Tech Forward Conference Singkap Potensi IoT di Ranah VR, AR, dan Robotik

Ada fakta-fakta menarik seputar Internet of Things. 87 persen penduduk planet Bumi sama sekali belum pernah mendengar istilah tersebut, padahal mesin ATM masuk dalam kategori IoT dan mulai dimanfaatkan sejak 1974. Lalu di 2008, perangkat yang tehubung ke internet sudah melewati total populasi manusia. Dan sekarang terhitung ada 4,9 miliar objek telah ‘saling terhubung’.

Angka-angka di atas memang fantastis, dan sebagai upaya menyibak potensi Internet of Things, tema tersebut diangkat di acara Tech Forward Conference 2015. Sederhananya, IoT ialah jaringan objek elektronik yang mampu mengumpulkan dan bertukar data. Ia membuka jalan bagi bermacam-macam ranah, dari wearable, agrikultur, produksi, hingga smart city serta smart home. Dan di artikel ini, saya akan fokus pada robotik, augmented reality serta VR.

Tech Forward Conference 2015 01

Mengapa drone boleh dibilang merupakan bagian dari IoT? Jawabannya bisa kita lihat dari tren penggunaan unmanned aerial vehicle di lini foto dan videography. Di sesi presentasinya, Gatot Budiman dan Dony Riyanto menuturkan bagaimana drone adalah masa depan Internet of Things. Alasannya karena mereka tidak statis, ‘deployable‘, fleksibel dalam membawa beban, dapat diprogram untuk misi berbeda, dan tidak ada kriteria desain.

Tech Forward Conference 2015 03

Drone terdiri dari sejumlah komponen yang menjadikannya device IoT, misalnya sistem komunikasi, software, GPS, sensor, kamera dan lain-lain. Di segi komersial, umur adopsinya tergolong sangat muda dan menjanjikan. Para narasumber bilang, salah satu alasan mengapa drone naik daun ialah, tak seperti dunia penerbangan, ia tidak menuntut standard terlalu tinggi. Anda cukup membutuhkan keseriusan buat mempelajarinya. Buktinya, ahli aerial imaging UAV Gatot Budiman turut berprofesi sebagai guru seni rupa.

Tech Forward Conference 2015 10

Naik ke jenjang yang lebih umum, Internet of Things membuat robot jadi lebih merakyat dan dapat diaplikasikan ke fungsi edukasi. Founder Saft7 Robotics Firmansyah Saftari mengatakan, bermacam-macam opsi kit microcontroller sangat memudahkan khalayak berkecimpung di dunia robotik. Ia sempat memamerkan dua desain di Saft7, yaitu Arm Robot, robot berbentuk lengan; dan Alien Robot, mempunyai empat kaki dan berbentuk mirip laba-laba.

Tech Forward Conference 2015 09

Dan ternyata, Firmansyah bukan cuma mahir di bidang robot. Ia juga menaruh minat di produksi video 360 dan virtual reality. Video 360 merupakan jenis rekaman yang menampilkan adegan spherical atau melingkar, di mana kamera merekam ruangan dari segala sudut. Ketertarikan ini Firmansyah tuangkan dengan merancang swivel mount untuk camera action sejenis GoPro, dan menjualnya secara komersial.

Tech Forward Conference 2015 06

Berbicara soal VR, tentu kita harus mendengar penjelasan langsung dari mereka yang berkecimpung langsung dalam industri. Tim pelaksana Tech Forward Conference 2015 tak lupa mengundang Fabien Feintrenie selaku CEO dan co-founder Noodles LLC, tim special effect dan digital arts – turut mengerjakan film animasi seperti komedi horor Rubber, Wrong, Reality dan Wrong Cops. Noodles juga fokus pada pembuatan konten virtual reality, sempat mengajak peserta konferensi buat menjajal karya mereka via Oculus Rift DK2.

Tech Forward Conference 2015 07

Kepada Feintrenie, saya bertanya mengenai teknologi VR apa yang paling dinanti oleh Noodles. Dalam perspektif produsen konten, ia memerlukan model kamera 360 model terbaru dengan kapabilitas ‘mendeteksi cahaya tertentu’, kabarnya baru dirilis tahun depan (sekali lagi memperlihatkan bagaimana device dan tema Internet of Things saling terkoneksi, meskipun tidak secara langsung).

Tech Forward Conference 2015 04

Di ranah augmented reality, Octagon Studio asal Bandung memberikan presentasi mengenai metode Internet of Things mengubah cara manusia berinteraksi dengan informasi digital. Contoh kreasi mereka yang sudah dirilis ke publik adalah kartu-kartu AR interaktif, dikombinasikan bersama aplikasi mobile.

