SIAP Kembali Dihadirkan, Sajikan Rangkaian “Bootcamp” untuk Startup di Bidang Sosial

Social Innovation Acceleration Program (SIAP) akan kembali diselenggarakan tahun ini. Bersinergi dengan British Council, program akselerasi ini siap membantu bisnis sosial (social enterprise) di Indonesia melalui serangkaian aktivitas bertajuk Social Enterprise Development (SED) Bootcamp dengan tema “Developing Inclusive and Creative Economics”.

SED Bootcamp adalah program edukasi intensif selama dua bulan bagi para founder social enterprise. Para founder akan mendapat kesempatan untuk mendapatkan hands-on mentoring dari para pakar, networking dengan investor, dan akses kerja sama dengan stakeholder di bidang sosial.

Bootcamp pertama tahun ini akan diselenggarakan pada tanggal 2 Maret – 13 April 2019, dengan 15 Mentor yang telah berpengalaman di industri startup. Para mentor tersebut adalah Vikra Ijaz (CPO Kitabisa.com), David Soukhasing (Managing Director ANGIN), Gibran Hufaizah (CEO eFishery), Yohanes Sugihtononugroho (CEO Crowde), dan lain-lain.

SIAP dan British Council akan menyelenggarakan bootcamp di empat kota, yaitu: Jakarta, Makassar, Yogyakarta, dan Malang. Ditargetkan 120 startup atau pengusaha sosial dapat berpartisipasi dalam acara ini.

Selain SED Bootcamp akan ada beberapa kegiatan lain, termasuk Design Sprint. Tahun lalu, program akselerasi SIAP sudah menginkubasi lebih dari 50 penguasa sosial di Jakarta, seperti SaveYourselves.id, Menjadi Manusia, ObabasBaca Pibo, dll.

“Dengan mengikuti SED Bootcamp, para founder dapat belajar berbagai kurikulum seperti Social Entrepreneurship 101 dan Change Theory, Product Development, Market Analysis, Business Model Innovation, Sustainability Scheme, Growth Planning, Impact Measurement dan Assessment, Finance, dan Investment dalam dua bulan. Setelah menyelesaikan program tersebut, terdapat program akselerasi untuk pengembangan produk dan sesi mentoring personal agar para founder bisa mendapatkan feedback mendalam mengenai social enterprise-nya dari para mentor,” ujar Managing Director SIAP, Aghnia Banat.

Segera daftar Social Enterprise Development Bootcamp Batch-4 ini di: http://bit.ly/bootcampbatch4 sebelum tanggal 21 Februari 2019! Mengenai informasi lebih lanjut, bisa didapatkan di situs resmi SIAP www.socialinnovation.id.

Social Innovation Acceleration Program 2019

Disclosure: DailySocial adalah media partner Social Innovation Acceleration Program 2019

ABP Incubator Sukses Adakan “Jogja Startup Sprint”, Bina Komunitas Startup di Yogyakarta Kembangkan Produk

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan ekosistem startup di suatu wilayah. Salah satunya dengan banyak melakukan pembinaan melalui kanal komunitas. Hal ini yang coba dilakukan oleh inkubator Amikom Business Park (ABP) Incubator berkolaborasi dengan Amikom Computer Club dengan mengadakan rangkaian acara bertajuk “Jogja Startup Sprint“.

Jogja Startup Sprint terdiri dari tiga jenis acara, yakni Kickoff, Founders Dating, dan Design Sprint. Menurut pemaparan VP Business & Partnership ABP Donni Prabowo acara ini bertujuan untuk membangun ekosistem secara berkelanjutan di Yogyakarta.

Rangkaian acara pertama, yakni Kickoff diadakan pada Sabtu, 8 Desember 2018 bertempat di Ruang Cinema Universitas Amikom. Berisi talkshow mengenai startup, melibatkan kalangan pemain dan investor. Hadir dalam sesi ini Fathin Naufal (Founder Gifood), Adjie Purbojati (Founder Lunasbos), Gisneo Pratala Putra (CEO Wideboard) dan Budi Wasito (angel investor).

Salah satu hal yang ditekankan dalam sesi ini bahwa membangun startup perlu kolaborasi antar bidang. Tidak hanya memprioritaskan pada talenta teknis saja, karena di beberapa startup ada yang dimulai dari founder non-teknis.

