GO-JEK Kini Miliki Fitur Beli Voucher GO-DEALS

GO-JEK kembali memperkenalkan sebuah layanan baru di aplikasi mereka. Kali ini mereka memperkenalkan GO-DEALS, sebuah layanan yang membantu pengguna mendapatkan penawaran menarik atau voucher untuk berbagai kategori seperti makanan, gaya hidup, e-commerce dan lainnya. Selain itu GO-JEK juga mengumumkan merger antara dua layanan mereka GO-MART dan GO-SHOP.

Kode voucher dari GO-DEALS bisa dibeli menggunakan GO-PAY. Pengguna tinggal masuk ke dalam aplikasi GO-JEK, memilih menu GO-DEALS kemudian menentukan voucher yang diinginkan sebelum menyelesaikan transaksi dengan pembayaran melalui GO-PAY.

Sementara itu kode voucher yang dibeli bisa digunakan baik secara online maupun offline (langsung di kasir). Kode voucher yang didapatkan hanya berlaku 1×24 jam.

Go-Deals Layanan Pembelian Voucher

Di situs resminya, GO-DEALS disebut menyediakan beragam jenis voucher untuk beberapa kategori. Pengguna tinggal membeli jenis voucher yang mereka butuhkan langsung melalui aplikasi GO-JEK. Sebelumnya Grab juga mulai memperkenalkan layanan pembelian voucher GrabGift untuk beberapa layanan transportasi mereka.

Selain mulai berekspansi di regional Asia Tenggara GO-JEK juga tercatat menyiapkan beberapa inovasi di dalam aplikasi mereka di Indonesia. Seperti GO-NEARBY yang ditambahkan untuk mempermudah pengguna menemukan merchant GO-FOOD di sekitar mereka. Termasuk juga penambahan fitur “in app news”, sebuah fitur yang memungkinkan pengguna membaca berita melalui aplikasi GO-JEK. Untuk memperkaya konten di fitur “in app news” ini GO-JEK menggandeng Kumparan sebagai penyedia konten.

Application Information Will Show Up Here

Kevin Aluwi Ceritakan Peran “Business Intelligence” dalam Bisnis GO-JEK

Untuk turus menuai sukses, bisnis harus terus berinovasi. Hal tersebut juga dilakukan oleh startup on-demand lokal tersukses GO-JEK. Salah satu yang kini tengah dikembangkan dan dioptimalkan ialah divisi Business Intelligence untuk mengoptimalkan sistem pengelolaan data di lingkup internal GO-JEK. Seperti diketahui bersama, bahwa data menjadi sangat penting untuk sebuah keputusan bisnis dalam bisnis digital saat ini. Hasil pengelolaan data mampu memberikan proyeksi tepat berdasarkan data historis yang dimiliki.

Dalam diskusi mingguan yang diadakah oleh DailySocial #SelasaStartup, dihadirkan Kevin Aluwi selaku Co-Founder & Head of Business Intelligence GO-JEK sebagai narasumber. Spesial untuk membahas bagaimana GO-JEK memanfaatkan data untuk mengoptimalkan sistem bisnis. Salah satu yang diimplementasikan ialah menerapkan konsep big data, hal ini dilakukan lantaran GO-JEK selalu mendapatkan data dengan velocity yang sangat besar, dan harus mampu dibaca secara cepat dan cermat.

Mengawali implementasi data untuk pelaporan

Sama layaknya improvisasi teknologi pada umumnya, implementasi data di GO-JEK dilakukan secara berangsur. Kala itu data pertumbuhan dan transaksi sangat dibutuhkan untuk bukti pelaporan terhadap investor –terutama di awal fundraising GO-JEK. Selain datanya banyak dan besar, variasinya juga cukup beragam, mulai dari data pengemudi, rekam jejak, jenis makanan yang dibeli dan lain sebagainya.

Kala itu GO-JEK memfokuskan divisi data khusus untuk membuat laporan tersebut. Karena investor membutuhkan laporan mingguan dan bulanan mengenai kinerja dari layanan GO-JEK. Hingga akhirnya Kevin merasa bahwa seharusnya optimasi data ini dapat dimanfaatkan secara lebih mendalam untuk meningkatkan performa bisnis.

