Indotrading Seriusi Bisnis E-procurement

Berawal sebagai aplikasi direktori bisnis, Indotrading kini telah bertransformasi menjadi platform B2B yang menyediakan sistem e-procurement menyeluruh untuk perusahaan. Awalnya mereka hanya memberikan informasi seputar supplier untuk kebutuhan bisnis, juga membantu dari hal promosi dan pengiklanan — hanya saja waktu itu belum termasuk hal-hal berkaitan dengan transaksi.

“Menjelang pandemi karena banyaknya permintaan dari pembeli, Indotrading membuka divisi unit baru untuk pengadaan dari perusahaan besar karena banyaknya supplier kami mengalami masalah di cashflow. Kemudian kami membangun sistem e-procurement untuk perusahaan,” ujar CEO Indotrading Handy Chang.

Dengan menggunakan sistem tersebut, Indotrading membantu dari sisi pembayaran terms of payment dan mencarikan supplier yang berkualitas sehingga proses pembelian dari perusahaan menjadi lebih efisien dan hemat biaya. Perusahaan kemudian bisa memangkas tenaga purchasing dengan beralih ke sistem digital.

Sejauh ini Indotrading mempunyai sekitar 80 ribu supplier terdaftar. Perusahaan juga sudah memiliki 3 kantor cabang yang berada di Surabaya, Yogyakarta, dan Medan.

Selama pandemi perusahaan mengaju mengalami penurunan jumlah pelanggan. Banyak perusahaan yang harus menunda pembayaran untuk biaya keanggotaan. Namun demikian dari sektor kesehatan dan keamanan, Indotrading mengklaim mengalami pertumbuhan. Hal tersebut yang menjadikan perusahaan bisa berjalan secara stabil.

“Indotrading meluncurkan sistem pembayaran bulanan untuk membantu cashflow dari sisi perusahaan yang terkena efek. Dari sisi procurement, Indotrading mengalami peningkatan terutama untuk sektor safety. Kami membeli barang dari supplier yang bergabung dan membantu dari sisi pendanaan pembelian,” kata Handy.

Di fitur e-commerce B2B, Indotrading memiliki alur transaksi yang berbeda dengan platform B2C pada umumnya. Yaitu dengan menerapkan proses add to shopping cart dan buy now. Sistem B2B yang dimiliki juga terbilang sangat fleksibel. Dimulai dari permintaan penawaran, pembeli kemudian bebas mengisi produk apa pun yang diinginkan meskipun barang tersebut tidak tersedia di katalog.

Supplier kami nantinya akan mengirimkan penawaran resmi dan pembeli agar kemudian bisa melakukan PO secara tunai maupun payment terms 30, 45, dan 90 hari. Biaya shipping juga fleksibel dan ditentukan secara manual melalui penawaran,” kata Handy.

Indotrading juga memiliki kapabilitas untuk menghubungkan katalog produk dengan situs atau aplikasi yang dimiliki perusahaan. Integrasi ini diharapkan memudahkan proses pengadaan di internal klien.

Layanan pembayaran Indotradingpay

Untuk memudahkan proses pembayaran, Indotrading meluncurkan fitur payment dan quotation. Memungkinkan perusahaan mengirimkan penawaran dan menerima pembayaran secara langsung di luar platform Indotrading. Proses ini dinilai memudahkan perusahaan menagih pembayaran dari konsumen secara real time. Tidak perlu menggunakan payment gateway, karena pembayaran didukung Indotradingpay.

Sementara untuk fitur quotation, saat ini masih terbatas untuk permintaan melalui Indotrading. Sistem ini nantinya bisa membantu supplier memonitor jumlah quotation yang dikirim setiap bulannya beserta laporan. Pembayaran dari quotation itu juga bisa dengan mudah menggunakan Indotradingpay.

Untuk meningkatkan eskalasi bisnis, Indotrading juga tengah aktif berbincang dengan investor untuk penggalangan dana. Dana akan dimanfaatkan untuk ekspansi di bidang transaksi B2B. Sebelumnya Indotrading telah memperoleh pendanaan seri A senilai $1,5 juta dari sejumlah investor yang dipimpin oleh OPT SEA, perusahaan investasi OPT Group Jepang untuk kawasan Asia Tenggara tahun 2015 lalu.

“Saat ini transformasi besar sedang terjadi di sektor B2B. Sektor B2C sudah sangat teredukasi secara online. Tapi B2B masih banyak yang masih dijalankan secara manual. Kami berharap transformasi akan terjadi di sektor B2B mengingat pandemi telah mempercepat digitalisasi sektor B2B,” kata Handy.

Application Information Will Show Up Here

Observing BukuKas Strategies for Fundraising

The MSME’s digitization is a big topic that has been widely discussed throughout this pandemic, as this sector is considered most affected and in urgent need of digital solutions to survive. At the same time, a great potential lies in this sector. Therefore, in the past year, new players have emerged and succeeded in attracting investors to channel their funds.

One of the startups with an exponential growth is BukuKas. Within two years, the startup which focuses on developing applications for financial records for MSMEs, has successfully closed a series B funding round of $50 million (more than 727 million Rupiah). This is quite a large nominal for series B funding which usually starts from $30 million to $60 million.

What really makes this MSME financial recording business so sexy in the eyes of investors? And how can BukuKas’ growth hacking strategy close the Series B round within just two years? Regarding this matter, #SelasaStartup invited the Co-Founder and CEO of BukuKas Krishnan Menon.

Product market fit first

BukuKas product is actually very simple, financial records for MSMEs. However, in order to get into today’s products, companies have to do research many times, observe trends in the industry and ask user’s feedback. In the first three months of BukuKas, the company invested a lot in product market fit.

After all, product market fit is a neverending process as there will always new innovations. Therefore, it takes passionate people for early team, having deep experience in the industry, and directing all available energy to achieve a good product.

“Because creating a product that is easy to use is not an easy process. It can be proven from our application usage in the industry as we see what the market needs,” Menon said.

The initial team was built with solidity and dedication. Menon suggested giving them company shares, therfore, they have a sense of ownership instead of just paying them, especially if the company can’t provide high salary.

