Mengenal AyoSlide, Aplikasi Lock Screen yang Tawarkan Reward bagi Penggunanya

Banyaknya pengguna perangkat mobile membuka peluang untuk beriklan langsung ke genggaman masyarakat. Tidak sedikit aplikasi yang menjembatani hal ini. Membantu para pengiklan untuk hadir di langsung di perangkat mobile masyarakat. Salah satunya adalah AyoSlide. Aplikasi yang memungkinkan penempatan iklan di lock screen penggunanya dan menawarkan reward berupa pulsa, baik listrik maupun operator seluler, dan voucher game bagi semua orang yang memasang AyoSlide di perangkat mobile mereka.

Founder dan CEO Rizki Fitriana Sari kepada DailySocial mengungkapkan bahwa AyoSlide mencoba membantu para pengguna mereka untuk me-monetize perangkat mobile mereka dengan memanfaatkan waktu luang dengan cara yang mudah dan sederhana.

Dari segi bisnis, AyoSlide memiliki misi untuk bisa membantu para pengiklan mengkomunikasikan produk mereka langsung ke layar perangkat mobile pengguna. Tak hanya itu, AyoSlide juga menawarkan bantuan untuk mengoptimalkan setiap kampanye yang dijalankan dengan sistem targeting user yang dilengkapi pelaporan sehingga kampanye yang dijalankan dapat terukur dengan data yang akurat.

“Ayoslide menawarkan keuntungan men-download aplikasi kami. Pengguna akan mendapatkan informasi dan penawaran terbaru melalui lock screen mereka tanpa click bait dan false ads. Pengguna dapat berpartisipasi dalam penawaran dengan menggeser layar ke kiri, namun juga dapat membuka lock screen seperti biasa hanya dengan menggeser ke kanan,” terang Rizki.

AyoSlide hadir sejak tahun lalu, tapi aplikasi Android mereka baru resmi dirilis pada April tahun ini. AyoSlide juga tergabung dalam Ideabox Alpha Accelerator Program yang diselenggarakan oleh Indosat Ooredoo, Kejora Ventures, dan Mountain Partner.

Sejauh ini AyoSlide mencoba menjaring banyak pengiklan untuk masuk ke dalam layanan AyoSlide. AyoSlide membuka layanan untuk membantu siapa pun yang memiliki produk untuk diiklankan baik produk riil atau digital, selama produk tersebut tidak menggandung SARA dan pornografi.

Hampir dua bulan dirilis, pengguna AyoSlide sekarang didominasi pengguna dari pulau Jawa dengan rata-rata usia 15 – 34 tahun. Tahun ini AyoSlide berusaha membantu pengiklan menampilkan iklannya ke satu juta pengguna AyoSlide

Application Information Will Show Up Here

Memahami Potensi dan Tantangan “Mobile Advertising” di Indonesia

Mobile advertising (periklanan mobile) saat ini menjadi salah satu pendekatan paling dominan bagi bisnis modern untuk memperluas basis pelanggan dan meningkatkan popularitas brand. Sebagai salah satu pasar dengan komoditas pengguna ponsel tertinggi, Indonesia termasuk yang paling cepat mengadopsi mobile advertising. Menurut penelitian yang dirilis PwC, pendapatan iklan mobile di Indonesia diperkirakan meningkat empat kali lipat dari US $6 juta di tahun 2013 menjadi US $24 juta pada tahun 2018.

Menurut Sales Director Asia Pacific AppsFlyer Paul Michio McCarthy, peluang pertumbuhan yang luar biasa dalam mobile advertising, terutama untuk bisnis di Indonesia yang ingin tumbuh melalui seluler. Aplikasi seperti Tokopedia, BTPN, Go-Jek, dan Mataharimall sangat sukses karena dinamika seluler pertama di Indonesia terus menghubungkan orang-orang dengan konten, layanan bernilai tambah dan bisnis.

“Kami telah melihat bahwa konsumen di Asia rata-rata cenderung lebih banyak menggunakan pembelian dalam aplikasi dibandingkan pengguna lain di seluruh dunia. Bagi Indonesia, kami memperkirakan pertumbuhan belanja iklan digital yang terus berlanjut didorong oleh industri seperti sektor e-niaga, teknologi keuangan, game dan sektor FMCG. Bahkan pasar dewasa seperti Singapura tidak sebanding dengan Indonesia,” ujar Paul.

Penetrasi mobile advertising di Indonesia

Kunci untuk mendorong peningkatan penetrasi iklan mobile terletak pada peningkatan konektivitas dan penggunaan smartphone di Indonesia, didorong oleh turunnya harga smartphone dan cakupan 4G yang meningkat. Pada tingkat yang lebih rinci, bisnis  memahami pentingnya pendekatan mobile dalam mengembangkan basis pengguna mereka. Selanjutnya, orang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial. Dengan ini pemasar menemukan preferensi umum untuk iklan bawaan karena kemampuannya untuk lebih melibatkan konsumen serta menyelaraskan brand dan pesan mereka.