Acara berikutnya adalah Founders Dating, diadakan pada Sabtu, 22 Desember 2018 bertempat di kantor PrivyID di Yogyakarta. Acara ini berupa kegiatan speed dating yang dilakukan untuk mendapatkan anggota baru untuk tim startupnya. Dalam acara ini turut ada sesi diskusi seputar pengembangan talenta di startup, diisi oleh Guritno Adi Saputro (CTO & Co-Founder PrivyID), Donni Prabowo (ABP), dan Anggoro (Staf Ahli MIKTI).

Terakhir ada acara Design Sprint yang diadakan pada tanggal 29-30 Desember 2018 di Universitas Amikom. Ada 16 tim startup yang diajak untuk memahami masalah, memberikan solusi, dan membuat purwarupa produknya. Acara ini dipandu oleh Korniawan Prabowo (Founder Jerseybali.com) dan Fathin Naufal.

Amikom Business Park adalah inkubator dan pembangun ekosistem startup yang bertempat di Yogyakarta. ABP dimiliki oleh Universitas Amikom Yogyakarta. Saat ini, ABP sudah memiliki 15 startup yang telah diinkubasi dengan total pendanaan sebesar $206,000 serta 18 mitra strategis di Indonesia maupun luar negeri.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara Jogja Startup Sprint yang diadakan Amikom Business Park.

Akselerator Digitaraya Ubah Format Pelatihan, Siap Telurkan Startup Berkualitas

Akselerator Digitaraya mengumumkan format baru untuk rangkaian “Digitaraya Powered by Google Developers Launchpad” menjadi program pelatihan selama satu bulan, dari sebelumnya tiga bulan. Format ini akan dimulai pada awal tahun depan untuk batch kedua.

Langkah tersebut diinisiasi langsung oleh Digitaraya dengan komitmen ingin menelurkan startup berkualitas setiap bulannya. Startup dan investor akan terhubung satu sama lain dengan cara lebih efisien dan efektif, sehingga peluang kolaborasi bisnis jadi lebih besar. Ditambah ambisi untuk memperkuat ekosistem startup Indonesia.

“Inisiasi awal datang dari kami sendiri. Jika melakukan dua batch setahun, hanya ada 8 startup per batch. Namun jika kita lakukan setiap bulan, ada lima startup yang berpartisipasi selama delapan bulan. Tentu kesempatan akan lebih besar untuk startup itu sendiri. Impact-nya bisa tiga kali lipat,” ucap VP Strategi & Pengembangan Bisnis Digitaraya Nicole Yap kepada DailySocial, Selasa, (4/12).

Dalam format baru ini, sambungnya, akan diisi dengan program yang cukup padat selama satu bulan penuh. Pada minggu pertama adalah bootcamp yang akan memperkenalkan metodologi Google untuk startup, seperti Leader’s Lab, OKR Workshop, Startup Diagnostic, General Mentoring, dan Assignment of ‘Anchor Mentors’.

Kemudian dilanjutkan dengan mentoring one-on-one yang disesuaikan dengan kebutuhan startup pada minggu kedua. Di minggu ketiga, akan ditutup dengan demo day bulanan. Startup akan memiliki kesempatan untuk pitching ke audiens yang dipilih dari mitra perusahaan, investor, dan media.

Pada minggu keempat, dilanjutkan pengumuman batch berikutnya dengan tema segmen startup yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam rundown, tema startup yang sudah dipilih seperti healthtech, women founders, energi, agritech, fintech, dan edutech.

Nicole menjelaskan, program ini terus berjalan selama delapan bulan sepanjang 2019, kecuali Mei, Juni, November dan Desember. Setiap bulannya akan dipilih lima startup yang berhak mengikuti program pelatihan selama satu bulan penuh.

“Kita sangat percaya bahwa kesuksesan itu mutlak di tangan startup itu sendiri. Kita ingin ada dalam journey tersebut dengan memberi bentuk dukungan yang terbaik, sehingga startup akhirnya bisa merasa terkoneksi antara satu sama lain dan bisa berkolaborasi lebih lanjut.”

Tidak melulu kejar soal investasi

Meski program pelatihan dibuat lebih singkat, Nicole memastikan bahwa dalam format ini sudah berdasarkan hasil studi yang didapat oleh Digitaraya. Salah satunya menunjukkan bahwa startup itu sering meminta apa yang mereka butuhkan, jadi tidak melulu pihak akselerator yang memberikan tools apa saja yang dibutuhkan startup.

Pasalnya, saat ini ada banyak investor yang berani menaruh uangnya di startup tahap awal, tapi banyak startup yang belum paham bagaimana menavigasi bisnisnya dan menjaga relasi dengan investor. Dengan kesempatan demo day, startup akan mendapat eksposur lebih, kesempatan untuk terus belajar, menambah jaringan, dan sebagainya.