Pada akhirnya Business Intelligence mulai menjadi divisi khusus yang fokus pada pengolahan data secara lebih terstruktur. Kini sudah ada tim yang didedikasikan khusus sebagai data science dan data engineer untuk tidak hanya sekedar melaporkan data yang masuk, tapi lebih dari itu. Termasuk untuk memproyeksikan berbagai hal dengan data yang dimiliki.

Keputusan tepat di tengah persaingan yang kuat

Kevin menceritakan, pada pertengahan tahun 2015 ia melihat kebutuhan untuk adanya analisis data produktif dari keseluruhan operasi layanan. Hal tersebut dibutuhkan untuk melihat tren penggunaan layanan, hingga melihat kecenderungan konsumen secara lebih personal terhadap layanan yang digemari.

Namun pada saat itu misi tim engineer masih difokuskan untuk memastikan bahwa aplikasi GO-JEK tidak mengalami crash, demi menjamin operasi bisnisnya lancar. Hal ini dirasa krusial, karena harus berhadapan dengan pesaing yang kuat. Sehingga keandalan benar-benar menjadi fokus setiap anggota tim.

Saat layanan GO-JEK sudah sangat stabil, kini tim engineer mulai menjalankan peran khusus di masing-masing area. Salah satunya tim yang dipimpin Kevin, yakni untuk menjalankan sebuah kegiatan intelijen bisnis untuk memaksimalkan potensi perolehan konsumen dari layanan yang dimiliki GO-JEK. Proses tersebut dimulai dengan mengolah data, memvisualisasikan data, hingga membaca data tersebut menjadi sebuah insight berharga.

Salah satu manfaat dari penerapan business intelligence kini GO-JEK dapat membuat sebaran mitra pengemudi menjadi lebih merata. Hal ini untuk memastikan konsumen dapat dengan cepat mendapatkan pengemudi. Kasus lama, biasanya pengemudi menggerombol di area tertentu saja, akibatnya di area lain sering tidak ada pengemudi terdekat.

Dengan data ini, GO-JEK dapat menyesuaikan policy misalnya di jam-jam rame pada area tertentu, untuk menggiring pengemudi di sana, bisa memberikan bonus khusus untuk mitra yang mengambil pesanan dari area tersebut. Dan masih banyak skenario lain yang bisa dioptimalkan dengan hasil pengelolaan data bisnis.

Siap menerapkan data science di departemen SDM

Selain untuk operasional, data sicence juga mulai diterapkan ke area yang lebih luas, salah satunya pada divisi sumber daya manusia (SDM). Data-data didapat dari statistik performa tim dan hasil evaluasi yang dilakukan. Semua kinerja tim dapat disimpulkan hasilnya dengan sebuah sistem cerdas atas apa yang telah ia kerjakan di dalam lini bisnis, sehingga lebih terukur dan lebih memahami aspek-aspek yang perlu diperkuat.

 

Per 1 Juli Aturan Tarif Baru “Taksi Online” Mulai Berlaku

Juli tahun 2017 menjadi babak baru industri transportasi on-demand di Indonesia. Revisi Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 32 Tahun 2016 menetapkan beberapa peraturan yang berhubungan dengan moda transportasi online roda empat atau banyak disebut dengan istilah “taksi  online”.

Salah satu yang menjadi sorotan adalah mulai berlakunya tarif batas bawah dan batas atas. Tanggal 1 Juli adalah batas tenggat waktu yang diberikan oleh pemerintah untuk penyesuaian tarif ini.

Dikutip dari CNN Indonesia Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kemenhub Pudji Hartanto Iskandar, ketentuan tarif nantinya dihitung berdasarkan jarak per kilometer dan dibedakan berdasarkan wilayah.

Misalnya untuk ketentuan tarif batas bawah wilayah I yang meliputi Sumatera, Jawa dan Bali tarif batas bawahnya adalah Rp3.500 per kilometer, sedangkan tarif batas atas Rp6.000 per km.

Angka tersebut berbeda dengan daerah yang masuk dalam wilayah II. Dalam hal ini Kalimantan, Sulawesi sampai Papua. Tarif batas bawah sedikit lebih tinggi, yakni Rp3.700 per km sedangkan tarif batas atas berada pada angka Rp6.500 per kilometer.

Sementara itu pihak dua layanan yang terkena pengaruh layanan ini, Grab (GrabCar) dan GoJek (GoCar) tampaknya sudah siap dengan penerapan tarif baru ini.