“Dengan lebih banyak bola mata yang terpaku pada layar ponsel, pemasar tidak dapat mengabaikan kolam yang substansial ini bagi konsumen. Perusahaan di industri seperti e-commerce, fintech, game dan FMCG akan melihat untuk memanfaatkan periode pertumbuhan tinggi ini untuk mengembangkan ekosistem iklan mobile di kawasan ini. Berdasarkan tren digital ini, kami mengantisipasi pergerakan mobile advertising yang lebih kuat,” lanjut Paul.

Dari sisi penerimaan konsumen, benang merah sudah mulai ditemukan. Dengan model native advertising iklan seluler dapat dioptimalkan dengan pendekatan video. Selain memiliki nilai visual yang lebih tinggi, pesan yang disampaikan juga lebih mudah dipahami.

Paul menerangkan, “Data kami menunjukkan bahwa iklan video paling sesuai untuk game mobile, memberikan tingkat retensi 34 persen lebih tinggi daripada iklan non-video. Iklan video dapat disamakan dengan cuplikan film; Karena spesifisitas kontennya, iklan video secara otomatis menyaring pengguna yang tidak tertarik saat menarik minat orang-orang yang tertarik.”

Meskipun iklan video yang menawarkan tingkat retensi lebih tinggi daripada iklan non-video, kesenjangan retensi antara iklan video dan non-video mengalami penurunan dari 34% menjadi 24%. Pemasar semakin sadar bahwa retensi merupakan metrik penting yang harus dipikul, karena itu mereka lebih aktif dalam mengoptimalkan retensi di semua format iklan.

Tantangan yang harus dihadapi

Masalah yang paling mendasar dan sering ditemui adalah banyak pemilik brand tidak tahu harus mulai dari mana dengan mobile advertising. Antarmuka periklanan digital sering menyediakan banyak metrik, yang mungkin tampak membingungkan bagi pengguna baru.

Penting untuk memahami metrik mana yang menjadi bagian integral dalam mendorong kinerja setiap kampanye dan saluran. Misalnya, jika meningkatkan awareness terhadap brand tanpa dampak penjualan langsung, mungkin bisa melihat biaya per tayangan. Sedangkan biaya per klik atau instalasi adalah metrik yang lebih nyata yang menjamin jumlah ROI tertentu.

“Penentu keberhasilan kampanye juga terletak pada keseimbangan antara menunggu traksi dan mengubah atau mengoptimalkan kampanye. Sering kali, kampanye membutuhkan waktu untuk mendapatkan daya tarik dan membangun kehadiran; mengetahui kapan harus menunggu dan kapan pivot bisa meningkatkan atau menghancurkan sebuah kampanye,” terang Paul.

Pemahaman tentang produk dan target pengguna yang sesuai dengan tingkat kompleksitasnya bisa menjadi sulit bagi banyak orang. Dalam kasus ini, segmentasi pengguna adalah kunci dalam memisahkan sekaligus menangani berbagai kebutuhan dan perilaku pengguna yang berbeda. Dalam e-commerce misalnya, tingkat relevansi yang lebih tinggi akan mendorong tingkat konversi dan penjualan yang lebih tinggi. Selain taktik kampanye, brand juga harus menyadari kecurangan iklan dan memastikan perusahaan adtech yang terlibat dengan mereka bertanggung jawab atas lalu lintas berkualitas buruk.

Perusahaan Teknologi Pemasaran Digital AppLift dan adjust Lebarkan Sayap ke Indonesia

Jumlah aplikasi yang terus bertambah di Indonesia, membuat kue bisnis pemasaran digital semakin menarik untuk digeluti. Hal inilah yang membuat dua perusahaan teknologi pemasaran digital yang berbasis di Berlin, Jerman, yakni AppLift dan adjust tertarik untuk mencicipi kue tersebut.

Dua perusahaan ini sebenarnya memiliki fokus bisnis berbeda, namun melengkapi satu sama lainnya. Keduanya mantap untuk memutuskan buka kantor perwakilannya di Jakarta setelah tahun lalu mulai melirik pasar Indonesia secara perlahan-lahan dan mendapatkan beberapa klien besar.

Untuk lebih jelas mengetahui bisnis keduanya, DailySocial berkesempatan mewawancarai keduanya, berikut rangkumannya.

AppLift

Business Development Manager SEA AppLift Romi Yandika Rahman / DailySocial
Business Development Manager SEA AppLift Romi Yandika Rahman / DailySocial

AppLift adalah perusahaan mobile advertising. Perusahaan ini membantu para pemilik aplikasi aktif untuk menambah jumlah penggunanya. Salah satu layanan yang ditonjolkan adalah retargeting. Layanan ini ditujukan untuk pemilik aplikasi dengan jumlah pengunduh yang sudah banyak namun jumlah pengguna aktifnya terus menurun.

Agar target pengguna tepat sasaran, AppLift membutuhkan sebanyak mungkin data pengguna yang rinci, mulai dari usia, tipe perangkat, kebiasaan, dan lainnya. Data tersebut akan dipergunakan untuk dikombinasikan sesuai masing-masing pengguna, mengingat setiap pengguna punya ciri khas tersendiri.

“Data user kami butuhkan agar tepat sasaran karena retargeting ini mengenai native ads, tiap orang segmentasinya berbeda. Misal ketika pengguna sedang scroll sebuah aplikasi, nanti akan terselip promosi yang tidak berbentuk seperti iklan,” ucap Business Development Manager SEA AppLift Romi Yandika Rahman.

