Plug and Play Indonesia Gelar “Demo Day” 9 Startup Batch Pertama

Akselerator startup berbasis di Silicon Valley Plug and Play Indonesia menggelar acara Demo Day untuk 9 startup yang lolos dalam program akselerator di Jakarta. Turut hadir dalam kegiatan Demo Day batch pertama tersebut Presiden Direktur Plug and Play Indonesia Wesley Harjono, Managing Partner Plug and Play APAC Jupe Tan, dan Direktur Akselerator Plug and Play Indonesia Nayoko Wicaksono.

“11 startup yang lolos seleksi telah melalui proses penyaringan menjadi hanya 9 startup yang lolos program akselerasi Plug and Play Indonesia. Untuk selanjutnya akan kami bina dan berikan dukungan kepada 9 startup ini hingga mendapatkan deal dari investor,” kata Jupe.

Sembilan startup yang berhasil masuk ke tahap Demo Day merupakan startup yang telah berhasil lolos dari penyaringan awal yaitu sebanyak 400 aplikasi startup. Layanan yang ditawarkan pun cukup beragam, mulai dari yang menyasar layanan transportasi, financial technology (fintech), pertanian, edutech hingga HR. Seluruh startup mendapat kesempatan untuk berkolaborasi dengan korporasi dan suntikan dana tahap awal sebesar US$50 ribu.

“Di batch pertama ini kami membuka pendaftaran startup secara umum, namun demikian dari batch pertama ini kami sudah bisa melihat, seperti apa startup yang bakal kami fokuskan untuk batch kedua Plug and Play Indonesia,” kata Wesley.

Selama 14 minggu para startup telah menerima dukungan dari Plug and Play Indonesia berupa mentorship, hingga bertemu dengan para regulator untuk melancarkan model bisnisnya.

Sembilan startup yang lolos program akselerasi Plug and Play dan berhak untuk mempromosikan bisnisnya dalam kegiatan Demo Day adalah Dana Didik, KYCK, Otospector, Bustiket, Karta, SayurBox, Brankas, Astronaut, Wonderworx.

Masih minimnya edukasi dan ketrampilan para Founder

Dalam kesempatan tersebut hadir pula salah satu mentor Plug and Play Indonesia, Sukan Makmuri, yang merupakan CTO PT Kudo Teknologi Indonesia (KUDO). Selama bertugas menjadi mentor, Sukan masih melihat kurangnya ketrampilan hingga kemampuan para Founder startup Indonesia. Hal tersebut menurut Sukan yang menjadi salah satu faktor utama mengapa belum ada startup baru yang bisa eksis dan sustainable.

“Bukan hanya model bisnis yang menjadi perhatian kami di Plug and Play Indonesia, namun juga kemampuan dan skill dari para Founder yang saat ini masih sangat minim.”

Ditambahkan Sukan, Founder yang baik idealnya harus mampu untuk melakukan kompromi dan tidak menganggap ide bisnis startup yang dimiliki adalah absolut.

“Penting bagi Founder untuk memiliki daya tahan yang kuat serta pintar untuk menentukan waktu yang tepat kapan startup dengan layanan dan produk yang dimiliki bisa diluncurkan. Timing is everything in startup world,” kata Sukan.

Selain timing, menurut Wesley, produk yang bisa memberikan solusi terbaik untuk masyarakat juga menjadi faktor penentu keberhasilan startup. Karena alasan itulah Plug and Play Indonesia melakukan proses kurasi untuk menentukan startup yang bisa memberikan solusi terbaik.

“Jika model bisnisnya sudah jelas dan bisa mengurai masalah yang ada, kami dari Plug and Play akan membantu startup binaan bertemu dengan regulator dan menjembatani layanan yang mereka berikan,” kata Wesley.

Daftar Program Inkubator dan Akselerator Startup Indonesia

Program akselerator dan inkubator memang sangat lekat dengan dunia startup. Kendati keduanya memiliki misi yang sama –yakni memperlancar laju startup—namun terdapat perbedaan antara akselerator dan inkubator. Secara umum perbedaan akselerator dan inkubator ialah pada jangkauannya.

