Daimler dan Bosch Percayakan Platform Nvidia untuk Kembangkan Taksi Tanpa Sopirnya

Ajang CES 2018 lalu menjadi saksi atas komitmen dan keseriusan Nvidia di bidang otomotif. Miliaran dolar telah mereka habiskan dalam beberapa tahun belakangan guna mengembangkan sistem kemudi otomatis, dan ini tentu didasari oleh keyakinan mereka akan prospek bisnis ke depannya.

Tidak sedikit nama besar industri otomotif yang memercayakan Nvidia sebagai mitra utamanya dalam mengembangkan mobil kemudi otomatis. Salah satu yang terbaru adalah Daimler dan Bosch, yang sendirinya menjalin kerja sama untuk mengembangkan taksi otonom sejak tahun lalu. Keduanya berharap bisa melepas buah kolaborasinya dalam waktu lima tahun.

Lima tahun adalah waktu yang tergolong singkat, apalagi jika yang dibicarakan adalah mobil kemudi otomatis yang masuk di kategori Level 4 dan 5, di mana Level 5 merepresentasikan teknologi paling mutakhir dan kesiapan untuk mengaspal tanpa sentuhan tangan manusia sedikit pun. Itulah mengapa Daimler dan Bosch melirik ke Nvidia, yang sejauh ini bisa dibilang paling teruji platform kemudi otomatisnya di samping Waymo (Google).

Daimler sebagai induk perusahaan Mercedes-Benz bakal menyematkan sistem Nvidia Drive Pegasus ke sedan mewah S-Class dan van V-Class. Keduanya bakal menjalani uji coba di kawasan Silicon Valley mulai babak kedua 2019. Selain itu, pekerjaan rumah lain yang harus diselesaikan adalah merancang sistem layanan yang nantinya bakal menatap konsumen secara langsung.

Namun mungkin yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa harus taksi? Mengapa tidak kendaraan pribadi saja? Alasannya simpel: di saat awal mobil kemudi otomatis Level 4 dan Level 5 terealisasikan nanti, harganya bisa dipastikan sangat mahal dan kurang masuk akal untuk konsumen secara luas.

Jadi mungkin akan lebih bijak kalau dalam beberapa tahun pertama mobil-mobil tersebut dijadikan transportasi umum saja. Selanjutnya ketika teknologi di baliknya semakin terjangkau untuk diproduksi secara massal, barulah mobil-mobil ini dapat menyasar konsumen secara langsung.

Sumber: Engadget dan Daimler.

Mercedes-Benz Akan Luncurkan 10 Mobil Elektrik dalam Sembilan Tahun ke Depan

Lewat mobil konsep Generation EQ, Mercedes-Benz sejatinya juga memperkenalkan sub-brand mereka yang didedikasikan untuk masa depan industri otomotif, spesifiknya mobil elektrik yang serba terkoneksi. Singkat cerita, EQ adalah perwujudan visi Mercedes-Benz sekaligus Daimler akan mobil elektrik.

Meski mobil versi produksi di bawah bendera EQ baru akan mengaspal pada tahun 2019, Mercedes ternyata sudah punya komitmen yang sangat kuat. Setidaknya dalam delapan hingga sembilan tahun ke depan, akan ada total 10 mobil elektrik dari EQ.

Ini artinya paling tidak satu model baru setiap tahunnya, dan memang rencana Mercedes-Benz persis seperti itu. Mereka pun juga punya rencana besar akan bisnis car sharing yang banyak melibatkan teknologi kemudi otomatis. Semuanya tengah digodok demi kematangan ekosistem yang ditawarkan EQ.

Meski DNA-nya masih Mercedes-Benz, mobil-mobil elektrik keluaran EQ nantinya akan mengusung eksterior dan interior khasnya sendiri. Namun sebelum itu semua bisa terwujud, Mercy harus memastikan ada permintaan yang cukup besar dari konsumen terlebih dulu.

Untuk itu, Mercy akan menerapkan strategi lainnya: di tahun 2020 nanti, semua model yang ditawarkan Mercedes-Benz akan tersedia dalam versi plug-in hybrid. Harapannya, ini bisa menarik minat konsumen yang belum pernah mencicipi kelebihan yang ditawarkan mobil elektrik, tapi di saat yang sama masih belum bisa move on dari mesin bensin.