Selain fitur retargeting, AppLift memiliki layanan terintegrasi yang bisa dikelola sendiri oleh pemilik aplikasi yakni DataLift 360. Dalam platform tersebut, pemilik bisa memanfaatkan sendiri RTB exchanges, social channels, direct publishers, dan semua kategori jaringan. Platform ini juga mendukung semua format iklan yang revelan, termasuk banner, interstitial, native, video dan multimedia.

“DataLift 360 jadi one stop solution, pemilik aplikasi bisa atur sendiri strategi pemasaran digitalnya. DataLift jadi value proposition kami untuk bisa bersaing di Indonesia, ini sistemnya subscribe setiap pemakaian baru akan di-charge.”

AppLift masuk ke Indonesia sejak akhir tahun lalu. Saat ini klien AppLift di Indonesia di antaranya adalah MatahariMall, Traveloka, Blibli, Path, Kurio, Pegipegi, dan lainnya.

Romi mengatakan sampai pertengahan tahun ini pihaknya berencana untuk kembali mempelajari struktur market Indonesia terlebih dahulu. Kemudian di semester II 2017 akan melakukan kajian untuk mulai menghasilkan pendapatan.

adjust

Country Manager adjust Indonesia Joe Harahap / DailySocial
Country Manager adjust Indonesia Joe Harahap / DailySocial

Sama seperti AppLift, adjust memiliki fokus bisnis membantu strategi pemasaran dari pemilik aplikasi. Hanya saja, adjust dikategorikan sebagai mobile measurement company, bukan pemasaran digital.

Bila digambarkan, adjust berada di tengah-tengah diantara pemilik aplikasi dengan perusahaan pemasaran digital. Posisinya netral bertugas untuk menggambarkan kinerja dari setiap channel marketing yang dipilih oleh pemilik aplikasi.

Untuk bisnis prosesnya, ketika pemilik aplikasi ingin melakukan campaign dan butuh tracking performa pemasarannya apakah efektif atau tidak, mereka bisa memanfaatkan adjust. Caranya dengan melakukan sign up, mengunduh SDK adjust yang open source untuk ditanamkan dalam aplikasi mereka.

Once aplikasi mereka sudah publish, sudah bisa langsung di track user behaviour mereka. Kami membantu pemilik aplikasi untuk do more intelligent marketing, mereka bisa tahu channel mana yang paling bagus untuk mendorong jumlah pengunduh, penjualan, dan lainnya. Ada insight yang kami berikan untuk dukung strategi campaign mereka,” terang Country Manager adjust Indonesia Joe Harahap.

Saat ini klien adjust di Indonesia di antaranya Traveloka, Lazada, Zalora, sementara untuk skala global seperti Uber, Spotify, PayPal dan lainnya.

Tak hanya perusahaan teknologi pemilik aplikasi saja yang menjadi target adjust, industri lainnya yang tengah diincar adalah industri game. Joe melihat jumlah aplikasi game semakin lama semakin banyak. Pasalnya, setiap penerbit game memiliki kemampuan tak terbatas untuk meluncurkan game terbarunya, tidak seperti perusahaan e-commerce.

“Kita ingin lebih ke gaming, tapi di Indonesia belum jadi industri yang besar. On top of mind kita mau sasar ke sana. Hopefully dalam 2-3 tahun mendatang industri game di Indonesia bisa tumbuh sebab gaming itu lebih fleksibel, setiap perusahaan bisa punya lebih dari satu applikasi, ada spending di sana.”

Mengenai kolaborasi bisnis dengan AppLift, Joe menerangkan bahwa posisi adjust yang netral dapat membantu pemilik aplikasi untuk menentukan efektivitas dari setiap channel marketing yang mereka pilih. Menurutnya pasar Indonesia cukup unik. adjust tidak bisa meraih pasar tanpa melakukan kolaborasi dengan perusahaan pendukung lainnya.

Bidik Pengguna Baru, Platform Iklan Seluler Cashtree Lakukan Peluncuran Ulang

Menginjak usia ke-2 beroperasi di Indonesia, platform iklan seluler Cashtree melakukan inisiatif peluncuran ulang layanannya dengan tampilan yang lebih segar dengan penambahan beberapa fitur baru. Harapannya strategi ini dapat mendongkrak pengguna dan perusahaan pengiklan baru.

Cashtree adalah platform iklan ponsel yang mengubah lock screen ponsel menjadi billboard untuk iklan dan konten berita. Pengguna Cashtree mendapat keuntungan berupa poin yang dapat dikumpulkan dan ditukar dengan pulsa hingga Rp40.000 tiap bulannya. Layanan ini membuka peluang bagi pengiklan untuk menjangkau target konsumen menjadi lebih efektif dan efisien.

Cashtree sudah diluncurkan sejak November 2015. Jumlah basis penggunanya telah mencapai 7 juta orang dengan pengiklan sebanyak 97 perusahaan per tahun lalu. Meliputi agen iklan, media online, media sosial, e-commerce, pasar online, aplikasi games, fintech, penjual ritel, hingga operator telekomunikasi.