This condition is to overcome the retention of quality employees, especially the supply of quality talent is limited. “Give them sense of company ownership, that’s our way of getting good employees at the seed stage.”

Create an interactive pitch deck

Making a deck is a bit tricky because it has to summarize information about the company, business plan, and potential market. Menon recommends decks should be no longer than 15 pages to keep the duration short. If it’s possible, always prioritize graphics with a minimum text to make it more interactive.

“The basic mistake of founders is making textbook-like decks. Aim for minimal text, maximizing graphics and no more than 15 slides.”

He also suggested to create company’s deck that can be compared with other similar companies, therefore, investors won’t have to read all the pages. This method is proven to reduce time and attract more investors.

In addition, to practice smooth presentation, before going to a VC with larger funds, it’s better to get into an angel investor first. Menon thought angel investors is a good start because they generally provide a lot of useful advice for founders.

“They can also provide new connections to founders, making it suitable for founders with minimal connections to broaden network.”

Fundraising starts now

Menon continued that fundraising needs to start now, because this pandemic is proving that digital is the future way of working. Therefore, founders should have a nominal projection for 18 months runway. The fund must have a clear and detailed business plan.

The assumption that the early-stage investors investing in founders, according to Menon, is completely true. That anyone could actually make the same product. The difference is how to take the opportunity by offering a solution, whether real or not.

“We have no specific strategy to get the seed investment. We’re just being ourselves, being honest, and mission driven.”

Menon believes that large capital will double up the probability of a company to become a market leader. However, he did not agree on capital being the main factor. In fact, there are many other thingsthat can be of support.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Menengok Strategi Penggalangan Dana ala BukuKas

Digitalisasi UMKM adalah topik besar yang banyak dibahas sepanjang pandemi, karena sektor inilah yang paling terdampak dan paling membutuhkan solusi digital agar tetap bertahan. Di saat yang bersamaan, potensi besar tersimpan di sektor ini. Makanya dalam setahun belakangan, banyak pemain baru bermunculan dan sukses menarik para investor untuk menyuntikkan dananya.

Salah satu startup dengan pertumbuhan eksponensial belakangan ini adalah BukuKas. Dalam waktu dua tahun startup yang fokus pada aplikasi pengembang pencatatan finansial untuk UMKM ini, sukses menutup putaran pendanaan seri B senilai $50 juta (lebih dari 727 juta miliar Rupiah). Nominal ini cukup besar untuk pendanaan seri B yang biasanya dimulai dari rentang $30 juta sampai $60 juta.

Apa yang sebenarnya membuat bisnis pencatatan finansial untuk UMKM ini begitu terlihat seksi di mata investor? Lalu bagaimana strategi growth hacking BukuKas bisa menutup putaran Seri B dalam waktu dua tahun saja? Untuk membahas ini, #SelasaStartup mengundang Co-Founder dan CEO BukuKas Krishnan Menon.

Selalu utamakan product market fit

Produk BukuKas sebenarnya sangat simpel yakni pencatatan finansial untuk UMKM. Namun untuk mencapai di produk sekarang, perusahaan harus berkali-kali melakukan riset, melihat tren di industri dan bertanya ke pengguna. Pada tiga bulan pertama BukuKas, perusahaan banyak menaruh investasi di product market fit.

Toh, product market fit itu selalu berproses tidak pernah berhenti karena inovasi selalu ada yang baru. Maka dari itu, dibutuhkan tim awal dengan obsesi tinggi, punya pengalaman yang mendalam soal industri, dan mengarahkan seluruh energi yang ada untuk mencapai produk yang baik.

“Sebab untuk menciptakan produk yang mudah digunakan itu tidak mudah prosesnya. Bisa dibuktikan dari usage aplikasi kami di industri seperti apa karena kita melihat apa yang dibutuhkan market,” ucap Menon.

Tim awal tersebut, dibangun dengan solid dan berdedikasi tinggi. Menon menyarankan untuk memberikan mereka saham perusahaan agar punya rasa memiliki, sehingga tidak sekadar menggaji saja apalagi kalau perusahaan belum bisa menggaji mereka dengan nilai tinggi.

Kondisi tersebut untuk mengatasi retensi karyawan yang berkualitas, terlebih supply talenta berkualitas itu terbatas. “Buat mereka juga memiliki perusahaan, itulah cara kami untuk mendapatkan karyawan bagus di tahap seed.”

Buat pitch deck yang interaktif

Membuat deck adalah pekerjaan yang sedikit tricky karena harus merangkum informasi tentang perusahaan, rencana bisnis, dan potensi pasar. Menon merekomendasikan deck tidak boleh lebih dari 15 halaman untuk tetap menjaga durasi tetap singkat. Diusahakan pula selalu mengutamakan grafis dengan minimal teks agar lebih interaktif.

“Kesalahan dasar yang biasa dilakukan founder adalah membuat deck seperti buku teks. Usahakan minimal teks, maksimalkan grafis dan tidak lebih dari 15 slides.”

Ia juga menyarankan untuk membuat isi deck perusahaan dapat dikomparasi dengan perusahaan lain yang sejenis sehingga investor tidak perlu membaca semua halaman. Cara ini terbukti bisa mengurangi waktu dan membuat orang jadi lebih tertarik dengan perusahaan Anda.

Tak hanya itu, untuk melatih kelancaran presentasi, sebelum menuju VC dengan dana yang lebih besar, ada baiknya untuk masuk ke angel investor terlebih dulu. Menon melihat angel investor adalah permulaan yang tepat untuk berlatih karena umumnya mereka akan memberikan banyak masukan yang berguna untuk para founder.

“Mereka juga bisa memberikan koneksi baru kepada founder, sehingga cocok untuk founder yang minim koneksi dalam membuka lebih banyak koneksi.”

Lakukan pendanaan dari sekarang

Menon melanjutkan saat ini adalah momen yang tepat untuk melakukan fundraising karena pandemi ini membuktikan bahwa cara kerja digital adalah masa depan. Oleh karena itu, founder harus membuat proyeksi nominal pendanaan yang dibutuhkan untuk runway 18 bulan ke depan. Dana tersebut harus memiliki rencana bisnis yang jelas dan rinci.