Tech Forward Conference 2015 05

Buat sekarang, implementasinya memang lebih ditujukan untuk edukasi multimedia, dan dirancang agar kompatibel ke perangkat-perangkat kelas entry-level sampai level menengah. Namun demikian, Lukman Hakim selaku technical manager Octagon sempat menyatakan pada saya bahwa mereka sedang mengembangkan konsep hiburan augmented reality yang lebih ambisius, dan juga telah lama melirik VR.

Laju pertumbuhan Internet of Things tidak bisa dibendung, dan apa yang Anda saksikan saat ini hanyalah permulaan. Analis memperkirakan, lima tahun lagi, akan ada 50 miliar device elektronik saling tersambung satu sama lainnya.

Solusi Peringatan Dini Banjir dan Robot Pengendali Listrik Juarai Dicoding IoT Challenge

Salah satu perkembangan yang kini dirasakan dari peradaban internet adalah konektivitas berbagai perangkat elektronik. Tidak hanya sebatas ponsel pintar dan komputer, sekarang mobil, televisi, mesin industri, dan berbagai alat sensor lainnya dapat terhubung satu sama lain. Konsep tersebut yang disebut dengan Internet of Things (IoT). Guna menggalakkan solusi berbasis IoT di Indonesia, Dicoding bekerja sama dengan Intel Indonesia dan Geeknesia beberapa waktu lalu menyelenggarakan Internet of Things Innovation Challenge.

Dalam IoT Innovation Challenge tersebut, pemenang diraih oleh Gookkis Studio dengan prototipe sistem deteksi dini “Waspada Banjir” dan Laboratorium Kontrol Cerdas dan Robotika Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dengan robot pengendali stop kontak listrik “NitBotIoT”. Kedua solusi tersebut dikembangkan dari masalah keseharian dan/atau musiman yang sering dialami masyarakat. Hal ini sejalan dengan visi yang disampaikan Co-Founder Dicoding Narenda Wicaksono bahwa inovasi IoT yang dikembangkan diharapkan membantu kehidupan masyarakat.

NitBitIoT berikan efektivitas pemakaian listrik dan mencegah korsleting

Salah satu masalah sederhana yang sering dihadapi masyarakat adalah lupa memutus sambungan listrik perangkat elektronik. Efek yang ditimbulkan dari kelalalaian ini tidak hanya sekadar pemborosan konsumsi listrik, tetapi juga berisiko menyebabkan bencana kebakaran jika terjadi hubungan arus pendek (korsleting). Melihat masalah ini Niam Tamami dari Laboratorium Kontrol Cerdas dan Robotika PENS mengembangkan solusi melalui pengendali stop kontak listrik berbasis teknologi Internet of Things, yaitu NitBotIoT.

Purwarupa pengendali stop kontak ini menggunakan perangkat sensor Development Board Intel Galileo Gen 2, sensor suhu kelembaban DHT11, dan Board Relay sebagai pengendali arus listrik. Prinsip kerja Relay yang digunakan adalah relay berbasis magnet. Jika relay mendapatkan arus (kecil) maka kumparan akan membentuk medan magnet dan akhirnya bisa mengarahkan posisi saklar on ke off.

Gookkis Studio ingin otomatisasikan sistem peringatan dini banjir

Masalah lain yang menjadi langganan tiap tahun, terutama di Ibukota Jakarta adalah banjit. Mengangkat pentingnya sistem deteksi dini (early warning system) untuk masalah banjir, Gookkis Studio membuat solusi yang dinamakan “Waspada Banjir”. Sistem ini unik karena memanfaatkan sensor untuk mendeteksi ketinggian air pada sebuah bendungan dan menyebarkan informasi peringatan secara broadcast kepada masyarakat melalui aplikasi mobile. Perangkat keras yang digunakan untuk mengembangkan purwarupa “Waspada Banjir” terdiri dari hardware development board Intel Galileo Gen 1, sensor air, LCD 16×2, LED warna, dan router.

Cara kerja sistem ini adalah dengan membaca tiga buah sensor air. Masing-masing sensor tersebut akan bekerja mengindikasikan tingkat ketinggian air yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Data yang diperoleh dari sensor-sensor tersebut akan ditampilkan dalam LCD dan sekaligus juga dikirimkan ke server Geeknesia dan Parse.com untuk kemudian menampilkan peringatan melalui push notification pada aplikasi Android “Waspada Banjir”.