“Kita bukan bilang kalau ikut demo day pasti dapat investasi, tapi startup itu pasti dapat eksposur yang lebih, bisa berlatih terus, dapat jaringan, dan jika dilakukan secara konsisten kita percaya bahwa ini bisa impact yang lebih dalam buat startup dan investor.”

Demi menaungi seluruh kebutuhan tersebut, otomatis memacu pihak Digitaraya untuk memperluas jaringan dengan para praktisi, investor dan sebagainya agar bisa dihubungkan dengan startup yang tepat, sesuai dengan kebutuhan startup itu sendiri.

“Digitaraya sekarang fokus pada membimbing startup Indonesia yang akan siap untuk mengunjungi investasi seri A.”

Dalam kaitannya dengan Google Developers Launchpad, setiap startup akan berkesempatan mendapat tools dari Google untuk mengakselerasi bisnisnya. Misalnya Google Leader’s Lab untuk mengajarkan founder startup bagaimana membangun budaya yang tepat untuk perusahaan tahap awal mereka.

Berikutnya ada Google Cloud Platform, OKR Workshop, dan akses eksklusif ke beberapa layanan Google seperti Android, Play dan Firebase.

Dalam batch I yang sudah digelar sejak Agustus hingga Oktober 2018, ada 113 pendaftar dari 25 kota. Seluruh startup ini bergerak di 13 jenis sektor yang berbeda. Digitaraya melakukan seleksi penuh hingga akhirnya terpilih 7 startup, di antaranya Reblood, Riliv, Arkademy, ModalRakyat, KiniBisa, Gelora, dan Expedito.

Batch kedua ini masih dibuka pendaftarannya hingga 31 Desember 2018 mendatang.

Kalla Group Partners with Local Venture Capitals to Build Saoraja Hub Incubator

The lack of promising space and potential among young entrepreneurs of Eastern Indonesia, specifically Makassar, is the main reason behind the creation of Saoraja Hub. As an incubator, it’ll be a platform for Eastern Indonesian entrepreneurs having ideas of creative and digital business to share together.

In ensuring the idea goes well in term of business and management, Saoraja Hub will provide seed funding for five selected startups.

“The upcoming startup can be in vary and based not only in digital. Ideally, those having similar service or business sector with Kalla Group,” Solihin Jusuf Kalla, Kalla Group‘s President Director, said.

He continued, in supporting incubator, Saoraja Hub will partner with corporate to local venture capitals. Kalla avoids mentioning further detail about the local venture capital to partner with Saoraja Hub because it’s still in discussion.

“The certain ones are two local venture capitals, and banks, and corporates, ready to partner with Saoraja Hub, to support Eastern Indonesia’s startup ecosystem improvement,” he added.

Previously, Saoraja Hub was also involved with DISRUPTO, an inclusive disruption movement, initiated by WIR Group. It was objectively done to reach the government, startups, and global technology and economic players. This event will be attended by some of the Indonesian Government institutions,

“Starting from a casual conversation about the low number of Makassar entrepreneurs, Saoraja Hub is finally founded,” he said.

Kalla Group warehouse utilization

In addition to Saoraja Hub, Kalla Group plans to rent the current warehouse to FMCG company and e-commerce, in order to accelerate startup growth in Eastern Indonesia, Makassar in particular. Logistics of Kalla Group currently has a large capacity. It’s ideal to use and for rent.

“At first, we have no intention to use the warehouse for FMCG. However, we receive demand and starting to use the warehouse to store FMCG’s stuff,” Kalla explained.

Thus, Kalla Group still has around 200,000 sqm land to be used for warehouse construction. Regarding Kalla Group to collaborate with e-commerce for the warehouse utilization, Kalla said its still in discussion and yet to set an agreement with any e-commerce.

“Our next focus is indeed to enter the digital business. Step by step, with the current resource and potential, Kalla Group is starting to enter the digital business,” he said.

Regarding the plan to enter the fintech or financial sector, Kalla said there’s no plan for it yet due to the lack of background in the sector.

“Since the very beginning, our focus has been more on automotive, transportation and logistics, construction and development, manufacturing, and energy. In fact, we have no plans to enter the financial sector,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Coworking Space “The 11th” Beri Kesempatan Startup Indonesia Masuki Pasar Australia

Tingginya geliat startup di Indonesia mendorong Ivan Tandyo, pengusaha lokal yang berkarier di Australia, untuk mendirikan coworking space “The 11th” di kawasan Collins Street, Melbourne. Tempat ini akan dijadikan sebagai jembatan untuk startup lokal yang ingin masuk ke Australia, begitupun sebaliknya.

