Payfazz Umumkan Pendanaan Seri B Senilai 767 Miliar Rupiah

Payfazz hari ini (06/7) mengumumkan perolehan pendanaan seri B senilai US$53 juta atau setara 767,7 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh B Capital Group dan Insignia Ventures, didukung beberapa investor terdahulunya Tiger Global Management, Y Combinator, ACE & Company, dan Quiet Capita; serta turut terlibat juga BRI Ventures sebagai investor baru.

Pendanaan ini akan memperkuat misi perusahaan untuk memperluas jangkauan pasarnya di seluruh wilayah Asia Tenggara. Seperti diketahui, dengan berbagai layanannya Payfazz mencoba meningkatkan akses finansial secara digital di daerah rural.

Di Indonesia sendiri, layanan mereka banyak diaplikasikan di warung-warung tradisional, memungkinkan pedagang mengakomodasi beragam jenis layanan finansial, seperti pembelian pulsa, pembayaran tagihan listrik, peminjaman uang, hingga penarikan dana tunai.

Co-Founder & CEO Payfazz Hendra Kwik dalam sambutannya mengatakan, “Kami melihat bahwa aplikasi fintech berbasis ponsel pintar akan merevolusi industri jasa keuangan di Asia Tenggara. Kami ingin ikut serta dalam revolusi dengan memudahkan akses pembayaran tagihan, transfer uang, pinjaman, pembukaan rekening tabungan, dan investasi melalui ponsel pintar, sehingga dapat mempercepat inklusi keuangan di Asia Tenggara.”

Sebelumnya dalam wawancara DailySocial dengan Payfazz awal tahun lalu, Hendra sudah mengatakan mengenai penggalangan dana ini. Ekspansi regional memang menjadi agenda utamanya di waktu mendatang. Dia meyakini bahwa jalur Payfazz sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pedesaan terhadap produk keuangan.

“Ada beberapa negara di ASEAN yang bisa direplikasi [dengan pembelajaran dari Indonesia]. Mungkin masuk ke satu atau dua negara dulu, tapi belum tahu apakah tahun ini karena masih dipelajari yang mana yang paling strategis.”

Selain itu, mereka juga mengagendakan untuk perkuat tim R&D, untuk memungkinkan solusi yang dihadirkan selalu relevan dengan kebutuhan pangsa pasar.

Sempat lakukan efisiensi bisnis

Jajaran tim Payfazz / Payfazz
Jajaran tim Payfazz / Payfazz

Pandemi Covid-19 turut memberikan dampak bagi Payfazz, karena ekonomi mikro di daerah-daerah juga tersendat akibat pembatasan sosial dan sebagainya. Belum lama ini, melalui keterangan resminya perusahaan menyampaikan telah melakukan efisiensi bisnis dengan mengalokasikan dana dan sumber daya pada unit bisnis yang dianggap menjanjikan, yakni small business, financial services, dan digital banking.

Keputusan tersebut berimplikasi pada pengurangan 10% tenaga kerja. Hendra menyebut perusahaan mengambil keputusan untuk penataan dan pemfokusan ulang sehingga perlu adanya pengurangan tenaga kerja profesional agar perusahaan tetap menjadi bisnis yang berkelanjutan. Sebelumnya, jumlah tenaga kerja di Payfazz mencapai 600 orang.

Dalam perjalanannya, Payfazz melakukan berbagai ekspansi bisnis sehingga membentuk grup usaha bernama Fazz Financial. Di bawahnya ada POST, Sellfazz POS, Fazzcard, Billfazz, dan Canfazz. Seluruh produk tersebut menyasar beragam segmen konsumen.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

On Pandemic Impact: Payfazz Confirms Business Efficiency

Companies are starting to adapt as the pandemic continues. It applies to the Payfazz fintech startup. This startup reduces expenses both from the number of employees, IT costs, and others in order to continue operation and be more profitable.

In an official statement, Payfazz CEO, Hendra Kwik said the company was not spared of the downturn impact in the world economy, which eventually demanded companies to adapt, including efficiency. The company has performed some strategies following the current condition, but he said it is not enough to maintain the company’s performance to remain sustainable.

Therefore, companies decided to allocate funds and resources in a sustainable sector, and relate to the company’s vision that focuses on small business, financial services, and digital banking.

“This has been a very difficult senior management decision during Payfazz’ operation since 2016. This tough decision must be taken to be able to maintain the sustainability of the company in the future,” he said, Thursday (6/18).

DailySocial team asked Hendra further on a separate occasion, he then explained that the increase in company’s revenue achieved by optimizing sales by adjusting service prices and service costs, as well as operational cost-efficiency.

“As a result, the company’s gross profit shows positive numbers and continues to rise as time goes by,” he said.

Regarding the 10% layoff, Hendra said that the company decided to restructure and refocus, therefore, layoff is quite necessary for the company can remain a sustainable business. Before making some efficiency, Payfazz employees have reached 600 people.

However, he did not specify which part of the team was affected by efficiency. He said the layoff is targeted for non-core businesses and businesses with a lot of physical contact with users, it makes it impossible to maintain physical distance.

“We do our best to continue to support our employees affected by the reduction by providing their rights in accordance with the current government regulations.”

In terms of benefit, a full salary for June 2020; severance package, award package according to tenure, leave entitlement package, and health insurance until October 2020. In addition, the company provides assistance for career services for affected employees.