Untuk peluncuran ulangnya, Cashtree memperkenalkan model bisnis tambahan yang dapat memberi keuntungan bagi pengguna dan pengiklan. Pertama, online to offline, sebuah pop-up iklan offline berbasis lokasi dengan notifikasi yang dapat dengan mudah di-klik. Diharapkan fitur ini memberikan nilai tambah bagi pengiklan daripada sekedar iklan berbentuk teks SMS.

Kedua, fitur referral berupa iklan viral yang merupakan sebuah mesin yang dapat menjangkau lebih banyak pengguna dan memberi lebih banyak manfaat. Fitur ini terinspirasi dari model pemasaran dari mulut ke mulut.

Terakhir, fitur permainan yang menarik dan menyenangkan dengan tujuan konsumen tetap setia menggunakan aplikasi Cashtree.

Fitur tersebut membuat mesin Cashtree dari front end sampai back end jadi lebih cepat, terutama untuk pengguna yang mengalami gangguan internet. Cashtree akan terus mengembangan mesinnya tersebut dengan teknologi mutakhir untuk mempelajari penggunanya berdasarkan jenis kelamin, usia, lokasi, kebiasaan, dan tipe perangkat.

“Cashtree telah dilengkapi dengan mesin baru pada back end dan front end. Kami memperkenalkan mesin baru yang dapat memberikan layanan tambahan, sehingga kami dapat selangkah lebih maju menuju visi Cashtree,” terang Chief Business Officer Cashtree Seyoung Jung.

Cashtree Launching - Seyoung Jung, CBO Cashtree / Cashtree
Cashtree Launching – Seyoung Jung, CBO Cashtree / Cashtree

Seyoung melanjutkan, iklan lock screen ponsel merupakan konsep baru bagi para pengiklan di Indonesia. Dengan sistem iklan Cashtree yang kompeten, khususnya untuk sistem iklan yang berbasis performa, diharapkan Cashtree dapat meningkatkan kinerja para pengiklan karena format iklan yang ditampilan disesuaikan dengan kebiasaan target pasar.

Khusus untuk pengiklan, Cashtree diklaim memiliki kemampuan memicu para penggunanya untuk melakukan berbagai kegiatan, seperti mengunduh aplikasi, menonton video secara keseluruhan, mendaftar untuk layanan, mengisi survei, bahkan mencoba suatu permainan.

“Cashtree tidak hanya memberi keuntungan bagi pelaku industri periklanan seluler, namun jangkauannya dapat meluas ke seluruh pelaku dalam ekosistem seluler. Sebab kami memainkan peran strategis di sana. Cashtree akan terus menambah jumlah pengiklan baru agar model bisnis ini terus berkelanjutan,” pungkasnya.

InMobi Tahun Ini Seriusi Pasar “Mobile Advertising” Indonesia, Masuki Sektor E-Commerce

Penyedia platform pencarian dan periklanan mobile, InMobi hari ini mengumumkan sejumlah rencana di Indonesia. InMobi tahun ini berencana untuk berinvestasi di Indonesia dengan nilai $50 juta meskipun tidak ada penjelasan langkah konkret tentang apa yang ingin dilakukan. Indonesia merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang menjadi target pasar untuk pengembangan platform mobile advertising dan dinilai memiliki potensi yang cerah.

“Kami mulai masuk ke Indonesia 7 tahun yang lalu dan sejak saat itu jangkauan platform yang mengedepankan mobile kami telah mampu mendorong inovasi dan menawarkan pengalaman iklan yang unik kepada konsumen untuk menemukan berbagai produk dan layanan baru melalui perangkat mobile mereka,” kata CEO InMobi Naveen Tewari saat acara temu media.

Sebelumnya pada bulan Agustus 2016 lalu InMobi telah meluncurkan platform remarketing untuk membantu optimalkan pemasaran mobile. Platform remarketing ini nantinya diharapkan mampu menghadirkan pengalaman berbelanja yang telah dipersonalisasi memanfaatkan analisis big data, desain kreatif dan back end yang terintegrasi.

Selama ini InMobi telah berhasil membawa lebih dari 850 publisher ke dalam jaringannya di Indonesia. Jaringan tersebut sudah mencapai hampir 90% dari total pengguna smartphone di Indonesia, atau sekitar 69,1 juta perangkat mobile. Berdasarkan data InMobi, kampanye mobile di Indonesia telah tumbuh dua kali lebih besar sepanjang tahun 2016 saja.

“Kami ingin membuktikan bahwa iklan melalui di televisi sudah tidak relevan lagi, dengan mencoba mengajak lebih banyak advertiser hingga publisher untuk memanfaatkan mobile untuk kegiatan branding, engagement dan awareness semua brand secara mobile,” kata Naven.

Menargetkan pasar e-commerce di Indonesia

Selain sektor existing seperti FMCG, Telko, dan media, InMobi saat ini juga tengah mengincar pasar e-commerce dengan menampilkan layanan yang diklaim relevan dengan fitur terbaru seperti Location-Based Marketing dan lainnya.

