Apple Merevisi Kebijakan App Store, Izinkan Layanan Cloud Gaming tapi dengan Sejumlah Syarat

Layanan cloud gaming besutan Microsoft, xCloud, akan meluncur secara resmi di 22 negara pada tanggal 15 September besok. Sayang sekali konsumen hanya bisa menikmatinya melalui perangkat Android, sebab xCloud dinilai tidak memenuhi syarat di iOS.

Itu berita sebulan lalu. Baru-baru ini, Apple rupanya telah merevisi kebijakan yang mereka terapkan untuk platform App Store. Berdasarkan laporan CNBC, salah satu poin baru yang tercantum punya dampak langsung terhadap nasib layanan cloud gaming macam xCloud maupun Stadia.

Dijelaskan bahwa layanan cloud gaming boleh eksis di App Store, tapi ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Yang paling utama, konten alias game-nya harus diunduh secara langsung dari App Store. xCloud, Stadia, maupun layanan serupa lainnya cuma bertindak sebagai katalog.

Jadi seandainya xCloud menawarkan akses ke 100 game yang berbeda, maka tiap-tiap game tersebut harus tersedia di App Store satu per satu, sehingga bisa muncul di hasil pencarian ataupun chart, serta dapat diulas satu per satu oleh konsumen. Jadi misalnya Anda membuka xCloud dan ingin memainkan Destiny 2, maka game-nya cuma bisa diunduh dari App Store, bukan dari dalam xCloud itu sendiri.

Apple sejatinya ingin layanan cloud gaming menempuh jalur seperti Apple Arcade, yang pada dasarnya merupakan layanan berlangganan untuk menikmati gamegame yang tersedia di App Store. Selain Apple Arcade, sekarang sebenarnya sudah ada layanan bernama GameClub yang mengadopsi mekanisme yang sama. Singkat cerita, apa yang Apple inginkan tidak sepraktis yang xCloud atau Stadia tawarkan.

Aplikasi Stadia di iOS sudah ada, tapi nyaris tidak berguna karena tidak bisa dipakai untuk bermain / App Store
Aplikasi Stadia di iOS sudah ada, tapi nyaris tidak berguna karena tidak bisa dipakai untuk bermain / App Store

Lebih lanjut, masing-masing game-nya juga harus punya fungsionalitas yang mendasar. Maksudnya adalah, masing-masing game harus bisa dimainkan – mungkin hanya untuk satu atau dua level pertama – tanpa mewajibkan pengguna berlangganan terlebih dulu. Setelahnya, barulah pengguna bisa diarahkan untuk menjadi pelanggan terhadap layanan yang menaunginya (xCloud atau Stadia tadi) agar dapat menikmati game-nya secara keseluruhan.

Tentu saja Apple akan mengambil untung sebesar 30% dari tarif berlangganan yang konsumen bayarkan, dan ini langsung menyangkut topik yang sedang hangat belakangan ini, yang melibatkan perseteruan antara Apple dan Epic Games. Kalau Microsoft atau Google setuju, hampir bisa dipastikan tarif berlangganan xCloud dan Stadia di iOS lebih tinggi.

Alternatifnya, tentu saja konsumen bisa mengaktifkan langganannya terlebih dulu di platform lain, lewat browser di laptop misalnya, sebelum login menggunakan akunnya di iPhone atau iPad tanpa harus membayar lagi. Itu seandainya Microsoft dan Google setuju.

Pada kenyataannya, Microsoft tampak masih keberatan. “Ini tetap merupakan pengalaman yang buruk buat pelanggan. Gamer ingin langsung masuk ke dalam game melalui katalog terkurasi dalam satu aplikasi seperti yang biasa mereka lakukan dengan film atau musik, bukannya dipaksa mengunduh lebih dari 100 aplikasi yang berbeda untuk memainkan game dari cloud,” jelas perwakilan Microsoft kepada CNBC.

Google di sisi lain masih enggan berkomentar, dan sepertinya kehadiran layanan cloud gaming di platform iOS masih jauh dari kenyataan.

Sumber: CNBC dan TechCrunch.

