Tesla Model 3 Mulai Diproduksi, Begini Penampilan Finalnya

Sudah setahun lebih semenjak Tesla mengumumkan Model 3. Dibanding Model S atau Model X, Model 3 jauh lebih menarik bagi sebagian besar konsumen karena harganya yang sangat terjangkau – terutama untuk kategori mobil elektrik – yakni $35.000 untuk konfigurasi paling mendasarnya yang sudah bisa menempuh jarak 346 kilometer dalam satu kali charge.

Model 3 dijadwalkan bakal masuk tahap produksi mulai tahun ini, dan Tesla rupanya sudah mulai mengerjakan 30 unit pertamanya sampai selesai. Foto di atas adalah Model 3 versi final pertama yang keluar dari pabrik. Mobil tersebut beserta 29 lainnya akan tiba di tangan konsumen pada tanggal 28 Juli mendatang.

Tesla Model 3 / Elon Musk

30 hanyalah awal, karena jumlahnya akan terus naik secara eksponensial: 100 unit di bulan Agustus, di atas 1.500 unit di bulan September, dan pada bulan Desember Tesla menargetkan bisa memproduksi sebanyak 20.000 Model 3 per bulannya.

Masuk tahun 2018, Tesla berharap bisa memproduksi 10.000 unit Model 3 setiap minggu. Ini penting karena jumlah konsumen yang memesan Model diperkirakan sudah mencapai hitungan ratusan ribu.

Dari kedua foto Model 3 yang diunggah Musk ke Twitter, bisa kita lihat kalau versi produksinya memang tidak jauh berbeda dari yang mereka pamerkan di panggung tahun lalu. Secara keseluruhan, Tesla Model 3 tampak elegan dengan sedikit sentuhan sporty. Performanya pun sekelas mobil sport, dengan akselerasi 0 – 100 km/jam dalam waktu 5,6 detik – meski masih kalah jauh dari Model S.

Sumber: Engadget dan Elon Musk (Twitter).

Selain Mengemudi Sendiri, Truk Ini Juga Dapat Dikendalikan dari Jauh

Pernah melihat sebuah truk yang tak memiliki sedikitpun ruang untuk dijadikan kabin penumpang dan pengemudi? Selamat datang di tahun 2017, dimana jendela saja sudah jadi bagian yang tidak penting dari sebuah truk, sehingga hampir semua bagian bodinya bisa dimanfaatkan untuk mengangkut kargo.

Kalau tidak ada kabin penumpang, bagaimana caranya truk itu bisa berjalan? Di situlah sistem kemudi otomatis berperan. Benar saja, truk buatan perusahaan asal Swedia, Einride, ini memang dirancang untuk bergerak dengan sendirinya, sehingga semua bodinya hanya berupa bak kargo.

Dijuluki T-pod, prototipenya tampak futuristis. Panjangnya berkisar 7 meter, dan sanggup mengangkut hingga 15 palet standar, dengan bobot total mencapai 20 ton. Oh ya, truk ini juga tak butuh bensin; dalam satu kali charge, baterainya bisa menenagai truk untuk menempuh jarak sampai 200 kilometer.

Einride T-pod

Juga unik dari T-pod adalah penerapan sistem kemudi otomatis bersifat hybrid. Saat berada di jalan tol, truk akan bergerak dengan sendirinya. Lalu ketika memasuki kawasan padat penduduk, truk dapat dikendalikan oleh seseorang dari kejauhan ibarat sebuah mobil remote control raksasa.

Prototipe yang ada sekarang memang belum dibekali kemampuan untuk dikendalikan secara remote, akan tetapi Einride berharap mereka bisa mulai memasarkan versi yang fungsional mulai musim semi mendatang. Einride turut memasang target armada T-pod sebanyak 200 unit yang beroperasi di Swedia pada tahun 2020.

Sumber: VentureBeat.

BMW Motorrad Concept Link Coba Beri Gambaran Terkait Solusi Mobilitas Beroda Dua di Masa Depan

BMW kembali memamerkan konsep motor futuristis, tapi kali ini yang terkesan lebih masuk akal dan lebih mudah direalisasikan ketimbang gagasan mereka tahun lalu, yaitu Motorrad Vision Next 100. Pun demikian, kendaraan bernama Motorrad Concept Link ini masih mengambil banyak inspirasi dari Next 100 yang berkemampuan self-balancing itu.