Saat ini InMobi telah membantu mendorong lebih dari 50 ribu transaksi untuk pemain di industri commerce selama musim promosi khusus belanja online 11.11 (November) dan 12.12 (Desember) tahun 2016 lalu. Dengan memberikan nilai keuntungan yang tinggi (Return on Ad Spent/ RoAS of 5) untuk para pemain di industri commerce pada kuartal terakhir, InMobi telah menjadi salah satu mitra terbesar mobile remarketing bagi para pengiklan.

“Kami percaya bahwa industri mobile marketing akan mengalami pertumbuhan yang positif di Indonesia, sehingga mendorong pemain-pemain yang ada untuk menata kembali praktek beriklan dengan cara yang benar-benar bermanfaat bagi para pengguna. Kami senang dapat memimpin perubahan ini,” kata Naveen.

Melihat Efektivitas Iklan Mobile dari Pola Pengguna Aplikasi di Indonesia

Bagi pengembang aplikasi mobile, salah satu kanal pendapatan yang paling umum digunakan ialah melalui iklan. Memang tak banyak pilihan untuk sebuah aplikasi yang diluncurkan secara gratis, umumnya pendapatan pengembang diambil dari konten premium, penjualan merchandise atau iklan. Tetapi metode iklan paling banyak diminati, selain bekerja otomatis, iklan juga memberikan nilai yang cukup signifikan ketika aplikasi mendapatkan jumlah unduhan dan penggunaan yang tinggi.

Namun jika melihat dari perspektif pengguna, apakah iklan sejatinya efektif? Ada dua sudut pandang jika kita membahas seputar kebermanfaatan iklan mobile ini, dari sisi pengembang dan dari sisi pengiklan. Dari sisi pengembang sudah jelas iklan menjadi income menjanjikan. Namun dilihat dari sisi pengiklan, hal ini perlu ditelisik lebih lanjut. Mobile advertising menjadi salah satu fokus survei yang dilakukan JakPat baru-baru ini. Dalam survei tersebut tersaji hasil menarik dari ratusan responden pengguna smartphone di Indonesia

(1) Melihat konten iklan tapi mengabaikan –strategi penempatan iklan untuk kenyamanan pengguna

Dari total responden survei tersebut, 88 persen mengaku ketika menggunakan aplikasi mobile yang terkoneksi dengan internet, mereka sering kali menemui iklan digital yang muncul. Kebanyakan mereka melihat secara seksama adanya iklan ketika penempatannya di atas, di bawah dan dalam bentuk pop ads. Kendati demikian, kebanyakan dari mereka (tepatnya 94 persen responden yang mengatakan menyadari adanya iklan) merasa terganggu. Sebanyak 77 persen terganggu oleh pop ads, 68 persen oleh iklan yang tidak bisa di-skip dan 24 persen dari iklan yang muncul di atas atau di bawah laman aplikasi.

Hal ini memberikan sedikit pemahaman kepada kita sebagai pengembang aplikasi untuk lebih jeli dalam menaruh tata letak iklan pada aplikasi. Dari persentase tersebut, bisa dikatakan bahwa iklan yang muncul sudut atas dan bawah aplikasi masih cukup dimaklumi, tidak membuat pengguna aplikasi merasa terganggu. Namun pada dasarnya kesabaran pengguna tersebut akan berbanding lurus dengan kualitas konten aplikasi yang dikembangkan. Jika aplikasi berbobot atau memiliki daya tarik yang tinggi, iklan pun akan dimaklumi untuk ditunggu. Namun sebagai aplikasi rilisan baru, maka hal ini perlu dipertimbangkan.

(2) Efektivitas iklan terhadap capaian pemasaran masih tergolong rendah di Indonesia

Hanya 20 persen dari total responden yang mengaku melihat iklan dengan berbagai alasan membuka tautan yang disajikan. Ada berbagai alasan mengapa pada akhirnya pengguna tersebut memilih untuk menuju ke tautan yang diberikan dalam iklan, alasan paling dominan karena iklan tersebut menyajikan informasi yang berguna atau menarik. Selain itu beberapa orang membuka tautan iklan dikarenakan penasaran dengan konten yang disajikan pada iklan tersebut. Sisanya dikarenakan “kecelakaan” (salah sentuh).

Pengalaman tersebut turut memberikan beberapa masukan terkait dengan user interface dalam aplikasi oleh pengguna. Beberapa pengguna mengaku kerap terjadi salah sentuh sehingga iklan tersebut terbuka. Sebagian besar mengaku karena tombol “close” yang susah diakses dan keterbatasan ruang gerak jari untuk menyembunyikan lagi iklan tersebut. Di sisi lain dapat disimpulkan, bagi pengiklan dua hal yang dapat dipertimbangkan ketika menyusun konten adalah buatlah informasi semenarik mungkin sehingga terlihat berguna. Atau desain sebuah konten yang menarik sehingga membuat orang penasaran untuk membuka.

Patut menjadi catatan, cara-cara yang “membohongi” pengguna cenderung merusak reputasi brand tersebut. Artinya jika konten yang benar-benar menarik, tidak bersifat “menipu” atau “clickbait“. Karena kekecewaan konsumen sasaran akan mengakibatkan stigma negatif terhadap suatu brand.

(3) Jadi, apakah mobile advertising dapat dijadikan pilihan untuk berkampanye iklan di Indonesia saat ini?

