Nodeflux Kombinasikan Komputasi Pintar untuk Ragam Kebutuhan Analisis

Implementasi yang pas dari teknologi mampu menghasilkan sebuah pemrosesan baru yang lebih pintar, cepat dan efisien. Salah satunya seperti yang diupayakan oleh Nodeflux, startup teknologi yang mengembangkan produk berbasis distributed-computation platform.

Sederhananya sistem pemrosesan yang dimiliki Nodeflux mampu untuk mengitepretasikan data dari berbagai sumber (teks, audio, video, gambar, dan lain sebagainya) dan memadupadankan dengan operasi komputasi untuk menghasilkan sebuah analisis yang lebih bermanfaat untuk pengguna.

Salah satu yang sudah diimplementasikan adalah pemrosesan gambar dan video dari kanal media perekaman (CCTV, Webcam dan lainnya) untuk membantu bisnis mengetahui tren aktivitas tertentu. Beberapa pemrosesan yang dilakukan di antaranya deteksi orang, menghitung jumlah orang dalam kerumunan, pengenalan wajah, deteksi usia dan jenis kelamin, menghitung jumlah suatu objek, hingga memahami perilaku dalam sebuah kerumunan.

Sampai sini tentu sudah makin mudah diterka beberapa skema implementasi produk Nodeflux dalam kehidupan sehari-hari. Nodeflux didirikan oleh dua Co-Founder lulusan ITB, Meidy Fitranto dan Faris Rahman.

Konsep dasar platform Nodeflux
Konsep dasar platform Nodeflux

Memadukan teknologi komputasi canggih

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Nodeflux Meidy menerangkan bahwa fungsi platform Nodeflux sebenarnya adalah kemampuan komputasi terdistribusi dan juga kemampuan menyebarkan “brain”, komputasi dan kecerdasan buatan secara scalable. Di sini “brain” yang dimaksud dapat digunakan untuk implementasi pada pengolahan seperti Big Data, IoT dan Machine Learning.

“Kalau untuk sekarang kami sedang berfokus mendalami penerapan Artificial Intelligence, Machine Learning dan Deep Learning di area Computer Vision. Jadi Nodeflux men-deploy brain ke CCTV, Webcam, Smartphone dan beberapa perangkat lainnya sehingga mereka mampu melakukan banyak fungsi kecerdasan di luar kemampuan awalnya. Contohnya untuk mendeteksi objek, mengklasifikasikan tipe objek dan sebagainya,” ujar Meidy.

Dua Co-Founder Nodeflux Faris Rahman dan Meidy Fitranto
Dua Co-Founder Nodeflux Faris Rahman dan Meidy Fitranto

Dari perpaduan teknologi tersebut, saat ini Nodeflux telah siap diimplementasikan untuk beberapa sektor bisnis. Untuk ritel memberikan solusi pemantauan persediaan barang, memantau arus pengunjung, menganalisis antrean, hingga menganalisis alur jalan pengunjung. Kemudian di dalam bangunan, Nodeflux dapat membantu pengelolaan parkir, sistem keamanan pintar serta manajemen kedatangan. Selain itu skema implementasi juga sudah disiapkan untuk kota pintar, transportasi, manajemen jalan tol hingga fasilitas keselamatan.

“Kita bisa menggunakan CCTV existing sebagai input source, lalu membuat CCTV yang awalnya standar menjadi pintar, dari biasanya hanya untuk kebutuhan surveillance security, bisa melakukan hal pintar seperti menghitung density kendaraan suatu jalan, identifikasi pelat nomor, mendeteksi PKL Liar, angkutan umum yang mengetem, sampah di kali, ketinggian air, dan sebagainya,” ujar Meidy lebih lanjut.

Studi kasus dan tingkat efektivitas

TransJakarta menjadi salah satu mitra studi kasus yang telah menerapkan Proof of Concept (POC) solusi Nodeflux. Yakni untuk memantau tingkat antrean kepadatan dan dilakukan analisis guna pengambilan keputusan di lapangan dalam operasional. Salah satu yang menarik juga sebuah implementasi untuk mendeteksi angkutan umum yang parkir tidak pada tempatnya, umum disebut ngetem. Ada juga implementasi untuk mengotomatiskan lampu lalu lintas berdasarkan kepadatan kendaraan di setiap arah. Dan masih banyak lagi.

Salah satu implementasi Nodeflux dalam "Ngetem Detector"
Salah satu implementasi Nodeflux dalam “Ngetem Detector”

Menjelaskan tentang efisiensi dalam penerapannya Meidy menjelaskan, “Contoh studi kasus, Traffic Monitoring, yang sebelumnya dilakukan manual, kini dapat dilakukan secara otomatis dan real time, reduce cost, dan informasi yang disajikan lebih reliable dan lengkap. Kemudian Stock Monitoring, yang sebelumnya harus dilakukan manual, kini dapat dilakukan dengan cara otomasi dan near real time. Mengurangi opex dan opportunity loss.”