Coworking secara bisnis dimiliki oleh Navanti Holdings, perusahaan investasi yang memiliki berbagai anak usaha di bidang properti, manufaktur, jasa, kreatif, dan startup digital. Pangsa pasar terbesarnya di Australia dan sebagian di Indonesia.

Nama-nama anak usahanya, seperti Print Agency (solusi cetak digital), XDG (pengembang properti premium), Silikal, Navanti Finance, Im Home (dekorasi dan renovasi rumah), Xynergy (agen properti), Sanitized (jasa kebersihan), Encore, dan Kirana. The 11th menjadi anggota terbaru dalam induk usaha mereka.

“Kami menyediakan layanan end-to-end untuk startup dengan memanfaatkan jaringan yang sudah dibangun. Jadi untuk startup Indonesia yang mau scale up di Australia bisa masuk ke sini,” terang Ivan, Selasa (27/11).

Di dalam coworking space, akan diisi oleh beberapa anak usaha Navanti Holdings dan startup lainnya yang mau bergabung. Namun startup akan dikurasi, memastikan sesuai kriteria yang telah ditentukan. Sebab setiap startup yang bergabung akan dihubungkan dengan seluruh jaringan grup perusahaan sehingga memudahkan startup saat terjun langsung ke lapangan.

Startup yang hendak bergabung atau terpilih tidak harus bergerak di bidang digital dalam model bisnisnya. Jika dinilai prospektif, startup bisa mendapatkan pendanaan awal atau seri A. Navanti akan ikut mengambil kontrol manajemen untuk setiap startup yang didanai.

Saat ini sudah ada sekitar 40 startup, baik dari Indonesia maupun dari luar negeri, termasuk dari Australia itu sendiri, yang mengajukan diri untuk masuk ke coworking space.

Hampir 80% di antaranya bergerak di bidang non-digital. Menurutnya, ada startup digital dari Indonesia yang menyatakan minatnya, kendati tidak disebutkan jumlahnya oleh Ivan.

“Nanti tim kami akan menyeleksi mana yang akan didanai, ada ratings yang sudah ditetapkan tim. Kalau buat dapat funding dan jadi subsidiary kami, tentu seleksinya akan lebih ketat.”

Dukungan penuh dari dua pemerintah

Kehadiran The 11th, menurut Ivan, adalah bagian dari komitmen antara pemerintah Australia dan Indonesia dalam meningkatkan hubungan bisnis lintas negara.

Pemerintah Australia ingin mendorong pemilik startup di negaranya untuk masuk ke Indonesia, begitupun sebaliknya. Jaringan Navanti Holdings akan dimanfaatkan secara penuh untuk dukung setiap startup.

Saat ini The 11th masih dalam proses persiapan, sehingga belum resmi dibuka untuk publik. Peresmian diperkirakan akan digelar pada Januari 2019.

Menggunakan ruangan seluas kurang lebih 1000 meter persegi, tempat tersebut mampu menampung sekitar 120 orang di dalamnya, termasuk meja hot desk. Dilengkapi pula tambahan fasilitas untuk menunjang kerja, seperti mesin pembuat kopi, ruang rapat yang luas, ruang demo produk, pantry dan lainnya.

Nama The 11th itu sendiri, diambil dari usia Navanti Holdings yang kini sudah memasuki usia ke 11 sekaligus menandakan dimulainya fokus Navanti untuk masuk ke startup digital.

“Kita enggak mau sok tahu tiba-tiba terjun ke sini [coworking space]. Tapi karena kita sudah menjalani bisnis selama 11 tahun, kami ingin bantu startup bisa scale up sampai ke level 11, tanpa harus lewati level 1 dan sebagainya, karena kami sudah lewati itu semua,” pungkasnya.

Rencana dan Fokus Bisnis Kalla Group dengan Semangat “Going Digital”

Di usianya yang ke-66 tahun, Kalla Group mulai melakukan pembaruan di berbagai sektor. Jika sebelumnya fokus ke sektor unggulan seperti otomotif, transportasi dan logistik, pembangunan dan konstruksi, hingga manufaktur dan energi, kini Kalla Group mulai mengadopsi bisnis digital dengan meluncurkan inisiatif pengembangan aplikasi hingga program inkubator.