Solusi ini baru dikembangkan pada tahap awal. Namun Heri Kiswanto sekalu CEO Gookkis Studio meyakini bahwa inovasinya dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat dimanfaatkan secara masif untuk sistem deteksi dini terjadinya banjir.

Tema yang diperlombakan dalam IoT Innovation Challenge kali ini adalah “smart building, smart home, smart transportation”. Adapun kriteria utama pemenang dilihat dari keunikan solusi yang dibuat dan manfaatnya bagi masyarakat. Para pemenang tantangan ini berhak mendapat 20.000 XP dari Dicoding. XP merupakan experience points Dicoding yang menggunakan gamification model. XP yang dapat ditukarkan dengan berbagai rewards menarik, seperti smartphone, laptop, review aplikasi, dan hadiah-hadiah lainnya.


Disclosure: DailySocial berinvestasi di Dicoding

Bandung IoT Developer Day Episode 1 Ajak Pengembang Muda Indonesia Mengenal IoT Lebih Dalam

Sabtu kemarin (14/11), DyCodeEdu bersama dengan komunitas IoT4Bandung menggelar kegiatan Bandung IoT Developer Day. Di kegiatan pertamanya ini, yang mereka sebut Episode 1, tema yang diangkat adalah “Developing for IoT with Web Technologies”. Melalui acara ini, para peserta diharapkan mendapat insight yang lebih mendalam tentang Internet of Things (IoT), pengembangan IoT, dan juga peluangnya.

Bertempat di Bale Motekar, Bandung IoT Developer Day ini berhasil menarik perhatian 60 peserta yang berasal dari berbagai daerah. Bukan hanya Bandung saja, tetapi ada pula yang berasal dari Bogor dan Purwokerto. Kegiatan dengan konsep seminar ini sendiri mendapat dukungan penuh dari DyCode, Geeknesia, dan DiLo Bandung.

Sebagai pembicara, hadir Senior Technical Evangelist Microsoft Indonesia Norman Sasono, CEO DyCode Andri Yadi, CEO Geeknesia Martin Kurnadi, dan para pengurus Komunitas IoT4Bandung. Para pembicara tersebut membawakan beragam topik seperti, pengenalan IoT, pengembangan IoT (menggunakan Rasperberry Pi 2, Windows 10 IoT Core, dan Node.js), penggunaan Espruino pada microcontroller, sharing bersama komunitas IoT4Bandung, dan pengenalan beberapa perangkat IoT yang telah berfungsi dengan cloud platform.

P51114-163003

Terkait dengan latar belakang digelarnya kegiatan ini, Andri menjelaskan, “Ekosistem Industri IoT di Indonesia masih sangat awal, tidak banyak support yang bisa didapatkan. […] Melihat kondisi tersebut, DyCode melalui DycodeEdu berniat untuk sedikit berkontribusi melalui aktivitas-aktivitas yang bersifat grassroots dan langsung menyentuh hal-hal fundamental, yaitu sumber daya manusia. Harapannya, sedikit kontribusi tersebut [dapat] bersifat nyata dan langsung berdampak baik pada ekosistem.”

Peluang pengembangan bisnis IoT

Bersama dengan istilah lainnya seperti Big Data dan Cloud Computing, Internet of Things juga digadang-gadang sebagai adopsi teknologi masa depan sejak dua puluh tahun lalu. Namun, adopsinya kini masih berada pada tahap awal di Indonesia, meski sudah mulai terlihat. Paling kentara terkait adopsi IoT ini bisa kita lihat dari konsep smart city yang sedang digodok di mana-mana.

(Baca juga: Kesiapan Indonesia Mengadopsi Internet of Things)

Dengan kondisi seperti ini, artinya masih banyak peluang bagi IoT untuk tumbuh. Menurut Norman, IoT ini memiliki potensi sebesar 70 persen untuk bisnis dengan model B2B dan 30 persen sisanya adalah untuk model B2C.

Norman mengatakan:

IoT bukan hanya meliputi alat atau benda saja, melainkan meliputi perpaduan dari alat atau benda, konektivitas, data, dan analisis. […] IoT memiliki potensi sebesar 70 persen untuk bisnis secara B2B (Business To Business) dan 30 persen B2C (Business To Consumer). Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan bagi para pelaku industri untuk mengefisiensikan inventaris mereka.”