Pada dasarnya sudah sangat jelas, masa depan penerapan teknologi memang membuat segalanya menjadi canggih dan terukur. Apa yang dikembangkan Nodeflux bisa dikatakan mencicil inovasi masa depan dari penerapan teknologi dalam dunia nyata, saat semua menjadi serba pintar dan memberikan inisght yang bermanfaat pagi penggunanya.

“Dari sisi inovasi produk, secara solusi, kami ingin bisa memberikan solusi yang signifikan dengan menggunakan pendekatan teknologi. Secara kualitas kami ingin menghasilkan produk teknologi yang mampu compete secara global. Dan dari sisi bisnis kami ingin agar bisa menjadi startup yang solutif dan terdepan dalam komputasi dan AI di Indonesia,” pungkas Meidy menjelaskan visi besarnya bersama Nodeflux.

Siapkah Industri Indonesia Mengadopsi Digital Industrial?

Dunia akan terus berjejaring. Dari tahun ke tahun, kultur digital semakin membaur dan meningkat di kehidupan masyarakat dunia. Pemanfaatan platform digital sudah diadopsi banyak oleh masyarakat, apalagi jika berbicara tentang bagaimana mereka terhubung satu sama lain—seperti messenger dan social networking.

Secara global, potret lanskap digital 2017 menunjukkan jumlah masyarakat Internet yang kini telah menyentuh angka di kisaran 3,7 triliun, dengan penetrasi sebesar 50% serta peningkatan 10% sejak tahun lalu. Penetrasi Internet di Asia Tenggara punya angka yang tak kalah besar, yakni sebesar 53%. Lebih mengerucut, bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia punya tingkat penetrasi yang tergolong cukup baik dengan angka 51%, terutama dibandingkan dengan beberapa negara berkembang Asia Tenggara lainnya seperti Myanmar, Laos, dan Kamboja.

Meski boleh dianggap besar secara kuantitas, namun apakah Indonesia benar-benar siap melancarkan digitalisasi? Sebab, yang dipersoalkan di sini bukan hanya dari lingkup masyarakatnya saja, tapi juga industri. Terlebih dengan hadirnya konsep baru yang ditawarkan perusahaan teknologi asal Negeri Paman Sam, GE, dengan nama Digital Industrial, sebuah konsep teknologi yang mengintegrasikan sebuah objek fisik—yang sudah ditanam sensor—dengan jaringan nirkabel.

Terminologi tersebut dikenal sejalan dengan pengembangan teknologi yang telah diluncurkan GE bernama PREDIX, sistem operasi yang diluncurkan sekitar tahun 2015 yang secara khusus ditujukan untuk perindustrian. PREDIX disinyalir dapat memudahkan para engineer dalam menciptakan aplikasi, mengambil data dari teknologi industri dan mengirimnya ke sistem cloud untuk kemudian dianalisis.

Yang menarik adalah GE telah membuka pintu kolaborasi untuk merangkul pihak-pihak dari berbagai lapisan industri Tanah Air untuk ikut serta memajukan dunia perindustrian dan teknologi bangsa. Kerja sama strategis tersebut dilakukan bersama regulator dan pelaku industri (termasuk startup). Tiga startup potensial mendapatkan dukungan langsung dari GE, antara lain Dattabot, Fishare, dan 3i.

Dattabot, Mitra Pertama PREDIX di Dunia untuk Industri Pertanian

Sebagai perusahaan big data analytics, Dattabot turut serta membangun perekonomian Indonesia di sektor pertanian. Perusahaan yang dulunya bernama Mediatrac ini berusaha mengubah pola pikir terhadap dunia pertanian yang masih dianggap tradisional, melalui produk Internet of Things.

Ditandai dengan penandatangan MoU, GE memperlihatkan keseriusannya mendukung IIoT untuk pertanian bersama Dattabot lewat HARA, aplikasi pertanian yang dapat membantu mengembangkan agribisnis dari sisi efisiensi dan profitabilitas.

HARA adalah aplikasi IIoT pertama di Indonesia yang menggunakan platform Predix. “Dengan demikian, Dattabot bisa memahami luas sawah yang digunakan petani, real-time, jadi bisa memahami permasahan langsung meski posisinya sangat jauh lokasi tempat Anda berada,” terang CEO Dattabot Regi Wahyu.

