Google for Entrepreneur Gaet Kibar Dirikan Google Lounge di Jakarta

Google resmikan kerja sama dengan tech-startup ecosystem builder Kibar dengan mendirikan Google Lounge yang berada di lantai 2 kantor baru Kibar di Jakarta. Tempat ini akan difokuskan sebagai wadah untuk membentuk komunitas dan memperkuat ekosistem startup di Indonesia.

Anggota Google Lounge Jakarta juga berkesempatan untuk mendapatkan akses ke program Google for Entrepreneurs Pasport yang berada di 20 tempat di seluruh dunia, mulai dari Seoul sampai San Francisco. Kibar pun akan bergabung dengan 50 organisasi yang lebih dulu berkarya dalam kancah global di lebih dari 135 negara, termasuk enam kampus yang dimiliki dan dioperasikan Google untuk para pengusaha.

“Kami sangat bangga dengan langkah awal ini karena bisa memberikan kesempatan pada startup lokal untuk berkembang bersama startup lainnya di seluruh dunia,” terang Managing Director Google Indonesia Tony Keusgen, Rabu (19/7).

Dalam peresmian, turut dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, APAC Partnership Manager Google for Entrepreneurs Michael Kim, dan Direktur ICT Infrastruktur Bekraf Neil EL Himam.

Menurut Keusgen, kehadiran Google Lounge turut memperkuat komitmen perusahaan terhadap pengembangan startup digital di Indonesia agar menjadi negara dengan perekonomian digital terbesar di Asia Tenggara. Di kancah global, Google for Entrepreneurs pernah membuat program Campus Exchange Fintech di Sao Paolo, Google Demo Day, pelajaran programming khusus pengusaha perempuan, dan lainnya.

Bersama Kibar, nantinya Google for Entrepreneurs akan mengadakan serangkaian program untuk para anggotanya di Indonesia. Salah satu program edukasi yang saat ini dijalankan Google adalah melatih 100 ribu pengembang seluler melalui tiga komponen. Yakni, kurikulum universitas offline untuk para mahasiswa jurusan ilmu komputer, menerjemahkan berbagai kursus online dalam bahasa Indonesia, dan kombinasi workshop coding online/offline yang dipandu oleh pengajar dengan nama Indonesia Android Kejar.

“Kami bersemangat lewat kemitraan bersama Google for Entrepreneurs. Kami yakin, kemitraan ini bisa menghasilkan generasi inovator, kreator, dan entrepreneur selanjutnya di Indonesia,” ujar CEO Kibar Yansen Kamto.

Startup Weekend Bali akan Fokus Melahirkan Inovasi di Bidang Pariwisata

Startup Weekend akan kembali dilaksanakan di Pulau Dewata. Diinisiasi Hubud Co-Working & Community Space, acara ini akan berlangsung pada tanggal 9-11 Juni 2017. Senada dengan tema yang diangkat “Tourism Edition”, pagelaran Startup Weekend kali ini akan berfokus melahirkan startup digital yang fokus pada inovasi produk di bidang pariwisata.

Menurut tim Hubud, tidak ada alasan untuk melewatkan tema tersebut. Data menunjukkan pada tahun 2016 sebanyak lebih dari 5 juta turis internasional mengunjungi Bali. Oleh Tripadvisor tahun ini Bali juga dimasukkan ke dalam “World’s Best Destination”. Harapannya kebutuhan akan gagasan inovatif tentang bagaimana cara mendorong pariwisata yang berkelanjutan dan terarah dapat terfasilitasi.

Konsep acara Startup Weekend adalah memberikan kesempatan bagi para entrepreneur memvalidasi ide dan  mematangkan konsep untuk memulainya. Acara akan dimulai dengan “open mic”, setiap peserta berhak menyampaikan ide yang telah dimiliki di depan para hadirin. Presentasi harus meyakinkan, karena di sana juga berkesempatan untuk menemukan anggota tim guna merealisasikan ide tersebut.

Pada hari berikutnya, setelah tim terbentuk, para peserta akan difokuskan pada beberapa tahapan, mulai dari memvalidasi ulang ide mereka, diajarkan praktik metodologi Lean Startup dan pengembangan Minimal Viable Product. Setelah itu tim akan melakukan presentasi di hadapan para ahli yang dihadirkan. Beberapa di antaranya adalah Rui Wang (Pre-Sales and Consulting Manager Amadeus Asia), Augustine Merriska (Community and Impact Director Plus), dan Ria Templer (Founder Utama Spice).