Sumber: Car & Driver.

Versi Mendatang Mercedes-Benz S550e Plug-in Hybrid Akan Dilengkapi Teknologi Wireless Charging

Masih ingat dengan teknologi wireless charging untuk mobil elektrik yang Qualcomm umumkan tahun lalu? Sekarang sepertinya sudah ada tanda-tanda kalau teknologi ini bakal segera diaplikasikan ke mobil komersial. Mengingat Qualcomm menggandeng Daimler dalam mengembangkan teknologi ini, wajar apabila yang mendapat jatah pertama adalah sebuah Mercedes-Benz.

Ya, teknologi bertajuk Qualcomm Halo Wireless Electric Vehicle Charging (WEVC) ini akan segera tersedia pada Mercedes-Benz S550e plug-in hybrid versi mendatang. Pemilik sedan mewah tersebut nantinya sudah tidak perlu lagi dipusingkan oleh kabel yang menjuntai di dalam garasi demi mengisi ulang baterainya.

Kenyamanan adalah kata kunci utama yang bisa diasosiasikan dengan teknologi ini. Setidaknya untuk sekarang, jangan bayangkan proses charging-nya bisa berlangsung cepat; untuk mengisi baterai berkapasitas 13,5 kWh milik S550e, paling tidak dibutuhkan waktu semalaman. Itulah mengapa teknologi ini belum cukup matang untuk diterapkan pada mobil elektrik murni.

Kendati demikian, pemilik S550e nantinya hanya perlu memarkir mobilnya di atas charging pad – tidak harus benar-benar presisi, agak meleset sampai 15 cm pun charging tetap bisa berlangsung – lalu mendapati mobilnya dalam kondisi baterai terisi penuh di pagi hari untuk dipakai ke tempat kerja.

Qualcomm dan Daimler tidak lupa memperhatikan aspek keamanan, mengingat anak-anak atau hewan peliharaan bisa terekspos oleh medan magnet berdaya tinggi dari charging pad tersebut. Untuk itu, sistemnya telah dirancang agar dapat mendeteksi objek tak dikenal (selain mobil itu sendiri), lalu seketika juga mati sendiri dan mengirimkan notifikasi ke pemilik mobil.

Satu hal yang bisa dipastikan, biaya instalasi sistem wireless charger semacam ini sepertinya berada di kisaran yang cukup mahal. Namun kalau sang konsumen sanggup membeli salah satu sedan termahal Mercy, tentunya ia tidak keberatan merogoh kocek lebih lagi demi mendapatkan kenyamanan yang ditawarkan teknologi wireless charging ini.

Sumber: Car & Driver.

Mercedes-Benz Tunjukkan Kesiapannya Bersaing di Industri Mobil Elektrik Lewat Konsep Bernama Generation EQ

Elon Musk patut berbangga. Pasalnya, Tesla Motors berhasil memepolori tren mobil elektrik, dan kini hampir semua pabrikan mengikuti jejaknya. Bahkan pabrikan mobil Jerman yang notabene merupakan pionir industri otomotif, mulai dari Volkswagen sampai Mercedes-Benz, benar-benar serius menyikapi tren ini.

Di ajang Paris Motor Show 2016, Mercedes-Benz memamerkan prototipe mobil konsep bernama Generation EQ. Menurut CEO Daimler yang merupakan induk perusahaan Mercy, Generation EQ lebih dari sekadar mobil elektrik. Mobil ini sekaligus menandai kesiapan Daimler beserta anak-anak perusahaannya untuk meluncurkan deretan mobil elektrik dari segala segmen.

Mercedes-Benz Generation EQ sendiri merupakan sebuah SUV dengan penampilan futuristis. Wujudnya sepintas tampak seperti Porsche Cayenne, tapi dengan lekukan dan garis-garis yang lebih berani. Melihat bagian sampingnya, EQ tampak begitu bersih; spionnya digantikan oleh kamera, dan handle pintunya juga tidak ada, mengindikasikan kalau pintunya akan terbuka secara otomatis ketika pemilik mobil mendekatinya.