Industrial IoT Startup Anak Bangsa yang Berpotensi Mendisrupsi Pasar

Selain itu, GE turut memperkenalkan startup-startup tanah air di bidang Industrial Internet of Things yang disinyalir mampu membuat terobosan baru di sektor perindustrian dan perikanan.

Fishare
Fishare adalah produk Internet of Things yang fokus pada kemajuan kehidupan petani ikan dengan self-farming module. “Produktivitas budidaya ikan negara kita masih tergolong rendah, dibandingkan dengan Tiongkok,” ujar CEO Fishare Marvinus Arif. Itulah salah satu latar belakang kelahiran Fishare.

Fishare menyajikan fish feeding assistant dengan sensor, di mana para petani ikan akan mendapatkan informasi secara transparan dan objektif mengenai kondisi ikan mereka, yang terlihat di smart dashboard.

3i
Bersama ungkapan “the future of maintenance”, 3i mengembangkan sensor online untuk membantu pabrikan mengurangi downtime tak terencana melalui data analytics dan machine learning. Teknologi sensor pintar 3i memudahkan pabrikan untuk melakukan pemeliharaan preventif dan prediktif; meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya operasional, sekaligus meningkatkan keuntungan perusahaan.

“Sensor ini ditanam di dalam mesin dan dihubungkan ke mobile device pengguna agar pengguna dapat melihat keadaan mesin secara real-time,” terang Gimin, CEO 3i.

Mau tidak mau dunia perindustrian Indonesia harus siap dengan digitalisasi dalam operasional mereka. Kita semua bisa melihat bagaimana teknologi dan hal-hal yang dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia (sawah, ikan, dan pabrik) dapat terkoneksi untuk membangun perekonomian negara. Maka, industri yang lebih dipandang “progresif” mestinya juga bisa mengadopsi IIoT, ‘kan?

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh General Electric.

Pola Pikir dan Teknologi Baru untuk Industri Indonesia

Lahirnya inovasi selalu membuat hidup tidak lagi sama. Lihat saja bagaimana Anda kini ‘mengubah’ ponsel bukan cuma sebagai peranti komunikasi, tapi menjadi ‘hidup’. Lihat juga bagaimana Anda terhubung dan berjejaring melalui inovasi media sosial. Dan yang fenomenal di beberapa tahun belakang, Anda bisa melihat bagaimana ojek sekarang menjadi pilihan utama dalam bertransportasi dengan adanya layanan on-demand.

Inovasi digital seperti ini memang dilahirkan untuk membuat gaya hidup manusia berbeda dan lebih mudah, tak terkecuali untuk kehidupan industri. General Electric (GE), sebagai perusahaan teknologi yang mencakup multi-industri, tergerak untuk turut serta mengambil lakon dalam kemajuan inovasi melalui konsep Digital Industrial.

Melalui acara bertajuk Digital Industrial Forum 2017, GE memperlihatkan bagaimana dewasa ini industri semestinya mengadopsi kemajuan-kemajuan teknologi yang menghubungkan cloud dengan smart component yang ada di tempat perindustrian. GE memperkenalkan PREDIX, sebuah platform PaaS (platform as a service) layanan cloud computing yang mendukung pengembangan aplikasi yang menggunakan data operasional untuk menggali informasi sebagai landasan pengambilan keputusan yang lebih baik, juga cepat.

Salah satu aplikasi pintar yang dibangun di dalam PREDIX adalah Digital Twin. Sederhananya Digital Twin adalah jembatan antara instrumen fisik dengan instrumen digital. “Digital Twin membantu mengenali aset fisik yang Anda miliki. Apakah ada risiko di dalamnya dan bagaimana keadaannya. Digital Twin membantu mempelajari usia dan penggunaan mesin,” ujar Vinay B. Jammu, Technology Leader and Physical-Digital Analytics General Electric, sembari langsung mendemonstrasikannya.

CT scan machine, contohnya. Saat industri kesehatan memerlukan mesin ini untuk hal-hal darurat, Digital Twin membantu mengingatkan apakah mesin ini perlu masuk fase perawatan. “Platform ini bisa diaplikasi ke wind power forecasting, construction vehicles performance, dan marine engine oil health. Baik untuk produk GE maupun non GE.”

GE juga berupaya membuktikan bahwa pola pikir digital industrial yang mereka canangkan tergolong adaptif untuk segala ranah industri.

Dalam event yang berlangsung di Fairmont Hotel ini, dihadirkan sebuah sesi perbincangan antara Luis F. Gonzalez (Chief Digital Officer General Electric Asia Pasifik) yang mewakili industri energi, David Wu (General Manager Healthcare, GE, Asia Pasifik) mewakili industri kesehatan, David Parkinson (General Manager, GEOil and Gas, Asia Pasifik) mewakili industri migas, Hardik Raithatha (Digital Growth Leader GE Renewable, Asia Pasifik) mewakili industri energi baru terbarukan, Frank Siegers (Senior Program Manager GE Aviation) mewakili industri aviasi, Jonathan Lim (Commercial Director, GE Transportation, Asia Tenggara) dan Alvin NG (General Manager , GE Digital Electric Asia Tenggara) selaku moderator. Masing-masing panelis mendemonstrasikan berbagai macam implementasi digital industrial di sektor energi, kesehatan dan transportasi.

