprehensif.

Bekerja sama dengan RBH Bank, Jirnexu juga meluncurkan chatbot untuk pemrosesan pinjaman personal secara online. Inovasi tersebut diklaim menjadi yang pertama di Asia Tenggara. Bernama XpressApply Chatbot, layanan tersebut memungkinkan institusi finansial untuk memproses permintaan dan transaksi dengan mudah melalui platform pesan instan yang biasa digunakan oleh pelanggan.

“Di tahap berikutnya dari roadmap teknologi, kami akan meluncurkan berbagai solusi untuk lembaga keuangan, termasuk teknologi digital untuk identifikasi konsumen dan teknologi eKYC (Electronic Know Your Customer), sehingga dapat menyediakan produk keuangan yang sangat personal dan relevan. Di tahun mendatang, Jirnexu akan mengotomatiskan penilaian risiko digital dan verifikasi pelanggan,” ujar Yuen Tuck Siew.

Selain pengembangan di sisi teknologi, pendanaan Seri B kali ini juga akan difokuskan untuk meningkatkan sumber daya manusia. Khusus untuk RinggitPlus, pihaknya tengah mencari CTO dan Digital Marketing Head baru, karena ada agenda ekspansi yang akan dilancarkan dalam waktu dekat. Sementara untuk KreditGoGo belum ada agenda khusus yang diperbincangkan dalam rangkaian strategi pasca pendanaan seri B ini.

Di Indonesia, KeditGoGo sebenarnya sudah dihadang dengan persaingan yang cukup ketat, kendati belum mendapatkan perhatian spesial dari perusahaan induk. Di lain sisi, saat ini sudah ada beberapa pemain yang mulai beradu mendominasi pasar. Selain KreditGoGo, di Indonesia ada layanan serupa, seperti Cermati, CekAja, DuitPintar, dan HaloMoney.

Sociolla Peroleh Investasi 169 Miliar Rupiah dari EV Growth

Layanan e-commerce produk kecantikan Sociolla mengumumkan perolehan investasi sebesar $12 juta (sekitar Rp169 miliar) dipimpin oleh EV Growth, platform kecantikan Jepang istyle Inc., dan institusi besar Singapura yang tidak disebutkan identitasnya.

EV Growth adalah sebuah fund baru yang dibentuk East Ventures, Sinar Mas Digital Ventures (SMDV), dan Yahoo Japan Digital khusus untuk pendanaan Seri B dan lanjutan. Fund ini mulai aktif beroperasi di kuartal kedua tahun 2018.

Partner EV Growth Willson Cuaca dalam keterangan resmi menyebutkan East Ventures telah mendukung Sociolla sejak 2015 melalui seed funding. Pihaknya melihat kemampuan serta kesiapan Sociolla untuk memenangkan kategori beauty tech di Indonesia.

“Melalui pendanaan tambahan ini, kami ingin mengukuhkan posisi Sociolla sebagai leading beauty tech company di Indonesia dan ditambah dengan dukungan kerja sama strategis bersama pemain global istyle,” ujarnya.

Partner EV Growth Shinichiro Hori menambahkan, “Dari sudut pandang peluang pasar, kami percaya sektor kecantikan sangat menjanjikan. Teknologi kecantikan sudah dibuktikan oleh istyle di Jepang dan dukungan mereka akan membuahkan hasil yang besar di masa depan bagi Sociolla. Kami sangat menantikan kerja sama dengan Sociolla.”

Penggunaan dana investasi

Co-Founder Sociolla Chrisanti Indiana menerangkan perusahaan akan menggunakan dana segar tersebut untuk mengembangkan platform terbaru Soco (Sociolla Connect) yang baru diluncurkan pada awal tahun ini. Soco merupakan platform digital kecantikan yang menggabungkan e-commerce dengan media.

Platform ini melengkapi dua platform kecantikan yang sudah ada Sociolla itu sendiri dan Beauty Journal (situs media), dengan memanfaatkan teknologi single sign on sehingga memudahkan user dalam mengakses berbagai konten dari Beauty Journal dan UGC (User Generated Content).

Dengan demikian pengguna dapat mengatur belanjaan mereka di Sociolla dan bergabung dengan digital beauty community, mendapatkan rekomendasi produk yang relevan dengan profil dan minat mereka.

“Pengguna yang sudah memiliki akun di Soco juga dapat berkontribusi sebagai pembuat konten dan berinteraksi atau berbagi dengan sesama pecinta kecantikan lain di Soco,” ujar Chrisanti.

Menurutnya, keberadaaan Soco itu sendiri akan melengkapi misi Sociolla untuk membantu dan membentuk masa depan industri kecantikan lewat teknologi.