Selama 54 jam para tim yang beranggotakan spesialis teknis dan non-teknis akan berpikir tentang produk mereka. didampingi oleh 12 mentor terpilih.

“Startup Weekends sangat menarik bagi Bali, karena pulau yang menakjubkan ini adalah titik fokus bagi pengusaha dan inovator muda dari seluruh dunia,” ujar Paul Spence salah satu veteran Startup Weekend.

Untuk informasi lebih lanjut seputar Startup Weekend Bali, kunjungi situs resminya di tautan: https://www.hubud.org/specialevents/startup-weekend-bali.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Startup Weekend Bali.

Kegiatan Plug and Play Indonesia Masuki Tahap Seleksi Akhir Penjurian

Setelah melakukan rangkaian acara, termasuk melakukan sosialisasi di beberapa daerah, akhirnya kegiatan Plug and Play (PNP) Indonesia telah memilih 25 startup terbaik. Para startup tersebut nantinya harus mempresentasikan karya terbaiknya di hadapan beberapa pihak, termasuk dari PNP US, PNP APAC dan perwakilan perusahaan pendukung kegiatan PNP Indonesia, dalam hal ini Astra dan BNI.

Sebelumnya dari hasil tur di Jakarta, Tangerang, Bandung dan Bali, PNP Indonesia berhasil menerima ratusan submisi startup, baik dalam negeri maupun startup luar negeri yang hendak melakukan ekspansi ke pasar Indonesia. Dari ratusan startup tersebut telah dilakukan presentasi tahap 50 besar, hingga akhirnya separo dari mereka dieliminasi dan terpilih 25 besar yang ada saat ini.

Tahap seleksi akhir 25 besar ini akan diadakan pada 12 April 2017 mendatang. Dan pengumuman peserta lolos akan disampaikan pada akhir bulan April ini. Startup yang terpilih akan dapat menikmati fasilitas coworking space gratis selama 3 bulan yang bertempat di wilayah Kuningan, Jakarta Selatan. Di samping itu, Plug and Play juga bekerja sama dengan berbagai perusahaan penyedia jasa yang diharapkan dapat mendukung operasional sehari-hari mulai dari konsultasi hukum sampai harga khusus untuk pembelian perlengkapan kantor.

Di penghujung program yang dijadwalkan berlangsung selama 3 bulan ini, PNP Indonesia juga akan mengadakan Demo Day guna menjembatani startup lulusannya dengan investor lokal maupun internasional. Tidak kalah penting, startup lulusan PNP Indonesia juga akan memiliki akses ke dalam komunitas teknologi di Silicon Valley Amerika Serikat.

“Salah satu tujuan utama dari accelerator program ini adalah menyiapkan startup terbaik untuk lebih mudah mendapatkan investasi di putaran berikutnya. Kami tidak melihat venture capital sebagai pesaing, melainkan kami saling melengkapi dalam ekosistem ini,” tutur Wesley Harjono selaku President Direktur Plug and Play Indonesia.

Sesuai dengan slogan yang diusung oleh Plug and Play “our passion is to see startup succeed”, PNP Indonesia terus bekerja mempersiapkan berbagai workshop dan sesi mentoring bagi para startup yang akan berpartisipasi selama 3 bulan dalam program akselerator mulai bulan Mei 2017. Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 65 mentor dari berbagai bidang dan keahlian yang sudah berkomitmen untuk mendukung ekosistem startup di Indonesia melalui Plug and Play.

“Dengan dukungan yang menyeluruh seperti ini, diharapkan para startup yang mengikuti akselerator program di Plug and Play Indonesia dapat fokus pada pengembangan dan pemasaran produk mereka,” tutur Direktur Akselerator di Plug and Play Indonesia Nayoko Wicaksono.

Disclosure: DailySocial adalah media partner untuk kegiatan akselerator Plug and Play Indonesia.