Microsoft Dirumorkan Bakal Luncurkan Surface Laptop Versi Lebih Ringkas dan Lebih Terjangkau

Oktober nanti, kalau rumor yang berseliweran belakangan ini tidak meleset, Microsoft kabarnya bakal mengumumkan sejumlah perangkat baru dari keluarga Surface. Salah satunya, kalau menurut Windows Central, adalah Surface Laptop baru dengan harga yang jauh lebih terjangkau daripada sebelumnya.

Belum diketahui perangkat ini bakal dinamai apa persisnya – Surface Laptop Go? – tapi sumber Windows Central mengatakan bahwa harga jualnya berada di kisaran $500 – $600. Tentu saja spesifikasinya bakal lebih rendah daripada Surface Laptop 3 yang dipasarkan dengan harga mulai $999, akan tetapi desain dan build quality-nya diperkirakan sekelas kalau berdasarkan prototipenya.

Kalau Surface Laptop 3 hadir dengan layar 13,5 atau 15 inci, Surface Laptop versi ramah kantong ini bakal mengemas layar 12,5 inci, yang berarti ukurannya juga lebih ringkas. Spesifikasinya sendiri diprediksi mencakup prosesor Intel Core i5 generasi ke-10, RAM 4 GB, dan kapasitas penyimpanan 64 GB untuk konfigurasi termurahnya.

Dengan rentang harga seperti itu, perangkat yang secara internal dikenal dengan codename “Sparti” ini pada dasarnya bisa kita lihat sebagai ekuivalen Surface Go terhadap Surface Pro – kebetulan harganya juga berada tepat di tengah-tengah Surface Go dan Surface Pro. Dari perspektif lain, boleh saja kita menganggapnya sebagai Surface Go tapi versi laptop sejati.

Timing peluncurannya bisa dibilang cukup masuk akal. Kemungkinan besar pandemi memang belum usai di bulan Oktober nanti, dan para pelajar – target pasar utama laptop ini – juga masih harus melangsungkan rutinitasnya dari kediaman masing-masing dengan bergantung sepenuhnya terhadap sebuah laptop. Harga yang lebih terjangkau daripada penawaran sebelumnya juga pasti berkaitan dengan tren berhemat yang sebagian besar konsumen lancarkan selama pandemi.

Sumber: Windows Central.

Microsoft Resmikan Xbox Series S, Console Next-Gen Seharga $299

Apa yang dirumorkan sejak Juni lalu rupanya benar. Di samping Xbox Series X, Microsoft rupanya juga telah menyiapkan console alternatif yang lebih terjangkau. Eksistensinya akhirnya dikonfirmasi oleh Microsoft sendiri. Sesuai dugaan sebelumnya, perangkat tersebut mereka namai Xbox Series S.

Seperti yang bisa kita lihat pada gambar di atas, bentuknya yang tipis lebih mirip seri Xbox One ketimbang Series X, dan perangkat juga dapat diposisikan secara horizontal kalau melihat orientasi logo Xbox yang terpampang. Microsoft bilang Series S merupakan Xbox paling mungil yang pernah mereka buat, dengan volume hampir 60% lebih ringkas daripada Series X.

Berbeda dari Series X, Series S sama sekali tidak memiliki optical drive, yang berarti semua kontennya hanya bisa didapat secara digital saja. Performanya juga tidak seberingas Series X, akan tetapi Microsoft tetap mengategorikannya “next-gen“. Spesifiknya, Series S siap menjalankan game di resolusi 1440p 120 fps.

Beberapa fitur pelengkap, seperti dukungan DirectX Raytracing, Variable Rate Shading, dan Variable Refresh Rate, juga tersedia pada Series S. Kalau memang Anda bersikeras ingin bermain di resolusi 4K, Series S bisa mewujudkannya tapi via teknik upscaling. Di luar gaming, Series S siap dipakai untuk streaming video dengan resolusi 4K.