Anggapan bahwa pada tahap awal investor itu berinvestasi pada founder, menurut Menon, itu sepenuhnya benar. Bahwa siapa pun sebenarnya bisa membuat produk yang sama. Pembedanya adalah bagaimana mengambil kesempatan tersebut dengan menawarkan solusinya apakah nyata atau tidak.

“Tidak ada strategi spesifik yang kami lakukan saat mendapat investasi awal. Kami hanya menjadi diri sendiri, jujur, dan tetap mission driven.”

Menon percaya kapital yang besar akan membuat probabilitas suatu perusahaan menjadi pemimpin pasar jadi lebih besar. Namun, ia menampik bahwa kapital bukanlah faktor utama. Sebab ada banyak hal lain yang mendukung kesempatan tersebut.

Fokus Kembangkan Teknologi Pembelajaran Bahasa Asing, LingoTalk Galang Pendanaan Pre-Seed

Besarnya potensi untuk mengembangkan sektor edutech banyak dimanfaatkan oleh penggiat startup untuk kemudian meluncurkan platform pembelajaran berbasis teknologi. Tak terkecuali oleh LingoTalk, yang hadir menyediakan opsi belajar bahasa asing.

Kepada DailySocial, CEO LingoTalk Andre Benito mengungkapkan, LingoTalk hadir untuk memberikan pilihan belajar bahasa asing secara personal dan efisien. Dengan demikian, bagi pengguna yang ingin menambah wawasan dan kemampuan bahasa asing mereka, bisa melihat secara langsung sejauh mana kapabilitas dan penyerapan pembelajaran selama menggunakan aplikasi tersebut.

“Mimpi besar kami adalah bisa membuat suatu kurikulum yang efisien dengan mengurangi waktu belajar dimulai dari bahasa asing. Mengedepankan teknologi, LingoTalk juga ingin mengadopsi artificial intelligence ke dalam platform,” kata Andre.

Untuk bisa mengembangkan teknologi lebih advance, saat ini LingoTalk sedang menjajaki penggalangan dana untuk tahap pre-seed. Sebelumnya mereka telah mengantongi investasi dari angel investor. Jika dana segar bisa diperoleh dalam waktu dekat, perusahaan ingin fokus kepada product development, merekrut lebih banyak tim engineer, dan mengembangkan sistem rekomendasi.

“Kami menyediakan platform pembelajaran yang akan membuat pengguna semakin nyaman dalam mengakses materi dan belajar bahasa asing di LingoTalk, karena yang menjadi kunci utama bagi kami adalah efisiensi pembelajaran dan personalisasi materi sesuai kebutuhan dengan menggunakan teknologi mutakhir,” kata Andre.

Setelah berhasil membangun LingoTalk aplikasi web di bulan Agustus 2020 lalu, kini mereka memperkenalkan aplikasi LingoTalk Mobile Learning kepada pengguna. Dengan konsep berlangganan yang rencananya akan diluncurkan Q3 tahun ini, nantinya pengguna dengan mudah bisa melanjutkan pilihan paket yang diinginkan secara langsung. Pilihan yang ditawarkan oleh Lingotalk saat ini adalah Pay Per Package.

“Dengan menawarkan konsep subscription kita juga bisa mempertahankan retention dan tentunya mempermudah proses kepada pengguna. Saat ini perjanjian yang kami tawarkan dengan para tutor freelance dan in-house adalah negosiasi dari awal rate mereka,” kata Andre.

Teknologi AI dan kolaborasi

Saat ini LingoTalk menyediakan layanan pembelajaran 10 bahasa internasional berbasis one-on-one, kelas intens, dan kurikulum bahasa yang terpersonalisasi. Mereka telah memiliki lebih dari 10000 pengguna aktif di seluruh Indonesia dengan spesifikasi berbagai usia mulai dari anak, remaja, hingga dewasa.

Meskipun saat ini sudah ada beberapa platform digital yang menawarkan pembelajaran bahasa asing di Indonesia, LingoTalk mengklaim memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan platform serupa lainnya. Salah satunya adalah menerapkan teknologi artificial intelligence ke dalam platform.

Sejak awal LingoTalk dibangun dengan mengembangkan aset yang ada, namun fokus perusahaan ke depannya adalah mengembangkan teknologi. LingoTalk juga ingin memberikan rekomendasi yang lebih personal dan relevan kepada pengguna.

“Kita akan terus mengikuti perkembangan teknologi, awalnya memang masih memanfaatkan tutor, namun kedepannya jika sudah memiliki satu juta pengguna, kami bisa mengembangkan teknologi yang relevan. Misalnya dengan memanfaatkan AI coach, dan bisa lebih fokus kepada spesifik rekomendasi di setiap bahasa yang kami tawarkan,” kata Andre.

Saat ini LingoTalk telah menjalin kolaborasi dengan platform terkait seperti Kiddo. Salah satu potensi yang tengah dikembangkan oleh LingoTalk adalah dengan menawarkan pembelajaran bahasa asing untuk anak.

“Untuk target pengguna saat ini kita cukup beragam. Mulai dari mahasiswa yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri hingga profesional muda. Namun ke depannya segmentasi untuk anak akan kami kembangkan memanfaatkan tren FOMO (fear of missing out) di kalangan orang tua,” kata Andre.

Application Information Will Show Up Here

Segera Menyusul Jadi Unicorn, Carsome Rencanakan Go-Public di Bursa Amerika Serikat

Platform car marketplace sedang mendapatkan perhatian lebih. Setelah Carro mengumumkan capaian menjadi unicorn, kabar selanjutnya datang dari sang rival Carsome yang segera menyusul menjadi unicorn dan melantai di bursa Amerika Serikat.

Carro dan Carsome adalah startup asal Singapura dan Malaysia, namun keduanya telah memiliki kehadiran di Indonesia.