Wujudnya di sini lebih menyerupai skuter ketimbang motor bertampang macho. BMW sendiri menganggap Link sebagai representasi atas visi mereka terhadap solusi mobilitas urban beroda dua dan tanpa emisi karbon. Yup, kendaraan ini mengandalkan energi listrik murni sebagai ‘bahan bakarnya’.

BMW Motorrad Concept Link

Bodinya yang memanjang sebenarnya bisa menjadi indikasi bahwa ia merupakan kendaraan elektrik, sebab semua baterainya telah ditata rapi di bagian dasarnya. Desain serba datar ini terus berlanjut sampai ke bagian jok, yang entah kenapa terlihat lebih keren ketimbang jok yang melekuk-lekuk.

Lalu di mana letak teknologi canggih yang belum bisa terealisasikan, setidaknya untuk sekarang? Coba lirik sisi samping kanannya, di situ ada sebuah bagasi kecil dengan pintu geser. BMW membayangkan bahwa bagasi ini bisa dibuka dengan kontrol berbasis gesture pada jaket terkoneksi di masa depan.

BMW Motorrad Concept Link

Kemudian fitur lain yang masih terkesan lebih masuk akal adalah panel instrumen digital di bawah setang, yang bisa digunakan untuk mengontrol beragam fungsi lewat sejumlah tombol yang bisa diprogram pada bagian setang. Informasi yang biasa kita temui di speedometer sendiri akan diproyeksikan ke kaca kecil atas setang.

BMW tidak lupa menyoroti aspek konektivitas. Mereka bilang kalau Concept Link dapat mengakses informasi kalender pengguna dan mengetahui tujuan berikutnya, sehingga ia dapat merencanakan rute perjalanan dengan sendirinya selagi memilih musik yang ideal untuk menemani perjalanan Anda tersebut.

Sumber: BMW.

Hampir 20 Tahun Menghilang, BMW 8 Series Bakal Kembali Mengaspal Tahun Depan

Mungkin tidak banyak orang tahu, akan tetapi BMW sempat punya lini 8 Series pada tahun 1989 – 1999. Setelah menghilang dari peredaran selama hampir 20 tahun, BMW 8 Series bakal kembali menyapa jalanan mulai tahun depan.

Seperti apa penampilan barunya? Anda bisa lihat sendiri pada gambar di atas. Meski baru sebatas konsep, versi finalnya bisa dipastikan tidak banyak berubah, terutama untuk desain dan konstruksi bodinya secara keseluruhan. Seksi adalah kata pertama yang muncul di benak saya saat melihat sedan sport bergaya coupe (2 pintu) ini, diikuti oleh kata agresif.

BMW Concept 8 Series

Sama seperti di tahun 1989, 8 Series akan menjadi lini baru yang menggantikan 6 Series. BMW pun terkesan tidak mau setengah-setengah dan berani keluar dari zona nyamannya; desain yang ditunjukkan 8 Series baru ini berhasil mengawinkan sejumlah elemen mewah yang sudah menjadi ciri khas BMW dengan karakter modern dari sebuah mobil sport.

Saya melihat BMW banyak belajar dari desain i8 yang menurut saya adalah mobil besutan BMW paling keren saat ini. Namun kalau i8 dimaksudkan untuk menjadi ajang demonstrasi teknologi, 8 Series ini bakal berfokus pada pengalaman mengemudi yang dinamis.

BMW Concept 8 Series

Pun demikian, bukan berarti 8 Series bakal tergolong kuno soal teknologi. Ia justru akan menjadi yang pertama mengusung arsitektur baru sistem iDrive. Bisa dilihat juga kalau panel instrumen di balik lingkar kemudinya sudah mengadopsi tipe digital secara penuh.

Kemungkinan besar BMW juga akan merilis varian hybrid untuk 8 Series, namun ini baru sekadar spekulasi. Yang sudah dikonfirmasi adalah varian M8, yang dipastikan punya penampilan lebih sporty lagi sekaligus performa yang lebih gahar.