Kepada DailySocial, Presiden Direktur Kalla Group Solihin Jusuf Kalla menyebutkan, langkah ini sengaja diambil Kalla Group melihat makin banyaknya pegawai yang didominasi kalangan milenial saat ini.

“Kita juga telah mengganti logo Kalla Group yang sebelumnya dengan tampilan baru yang lebih segar dan modern, sesuai dengan visi dan misi Kalla Group saat ini.”

Berdiri sejak tahun 1952 di Makassar, Sulawesi Selatan, selama ini fokus Kalla Group adalah pembangunan dan bisnis di Indonesia Timur, terutama di Makassar. Dengan sumber daya yang ada, Kalla Group pun siap mengadopsi teknologi dan digital ke dalam jajaran group perusahaan.

“Jika dibilang terlambat sepertinya tidak ya, karena kita memang sengaja terjun ke bisnis digital sekarang. Tujuannya untuk mengembangkan ekosistem entrepreneurship dan mendukung bisnis yang ada di dalam Kalla Group,” kata Solihin.

Menggelar Kalla Youth Fest dan meresmikan Saoraja Hub

Untuk kedua kalinya, Kalla Group menggelar Kalla Youth Fest 2018 (KYF). Tidak berbeda jauh dengan acara sebelumnya, kegiatan ini digelar Kalla Group sebagai wadah mempertemukan calon entrepreneur dengan pelaku bisnis hingga pakar di dunia startup, teknologi, industri kreatif dan masih banyak lagi dalam satu acara.

Selain menggelar KYF, Kalla Group juga telah resmi meluncurkan program inkubator Saoraja Hub menggandeng partner lokal, mulai dari venture capital sehingga perusahaan teknologi seperti WIR Group.

“Yang membedakan program inkubator seperti Saoraja Hub dengan program inkubator lainnya adalah di Saoraja Hub kita memastikan semua produk dan layanan yang dimiliki oleh pemilik startup adalah fokus kepada intellectual property,” kata CEO dan Co-Founder WIR Group Daniel Surya kepada DailySocial.

Daniel menambahkan, Saoraja Hub dibentuk bukan hanya untuk mencari dan mengembangkan karya intelektual dari Indonesia, tapi juga untuk mendaftarkannya di tingkat nasional serta internasional sehingga dapat memberikan hasil komersil bagi para inovator dan kreator.

WIR Group merupakan salah satu partner program inkubator yang diinisiasi Saoraja Hub. Selama dua bulan ke depan (pendaftaran berakhir Desember 2018), Saoraja Hub membuka pendaftaran untuk kemudian disaring menjadi 5 startup terpilih yang berhak mendapatkan program inkubasi selama 6 bulan.

“Bukan cuma dengan perusahaan teknologi, Saoraja Hub juga akan menggandeng perusahaan ritel, finansial, hingga venture capital untuk melakukan mentoring hingga coaching kepada startup terpilih,” kata Solihin.

Untuk memastikan ide dan model bisnis startup lulusan Saoraja Hub mencapai target, program yang diusung akan membantu startup melakukan validasi hingga menemukan pasar yang tepat. Jika model bisnis dan teknologi yang ditawarkan relevan, bisa jadi startup tersebut bisa berkolaborasi atau bergabung dengan bisnis yang ada di Kalla Group.

Dukungan Jusuf Kalla

Dalam kesempatan terpisah, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menyampaikan dukungannya terkait dengan rencana Kalla Group mulai mengadopsi teknologi ke dalam bisnis.

Menyadari bahwa selama ini dunia startup, layanan e-commerce, hingga teknologi sudah mulai mendominasi bisnis di tanah air, Jusuf Kalla menyambut baik sejumlah rencana yang akan diluncurkan perusahaan. Sebelumnya, mengawali semangat Kalla Group “Going Digital”, Kalla Toyota Makassar telah mengembangkan aplikasi mobile.

“Saya melihat apa yang terjadi dengan Go-Jek cukup luar biasa ya, meskipun merugi namun valuasi perusahaan rintisan tersebut makin meningkat nilainya. Hal ini tentu saja karena mereka memiliki big data yang saat ini menjadi sangat berharga,” kata Jusuf Kalla.

Meskipun tidak terlalu banyak terlibat dalam bisnis yang sudah memasuki generasi keempat saat ini, Jusuf Kalla mendukung sepenuhnya semua rencana mengembangkan teknologi ke dalam group dan program lainnya.