Hendra hopes that this is going to be the last pandemic-effect tough decision. He did not want this to happen in the future. Currently, the company focused on increasing revenue, therefore, the company’s profit remains stable even in the midst of a crisis. The company is expected to continue in the long run.

“In the future, Payfazz will improve the company’s governance and continue to run sustainably,” he concluded.

In its journey, Payfazz has made various business expansions to form a business group called Fazz Financial. Under this group, there are Post, Sellfazz POS, Fazzcard, Billfazz, and Canfazz. All of these products target a variety of consumer segments.

One of them is Fazzcard, which is an application for filing credit to finance daily needs, pulses, data packages, basic needs, petrol, without having to have a bank account. In addition, consumers get cashback while shopping at Fazzcard e-commerce partners.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Terdampak Pandemi, Payfazz Lakukan Efisiensi Bisnis

Satu per satu perusahaan harus melakukan adaptasi seiring masih berlangsungnya pandemi. Kali ini terjadi di startup fintech Payfazz. Startup ini mengurangi pengeluaran baik dari jumlah tenaga kerja, biaya IT, dan lainnya agar terus beroperasi dan tetap cetak keuntungan.

Dalam keterangan resmi, CEO Payfazz Hendra Kwik mengatakan perusahaan tak luput dari dampak penurunan ekonomi dunia, yang akhirnya menuntut perusahaan untuk beradaptasi, di antaranya dengan efisiensi. Berbagai cara telah dilakukan perusahaan dalam kondisi saat ini, namun menurutnya hal tersebut belum cukup menopang kinerja perusahaan untuk tetap berkesinambungan.

Oleh karena itu perusahaan harus mengambil pilihan terakhir untuk mengalokasikan alokasi dana dan sumber daya di sektor yang sustainable, serta berhubungan dengan visi perusahaan yang berfokus pada small business, financial services, dan digital banking.

“Hal ini menjadi keputusan senior manajemen yang sulit selama Payfazz berdiri sejak 2016. Keputusan berat ini harus diambil untuk bisa mempertahankan keberlangsungan perusahaan di masa yang akan datang,” katanya, Kamis (18/6).

Secara terpisah, saat ditanyakan lebih dalam oleh DailySocial, Hendra menerangkan peningkatan pendapatan perusahaan dilakukan dengan cara mengoptimalkan penjualan dengan penyesuaian harga layanan dan biaya layanan, serta efisiensi biaya perusahaan.

“Sebagai dampaknya, terlihat gross profit perusahaan menunjukkan angka positif dan terus naik dari waktu ke waktu,” ucap dia.

Terkait pengurangan 10% tenaga kerja, Hendra menyebut perusahaan mengambil keputusan untuk penataan dan pemfokusan ulang sehingga perlu adanya pengurangan tenaga kerja profesional agar perusahaan tetap menjadi bisnis yang berkelanjutan. Sebelum efisiensi, jumlah tenaga kerja di Payfazz mencapai 600 orang.

Akan tetapi ia tidak merinci tim bagian apa saja yang terkena efisiensi. Ia menyebut pengurangan dilakukan untuk bisnis non-inti dan bisnis yang banyak kontak fisik dengan pengguna, sehingga tidak memungkinkan untuk jaga jarak fisik.

“Kami berusaha sebaik mungkin untuk tetap mendukung karyawan kami yang terkena pengurangan dengan memberikan haknya sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku.”

Bentuk benefit yang diberikan, antara lain gaji penuh untuk bulan Juni 2020; paket pesangon, paket penghargaan sesuai masa kerja, paket penggantian hak cuti, dan asuransi kesehatan hingga Oktober 2020. Selain itu, perusahaan memberikan bantuan untuk layanan karier bagi karyawan yang terdampak.

Hendra berharap pengambilan keputusan berat ini menjadi terakhir. Ia tidak menginginkan hal ini terjadi di masa depan. Saat ini perusahaan tetap fokus meningkatkan pendapatan, sehingga profit perusahaan tetap stabil walaupun di tengah krisis sekalipun. Harapannya perusahaan dapat terus berkelanjutan dalam jangka panjang.

“Ke depan Payfazz akan melakukan proses perbaikan tata Kelola dan perusahaan bisa tetap berjalan secara berkesinambungan,” pungkasnya.

Dalam perjalanannya, Payfazz melakukan berbagai ekspansi bisnis sehingga membentuk grup usaha bernama Fazz Financial. Di bawahnya ada Post, Sellfazz POS, Fazzcard, Billfazz, dan Canfazz. Seluruh produk tersebut menyasar beragam segmen konsumen.

Salah satunya adalah Fazzcard yang merupakan aplikasi untuk pengajuan kasbon membiayai kebutuhan sehari-hari, pulsa, paket data, sembako, bensin, tanpa harus punya rekening bank. Di samping itu, konsumen mendapat cashback apabila belanja melalui rekanan e-commerce Fazzcard.

Application Information Will Show Up Here

Masalah yang Coba Diselesaikan Fintech untuk Kalangan “Unbankable” di Pedesaan

Masih besarnya jumlah masyarakat di pedesaan yang belum tersentuh oleh layanan finansial perbankan dan institusi keuangan lainnya, menjadi salah satu alasan mengapa fintech hadirkan solusi. Mereka debut menawarkan produk yang cukup mendasar, seperti voucher pulsa, pembayaran PPOB, layanan transfer dana hingga pinjaman uang. Beda dengan perbankan, mereka jadikan pebisnis mikro seperti pemilik warung sebagai agen untuk menjembatani transaksi.