BMW Concept 8 Series

Selebihnya, BMW masih belum memberikan detail merinci soal teknologi yang diusung 8 Series baru ini. Saya pun berandai-andai apakah BMW bakal merebut kembali jatah Aston Martin sebagai tunggangan andalan James Bond ke depannya dengan 8 Series.

Sumber: BMW dan Car & Driver.

Audi dan Volvo Bakal Kembangkan Mobil dengan Android Auto Terintegrasi

Update terakhir yang dirilis Google untuk Android Auto menuntaskan masalah seputar kompatibilitas. Artinya, Anda tidak perlu mobil yang kompatibel untuk bisa menikmati Android Auto. Kendati demikian, masih ada sejumlah manfaat ekstra seandainya Android Auto bisa terintegrasi ke sistem bawaan mobil.

Yang pertama menyangkut aspek kenyamanan. Satu sistem untuk mengontrol sistem pendingin, membuka-tutup sunroof, menampilkan rute GPS pada Google Maps dan memutar playlist favorit di Spotify sudah pasti lebih memudahkan ketimbang harus mengaksesnya dari dua sistem terpisah (mobil dan ponsel).

Yang kedua, tampilan Android Auto pastinya bisa lebih optimal di layar dashboard yang berukuran lebih besar, plus informasi yang disajikan juga bisa lebih banyak atau lebih lengkap. Itulah mengapa Audi dan Volvo memutuskan untuk mengintegrasikan Android Auto pada sejumlah mobil besutan mereka ke depannya.

Dashboard mobil konsep Audi Q8 Sport dengan integrasi Android Auto / Google
Dashboard mobil konsep Audi Q8 Sport dengan integrasi Android Auto / Google

Selain manfaat yang sudah saya sebutkan tadi, integrasi Android Auto pada sistem infotainment bawaan mobil ini juga berarti Anda tetap bisa berinteraksi dengan Google Assistant meskipun ponsel Anda tertinggal di rumah. Lebih lanjut, karena hampir semua panel instrumen pada mobil-mobil generasi terkini sudah digital, pengemudi bisa langsung menyimak informasi yang ditampilkan Android Auto di balik lingkar kemudi.

Integrasi Android Auto ini rencananya bakal didemonstrasikan pada ajang Google I/O mulai 17 Mei besok. Volvo sendiri berniat untuk merilis mobil baru dengan integrasi Android Auto setidaknya dalam waktu dua tahun, sedangkan Audi bakal memamerkannya bersama mobil konsep baru Q8 Sport.

Sumber: Google dan The Verge.

Waymo Kerahkan 600 Armada Mobil Tanpa Sopir untuk Melayani Warga di Kota Phoenix

Anak perusahaan Google yang bergerak di bidang pengembangan teknologi kemudi otomatis, Waymo, kembali membuat gebrakan setelah mengungkap mobil tanpa sopir hasil kolaborasinya dengan Chrysler. Baru-baru ini, Waymo meluncurkan program early rider untuk warga di kota Phoenix, Arizona di Amerika Serikat.

Program ini sejatinya akan menempatkan ratusan armada minivan Chrysler Pacifica Hybrid di jalanan kota tersebut, menjemput dan mengantarkan penumpang sepanjang hari tanpa batas waktu. Jumlah armadanya bukan lagi 100, melainkan akan bertambah menjadi 600 dalam beberapa bulan ke depan.

Waymo membuka pendaftaran untuk ratusan orang dari berbagai latar belakang yang berbeda. Mereka beserta anggota keluarganya bebas menikmati perjalanan bersama mobil tanpa sopir Waymo secara cuma-cuma dan sesering yang mereka mau. ‘Ongkos’ yang diminta hanyalah sekadar umpan balik terkait pengalaman mereka.

Lewat program ini, Waymo sejatinya ingin mencari tahu ke mana saja orang-orang ingin pergi saat mengendarai mobil tanpa sopir, bagaimana mereka berkomunikasi dengan sistem milik mobil, dan fitur-fitur apa saja yang mereka inginkan ke depannya.