Mercedes-Benz Generation EQ sanggup menempuh jarak 500 km dalam satu kali charge / Daimler
Mercedes-Benz Generation EQ sanggup menempuh jarak 500 km dalam satu kali charge / Daimler

Mercedes-Benz membekali Generation EQ dengan sepasang motor elektrik yang sanggup menyemburkan tenaga sebesar 402 hp. Akselerasinya termasuk gahar untuk ukuran SUV; 0 – 100 km/jam di bawah lima detik, meski masih belum sekelas Tesla Model X. Suplai energi datang dari baterai berkapasitas 70 kWh yang sanggup membawa mobil menempuh jarak sejauh 500 km dalam satu kali charge.

Charging juga berlangsung sangat cepat, selama regulasi membolehkan. Untuk sekarang, daya charging berada di kisaran 50 kW sampai 150 kW, menyesuaikan dengan standar yang ada. Namun Mercy telah merancangnya agar mampu mengatasi daya charging sebesar 300 kW, yang secara teori sanggup memberikan jarak tempuh sejauh 100 km dalam waktu lima menit saja.

Sistem peta digital dalam Mercedes-Benz Generation EQ akan ditampilkan dalam wujud 3D / Daimler
Sistem peta digital dalam Mercedes-Benz Generation EQ akan ditampilkan dalam wujud 3D / Daimler

Masuk ke dalam, pengemudi akan disambut oleh layar super-lebar berukuran 24 inci yang menjadi pusat dari segala informasi maupun navigasi. Bicara soal navigasi, Generation EQ ditenagai oleh sistem besutan HERE yang kini berada di bawah naungan Daimler, Audi dan BMW.

Peta digital besutan HERE di sini punya cara kerja yang cukup unik. Peta akan disajikan dalam wujud 3D, tapi ketimbang menampilkan semua bangunan yang ada, sistem hanya akan memilih bangunan yang relevan terhadap proses navigasi untuk meminimalkan kebingungan. Lebih lanjut, EQ dilengkapi sistem untuk menerima data dari mobil lain, bangunan maupun infrastruktur yang sudah ada.

Meski baru sebatas konsep, Mercy dengan tegas menyatakan niatnya untuk memproduksi mobil ini secara massal, paling lambat mulai tahun 2019. Mercy tidak lupa menjanjikan kalau versi produksinya nanti tidak akan jauh-jauh dari prototipe konsepnya yang ada sekarang.

Sumber: Autoblog.

Berbekal Drone dan Ruang Kargo Otomatis, Mercedes-Benz Vision Van Adalah Mobil Pengiriman Masa Depan

Mobil konsep, apalagi di era mobil elektrik dan mobil tanpa sopir ini, seringkali berwujud sedan mewah dengan kabin super-lega layaknya sebuah lounge berjalan. Namun Mercedes-Benz baru-baru ini mencoba melakukan hal yang berbeda. Mereka ingin menunjukkan bagaimana kemajuan teknologi otomotif bisa diterapkan pada mobil untuk kebutuhan komersial.

Di bidang ini, tipe mobil yang paling populer adalah van, terutama di industri logistik. Dijuluki Vision Van, konsep besutan Mercy ini tidak cuma mengandalkan motor elektrik sebagai nilai jual utamanya, tetapi juga konektivitas dan otomatisasi di berbagai aspek.

Penerapan teknologi elektrik menjadikan ruang kargo dalam Vision Van lebih lega ketimbang van seukurannya, mengingat bagian dasarnya benar-benar rata dan bagian depannya bisa dipendekkan karena tak perlu lagi dihuni oleh mesin. Ruang kargo yang lebih lega saja sebenarnya sudah merupakan nilai plus untuk perusahaan logistik, tapi Mercedes-Benz tidak mau berhenti sampai di situ saja.