Menurut sumber Bloomberg, Carsome tengah bekerja dengan penasihatnya untuk membukukan valuasi hingga $2 miliar dalam pencatatan publiknya — baik lewat kendaraan SPAC maupun IPO konvensional. Targetnya bisa rampung sekitar akhir tahun.

Sebelumnya disampaikan oleh DealStreetAsia, bahwa Carsome tengah mengupayakan pendanaan berikutnya dengan target $200 juta — jika berhasil, maka valuasi perusahaan juga terdongkrak di atas $1 miliar dan berkesempatan menjadi unicorn pertama Malaysia.

Akhir tahun 2020 lalu Carsome juga telah telah membukukan pendanaan seri D senilai $30 juta atau setara 424 miliar Rupiah. Investor yang terlibat meliputi Asia Partners, Burda Principal Investments, dan Ondine Capital. Sejauh ini menjadi all-equity financing terbesar dalam industri otomotif online di Asia Tenggara.

Setahun sebelumnya, tepatnya awal Desember 2019, Carsome mengumumkan perolehan pendanaan seri C senilai $50 juta. Putaran ini didukung MUFG Innovation Partners, Daiwa PI Partners, Endeavour Catalyst, Ondine Capital, serta investor di putaran sebelumnya termasuk Gobi Partners dan Convergence Ventures.

Momentum bisnis car marketplace

Akhir-akhir ini tampaknya platform car marketplace sedang naik daun, tidak hanya di Asia Tenggara, layanan serupa di India “Spinny” dikabarkan tengah dalam finalisasi putaran pendanaan terbaru mencapai $100 dipimpin Tiger Global Management. Kabar ini pertama kali diberitakan Money Control. Jika berhasil, investasi akan mendongkrak valuasi perusahaan di angka $800 juta.

Analisis kami, ada sebuah proyeksi momentum pertumbuhan pesat pasar jual-beli kendaraan bekas. Salah satu yang cukup terlihat adalah terkait pergeseran menuju kendaraan listrik. Di Indonesia sendiri beberapa pihak –termasuk pemerintah—sudah mulai menyusun roadmap konversi ke kendaraan listrik, targetnya tahun 2030.

Di masa transisi, tentu kalangan pengguna mobil saat ini [khususnya menengah atas] akan memadati arus peralihan. Mereka berkemungkinan memenuhi pasar-pasar mobil bekas untuk menukarkannya dengan unit mobil listrik baru. Di satu sisi, harga jual mobil konvensional yang kemungkinan turun akan membuka segmen baru pemilik mobil dari kalangan di bawahnya.

Platform car marketplace seperti Carsome dan Carro memfasilitasi proses transaksi dari hulu ke hilir dengan model bisnis C2B, B2B, dan B2C. Di C2B, mereka menghadirkan layanan inspeksi dan membeli mobil bekas secara langsung dari konsumen. Platform digital, pusat inspeksi, hingga pakar yang disediakan memungkinkan proses penilaian dan penjualan mobil terjadi secara lebih efisien.

Sementara di B2B, platform yang menampung mobil bekas dari pelanggan juga menyuguhkan kepada pemilik diler untuk melelang mobil yang telah diinspeksi untuk dijual lagi di berbagai kota. Sementara di B2C mereka menjual mobil terinspeksi secara online melalui situs dan/atau aplikasi.

Proposisi nilainya jelas kuat, karena konsumen akan merasa terbantu dengan hasil inspeksi transparan yang dilakukan, sehingga meningkatkan keyakinan untuk memproses pembelian mobil bekas tersebut.

Di lain sisi, faktor lain seperti kondisi pandemi juga menjadi pendorong di sisi supply-demand, karena adanya kebutuhan masyarakat untuk memiliki fasilitasi mobilitas yang lebih aman dan nyaman. Beberapa yang tadinya menggunakan kendaraan umum berpotensi terdorong membeli mobil [bekas] untuk kebutuhan harian, karena kendaraan privat dinilai lebih aman dari penularan virus.

Di Indonesia, baik Carro dan Carsome memaksimalkan strategi penetrasi ke berbagai kota lewat strategi O2O. Mendukung transaksi yang dilakukan lewat digital, mereka menghadirkan titik-titik yang menjadi pusat inspeksi dan showroom. Pendekatan ini jelas dibutuhkan, karena pada kenyataan kegiatan transaksi mobil bekas masih didominasi dengan pendekatan konvensional melalui diler-diler yang berada di hampir semua kota.

Namun menariknya, para startup yang bermain di ranah ini mengaku mendapatkan traksi yang konsisten meningkat setiap tahunnya. Bahkan Carsome mengatakan, di tengah pandemi, pada Q4 2020 mereka berhasil membukukan pendapatan tertinggi yang jumlahnya dua kali lipat dari periode sebelum pandemi. Selain itu, Carsome juga berhasil mencapai profitabilitas operasional group pada Q4 2020.

Pada November 2020, General Manager Carsome Indonesia mengatakan, secara keseluruhan mereka juga sudah membantu menjual lebih dari 100 ribu mobil bekas di wilayah operasionalnya, yakni di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Singapura.

Application Information Will Show Up Here

Rencana dan Fokus Bisnis Zipmex di Indonesia

Besarnya pasar Indonesia menjadi salah satu alasan mengapa Zipmex yang merupakan platform jual-beli aset digital di Asia Tenggara memutuskan untuk meluncurkan layanan mereka di Indonesia.

Kepada DailySocial, Co-Founder & Chairman Zipmex Indonesia Raymond Sutanto mengungkapkan, investasi aset kripto saat ini telah menjadi topik yang hangat dan sudah diterima dengan baik oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari makin banyaknya platform serupa yang menawarkan investasi aset kripto, pakar yang menjadi guru kepada masyarakat umum yang ingin mempelajari lebih jauh, hingga tumbuhnya komunitas.

“Dibandingkan dengan negara lain seperti Amerika Serikat dan Australia, Indonesia memang masih sangat rendah penetrasinya dalam hal investasi aset kripto. Namun Indonesia memiliki potensi bagi aset kripto untuk tumbuh dalam beberapa waktu ke depan.”