Cukup satu orang yang mendaftar, maka semua anggota keluarganya juga bisa menikmati layanan antar-jemput gratis dari Waymo / Waymo
Cukup satu orang yang mendaftar, maka semua anggota keluarganya juga bisa menikmati layanan antar-jemput gratis dari Waymo / Waymo

Lalu mengapa cuma di Phoenix? Karena negara bagian Arizona memang tidak memiliki regulasi seketat di tempat lain terkait pengujian mobil tanpa sopir. Pun begitu, semua armada Waymo ini masih akan tetap dibarengi oleh seorang sopir di balik lingkar kemudi, meski campur tangannya sebisa mungkin akan diminimalkan.

Program Waymo ini sejatinya bisa menjadi momok baru buat Uber yang juga sedang menguji armada mobil kemudi otomatisnya di kawasan Arizona. Lebih gawat lagi, salah satu mobilnya mengalami kecelakaan sekitar sebulan lalu.

Di mata Waymo, momentum ini bisa mereka manfaatkan untuk menunjukkan bahwa teknologi yang mereka ciptakan memang lebih superior ketimbang milik Uber, apalagi mengingat Waymo sempat menuntut Uber dengan tudingan bahwa Uber mencuri teknologi LIDAR rancangan mereka.

Sumber: 1, 2, 3.

Audi Kembali Pamerkan Konsep Mobil Elektriknya, Kali Ini Berjenis Crossover

Tahun depan, Audi akan mulai memasarkan mobil elektrik pertamanya, e-tron Quattro. Tahun depannya lagi, SUV tersebut akan disusul oleh sepupunya yang sama-sama elektrik, tapi bertipe crossover bernama e-tron Sportback, yang baru saja dipamerkan konsepnya di event Shanghai Auto Show pekan lalu.

Secara mendasar ada banyak kemiripan antara e-tron Sportback dan e-tron Quattro, utamanya dalam hal performa. Audi telah membenamkan total tiga motor elektrik pada mobil ini (satu di depan, dua di belakang), yang sanggup menghasilkan daya sebesar 320 kW (430 hp), atau 370 kW (500 hp) dalam Boost Mode.

Suplai energinya berasal dari baterai lithium dengan kapasitas total 95 kWh. Dalam satu kali charge, e-tron Sportback diyakini sanggup menempuh jarak hingga sejauh 500 kilometer.

Ada ratusan LED yang tertanam pada mobil ini, memungkinkan animasi pencahayaan yang sangat bervariasi / Audi
Ada ratusan LED yang tertanam pada mobil ini, memungkinkan animasi pencahayaan yang sangat bervariasi / Audi

Audi sejatinya juga memperlakukan e-tron Sportback sebagai panggung demonstrasi teknologi LED mereka. Ratusan LED telah Audi sematkan pada mobil ini, dan teknologi rancangan mereka memungkinkan animasi pencahayaan yang sangat bervariasi.

Moncong depan dan belakangnya bahkan juga dilengkapi proyektor digital berukuran sangat kecil sebagai salah satu cara mobil berkomunikasi dengan sekitarnya. Contoh yang paling gampang, di jalanan akan tampak sinyal pencahayaan dari mobil saat lampu sein diaktifkan.

Interiornya dipenuhi oleh layar sentuh di semua sisi / Audi
Interiornya dipenuhi oleh layar sentuh di semua sisi / Audi

Di dalam, Anda bakal disambut oleh deretan layar sentuh. Tidak hanya di panel kontrol di tengah saja, tapi juga di sekitar pintu sehingga semua penumpang dapat berinteraksi dengan sistem infotainment bawaannya.

Seperti yang saya katakan, mobil ini baru akan mengaspal secara resmi mulai tahun 2019. Versi produksinya mungkin akan sedikit berbeda, tapi saya kira desain secara keseluruhannya bakal tetap sama mengingat pengumumannya ini hanya terpaut sekitar dua tahun dari jadwal produksinya.

Sumber: Audi.

Cadillac Super Cruise Siap Tantang Tesla Autopilot dengan Sistem yang Benar-Benar Hands-Free

Tesla Autopilot mengundang banyak perhatian karena merupakan salah satu sistem kemudi otomatis pertama yang tersedia untuk konsumen umum. Autopilot memang belum sempurna, dan sejauh ini masih punya beberapa batasan, salah satunya adalah pengemudi diwajibkan untuk tetap meletakkan tangannya di lingkar kemudi.

Cadillac melihat batasan ini sebagai peluang untuk menawarkan sistemnya sendiri yang diyakini lebih superior. Dijuluki Cadillac Super Cruise, sistem ini memungkinkan mobil untuk berjalan dengan sendirinya di jalan tol tanpa mewajibkan pengemudi memegang setir. Hands-free driving, demikian jargon yang dipakai oleh pabrikan asal AS tersebut.

Kamera kecil di belakang setir yang bertugas mendeteksi apakah pengemudi sudah terlalu lama mengalihkan pandangannya dari jalanan / Cadillac
Kamera kecil di belakang setir yang bertugas mendeteksi apakah pengemudi sudah terlalu lama mengalihkan pandangannya dari jalanan / Cadillac

Yang unik dari Super Cruise adalah apa yang Cadillac sebut dengan istilah driver attention system. Sistem ini melibatkan sebuah kamera kecil di belakang setir yang memanfaatkan sinar inframerah untuk memonitor posisi kepala pengemudi, menentukan ke mana pengemudi mengarahkan pandangannya.

Ketika pengemudi terdeteksi telah cukup lama mengalihkan pandangannya dari jalanan, sistem akan mengingatkan pengemudi untuk kembali memusatkan perhatiannya ke jalan. Bentuk peringatannya bermacam-macam; bisa berupa lampu pada setir yang menyala, indikator visual pada panel instrumen, peringatan suara atau malah goyangan pada jok.

Seandainya rentetan peringatan itu masih belum berhasil membujuk pengemudi untuk kembali mengarahkan pandangannya ke jalanan, sistem dapat menepikan mobil dan menghentikannya secara total.

Bentuk peringatan yang diberikan bisa bermacam-macam, salah satunya dengan sebuah LED strip yang menyala pada setir / Cadillac
Bentuk peringatan yang diberikan bisa bermacam-macam, salah satunya dengan sebuah LED strip yang menyala pada setir / Cadillac

Selebihnya, Super Cruise menawarkan fungsionalitas yang serupa dengan Autopilot. Selama berada di jalan tol, sistem sanggup mengendalikan mobil untuk berpindah jalur. Semuanya mengandalkan perpaduan data real-time yang dikumpulkan oleh sejumlah kamera, radar dan GPS.

Unik juga untuk Super Cruise adalah tambahan informasi yang berasal dari database peta berbasis LIDAR. Alhasil, selain bisa memberikan informasi jalanan yang lebih mendetail pada mobil, pengecekan lokasi secara real-time diperkirakan juga bisa meningkat empat hingga delapan kali lipat.

Super Cruise rencananya bakal hadir bersama Cadillac CT6 generasi terbaru. Kecuali regulasi dimana pabrikan mobil sudah boleh menerapkan sistem kemudi otomatis ‘murni’ – pengemudi benar-benar tidak lagi dibutuhkan di kabin depan – sudah ditetapkan, sistem hands-free seperti ini adalah yang terbaik yang bisa kita nikmati dalam waktu dekat.

Sumber: Cadillac.

Sasar Segmen Otomotif, Intel Akuisisi Mobileye Senilai $15,3 Miliar

Perkembangan teknologi kemudi otomatis memunculkan nama-nama yang tidak biasa di industri otomotif. Nama seperti Nvidia dan Qualcomm saat ini memegang peranan besar dalam perkembangan teknologi ini, dan Intel sebagai salah satu produsen prosesor terbesar tampaknya juga tidak ingin ketinggalan.

Mereka saat ini sedang dalam proses mengakuisisi Mobileye, perusahaan asal Israel yang bergerak di bidang pengembangan hardware dan software untuk teknologi driver assistance sekaligus kemudi otomatis. Didirikan pada tahun 1999, Mobileye saat ini memegang sekitar 70 persen pangsa pasar global untuk sistem driver assistance dan anti-collision.