Loading barang pada Mercedes-Benz Vision Van dikendalikan dari jauh dengan sistem berbasis cloud / Daimler
Loading barang pada Mercedes-Benz Vision Van dikendalikan dari jauh dengan sistem berbasis cloud / Daimler

Pada ruang kargonya, Mercy telah menyematkan sistem akomodasi barang yang bisa diotomatisasi. Loading barang bisa dilakukan secara lebih mudah dan lebih cepat berkat kemampuan sistem untuk menata barang-barang di atas rak secara otomatis, lalu mengeluarkannya kembali tanpa bantuan seseorang.

Semua ini bisa dikontrol dari kejauhan dengan mengandalkan konektivitas cloud, dan lagi perusahaan logistik juga bisa mengintegrasikannya ke sistem mereka sendiri.

Setelah mengerjakan tugasnya, drone akan kembali ke 'rumahnya' di atap Mercedes-Benz Vision Van / Daimler
Setelah mengerjakan tugasnya, drone akan kembali ke ‘rumahnya’ di atap Mercedes-Benz Vision Van / Daimler

Lebih lanjut, Mercedes turut membekali Vision Van dengan sepasang drone yang masing-masing sanggup menggotong objek berbobot 2 kilogram dan mengantarkannya hingga sejauh 10 kilometer. Drone ini dimaksudkan untuk menjangkau area dimana mobil tidak diperbolehkan masuk, atau sekadar mempermudah pekerjaan petugas pengiriman saat tiba di tujuan.

Mercedes-Benz Vision Van ini merupakan bagian dari strategi baru bernama adVANce, dimana pabrikan asal Jerman tersebut ke depannya tidak mau sekadar menjadi produsen mobil saja, tetapi juga penyedia sistem inovatif seperti ini untuk industri.

Sumber: Digital Trends.

Mercedes-Benz Manfaatkan Augmented Reality untuk Permudah Proses Evakuasi Korban Kecelakaan

Bicara soal augmented reality (AR), kemungkinan besar Anda akan teringat dengan Pokemon Go. Tentunya teknologi tersebut tidak semata dirancang untuk bermain tangkap-menangkap monster imut-imut. Mercedes-Benz baru-baru ini menunjukkan manfaat lain AR lewat aplikasi smartphone bernama Rescue Assist.

Aplikasi ini pada dasarnya menyimpan digital rescue card untuk masing-masing tipe mobil yang pernah Mercedes-Benz produksi sejak tahun 1990, plus sejumlah model truk Fuso. Setiap kartu akan menampilkan model tiga dimensi dari tipe mobil yang terkait, memudahkan pengguna untuk mengamati bagian-bagian spesifik pada mobil.

Mercedes-Benz merancang aplikasi ini untuk memudahkan pekerjaan mulia para petugas layanan darurat, terutama untuk mengevakuasi korban kecelakaan lalu lintas. Mengandalkan teknologi AR, petugas tinggal mengarahkan smartphone atau tablet ke mobil korban, lalu komponen internalnya akan ditampilkan langsung di atasnya.

Dengan cara seperti ini, petugas bisa langsung mendapat gambaran separah apa kerusakan yang terjadi pada mobil. Proses evakuasi juga bisa berlangsung lebih mudah karena petugas tahu mana saja komponen internal yang harus disingkirkan dengan melihat panduan visual pada aplikasi.

Aplikasi ini dapat berjalan secara offline, penting mengingat waktu sangatlah berharga dalam kondisi darurat. Untuk itu, Mercedes-Benz tidak lupa menyematkan QR code pada pilar B dan penutup tangki bensin mobil-mobil terbarunya. Petugas tinggal memindai kode tersebut, dan rescue card mobil terkait akan otomatis ditampilkan pada aplikasi.

Mercedes-Benz Rescue Assist saat ini sudah bisa diunduh secara cuma-cuma di iOS maupun Android, sehingga lain kali ketika Anda ditanya apa manfaat teknologi augmented reality, Anda bisa memberikan jawaban lain selain untuk bermain Pokemon Go.

Sumber: Daimler via New Atlas.

Application Information Will Show Up Here

Mercedes-Benz Sukses Uji Bus Tanpa Sopirnya di Jalan Umum

Mercedes-Benz baru-baru ini mengumumkan pencapaian yang cukup membanggakan, dimana bus tanpa sopirnya berhasil menjalani uji coba di jalan umum. Kendaraan besar bernama Mercedes-Benz Future Bus tersebut sukses melaju sejauh 20 km dari bandara Schiphol di Armsterdam menuju kota Haarlem tanpa campur tangan sopir sedikitpun.