Sebagai salah satu startup Indonesia yang menyadari benar peluang tersebut, Payfazz ingin menjadi layanan finansial yang hampir serupa dengan perbankan. Namun tanpa memiliki kantor cabang dan hanya mengandalkan teknologi, konsep tersebut diklaim paling ampuh untuk masyarakat yang tinggal di pedesaan.

Dalam sesi #Selasastartup kali ini, Co-founder & CEO Payfazz Hendra Kwik menjabarkan beberapa fakta menarik dan alasan mengapa saat ini masih banyak masyarakat Indonesia di luar pulau Jawa yang belum memiliki akun rekening, simpanan hingga kesempatan untuk mendapatkan modal untuk usaha kecil mereka.

“Dengan layanan yang kami miliki harapannya bisa lebih banyak lagi UKM di pedesaan mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan usaha mereka yang akan berimbas kepada masyarakat sekitar dan secara langsung meningkatkan taraf hidup masyarakat di pedesaan.”

Akses terbatas

Berdasarkan hasil riset bertajuk The Future of Southeast Asia’s Digital Financial Services yang dilakukan Google, Temasek dan Bain & Company, sekurangnya 92 juta penduduk berusia dewasa di Indonesia belum tersentuh layanan finansial (unbankable).

Masyarakat di perkotaan bisa dengan mudah datang ke bank atau lembaga finansial lainnya. Sementara bagi masyarakat yang tinggal di pelosok kesulitan untuk mendapatkan akses finansial tersebut. Dari sisi lembaga penyedia layanan pun kadang alami kendala, misal harus keluarkan modal besar untuk mendirikan kantor cabang di daerah tersebut.

Dengan alasan itulah Payfazz yakin teknologi dapat mengatasi kesenjangan tersebut. Dengan menggandeng agen yang kebanyakan adalah pemilik toko kelontong, bisa mempermudah semua proses memanfaatkan aplikasi. Bukan hanya pembelian pulsa, melalui teknologi yang dimiliki kini masyarakat yang tinggal di pedesaan juga bisa mendapatkan kesempatan untuk meminjam modal, menyimpan uang dan lainnya.

“Untuk produk keuangan dibutuhkan data yang sangat akurat, untuk itu melalui agen kami terus memberikan edukasi kepada masyarakat agar bisa memberikan data yang tepat dan terbiasa mengakses teknologi memanfaatkan aplikasi di smartphone,” kata Hendra.

Kesadaran menabung

Masih banyaknya masyarakat di pedesaan yang tidak terbiasa menyimpan hasil usaha mereka, dan menghabiskan semua hasil panen atau usaha secara langsung, kerap menjadi persoalan dan sering ditemui di pedesaan. Melalui inovasi teknologi yang dimiliki, diharapkan bisa mengajarkan lebih banyak lagi kebiasaan menabung di kalangan masyarakat pedesaan, dengan memanfaatkan agen-agen yang tersebar.

Saat ini masih banyak masyarakat pedesaan yang menyimpan uang mereka di dalam rumah dan enggan untuk menyimpan di bank karena terbatasnya layanan perbankan yang tersedia di pelosok desa. Memanfaatkan agen yang dimiliki, tentunya bisa mempermudah proses tersebut, sekaligus membantu mereka untuk terbiasa menyimpan uang dan tidak melakukan cara-cara lama dalam hal perencanaan keuangan.

“Saat ini sekitar 64% masyarakat di Indonesia tidak pernah menyimpan uang, akibatnya ketika ada bencana uang mereka hilang karena mereka hanya menyimpan di kaleng di rumah mereka. Melihat fenomena tersebut kami melihat ada suatu urgensi dengan menyediakan akses perbankan yang sama dengan di kota-kota besar untuk kemudian diterapkan di daerah,” imbuh Hendra.

Inovasi teknologi

Berawal dari hanya menyediakan produk dalam jumlah terbatas, Payfazz kini menghadirkan berbagai layanan finansial untuk masyarakat di pedesaan. Mencoba menggantikan posisi kantor cabang bank yang masih sangat minim jumlahnya.

Payfazz saat ini sudah miliki 450 ribu orang agen. Aplikasi keuangan tersebut memudahkan pemilik UKM menawarkan berbagai produk keuangan, termasuk untuk PPOB, pembayaran tagihan, transfer dana, tarik tunai, hingga pembayaran kredit. Kontribusi PPOB saja setiap bulannya hampir menyentuh Rp1 triliun.

“Fokus kami sejak awal hingga saat ini adalah meng-cater masyarakat di pedesaan yang masih underprivileged dan terkucilkan dari layanan perbankan. Harapannya kami bisa menyediakan layanan kepada lebih banyak lagi masyarakat di pedesaan bukan hanya untuk keperluan finansial pribadi namun juga untuk mengembangkan usaha mereka lebih besar lagi,” terang Hendra.

#SelasaStartup Innovation Empower People

Pemberdayaan masyarakat berbasis kreativitas dan inovasi harus menjadi prioritas di era disrupsi teknologi dan perekonomian digital yang bertumbuh semakin besar di Indonesia.

Diskusi seru di #SelasaStartup bersama Hendra Kwik Co-Founder & CEO Payfazz tentang inovasi dalam memberdayakan masyarakat. Book your seat now!