Dikutip dari Detik, Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata. Ia mengungkapkan pihaknya siap bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan untuk memastikan regulasi yang ada ditelah diterapkan, sesuai dengan komitmen Grab dalam menaati hukum dan peraturan yang berlaku.

Masih dari sumber yang sama, Senior Vice President Operational GoJek Arno Tse juga mengungkapkan hal senada. Pada intinya pihaknya akan selalu mengikuti apa yang sudah menjadi kebijakan pemerintah dan selalu berkoordinasi dengan kementerian terkait.

Kemudahan akses masih menjadi senjata utama layanan on-demand transportasi

Seperti yang diketahui bersama bahwa layanan on-demand transportasi mulai merebak di Indonesia bukan hanya karena kemudahan akses tapi juga karena terjangkau. Dengan diterapkannya aturan batas bawah dan batas atas ini sedikit banyak akan mempengaruhi harga layanan.

Melihat tren yang ada saat ini tampaknya kemudahan (dari segi akses dan penggunaan aplikasi) akan menjadi keunggulan utama “taksi online” dibanding moda transportasi lainnya. Selama dua tahun belakangan masyarakat sudah mulai terbiasa dengan unsur praktis dan mudah yang ditawarkan oleh penyedia layanan “taksi online“ yang ada.

Ramalan Investasi Startup di Tahun Ayam Api

Tahun 2016 menunjukkan sikap baiknya kepada kancah startup Tanah Air. Berdasarkan Indonesia’s Tech Startup Report 2016, setidaknya ada empat catatan khusus yang dapat ditinjau dengan seksama.

Laporan tahunan yang disusun oleh DailySocial ini menunjukkan bahwa ranah e-commerce dan fintech masih bersaing ketat sebagai ranah tech startup dengan investasi terbanyak, masing-masing sebesar 21% dan 20%. Itulah fakta pertama yang kemudian diikuti dengan fakta kedua bahwa fintech diprediksi menjadi sektor terpopuler di tahun 2017.

Catatan ketiga, 40% dari investasi startup tahun 2016 ditujukan untuk startup tahap awal (seed) sedangkan 24% ditujukan untuk startup yang telah mencapai tahap Seri A.

Sayangnya, menyambung fakta di atas, catatan keempat dari annual report DailySocial ialah mengenai kurangnya talenta dan akses ke pendanaan yang diproyeksikan masih akan ‘menghantui’ tech startup di 2017 ini.

Tantangan tersebut dapat diubah menjadi peluang oleh para pelaku startup, asalkan mereka dapat memahami secara komprehensif apa yang telah dan akan terjadi pada ekosistem bisnis teknologi rintisan di Indonesia.

Go-Jek, contohnya. Startup yang telah mengakuisisi empat perusahaan teknologi India ini telah memasang standar tersendiri dalam memanfaatkan peluang tersebut, hingga akhirnya berhasil mengeruk pendanaan $550 juta dan secara resmi menjadi startup unicorn pertama di Indonesia.

Bagaimana langkah yang tepat untuk mencapai peluang agar mendapat pendanaan? Apakah pintu untuk meraih gelar unicorn seperti Go-Jek masih terbuka lebar di tahun Ayam Api? Menjawab pertanyaan semacam ini, Mandiri Capital Indonesia (MCI), Metra Digital Innovation (MDI), dan DailySocial.id berinisiatif kembali menggelar DigiTalks yang kali ini mengambil tema Investment Trend in 2017.

DigiTalks: Investment Trend in 2017 / DailySocial
DigiTalks: Investment Trend in 2017 / DailySocial

Diskusi panel DigiTalks pada kesempatan ini akan mengajak para startup owner/founder, revenue officer, business development officer, dan mereka yang ingin terlibat di dalam tubuh tech startup untuk mengenal dan berdiskusi mengenai lanskap pendanaan di tahun 2017 bersama pengamat industri dan venture capitalist, antara lain Raditya Pramana (Investment Manager Venturra Capital) Antonny Liem (CEO Merah Putih Incubator), dan Amir Karimuddin (Editor-in-chief DailySocial Business), yang akan dimoderatori oleh Aldi Adrian Hartanto (Head of Investments Mandiri Capital Indonesia).