Berlanjut setelah perbincangan hangat serta sesi tanya-jawab dengan audiens, Digital Industrial Forum menghadirkan Direktur Jenderal APTIKA Kominfo Samuel Pangarepan, yang membahas visi Indonesia secara digital pada tahun 2020, yakni 1000 startup (total valuasi Rp 150 triliun), satu juta petani dan nelayan yang go digital, serta delapan juta UKM yang go digital.

“Sampai 2016, kita sudah launch program Go Digital Vision dengan 50 teknopreneur yang sudah terlibat,” terangnya.

Teknologi baru yang dibawa GE ternyata menyentuh perekonomian akar rumput, seperti sektor pertanian, perikanan, maupun manufaktur. Hal ini diangkat pada salah satu segmen acara yang bertajuk The Pioneers; di mana GE memperkenalkan tiga startup berpotensi Indonesia yang bermain di ranah Industrial IoT; Dattabot, Fishare dan 3i.

Dattabot adalah startup big data analytics Indonesia pertama yang membangun sebuah aplikasi precision agriculture bernama HARA, yang dibangun di atas platform industrial internet dari GE Bernama PREDIX. HARA adalah sebuah field management application yang menganalisis sawah, membantu produksi pertanian meningkat hingga 80%, dan menurunkan biaya hingga 10%.

Dattabot menggunakan platform PREDIX dari GE dalam mengembangkan aplikasi untuk memahami bagian-bagian kendaraan yang rusak atau perlu dirawat segera. Fishare memerlukan GE untuk membuat self-farming module.

Selain itu, GE juga memperkenalkan dua startup lainnya yang bergerak di bidang Industrial Internet of Things (IIoT), yang disinyalir mampu mendisrupsi pasar; yakni 3i dan Fishare. 3i mengembangkan teknologi sensor online yang memudahkan pabrikan untuk melakukan pemeliharaan preventif dan prediktif melalui kemampuan data analytics dan machine learning.

Sedangkan, Fishare adalah produk Internet of Things yang fokus pada kemajuan kehidupan petani ikan dengan self-farming module.

Digital Industrial Forum ditutup oleh closing speech yang ditunggu oleh sebagian besar audiens, yakni Presiden Republik Indonesia ketiga, H.E. Prof. BJ. Habibie.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh General Electric.

Samsung Perluas Integrasi Asisten Virtual Bixby ke Lini Kulkas Pintarnya

Meski secara default ponsel Android 7.0 telah mengusung integrasi Google Assistant, Samsung bersikeras menyematkan asisten virtual-nya sendiri pada Galaxy S8. Samsung sejatinya punya visi besar untuk asisten virtual bernama Bixby tersebut, dimana mereka berniat untuk mengintegrasikannya ke semua produk, bukan cuma smartphone saja.

Dalam melaksanakan upaya tersebut, Samsung mengawalinya dari ranah home appliances, spesifiknya lini kulkas pintar Family Hub 2.0 yang diperkenalkan pada ajang CES bulan Januari lalu. Singkat cerita, Bixby kini tak cuma bisa diakses lewat Galaxy S8 saja, tapi juga melalui lemari es.

Kehadiran Bixby pada lini kulkas Family Hub 2.0 ini akan menjadi pelengkap yang sangat berarti. Ketimbang harus mengandalkan layar sentuh 21,5 incinya untuk mengakses beragam informasi, konsumen sekarang tinggal berinteraksi dengan Bixby menggunakan perintah suara.

Teknologi deep learning yang diadopsi Bixby juga memungkinkan lemari es untuk mengontrol suhu di dalam bilik penyimpanannya secara otomatis. Tak hanya itu, Bixby juga bisa menampilkan rekomendasi resep berdasarkan pola dan kebiasaan makan pengguna, plus koleksi musik untuk menemani kegiatan memasak ataupun makan malam.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, integrasi Bixby pada kulkas Family Hub 2.0 ini baru awal dari visi besar Samsung. Pun demikian, yang paling penting adalah konsumen tidak perlu membeli kulkas baru, Bixby akan datang bersama software update yang sudah Samsung siapkan untuk lini kulkas Family Hub 2.0 besutannya.

Sumber: The Verge dan Pulse.