Button

 

Payfazz Masih Galang Pendanaan Seri B, Bersiap Ekspansi Regional

Startup layanan keuangan berbasis keagenan Payfazz mengungkapkan sedang menggelar putaran pendanaan Seri B. Dana segar ini nantinya bakal digunakan untuk pengembangan produk keuangan di luar PPOB, memperkuat tim R&D, dan ekspansi regional setidaknya ada satu atau dua negara di ASEAN yang bakal disambangi.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO PayFazz Hendra Kwik belum memberikan detail lebih lanjut kapan finalisasi pendanaan selesai dilakukan. Menurutnya, pendanaan Seri B ini belum ditutup alias masih mencari investor lainnya untuk bergabung.

“Ada banyak [investor], kebanyakan adalah strategic financial sector. Gabungan dari investor hedge fund, ada late stage investor dan strategic financial service investor. Prosesnya masih on going karena belum kita tutup [penggalangannya],” tutur Hendra.

Sejumlah investor yang menanamkan dana ke Payfazz dia ntaranya Y Combinator, Insignia Ventures Partners, MDI Ventures, Vertex Ventures, Convergence Ventures, dan dirumorkan mengantongi dana dari Tiger Global Management sejak bulan lalu.

CEO & Co-Founder Payfazz Hendra Kwik / Payfazz
CEO & Co-Founder Payfazz Hendra Kwik / Payfazz

Ekspansi regional, sambungnya, termasuk dalam rangka mewujudkan ambisinya sebagai perusahaan regional. Dia meyakini bahwa jalur Payfazz sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pedesaan terhadap produk keuangan. Dari pengakuan lembaga lewat award yang diperoleh Payfazz menambah keyakinan bahwa best practice ini bisa dibawa di ekspor ke luar negeri.

“Ada beberapa negara di ASEAN yang bisa direplikasi [dengan pembelajaran dari Indonesia]. Mungkin masuk ke satu atau dua negara dulu, tapi belum tahu apakah tahun ini karena masih dipelajari yang mana yang paling strategis.”

Memperkuat tim R&D adalah kecenderungan yang selalu dilakukan ketika Payfazz punya anggaran dana yang lebih, alokasi dana mayoritas ditempatkan di sana. Hendra memandang tim R&D punya peranan yang penting sepanjang perusahaan berdiri. Di sana menjadi cikal bakal suatu layanan baru yang dikeluarkan Payfazz.

“Setiap ada permintaan di pasar selalu kita validasi, untuk melihat permintaannya valid atau tidak. Lalu lihat potensinya, apakah saturated atau pasar masih lebar, apakah ada potensi bisnis dan punya sustainability yang kuat,”

Dia melanjutkan, “Kalau bagus, kita coba cari kandidat dari luar untuk dijadikan internal CEO untuk lead produk tersebut. Kita hire, kalau sudah dapat tim yang bagus dan idenya valid, kita akan support dengan dana internal dan biarkan mereka scale up.”

Fokus layani produk keuangan dasar

Hendra mengaku literasi produk keuangan di desa masih rendah, sehingga belum tepat rasanya bila menjajal mereka dengan produk-produk yang belum punya korelasi erat dengan kebutuhan mereka sehari-hari. Alhasil saat Payfazz dirintis di 2016, produk yang ditawarkan adalah PPOB karena paling mudah dimengerti oleh mereka.

“PPOB ini membuat masyarakat familiar dengan brand Payfazz. Kita pun makin perbanyak lokasi agen Payfazz. Setelah empat tahun, mereka sering pakai, akhirnya reputasi kami semakin baik, jaringan sudah kuat. Lalu diputuskan untuk menyalurkan produk keuangan di luar PPOB.”

Kontribusi PPOB saja setiap bulannya hampir menyentuh Rp1 triliun. Pertumbuhan secara umum bila direratakan antara dua sampai tiga kali lipat per tahunnya. Disebutkan jumlah agennya mencapai 450 ribu orang, jumlah registrasinya tembus 2,5 juta unduhan. Hampir 40% di antaranya terpusat di Pulau Jawa.

Angka ini menobatkan Payfazz sebagai salah satu pemain agen keuangan terbesar untuk segmentasi di pedesaan.

Setelah PPOB, sebenarnya menjelang tahun lalu perusahaan mulai masuk ke variasi produk pinjaman dan transfer bank sebagai tingkatan produk keuangan dasar berikutnya. Untuk produk pinjaman perusahaan bekerja sama strategis dengan startup lending Modal Rakyat.

Produk tersebut dinamai Kredit Agen untuk mendukung keberlanjutan usaha agen Payfazz dengan memberikan kredit modal usaha tanpa jaminan. Nominal dana yang diberikan mulai dari Rp500 ribu sampai Rp2 juta.

Fitur transfer yang sudah ditambahkan di dalam aplikasi Payfazz memungkinkan pengguna untuk transfer uang ke seluruh bank.

“Pengembangan produk selalu melihat dari kebutuhan konsumen. Kalau mereka enggak ngerti untuk apa [dibuatkan produknya]. Yang tadinya hanya ada PPOB, sekarang ada tambahan transfer bank, pinjaman mau diperkuat, dan tabungan sedang kita pertimbangkan.”