DigiTalks yang akan diselenggarakan pada 31 Januari 2017 di Mandiri Inkubator Bisnis ini akan menguak cerita yang berkisar dari soal ekosistem startup Indonesia, pendanaan, juga tantangan dan masa depan tech entrepreneurs, venture capitalist, dan startup anak bangsa.

Dengan mendaftar gratis di sini, Anda akan mendapatkan insight terkini agar bisnis semakin bergengsi di tahun Ayam Api.

Disclosure: DigiTalks adalah kolaborasi bersama Mandiri Capital Indonesia, Metra Digital Innovation, dan DailySocial

Srikandev Dukung Pemberdayaan Pengembang Perempuan Indonesia

Usia terbilang masih belia, belum genap satu tahun, namun Srikandev memiliki visi dan misi yang positif untuk mendukung perkembangan karier developer perempuan Indonesia. Didirikan oleh Lidya Novianti dan Retno Ika Safitri, Srikandev bertujuan untuk mempertemukan developer perempuan baru dengan para profesional yang sudah cukup lama terjun dalam dunia teknologi.

“Dalam wadah Srikandev kita harapkan para developer perempuan yang hingga kini masih malu-malu dan enggan bergabung dengan kami, bisa bergabung dan berbagi pengalaman serta informasi dengan developer perempuan lainnya,” kata Co-Founder Srikandev Retno Ika Safitri.

Di acara meetup pertama yang dilangsungkan di Jakarta Digital Valley Kamis (28/04), Srikandev mengundang dua orang perempuan Indonesia yang sudah lama berkecimpung di dunia teknologi dan bergabung dengan startup ternama di tanah air, yaitu Product & Technology Tokopedia Devy Pranowo dan VP User Experience & Product Design Go-Jek Monika Halim. Tema yang diambil cukup menarik, yaitu “Build a Great Product and Experiences That People Love.”

“Tema yang dipilih serta pembicara yang kami undang untuk meetup Srikandev pertama diharapkan bisa menginspirasi dan bisa memberikan sebuah impact serta kolaborasi antara developer perempuan,” kata Retno.

Produk telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari

Dalam presentasinya Monika Halim yang selama ini telah malang melintang bekerja di startup, agensi dan lainnya menyebutkan, ada beberapa hal menarik yang menjadikan sebuah produk dicintai oleh konsumen. Desain yang baik belum tentu menjadi alasan utama produk tersebut diminati, namun sisi humanis lain yang bersifat personal dan tentunya membantu.

“Apa yang GO-FOOD tawarkan selama ini tentunya menjadi relevan kepada konsumen yang setiap hari semakin dihadapkan dengan kemecatan, tuntutan pekerjaan, terutama bagi ibu-ibu muda yang memiliki pekerjaan namun juga harus memperhatikan keluarga, kemudahan yang ditawarkan oleh GO-FOOD merupakan bukti nyata produk yang dibutuhkan akan menjadi yang paling dinimati,” kata Monika.

Selain itu Monika juga menambahkan dengan semakin majunya teknologi membuat sebagian besar konsumen menuntut kecepatan serta relevansi. Jika kedua layanan tersebut bisa dihadirkan oleh sebuah produk akan secara alami konsumen pun akan menjadi loyal dan enggan untuk berpaling kepada produk lain.

“Yang perlu diingat ketika membuat sebuah produk adalah untuk mengedepankan the best user experience. Kemudian yang paling penting adalah produk yang bisa membuat kehidupan seseorang berubah menjadi lebih baik,” kata Monika.

Di kesempatan yang sama, Devy Pranowo dari Tokopedia menyambut baik kegiatan meetup yang diadakan oleh Srikandev.

“Dari pengalaman saya dulu studi di AS saya melihat komunitas seperti Srikandev cukup membantu para developer perempuan untuk belajar dan tentunya berbagi pengalaman untuk menjadi seorang developer yang baik dan tentunya handal,” kata Devy.

Terkait dengan membuat produk yang dicintai, sebelum membuat sebuah produk yang pada akhirnya disukai oleh konsumen adalah, menentukan terkebih dahulu mindset yang tepat dan tentunya sesuai, sebelum akhirnya produk dikembangkan.

Yang tidak kalah penting adalah bagaimana memanfaatkan feedback baik atau buruk terhadap produk menjadi sebuah sumber yang kemudian bisa diperbaiki oleh tim untuk menghasilkan produk yang baik. Kolaborasi merupakan kunci utama keberhasilan sebuah produk yang dibuat.