Pendaftaran Google Launchpad Accelerator Kembali Dibuka

Google kembali membuka kesempatan untuk startup di Indonesia untuk mengikuti program Launchpad Accelerator. Sebuah program yang diinisiasi oleh Google dalam rangka membantu startup-startup terpilih untuk mengakselerasi bisnis dan teknologi mereka. Dengan Launchpad Accelerator, Google berkomitmen untuk terus membina sejumlah startup berbakat, termasuk di Indonesia. Pendaftaran Launchpad Accelerator sudah dibuka mulai hari ini hingga tanggal 27 April 2017.

Program Launchpad Accelerator ini juga disebut akan membantu pemerintah menjadikan Indonesia sebagai negara dengan perekonomian digital terbesar di Asia Tenggara. Untuk kelas ke empat ini rencananya akan diselenggarakan di Launcpad Space, sebuah arena Google di San Francisco yang nantinya akan menjadi tempat para developer dan startup bisa mendapatkan pelatihan teknis gratis dan bimbingan individual untuk menyukseskan pembuatan aplikasi startup mereka.

Selain Indonesia, Google Launchpad Accelerator juga membuka kesempatan untuk startup di beberapa negara seperti India, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Filipina dan beberapa negara di benua lain.

Untuk syarat, Google masih mencari startup yang menargetkan pasar lokal untuk solusi atau aplikasi yang diusung di negara masing-masing. Selain itu Google juga masih menjadikan market fit, solusi yang coba dipecahkan, value yang akan diberikan untuk pengguna dan beberapa hal lain sebagai pertimbangan pendaftar untuk lolos dan berhak mengikuti program ini.

Hingga saat ini, Google telah mengirimkan 20 startup Indonesia ke kantor pusatnya di Mountain View, California. Nama-nama seperti iGrow, Mapan, PicMix, Qlue, Jojonomic, Kakatu, HarukaEdu, Setipe, Kerjabilitas, Kurio, eFishery, dan beberapa nama lain menjadi alumni dari kelas-kelas Google Launcpad Accelerator sebelumnya.

Pendaftaran IDX Incubator Diperpanjang

Beberapa waktu lalu BEI (Bursa Efek Indonesia) membuka pendaftaran batch pertama bagi startup yang ingin mengikuti program IDX Incubator. Sejatinya hari ini adalah batas terakhir pendaftaran program tersebut. Namun berdasarkan informasi yang kami terima pendaftaran program tersebut akan diperpanjang. Sehingga peluang bagi startup yang ingin mendaftar dan tergabung masih terbuka lebar.

Dihubungi DailySocial melalui pesan singkat, Kepala Unit Startup dan UKM BEI Aditya Nugraha menjelaskan akan ada penjadwalan ulang (reschedule) dan perpanjangan masa pendaftaran. Hal ini, menurut Aditya, merupakan upaya BEI untuk memberikan kesempatan lebih luas kepada calon peserta. Belum ada kepastian mengenai sampai kapan perpanjangan proses pendaftaran ini. Di laman resmi IDX Incubator pun masih tertera hari ini sebagai batas akhir pendaftaran.

IDX Incubator adalah salah satu inisiatif Bursa Efek Indonesia dalam rangka untuk membantu mengembangkan startup, dari segi bisnis, legal, hingga membantu startup untuk melenggang ke lantai bursa saham atau melakukan IPO.

Setelah selesai menjalani masa inkubasi selama 6 bulan, peserta masih bisa mendapatkan kesempatan mengikuti kegiatan workshop atau event yang diselenggarakan BEI.

Nantinya, dalam program ini, pihak BEI menjanjikan beberapa hal yang bisa didapatkan peserta. Di antaranya adalah co-working space yang rencananya akan terletak di Menara Bapindo I lantai 16, program pengembangan bisnis, akses ke pemodalan, dan workshop atau event lainnya yang tentunya bermanfaat bagi pengembangan bisnis startup.

Ada juga program dan fasilitas khas dari inkubator startup, lengkap dengan beberapa mentor yang akan dihadirkan. Selain mentor dari tim BEI, belum ada informasi lengkap mengenai siapa saja yang terlibat sebagai mentor program ini.

Program inkubator ini terselenggara berkat kerja sama BEI dan Bank Mandiri. Bank Mandiri sendiri juga memiliki perusahaan modal ventura (Mandiri Capital Indonesia) dan inkubator yang baru saja melangsungkan demo day untuk batch pertamanya.