Pengenalan dua produk dan rebranding jadi Fazz Financial

Sebenarnya, di luar fokusnya menjangkau masyarakat desa dengan akses keuangan finansial, Payfazz merilis berbagai produk yang menjangkau berbagai segmen konsumen. Ada Post, Sellfazz, Sellfazz POS, Fazzcard, dan Canfazz. Tiga produk di awal adalah aplikasi kasir online yang menyasar tipe usaha yang berbeda.

Sementara Fazzcard adalah aplikasi untuk pengajuan kasbon untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, pulsa, paket data, sembako, bensin, tanpa harus punya rekening bank. Di samping itu, menawarkan cashback apabila belanja melalui rekanan e-commerce Fazzcard.

Terakhir adalah Canfazz. Semangat yang ditawarkan sebenarnya mirip dengan Payfazz, sebagai agen edukasi produk keuangan di pedesaan. Bedanya adalah Canfazz adalah agen mobile yang ‘jemput bola’ ke rumah warga untuk menjelaskan produk keuangan.

Sementara agen Payfazz itu statis karena berbentuk warung, sehingga untuk menjalankan fungsinya sebagai edukator hanya akan terjadi apabila jika warga yang datang ke warung untuk bertanya lebih jauh.

“Awalnya Canfazz itu kita pakai untuk management sales internal yang datang ke lapangan untuk edukasi agen dan masyarakat agar ngerti cara pakai Payfazz. Kemudian kita lihat ini bisa di-scale up karena kita anggap cukup untuk alat edukasi produk keuangan.”

Agen Canfazz bertugas untuk melakukan sales atau penjualan produk, survei lapangan, hingga pemasangan alat promosi di toko yang telah ditentukan. Ke depannya memungkinkan untuk buka tabungan melalui mereka.

“Inisiatif ini baru dimulai di 2019, ternyata sales internal kita cukup efektif untuk edukasi. Namun kalau hire sendiri akan jadi cost. Makanya kita berpikir untuk merekrut masyarakat lokal yang mau dapat income tambahan, ada komisi yang mereka apabila terjadi konversi.”

Variasi produk keuangan yang semakin komprehensif membuat Hendra untuk mengambil keputusan untuk rebranding Payfazz menjadi Fazz Financial sebagai induk yang membawahi berbagai produk keuangan.

“Dari awalnya hanya untuk bayar-bayar saja, kini sudah transformasi sebagai produk keuangan holistik. Jadinya kita rebranding.”

Menariknya, posisi Payfazz yang unggul di segmen PPOB membuat perusahaan akhirnya membuat anak usaha yang khusus menyediakan API-nya (host-to-host/h2h). Perusahaan ini disebut Billfazz (PT Billfazz Teknologi Nusantara) yang rilisnya berdekatan dengan Canfazz.

Hendra menjelaskan Payfazz tergolong punya mitra pembayaran yang cukup komprehensif dari berbagai perusahaan dan pemerintah. Perusahaan yang pernah menjadi provider PPOB untuk Telkom, volume transaksi melambung tinggi hanya dari Telkom saja.

“Dari situ kita putuskan ternyata makin banyak perusahaan yang mau integrasi dengan kita. Tapi karena Payfazz ini platform, hanya bisa dikoneksikan dengan satu API saja, makanya dibuatlah Billfazz. Jadi perusahaan yang mengembangkan PPOB bisa diintegrasikan API-nya dengan Billfazz.”

Disebutkan ada ribuan mitra yang telah terkoneksi dengan Billfazz masuk ke ekosistem PPOB. Variasinya mulai dari tagihan pemerintah, pajak, tagihan telepon, e-wallet, dan perbankan. Pengguna Billfazz di antaranya adalah Blibli, Traveloka, Tokopedia, Mapan, Flip, dan lainnya.

Dari seluruh rangkaian Payfazz yang kebanyakan fokus pada B2B2C, Hendra menyebut bahwa saat ini perusahaan sudah mencetak laba tapi belum positif. “Tahun ini harusnya positif kalau misalnya hiring stop, tapi kita investasi terus di situ, spent-nya besar,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Payfazz Luncurkan Aplikasi POS untuk UMKM Bernama “Sellfazz”

Layanan finansial digital berbasis keagenan Payfazz meluncurkan produk barunya bernama Sellfazz. Berbentuk point of sales (POS), aplikasi di platform Android tersebut didesain untuk membantu UMKM dalam melakukan pencatatan penjualan dan pembukuan. Sejak diluncurkan pada tanggal 15 Oktober 2018 lalu, saat ini Sellfazz tengah mengudara dalam versi lite, dapat digunakan dan diunduh secara cuma-cuma.

Saat ini belum ada integrasi khusus dengan layanan pembayaran Payfazz. Namun rencana integrasi tersebut sudah masuk dalam pembaruan di versi mendatang. Tim pengembang menyadari, bahwa saat ini sudah banyak layanan berbasis SaaS yang menawarkan sistem POS. Namun mereka cukup percaya diri, dengan pengalaman pengguna yang lebih ringkas, Sellfazz akan diminati oleh pengguna.

“Keunggulan Sellfazz terletak pada keterjangkauan, keandalan, dan kemudahan pemakaiannya. Sellfazz sudah mencakup berbagai fitur yang krusial bagi usaha mikro seperti: pengelolaan produk/stok, pencatatan penjualan/transaksi, pencetakan bukti pembayaran, dan laporan transaksi,” ujar tim pengembang Sellfazz kepada DailySocial.