Bagan hasil survei berikut ini kami pikir cukup memberikan simpulan untuk demografi konsumen di Indonesia.

Hasil survei JakPat bertajuk "Mobile Advertising: An Effective Promotion Channel?"
Hasil survei JakPat bertajuk “Mobile Advertising: An Effective Promotion Channel?”

Iklan Mobile Sebagai Jalur Pelengkap Media Beriklan Masa Kini

Pesatnya perkembangan dunia digital turut membuat perubahan tren gaya hidup, tak terkecuali gaya beriklan yang dilakukan oleh berbagai perusahaan untuk mendapatkan konsumennya. Untuk region Asia Pasifik, tiap tahunnya pertumbuhan belanja iklan mobile terus merangkak naik. Namun porsinya diperkirakan belum mendominasi iklan konvensional.

Menurut Rohid Dadwal, Managing Director of Mobile Marketing Association, kebanyakan perusahaan masih menerapkan pemasaran lewat mobile sebagai jalur trial untuk mempelajari pasar dan testing keefektivitasannya. Sehingga, cenderung masih lebih mengandalkan pemasaran iklan lewat jalur konvensional, seperti televisi, radio, billboard, media cetak, dan media online.

Hal ini terlihat dari besaran porsi antar keduanya masih berbanding jauh. Dia memperkirakan, saat ini secara persentase masih berada di kisaran 7%-10%. Menurutnya, iklan mobile ke depannya bakal menjadi bahan pelengkap dari jalur iklan konvensional.

“Perlu diketahui, iklan mobile itu bukan kompetitor bagi iklan konvensional. Justru menjadi pelengkap yang sudah ada. Ada tambahan channel marketing yang tingkat efektivitasnya bisa terukur dengan tepat,” ujarnya di sela-sela acara Mobile Marketing Association Forum, Kamis (22/9).

Dia mengungkapkan, pihaknya belum mengetahui secara detil berapa besaran bujet iklan mobile yang diterapkan di Indonesia. Menurutnya, porsinya masih sangat kecil. Untuk itu, lewat acara ini dia berharap bisa memajukan channel marketing yang baru ini.

Mobile is everything. Sedangkan perusahaan butuh strategi marketing, dan strategi itu adalah mobile. Sebab, mobile bisa terintegrasi dengan berbagai hal, seperti media sosial.”

Facebook sebagai platform iklan mobile

Secara terpisah, di sela-sela sesi diskusi panel. Sri Widowati, Country Director Facebook Indonesia, menerangkan Facebook dapat menjadi salah satu media beriklan yang bisa menjangkau target konsumen secara spesifik, sehingga lebih tepat sasaran. Terlebih, tersedianya kostumisasi bahasa yang bisa disesuaikan dengan target konsumen.

Namun, dia tidak bisa memungkiri fakta bahwa beriklan di televisi memang dinilai lebih tepat untuk meningkatkan awareness konsumen. Terlebih, dengan jumlah populasi 250 juta orang Indonesia bakal lebih cepat bila memasarkan iklan di televisi.

“Iklan di televisi memang lebih banyak menyasar target konsumen, namun karena banyaknya itu jadi tidak bisa menjangkau target secara spesifik.”

Facebook memiliki data dan bisa membaca kebiasaan penggunanya. Dengan demikian, pengiklan bisa mengetahui dengan jelas siapa target konsumennya. Bujet investasi yang akan dikucurkan pun akan jauh lebih efisien.

“Facebook bisa meningkatkan jangkauan iklan. Dengan menggabungkan iklan televisi dengan Facebook, maka jangkauan akan lebih dalam dan investasi akan lebih bagus.”

BlackBerry Messenger mulai bertransformasi

Tak hanya media sosial Facebook yang bisa dipilih pengiklan untuk iklan mobile, BlackBerry Messenger (BBM) pun juga mulai bertransformasi memberikan layanan iklan mobile. Krishnadeep Baruah, Vice President Sales BlackBerry Messenger (BBM) APAC, mengatakan sejumlah perubahan yang lebih friendly dalam ekosistem BBM mulai dari fitur banner, native ads, push messages, dan tombol buy now.

Berbagai pengiklan dari berbagai sektor pun bisa memilih BBM sebagai alternatif, misalnya perusahaan game, marketplace, berita online, dan video. Dia membeberkan data pengguna BBM dari smartphone yang terdaftar di Indonesia mencapai 110 juta orang. Sementara dari segi pengunjung BBM Shop sebesar 172 juta orang, pengiklan BBM per harinya menyentuh angka 1,5 miliar, BBM channel yang sudah tersebar mencapai 670 ribu channel, dan jumlah pesan yang terkirim di BBM per harinya mencapai 16,7 miliar pesan.

“Perubahan aplikasi messaging bakal melesat ke depannya. Di BBM kami memulai transformasi mulai dari perubahan konten, menambahkan fitur stiker, subscription, top picks, games, music, dan voucher. Tujuan akhirnya ingin menjadikan BBM sebagai jalur alternatif iklan mobile, sebab kami memiliki database pengguna BBM yang lengkap sesuai perilaku mereka,” pungkas Baruah.