Lighthouse Adalah Kamera Pengawas dengan Teknologi Sekelas Mobil Tanpa Sopir

Kamera pengawas yang dapat membedakan hewan peliharaan dari anak kecil maupun pencuri terdengar seperti properti dalam sebuah film sci-fi. Namun perkembangan teknologi computer vision yang begitu pesat sangat berpengaruh terhadap realisasi produk yang kita anggap fiktif itu tadi.

Buktinya adalah Lighthouse, sebuah kamera pengawas canggih dengan integrasi teknologi 3D sensing, deep learning sekaligus artificial intelligence (AI). Pengembangnya merupakan binaan Playground, sebuah inkubator teknologi yang didirikan oleh Andy Rubin setelah beliau meninggalkan Google. Siapa itu Andy Rubin? Anda pasti belum pernah membaca sejarah Android.

Lighthouse mengerti apa yang sedang dilihatnya dan mampu mengidentifikasi objek yang berbeda / Lighthouse AI
Lighthouse mengerti apa yang sedang dilihatnya dan mampu mengidentifikasi objek yang berbeda / Lighthouse AI

Kembali ke Lighthouse itu sendiri, perangkat ini bukan sembarang kamera pengawas berbekal konektivitas Wi-Fi. Ia sanggup mendeteksi objek yang sedang diawasinya secara akurat. Contoh yang paling gampang, ia tahu kalau yang sedang tidur-tiduran di depan pintu masuk rumah adalah anjing kesayangan Anda dan bukan putra bungsu Anda.

Kepintaran Lighthouse akan semakin terasa ketika Anda mencoba untuk memonitor hasil rekamannya. Di sini Anda bisa melontarkan pertanyaan sederhana seperti, “Siapa yang tadi pagi berdiri di pintu bersama anjing?”, atau yang lebih kompleks seperti, “Jam berapa anak-anak saya pulang hari Selasa lalu?”

Orang maupun hewan peliharaan yang Anda tanyakan akan di-highlight dalam warna biru dan kuning / Lighthouse AI
Orang maupun hewan peliharaan yang Anda tanyakan akan di-highlight dalam warna biru dan kuning / Lighthouse AI

Selanjutnya, Lighthouse akan memberikan jawaban dalam bentuk video dimana orang maupun hewan yang Anda tanyakan itu tadi telah di-highlight dalam warna yang berbeda. Semua ini disimpan dalam jaringan cloud dan dienkripsi, sehingga apapun yang terjadi Anda tetap punya arsip yang lengkap.

Anda bahkan bisa menginstruksikan Lighthouse untuk mengaktifkan fitur-fitur tertentu pada berbagai skenario. Contohnya, Anda bisa meminta Lighthouse untuk mengirim notifikasi ketika anak-anak Anda belum pulang lewat jam 4 sore.

Lighthouse menggunakan teknologi 'penglihatan' mirip seperti yang ada pada mobil tanpa sopir / Lighthouse AI
Lighthouse menggunakan teknologi ‘penglihatan’ mirip seperti yang ada pada mobil tanpa sopir / Lighthouse AI

Teknologi yang digunakan Lighthouse sejatinya mirip seperti teknologi yang digunakan pada mobil kemudi otomatis, dimana mobil dapat mengenali sekaligus membedakan objek di depan mereka dan bertindak menyesuaikan skenarionya. Pada kenyataannya, dua pendiri Lighthouse sebelumnya bisa dikatakan sebagai pionir pengembangan teknologi kemudi otomatis.

Saat ini Lighthouse masih dalam tahap akhir pengembangan sebelum siap dipasarkan mulai bulan September mendatang. Pengembangnya sudah menerima pre-order seharga $399 dengan bonus biaya berlangganan selama dua tahun, $499 selama empat tahun, dan $599 selama enam tahun. Setelahnya, Anda harus membayar biaya berlangganan sebesar $10 per bulan.

Sumber: Fast Company.

Amazon Echo Show Padukan Kepintaran Alexa dengan Layar Sentuh Interaktif

Baru saja memperkenalkan Echo Look, Amazon sudah tancap gas dan mengumumkan perangkat baru lagi dari lini tersebut. Bernama Echo Show, Amazon sejatinya mempertahankan segala kelebihan lini Echo beserta Alexa selama ini, lalu menambahkan sebuah layar sentuh interaktif kepadanya.

Layar sentuh 7 inci ini membuka bentuk interaksi baru antara pengguna dan sang asisten virtual. Saat Anda menanyakan tentang hasil pertandingan tim basket favorit Anda misalnya, Alexa tak hanya bilang kalau tim Anda menang, tapi juga menampilkan skor pertandingannya pada layar.