Sellfazz saat ini juga memiliki aplikasi back office berbasis website yang dapat diakses untuk pengelolaan produk dengan banyak SKU. Di dasbor yang tersedia pengguna juga bisa melihat laporan usaha dengan lebih rinci. Pengembangan aplikasi ini didasarkan pada masalah yang banyak dijumpai di usaha berskala mikro. Saat ini kebanyakan proses pencatatan keuangan usahanya masih dilakukan secara manual, bahkan sebagian besar usaha mikro belum melakukannya. Pada akhirnya akan berdampak pada stagnansi dari usahanya.

“Kami belajar dari kebutuhan agen Payfazz. Sellfazz dibuat dengan tujuan agar awareness pengusaha mikro dan kecil bisa meningkat dalam hal literasi keuangan dan manajemen pengelolaan usaha. Dan ini terbukti kalau kami melihat respons dari pengguna, secara organik belum sebulan diluncurkan Sellfazz sudah memiliki lebih dari 3000 pengguna, kebanyakan dari kalangan pengusaha di bidang warung makan, konter pulsa, dan warung kelontong, juga usaha perorangan seperti online shop,” jelas tim Sellfazz.

Tim pengembang cukup optimis melihat respons pasar, dalam setahun mereka menargetkan setidaknya bisa membantu 100 ribu pengusaha mikro, kecil dan menengah dalam hal modernisasi usaha. Ke depan pihaknya juga ingin memperbanyak kolaborasi, baik dengan startup, institusi keuangan, dan berbagai pihak lainnya agar dampaknya bisa lebih besar lagi. Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan meluncurkan beberapa fitur tambahan khususnya untuk usaha yang sudah lebih berkembang.

Application Information Will Show Up Here

Untuk Pertama Kalinya Y Combinator Roadshow akan Digelar di Jakarta

Y Combinator dikenal sebagai salah satu program akselerasi asal Silicon Valley yang cukup sukses. Lebih dari 1450 startup pernah masuk dalam program akselerasinya dan mendapatkan benih investasi, termasuk di dalamnya Dropbox, Airbnb, Coinbase, Stripe, Reddit, Zenefits, BuildZoom, Instacart, Twitch.tv, Machine Zone, hingga Weebly.

Lanskap startup Indonesia pun sudah mulai dieksplorasi oleh Y Combinator, diawali dengan ditunjuknya startup fintech PAYFAZZ untuk mengikuti program mereka serta mendapatkan pendanaan. Untuk pertama kalinya juga Y Combinator akan mengadakan roadshow ke Jakarta, menghadirkan salah satu partner mereka Gustaf Alströmer.

Roadshow ini akan terdiri dari dua sesi, yaitu Office Hours dan Host Talks. Office Hours merupakan sesi privat yang akan ditujukan kepada enam startup terpilih. Mereka akan mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi langsung dari Gustaf Alströmer. Untuk sesi ini pendaftaran masih dibuka melalui tautan goers.co/yc. Sebelum terpilih, pendaftar akan dikurasi oleh tim penyelenggara.

Sesi kedua ialah Host Talks, yakni diskusi seputar startup digital yang akan mendatangkan tiga pemateri. Selain Gustaf Alströmer, akan ada Irmansyah Putera selaku Head of Accelerator & Incubator MDI Ventures dan Hendra Kwik selaku Co-Founder & CEO PAYFAZZ. Acara ini terbuka untuk umum. Pendaftaran dapat dilakukan melalui goers.co/ycjkt.

Rangkaian acara Y Combinator Roadshow Jakarta akan diselenggarakan di Conclave Simatupang pada 28 Oktober 2017, mulai 15.00 – 18.00 WIB.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara Y Combinator Roadshow Jakarta

BRI Gandeng PAYFAZZ Hadirkan Layanan Perbankan Inklusif Melalui Smartphone

Bersamaan dengan perhelatan Indonesia Banking Expo (IBEX) yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center pada 19-20 September 2017 lalu, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengumumkan jalinan kerja sama dengan PT Payfazz Teknologi Nusantara (PAYFAZZ). PAYFAZZ dikenal sebagai startup fintech jebolan program inkubasi Indigo yang mengembangkan sistem pembayaran berbasis aplikasi untuk menyasar unbanked society.

Melalui jalinan kerja sama ini, BRI berkomitmen memberikan dukungan kepada PAYFAZZ dalam pengembangan sistem dan teknologi termasuk mengandalkan keunggulan konektivitas melalui satelit BRIsat. Peran PAYFAZZ sendiri akan menyediakan produk aplikasi perbankan untuk BRI yang akan diintegrasikan ke dalam sebuah sistem keagenan untuk layanan perbankan mandiri (di luar kantor bank) di daerah. Selain itu nantinya produk-produk perbankan BRI dapat diakses melalui aplikasi smartphone yakni “BRI-Powered by PAYFAZZ”.

“Saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa sepenuhnya menikmati layanan perbankan utamanya di luar Pulau Jawa. Dengan semakin banyaknya pengguna smartphone di berbagai wilayah di Indonesia, kami menjawab tantangan tersebut melalui inovasi layanan digitalisasi perbankan,” sambut Corporate Secretary Bank BRI Hari Siaga Amijarso.

Salah satu tujuan yang diharapkan, melalui aplikasi ini, masyarakat dapat mendaftarkan diri menjadi Agen Laku Pandai (Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif), bisa membuka rekening tabungan (Basic Saving Account), referral pengajuan aplikasi kredit mikro BRI, dan melakukan  berbagai transaksi perbankan lainnya seperti setor tunai, tarik tunai, pembayaran asuransi AMKKM, pembayaran multi-finance FIF, OTO, serta Verena.