5 Startup Indonesia yang Tawarkan Layanan On-Demand Logistik

Sejumlah startup di Indonesia seperti Go-Jek, Uber dan Grab terjun dan secara serius menggarap bisnis layanan on-demand yang sejauh ini terlihat menjanjikan. Jenis layanan ini disukai karena kehadirannya menjawab kebutuhan banyak konsumen terutama di kota-kota besar yang memang cenderung menginginkan hal-hal instan dan ruang gerak yang dibatasi oleh tuntutan pekerjaan. Pemesanannya pun mudah karena sebagian besar dapat dilakukan melalui aplikasi mobile.

Selain ketiga nama di atas, ada beberapa startup Indonesia yang nimbrung ke ranah ini khususnya di sektor logistik, menawarkan layanan antar-jemput barang mulai yang berukuran kecil dengan kendaraan roda dua hingga roda empat, berupa truk yang ditawarkan oleh Go-Box, JET dan Etobee.

Berikut adalah 5 layanan on-demand logistik yang ditawarkan oleh startup-startup asal Indonesia, 4 diantaranya telah hadirkan aplikasi mobile, satu lewat web dan tengah menyiapkan aplikasi.

Go-Box dari Go-Jek

Go-Box diharapkan "mengganggu" bisnis jasa pickup dan truk boks yang sudah ada / DailySocial

Selain ojek sebagai layanan utamanya, Go-Jek juga punya layanan lain yang dinamai Go-Box. Ini adalah layanan yang menawarkan jasa angkut dan pengiriman barang dengan jumlah pengemudi mencapai 3000 orang dan 85 perusahaan logistik (Oktober 2015).

Tarif Go-Bok didasarkan oleh jarak tempuh, jarak tempuh di atas 25 km akan dikenakan biaya Rp.4.000/km (small trucks), Rp.4.500/km (small box trucks) dan Rp.5,000/km (large dumps). Go-Box juga menyediakan asuransi apabila terjadi kerusakan atau kehilangan barang berupa santunan senilai 10 juta Rupiah. Nantinya saat pemesanan juga bisa ditambahkan premi asuransi sesuai dengan nilai barang yang ingin dikirimkan

Application Information Will Show Up Here

 

Etobee

Etobee, startup Logistik Indonesia / Dailysocial

Etobee menawarkan diri sebagai pilihan baru dalam hal layanan logistik. Tak main-main, Etobee memulai debut dengan meyakinkan dengan modal 1000 armada yang terdiri dari motor, vans dan truk. Wilayah yang dilayani Etobee baru mencakup Jadetabek (Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi).

Aplikasi yang disediakan Etobee memungkinkan pelanggan melakukan pengiriman barang di manapun dan kapanpun dengan lebih mudah. Sistem aplikasi mobile Etobee secara otomatis akan mencari kurir terdekat yang tersedia dalam jangka waktu kurang dari dua menit.

Application Information Will Show Up Here

 

Blu-Jek

blue jek

Seperti Go-Jek, selain menawarkan jasa antar penumpang mereka juga mempunyai layanan antar jemput barang yang dinamai Blu-Courier. Blu-Jek mengklaim layanannya lebih baik hal menjaga privasi pelanggan melalui metode pembayaran cashless atau tanpa uang tunai.

Mengawali langkahnya dengan seribu armada, Blu-Jek memulai layanannya di seputaran Jabodetabek dengan promo gratis selama sebulan untuk jarak 6 km pertama, selebihnya dikenakan tarif flat Rp. 25.000. Berikutnya, tarif normal Blu-Jek dipatok Rp 20.000 untuk lima kilometer pertama dan Rp 4.000 per kilometer berikutnya.

Application Information Will Show Up Here

Arkos


arkos

Arkos atau Armada Kosong adalah startup yang berfokus pada layanan on-demand di bidang logistrik yang menggunakan armada berukuran besar, truk. Mengusung prinsip yang sama dengan layanan sejenis, Arkos ingin mewadahi pemiliki barang dan kendaraan untuk bertemu dan saling memenuhi kebutuan masing-masing. Berhubung layanan ini baru beroperasi, saat ini Arkos baru menawarkan akses layanan ke situs web, belum berupa aplikasi mobile. Namun dalam waktu dekat dua platform Android dan iOS juga akan mengudara.