Dengan inovasi terkini, Zipmex memperkenalkan dan memberikan akses yang lebih mudah bagi masyarakat untuk mendapatkan aset digital terbaik dalam berinvestasi. Selain di Indonesia, platform investasi aset digital tersebut juga beroperasi di tiga negara lainnya yaitu Singapura, Thailand, dan Australia.

Zipmex pertama kali didirikan di Singapura pada 2018 oleh Marcus Lim dan  Akalarp Yimwilai. Kemudian berekspansi ke Thailand, Indonesia, dan Australia.

“Perbedaan Zipmex dengan platform serupa lainnya adalah, kami sangat user-friendly. Selain itu Zipmex juga sudah teregulasi Bappebti dan Kominfo. Bermitra dengan BitGo, Zipmex merupakan platform pertama yang memberikan dompet digital dengan asuransi hingga $100 juta bagi seluruh pengguna,” kata Raymond.

Asuransi tersebut diklaim oleh Zipmex bisa melindungi pengguna dari ancaman serangan hacker saat pertukaran dan jaminan keamanan kepada pengguna. Harapannya bisa menumbuhkan lebih besar kepercayaan pengguna untuk berinvestasi aset kripto.

Keunggulan Zipmex lainnya yang bisa dinikmati oleh trader di Indonesia yaitu harga Bitcoin yang lebih murah daripada bursa lokal lain di Indonesia. Zipmex dirancang untuk menangani volume perdagangan dalam jumlah yang besar, sehingga menawarkan harga paling rendah untuk para penggunanya.

Demi memberikan layanan terbaik bagi penggunanya, Zipmex terus berinovasi seperti membuat Z-Launch, Zips Marketplace, ZipNFT (Non-Fungible Tokens), ZipStocks, ZipSpend, dan Ziplend.

Di Indonesia sendiri, Zipmex berkompetisi langsung dengan beberapa pemain sejenis, termasuk Indodax, Tokocrypto, hingga Pintu.

Rencana penggalangan dana dan kolaborasi

Untuk dapat memberikan yang terbaik bagi para pengguna, Zipmex menonjolkan inovasi dalam berbagai fiturnya. Mereka juga menyiapkan aplikasi yang ramah pengguna sehingga mudah digunakan. Langkah Zipmex semakin diperkuat dengan menyediakan aset kripto dengan harga kompetitif dan likuiditas tinggi. Dengan cara ini, Zipmex meningkatkan keunggulan produknya terutama dari sisi fleksibilitas bagi pengguna.

Untuk memperkuat posisinya di Indonesia, telah dijalin kerja sama strategis tahun lalu antara Zipmex dengan aplikasi investasi, Pluang. Menurut Raymond, melalui kerja sama ini diharapkan bisa membuka potensi lainnya bagi Zipmex untuk menambah kerja sama dengan platform lainnya.

“Sebelumnya kami sudah mengenal dengan baik tim Pluang dan mereka membutuhkan produk investasi aset kripto ke dalam aplikasi mereka, dengan alasan itulah maka kerja sama strategis ini kami lakukan,” kata Raymond.

Saat ini Zipmex masih dalam proses finalisasi penggalangan dana seri B. Jika sudah rampung dalam waktu satu bulan ini akan segera diumumkan siapa saja investor yang terlibat dalam putaran pendanaan kali ini. Sebelumnya Zipmex telah mengantongi pendanaan awal dari Infinity Blockchain Holdings. Kemudian saat pendanaan Seri A, Zipmex telah menerima dana segar dari Jump Capital. Secara keseluruhan nilai investasi yang diperoleh Zipmex adalah sekitar $10,9 juta.

“Target kita di Indonesia diharapkan bisa menambah jumlah pengguna, memberikan edukasi secara perlahan kepada masyarakat, menambah aset yang bisa di-trading juga menambah 100 koin hingga akhir tahun ini,” tutup Raymond.

Application Information Will Show Up Here

Startup Penyedia Solusi Supply Chain GrosirOne Targetkan Pendanaan Seri A 142 Miliar Rupiah

Salah satu startup penyedia solusi supply chain, GrosirOne, sedang mengincar pendanaan seri A senilai $7 s/d $10 juta atau setara 142 miliar Rupiah. Perusahaan menargetkan sekitar dua atau tiga pendana institusi untuk masuk dalam putaran ini. Hasil putaran pendanaan ini akan digunakan untuk menambah distribution center di dalam dan luar Pulau Jawa serta memperkuat kerja sama dengan mitra.

Didirikan pada tahun 2019 oleh Erben Noerman, Jordy Jonatan, dan Felix Boenawan, GrosirOne mengawali bisnis dengan menawarkan solusi bagi distributor yang mengalami gangguan cash flow karena keterlambatan pembayaran dari pemain UMKM. Platform ini dibuat sebagai jembatan bagi para supplier, distributor, dan retailer serta menawarkan manfaat finansial melalui partner bank atau p2p lending untuk pinjaman produktif.

Pada awalnya, perusahaan fokus pada industri FMCG karena latar belakang dan pengalaman co-founder dan tim akuisisi di industri tersebut. Namun timnya terus melakukan eksplorasi ke berbagai industri lainnya yang seperti produk daging, udang dan sebagainya. Dalam waktu kurang lebih 2 tahun, GrosirOne telah bekerja sama dengan 107 principal, 54 distributor, 5900 motorist dan tercatat telah memiliki lebih dari 35 ribu outlet di seluruh Jawa.

“Agar dapat terus melakukan channeling untuk pendanaan, maka kami telah bermitra dengan Bank dan juga Institusi Keuangan Non-Bank seperti perusahaan fintech lending. Sejak tahun 2020 kami telah bermitra dengan Investree, Batumbu, KreditPro, dan Bank Jawa Barat. Di tahun 2021 ini kami telah bekerja sama dengan Danamart, Akseleran, Dompet Kilat, Modalku dan Bank Rakyat Indonesia melalui Mastercard”, ungkap Erben.