Terlepas dari performa grafis yang lebih inferior, Series S banyak mewarisi teknologi-teknologi baru yang diusung kakaknya. SSD yang tertanam misalnya, menggunakan interface NVMe yang sama ngebutnya, hanya saja kapasitasnya di-downgrade menjadi 512 GB ketimbang 1 TB. Loading game dipastikan jauh lebih kencang daripada sebelumnya, dan fitur Quick Resume seperti yang ditawarkan Series X pun juga bisa diwujudkan di sini.

Namun tema utama yang diangkat Series S adalah bagaimana ia bisa dijangkau oleh lebih banyak kalangan, dan itu Microsoft wujudkan dengan membanderolnya seharga $299 saja. Xbox Series X di sisi lain belum punya harga resmi, akan tetapi Windows Central melaporkan harganya dipatok $499.

Di Amerika Serikat, Microsoft bakal memasarkan Xbox Series S mulai 10 November. Series X kabarnya juga akan mulai dijual di hari yang sama.

Industri Cloud Gaming Berkembang Pesat, Bernilai Rp8,6 Triliun Pada 2020

Pasar cloud gaming akan tumbuh pesat pada tahun ini, menurut studi terbaru dari Newzoo. Mereka memperkirakan, pada akhir tahun 2020, total pemasukan industri cloud gaming akan mencapai US$585 juta (sekitar Rp8,6 triliun).

Dalam studi tersebut, Newzoo mewawancarai beberapa perusahaan penting dalam cloud gaming. Perusahaan-perusahaan tersebut mengatakan, jumlah pengguna cloud gaming naik pesat pada semester pertama 2020. Mereka mengungkap, hal itu terjadi karena pandemi COVID-19 yang membuat banyak orang harus tetap di rumah.

Nilai industri cloud gaming pada 2020 naik pesat. Sebagai perbandingan, pada 2019, nilai industri cloud gaming hanya mencapai US$170 juta (sekitar Rp2,5 triliun). Ke depan, industri cloud gaming masih akan terus tumbuh. Diperkirakan, pemasukan industri cloud gaming masih akan terus naik, mencapai US$4,8 miliar (sekitar Rp71 triliun) pada 2023.

Tahun ini, kebanyakan pengguna cloud gaming masih berasal dari Amerika Utara dan Eropa. Buktinya, Amerika Utara memberikan kontribusi sebesar 39% pada total pemasukan industri cloud gaming pada 2020, dan Eropa menyumbangkan kontribusi 29%.

industri cloud gaming 2020
Perusahaan-perusahaan yang bermain di industri cloud gaming. | Sumber: Newzoo

Microsoft merupakan salah satu perusahaan yang tertarik dengan cloud gaming. Mereka akan meluncurkan layanan game streaming Project xCloud di Xbox Game Pass per 15 September 2020. Newzoo menyebutkan, keputusan Microsoft untuk bermain di cloud gaming akan mendorong pertumbuhan pasar cloud gaming, menurut laporan GamesIndustry.

Selain Microsoft, ada beberapa perusahaan besar lain yang tertarik cloud gaming. Dalam sembilan bulan belakangan, NetEase, Tencent, dan Facebook menunjukkan ketertarikan dengan platform cloud Gaming. Nvidia juga telah meluncurkan platform cloud gaming GeForce Now. Sementara Ubisoft menjalin kerja sama dengan perusahaan penyedia platform cloud gaming, Parsec.

Ke depan, pasar cloud gaming tampaknya akan semakin ramai. Pasalnya, semakin banyak perusahaan cloud gaming yang tak terlalu besar yang berusaha untuk meningkatkan jumlah pengguna mereka. Belum lama ini, perusahaan cloud gaming Gamestream mendapatkan €3,5 juta (sekitar Rp61,3 miliar). Mereka akan menggunakan dana tersebut untuk mengembangkan platform cloud gaming B2B mereka. Sementara startup RemoteMyApp telah mendapatkan pendanaan sebesar €2 juta (sekitar Rp3 miliar) pada Juli 2020.

Di Indonesia, salah satu perusahaan yang tertarik untuk menyediakan platform cloud gaming adalah Skyegrid. Mereka percaya, pasar cloud gaming di Indonesia sangat menjanjikan.