Web: Armada Kosong.

JET

[kiri ke kanan] COO JET Poeti Fatima dan Co-Founder JET Mike Roosevelt / DailySocial

Startup Indonesia yang menawarkan layanan on-demand logistik sepanjutnya adalah JET atau Joint Express Transport. Bergerak di bidang ride-sharing dan juga pengiriman, JET menawarkan empat layanan, yaitu JETride, JETcourier, JETpickup, dan JETbox. Pelanggan dapat memilih jenis pembayaran sendiri, antara lain tunai, kartu kredit, dan JETwallet yang dapat diisi ulang melalui e-cash Mandiri.

Application Information Will Show Up Here

 

Sumber gambar header: Shutterstock.

Lima Hal Yang Perlu Diperhatikan Ketika Mengembangkan Layanan On-Demand

Layanan on-demand yang ditawarkan oleh Go-Jek, Uber, Grab Taxi dan beberapa pemain lainnya terbukti diminati oleh pasar karena mampu memberikan proses yang cepat, mudah dan tentunya terjangkau. Dari semua keberhasilan yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut, ada beberapa hal yang sejatinya bisa dipetik jika Anda berencana untuk menawarkan atau mendirikan startup dengan fitur layanan on-demand.

Berikut ini adalah lima poin penting yang bisa Anda terapkan, seperti yang dirangkum oleh Early Stage Investor di Index Ventures Martin Mignot dalam tulisan yang diterbitkan di blog pribadinya.

1. Seberapa cepat layanan ditawarkan?

Tidak bisa dipungkiri saat ini kecepatan merupakan potensi yang bisa menjadi peluang lebih untuk usaha apa pun. Ketika Anda memutuskan untuk mengembangkan layanan on-demand, hal ini harus menjadi prioritas dan pemikiran utama. Contoh sederhana adalah, berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh pengguna memesan taksi? Berapa lama waktu yang dibutuhkan pada saat memesan makanan? Seberapa cepat dokumen yang bisa diantarkan? Jasa pembantu rumah tangga dalam membersihkan kantor atau rumah Anda berapa lama? Buatlah pilihan serta eksekusi yang tepat saat membuat produk on-demand.

2. Seberapa sering kebutuhan di perlukan?

Salah satu kunci keberhasilan Go-Jek, Grabbike, Uber dan startup sejenis lainnya adalah semua layanan yang ditawarkan diperlukan oleh sebagian besar orang, dan setiap hari. Untuk menciptakan produk yang diminati oleh konsumen, harus dipastikan terlebih dahulu produk tersebut dibutuhkan setiap harinya.

Saat ini sudah ada lebih dari 1,5 juta aplikasi yang beredar, menurut data yang dihimpun Martin 80% dari pengguna hanya menggunakan empat aplikasi secara reguler setiap harinya. Artinya jika tidak ada alasan yang tepat untuk menggunakan aplikasi setiap hari, bisa jadi produk atau aplikasi yang Anda tawarkan akan dilupakan bahkan akan dihapus.

Salah satu cara untuk membuat konsumen secara rutin menggunakan aplikasi Anda adalah menambahkan fitur-fitur baru serta inovasi yang sifatnya memudahkan serta memfasilitasi pengguna. Ciptakan pula user experience yang sederhana dan tentunya user-friendly.

3. Seberapa sulit proses yang ada?

Idealnya adalah semua fitur yang ada tawarkan harus memiliki direct approach atau pendekatan langsung, dan hindari proses yang membutuhkan waktu serta runtutan yang cukup lama. Proses yang terlalu kompleks menyulitkan. Buat antarmuka yang sederhana, jika perlu hanya dengan satu tombol saja.

Hal lainnya yang patut untuk dicatat adalah proses yang terlalu sulit cenderung membutuhkan banyak interaksi langsung antara konsumen dan penyedia layanan, yang dapat menyebabkan berbagai isu dalam pelayanan aplikasi.

4. Teknologi mobile membantu percepatan usaha?

Saat ini sebagian besar konsumen melakukan aktivitas langsung dari perangkat mobile mereka. Untuk itu penting bagi pengembang memprioritaskan aplikasi mobile guna mendukung kebutuhan tersebut. Selain membuat pengalaman antarmuka menjadi lebih mudah, teknologi mobile juga mampu menciptakan inovasi yang sebelumnya sulit untuk dihadirkan.