Cashtree Bukukan Pendanaan Seri A Senilai 52 Miliar Rupiah

Mobile lock screen advertising service Cahstree mengumumkan berhasil membukukan pendanaan seri A senilai $4 juta (sekitar Rp52 miliar) yang dipimpin oleh Korea Investment Partner dan K Cube Ventures. Dana segar tersebut akan digunakan untuk penyempurnaan layanan dan ekpansi pasar demi meningkatkan basis pengguna yang tumbuh cepat dan diklaim telah mencapai 4,7 juta. Cashtree sendiri sudah hadir di Indonesia sejak November 2015 dan pada awal tahun 2016 lalu memasang target untuk bisa merangkul lima juta pengguna di penghujung tahun.

Pendiri Cashtree Dallen Kim mengklaim bahwa Cashtree sebagai layanan mobile advertising dapat menyediakan saluran paling efektif untuk membidik pengguna internet kelas B dan C. Visi yang diusung oleh Cashtree adalah untuk memperluas cakrawala industri mobile di Indonesia dengan mengangkat pengalaman penggunaan smartphone secara keseluruhan untuk hampir semua penduduk Indonesia.

“Kami telah mengumpulkan […] permintaan dari merek dan lembaga yang lebih tinggi dari perkiraan karena jenis baru dari layanan ini telah terbukti efektif untuk menjangkau target konsumen mereka. Saya percaya dengan dukungan dari investor yang baru-baru ini kami dapatkan, Cashtree memiliki momentum dan kekuatan untuk tumbuh menjadi platform iklan besar,” ujar Dallen.

Manager of SEA of Korea Investment Partners Eric Yoo menyampaikan bahwa sebagai investor jangka panjang pihaknya percaya potensi pasar Indonesia akan bergatung pada pertumbuhan kelas menengahnya. Lebih jauh, filosofi di balik Cashtree juga dianggap telah sejalan secara strategis dengan pihak Korea Investment Partner.

Sementara itu, Partner of K Cube Ventures Kijun Kim menambahkan bahwa kerja sama dan latar belakang tim yang dimiliki Cashtree telah membawa Cashtree pada posisinya saat ini, sebaga rising player. Bila semua berjalan sesuai rencana, Kijun optimis bahwa Cashtree bisa berkembang menjad pilar utama dalam evolusi ekosistem mobile di Asia Tenggara.

Sejak bulan Agustus silam Cashtree juga telah berkolaborasi dengan stasiun siaran RCTI untuk mendukung salah satu program TV mereka. Ini dipercaya akan membantu Cashtree menembus lebih banyak basis pengguna dan bisa mempercepat pertumbuhan.

Di Indonesia sendiri, Cashtree bukan pemain satu-satunya yang ada di ranah mobile lock screen advertising service. Sebelumnya, sudah ada beberapa aplikasi sejenis seperti Popslide dan Excite Point asal Jepang.

Application Information Will Show Up Here

Survei Baidu: Efektivitas Iklan Online di Indonesia Masih Rendah

Kendati banyak yang menilai bahwa In-App Purchase akan menjadi masa depan monetisasi aplikasi mobile, saat ini kontribusi mobile advertising masih mendominasi untuk pendapatan pengembang, sekaligus menjadi cara yang efektif untuk menjalin pangsa pasar. Per tahun 2015 di Indonesia, menurut studi bertajuk “Mobile Apps Market Study Indonesia” yang dilakukan Baidu, mobile advertising menyumbang $20,8 juta dari total pendapatan aplikasi mobile sebesar $28,1 juta.

Terkait efektivitas mobile advertising dalam membangun kesadaran publik, Managing Director Baidu Indonesia Bao Jianlei menyampaikan seputar karakteristik mobile advertising di Indonesia:

“Sebanyak 27% pengguna smartphone di Indonesia dalam setiap bulannya selalu meng-klik iklan online yang menyambangi perangkatnya. Uniknya, peminat iklan online ini mayoritas berasal dari segmentasi sosial ekonomi kelas C, berusia antara 23-32 tahun dan sebagian besar adalah laki-laki. Karakteristik pengakses iklan online yang ditemukan melalui studi ini dapat dijadikan pertimbangan bagi para pemasar dalam menyiapkan bentuk komunikasi yang tepat.”

Efektivitas iklan online di Indonesia masih rendah

Kendati demikian, jika minilik hasil riset secara mendalam, iklan online secara keseluruhan masih menunjukkan efektivitas yang rendah di Indonesia. Sementara itu iklan di media sosial dan mesin pencari dinilai memiliki efektivitas yang lebih baik sehubungan dengan kemampuannya membangun tingkat kesadaran yang tinggi di kalangan pengguna perangkat mobile.

Dari survei Baidu ditemukan fakta sebanyak 68% responden mengaku sadar akan kehadiran iklan di media sosial dan 13% mengaku melakukan pengaksesan terhadap iklan tersebut. Sementara itu, sebanyak 69% responden menyadari adanya iklan di mesin pencari yang tengah mereka gunakan di perangkat mereka dan 12% memutuskan untuk mengklik iklan tersebut.