Selama masa pandemi, perusahaan melihat banyak sekali pelaku UMKM baik di level distributor hingga retailer yang mengalami kesulitan dari segi keuangan bahkan hingga ada beberapa yang menutup usahanya. Di masa seperti ini GrosirOne diuji sebagai platform solusi untuk dapat membantu para pelaku UMKM tetap bertahan bahkan berkembang selama masa pandemi.

Erben menambahkan bahwa sejauh ini perkembangan GrosirOne dapat dibilang telah melebihi dari target yang telah di tentukan sehingga yakin untuk memulai fund raising seri A. Tahun 2021 sampai awal bulan Mei 2021 saat ini Gross Transaction Value (GTV) telah mencapai 770 Miliar Rupiah dengan pertumbuhan yang sangat tinggi semenjak Desember 2020 yaitu sebanyak 152%.

Target ke depan

GrosirOne mengawali perjalanan pendanaan dari pengenalan oleh salah satu co-founder dengan Alexander Rusli, Co-founder Digi Asia Bios. Ia mengambil peran sebagai angel investor sekaligus advisor perusahaan hingga saat ini.

Ketika disinggung mengenai fokusnya menargetkan pendana institusi, GrosirOne mengaku sebagai perusahaan startup membutuhkan dukungan dengan kredibilitas yang solid  yang nantinya akan menjadi benchmark atas valuasi dan pendanaan perusahaan.

Terkait rencana ke depan, perusahaan masih mendengarkan dan memproses feedback yang didapat dari para pengguna untuk kemudian diterjemahkan menjadi kebutuhan bisnis dan pengembangan layanan dan platform GrosirOne.

“Tahap selanjutnya kami akan berfokus kepada pengembangan yang menuju arah otomatisasi dari segi pengumpulan data pengguna, sehingga memudahkan proses onboarding para Principal, Distributor, Retailer, maupun Motorist ke dalam Platform GrosirOne,” ujar Felix.

Dari sisi geografis, saat ini GrosirOne sudah menjangkau seluruh bagian pulau Jawa, sebagian wilayah Indonesia Tengah dan Timur seperti Gorontalo, Kupang, Maluku dan Ternate. “Kami berencana untuk segera memperluas wilayah jangkauan ke skala nasional, serta memperdalam sentuhan ke rantai bawah supply chain yaitu para retailer dan motoris.”

Beberapa startup yang juga menawarkan solusi serupa termasuk Advotics dan Ula.

Application Information Will Show Up Here

Trustmedis Luncurkan Aplikasi Doctugo, Rencanakan Penggalangan Dana

Bertujuan untuk memudahkan pasien mengakses layanan dari fasilitas kesehatan yang bergabung dengan Trustmedis, aplikasi Doctugo diluncurkan untuk masyarakat luas. Seperti diketahui, Trustmedis adalah platform berbasis cloud yang disasarkan untuk menunjang layanan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan klinik.

Kepada DailySocial, Founder & CEO Trustmedis Achmad Zulkarnain mengungkapkan, untuk memperbesar aplikasi tersebut Trustmedis juga berencana untuk memperluas kemitraan strategis dengan platform healthetch hingga super apps di Indonesia.

“Melalui Doctugo kami ingin memperluas kolaborasi dengan platform healthtech hingga startup lainnya di Indonesia. Kami menyadari, agar bisnis bisa tumbuh lebih besar, kolaborasi menjadi cara yang paling relevan, bukan kompetisi,” kata Achmad.

Masih dalam proses finalisasi, nantinya ada beberapa platform healthtech dan startup yang popular akan menjadi mitra Doctugo. Dengan jumlah fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh Trustmedis yaitu sekitar 240 rumah sakit dan klinik, diharapkan bisa dimanfaatkan oleh mitra dan sebaliknya. Mereka juga ingin memberikan kesempatan kepada pasien dari masing-masing fasilitas kesehatan yang bergabung pilihan lebih dan fleksibilitas.

“Saat ini kami sudah memiliki sekitar 5 juta pasien yang terdaftar dari fasilitas kesehatan yang bergabung dengan Trustmedis. Harapannya dengan aplikasi Doctugo jumlah tersebut bisa bertambah dua kali lipat hingga akhir tahun 2021,” kata Achmad.

Meskipun baru diluncurkan sekitar tiga minggu lalu, Achmad mengklaim saat ini aplikasi Doctugo sudah diunduh sekitar 500 orang di Play Store dan sudah menjalin kemitraan dengan 6 rumah sakit di beberapa wilayah di Indonesia. Harapannya jika jumlah unduhan bertambah menjadi 5 ribu, mereka akan melakukan peluncuran resmi aplikasi ini.

Akses resume medis dan rencana penggalangan dana

Untuk memastikan semua pasien terverifikasi, bagi pasien yang ingin memanfaatkan berbagai layanan di aplikasi Doctugo, harus mengunduhnya di fasilitas kesehatan yang mereka kunjungi. Nantinya mitra rumah sakit atau klinik akan merekomendasikan pasien mengunduh aplikasi Doctugo. Bukan hanya proses antrean saja yang bisa dimanfaatkan, namun resume medis juga nantinya bisa diakses oleh pasien melalui aplikasi.

“Kami pastikan semua aturan dari regulator kami ikuti. Nantinya resume medis bisa dilihat langsung di aplikasi demikian juga dengan berbagai layanan lainnya” kata Achmad.

Dengan demikian Trustmedis tidak perlu melakukan kegiatan edukasi hingga awareness kepada pasien. Karena semua proses dilakukan oleh pihak fasilitas kesehatan yang bergabung. Sehingga menjamin kebenaran pasien yang ada, untuk bisa menikmati semua layanan yang tersedia di aplikasi.

Secara bisnis, melalui aplikasi Doctugo, Trustmedis diharapkan bisa lebih mudah melancarkan kegiatan monetisasi ke fasilitas kesehatan yang ke depannya memiliki potensi untuk menambah jumlah pasien mereka.

“Dari sisi kuantitas kami melihat lebih banyak dari fasilitas kesehatan berupa klinik. Namun dari sisi value, rumah sakit menjadi ideal bagi kami karena besarnya jumlah pasien yang dimiliki,” kata Achmad.