Karena dibekali layar, Echo Show bisa menampilkan live feed dari kamera pengawas / Amazon
Karena dibekali layar, Echo Show bisa menampilkan live feed dari kamera pengawas / Amazon

Kehadiran layar sentuh juga berujung pada integrasi dengan perangkat smart home yang lebih mendalam. Contoh yang paling gampang, Anda sekarang bisa meminta Alexa menampilkan live feed dari kamera pengawas yang terpasang di depan garasi. Contoh lain, Anda bisa lebih leluasa menyesuaikan warna lampu Philips Hue melalui slider yang muncul di layar.

Buat yang selama ini sering menanyakan resep ke Alexa, Anda sekarang bisa melihat video tutorialnya langsung di layar Echo Show. Mengingat perangkat ini juga dibekali kamera depan, Anda pun bisa melakukan panggilan video maupun audio ke siapapun yang memiliki perangkat atau aplikasi Alexa.

Echo Show juga dapat digunakan untuk video chat dengan siapapun yang memiliki perangkat atau aplikasi Alexa / Amazon
Echo Show juga dapat digunakan untuk video chat dengan siapapun yang memiliki perangkat atau aplikasi Alexa / Amazon

Secara teknis, Amazon telah membekali Echo Show dengan 8 buah mikrofon, plus teknologi beam forming dan noise cancellation supaya Alexa bisa mendengar Anda dengan jelas, bahkan ketika musik sedang diputar. Perannya sebagai speaker sendiri didukung oleh sepasang driver stereo berteknologi Dolby.

Amazon Echo Show rencananya bakal dipasarkan mulai 28 Juni mendatang seharga $230, cuma $30 lebih mahal dari Echo Look. Dalam kesempatan yang sama, Amazon juga memangkas harga Echo standar dari $180 menjadi $150.

Sumber: Wired dan Amazon.

Enam Cara Tepat Menjual Produk IoT

Teknologi Internet of Things (IoT) saat ini telah menunjukkan peningkatan dalam jumlah layanan, produk dan inovasi. Sudah banyak startup yang sejak awal konsisten menghadirkan layan IoT, seperti eFishery, DycodeX, Cubeacon, eMagic, Fox Logger dan masih banyak lagi. Meskipun terkesan mudah untuk diterapkan, namun hingga kini jumlah startup layanan IoT masih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan layanan e-commerce, on-demand hingga financial technology (fintech) di Indonesia.

Salah satu penyebab masih rendahnya jumlah pengembang IoT adalah sulitnya menawarkan hingga menjual produk tersebut ke pasar. Teknologi IoT kebanyakan memiliki fungsi untuk berbagai produk yang berbeda. Contohnya untuk industrial, pertanian hingga home appliance yang memanfaatkan sensor serta solusi untuk monitor. Beragamnya pilihan tersebut menjadi kendala tersendiri bagi layanan IoT untuk memasarkan produknya.

Agar layanan IoT bisa bekerja dengan baik, diperlukan kolaborasi dan koordinasi yang solid, terutama untuk tiga organisasi berikut, yaitu unit bisnis, IT, oprasional/engineering. Jika tiga hal tersebut diterapkan dengan baik, pembeli yang potensial akan tertarik untuk mencoba layanan IoT Anda.

Sebelum Anda meluncurkan produk IoT ke pasar, ada baiknya untuk mencermati 6 hal berikut agar produk Anda nantinya mudah dijual kepada target konsumen.

Memberikan solusi terbaik untuk korporasi

Apakah Anda menjual on-premise atau solusi IOT berbasis SaaS, tentukan dengan jelas posisi IT dan IoT cocok dalam konteks solusi IoT spesifik Anda. Ini akan membantu Anda memahami siapa pembeli utama, pembeli sekunder, peran IT dan berbagai fungsi bisnis lainnya.

Libatkan perusahaan digital, transformasi, dan perusahaan Inovasi

Dalam lingkungan pengadaan desentralisasi untuk solusi IoT, perusahaan dan kantor tersebut memiliki visibilitas dan pengaruh ke banyak inisiatif inovasi lintas fungsional (sering melibatkan kelompok fungsional yang sama dipengaruhi oleh solusi IoT Anda). Dukungan perusahaan tersebut mampu menghemat banyak waktu dan mengarahkan Anda ke arah yang benar.

Promosikan solusi layanan dalam berbagai kegiatan

Teknologi IoT telah memungkinkan semua kegiatan serta rutinitas yang ada menjadi lebih mudah. Agar produk IoT Anda bisa diterapkan dengan baik dan tepat, promosikan berbagai kegiatan terkait yang mampu menunjukkan bahwa IoT merupakan solusi terbaik untuk semua.