Sumber header: VentureBeat

GTA V Masih Jadi Salah Satu Game Konsol Favorit Sepanjang Juli 2020

Pada 2023, jumlah gamer di dunia diperkirakan akan mencapai 3 miliar orang. Mobile game menjadi salah satu pendorong meroketnya jumlah gamer. Namun, platform game favorit setiap negara biasanya berbeda-beda. Misalnya, di Indonesia, kebanyakan gamer bermain mobile game. Sementara di Amerika Serikat dan Inggris, banyak gamer yang lebih senang bermain PC atau konsol.

Setiap negara juga biasanya memiliki game favorit yang berbeda-beda. Newzoo lalu membuat laporan berjudul Global yet Local: July 2020’s Top Console Games in the U.K., U.S. & Japan (by MAUs). Laporan tersebut membahas tentang game-game konsol favorit di tiga negara, yaitu Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang.

Di Amerika Serikat, lima game favorit gamer konsol adalah Call of Duty: Modern Warfare, Grand Theft Auto V, Fortnite, Minecraft, dan NBA 2K20. Secara total, Modern Warfare memliiki 12,1 juta pemain aktif bulanan (MAU) dengan 6,23 juta pemain bermain di Xbox dan 5,92 juta sisanya di PlayStation.

game konsol favorit Juli
Lima game konsol favorit di AS. | Sumber: Newzoo

Menariknya, ada lebih banyak gamer yang memainkan Modern Warfare di Xbox. Padahal, kebanyakan pemain dari empat game lainnya menggunakan PlayStation. Menurut Newzoo, salah satu alasan mengapa ada lebih banyak gamer Xbox yang memainkan Modern Warfare adalah karena franchise Call of Duty sering diidentikkan dengan Xbox di Amerika Serikat.

game konsol favorit juli
Lima game konsol favorit di Inggris. | Sumber: Newzoo

Sementara itu, di Inggris, lima game favorit para gamer konsol adalah Modern Warfare, Fortnite, GTA V, Minecraft, dan FIFA 20. Berbeda dengan AS, di Inggris, Fortnite berhasil mengalahkan GTA V. Satu hal lain yang membedakan gamer Inggris dengan gamer AS adalah game olahraga favorit mereka. Jika di AS game bola basket menjadi game olahraga favorit, gamer Inggris lebih menyukai game sepak bola. Hal ini terlihat dari populernya FIFA 20 dan bukannya NBA 2K20.

 

game konsol favorit juli
Lima game konsol favorit di Jepang. | Sumber: Newzoo

Lima game favorit gamer di Jepang jauh berbeda dari game-game favorit di AS dan Inggris. Game favorit di Jepang adalah Apex Legends, diikuti oleh Monster Hunter World, Ghost of Tsushima, GTA V, dan Fortnite. Di Jepang, kebanyakan gamer juga menggunakan PlayStation dan bukannya Xbox. Salah satu alasannya adalah karena Microsoft baru merilis Xbox One satu tahun setelah peluncuran konsol tersebut di pasar lain.

Di Jepang, franchise Monster Hunter memang sangat populer. Jadi, tidak heran jika Monster Hunter World jadi game konsol favorit kedua sepanjang Juli 2020. Ghost of Tsushima, yang baru diluncurkan pada Juli 2020, menjadi salah satu game favorit gamer konsol Jepang dengan 345 ribu MAU. Dari semua game yang masuk dalam daftar game konsol favorit, Ghost of Tsushima merupakan satu-satunya game yang tidak memiliki fitur multiplayer.

Nielsen: Marvel’s Avengers dan Spider-Man: Miles Morales Jadi Game Paling Dinanti

Nielsen merilis laporan tentang game-game yang peluncurannya paling dinanti tahun ini. Tiga game yang paling ditunggu-tunggu tahun ini adalah Marvel’s Avengers, Call of Duty: Black Ops – Cold War, dan Spider-Man: Miles Morales. Laporan Nielsen ini didasarkan pada survei pada lebih dari 6.000 gamers.

Selain pandemi COVID-19, salah satu masalah yang dihadapi oleh publisher game tahun ini adalah tanggal peluncuran PlayStation 5 dan Xbox Series X yang belum pasti. Hal ini membuat para publisher enggan untuk mengumumkan tanggal peluncuran dari game-game baru mereka.