“PAYFAZZ optimis bahwa dalam satu tahun ke depan, teknologi dan aplikasinya akan melahirkan 2 juta agen keuangan nusantara untuk menyediakan akses layanan keuangan bagi ratusan juta masyarakat Indonesia yang membutuhkannya. Dengan strategi partnership dan teknologi pemasaran digital yang tepat, 2 juta agen bukan angka yang sulit untuk dicapai,” ujar CEO PAYFAZZ Hendra Kwik.

Agen PAYFAZZ menjadi representasi sistem “ATM” BRI

Secara spesifik, selain Agen Laku Pandai, ada beberapa hal yang dikonsolidasikan dalam kerja sama ini. Beberapa penambahan fitur yang dibubuhkan di PAYFAZZ atas bantuan BRI di antaranya sistem Pulsa & Payment Point Online Bank (PPOB), fitur kanal akun virtual BRI, fitur kanal setor tunai, pengembangan sistem perbankan, termasuk bantuan pengajuan lisensi operasi dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dari PAYFAZZ ada dua hal utama yang disampaikan dalam kerja sama ini. Pemanfaatan jaringan agen PAYFAZZ untuk distribusi produk perbankan BRI ke seluruh Indonesia dan pengembangan aplikasi agen maupun aplikasi nasabah.

Dengan hadirnya akses Laku Pandai di aplikasi PAYFAZZ, 50.000 agen PAYFAZZ yang ada saat ini akan berfungsi layaknya kantor cabang bank dan ATM untuk BRI. Jumlahnya yang banyak dan persebarannya yang luas membuat agen PAYFAZZ menjadi jalur distribusi yang lebih efektif dan efisien daripada kantor cabang bank dan mesin ATM konvensional.

Terkait kemungkinan kerja sama dengan mitra lain, Hendra menyampaikan, “Tentu ada, kami sangat terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai perusahaan lain, terutama dengan bank dan perusahaan pembayaran. Semua ini dilakukan demi mempercepat proses digitalisasi pembayaran di Indonesia.”

Hendra mengaku bahwa timnya juga masih terus mencoba menganalisis perilaku agen dan pengguna layanan PAYFAZZ untuk meningkatkan kualitas aplikasi secara berkala. Beberapa pembaruan yang baru diluncurkan di antaranya fitur kredit untuk membantu agen yang membutuhkan tambahan modal dalam menyediakan layanan PAYFAZZ, fitur Virtual Account PAYFAZZ untuk memfasilitasi pembayaran real-time 24 jam, dan peningkatan performa aplikasi PAYFAZZ sehingga konsumsi datanya menjadi lebih ringan dan kecepatannya meningkat ketika digunakan.

Application Information Will Show Up Here

Payfazz dan Strategi Keagenan untuk Menyasar “Unbanked Society” di Indonesia

Payfazz merupakan sebuah layanan keuangan berbasis keagenan yang ditujukan untuk unbanked society. Saat ini telah diterbitkan dalam paltform Android, untuk merangkum berbagai jenis layanan yang dapat diakses oleh masyarakat melalui agen. Payfazz berkoordinasi dengan bank untuk membangun jaringan distribusi bank melalui para agen Payfazz yang dapat beroperasi di berbagai tempat. Dengan kata lain, para Agen Payfazz atau disebut sebagai “Agen Keuangan Nusantara” ini akan menjadi representatif bank dan Payfazz secara bersamaan.

Untuk produk yang bisa diakses saat ini berupa pembayaran Pulsa, PPOB (Payment Point Online Bank), Game Voucher, Multifinance, Kredit, dan Transfer Dana. Selain itu, Payfazz sedang mengembangkan kerja sama dengan salah satu bank terbesar di Indonesia untuk  menghadirkan layanan Lakupandai di aplikasi Payfazz. Sedangkan untuk fitur, Payfazz menyediakan sistem pencatatan transaksi, fasilitas top-up saldo, fitur Print Bluetooth untuk mencetak bukti transaksi pelanggan, hingga pinjaman modal usaha bagi agen yang membutuhkannya.

“Ide dasar pengembangan Payfazz datang dari fenomena Indonesia, berdasarkan data Bank Dunia hanya 36% masyarakat Indonesia yang mempunyai rekening bank, dan hanya 4% masyarakat Indonesia yang mengenal dan menggunakan kartu kredit. Terdapat lebih dari 170 juta masyarakat Indonesia yang pengetahuannya mengenai teknologi keuangan sangat minim,” ujar Hendra Kwik, Co-Founder & CEO Payfazz.

Dalam keterangannya, Hendra menambahkan minimnya banked-society disebabkan oleh 3 variabel faktor, yaitu (1) kurangnya literasi finansial di kalangan masyarakat Indonesia, (2) Sektor perbankan yang menganggap sebagian besar masyarakat Indonesia masih tergolong status unbankable, (3) distribusi akses ATM, KC atau KCP Bank yang belum menyeluruh ke seluruh Indonesia.