Dan berikut ini adalah persentase penggunaan iklan online dan traksi pengguna dari berbagai platform iklan online yang ada di Indonesia:

Online Advertising Indonesia

“Video Ads menjadi salah satu iklan yang kehadirannya cukup berhasil membangun kesadaran pemirsanya. Namun tingkat efektivitasnya ternyata masih rendah mengingat masih sedikit pemirsa yang lantas memutuskan untuk mengaksesnya. Implikasi atau makna dari fakta ini adalah para pengiklan harus benar-benar memperhatikan daya tarik konten yang disampaikan agar tingkat interaksi yang terbangun dengan pemirsanya bisa menjadi semakin mendalam,” pungkas Bao Jianlei.

Aplikasi Mobile Kian Jadi Candu Pengguna Smartphone

Sudah menjadi fakta yang umum seputar meningkatnya penggunaan ponsel pintar serta perangkat mobile lainnya di Indonesia. Hal ini berdampak pada makin bergantungnya masyarakat Indonesia terhadap aplikasi mobile, terutama di kalangan muda. Hal ini turut menggeser sebuah tren digital yakni seputar penggunaan web browser untuk mengakses layanan online. Studi yang dilakukan Baidu terhadap pengguna ponsel pintar di Indonesia menunjukkan sebuah fakta bahwa penetrasi aplikasi lebih tinggi (97%) dibanding web browser (76%) untuk mengakses berbagai layanan digital.

Bagi pengembang jelas saja ini penting untuk menjadi perhatian. Menurut hasil riset Baidu, aplikasi mobile akan menawarkan pendapatan yang semakin menjanjikan dari tahun ke tahun. Di tahun 2013, pendapatan yang berasal dari aplikasi mobile di Indonesia mencapai $62,1 juta. Sedangkan di tahun 2015 melonjak tinggi mencapai $118,2 juta. Diperkirakan, di tahun ini akan mencapai $142,1 juta dan di tahun 2018 nanti akan mencapai $197,6 juta.

Berbicara seputar pendapatan pengembang, Baidu dalam risetnya juga memaparkan bahwa hingga saat ini, pendapatan dari aplikasi mobile paling besar masih disumbangkan oleh Mobile Advertising, disusul Paid-Apps Purchase dan In-Apps Purchase.

Managing Director Baidu Indonesia Bao Jianlei mengatakan, kendati saat ini pembelian In-Apps masih memberikan kontribusi terendah, namun di masa depan diperkirakan kontribusi dari In-Apps Purchase akan melampaui kontribusi yang disumbangkan dari Paid-Apps Purchase.

Monetisasi Aplikasi Mobile di Indonesia

“Tahun 2015, pendapatan dari Mobile Advertising dari 5 wilayah yaitu Jakarta, Bodetabek, Bandung, Surabaya dan Semarang mencapai USD15 juta (71%), mengungguli kontribusi yang disumbangkan oleh Paid Apps Purchase yaitu sekitar $3,2 juta (15%) dan In-Apps Purchase sekitar $2,9 juta (13%). Tahun ini, pendapatan dari Mobile Advertising dari wilayah yang sama diperkirakan akan mencapai $20,8 juta,” ujar Jianlei.

Karakteristik penggunaan aplikasi mobile di Indonesia

Games (38%), instant messaging (27%) dan media sosial (19%) tercatat sebagai aplikasi mobile yang paling sering diunduh oleh pengguna perangkat mobile di Indonesia. Namun uniknya, aplikasi-aplikasi itu pulalah yang paling sering dihapus kembali oleh mereka – games (50%), instant messaging (29%) dan media sosial (16%).

Aplikasi-aplikasi lainnya yang digemari oleh orang Indonesia adalah aplikasi untuk berbelanja online (8%), transportasi (6%), buku dan aneka referensi (6%), peta dan navigasi (3%), serta berita dan informasi (3%). Sementara aplikasi-aplikasi lainnya yang sering dihapus adalah aplikasi belanja online (10%) dan transportasi (3%).

Karakteristik Pengguna Aplikasi Mobile

Alasan orang Indonesia mengunduh aplikasi sangat beragam. Games banyak mereka unduh karena bersifat menyenangkan dan menghibur. Adapun aplikasi media sosial, belanja online dan transportasi mereka unduh karena pertimbangan fungsi, manfaat dan rekomendasi dari pihak lain.

Lebih dari separuh responden (58%) mengatakan mereka pasti melakukan kegiatan mengunduh aplikasi dalam setiap bulannya. Jumlah ini jauh lebih banyak dari jumlah para pengguna perangkat mobile yang gemar menghapus aplikasi yang telah diunduhnya dalam setiap bulannya (16%).

Sebagian pengguna perangkat mobile yang memutuskan untuk menghapus aplikasi yang sebelumnya telah mereka unduh biasanya disebabkan karena aplikasi tersebut jarang mereka gunakan (42%), memori sudah tidak mencukupi lagi (36%) atau bosan dengan aplikasi tersebut (27%).

Alasan lain yang mengemuka adalah karena aplikasi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (15%), pengguna lebih memilih aplikasi lainnya (13%), serupa dengan aplikasi lainnya (9%), tidak sesuai dengan kebutuhan anak (4%), dan aplikasi yang ingin diunduh terlalu mahal (3%).