Setelah awal tahun 2020 lalu telah mengantongi pendanaan awal, tahun ini Trustmedis berencana untuk melakukan kegiatan penggalangan dana kembali. Masih dalam proses penjajakan, ditargetkan kuartal tiga tahun ini, dana segar bisa dikantongi.

“Meskipun saat awal pandemi bisnis kami yang mengandalkan sepenuhnya fasilitas kesehatan menurun, namun dengan layanan Telemedis dan saat ini aplikasi Doctugo, diharapkan bisa mempercepat pertumbuhan bisnis Trustmedis yang makin terakselerasi berkat masifnya adopsi digital di kalangan masyarakat Indonesia,” kata Achmad.

Application Information Will Show Up Here

Meninjau Peran Teknologi Payment Gateway Dalam Mendorong Donasi Digital Bagi Lembaga Nirlaba

Teknologi pembayaran digital (payment gateway) menjadi salah satu teknologi yang paling cepat mengakselerasi perubahan dalam masyarakat. Tak hanya untuk keperluan transaksi niaga, teknologi payment gateway kini juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan filantropi, seperti galang dana dan berdonasi, menjadi lebih efisien bagi lembaga nirlaba dan donatur. Hal ini dibuktikan oleh payment gateway  Midtrans yang menyediakan teknologi pemrosesan berbagai metode pembayaran di situs online bagi berbagai mitra, mulai dari startup, UMKM, usaha besar, hingga lembaga nirlaba seperti Yayasan Yatim Mandiri (YYM).

Beberapa waktu ke belakang, bagi YYM, menjalankan kegiatan galang dana menjadi hal yang cukup menantang tatkala berhadapan dengan langkah-langkah konvensional. Yayasan yang berfokus pada pendidikan dan pemberdayaan yatim dan dhuafa ini mulanya melakukan fundraising dari pintu ke pintu, verifikasi donasi yang dilakukan secara manual, hingga pendataan donatur yang kurang maksimal. Tantangan ini kemudian terjawab ketika YYM memutuskan menggunakan teknologi payment gateway untuk mendigitalisasi proses galang dana donasi.

“Dulu kami hanya bergerak di bidang fundraising yang konvensional, dengan menerjunkan konsultan zakat yang datang dari kantor ke kantor. Tapi sekarang semakin berkembangnya waktu dan teknologi, kami bisa meng-upgrade layanan dan tawaran kami melalui platform digital,” ujar Dian Muldianti, tim Digital Fundraising YYM.

Bagi YYM, payment gateway bisa menjawab tantangan yang selama ini belum terpecahkan

YYM bermitra dengan Midtrans mentransformasi ekosistem donasi. Upaya penggalangan dana YYM ditingkatkan oleh Midtrans yang membawa beragam solusi digital seperti misalnya; proses verifikasi dan pendataan donatur yang mampu diotomatisasi, kemudahan fasilitas lewat berbagai pilihan metode pembayaran online, hingga memaksimalkan penerimaan nilai donasi dengan gratis biaya transaksi lewat dengan GoPay dan QRIS. Selain itu, efisiensi operasional yayasan juga terbantu berkat teknologi yang ditawarkan oleh Midtrans.

Dalam kemitraan tersebut YYM mengaku, nilai donasi digital yang disalurkan ke pihaknya melalui kanal daring website meningkat hingga 12 kali sejak menggunakan Midtrans dalam 6 bulan terakhir. Hal itu sejalan pula dengan laporan yang dirilis oleh GoPay dan Kopernik yang bertajuk “Digital Donation Outlook 2020” yang menyimpulkan keberadaan donasi digital berhasil mendorong masyarakat untuk semakin rajin berdonasi. Dukungan publik yang disalurkan lewat donasi memungkinkan YYM menyediakan pemberdayaan bagi penerima manfaat, termasuk dalam bentuk beasiswa dan lembaga pendidikan lewat 46 cabang organisasi yang tersebar di seluruh Indonesia.

Meningkatnya donasi digital yang digalang oleh YYM bukan tanpa sebab. Dalam laporan Digital Donation Outlook juga dikatakan, donasi digital berkembang akibat dipicu oleh berbagai faktor kemudahan yang didukung oleh teknologi. 47 persen responden mengatakan memilih berdonasi digital pada inisiatif yang menyediakan pembayaran digital. Namun bukan berarti edukasi perihal donasi digital selesai sampai di situ saja. Studi mengungkapkan masih diperlukan adanya edukasi mumpuni yang menyeluruh dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Di samping itu selain edukasi dasar mengenai donasi digital, diperlukan pula mengkomunikasikan transparansi proses donasi, dan kredibilitas organisasi untuk meningkatkan kepercayaan publik.

“Kemudahan teknologi semakin memudahkan kami sebagai lembaga non-profit untuk mengedukasi dan mengajak masyarakat lebih mudah berbagi di manapun dan kapanpun. Ini penting, karena saat ini masyarakat semakin tech-savvy, sehingga kami dapat lebih mudah menjangkau mereka yang ingin berbagi atau berderma lewat kanal digital,” papar Dian.

Pernyataan di atas tentu semakin menguatkan peran teknologi dalam upaya penggalangan dana untuk kebutuhan sosial. Donasi digital diketahui telah berhasil merangkul semua kelompok usia berikut dengan keragaman demografis dan profesi di masyarakat. Dengan angka dan grafik yang justru semakin bertumbuh – meski di tengah situasi ketidakpastian ekonomi – sangat menarik menantikan kiprah berbagai penyedia layanan teknologi Midtrans selanjutnya di ranah filantropi di waktu mendatang.

Evermos Ingin Perkuat Inovasi di Industri Ekonomi Halal

Pandemi telah mengubah kebiasaan masyarakat dalam mengonsumsi kebutuhan sehari-hari. Mulai dari makanan, fesyen, dan berbagai produk lainnya. Sebagai platform yang fokus pada penjualan produk muslim, halal, dan sesuai dengan syariah, pandemi juga memberikan impact kepada bisnis Evermos.