“Kini pertumbuhan sektor ekonomi kreatif semakin masif. Oleh karenanya tak bisa dipandang sebelah mata potensi yang ada di Indonesia, khususnya di bagian Timur. Karena kita punya semua, keberagaman. Tak hanya sumber daya alam, tapi potensi sumber daya manusia pun masih bisa dikembangkan,” tutup Solihin.

NuMoney Selenggarakan Program Inkubator, Bantu Startup Raih Pendanaan Lewat ICO

NuMoney Indonesia, sebuah marketplace cryptocurrency, memperkenalkan NuMoney Initial Coin Offering (ICO) Incubator. Program tersebut didesain sebagai inkubator yang membantu startup untuk mencapai tahap lanjut melalui ICO. Bekerja sama dengan venture capital, startup yang lolos seleksi akan dipilih untuk tahap pendanaan di tahun 2019 dengan nilai hingga $1 juta.

Dalam program ini terdapat dua jalur pendanaan, yakni seed funding oleh NuMoney dan pendanaan yang dibantu NuMoney melalui ICO. Proses ICO memberikan penawaran perdana berupa token kepada investor, sama halnya dengan Initial Public Offering (IPO). Token sendiri adalah sebuah bentuk digital assets yang dikembangkan dan digunakan sebagai alat tukar.

Proses inkubasi NuMoney nantinya akan terdiri dari kegiatan edukasi atau startup class, proses mentoring, monitoring, evaluasi hingga proses pengenalan startup dan networking dengan para ahli dari berbagai industri. Selama masa inkubasi, founder startup yang terpilih diwajibkan mengikuti serangkaian pelatihan yang berlangsung selama lima pekan di Jakarta.

“Era teknologi informasi kian berkembang, terbukti dengan kemunculan teknologi blockchain yang memungkinkan transaksi dapat berlangsung tanpa perantara. Kami kemudian mengambil inisiatif untuk memberikan dukungan kepada startup yang memiliki potensi berkembang untuk mendapatkan pendanaan dari calon investor,” ucap CEO NuMoney Indonesia Andika Sutoro Putra.

Melalui program ini, NuMoney secara khusus juga akan membantu penerapan teknologi blockchain dalam teknologi startup yang berpotensi. Lebih jauh lagi, pada program startup class, NuMoney Indonesia akan mengajarkan para peserta dasar-dasar tokenomics dan materi pemasaran ICO.

NuMoney cukup percaya diri mengajarkan startup didikannya untuk mencapai pendanaan dengan ICO. Pasalnya NuMoney perusahaan yang didirikan sejak 2017 lalu ini telah membuktikan keberhasilannya dalam ICO melalui penawaran token NuMoney Coin (NMX), nilainya mencapai $4 juta.

“Kami menargetkan pendanaan pada 2019 ke 30 startup di Indonesia dengan nilai mencapai $1 juta yang dapat digunakan untuk pengembangan bisnis mereka. Dengan demikian, kegiatan ini dapat menjadi wadah yang mampu mempercepat penerapan teknologi blockchain serta mendukung perkembangan startup di tanah air,” tambah Andika.

Program NuMoney untuk membantu startup ICO ini bukan yang pertama. Sebelumnya ada juga program Launchpad yang diinisiasi Tokenomy, dengan salah satu startup di dalamnya ialah PlayGame.

BLOCK71 is Now Available in Bandung and Yogyakarta (UPDATED)

Today (10/25), BLOCK71 officially launched its expansion to Bandung and Yogyakarta. The mission is similar, to support ecosystem development of local startups. As known before, BLOCK71 is an initiative from NUS Enterprise – National University of Singapore’s entrepreneurial division – with Salim Group.

In Yogyakarta, BLOCK71 is located on Jalan Prof. Dr. Herman Yohanes No.1212, Terban. In Bandung, BLOCK71 building is located in Jalan H. Juanda No. 108, Labak Gede.

In his speech, Mohamed Salim as representation from Salim Group said the company will fully support BLOCK71 activities. He expects the entrepreneur space can encourage idea exchanges and collaborations, particularly the current BLOCK71 network in Singapore, San Fransisco, Souzhou, Jakarta, Bandung, and Yogyakarta.

Salim also mentioned, Yogyakarta and Bandung are selected for a reason. Both are considered as sources of creative minds to steer the startup industry. Buildings are also selected because of its strategic locations near campuses.

Tang Eng Chye, NUS Enterprise’s President said in his speech that this expansion goes along the development and local entrepreneurial spirit. Collectively, BLOCK71 Singapore and Indonesia will facilitate information exchange for stronger connectivity and encourage startup ecosystem development.