P51114-121426

Setali tiga uang, Andri dan Martin mengemukakan hal yang tidak jauh berbeda. Menurut Andri, bagaimana IoT berkembang akan bergantung pada pendekatan yang dilakukan. Contoh yang diberikan Andri adalah perangkat Allegra yang dikembangkan oleh Dycode yang diklaim sudah mendapatkan klien dan revenue.

(Baca juga: Masih Banyak PR Untuk Sukseskan Adopsi Internet of Things di Tanah Air)

Sementara itu Martin menyebutkan bahwa IoT bisa juga sebagai tools, bukan tampak muka produk atau layanannya. “Jadi tampak muka di depannya bisa apa saja, namun ‘alat’ untuk menjalankan atau mendukungnya dengan IoT,” ujarnya.

Menurut Andri, acara dan kegiatan seperti  Bandung IoT Developer Day ini direncanakan untuk menjadi kegiatan rutin dan lebih terstruktur dari sisi tema, bila dibandingkan dengan acara lain dengan tema sama. Tak menutup kemungkinan juga tema yang diangkat pun akan lebih spesifik dan berbeda dengan tema-tema sebelumnya yang sudah diangkat.

(Baca juga: Memasyarakatkan Perangkat Wearable dan Internet of Things di Indonesia)

Penetrasi IoT di Indonesia memang belum begitu terasa layaknya penetrasi internet dan mobile itu sendiri. Pun demikian, kegiatan-kegiatan seperti Bandung IoT Developer Day dan pendekatan komunitas bisa dijadiakan sebagai saluran untuk dapat bantu meningkatkan penetrasi IoT . Setidaknya, di tahap awal yang sedang dialami oleh Indonesia.


Disclosure: DailySocial adalah media partner acara Bandung IoT Developer Day 

Nvidia Rilis Komputer Mungil untuk Menghadirkan Kecerdasan Buatan pada Drone

Beberapa hari yang lalu, kita baru saja membahas tentang komputer khusus drone ciptaan DJI dan Canonical. Kini, Nvidia rupanya tidak ingin ketinggalan momentum. Pabrikan GPU terbesar tersebut baru saja memperkenalkan Nvidia Jetson TX1, sebuah komputer mini yang dirancang untuk menghadirkan kecerdasan buatan pada drone.

Lewat Jetson TX1, Nvidia sebenarnya punya visi dimana drone nantinya tidak hanya terbang mengikuti instruksi manusia, tetapi juga mengendalikan dirinya sendiri melewati berbagai rintangan maupun mengidentifikasi adanya kegiatan yang mencurigakan. Semua ini bisa dicapai dengan teknologi seperti machine learning dan computer vision, tapi sebelumnya, dibutuhkan ‘otak’ yang sanggup mengolah semua itu dengan cepat.

Itulah peran yang diusung Jetson TX1. Secara total, ia sanggup mengerahkan performa dengan daya sebesar 1 teraflop – setara dengan supercomputer tercepat dari 15 tahun yang lalu – tapi di saat yang sama hanya mengonsumsi energi dalam jumlah yang amat sedikit. Semua ini dikemas dalam fisik berukuran 50 x 87 mm, bahkan lebih kecil daripada kartu kredit.

Ukuran Jetson TX1 yang sangat ringkas tersebut sebenarnya membuka peluang untuk diaplikasikan pada perangkat-perangkat lain selain drone, seperti misalnya perangkat Internet of Things (IoT). Singkat cerita, tujuan akhir yang ingin dicapai adalah mempercepat proses berpindahnya artificial intelligence (AI) dari laboratorium riset ke perangkat di dunia nyata.

Nvidia sebenarnya tidak sendirian dalam mengejar pencapaian baru di bidang robotik ini. Jauh sebelumnya, tepatnya di ajang CES 2015 di bulan Januari kemarin, Intel sempat memamerkan inovasinya yang sanggup memberikan penglihatan pada drone. Dan tentu saja, seperti yang saya sebutkan di awal, DJI selaku pabrikan drone nomor satu tidak ingin tinggal diam begitu saja.

Buat para konsumen seperti kita, hasilnya mungkin baru bisa dinikmati paling cepat dua tahun dari sekarang. Nvidia sendiri baru akan mulai memasarkan Jetson TX1 ke para produsen seharga $299 tahun depan.

Sumber: Nvidia.

Microbot Push Ubah Hampir Semua Perangkat yang Dilengkapi Tombol Menjadi Perangkat Pintar

Waktu sudah menunjuk pukul 12 malam. Anda pun bergegas masuk ke dalam kamar untuk beristirahat karena besok pagi harus kembali bekerja. Sesampainya di kamar, Anda langsung rebahan di atas kasur. Eits, lampu lupa dimatikan. Rasanya malas sekali kalau harus beranjak dari kasur hanya untuk mematikan lampu.