Kepada DailySocial, Co-founder Evermos Ghufron Mustaqim mengungkapkan, sebelum pandemi fesyen selalu menjadi kategori yang paling laris. Namun ketika pandemi, permintaan cukup dinamis. Produk home & living, health & herbal, dan prayer equipment pernah menjadi kategori dominan.

“Secara umum, Evermos membukukan month-on-month growth sekitar 20% pada 2020. Apa yang kami amati dari pandemi ini konsumen yang digarap oleh para resellers Evermos masih memiliki daya beli, namun terdapat pergeseran terhadap demand produk yang dibeli oleh para konsumen.”

Langkah strategis yang dilancarkan oleh Evermos selama pandemi salah satunya adalah mengintensifkan online training, baik itu di aplikasi (dengan fitur Zona Reseller Sukses) dan juga di luar aplikasi seperti pelatihan melalui Google Meet atau Zoom. Evermos juga memiliki tim training khusus dan berpengalaman yang setiap hari melakukan berbagai macam pelatihan sesuai dengan kebutuhan reseller.

Sebagai platform yang fokus kepada produk halal, Evermos memiliki misi untuk mewujudkan ekonomi inklusif melalui penciptaan platform dan ekosistem
pemberdayaan ekonomi sehingga lebih banyak orang dan organisasi di Indonesia. Evermos all-out dalam menggalakkan inovasi di ekonomi halal dan memposisikan diri di segmen muslim. Antara lain dengan memastikan bahwa produk-produk yang dijual halal atau muslim-friendly.

Wajib halal ketika memang untuk kategori tersebut bisa mendapatkan lisensi halal (makanan, minuman, obat). Sedangkan untuk kategori-kategori lain seperti fesyen serta home & living yang tidak membutuhkan lisensi halal, harus muslim-friendly. Misalnya dari product presentation, marketing kit yang disiapkan untuk resellers.

“Karena hampir 90% orang Indonesia beragama Islam, kami percaya bahwa untuk menciptakan ekonomi yang inklusif secara efektif sampai ke kawasan pedesaan di Indonesia, memasuki dan menggalakkan inovasi di industri ekonomi halal adalah sebuah konsekuensi logis,” kata Ghufron.

Inovasi produk dan layanan Evermos

Saat ini Evermos telah bekerja sama dengan sekitar 500 brand owners (lebih dari 90%-nya adalah UMKM), memiliki 50-75 ribu reseller aktif yang menjangkau 504 kota/kabupaten di Indonesia, dan melayani sekitar 200-400 ribu konsumen. Perusahaan juga telah merilis platform ZISWAF bernama Beramaljariyah.org dan sudah menggalang dana kumulatif sebesar Rp27 miliar.

“Sebagai contoh dari dana yang telah terkumpul tersebut, kami dapat menyantuni lebih dari 46 ribu anak yatim, menyalurkan 55 unit Al-Qur’an, membantu rumah sakit/puskesmas dengan lebih dari 71 ribu APD,” kata Ghufron.

Sementara untuk halal travel, perusahaan sempat meluncurkan Paket Umroh. Namun karena pandemi dan tidak ada pemberangkatan umrah, layanan tersebut kemudian ditunda. Evermos sekitar 3 bulan yang lalu juga telah merilis produk baru, bekerja sama dengan salah satu pihak yakni program tabungan haji yang bisa dijual oleh para resellers. Dengan Rp 1 juta, masyarakat sudah dapat mendaftarkan haji di Kementerian Agama dan mengamankan porsi antrean.

“Di Indonesia, antrean haji bisa lebih dari 30 tahun untuk beberapa provinsi. Dengan adanya produk ini, orang tidak perlu menabung sampai Rp25 juta dulu baru daftar haji yang bisa memakan waktu bertahun-tahun. Karena siapa saja yang sudah punya Rp1 juta sudah bisa daftar dan dapat porsi antrean dari Kemenag,” kata Ghufron.

Evermos mencatat saat ini terdapat sekitar 335 resellers Evermos yang aktif menjual produk tersebut. Untuk fintech syariah, saat ini Evermos masih fokus untuk menggarap kerja sama yang lebih dalam dengan beberapa platform fintech syariah.

Target perusahaan dan rencana penggalangan dana

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh Evermos, di antaranya adalah menambah kuantitas dan kualitas resellers. Meningkatkan jaringan reseller, tidak hanya melalui iklan digital, tetapi juga kerja sama dengan berbagai institusi misalnya pesantren, pemerintah desa, dan pemerintah kabupaten/kota.

Melalui Evermos, masyarakat juga dapat kesempatan berbisnis online tanpa butuh modal untuk beli inventory (stok barang), kurasi brand dan produk, menyiapkan materi promosi sendiri. Perusahaan juga ingin memajukan lebih banyak UMKM atau local brands Indonesia untuk naik kelas.

Yang terakhir perusahaan ingin lebih intens untuk mulai mewujudkan shared consciousness, bahwa memajukan ekonomi Indonesia harus melalui upaya kolektif semua pihak. Harapannya ketika masyarakat secara kolektif memiliki keberpihakan untuk membeli produk UMKM, akan semakin maju sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan karyawan dan membuka lapangan pekerjaan yang lebih banyak.

Disinggung apakah Evermos memiliki rencana penggalangan dana tahun ini, disebutkan pihaknya tengah dalam proses penjajakan penggalangan dana. Tidak disebutkan lebih lanjut kapan finalisasi proses penggalangan dana tersebut. Sebelumnya Evermos telah mendapatkan pendanaan seri A sejumlah $8,25 juta (Rp 115 miliar) dari Jungle Ventures, Shunwei Capital, dan Alpha JWC Ventures.

“Evermos secara alami lebih efisien karena model bisnis kita. Evermos tidak memiliki inventory dan juga tidak banyak bakar uang untuk marketing karena kami dibantu oleh pasukan resellers untuk memasarkan produk-produk di Evermos ke tetangga, teman, dan keluarga mereka. Bahkan sejak awal secara contribution margin Evermos positif, termasuk di tahun 2020 ketika pandemi dan kami melakukan percepatan pertumbuhan,” tutup Ghufron.

Application Information Will Show Up Here