5. Apakah produk Anda menghasilkan pendapatan?

Kendala terbesar yang dihadapi oleh startup penyedia layanan on-demand adalah bagaimana bisa menghadirkan teknologi terkini yang dapat merangkul semua target pasar yang ada sekaligus menghasilkan pendapatan? Untuk dapat mengakomodir tujuan tersebut sebagian besar startup masih mengandalkan uang yang didapatkan oleh investor dan VC, dan mensubsidi semua layanan dengan memberikan harga yang murah.

Cara ini terbukti ampuh untuk meraih lebih banyak konsumen, mempopulerkan layanan dan pastinya menarik lebih banyak investor. Namun demikian efek samping yang harus Anda jalani tentunya adalah tingginya jumlah dana yang akan Anda habiskan dengan menawarkan harga yang rendah kepada pengguna dengan kenyamanan lebih yang Anda tawarkan.

Namun startup juga harus memiliki visi, ketika komunitas pengguna sudah terbentuk, layanan sudah kuat dari sisi teknologi dan fitur. Sehingga ketika subsidi dihentikan, pengguna masih tetap setia menggunakan layanan tersebut karena kenyamanan yang diberikan.

Go-Jek Tambah Layanan Baru, “Go-Mart”

Layanan ojek online Go-Jek kembali melahirkan pilihan jasa pesan antar baru yang dinamai Go-Mart. Layanan yang memudahkan pelanggan untuk memperoleh barang kebutuhan sehari-hari seperti obat, sembako, kacamata, makanan hewan hingga alat-alat otomotif.

Continue reading Go-Jek Tambah Layanan Baru, “Go-Mart”

Report: Go-jek To Launch A Nationwide Package Delivery Service

Gojek / DailySocial
If you’re bored with the news on Go-jek all over the internet, well get ready to go offline because you’ll be hearing about them a lot more. Go-jek is showing no sign of slowing down to become Indonesia’s first billion dollar company, and is on the verge of expanding into a new horizon.

We’ve received reports from people familiar with the company, that Go-jek will soon launch its new effort to become Indonesia’s largest logistics company, in par with Tiki/JNE, RPX, and other top logistics companies in Indonesia. This report means that they will start doing in-city and inter-city package delivery service in Indonesia, a $10 billion dollar business by 2019 according to Transport Intelligence, a logistic research company.

The new product, dubbed Go-box, will be launched next month, according to our source outside the company who is familiar with details of the new service. Go-box will launch simultaneously in big cities all over Indonesia: Balikpapan, Bandung, Batam, Bekasi, Cirebon, Denpasar, Makassar, Medan, Palembang, Pekanbaru, Semarang, Solo, Surabaya and Yogyakarta, which covers more than half of the country already.

One of the most interesting thing about this new Go-box service, is that it will not adopt the same model with Go-jek where they partner with tens of thousands of ojek drivers. This time Go-box will partner with an existing logistic company where Go-box will leverage their technology platform and combine it with their partner(s)’ fleet power in order to optimize and maximize their penetration to the market. It’s still unclear whether Go-box will partner with different companies for each city or a single nation-wide partner, but it’s a very interesting model for Go-box to try and is definitely a new challenging horizon for the company to expand into. The company will share the profit they make with their logistic partner(s).

It is also interesting to see that Go-jek management decided to focus on the launch of the new vertical, Go-box, instead of launching Go-jek service in other big cities other than Jakarta, Bandung, and Bali where it is currently available. One of the possible reason for that decision is that the “ojek economy” aren’t as big in many cities as it is in Jakarta for a company like Go-jek to achieve scale. Market maturity in using apps and mobile internet infrastructure can also be another reason.

Just a few days ago, we also report the silent fundraising from Sequoia Capital into Go-jek, that might put the company valuation north of $200 million, making it one of the biggest startup in Indonesia from a valuation perspective. Go-jek is pretty protective with their internal numbers, mostly due to wounding competition with Malaysia’s GrabBike, but it is estimated that Go-jek now has over 60,000 drivers on their side and is growing very rapidly every day.