Future Bus ditenagai oleh sistem kemudi otomatis CityPilot yang pada dasarnya merupakan versi adaptasi dari sistem Highway Pilot milik truk tanpa sopir Daimler. Berbekal GPS, radar dan sederet kamera, Future Bus mampu mengenali rambu-rambu lalu lintas, pejalan kaki maupun rintangan lainnya. Ia bahkan bisa menyetir dengan sendirinya di dalam terowongan tanpa masalah.

Kendati demikian, Future Bus masih bukan murni bus tanpa sopir. Regulasi pemerintah mewajibkan seorang sopir untuk selalu berada di balik lingkar kemudi seandainya diperlukan di saat-saat darurat. Future Bus sendiri melaju dengan kecepatan maksimum 70 km/jam, serta sanggup berhenti di halte secara presisi, termasuk di halte yang memiliki platform khusus untuk kaum difabel.

Mercedes-Benz Future Bus akan berhenti di halte secara otomatis dan presisi / Daimler
Mercedes-Benz Future Bus akan berhenti di halte secara otomatis dan presisi / Daimler

Mengingat Future Bus merupakan angkutan umum, ia diuntungkan berkat integrasi dengan infrastruktur kota. Mayoritas mobil tanpa sopir belum bisa melakukan hal ini, tetapi Future Bus bisa berkomunikasi langsung dengan lampu lalu lintas maupun infrastruktur lainnya.

Lebih menarik lagi adalah kemampuan sistem kameranya dalam memindai lubang di jalanan. Informasi ini akan diteruskan ke infrastruktur kota, sehingga pada akhirnya bus-bus lain bisa terhindar darinya selagi menunggu jalan diperbaiki.

Kabin Mercedes-Benz Future Bus terinspirasi oleh desain taman kota / Daimler
Kabin Mercedes-Benz Future Bus terinspirasi oleh desain taman kota / Daimler

Soal desain, Mercedes-Benz rupanya terinspirasi dari taman kota, terutama untuk interiornya yang memiliki kontur asimetris dan bangku-bangku berdesain eksotis. Di sisi lain, sistem pencahayaan di dalamnya mengacu pada aspek futuristis bus itu sendiri.

Kabinnya dibagi menjadi tiga zona berdasarkan lama penumpang berada di dalam bus. Informasi perjalanan maupun konten hiburan akan disajikan melalui monitor besar di bagian tengah kabin penumpang.

Secara keseluruhan, prestasi yang dicapai Mercedes-Benz Future Bus ini bisa menjadi acuan bahwa sistem transportasi umum nantinya juga akan mengandalkan teknologi kemudi otomatis. Mengenai kapan pastinya Future Bus akan beroperasi masih tanda tanya, tapi semoga saja tidak lama lagi.

Sumber: Engadget dan Daimler.

Mercedes-Benz Terapkan Strategi Khusus untuk Hadapi Google dan Uber di Era Baru Industri Otomotif

Siapa yang tidak mengenal Mercedes-Benz? Perusahaan asal Jerman ini seringkali dicap sebagai pionir industri otomotif, dan usianya saat ini sudah mencapai hampir satu abad – lebih, kalau perusahaan pendahulunya, Benz & Cie. dan Daimler-Motoren-Gesellschaft, dimasukkan dalam hitungan.

Namun reputasi setenar itu rupanya tidak bisa menjauhkan rasa khawatir akan persaingan industri otomotif yang semakin keras, khususnya yang berasal dari perusahaan teknologi AS yang dalam beberapa tahun terakhir ikut memegang andil besar dalam perkembangan industri. Sebut saja Google dan Uber – atau malah Apple, kalau saja rumornya tidak meleset.

Kehadiran Google dan Uber dinilai cukup ‘mengancam’ buat industri otomotif. Google, seperti yang kita tahu, sudah bertahun-tahun menguji mobil tanpa sopir, sedangkan Uber juga punya misi serupa. Belum lagi layanan yang disediakan Uber juga berpotensi membuat hasrat kepemilikan mobil menurun secara perlahan.