Marvel’s Avengers, game action RPG dari Square Enix, jadi salah satu game yang paling ditunggu-tunggu. Popularitas game ini terdongkrak berkat kesuksesan film Avengers. Namun, popularitas film Avengers juga sempat menjadi senjata makan tuan. Pasalnya, para fans jadi membandingkan game Marvel’s Avengers dengan film Avengers.

Para fans sempat protes karena desain karakter-karakter dalam game tak mirip dengan tampilan dalam film. Square Enix lalu merombak desain para karakter. Selain itu, mereka juga melakukan beta test. Dan sekarang, Nielsen mengungkap, para fans menjadi semakin menanti peluncuran Marvel’s Avengers.

game paling dinanti
Call of Duty: Black Ops – Cold War jadi salah satu game paling dinanti.

Selain Marvel’s Avengers, Call of Duty: Black Ops – Cold War menjadi game yang paling ditunggu-tunggu. Biasanya, Activision merilis game Call of Duty baru pada musim semi atau sekitar April-Juni. Namun, mereka baru mengumumkan Call of Duty: Black Ops – Cold War pada akhir Agustus. Sebagai sub-brand dari Call of Duty, Black Ops sebenarnya tak terlalu populer di kalangan gamer. Namun, banyak orang yang penasaran bagaimana Call of Duty: Black Ops – Cold War akan terintegrasi dengan game battle royale Call of Duty: Warzone.

Beberapa game multiplatform lain yang peluncurannya dinanti antara lain Cyberpunk 2077, Assassin’s Creed: Valhalla, FIFA 21, NBA 2K21, Crash Bandicoot 4: It’s About Time, Star Wars: Squadrons, dan Planet Coaster: Console Edition, menurut laporan VentureBeat.

Sementara itu, salah satu game PC yang paling dinanti adalah World of Warcraft: Shadowland dari Blizzard. Beberapa game PC lain yang juga ditunggu-tunggu adalah Crusader Kings III, Baldur’s Gate III, dan Serious Sam 4. Sayangnya, untuk game-game khusus PlayStation 5, banyak publisher yang belum mengumumkan tanggal peluncuranpasti dari game mereka. Namun, menurut laporan Nielsen, ada tiga game PS5 yang paling dinanti, yaitu Gran Turismo 7, Demon’s Souls, dan 13 Sentinels: Aegis Rim.

Jika dibandingkan dengan game-game lain, 13 Sentinels: Aegis Rim dari Atlus merupakan game yang menargetkan pasar niche. Meskipun begitu, para gamer PS4 yang sudah mengenal game itu sangat menanti-nanti peluncuran game tersebut.

Sama seperti publisher game untuk PlayStation, publisher game Xbox juga belum mengumumkan tanggal pasti peluncuran game mereka. Namun, salah satu game Xbox yang ditunggu-tunggu adalah CrossFireX, versi porting dari CrossFire, game first-person shooter buatan developer Korea Selatan. Selain itu, Halo: Infinite juga menjadi salah satu game yang paling dinanti. Namun, peluncuran game tersebut ditunda hingga 2021.

Smartphone Android Dual-Screen Microsoft Surface Duo Dirilis 10 September

Microsoft telah membuka pre-order untuk Surface Duo di AS dan rencananya akan dirilis pada tanggal 10 September mendatang. Smartphone Android 10 dengan keunikan dual-screen ini dibanderol US$1.399 atau sekitar Rp20,8 jutaan untuk varian penyimpanan 128GB dan US$1.499 atau Rp22,4 juta untuk versi 256GB.

Ya, keistimewaan Surface Duo terletak pada fitur Dual PixelSense Fusion Display 8,1 inci. Di mana terdiri dari dua panel AMOLED 5,6 inci beresolusi 1800×1350 dalam aspek rasio 4:3 yang masing-masing dapat menjalankan aplikasi secara terpisah. Artinya, aktivitas multitasking bakal berjalan lebih optimal dan perangkat ini memang dirancang untuk produktivitas.