Berikan penawaran terbaik kepada pembeli

Solusi layanan IoT saat ini berada di antara IT, unit bisnis dan berbagai fungsi operasi. Pembeli tidak akan memiliki dukungan dan sumber daya untuk mencoba layanan secara langsung. Permudah proses tersebut dengan melakukan pertemuan dan kolaborasi internal. Mengidentifikasi sumber daya, dukungan, dan anggaran yang diperlukan dari tim lain. Menyediakan interface, sampel perjanjian hingga peranan yang sesuai.

Buat rencana penjualan untuk pengadaan (procurement)

Ini adalah keterlibatan penjualan yang lebih kompleks, dan membutuhkan interaksi dengan beberapa organisasi. Ciptakan dan rencanakan sumber daya yang ada dan dukungan sekitar agar siklus penjualan bertahan lama.

Bantu pembeli Anda memahami cara membelinya

Menggunakan proses pengadaan perusahaan dengan cara tradisional saat membeli solusi IOT dari startup tidak efektif, dan hanya akan meningkatkan risiko pembeli. Bantu pembeli potensial Anda dan kembangkan satu set baru praktik pengadaan (procurement) baru saat membeli solusi dari startups.

Ford Ciptakan Ranjang Bayi yang Dapat Menyimulasikan Perjalanan Mobil

Perjalanan panjang di dalam mobil kerap membuat kita sebagai penumpang mengantuk dan tertidur. Namun yang paling sering menjadi ‘korban’ adalah bayi. Entah kenapa alasannya, cukup banyak bayi yang mudah sekali tertidur ketika sedang berada di dalam mobil yang sedang mengaspal.

Fakta ini membuat tidak sedikit orang tua yang berinisiatif menidurkan buah hatinya di malam hari dengan cara mengajaknya berkeliling menggunakan mobil. Selama mereka masih cukup kuat sih tidak masalah, namun seringkali mereka sudah terlanjur lelah setelah bekerja dan mengurusi bayinya seharian, dan ini tentunya punya potensi yang membahayakan.

Desainnya sepintas kelihatan seperti ranjang bayi biasa / Ford
Desainnya sepintas kelihatan seperti ranjang bayi biasa / Ford

Pabrikan mobil Ford merasa tidak bisa tinggal diam menghadapi permasalahan semacam ini. Mereka merancang sebuah ranjang bayi istimewa yang sanggup menyimulasikan perjalanan mobil supaya bayi Anda bisa tertidur dengan nyenyak tanpa mengharuskan Anda menginjak pedal gas.

Dijuluki Ford Max Motor Dreams, ranjang bayi ini akan memadukan pergerakan, suara dan pencahayaan seperti yang kita jumpai dalam perjalanan mobil. Dengan berbekal sebuah aplikasi smartphone, orang tua bisa merekam pergerakan, suara dan pola pencahayaan selama mereka berkendara, lalu meneruskan informasi tersebut ke ranjang bayi canggih ini.

Lewat aplikasi smartphone ini, orang tua dapat merekam pergerakan, suara dan pola pencahayaan untuk kemudian diteruskan dan disimulasikan oleh Ford Max Motor Dreams / Ford
Lewat aplikasi smartphone ini, orang tua dapat merekam pergerakan, suara dan pola pencahayaan untuk kemudian diteruskan dan disimulasikan oleh Ford Max Motor Dreams / Ford

Selanjutnya, Max Motor Dreams akan memanfaatkan informasi itu untuk menyimulasikan perjalanan, sehingga sang bayi akan merasa seakan-akan sedang berada di dalam kabin mobil. Gerakan mengayun-ayun, suara mesin yang lirih dan cahaya LED yang berpenjar akan menjadi formula yang tepat untuk menidurkannya tanpa memerlukan campur tangan orang tua.

Untuk sekarang Max Motor Dreams memang baru sebatas konsep dengan satu unit prototipe yang fungsional, akan tetapi Ford bakal mempertimbangkan untuk memproduksinya secara massal apabila demand-nya cukup besar. Kalau kesampaian, sepertinya Snoo Smart Sleeper bakal punya pesaing yang tangguh.

Sumber: Mashable dan Ford.

Duo Adalah Cermin Pintar Berbekal Sistem Kecerdasan Buatan

Film Iron Man yang dirilis di tahun 2008 banyak menginspirasi imajinasi kita akan gadget masa depan. Di saat kita baru mengenal iPhone selama setahun, Iron Man menunjukkan kalau asisten virtual berbasis AI bakal berperan besar dalam perkembangan teknologi. Sekarang, kita sudah punya Siri, Alexa, Google Assistant, dan yang paling baru, Bixby.