Akselerator mencoba mempercepat atau mengakselerasi laju bisnis startup yang sudah berjalan. Bisanya dengan memberikan investasi, pendampingan ataupun konsultasi. Sedangkan inkubator lebih kepada proses pembinaan pada startup di tahap awal, mulai dari mematangkan model bisnis, konsep produk hingga pangsa pasar. Jadi dapat dikatakan bahwa untuk sebuah startup prosesnya adalah membentuk tim, mengikuti program inkubator lalu mematangkan bisnis melalui program akselerator.

Di Indonesia, saat ini sudah mulai banyak program inkubator dan akselerator startup. Mulai yang dikelola oleh perusahaan modal ventura, korporasi hingga pemerintah. Berikut daftar program inkubator dan akselerator yang dapat diikuti oleh startup Indonesia. Untuk program inkubator ditandai dengan (i), sedangkan program akselerator ditandai dengan (a).

1000 Startup (i)

Diinisiasi oleh Kominfo dan Kibar, program inkubasi ini terbagi menjadi lima fase, yakni Ignition penanaman pola pikir kewirausahaan, Workshop pembekalan keahlian dasar startup, Hacksprint pembentukan tim untuk membuat prototipe, Bootcamp pembinaan bersama mentor, dan Incubation pembinaan lanjutan hingga siap diluncurkan. Ditargetkan tahun 2020 akan tercetak sebanyak 1000 startup yang menjadi solusi atas berbagai masalah dengan memanfaatkan teknologi digital.

Diadakan di berbagai kota, kegiatan ini menjadi sebuah jembatan bagi individu yang berminat mengembangkan karier di dunia kewirausahaan digital. Pasalnya jika dirunut dari awal hingga akhir, kegiatan yang ada dalam Gerakan Nasional 1000 Startup ini memang mempersiapkan talenta dari nol, hingga siap untuk menjadi bagian dari ekosistem startup digital di tanah air. Hingga saat ini program 1000 startup masih terus berjalan dan membuka kesempatan kepada semua anak muda di Indonesia.

Alpha Startup (a)

Program ini akselerasi ini merupakan hasil kemitraan strategis antara 1337 (Leet) Ventures, Convergence Ventures, Baidu Indonesia, dan Gobi Partners. Batch pertama program ini sudah dimulai sejak pertengahan tahun 2016 lalu. Tidak ada spesifikasi khusus untuk kategori startup yang dapat masuk ke program ini. Alpha Startup juga memberikan fasilitas berupa program bimbingan dan beragam fasilitas, termasuk ruang bekerja, fasilitas pendukung produktivitas dari AWS, dan juga suntikan investasi senilai Rp 325 juta.

Namun sejatinya jika melihat materi yang disampaikan, Alpha Startup ini masuk dalam skala pre-accelerator. Mereka berada di antara startup yang sudah memiliki ide namun sedang tahap validasi. Proses pembinaan di dalamnya membantu startup melakukan validasi, terkait produk dan pangsa pasar. Bahkan salah satu outcome yang dihasilkan dari program ini ialah pematangan MVP (Minimum Viable Product).

Bekraf for Pre-Startup (i)

Bekraf for Pre-Startup (BEKUP) adalah program yang dirancang khusus untuk mematangkan integrasi ekosistem startup dari hulu sampai ke hilir, yaitu pematangan calon-calon sumber daya manusia yang akan membangun startup di tanah air. Kegiatannya berupa workshop, baik terkait manajemen bisnis maupun teknis pengembangan produk. Program BEKUP lebih cocok ditempatkan pada fase pre-incubation, pasalnya kegiatan ini memfokuskan pada pembinaan individu dari 0, hingga pembentukan tim yang siap untuk masuk tahap inkubasi awal.

Tidak melepas begitu saja startup pemula yang menjadi lulusan di program ini, melainkan BEKUP menghubungkannya dengan kanal inkubasi lanjutan melalui koneksi Bekraf. Termasuk membawa startup pemula yang dilahirkan ke dalam program inkubator dan akselerator lain yang telah bekerja sama dengan Bekraf.