As the biggest archipelago country on planet Earth, Indonesia is a nightmare for every logistic infrastructure company. Indonesia is ranked 53 out of 150 countries in World Bank’s 2014 Logistic Performance Index ranking. And while timeliness, tracking and tracing ability, as well as competence of logistic operators are on par with other emerging countries, Indonesia’s customs and lack of infrastructure undermines overall logistics effectiveness, the World Bank report revealed.

With so many high-level issues surrounding the logistic industry vertical, it will be interesting to see how Go-jek’s technology platform can be used to help make the dispatching process more efficient and enhancing the whole delivery experience. And if this works, one can only imagine what other industry vertical they can expand into with their platform as a strong leverage. So many possibilities, and so many opportunities awaits.

Uber, Gojek dan Pelokalan Layanan

Rickshaw in India / ShutterstockBeberapa waktu lalu, raksasa aplikasi transportasi Uber membuat berita yang cukup membuat banyak pelaku industri memicingkan mata dengan meluncurkan UberAuto yang mirip seperti bajaj di Jakarta. UberAuto ini diluncurkan di New Delhi, India, namun yang membuat bingung banyak pihak adalah ini pertama kalinya Uber meluncurkan layanan yang sifatnya cash-only.

Sama seperti Indonesia, India juga mengalami kesulitan menumbuhkan tingkat penggunaan kartu kredit di negaranya, yang secara otomatis membuat layanan seperti Uber sulit untuk bertumbuh pesat. Fitur cash-only ini diluncurkan Uber karena memang persaingan di India makin ketat, apalagi dengan adanya pesaing lokal seperti Ola dan TaxiForSure yang didukung pendanaan yang tidak kalah besar.

Di Indonesia, Gojek dan HandyMantis mungkin bisa dibilang sebagai dua startup yang memiliki kesempatan untuk mengambil tempat Uber yang masih terlihat setengah hati terjun ke Indonesia. Salah satu strategi yang sepertinya sedang dilakukan Uber adalah pelokalan layanan, terlihat dengan peluncuran UberAuto di Indonesia. Strategi yang sama seharusnya juga masuk akal dilaksanakan oleh Uber di Indonesia, dengan situasi dimana mobil sebagai salah satu penyebab masalah kemacetan dan minimnya adaptasi kartu kredit di Indonesia.

Strategi Uber mengakuisisi Gojek merupakan bukanlah hal yang tidak masuk akal, bahkan cenderung strategi yang brilian. Gojek sendiri sebelumnya pernah menerima penawaran akuisisi namun untuk alasan tertentu, hal tersebut tidak terjadi. Setidaknya cukup untuk memperlihatkan bahwa akuisisi bukanlah sesuatu yang tidak mungkin untuk Gojek.

Sayangnya, sampai sekarang Uber selalu menggunakan strategi organik untuk ekspansi internasionalnya, dan meskipun telah cukup berhasil di beberapa negara, Uber juga menghadapi beberapa tantangan di beberapa negara kunci seperti India, Tiongkok dan beberapa negara di Eropa. Kompetitor terbesar Uber, Lyft, setelah mendapatkan pendanaan dari raksasa asal Jepang, Rakuten, menyatakan akan menggunakan strategi yang berbeda untuk ekspansi secara internasional. Sudah saatnya Uber berekspansi lebih agresif lagi, memanfaatkan keuntungan strategis bahwa mereka sudah ada di banyak negara lebih dulu ketimbang Lyft.

Meskipun sudah diberikan valuasi mencapai $40 milyar, Uber sejauh ini baru melakukan satu akuisisi, itupun ke startup peta deCarta dan bukan ke bisnis yang serupa dengan Uber. Salah satu contoh yang bisa dibilang cukup berhasil untuk ekspansi pasar secara global adalah Groupon dan LivingSocial, yang mencaplok ratusan situs serupa yang sudah memiliki pasar cukup besar di lokasi asalnya. Sama seperti Groupon, bisnis seperti Uber merupakan bisnis yang sangat lokal, strategi untuk mengakuisisi pemain-pemain lokal yang sudah memiliki kekuatan tentunya masuk akal.

Dengan valuasi dan pertumbuhan metrik yang begitu cepat, saya yakin Uber tidak akan kesulitan untuk mendapatkan pendanaan guna mengakuisisi pemain-pemain lokal seperti Kuaidi Dache dan Didi Dache (Tiongkok), Ola di India, LeCab di Perancis, Hailo di Inggris dan Gojek di Indonesia.