Lima Ventura Sasar Investasi di Startup Digital Lewat Inkubator Parama Indonesia (UPDATED)

Perusahaan modal ventura lokal Lima Ventura mengungkapkan pengalihan fokus investasi yang kini mulai mengarah ke startup digital, dari sebelumnya usaha yang masih bergerak di jalur offline. Cara yang ditempuh oleh perusahaan misalnya dengan mengadakan kompetisi tahunan dengan tema startup yang berbeda-beda.

Lima Ventura merupakan perusahaan modal ventura lokal yang sudah berdiri sejak 2011. Managing partner Lima Ventura adalah PT LiMa Rachmat Sejahtera, milik Surachmat Sunjoto selaku pendiri dan pemilik mayoritas. Pemilik lainnya Fadri Effendy dan Yan Rezky Fahza selaku Limited Partner. Aset portofolio dalam kelolaan Lima Ventura saat ini sebesar Rp 50 miliar.

Untuk turut mengambil andil di pengembangan startup digital, perusahaan mendirikan program inkubasi dan akselerasi Parama Indonesia yang sebelumnya bernama Kompetisi Bisnis. Dari situ, Panama mulai menggelar kompetisi tahunan untuk diberikan dukungan pembiayaan dan kerja sama bisnis. Kegiatan baru ini dimulai sejak tahun lalu.

“Lima Ventura sebelumnya membiayai banyak UKM, tetapi untuk kategori startup digital baru melakukan dua kali lewat kompetisi. Sub sektor yang kami pilih sesuai fokus pemerintah [Bekraf],” terang Direktur Parama Indonesia Agni Pratama kepada DailySocial.

Dalam kompetisi tahun lalu, Lima Ventura memilih startup fesyen, dengan pemenang terpilih Voyej Leather Good, perusahaan fesyen apparel anak muda yang berorientasi menjadi pemimpin pasar leather apparel di regional dan Indonesia.

Untuk tahun ini, Panama Indonesia memilih tema startup food tech. Perusahaan telah menetapkan lima startup sebagai pemenang. Mereka adalah Gorry Gourmet (Jakarta), Masaku (Surabaya), Hong Tang (Jakarta), Roast Beef Gusto (Jakarta), dan Yagami Ramen (Bandung). Kelima pemenang ini berhak mendapatkan total dana investasi sebesar Rp15 miliar, dengan besaran nominal diprioritaskan sesuai kebutuhan masing-masing perusahaan.

Agni menjelaskan pihaknya memilih food tech karena sektor food and beverages (FnB) dan teknologi adalah dua sektor ekonomi yang sangat berpotensi baik dari sisi pertumbuhan bisnis maupun market size-nya di skala regional dan nasional. Makanan dan teknologi adalah sub sektor andalan pemerintah yang memiliki kontribusi tinggi terhadap produk domestik bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja.

“Makanan dan teknologi merupakan sektor bisnis yang memiliki profitabilitas yang baik. Semua latar belakang itulah yang menjadikan Lima Ventura memiliih sektor tersebut untuk tema kompetisi tahun ini.”

Berikutnya, sambung Agni, Lima Ventura tetap akan mengacu pada sub sektor ekonomi kreatif yang berpotensi pada dampak bisnis, sekaligus berkontribusi pada PDB dan penyerapan tenaga kerja.

Tak hanya pendanaan yang diberikan Lima Ventura. Pemenang juga akan diberi pendampingan dengan jaringan yang dimiliki perusahaan. Tujuannya agar mereka dapat mempercepat penetrasi pasar.


*Terdapat perbaikan nama

Satoshi Studios Fokuskan Inkubasi Startup Pengembang Blockchain di Asia Tenggara

Satoshi Studios merupakan inkubator yang fokus pada Blockchain startup di Asia Tenggara. Memusatkan kegiatannya di New Delhi India, inkubasi yang ditawarkan mengajak startup yang menggunakan teknologi Bitcoin untuk belajar ekstensif dalam pengembangan produk dan layanan Blockchain, lekat dengan Bitcoin tapi pemanfaatannya lebih luas dibandingkan dengan transaksi Bitcoin saja. Startup terpilih akan menerima seed funding $50.000 dengan ekuitas pembagian saham 8-15% kepada inkubator.