Take a role as local startups’ ecosystem builder

Startup players in Bandung and Yogyakarta can use incubation and other entrepreneurial initiatives. There will be many scheduled activities, such as business competition, conference, idea validation, and networking. BLOCK71 members in both cities will soon be given access to connect with members from other locations, aiming to open access to the International market.

Aside from particular collaboration with startups, BLOCK71 in Yogyakarta and Bandung will establish a strategic partnership with campuses in the relevant areas. It’s to create an opportunity for collaboration between students and businessman. This strategy is considered effective, because of one issue often encountered by players regarding the competent human resource.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BLOCK71 Kini Hadir di Bandung dan Yogyakarta (UPDATED)

BLOCK71 hari ini (25/10) meresmikan ekspansinya ke Bandung dan Yogyakarta. Misinya masih sama, yakni untuk mendorong perkembangan ekosistem startup lokal. Seperti diketahui sebelumnya, BLOCK71 merupakan inisiatif dari NUS Enterprise –divisi kewirausahaan National University of Singapore—bersama dengan Salim Group.

Di Yogyakarta, BLOCK71 terletak di Jalan Prof. Dr. Herman Yohanes No. 1212, Terban. Sementara di Bandung, gedung BLOCK71 terletak di Jalan H. Juanda No. 108, Labak Gede.

Dalam sambutannya, perwakilan dari Salim Group, Mohamed Salim, mengatakan bahwa perusahaan mendukung penuh aktivitas yang dilakukan oleh BLOCK71. Ia berharap, adanya wadah kewirausahaan ini mendorong ide kolaborasi dan pertukaran ide, terlebih jaringan BLOCK71 saat ini sudah ada di Singapura, San Francisco, Souzhou, Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.

Mohamed juga menyebutkan, dipilihnya Yogyakarta dan Bandung bukan tanpa alasan. Kedua kota ini dinilai menjadi sumber bibit kreatif yang dapat menggerakkan industri startup. Pemilihan gedung pun didasarkan pada lokasi strategis yang dekat dengan kampus di masing-masing kota.

Tang Eng Chye selaku Presiden NUS Enterprise dalam sambutannya mengatakan bahwa ekspansi ini sejalan dengan pertumbuhan dan semangat kewirausahaan lokal. Secara kolektif BLOCK71 Singapura dan Indonesia akan memfasilitasi pertukaran informasi untuk memperkuat konektivitas dan mendorong pertumbuhan ekosistem startup.

Seremoni peresmian BLOCK71 Yogyakarta / BLOCK71
Seremoni peresmian BLOCK71 Yogyakarta / BLOCK71

Berperan sebagai ecosystem builder startup lokal

Pelaku startup di Bandung dan Yogyakarta bisa memanfaatkan dukungan inkubasi dan inisiatif kewirausahaan lainnya. Akan ada banyak aktivitas yang diagendakan, seperti kompetisi bisnis, konferensi, validasi ide, hingga networking. Anggota BLOCK71 di kedua kota nantinya juga diberikan akses untuk terhubung dengan BLOCK71 lainnya, dengan tujuan membuka akses ke pasar internasional.

Selain kolaborasi khusus dengan startup, BLOCK71 di Yogyakarta dan Bandung juga akan menjalin hubungan strategis dengan kampus-kampus di wilayah terkait. Hal ini untuk membuka peluang kolaborasi antara mahasiswa dan pengusaha. Strategi ini dinilai efektif, karena salah satu isu yang sering dijumpai oleh pelaku usaha adalah soal pemenuhan sumber daya manusia yang kompeten.

Tips Mengikuti Inkubator dan Akselerator Startup Bagian 2: Memahami Program

Ada banyak keuntungan bagi startup saat mengikuti program inkubator atau akselerator. Pertama, startup mendapatkan pengetahuan komprehensif seputar bisnis dan kepemimpinan yang spesifik. Kedua, membukakan jalan kepada startup untuk bertemu dengan rekanan strategis, termasuk mitra bisnis dan investor. Yang ketiga, membantu startup menguji ulang berbagai asumsi produk dan pangsa pasar yang telah didefinisikan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, setelah mematangkan persiapan pra-inkubasi/akselerasi, startup perlu mengoptimalkan keikutsertaannya dalam program. Demi mendapatkan kiat-kiatnya, kami menghubungi beberapa penyelenggara atau mentor kegiatan tersebut. Salah satunya Donni Prabowo, General Manager AMIKOM Business Park (ABP), sebuah inkubator startup berbasis di Yogyakarta.