Microsoft-Duo-5

Semua aplikasi Android dapat berjalan di Surface Duo tanpa modifikasi, tetapi pengembang dapat mengoptimalkan tata letak aplikasi untuk benar-benar memanfaatkan dua layar. Microsoft sendiri telah mengoptimalkan aplikasi buatannya seperti Office suite dan OneDrive.

Untuk kameranya, Microsoft menggunakan adaptive camera beresolusi 11MP f/2.0. Hanya ada satu kamera yang berfungsi ganda sebagai kamera depan dan belakang.

Berapa fitur kameranya antara lain auto mode untuk low-light, HDR multi-frame photo capture, dan dynamic range scene detection. Serta, super zoom hingga 7x dan portrait mode dengan depth control. Sementara, perekam videonya mendukung 1080p hingga 4K pada 30 fps dan 60 fps.

Dapur pacu Surface Duo mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 855 berpadu RAM 6GB. Soal kebutuhan daya, Microsoft juga menggunakan dua baterai dengan total kapasitas 3577 mAh. Microsoft menjanjikan ‘all day battery life, memutar video lokal bisa bertahan hingga 15,5 jam, waktu siaga hingga 10 hari, dan waktu bicara hingga 27 jam.

Sumber: TheVerge

Microsoft Resmi Luncurkan Surface Duo, Smartphone Berlayar Ganda Seharga $1.400

Masih ingat dengan Surface Duo, smartphone berlayar ganda yang sempat Microsoft pamerkan pada bulan Oktober tahun lalu? Microsoft akhirnya sudah menerima pre-order untuk produk tersebut, dan mereka akan mulai memasarkannya secara luas pada 10 September mendatang, setidaknya di Amerika Serikat.

Surface Duo bukanlah barang murah. Ia dibanderol $1.399, padahal kalau ditilik spesifikasinya, harga tersebut terdengar kelewat mahal. Surface Duo memang mengusung sejumlah komponen flagship, tapi flagship untuk tahun lalu: chipset Qualcomm Snapdragon 855 dan RAM 6 GB, dengan pilihan storage internal UFS 3.0 berkapasitas 128 atau 256 GB.

Namun tidak adil rasanya kalau membahas perangkat ini dari sisi teknis saja, sebab daya tarik utamanya memang terletak pada dua layarnya tersebut. Masing-masing merupakan panel AMOLED 5,6 inci beresolusi 1800 x 1350 pixel (aspect ratio 4:3), lalu ketika perangkat dibuka, keduanya menyatu menjadi panel 8,1 inci beresolusi 2700 x 1800 pixel (3:2).

Meski mengusung sepasang layar, Surface Duo terbilang tipis di angka 9,9 mm (dalam posisi tertutup), dan bobotnya lumayan ringan di angka 250 gram meski masing-masing layarnya dilapisi kaca Gorilla Glass. Yang mungkin terdengar kurang adalah baterainya, yang cuma berkapasitas 3.577 mAh. Smartphone Android lain yang layarnya cuma satu saja punya kapasitas yang lebih besar.

Android? Ya, Surface Duo menjalankan sistem operasi Android 10 yang sudah dimodifikasi oleh Microsoft. Beberapa aplikasi pun sudah dioptimalkan untuk kedua layarnya. Salah satu contohnya adalah Outlook, yang dapat menampilkan daftar inbox di layar sebelah kiri, diikuti oleh isi tiap-tiap email di layar sebelah kanan.

Tentu saja sepasang layar ini juga sangat cocok untuk membuka dua aplikasi sekaligus, semisal aplikasi video call dan aplikasi pembuat catatan, yang pastinya sangat relevan di masa pandemi seperti sekarang. Dalam orientasi portrait maupun landscape, kedua layarnya siap dipakai dalam beragam skenario demi memaksimalkan produktivitas.

Hal ini dimungkinkan berkat engsel 360 derajat yang dimilikinya, yang dapat menahan posisi perangkat di sudut apapun, jadi tidak harus membuka dan menutup saja. Surface Duo bahkan bisa diposisikan seperti tenda di atas meja seandainya pengguna hendak memakainya untuk menonton.