Barisan mentor berpengalaman di bidangnya menjadi wujud kepercayaan diri Satoshi Studios untuk mengibarkan bisnis Blockchain di Asia Tenggara, dengan visi menjadikan India sebagai “Blockchain Knowledge Hub for South East Asia”. Veteran di bisnis Bitcoin seperti Roger Ver, Amit Bhardwaj, Michael Terpin dan beberapa perintis Bitcoin menjadi jajaran mentor yang akan disuguhkan dalam kegiatan inkubasi.

Pendaftaran tahap satu dibuka sampai akhir Februari 2017

Program inkubasi tahap pertama akan dimulai pada tanggal 1 April 2017. Enam startup terpilih dari seluruh wilayah Asia Tenggara akan diterbangkan ke New Delhi untuk mengikuti kegiatan selama 3 bulan. Di sana peserta akan bekerja bersama melalui sesi intensif yang dibawakan oleh ahli Blockchain. Fasilitas seperti ruang kerja dan tempat tinggal akan diberikan untuk kegiatan tersebut. Misinya adalah startup mencapai product market-fit secara lebih cepat.

Tidak ada kriteria khusus seputar bidang industri yang dikerjakan startup. Hanya saja dalam proses bisnisnya startup tersebut harus memecahkan masalah di dunia nyata melalui Blockchain. Dan inkubator ini juga menerima startup yang masih dalam tahap concept-stage. Pendaftaran dan submisi informasi sebagai prasyarat dibuka online hingga tanggal 28 Februari 2017.

Membudayakan Bitcoin di Asia Tenggara

Co-Founder Satoshi Studios Sahil Baghla mengungkapkan bahwa dengan dibangunnya Blockchain hub, maka akan menumbuhkan adopsi Bitcoin di Asia Tenggara. Sehingga menjadikan wilayah ini sebagai pasar remitansi terbesar, dengan kepemilikan rekening bank terkecil di dunia. Dari sisi kesiapan kegiatan inkubasi, pihaknya mengaku telah berdiskusi dengan banyak pengusaha tentang pengembangan dan inisiatif produk yang didasarkan pada Bitcoin.

“Kami telah melihat ketertarikan dari pengusaha yang memberikan umpan balik dan ide tentang penggunaan teknologi Blockchain, dan beberapa pengusaha yang sudah kami temui juga sedang mengembangkan aplikasi yang sangat menarik […] Kami bangga didukung oleh orang-orang yang menjadi pelopor Bitcoin,” pungkas Sahil.

Strategi Indigo Creative Nation Bawa Startup Lokal Go Global

Program akselerator dan inkubator besutan Telkom, Indigo Creative Nation, mengumumkan jalinan kerja sama dengan MaGIC (Malaysia Global Innovation and Creative Center). MaGIC di Malaysia bekerja selayaknya BEKRAF di Indonesia, hanya saja mereka fokus pada digital ecosystem dan memberikan pembiayaan yang bersumber dari dana pemerintah. Tujuan utama kerja sama tersebut, khususnya bagi Indigo, adalah untuk membawa startup lokal membidik pasar regional untuk menuju pasar internasional.

Kerja sama diresmikan langsung oleh Managing Director Indigo Ery Phunta Hendraswara dan Executive Director Entrepreneurship Developement MaGIC Johnathan Lee akhir bulan lalu di Malaysia. Menurut penuturan Phunta kepada DailySocial, kerja sama ini ditempuh lantaran kedua inkubator tersebut memiliki visi yang sama untuk ekosistem digital. Keduanya memiliki pandangan sama untuk memperluas target startup lokal di lintas negara.

Secara strategis MaGIC dapat menjadi pintu kerja sama yang lebih luas untuk dirangkul Indigo, khususnya untuk capaian di kawasan Asia Tenggara. Kerja sama seperti ini bagi Indigo bukan yang pertama, sebelumnya SVA Technology Alliance juga telah diajak untuk menjadi bagian dari strategi go global program Indigo. SVA sendiri berfokus menghubungkan jaringan startup di Asia Tenggara dengan Silicon Valley di Amerika Serikat.

Komitmen Indigo membawa startup ke pasar internasional

Disadari betul bahwa produk dan layanan digital mampu diterapkan secara atraktif di pasar internasional. Batasan teknis yang ada sangat minim. Di situ Indigo mencoba untuk berperan menjadi jembatan bagi startup lokal untuk melenggang ke kancah dunia. Kerja sama dengan MAGIC ini bisa dikatakan sebagai sebuah mutualisme, Indigo membutuhkan akses ke luar Indonesia, begitu pula sebaliknya.