Menurut Donni, hal mendasar yang harus benar-benar diserap founder saat mengikuti program inkubator adalah membangun entrepreneur mindset. Baru setelah itu masuk ke tahap selanjutnya, yakni validasi yang mencakup problem validation, product validation, hingga business model validation.

“Menurut kami yang paling mendasar adalah berkaitan dengan entrepreneur mindset. Kami harus menempa startup founder agar memiliki sikap mental positif, open mind, dan pantang menyerah. Integritas yang tinggi serta komitmen yang kuat sangat dibutuhkan dalam membangun sebuah bisnis,” ujar Donni.

Pengembangan mentalitas juga menjadi salah satu misi yang ditekankan Hari Sungkari dalam menyusun kurikulum pra-inkubasi di BEKUP (BEKRAF for Pre-Startup). Pada akhirnya saat startup benar-benar terjun di pangsa pasar, karakter founder akan banyak menentukan arah startup. Menurut Hari, bisnis digital saat ini harus dihadapi dengan kejelian dan pola pikir terbuka, oleh karena itu ia menekankan kepada founder didikannya untuk selalu siap berubah.

“Kurikulum BEKUP mengacu pada Lean Startup, kesiapan untuk pivot sangat ditekankan di sini. Founder harus mau berubah, ketika ide yang telah divalidasi tidak menghasilkan respons di konsumen. Ini yang mau kita tekankan, karena BEKUP hadir menciptakan mentalitas founder startup yang tangkas,” jelas Hari.

Fokus pada product-market fit dan kemitraan

Dalam sebuah kesempatan wawancara, SEA Regional Manager Fenox Venture Capital, Jeff Quigley, pengusung program GnB Accelerator di Indonesia, mengatakan bahwa fokus utama program akselerator membantu startup menemukan product-market fit, bukan lagi sekadar memvalidasi ide. Salah satunya dilakukan dengan mengundang mentor dari ekosistem startup untuk membahas penguatan internal startup sampai strategi ekspansi. Penguatan tim akan berdampak pada kinerja yang semakin kencang, sementara itu strategi ekspansi membawa startup pada potensi bisnis baru.

“Tujuan akselerator memastikan startup yang lulus dari program siap untuk melakukan scale-up dan memberikan dampak di ekosistem startup. Kami memiliki prioritas untuk memastikan setiap startup memenuhi kriteria untuk penggalangan dana di tahap berikutnya,” ujar Jeff.

Managing Director Plug and Play Indonesia Wesley Harjono mengutarakan, salah satu tujuan program akselerasi juga menghubungkan startup dengan mitra korporasi dan organisasi besar lainnya, termasuk pemerintahan. Kemitraan dengan bisnis besar dinilai akan membuka peluang bagi startup binaan melakukan banyak penyesuaian bisnis, belajar dari pengalaman korporasi menghadapi pangsa pasar.

Masalah umum

Di Yogyakarta, program ABP hampir selalu berhadapan dengan startup di tahap awal (early-stage). Dari pengalaman yang ada, Donni menyimpulkan ada tantangan mendasar yang sering dihadapi startup dan dapat Dibenahi dalam program inkubator atau akselerator. Permasalahan tersebut seputar fokus bisnis, permodalan, dan akses ke pasar. Sepertinya masalah tersebut memang menjadi fenomena umum di mana-mana.

“Banyak startup gagal karena kehilangan fokus, disebabkan oleh banyak hal, salah satunya karena mereka sering menjadikan startup hanya untuk mengisi waktu luang saja, belum menjadi prioritas utama,” ujar Donni.

Berdasarkan pengalaman beberapa startup, gagal fokus tersebut juga disebabkan karena faktor permodalan. Mereka merasa harus menghidupi operasional startup dengan bekerja. Modal yang minim ini juga membuat startup merekrut anggota tim sekenanya, bukan didasarkan pada keahlian. Oleh sebab itu, program inkubator atau akselerator biasanya membantu startup dengan memberikan pendanaan tahap awal. Harapannya para founder dapat benar-benar fokus mengembangkan bisnisnya.

Terakhir adalah seputar akses ke pasar. Program inkubator atau akselerator umumnya didirikan oleh perusahaan investasi atau korporasi. Selain dengan kurikulum pendidikan dan permodalan, mereka juga hadir membawakan jalur koneksi startup kepada mitra strategis. Harapannya dapat mempercepat startup untuk mematangkan debut di pasar pasca produknya tervalidasi dengan baik.