Saya yakin Iron Man juga merupakan salah satu film favorit startup asal New York bernama Duo AI berikut. Mereka menciptakan sebuah cermin pintar dengan pengoperasian berbasih sentuh dan perintah suara. Sontak saya teringat dengan adegan yang menunjukkan isi rumah mewah Tony Stark, dimana jendela panoramiknya dapat menampilkan berbagai macam info, dan Jarvis yang menjadi otak dari segalanya.

Semua komponen elektronik Duo tersimpan dalam kotak kecil ini / Duo AI
Semua komponen elektronik Duo tersimpan dalam kotak kecil ini / Duo AI

Oke, perangkat bernama Duo ini pastinya belum secanggih itu. Secara mendasar ia merupakan komputer mini yang tersambung ke layar 27 inci beresolusi full-HD. Layar ini begitu reflektif, hingga akhirnya bisa berperan sebagai cermin.

Namun peran sebenarnya jauh lebih besar dari itu. Duo ingin menjadi pusat kendali rumah Anda lewat integrasi perangkat smart home, memungkinkan Anda mengontrol thermostat atau lampu via sentuhan pada layar maupun perintah suara. Mengecek informasi seperti ramalan cuaca atau berita terkini juga bisa dilakukan sembari Anda berdandan.

Duo didampingi oleh asisten virtual bernama Albert, yang saya yakin namanya diambil dari pelayan pribadi Bruce Wayne, alter-ego dari Batman. Panggil namanya, maka Albert siap menjalankan perintah Anda, mulai dari memutar playlist Spotify sampai video YouTube.

Tidak ada informasi mendetail mengenai sistem operasi yang Duo jalankan, tapi saya menduga Android yang telah dimodifikasi. Duo dibekali dengan sejumlah aplikasi, tapi pengembangnya juga akan menyematkan app store beserta SDK-nya agar developer pihak ketiga juga bisa memberikan kontribusi.

Duo rencananya akan dipasarkan mulai bulan Oktober mendatang, namun pengembangnya sudah menerima pre-order dengan harga $399 – harga retail-nya dipatok $200 lebih mahal. Jujur pertama-tama saya cukup skeptis dengan Duo, tapi setelah melihat video demonstrasinya di bawah dan bukan yang berupa iklan tadi, sepertinya perangkat ini dapat terealisasi sesuai visi pengembangnya.

Sumber: Wareable dan Duo AI.

Seriusi Segmen Smart Home, Ikea Perkenalkan Lini Lampu Pintar Trådfri

Sebagai salah satu produsen furniture terbesar sejagat, Ikea rupanya juga tertarik mencicipi peruntungan di segmen smart home. Dua tahun silam, pabrikan asal Swedia tersebut memulai debutnya lewat deretan perabot yang merangkap peran sebagai wireless charger

Dalam rangka memperluas portofolio produk smart home-nya, Ikea memperkenalkan Trådfri, lini sistem pencahayaan pintar ala Philips Hue. Fitur-fitur yang ditawarkannya memang belum secanggih Hue; pada kenyataannya, Trådfri ini lebih pantas dijadikan pesaing langsung untuk Philips Hue Wireless Dimming Kit yang cukup terjangkau.

Seperti penawaran Philips, komponen utama yang membentuk Trådfri adalah bohlam dan sebuah remote. Perpaduannya memungkinkan pengguna untuk menyala-matikan lampu, mengatur tingkat kecerahan, sampai mengubah suhu warna cahaya yang dipancarkan – suhunya saja, jadi kemerahan atau kebiruan.

Remote ini memiliki jarak maksimum 10 meter, dan satu remote bisa digunakan untuk mengontrol hingga 10 unit bohlam Trådfri. Proses instalasinya pun sederhana; pasangkan bohlam seperti biasa, lalu dekatkan remote dan tahan tombol selama sepuluh detik untuk melakukan pairing.

Paket paling mendasarnya terdiri dari sebuah bohlam dan remote / Ikea
Paket paling mendasarnya terdiri dari sebuah bohlam dan remote / Ikea

Seandainya Anda lebih nyaman menggunakan ponsel atau tablet, Ikea juga menyediakan aplikasi untuk mendampingi Trådfri. Ke depannya, Ikea bahkan bakal menambahkan fitur timer sekaligus kemampuan untuk menyala-matikan lampu saat sedang berada di luar rumah pada aplikasi ini.

Trådfri sebenarnya sudah dipasarkan di kawasan Eropa sejak tahun lalu, namun Ikea berniat untuk memperluas pemasarannya di bulan April ini, dimulai dari dataran Inggris. Paket paling mendasarnya yang terdiri dari satu unit bohlam dan remote control ditawarkan seharga £15, atau sekitar Rp 250 ribu. Ikea juga akan memasarkan aksesori opsional macam panel LED atau motion sensor.

Sumber: Ikea dan Dezeen.