Spirit global juga terus ditunjukkan dengan berbagai inisiatif, salah satunya membawa startup binaan untuk mengikuti program berskala internasional. Terakhir Indigo membawa tiga startup binaannya untuk belajar dari startup dan pemodal kelas dunia. Terkait dengan kerja sama antar inkubator, Indigo mengatakan pihaknya kini memiliki wild card untuk program Startup Exchange.

Startup Exchange memungkinkan startup dari kedua program untuk saling terlibat (mengikuti) kegiatan akselerasi yang diadakan masing-masing, startup Indonesia dapat mengikuti program akselerasi dari MAGIC Accelerator, pun sebaliknya. Bagi Phunta, cita-cita besar dari program ini adalah pembangunan talenta dan mengangkat digital-preneur Indonesia ke kancah global. Sejalan dengan mimpi Presiden Indonesia membawa Indonesia sebagai negara digital terbesar ASEAN tahun 2020.

Yang spesial di program Indigo Creative Nation tahun 2017

Dari catatan perjalanan program Indigo terkait dengan membawa startup go-global, menurut Phunta ada beberapa hal yang bisa terus diimprovisasi, yakni terkait dengan membentuk gobal vision bagi para founder dan menekankan produk yang berorientasi pada pemecahan masalah yang siap terap di lintas batas. Belum dibocorkan secara mendetil apa saja yang akan menjadi agenda pada program Indigo di tahun 2017, namun yang jelas sesuai visi di awal, bahwa program ini bertekad mencetak startup ber-mindset Silicon Valley dengan jangkauan global.

Harapannya ekosistem digital-preneur di Indonesia mampu menjadi kuat di tengah gempuran dan pertarungan antar layanan di ranah pangsa pasar populer saat ini (seperti on-demand, e-commerce, SaaS dan sebagainya). Terlebih Indonesia juga kini tengah disorot menjadi sasaran target pasar oleh para startup di dunia. Mempersiapkan strategi dari dalam menjadi pilihan untuk memastikan daya saing yang kuat oleh pemain lokal.

Startup Terpilih di Google Launchpad Accelerator Batch Ketiga Sudah Diumumkan

Startup terpilih untuk Google Launchpad Accelerator batch ketiga untuk kawasan Asia sudah diumumkan. Beberapa startup Indonesia masuk ke dalam program inkubasi yang akan dilaksanakan selama 6 bulan ini, yakni iGrow, Jurnal, Mapan, PicMix, Qlue dan Snapcart. Seperti yang telah dilaksanakan pada dua batch sebelumnya, nantinya para startup terpilih akan mendapatkan pembimbingan khusus langsung di kantor pusat Google.

Pada batch kedua yang dilaksanakan mulai bulan Mei lalu, juga terjaring 6 startup Indonesia ke dalam program Google tersebut. Salah satu testimoni dari peserta di batch kedua bulan lalu CEO Hijup Diajeng Lestari menjelaskan bahwa dirinya mendapatkan beberapa insight terkait dengan bagaimana mengoptimalkan funnel. Mulai acquisition cost-nya hingga mengelola konsumen untuk bisa masuk ke customer base, sesuai dengan kebutuhan dan tipe startup Diajeng berupa layanan e-commerce.

Nama-nama startup terpilih di batch ketiga

Di tahap ketiga kali ini nama-nama startup yang ditetapkan sebagai peserta sudah cukup banyak dikenal dan sering memberikan introduksi produknya di berbagai program unggulan startup. Pertama iGrow, startup ini membawakan konsep yang revolusioner di bidang pertanian, menghubungkan investor dengan penggarap lahan. Sistem bisnisnya unik, memberdayakan petani untuk memanfaatkan lahan dengan suntikan investasi dari masyarakat yang berminat. Kemudian ada Jurnal, yang memberikan layanan SaaS untuk pengelolaan manajemen bisnis dan keuangan pada bisnis di Indonesia.