Apa yang sangat ditakutkan oleh Mercedes-Benz maupun pabrikan otomotif lainnya adalah era dimana mobil akhirnya dianggap sebagai suatu komoditas. 20 tahun yang lalu, Google bahkan belum lahir ke dunia, tapi sekarang proyek mobil tanpa sopirnya berhasil mempengaruhi pabrikan-pabrikan otomotif untuk melangkah ke arah yang sama.

Namun bukan pionir namanya kalau saja Mercedes-Benz menyerah dan menggantungkan semuanya pada takdir. Strategi yang mereka terapkan adalah menyerang balik dari segala arah. Produksi mobil konvensional tidak akan dihentikan begitu saja, dan Mercedes-Benz pun turut menyelipkan fitur-fitur kemudi otomatis ke sejumlah model kelas atasnya.

f-015-luxury-02

Mercy pun juga punya konsep mobil tanpa sopir. Proses pengembangannya akan semakin dimatangkan berkat akuisisi layanan peta digital HERE Maps belum lama ini – untuk bisa mengemudi dengan baik, mobil tanpa sopir perlu mendapat gambaran yang tepat atas kondisi jalanan di sekitarnya, dan layanan peta digital ini jelas akan sangat membantu.

Di sisi lain, Mercy rupanya juga ikut mencoba peruntungan di bidang layanan. Lewat perusahaan induknya, Daimler, lahir sebuah layanan car-sharing bernama car2go, yang sejauh ini sudah aktif di 31 kota di seluruh dunia. Layanan taksi privat macam Uber pun juga dilangsungkan, meski konsepnya agak sedikit berbeda dengan target konsumen yaitu anak-anak.

f-015-luxury-03

Laboratorium R&D milik Mercedes-Benz di Amerika juga tidak santai-santai begitu saja. Salah satu proyek yang tengah dikerjakan adalah teknologi kecerdasan buatan (AI) yang sifatnya prediktif. Berkat teknologi ini, nantinya Anda bisa masuk ke mobil di pagi hari, lalu mobil akan tahu bahwa tujuan Anda adalah ke kantor. Navigasi menuju kantor akan segera ditampilkan, dan Anda pun juga akan disambungkan ke asisten pribadi via telepon.

Soal pengembangan teknologi kemudi otomatis, Mercedes-Benz mungkin masih bisa dibilang ketinggalan dibanding Google. Modal riset yang dikerahkan mungkin juga masih kalah besar. Pun demikian, berbekal pengalaman dan ambisi yang kuat, Mercedes-Benz siap bersaing di era baru industri otomotif yang tidak terelakkan.

Sumber: Re/code. Sumber gambar: Mercedes-Benz.

Mercedes-Benz E-Class 2017 Bisa Jadi Mobil Paling Pintar yang Pernah Ada

Bulan April kemarin, kita sudah menyimak kecanggihan teknologi digital dari generasi baru BMW 7 Series. Sebagai rival sejatinya, Mercedes-Benz tentu saja tidak mau ketinggalan. Yang menarik, pabrikan yang kerap dijuluki Mercy tersebut bukannya memamerkan kecanggihan lini terandalnya, S-Class, yang notabene setingkat dengan BMW 7 Series. Mercy lebih memilih unjuk gigi bersama E-Class terlebih dulu. Continue reading Mercedes-Benz E-Class 2017 Bisa Jadi Mobil Paling Pintar yang Pernah Ada

Susul Tesla, Mercedes-Benz Luncurkan ‘Power Bank’ Raksasanya

Kiprah Tesla Motors di industri otomotif memang cukup fenomenal. Seperti yang kita ketahui, saat ini hampir seluruh pabrikan otomotif memiliki mobil listriknya sendiri. Dan semua ini dipelopori oleh Tesla, saat mereka memperkenalkan prototipe Tesla Roadster, sebuah sedan dua pintu yang mengandalkan energi listrik secara penuh, pertama kali di pertengahan tahun 2006. Continue reading Susul Tesla, Mercedes-Benz Luncurkan ‘Power Bank’ Raksasanya