Solusinya? Gunakan saklar pintar macam Belkin WeMo, atau sekalian saja beli bohlam pintar Philips Hue. Tentu saja ini bukan satu-satunya opsi, karena masih ada alternatif lain yang tak kalah menarik. Salah satunya adalah perangkat bernama Microbot Push ini.

Oleh tim pengembangnya yang bermarkas di Korea Selatan, Push dianggap sebagai sebuah jari robotik untuk menekan hampir seluruh tombol yang ada di dalam rumah Anda. Push memiliki misi untuk membawa hampir seluruh perangkat elektronik yang ada di dalam rumah masuk ke ekosistem smart home.

Microbot Push

Secara teori perangkat apapun yang dioperasikan via tombol bisa disulap menjadi perangkat pintar yang terhubung ke dalam jaringan oleh Push. Berkat konektivitas Bluetooth yang diusung Push, perangkat tersebut bisa Anda nyala-matikan menggunakan smartphone.

Jadi, dalam kasus di paragraf awal tadi, Anda bisa menempelkan dua buah Push di saklar lampu dengan isolasi bolak-balik – satu untuk mematikan, dan satu untuk menyalakan. Saat Anda sudah terlanjur rebahan, buka saja aplikasi pendamping Microbot Push di smartphone untuk mematikan lampu tersebut.

Microbot Push

Lalu bagaimana ketika Anda sedang tidak bersama smartphone kepercayaan? Apakah Anda harus melepas Push terlebih dulu lalu menekan tombol saklar secara manual? Tidak, karena permukaan atas Push juga dibekali panel sentuh kapasitif. Letakkan jari Anda di atasnya, maka Push akan langsung menekan tombol saklar, sama seperti ketika Anda menggunakan aplikasinya.

Menemani Microbot Push adalah sebuah hub bernama Prota Box. Hub ini sifatnya opsional, berfungsi untuk menghadirkan fitur otomatisasi pada Push berkat kemampuannya menyambung ke jaringan Wi-Fi. Fitur otomatisasi yang ditawarkan sejatinya mirip seperti yang ditawarkan platform IFTTT, dimana Anda bisa membuat berbagai ‘resep’ seperti “jika saya tiba di rumah, nyalakan lampu ruang tamu,” dan sebagainya.

Prota Box

Sejatinya Microbot Push bisa jadi langkah awal yang ideal untuk merasakan inovasi di era Internet of Things (IoT), apalagi mengingat baterainya bisa bertahan hingga sekitar 6 bulan dalam satu kali charge. Tidak ada salahnya memberikan kemampuan berkomunikasi pada perangkat-perangkat elektronik lawas kalau memang tujuannya baik dan bisa mempermudah aktivitas sehari-hari.

Kalau Anda tertarik, Anda masih harus bersabar sebelum Microbot Push siap untuk dipasarkan. Saat ini pihak pengembangnya baru menerima pesanan lewat laman crowdfunding di Indiegogo. Satu unit Microbot Push dihargai $39. Atau kalau mau yang satu paket, tersedia bundle 3 Microbot Push + 1 Prota Box seharga $199.

Ingin Mendalami Internet of Things? Bandung IoT Developer Day Segera Digelar

Dengan kianbanyaknya perangkat yang terhubung, terbukalah metode baru dalam komunikasi antar mesin ke mesin, atau manusia ke device. Evolusi Internet of Things jadi pesat berkat kemunculan teknologi komunikasi wireless serta embedded systems. Tibanya IoT di ‘gerbang industri IT Indonesia’ ditandai oleh diangkatnya tema tersebut di acara Indocomtech 2015.

Banyak peluang baru tercipta berkat implementasi Internet of Things di berbagai ranah. Prospek manfaat tak cuma untuk konsumen biasa, namun juga buat para penyedia infrastruktur internet dan telekomunikasi, serta developer konten. Kita tahu istilah IoT masih tergolong sangat baru, dan butuh sedikit upaya pengenalan lebih jauh pada khalayak. Kabar baiknya, ajang Bandung IoT Developer Day rencananya segera digelar pada akhir minggu ini.