Kemudian ada Mapan (Arisan Mapan) yang diinisiasi oleh Ruma, mengusung aplikasi terpadu untuk arisan yang dihubungkan dengan sistem belanja di e-commerce. PicMix turut masuk dalam batch kali ini, startup karya Calvin Kizana ini beberapa waktu terakhir begitu gencar melambungkan kembali eksistensinya dengan aplikasi pengolah foto karyanya. Menjadi salah satu startup Indonesia yang mampu bertahan dalam gejolak perkembangan digital nasional.

Inovator layanan berbasis smart city Qlue juga turut terpilih. Terobosannya di berbagai daerah untuk digitalkan layanan publik membawa startup ini cukup dikenal di Indonesia dan mulai menjalin dengan regulator di berbagai daerah di Indonesia. Terakhir ada Snapcart, startup besutan Reynazran Royono yang sangat mengunggulkan teknologi big data untuk memberikan kenikmatan cashback bagi pengguna aplikasinya.

Selain mendapatkan pembinaan berupa bootcamp 2 minggu di kantor Google dan program inkubasi yang dilaksanakan selama 6 bulan, para startup (khusus pengembang solusi mobile) juga akan menerima pendanaan bebas ekuitas hingga $50.000. Program Launchpad Accelerator sendiri memang difokuskan untuk negara dengan pertumbuhan startup yang berpotensi, seperti Indonesia, India dan Brasil. Program ini menargetkan mampu merangkul 50 startup baru per tahun.

Developer DayZ Perkenalkan Platform Game Eksperimental, Bohemia Incubator

DayZ merupakan sebuah kejutan tak terduga. Awalnya digarap sebagai mod ARMA 2, ia berubah menjadi fenomena, membuat nama Bohemia Interactive kian dikenal khalayak gamer core. Bohemia ialah salah satu studio independen terkemuka, memiliki reputasi tinggi dalam pengembangan game-game simulasi tempur dan juga dipercaya untuk jadi konsultan developer indie lain.

Bermaksud untuk terus membangun ekosistem yang dirintisnya, tim asal Republik Ceko itu memperkenalkan Bohemia Incubator, yaitu sebuah wadah bagi permainan-permainan eksperimental buat dinikmati khalayak umum. Sederhananya, anggap saja Bohemia Incubator hampir mirip dengan program early access dari Valve, namun platform ini mempunyai misi yang berbeda.

Ketika Steam Early Access ditujukan untuk memberikan kesempatan bagi Anda mencicipi permainan yang belum rampung dan membantu proses pengerjaannya, Bohemia Incubator diramu sebagai panduan pengembangan game, pengenalan pada teknologi Bohemia Interactive, berperan jadi layanan, serta merupakan cara meningkatkan pengetahuan devekoper di berbagai area pembuatan video game.

Tentu saja Bohemia Incubator punya banyak perbedaan dari Steam Early Access. Sesuai penjelasan mereka, permainan-permainan di sana lebih bersifat eksperimental, terkadang masih kasar dengan gameplay mendasar. Lalu permainan juga bukan ditujukan buat platform PC saja. Sebagian dari mereka mungkin akan dipasarkan, namun beberapa juga tidak akan dilepas ke publik. Bohemia punya wewenang dalam memutuskan untuk mendukung atau menghentikan dukungan terhadap game tersebut.

Bagi developer, Bohemia Incubator bisa menjadi medium uji coba konsep desain dan mengakrabkan mereka dengan genre ataupun platform baru, termasuk virtual reality. Lalu untuk para pemain sendiri, Anda dapat menjajal berbagai game menarik dan mencoba pengalaman unik. Mayoritas, permainan tersebut disajikan secara cuma-cuma, tapi ada juga yang dijual di harga murah – ketika Bohemia yakin game itu semakin matang. Setelah rampung, permainan bisa dibeli di Bohemia Store atau Steam.

Saat ini sudah ada dua permainan yang berpartisipasi dalam prakarsa Bohemian Incubator, yaitu Ylands dan Project Argo:

Dapat dijajal gratis, Yland adalah permainan sandbox di mana Anda bisa membangun, menciptakan petualangan, serta bertualang bersama teman sesuka hati dalam dunia low-polygon penuh warna.

Project Argo sendiri menyuguhkan formula lebih serius, sebuah game shooter kompetitif yang mengadu dua tim tentara bayaran dalam pertempuran lima lawan lima. Versi prototype-nya dapat dimainkan gratis.

Sumber: Bohemia Interactive.