Tak hanya untuk Soco, perusahaan juga akan memakai dana segar tersebut untuk biaya pemasaran mereka yang didistribusikan lewat Sociolla. Perusahaan akan bekerja sama dengan merek kecantikan populer dari luar negari yang tertarik untuk masuk ke Indonesia.

Terhitung saat ini di luar lebih dari 150 merek yang telah di jual lewat Sociolla, ada tambahan tujuh merek kecantikan dari Asia dan Australia telah menandatangi perjanjian distribusi secara langsung dengan perusahaan.

Perusahaan juga berkolaborasi dengan salah satu pemegang sahamnya istyle dengan memberikan akses kepada 14 juta ulasan produk kecantikan dari Cosme dan situs kecantikan dari Amerika Serika Make Up Alley. Situs ini sebelumnya sudah diakuisisi oleh istyle pada tahun lalu.

istyle masuk ke Sociolla lewat pendanaan seri B pada Januari 2017, sebelumnya perusahaan mendapat pendanaan seri A dari Venturra Capital pada November 2015.

Secara kumulatif, pada tahun lalu Sociolla berhasil mengumpulkan lebih dari 12 juta pengunjung masuk ke situs Sociolla atau sekitar 1 dari 9 wanita di dalam target market perusahaan ada di Indonesia.

Travelio Targetkan 20 Ribu Daftar Properti Pasca Perolehan Pendanaan Seri A 56 Miliar Rupiah

Travelio, platform online penyewaan properti pribadi lokal, mengumumkan putaran pendanaan seri A senilai $4 juta (atau setara dengan 56 miliar Rupiah). Nilainya dua kali lipat jika dibanding pendanaan terakhir pra-seri A yang didapat pertengahan tahun 2016 silam. Investasi kali ini dipimpin oleh Vynn Capital, didukung Insignia Ventures Partners, Fenox Venture Capital, IndoGen Capital, dan Stellar Kapital.

Pendanaan ini akan difokuskan untuk akselerasi pertumbuhan, akuisisi talenta, inovasi produk dan membuka peluang vertikal baru. Sejak memutuskan untuk fokus sebagai platform penyewaan aset properti pribadi di Indonesia (seperti Airbnb), Travelio mengaku lebih banyak fokus untuk meningkatkan fungsionalitas aplikasi mobile dan web yang saat ini dimiliki. Sejauh ini belum ada fitur baru, kecuali pengalaman berbasis Virtual Reality (VR) untuk pelanggan.

“Untuk fitur VR sangat membantu customer kami, terutama untuk customer yang ingin tinggal sampai berminggu-minggu hingga bulanan. Sangat membantu memberikan look and feel property yang kami tawarkan,” ujar Managing Director Travelio Hendry Rusli kepada DailySocial.

Hendry melanjutkan, bersama pendanaan baru ini pihaknya belum terbesit untuk melakukan ekspansi layanan. Fokusnya kini meningkatkan jumlah properti di dalam platform Travelio. Saat ini setidaknya sudah ada lebih dari 4 ribu daftar properti di platform tersebut, Hendry dan tim menargetkan tahun 2018 akan tumbuh sekurangnya lima kali lipat, atau setara dengan 20 ribu daftar properti.

Strategi lain yang juga akan mulai dikuatkan oleh Travelio ialah menjalin kemitraan strategis dengan komunitas, otoritas, asosiasi dan pengembang properti.

Tim Travelio di Indonesia saat ini / Travelio
Tim Travelio di Indonesia saat ini / Travelio

Travelio sendiri optimis dengan layanan daftar properti yang diusungnya. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Hendro Gonodkusumo selaku CEO PT Intiland Development Tbk. Perseroan tersebut bermitra dengan Travelio untuk meningkatkan kebergunaan properti yang dimiliki. Menurut Hendro industri properti memang membutuhkan teknologi inovatif untuk memungkinkan properti menganggur bisa dimanfaatkan dan menghasilkan arus kas.

“Travelio memecahkan masalah kekosongan yang dihadapi oleh pengembang properti sambil menyediakan akomodasi yang terjangkau bagi pelanggannya. Tim telah menunjukkan kemampuannya untuk menyediakan operasional dan teknologi secara baik. Kami percaya bahwa model bisnis inovatifnya akan muncul sebagai pemenang dalam lanskap accomodation-sharing di Indonesia,” sambut Founding Managing Partner Insignia Ventures Partners, Yinglan Tan.

Application Information Will Show Up Here

iPrice Umumkan Pendanaan, Optimis Layanan Perbandingan Harga Akan Terus Dibutuhkan

iPrice Group sebagai perusahaan penyedia platform pembanding produk e-commerce hari ini mengumumkan perolehan pendanaan baru dari LINE Ventures. Investor sebelumnya yakni Venturra turut serta dalam pendanaan ini, dengan dukungan investor baru Cento Ventures.

Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit dalam rilis yang dikirimkan, menurut sumber yang didapat Crunchbase pendanaan ini masuk ke putaran seri B dengan total nilai sama dengan pendanaan seri A yang didapat akhir 2016 lalu, yakni senilai $4 juta (atau setara dengan 53 miliar rupiah).

Saat ini layanan iPrice telah melenggang di tujuh negara, meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Hong Kong. Layanannya diklaim telah menjangkau lebih dari 50 juta pengguna dengan total katalog produk melebihi 500 juta unit.

iPrice optimis akan mencapai lebih dari 150 juta pengunjung di tahun ini, didukung oleh pertumbuhan pesat di pasar Indonesia – terutama segmen produk elektronik – yang tumbuh 30 kali lipat dalam 12 bulan terakhir. Pertumbuhan pesat ini sangat dipicu oleh fragmentasi pasar yang iPrice lakukan dan juga kesadaran berbelanja online konsumen Indonesia yang semakin meningkat.

“Yang membuat kami tetap bersemangat, hal ini hanyalah awal dari perjalanan kami. Sebagai gambaran, di Republik Ceko, negara saya berasal, masyarakat di sana mengunjungi platform perbandingan harga bernama Heureka sebanyak dua kali dalam sebulan. Dengan lebih dari 300 juta pengguna aktif bulanan dan 100 ribu pengunjung baru di setiap harinya, mudah bagi kami untuk melihat peluang tersebut di masa depan,” CEO iPrice Group, David Chmelař.

Untuk mendukung perkembangan selanjutnya, perusahaan yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia ini baru saja melakukan perombakan organisasi dengan menciptakan tiga unit bisnis utama (Electronic, Fashion, dan Commercial Content), untuk memberikan pengalaman belanja daring terbaik bagi konsumen.

“Saat ini, kami menyediakan platform yang memungkinkan konsumen daring untuk mencari ratusan juta produk, membandingkan harga, dan menghemat dengan katalog kupon yang kami miliki. Kami yakin dalam beberapa tahun ke depan, belanja daring akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari semua orang di Asia Tenggara.” tambah David.

CMO iPrice, Matteo Sutto, turut menambahkan soal kebutuhan layanan perbandingan harga produk e-commerce di masa mendatang. Menurutnya kehadiran pemain besar seperti Alibaba, Tencent, dan Amazon yang berjuang menjadi market leader di pasar Asia Tenggara, akibatnya terdapat pula peningkatan biaya pemasaran alternatif (seperti Google/Facebook). Dengan ini iPrice mengaku optimis tentang peran situs perbandingan harga dan penemuan produk di lanskap e-commerce, baik untuk konsumen maupun pemilik merchant itu sendiri.

David melanjutkan, “Ketika konsumen semakin tertarik pada e-commerce, mereka akan mencari cara termudah dan komprehensif untuk menemukan produk yang mereka inginkan dengan cepat. Visi kami adalah menjadi portal pertama yang mereka kunjungi saat mulai berbelanja daring,”.

Parkpine Capital Prepares $15 Million for Indonesian Startups

The U.S. based venture capital Parkpine Capital said to have prepared US$15 million (more than Rp200 billion) for debut investment in Indonesian startups.

“We’ve committed for the first funding round [in total] with $150 million. Around $15 million will be used through co-investing in Indonesia. This is our first time in Indonesia,” Ahmed Shabana, Parkpine Capital’s Managing Partner, said in the middle of Global Venture Summit 2018, on Thu (4/26).

He explained that the investment is taken from the company’s first funding round in late 2017. Their target is to raise $150 million from all the Limited Partner (LP). The process is planned to finish in April 2018, but being delayed to Oktober 2018.

There are two stages. The total US$75 million is for seed funding, and the rest is for further investment. There’s US$15 million ready for initial investment in Indonesia.

In his opinion, Indonesia has the potential market in population, dominated by millennials, high penetration of internet and smartphone, and huge interest in trying the new advanced technology. Therefore, Indonesia is considered as the perfect country for Parkpine Capital.

In terms of criteria, he added, there’s no specific sectors or product for startups. Companies are only required to make income and willing to expand into the global market.

Funding for SEA market, including Indonesia, is for the Series A round. It’s different its US market investments that are mostly for seed funding.

“We’re open for startup in any segment from Indonesia, as long as they’re already make money and willing to expand into the global market, such as Mexico and others.”

Previously, the company has eyeing SEA market, including Indonesia, through Global Venture Summit (GVS) held since last year. The event is first held in Bali, then this year in Jakarta.

GVS is one of Parkpine Capital portfolios specified to learn a country’s ecosystem and finding partners and potential startups to invest. In addition, GVS is also held in Mexico, LA, and Dubai.

“The plan is, next year we’ll come back to Bali for GVS in March before the election. It’ll be on the bigger scale and be targeting a lot more visitors,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian