UangTeman Akan Full Pivot Jadi Perusahaan P2P Lending

Uang Teman menyatakan akan pivot secara penuh menjadi perusahaan p2p lending, pengalihan secara resmi dimulai pada tahun depan. Pengalihan ini dilakukan Uang Teman seiring telah dikantonginya surat tanda terdaftar di OJK sesuai POJK No 77/2016.

Founder dan CEO UangTeman Aidil Zulkifli beralasan pivot ini dilakukan karena adanya keinginan perusahaan yang ingin diregulasi dan diawasi OJK.

“Kami sudah berdiri pada April 2015 dengan model bisnis on lending. Tapi sejak terdaftar sebagai p2p lending, kami mesti merestruktur bisnis,” terangnya kepada DailySocial.

Model bisnis yang dipakai UangTeman sejak berdiri adalah on lending dengan nama produk dana talangan. On lending maksudnya perusahaan memberi pinjaman kepada nasabah dengan sumber dana dari perusahaan sendiri.

Nanti model bisnis tersebut akan dialihkan ke anak usaha yang sedang dipersiapkan UangTeman dengan memanfaatkan sumber dana dari kantong sendiri atau dari mitra lain. Secara kepemilikan saham, juga belum diputuskan apakah akan dimiliki penuh oleh perusahaan atau mengajak mitra lain dengan membentu usaha patungan.

Aidil mengaku masih membicarakan secara internal dan berdiskusi dengan regulator terkait model bisnis baru yang akan dijalani UangTeman. Pihaknya juga masih memfinalisasi model bisnis p2p lending yang nanti akan jadi bisnis baru UangTeman.

Ia pun tidak bisa bercerita lebih detil mengenai hal tersebut. Menurutnya yang pasti, segmen p2p lending yang akan difokuskan perusahaan bakal diperuntukkan ke kebutuhan konsumer dan masyarakat individu. Fokus ini akan jadi salah satu diferensiasi UangTeman dengan pemain p2p lainnya di Indonesia yang sebagian besar fokus ke pinjaman UMKM.

“Kredit consumer memang punya risiko gagal bayar yang tinggi, tapi kami berhasil jaga di bawah 2% karena kami pakai provisi di dalam financial management. Sehingga kalau NPL bisa tembus 5%, kami tetap bisa profitable. Lagipula kami pakai internal credit scoring untuk menilai kualitas nasabah sebelum memberi pinjaman.”

Rencana tahun depan

Selain restrukturisasi bisnis baru, UangTeman juga akan meluncurkan produk pinjaman tanpa jaminan untuk nasabah baru. Produk tersebut sebelumnya sudah hadir namun masih sebatas untuk nasabah loyal yang sudah tiga kali mengajukan pinjaman.

Tak hanya itu, UangTeman juga akan menjalani bisnis p2p lending berbasis syariah. Diungkapkan Aidil, sejauh ini perusahaan masih dalam proses di Majelis Ulama Indonesia.

Untuk penyaluran dana pinjaman, ditargetkan dapat tumbuh 10 kali lipat dari pencapaian tahun ini atau sekitar Rp1 triliun dari realisasi sampai saat ini Rp130 miliar. Kontribusinya masih berasal dari Jabodetabek dengan porsi 70% dari total penyaluran dan sisanya dari luar Jabodetabek.

Perusahaan akan memperkuat eksistensi kota-kota di mana UangTeman telah beroperasi dengan mulai menyasar kegiatan offline untuk strategi pemasarannya. Ini dimaksudkan untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap brand UangTeman. Saat ini UangTeman telah hadir di 18 kota, menyebar ke Lampung, Palembang, hingga Makassar.

Perusahaan juga akan memperkuat tim data science yang berlokasi di Hyderabad, India demi meningkatkan hasil kualitas credit scoring perusahaan. Kantor tersebut baru dibuka UangTeman sejak lima bulan lalu, isinya ada enam karyawan asli India. Di Indonesia juga ada tim data science, namun hanya ada dua orang.

“Menurut kami tantangan tiap tahun berbeda. Untuk tahun ini adalah talenta untuk data science masih sangat minim. Kami tidak ingin bersaing dengan perusahaan teknologi lainnya dengan menawarkan gaji yang besar, makanya lebih memilih untuk bangun kantor di India.”

Untuk mendukung ekspansi bisnis, UangTeman berencana akan kembali mencari dana segar untuk tahapan Seri B. Aidil mengatakan, ada sejumlah investor Tiongkok yang mengungkapkan minatnya berinvestasi ke UangTeman. Menurutnya, pengumuman pendanaan terbaru ini akan dilakukan pada kuartal ketiga 2018.

“Saat ini masih beauty contest,” pungkas Aidil.

Fintech Lending Startup AwanTunai is Officially Launched, Distributing Corporate Funds

Fintech lending startup AwanTunai is officially launched in Indonesia. AwanTunai is already in development since Mei 2017 and listed in OJK.

Slightly different with other lending players, rather than using individual investor, AwanTunai get corporate funds. One of which is Kredit Plus (PT Finansia Multi Finance), the value has reach US$ 30 millions. There are also several foreign danareksa investment.

Another difference is, company targeted users in middle to low class society. They also line up with merchant offline as distribution channel.

“Our funding source is institution, even though we are still under regulation POJK Number 77 of 2016,” said AwanTunai’s CEO Dino Setiawan, Wednesday (11/29).

Dino added, the team sees a big amount of money cannot be guaranteed by only individual investors. It is necessary to cooperate with institutions ensuring continuity funds.

“In addition, shopping contribution of e-commerce to retail industry is still 1%. Instead of seeing the 1%, we better develop the existing 99%.”

In the early stages, AwanTunai only serves loan for smartphone purchase up to 4 million rupiahs. There are certain reasons why company choose to finance smartphones in regards as consumer credit.

Firstly, seen the growth of smartphone purchases in Indonesia that reach 40%. In conclusion, the goods are common needs to support productivity.

Secondly, as company’s first step is collecting user data. Collected data will be used to form other consumer products for installment.

“As far, it is limited to smartphone. We will provide other consumer products for installment, soon to be announced.”

AwanTunai’s business model

In the loan application process, the debtor needs to download AwanTunai app and upload ID card for the requirements. Their data will be verified by credit engine build by AwanTunai. The guarantee is to get the credit limit approval within 15 minutes.

AwanTunai has two types of channel in their business model. First, line up the debtors and institutions to ensure on target distribution and minimize failed payment. A partner institution of AwanTunai is Blue Bird for all its driver.

Currently, AwanTunai has lined up with 42 pools in Jabodetabek for 16 thousand drivers in the last 5 months. There are about 8 thousand applications approved with total distribution of 5 billion rupiahs. In the future, company will expand to Blue Bird pools in Surabaya.

Furthermore, AwanTunai associated with offline merchant selling smartphone to be a safe, easy and fast point of sales financing. There are about 50 partnered merchants in Jabodetabek area.

In expanding its services, AwanTunai will line up with three banks for additional funding and with small to huge businesses in improving service to public.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Fintech Lending AwanTunai Resmi Hadir, Salurkan Dana dari Korporasi

Startup fintech yang bergerak di bidang lending AwanTunai resmi hadir di Indonesia. Sebelum diresmikan, pengembangan bisnis AwanTunai telah dimulai sejak Mei 2017 dan telah mengantongi surat tanda terdaftar di OJK.

Sedikit berbeda dengan pemain lending lainnya, AwanTunai tidak menggunakan investor individu sebagai pemberi dana, melainkan dari korporasi. Salah satu korporasi yang berkomitmen untuk menyalurkan pinjaman ke pengguna AwanTunai adalah Kredit Plus (PT Finansia Multi Finance), nilainya saat ini sebesar US$30 juta. Terdapat juga beberapa fund reksa dana dari luar negeri sebagai sumber dana.

Perbedaan lainnya, perusahaan mengincar masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah sebagai penggunanya. Juga menggandeng merchant offline sebagai kanal distribusi.

“Jadi sumber dana kami dari institusi, meski demikian kami tetap ada di bawah payung regulasi POJK Nomor 77 Tahun 2016,” terang CEO AwanTunai Dino Setiawan, Rabu (29/11).

Dino melanjutkan, pihaknya melihat untuk penyaluran dana yang besar belum tentu ketersediaan dananya bisa diandalkan dari investor individu saja. Maka dari itu perlu gandeng institusi untuk menjamin sumber dananya selalu tersedia.

“Ditambah, kontribusi belanja dari e-commerce terhadap industri ritel masih 1%. Daripada melihat yang 1% itu, lebih baik kami mengembangkan dari 99% yang sudah jelas ada.”

Pada tahap awal, AwanTunai baru melayani penyaluran pinjaman untuk pembelian smartphone dengan rentang maksimal Rp4 juta. Ada alasan khusus mengapa perusahaan memilih pembiayaan untuk smartphone yang bisa dikatakan sebagai kredit konsumtif.

Pertama, dilihat dari pertumbuhan pembelian smartphone di Indonesia tumbuh 40%. Bisa disimpulkan barang tersebut menjadi kebutuhan umum yang dapat menunjang produktivitas.

Kedua, sebagai langkah awal perusahaan mengumpulkan data pengguna. Data yang dikumpulkan akan digunakan perusahaan untuk merumuskan produk konsumer lainnya yang bisa dicicil.

“Sejauh ini baru smartphone saja. Kami akan menyediakan produk konsumer lainnya yang bisa dicicil, dalam waktu dekat akan segera diumumkan.”

Model bisnis AwanTunai

Untuk proses pengajuan pinjaman, calon debitur hanya perlu mengunduh aplikasi AwanTunai lalu mengunggah KTP sebagai persyaratan. Kemudian nasabah akan diverifikasi oleh credit engine yang dibangun sendiri oleh AwanTunai. Jaminannya dalam waktu 15 menit calon debitur bisa mengetahui persetujuan limit kredit.

Dalam model bisnisnya, AwanTunai memiliki dua jenis penyaluran. Pertama, menggandeng calon debitur dari institusi untuk menjamin penyaluran tepat sasaran dan meminimalkan potensi gagal bayar. Institusi yang telah bermitra dengan AwanTunai adalah Blue Bird untuk para pengemudinya.

Sementara ini, AwanTunai baru bermitra dengan 42 pool Blue Bird berlokasi di Jabodetabek untuk 16 ribu pengemudi selama lima bulan terakhir. Sekitar 8 ribu pengajuan disetujui dengan total penyaluran sekitar Rp5 miliar. Ke depannya, perusahaan akan diperluas untuk pool Blue Bird berlokasi di Surabaya.

Berikutnya, AwanTunai menggandeng merchant offline yang menjual smartphone untuk menjadi point of sales financing yang aman, mudah, dan cepat. Adapun total merchant yang sudah bermitra totalnya sekitar 50 merchant berlokasi di Jabodetabek.

Untuk memperluas layanannya, AwanTunai akan bermitra dengan tiga bank untuk tambahan sumber dana dan bermitra dengan pedagang kecil hingga perusahaan besar untuk meningkatkan layanannya ke seluruh masyarakat.

Sinar Mas Group Dirikan Perusahaan P2P Lending Kedua, Dana Pinjaman Inklusif

Sinar Mas Multiartha (SMMA), perusahaan khusus di bidang keuangan di bawah Sinar Mas Grup, mendirikan kembali perusahaan patungan fintech yang bergerak di bisnis p2p lending dengan nama bendera PT Dana Pinjaman Inklusif (DPI).

Dalam keterbukaan informasi di BEI, SMMA bertindak sebagai pengendali saham DPI dengan menguasai 55% saham, sementara, Arthamas Solusindo menguasai 45% saham. Total penyertaan modal yang kucurkan kedua pemegang saham untuk mendirikan DPI sebesar Rp100 juta.

DPI adalah perusahaan fintech p2p lending kedua yang didirikan SMMA, setelah sebelumnya mendirikan PT Pasar Dana Pinjaman (Danamas).

“Kami buat perusahaan baru agar lebih fokus saja [menjalani masing-masing bisnis],” terang Direktur SMMA Kurniawan Udjaja kepada DailySocial, Kamis (23/11).

Menurut Kurniawan, baik Danamas maupun DPI akan sama-sama menyasar bisnis micro lending. Hanya saja titik perbedaannya terletak di sisi penerima pinjaman. Kalau Danamas yang bisa menerima pinjaman dibatasi sesuai kriteria tertentu, sementara DPI tidak ada batasan.

Untuk sementara, situs DPI belum tersedia secara resmi. Kurniawan mengaku saat ini DPI sedang mengajukan proses izin ke OJK beserta lembaga lainnya.

“Kita lagi proses izin ke OJK dan mengurus izin lainnya ke beberapa lembaga.”

Perkembangan Danamas

Danamas merupakan perusahaan fintech pertama yang mengantongi izin usaha dari OJK. Beberapa bulan lalu, Danamas mendapat suntikan dana segar dari perusahaan investasi dari Jepang Itouchu Corp senilai US$50 juta (atau senilai Rp666,4 miliar). Itouchu kini menguasai 30% saham Danamas.

Model bisnis Danamas ialah memberikan pinjaman modal kerja mulai dari Rp500 ribu dengan jangka waktu mulai dari 1 minggu sampai 1 tahun. Tenor yang ditawarkan disesuaikan dengan pendapatan pelaku usaha.

Untuk pemberi pinjaman, investasi bisa dimulai dengan besaran Rp500 ribu. Jangka waktu mulai dari 1 minggu hingga satu tahun, imbal hasil yang ditawarkan mulai dari 18% flat per tahun.

Berdasarkan kinerja Danamas hingga November 2017, perusahaan telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp353,34 miliar dan 76.767 jumlah pinjaman. Total investor yang bergabung ke platform Danamas mencapai 11.043 orang.

Targetkan Kalangan Millennial, Layanan P2P Lending Pembiayaan Properti Gradana Diluncurkan

Bertujuan untuk menjembatani kepemilikan properti kalangan millennial di Indonesia, Gradana hadir dengan konsep peer-to-peer (p2p) lending yang mempertemukan peminjam dan pemberi pinjaman. Kepada DailySocial, Komisaris Gradana Freenyan Liwang, yang sebelumnya menjabat sebagai Presiden Direktur Bank Sinarmas Tbk., mengungkapkan, platform ini merupakan online property fund yang mempertemukan antara pihak yang ingin membeli rumah dengan investor yang menyediakan dana segarnya, dengan skema pembiayaan cicilan uang muka hingga 36 bulan.

“Riset Karir.com menunjukkan bahwa sebanyak 83% generasi millennial yang berpenghasilan rata-rata Rp7,5 juta per bulan tidak akan mampu memiliki rumah di Jakarta. Sisanya 17% yang mampu pun hanya menyanggupi pembelian rumah bekas senilai Rp 300 juta. Hal ini dikarenakan harga properti makin melambung,” kata Freenyan.

Dilanjutkan Freenyan, diperkirakan peningkatan harga rumah dalam lima tahun ke depan mencapai 150%. Padahal, kenaikan pendapatan hanya 60% dalam periode yang sama. Khusus wilayah Jakarta saja, sebanyak 95% harga properti yang tersedia berada di atas Rp 480 juta, sedangkan lebih dari 90% generasi millenial berpenghasilan di bawah Rp 12 juta.

“Salah satu solusi agar generasi millenial ini bisa memiliki rumah, yaitu dengan mencicil alias mengajukan kredit pemilikan rumah (KPR). Namun, perlu diingat, calon pembeli perlu menyiapkan uang muka atau down payment (DP) paling tidak 15%. Momok DP KPR inilah yang menjadi peluang bagi Gradana, perusahaan financial technology (fintech), yang fokus pada bisnis pembiayaan uang muka properti,” kata Freenyan.

Pertemukan pemberi dana dan peminjam secara online

Prinsip kerja Gradana serupa dengan lembaga keuangan pada umumnya, namun dengan konsep peer-to-peer (p2p) lending yang mempertemukan peminjam dan pemberi pinjaman. Gradana mengklaim keunggulan lainnya adalah memungkinkan pemberi pinjaman memilih sendiri kepada siapa dananya akan disalurkan.

“Tidak perlu khawatir mengenai keamanan dana yang telah dipinjamkan. Kami memberikan sistem pemantauan yang sistematis serta jaminan agunan properti. Bagi investor sendiri, menanam dana di platform ini lebih menguntungkan dibandingkan bunga deposito. Apalagi tingkat risikonya pun rendah,” kata Freenyan.

Gradana menawarkan skema yang hanya berlaku untuk pengembang (developer) yang sudah menjadi rekanan Gradana dengan pilihan cicilan DP mulai dari 24-36 bulan. Pemberi dana dapat berupa institusi maupun kalangan individu. Nantinya rumah yang dibeli akan dijadikan jaminan bagi pemberi dana, disertai guarantee letter (untuk refund bila terjadi default) dari pengembang rekanan.

“Untuk calon pembeli yang ingin mengajukan pinjaman bisa langsung ke Gradana atau melalui tim pengembang. Untuk memastikan kredibilitas calon pembeli, Gradana melakukan verifikasi dan credit scoring terhadap pembeli (borrower), termasuk BI checking,” kata Freenyan.

Ketika pinjaman telah disetujui, calon pembeli (borrower) akan dipublikasikan ke pool of lenders atau daftar pilihan borrower yang nantinya bisa dipilih oleh pemberi dana untuk memberikan pinjaman. Calon pembeli yang disetujui akan langsung mendapatkan dana untuk pembayaran uang muka kepada pihak pengembang properti.

Rencana ekspansi dan target Gradana

Sebagai bentuk keseriusan dalam memberikan jaminan keamanan berinvestasi, Gradana telah terdaftar secara resmi di Kementerian Komunikasi dan Informasi serta diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Saat ini Gradana telah bermitra dengan bank lokal, bank asing dan beberapa pengembang properti. Sementara untuk Project value yang siap untuk di berikan berjumlah sekitar Rp 300 miliar, dengan jumlah lending pool sebesar Rp 90 miliar (komitmen pendana). Untuk memperluas layanannya, Gradana juga memiliki rencana untuk melakukan ekspansi di 5 kota lainnya di Indonesia pada tahun 2018.

“Selanjutnya kami masih memiliki target yang ingin dicapai, di antaranya adalah membuat inovasi produk-produk pembiayaan properti agar bisa memudahkan orang banyak berinvestasi di properti secara aman. Gradana juga akan terus mendukung pemerintah untuk pemerataan akses pembiayaan properti yang tiap tahun kian bertambah,” tutup Freenyan.

Platform P2P Lending Mekar Kini Rambah Layanan Crowdfunding

Platform P2P lending Mekar melakukan ekspansi bisnis dengan meluncurkan produk baru yang bergerak di bidang urunan dana (crowdfunding). Produk ini akan menyasar perusahaan skala kecil dan menengah sebagai target penerima dana.

Solusi ini dihadirkan untuk mendukung bisnis dalam mencari alternatif dukungan bisnis secara finansial. Pemberi dana pun memiliki alternatif investasi lainnya di luar peer-to-peer lending.

Setiap bisnis yang dipajang dalam platform Mekar, telah melalui proses seleksi. Persyaratannya tidak ada yang khusus, minimal bisnis tersebut sudah berjalan selama satu tahun, menunjukkan performa bisnis dan produksi yang baik.

“Kami hanya memilih perusahaan dengan bisnis yang sudah bertumbuh, produknya inovatif, ada dampak sosial, dan memilih bisnis yang ramah lingkungan. Tidak ada aturan khusus,” terang COO Mekar Pandu Aditya Kristy, Kamis (16/11).

Secara model bisnis, bisnis yang berhasil lolos dalam seleksi Mekar mendapat kesempatan selama 30 hari untuk memulai proses pengumpulan dana. Apabila dalam kurun waktu tersebut target dana belum tercapai, Mekar akan mengembalikan kembali ke pemilik bisnis apakah mau diperpanjang atau berhenti.

Bila berhenti, seluruh dana yang sudah terkumpul akan dikembalikan ke pemberi dana tanpa ada potongan biaya.

Ada dua skema model pendanaan yang bisa dipilih pemilik bisnis, yaitu bagi hasil dan pre-order. Dalam skema bagi hasil, pemberi dana yang menginvestasikan uangnya untuk mendukung sebuah campaign dari suatu bisnis akan memperoleh pembayaran secara periodik. Besarannya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan yang dicatatkan oleh bisnis tersebut.

Sedangkan untuk pre-order, pemilik bisnis dapat menggunakannya untuk mencari pembeli produk mereka lewat situs Mekar. Penerima dana akan menerima produk dengan harga yang lebih murah dari harga ritelnya. Dengan skema ini, pemilik bisnis akan terbantu dalam menutupi biaya produksi dalam jumlah besar.

Adapun, untuk sementara platform Mekar terdapat tiga perusahaan yang melakukan crowdfunding, yakni printer 3D BB-130 dari BikinBot, startup manajemen keuangan Akun.biz, dan sepeda unik berbahan bambu Ewabi Bookit. Untuk BikinBot dan Ewabi, skema pembayaran yang ditawarkan adalah pre-order sementara Akun.biz menawarkan pembagian hasil pendapatan dari penjualan.

Target dan rencana bisnis Mekar

Untuk layanan P2P lending Mekar, ditargetkan sampai akhir tahun ini dapat menyalurkan dana sebesar Rp25 miliar. Adapun hingga November 2017, perusahaan mengklaim telah menyalurkan dana sebesar Rp20 miliar.

Disebutkan bahwa angka tersebut sebenarnya telah mencapai target yang ditentukan perusahaan, kendati layanan ini baru resmi operasional pada Februari 2017.

Dana yang sudah disalurkan tersebut, digunakan untuk membantu 9 ribu pemilik bisnis mikro dengan rerata pinjaman antara Rp1 juta sampai Rp2 juta. Untuk kontributor penyaluran dana, Mekar bermitra dengan dua koperasi, yaitu Koperasi Komida dan Koperasi Abdi Kerta.

Selain menggunakan dana P2P lending untuk penyaluran dana, Mekar juga bermitra dengan Indosurya Finance sebagai pihak investor.

Untuk tahun depan, CMO Mekar Randy Gunadi menuturkan pihaknya menargetkan dapat tumbuh 10 kali lipat menjadi Rp200 miliar. Strategi yang akan dilakukan adalah memperbanyak mitra lender, perusahaan akan menyasar BPR selain koperasi. Ditargetkan sampai akhir tahun depan akan menambah delapan mitra baru.

Randy juga menuturkan bahwa tahun depan perusahaan mulai berencana melepas saham maksimal 25% untuk investor baru. Investor ini terkait penggalangan dana yang rencananya akan dilakukan perusahaan. Selama ini, Mekar menggunakan dana dari Yayasan Putera Sampoerna untuk operasionalnya.

“Sampai hari ini dana yang kami pakai berasal dari Yayasan Putera Sampoerna. Mekar tidak menutup, malah membuka. Hanya saja tidak agresif mencarinya karena belum fokus ke sana dan dana kami masih tercukupi sampai tahun ini. Untuk tahun depan kami berencana mulai melepas saham maksimal 25% kepada investor baru,” pungkas Randy.

BFI Finance Dirikan Anak Usaha Khusus Layani P2P Lending

Perusahaan pembiayaan BFI Finance mendirikan anak usaha khusus melayani peer-to-peer lending dengan nama badan hukum PT Finansial Integrasi Teknologi (PT FIT). Perseroan mengucurkan dana sebesar Rp2,5 miliar untuk ditempatkan sebagai modal disetor.

Dalam keterbukaan informasi di BEI, BFI menyampaikan besaran saham yang dimiliki perseroan dalam FIT adalah mayoritas dengan persentase 99,96% senilai Rp2,49 miliar. Besaran kucuran dana ini, secara regulasi telah sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan OJK untuk mengajukan perizinan.

Kendati demikian, FIT belum mengajukan proses pendaftaran sebelum memperoleh perizinan ke regulator. Pendirian FIT baru mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Dihubungi secara terpisah oleh DailySocial, Direktur FIT Herman Handoko menuturkan pendirian anak usaha ini menjadi upaya perseroan untuk mendukung pertumbuhan bisinis dari sisi akuisisi secara digital. Kehadiran FIT diharapkan dapat memudahkan akses layanan bagi masyarakat dengan menggunakan teknologi terdepan.

Segmen konsumen FTI, sambungnya, akan menggarap segmen millennial sebagai salah satu perluasan channel BFI. Penyaluran pembiayaan yang dilakukan FIT juga akan lebih fleksibel dari sisi agunannya. Sementara BFI akan tetap fokus pada pembiayaan kendaraan bekas sebagai sektor utamanya.

“Dengan demikian, layanan jasa keuangan yang kompetitif dan praktis untuk digunakan secara luas bagi masyarakat Indonesia dengan penetrasi internet yang semakin baik,” terangnya.

Untuk sementara, situs FIT belum secara resmi hadir. Begitu pula untuk model bisnis yang akan dihadirkan. Herman hanya menuturkan bahwa FIT baru sampai pada tahap penyediaan platform untuk mempermudah konsumen mendapatkan akses pembiayaan, membangun proses IT agar dapat lebih cepat mengambil keputusan.

“Yang pasti, semua berkaitan dengan penyediaan proses pengajuan dan approval yang bersifat seamless dan cepat.”

Sebelumnya, BFI juga telah menjadi mitra pembiayaan untuk layanan kredit virtual Kredivo. Terkait hal ini Herman memastikan bahwa kerja sama antara kedua perusahaan terus berlanjut.

Akseleran Hadirkan Layanan P2P Lending

Platform equity crowdfunding Akseleran hari ini mengumumkan hadirnya layanan baru dalam situsnya. Masih seputar investasi finansial, kali ini yang dihadirkan ialah peer to peer lending (p2p lending). Sama seperti layanan investasi penyertaan saham yang telah dibuat sebelumnya, p2p lending milik akseleran ini juga ditargetkan untuk membantu kalangan UKM mendapatkan permodalan.

“Akseleran ingin selalu berinovasi untuk menghadirkan layanan yang dapat membantu perekonomian inklusif di Indonesia. Kami menyadari jika masih banyak UKM yang belum mempunyai akses pendanaan. Di sinilah kami berharap bahwa layanan tambahan kami, p2p lending, dapat memberi opsi pendanaan bagi UKM,” ungkap CEO Akseleran Ivan Tambunan.

Kontribusi UKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia mengalami peningkatan dari 57,84% menjadi 60,34% dalam lima tahun terakhir. Namun sumbangan UKM ke rantai pasok produksi global masih sangat minim yaitu hanya sebesar 0,8%. Hal ini disebabkan oleh lemahnya sektor permodalan yang mempengaruhi rendahnya tingkat produktivitas UKM.

Menurut Ivan, salah satu tantangan yang dihadapi oleh UKM adalah minimnya pengetahuan dan ketertarikan dalam berinvestasi terutama di kalangan profesional muda. Oleh sebab itu edukasi dan layanan yang memudahkan dalam berinvestasi di Indonesia menjadi penting.

“Karena itulah di Akseleran, kami memberikan banyak insentif dan keamanan bagi masyarakat yang ingin berinvestasi melalui portal kami, termasuk dengan telah terdaftarnya Akseleran pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” imbuh Ivan.

Di Akseleran, dana yang dapat diinvestasikan sebagai pinjaman modal usaha bagi UKM akan menghasilkan imbal hasil sebesar 11.75%-30% efektif per tahun. Hanya dengan menyisihkan mulai dari Rp100.000 masyarakat dapat berinvestasi melalui portal Akseleran. Sedangkan UKM, mendapat fasilitas pinjaman hingga Rp 2 miliar dengan bunga ringan mulai dari 6.35% flat per tahun.

“Kami berharap melalui portal Akseleran dan dengan menyediakan dua layanan dari equity crowdfunding serta p2p lending, kami dapat menjadi jembatan antara investor dan UKM. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang inklusif di Indonesia dapat semakin berkembang,” tutup Ivan.

Perum Jamkrindo dan Investree Bermitra, Mitigasi Risiko Gagal Bayar

Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia, atau juga dikenal dengan nama Perum Jamkrindo, menandatangani kerja sama dengan Investree, salah satu perusahaan teknologi finansial Indonesia di sektor peer-to-peer (p2p) lending. Kerja sama keduanya bertujuan memitigasi risiko gagal bayar dan merealisasikan manfaat hadirnya teknologi pada industri keuangan dalam rangka memberdayakan UMKM di Indonesia.

Perum Jamkrindo sendiri saat ini merupakan BUMN penjamin kredit yang memiliki fokus yang sama dengan Investree, membantu peminjaman untuk UMKM di Indonesia. Bentuk kerja sama kedua institusi ini adalah dengan memberikan penjaminan atas transaksi pembiayaan piutang untuk proyek atau pengadaan barang dan/atau jasa yang berada di wilayah Indonesia dengan jumlah maksimal Rp2 Miliar dan dengan jangka waktu paling lama 12 bulan.

Plt. Direktur Utama Perum Jamkrindo I. Rusdonobanu dalam rilisnya menyatakan:

“Penandatanganan perjanjian kerjasama Jamkrindo dengan Investree merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap perkembangan teknologi finansial, khususnya peer to peer lending di Indonesia. Kami menyadari bahwa teknologi finansial merupakan inovasi digital yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan sektor UMKM serta mampu memberikan dorongan finansial bagi masyarakat unbankable agar menjadi bankable di era serba modern ini, sehingga kami sangat antusias dapat berpartisipasi dalam hal ini.”

Sementara itu, CEO Investree Adrian Gunadi menyambut baik kerja sama yang terjalin antara kedua institusi ini. Harapannya kolaborasi keduanya mampu meningkatkan rasa percaya dan loyalitas masyarakat terhadap layanan teknologi finansial dan p2p lending.

Adrian mengungkapkan pihaknya optimis kerja sama dengan Jamkrindo tidak akan terbatas pada saat ini saja, tetapi akan berkembang seiring dengan pertumbuhan tren dan model bisnis. Salah satunya penyediaan sistem host-to-host agar proses menjadi lebih singkat dan mudah namun tetap aman.

“Membangun kepercayaan publik membutuhkan komitmen strategis. Selain melalui implementasi transparansi dan pemeliharaan produk dan layanan yang konsisten, dalam mencapai hal tersebut, kita juga perlu mengadakan sistem penjaminan. Tujuannya agar masyarakat merasa aman dan nyaman dalam melakukan investasi dan transaksi di Investree,” terang Adrian.

Pemain P2P Lending Telah Kucurkan Pinjaman Rp1,44 Triliun Hingga Agustus 2017

Data statistik internal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut jumlah dana yang telah disalurkan oleh pemain peer-to-peer (P2P) lending mencapai Rp1,44 triliun, tumbuh 496,51% atau senilai Rp242,48 miliar secara year-to-date (ytd) dibandingkan posisi pada Desember 2016. Angka perolehan tersebut merupakan akumulasi 22 perusahaan P2P lending yang telah mendapat surat tanda terdaftar dari OJK.

Kenaikan penyaluran pinjaman, menurut Hendrikus Passagi selaku Direktur Pengaturan, Perizinan, dan Pengawasan Fintech OJK, dipicu makin dikenalnya perusahaan p2p lending sebagai alternatif pemberi pinjaman sekaligus instrumen instrumen baru yang memiliki tingkat pengembalian yang kompetitif.

Selain itu, hal ini juga dipicu peningkatan kepercayaan konsumen terhadap status sektor usaha tersebut. Lantaran sudah diawasi oleh regulator dan memiliki regulasi yang mengatur aturan mainnya.

“Kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan P2P lending meningkat, tercermin dari hasil kinerja yang dicapai teman-teman kita,” terangnya saat diskusi panel yang diselenggarakan Modalku, kemarin (27/9).

Bila ditelusuri lebih dalam, dari total penyaluran tersebut mayoritas berasal dari Pulau Jawa dengan porsi 83,2% atau senilai Rp1,2 triliun. Sisanya, dikucurkan untuk peminjam di luar Pulau Jawa senilai Rp242,75 miliar.

Yang menarik, penyaluran untuk luar Pulau Jawa bila dibandingkan secara ytd mengalami pertumbuhan yang cukup drastis yakni 1694,98% dari sebelumnya Rp13,52 miliar. Ini menandakan masyarakat luar Pulau Jawa mulai melirik pinjaman dari perusahaan P2P lending sebagai alternatif sumber dana. Tingkat kepercayaannya pun mulai bertambah.

Bila dilihat dari total peminjam (borrower), angkanya mencapai 120.174 peminjam, tumbuh 136,27%. Porsi peminjam dari Pulau Jawa masih mendominasi dengan persentase 94,79% dengan angka 113.912 peminjam. Sisanya, sebanyak 6.145 berasal dari luar Pulau Jawa.

Adapun untuk pemberi pinjaman, hingga Agustus 2017 mencapai 48.034 orang, tumbuh 295,5%. Mayoritas dikuasai oleh pemberi pinjaman dari Pulau Jawa sebanyak 39.706 dan dari luar Pulau Jawa sebanyak 7.918.

Proses pendaftaran masih berlanjut

Selain memaparkan kinerja pemain P2P lending, Hendrikus juga mengungkapkan sebanyak 35 perusahaan tengah memproses permohonan pendaftaran. Sementara, yang menyatakan berminat sebanyak 22 perusahaan. Hingga kini, OJK telah memberikan surat tanda terdaftar ke 22 perusahaan.

Bila dirinci secara lokasi, dari 22 perusahaan terdaftar, 21 perusahaan diantaranya memiliki kantor yang berlokasi di Jabodetabek, sementara sisanya bertempat di Surabaya. Adapun dilihat dari status kepemilikan usaha, 14 perusahaan merupakan perusahaan milik lokal, sementara 8 perusahaan adalah milik asing.

OJK sendiri sebenarnya memutuskan untuk memperpanjang proses pendaftaran kepada pemain P2P lending sampai akhir tahun ini, dari batas waktu yang ditentukan pada tahap awal sampai 29 Juni 2017 sesuai isi POJK Nomor 77 Tahun 2016.

Setelah menerima surat tanda bukti terdaftar, dalam jangka waktu maksimal satu tahun perusahaan harus menaikkan modal disetor menjadi Rp2,5 miliar untuk mendapatkan izin usaha.