Kalau itu masih belum bisa meyakinkan Anda akan reputasi Mobileye, perusahaan ini juga yang bertanggung jawab atas sistem Tesla Autopilot, meskipun pada akhirnya kontraknya diputus oleh Tesla akibat suatu insiden yang menewaskan seorang Tesla Model S.

Terlepas dari itu, Intel rela mengucurkan dana sebesar 15,3 miliar dolar untuk meminang Mobileye. Investasi besar-besaran ini pada dasarnya merupakan modal Intel untuk bersaing menghadapi Nvidia dan Qualcomm di ranah teknologi kemudi otomatis.

Kendati demikian, Mobileye masih akan beroperasi secara mandiri di markasnya di Israel. Sebaliknya, Intel malah akan ‘menyumbangkan’ divisi otomotif mereka ke Mobileye. Menurut CEO Intel, Brian Krzanich, akuisisi ini ibarat menggabungkan mata mobil tanpa sopir dengan otak yang mengendalikannya.

Kolaborasi kedua perusahaan sebenarnya sudah berjalan sejak BMW mengajak mereka dalam proyek pengujian 40 mobil tanpa sopir, yang rencananya akan dimulai pada babak kedua tahun ini. Mobileye juga dipastikan akan memakai chip buatan Intel untuk mobil kemudi otomatis penuhnya yang rencananya bakal dirilis di tahun 2021.

Sumber: Reuters dan Intel.

Airbus Pop.Up Adalah Konsep Mobil Terbang Bersifat Modular

Berkat pengaruh film-film Hollywood, kita dapat mengimajinasikan kota utopia di masa depan yang lalu lintasnya diisi oleh mobil terbang. Khayalan kita ini tidak cuma didasari oleh faktor keren saja, tetapi mobil terbang pada prinsipnya juga bisa menjadi salah satu solusi kemacetan.

Berangkat dari pola pemikiran semacam itu, produsen pesawat Airbus mengungkap konsep mobil terbang hasil kolaborasinya dengan Italdesign. Dijuluki Pop.Up, ia merupakan kendaraan bermotor elektrik yang modular, alias bisa digunakan di darat maupun di udara.

Komponen dasar Airbus Pop.Up bersama modul darat dan modul udaranya / Italdesign
Komponen dasar Airbus Pop.Up bersama modul darat dan modul udaranya / Italdesign

Komponen dasar Pop.Up sendiri adalah bodi monocoque berbentuk seperti kapsul yang terbuat dari bahan serat karbon. Dengan panjang 2,6 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 1,4 meter, Pop.Up dapat mengakomodasi dua penumpang dewasa tanpa kesulitan. Dari situ penumpangnya tinggal memilih ingin menggunakan modul darat atau udara.

Modul daratnya pada dasarnya merupakan sasis beroda empat yang ditenagai oleh baterai. Modul udaranya di sisi lain terlihat seperti drone raksasa, dengan total 8 baling-baling yang diposisikan sepasang demi sepasang di keempat lengannya.

Tidak hanya itu, aspek modular Pop.Up juga membuka potensi penggunaan yang lain, misalnya dengan modul kereta di atas rel. Italdesign bahkan telah merancang Pop.Up supaya bisa diintegrasikan dengan sistem Hyperloop.

Airbus Pop.Up diproyeksikan sebagai salah satu solusi kemacetan lalu lintas di masa depan / Italdesign
Airbus Pop.Up diproyeksikan sebagai salah satu solusi kemacetan lalu lintas di masa depan / Italdesign

Sebagai kendaraan masa depan, tentu saja sistem kemudi otomatis berbasis AI menjadi salah satu senjata andalan. Tidak cuma memahami beragam rute beserta alternatifnya, platform AI ini juga mampu mengenali penumpang beserta keinginannya masing-masing, dengan interaksi yang mengandalkan dialog dalam lingkungan virtual.

Tentu saja Anda tidak boleh berharap Airbus Pop.Up bisa jadi kenyataan dalam waktu dekat. Ini semua baru sebatas konsep, namun sekali lagi setidaknya bisa menjadi gambaran akan masa depan dunia otomotif.

Sumber: TechCrunch dan Italdesign.