Di fase pertama Bandung IoT Developer Day, diberi istilah Episode 1 oleh tim pelaksana, acara akan fokus pada pembahasan ‘Developing for IoT With Web Technologies’ atau mengupas pengembangan konten Internet of Things berbekal teknologi web, disajikan dalam bentuk seminar. Event ditujukan bagi ‘penggiat’ dan developer software yang tertarik meramu aplikasi IoT.

Setelah bagian utama rampung, acara akan dilanjutkan dengan kompetisi Bandung IoT Challenge. Tentu tujuannya adalah menantang para peminat Internet of Things serta pengembang untuk menciptakan app yang sanggup memberikan solusi atas beragam kendala di sekitar kita. Kontes tersebut dibuka secara umum, tak hanya buat peserta seminar. Di press release, belum ada info rinci mengenai IoT Challenge, dan penyelenggara berjanji segera mengungkapnya di waktu dekat.

Event ini merupakan kerjasama DyCode Edu dan Komunitas IoT4BDG. Mereka mengundang sejumlah pakar terkemuka untuk jadi pembicara, antara lain ialah Norman Sasono (Senior Technical Evangelist Microsoft Indonesia), Andri Yadi (CEO DyCode), Martin Kurnadi (CEO, Geeknesia) dan Danny Ismarianto Ruhiyat (IoT4BDG).

Sebagai pembuka, diskusi diarahkan pada tajuk pengembangan IoT buat developer web. Kemudian mulai masuk pada utak-atik kombinasi Raspberry Pi 2 plus Windows 10 IoT Core dan Node.js. Selanjutnya peserta diajak bermain-main dengan Arduino menggunakan Visual Studio, lalu mengoprek JavaScript di Microcontroller Espruino dan ESP8266, serta meracik plaform cloud untuk device IoT.

Bandung IoT Developer Day akan dilangsungkan pada hari Sabtu tanggal 14 November 2015 pukul 9:00 sampai 14:00 siang; dilaksanakan di Bale Motekar, Jalan Banda No. 40 Bandung.

Bandung IoT Developer Days 02

Di Perayaan Hari Jadi ke-19, XL Axiata Gandeng Damri Sediakan Sistem Informasi Penumpang

Di perayaan hari jadi XL ke 19, XL mengumumkan kerja sama dengan Damri / DailySocial

Bertepatan dengan perayaan hari jadi PT. XL Axiata Tbk yang ke 19, XL menandatangani perjanjian kerja sama dengan Perusahaan Umum Damri dalam menyediakan sistem pemantauan yang disebut “Passenger Information System”. Sistem berbasis Internet of Things (IoT) yang akan digunakan Damri ini diklaim akan dapat mempermudah pengelola Damri dalam memantau lokasi keberadaaan armada bus, kondisi bus, dan scorecard awak bus yang beroperasi.

Continue reading Di Perayaan Hari Jadi ke-19, XL Axiata Gandeng Damri Sediakan Sistem Informasi Penumpang

Cujo Lindungi Seluruh Perangkat di Rumah Anda dari Serangan Hacker

Internet dan hacker adalah dua hal yang tidak mungkin bisa terpisahkan, paling tidak dalam waktu dekat – atau mungkin malah selamanya. Gampangnya, setiap kali Anda terhubung ke internet, maka Anda beresiko di-hack. Yang menjadi masalah, sekarang kita sudah masuk era Internet of Things (IoT), dimana hampir semua perangkat yang ada di rumah bisa saling terhubung via internet. Continue reading Cujo Lindungi Seluruh Perangkat di Rumah Anda dari Serangan Hacker

Ivee Voice Ibarat Siri Buat Rumah Anda

Dalam film Iron Man, Tony Stark seringkali tampak begitu asiknya berbincang dengan Jarvis, artificial intelligence (AI) yang berperan sebagai asisten yang mengatur hampir segala isi rumahnya. Saat ini mungkin masih belum ada AI secanggih Jarvis, tetapi asisten virtual berbasis perintah suara seperti Siri dan Cortana merupakan langkah awal menuju ke sana. Continue reading Ivee Voice Ibarat Siri Buat Rumah Anda

XL IoT Kenalkan YuBox

YuBox pasukan baru XL IoT yang mampu sebarkan informasi dan konten / Dailysocial

XL IoT, divisi khusus XL Axiata yang menangani produk-produk Internet of Things (IoT), menambah portofolio IoT mereka melalui layanan baru yang diberi nama YuBox. YuBox merupakan sebuah solusi terintegrasi berbasis Wi-Fi yang bisa menjadi media penyebaran bebergai jenis informasi, seperti iklan, konten aplikasi, video atau musik. Continue reading XL IoT Kenalkan YuBox