Payfazz spesifik jangkau unbanked-society / Payfazz
Payfazz spesifik jangkau unbanked-society / Payfazz

Di lain sisi, masyarakat Indonesia mengenal dan sangat akrab dengan teknologi informasi berupa smartphone dan internet. Hasil riset Payfazz menunjukkan bahwa sekitar 132,7 juta masyarakat Indonesia aktif menggunakan internet setiap harinya. Melihat peluang tersebut, Payfazz mencoba mengarahkan fungsi smartphone dan koneksi internet tersebut untuk memfasilitasi transaksi online yang sering dilakukan masyarakat Indonesia dan menjadi kebutuhan rutin mereka seperti pulsa, transaksi PPOB dan transfer uang.

Fase awal diperkuat pendanaan Y Combinator dan MDI Ventures

Untuk operasionalnya, saat ini Payfazz telah menerima dukungan pendanaan dari Y Combinator dan MDI Venture. Y Combinator merupakan inkubator dan venture capital global yang berpusat di Silicon Valley yang turut membesarkan startup yang sudah mendunia seperti Airbnb, Dropbox, Stripe dan Twitch. Sedangkan MDI Venture merupakan venture capital milik Telkom. Payfazz terhubung dengan MDI melalui inkubasi dalam program Indigo Startup Nation.

Dengan proses bisnis yang ada saat ini, Payfazz sangat yakin akan berhasil, melihat beberapa pembuktian dari startup sejenis di berbagai negara berkembang lain seperti M-Pesa di Kenya, paytm di India dan Alipay di Tiongkok. Bisnis model dinilai membawa kebaikan bagi masyarakat luas. Para Agen Keuangan Nusantara dapat menambah penghasilan dan para masyarakat unbanked menjadi teredukasi dan terbantu untuk mengakses layanan keuangan.

“Saat ini Payfazz sudah memiliki puluhan ribu Agen yang berasal dari berbagai latar belakang demografi. Agen Payfazz kebanyakan telah memiliki usaha rumahan seperti toko kelontong dan konter pulsa di pelbagai wilayah di Indonesia. Puluhan ribu Agen Keuangan Nusantara ini melayani ratusan ribu masyarakat unbanked dan memproses jutaan layanan perbankan setiap bulannya,” imbuh Hendra.

Diakui pula saat ini sudah banyak layanan sejenis, mencoba memberdayakan unbanked-society di Indonesia. Dari situ Payfazz mencoba untuk spesifik menyasar masyarakat yang masih awam terhadap layanan bank dan teknologi keuangan. Payfazz menggunakan sistem keagenan dan menitikberatkan pada masyarakat unbanked sebagai end user. Agen Payfazz berperan mengedukasi dan memfasilitasi layanan perbankan bagi para masyarakat unbanked.

Tiga pendiri asal Jambi yang berpengalaman di startup besar

Co-Founder Payfazz: Ricky, Hendra, Jefriyanto / Payfazz
Co-Founder Payfazz: Ricky, Hendra, Jefriyanto / Payfazz

Payfazz didirikan oleh 3 orang yang berasal dari Jambi dan merupakan rekan sejawat sejak kecil. Ketiganya pula memiliki pengalaman bekerja di startup yang telah membuktikan keberhasilannya dan menjadi panutan startup lokal. Pertama ialah Hendra Kwik, lulusan S1 Teknik Kimia ITB, sebelumnya ia bekerja di Kudo. Kemudian Jefriyanto Guang, lulusan S1 Ilmu Komputer Binus, ia sebelumnya bekerja di Tiket.com. Dan yang ketiga ialah Ricky Winata, lulusan S1 Ilmu Komputer Binus, ia sebelumnya pernah bekerja di Traveloka.

Di tahun ini, fokus Payfazz berupaya membenahi fitur-fitur yang sudah ada untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan. Selain itu, Payfazz juga menargetkan untuk memperluas jaringan Agen Keuangan Nusantara demi menjangkau lebih banyak unbanked-society di seluruh Indonesia. Dengan semakin banyak Agen Payfazz, pihaknya berharap semakin banyak unbanked society yang terbantu untuk mengakses layanan perbankan seperti pembayaran, pulsa, PPOB, transfer dana dan kredit/pinjaman dengan mudah.

Hasil bimbingan inkubator Indigo

DailySocial juga menghubungi Ery Punta Hendraswara, Managing Director Indigo Creative Nation, yang juga menjadi mentor Payfazz. Tentang Payfazz, Ery berpendapat, “Gerakan digital untuk kemajuan bangsa tidak dapat ditawar, termasuk melakukan transaksi elektronik. Payfazz menjadi salah satu solusi yang efektif untuk mengakomodasi kebutuhan transaksi elektronik bagi seluruh masyarakat khususnya unbanked society.”

“Selain melayani solusi keagenan yang dapat melayani transaksi elektronik yang efisien bagi seluruh masyarakat, Payfazz dapat mengembangkan solusi keuangan yang lebih luas lagi terutama melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perbankan, operator telekomunikasi, koperasi, bahkan perusahaan-perusahaan untuk mengelola investasi masyarakat, seperti investasi reksadana,” lanjut Ery.

Dalam program inkubatornya, Payfazz mendapatkan bimbingan baik mentoring intensif hingga pendanaan untuk tumbuh lebih besar lagi melalui program akselerasi startup, serta channeling kepada pasar yang relevan melalui kanal-kanal pemasaran di Telkom yang telah berkembang. Channeling ini lah yang kemudian menjadi percepatan bagi Payfazz untuk tumbuh dan memberikan sumbangsih lebih banyak terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia.

Application Information Will Show Up Here