Satu hal yang unik dari Surface Duo adalah, ia cuma mengusung satu kamera 11 megapixel f/2.0 saja. Ini berarti kalau pengguna hendak memakainya untuk memotret objek atau merekam video (hingga 4K 60 fps), layarnya harus dilipat ke luar sehingga sisi yang dilengkapi kamera jadi membelakangi pengguna. Agak merepotkan memang, tapi kita juga harus ingat bahwa tujuan utama perangkat ini diciptakan adalah sebagai alat penunjang produktivitas.

Surface Duo pada dasarnya bisa dilihat sebagai alternatif dari ponsel foldable macam Samsung Galaxy Z Fold2. Saat bekerja menggunakan smartphone, terkadang kita bukannya membutuhkan layar yang berukuran lebih besar, melainkan dua layar yang saling bersinergi layaknya setup PC dengan monitor ganda. Kira-kira begitulah premis yang ditawarkan Surface Duo.

Sumber: Microsoft.

Xbox Series X Resmi Meluncur November 2020

Resmi sudah, walaupun belum ada tanggal pastinya, Microsoft telah mengonfirmasi bahwa Xbox Series X bakal tersedia mulai bulan November. Timing-nya sesuai dengan janji awal mereka untuk menghadirkan sang console next-gen pada musim liburan 2020.

Yang belum terjawab hingga kini adalah eksistensi console next-gen alternatif yang lebih murah, yang rumornya bakal dijuluki Xbox Series S. Microsoft memang belum bicara apa-apa soal perangkat ini, akan tetapi baru-baru ini bocoran gambar yang beredar di Twitter menunjukkan sebuah controller Xbox berwarna putih, dengan label “Xbox Series X|S” tercantum pada boksnya.

Dari kubu lawan, Sony sejauh ini belum mengungkap kapan PlayStation 5 bakal mulai dipasarkan. Kemungkinan besar waktunya bakal hampir bersamaan dengan Xbox Series X, tapi yang pasti kedua perusahaan punya strategi yang agak berbeda, khususnya perihal konten.

Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, Xbox Series X tidak akan hadir bersama judul-judul eksklusif di hari peluncurannya. Sebagai gantinya, sekitar 50 game baru yang akan meluncur di Xbox Series X juga akan tersedia di Xbox One, dan sebagian besar mendukung fitur Smart Delivery sehingga konsumen hanya perlu membeli masing-masing judul sebanyak satu kali untuk bisa memainkannya di dua generasi console yang berbeda.

Sangat disayangkan, satu judul permainan andalan rupanya harus absen, yakni Halo Infinite. 343 Industries selaku pengembangnya mengumumkan bahwa mereka harus menunda perilisan Halo Infinite sampai tahun depan. Salah satu alasannya tentu berkaitan dengan pandemi COVID-19, akan tetapi alasan lain yang tidak dijelaskan secara gamblang semestinya berkaitan dengan kritik seputar kualitas grafik Halo Infinite yang dinilai “kurang next-gen.

Terlepas dari itu, Microsoft tetap percaya diri dengan strategi mereka yang menitikberatkan pada aspek backwards compatibility, dengan janji bahwa konsumen Xbox Series X bisa mengakses ribuan game dari total empat generasi Xbox. Bukan hanya itu, Microsoft juga sangat berkomitmen dengan model bisnis subscription; semua game baru keluaran Xbox Game Studios akan tersedia di katalog layanan Xbox Game Pass di hari pertama peluncurannya.

Pelanggan Xbox Game Pass Ultimate sendiri juga bakal mendapat fasilitas baru pada tanggal 15 September nanti, yakni cloud gaming dengan katalog berisikan lebih dari 100 game. Singkat cerita, Microsoft ke depannya bukan cuma berjualan console next-gen, melainkan akses ke ekosistem Xbox secara menyeluruh.

Update: Microsoft secara resmi telah mengonfirmasi bahwa Xbox Series X akan hadir secara resmi pada tanggal 10 November 2020 seharga $499, bersamaan dengan Xbox Series S yang lebih murah.

Sumber: Xbox.