BNV Labs (i)

BNV Labs didirikan oleh Bank Bukopin bekerja sama dengan Kibar. Program tersebut terfokus kepada tiga elemen utama, yaitu pembentukan tim terbaik, melancarkan program inkubasi dan memfasilitasi co-working space yang berfungsi sebagai wadah bagi pelaku startup berinovasi. Fokusnya ialah untuk startup pada sektor finansial (fintech). Beberapa kegiatan pengembangan startup termasuk menghubungkan peserta terhadap ekosistem kewirausahaan digital, membuka akses pasar, dukungan bisnis, pembinaan, juga pengembangan kapasitas pelaku di dalamnya.

Founder Institute (a)

Masuk ke dalam kategori pre-accelerator, program ini sebenarnya bersifat global, namun demikian sudah ada di Indonesia dalam Jakarta Founder Institute (JFI). Founder Institute menyajikan program pelatihan yang berjalan selama empat bulan per batch-nya. Sesuai namanya, program ini melatih founder baru untuk membentuk generasi terbaik di perusahaan. Program ini memfasilitasi sesi mingguan yang diisi dengan mentor berpengalaman di bidangnya untuk membantu para founder mengembangkan dan meluncurkan bisnis mereka.

Di Indonesia, JFI didukung oleh berbagai mitra, mulai dari Indosat Ooredoo, Baidu, Kejora, Mountain Partners, Bakti Barito, dan lainnya. Beberapa kurikulum yang diajarkan termasuk bagaimana memvalidasi visi dan ide, riset dan pengembangan konsumen, penentuan model bisnis, pengembangan produk, branding hingga pendanaan.

Global Entrepreneurship Program Indonesia (i)

Dimulai sejak awal tahun 2011, Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) telah didukung oleh pemimpin bisnis terkemuka di Indonesia. Program ini memiliki visi untuk mengkatalisis strategi kewirausahaan Indonesia dengan bekerja sama dengan program yang ada dan menghubungkan calon pengusaha Indonesia dengan perkembangan global dan prospek investasi.

GEPI juga merupakan bagian dari inisiatif global yang lebih luas yang disebut Global Entrepreneurship Program (GEP), yang tumbuh dari sebuah inisiatif Presiden Obama dan sekarang menjadi program inti di Departemen Luar Negeri AS, untuk mempromosikan kewirausahaan sebagai sebuah pilar utama pembangunan ekonomi di antara negara-negara berkembang. Saat ini di Indonesia beberapa mitra strategis dengan beberapa mitra seperti ANGIN.

GnB Accelerator (a)

Ini merupakan program akselerasi kerja sama antara Fenox VC dan Infocom Corporation. Program yang berjalan selama tiga bulan ini menawarkan mentorship, support, training hingga funding. Selama mengikuti program tersebut, setiap startup peserta akan mendapat investasi sekitar Rp666 juta, fasilitas co-working space, serta bimbingan dari para mentor.

Dari sisi materi, GNB Accelerator lebih fokus pada market-fit dan penyiapan tim untuk lebih siap dalam pendanaan. Kendati tidak menyasar kategori spesifik, startup health-tech, e-commerce, on-demand, dan fintech menjadi sasaran utama.

Google Launchpad Accelerator (a)

Sebuah program yang diinisiasi oleh Google dalam rangka membantu startup  terpilih untuk mengakselerasi bisnis dan teknologi mereka. Dengan Launchpad Accelerator, Google berkomitmen untuk terus membina sejumlah startup berbakat, termasuk di Indonesia. Selain Indonesia, Google Launchpad Accelerator juga membuka kesempatan untuk startup di beberapa negara seperti India, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Filipina dan beberapa negara di benua lain.

Prosesnya startup yang lolos seleksi akan diterbangkan langsung ke markas Google untuk dibina secara intensif. Selain bootcamp 2 minggu di kantor Google dan program inkubasi yang dilaksanakan selama 6 bulan, para startup (khusus pengembang solusi mobile) juga akan menerima pendanaan bebas ekuitas hingga $50.000. Program Launchpad Accelerator sendiri memang difokuskan untuk negara dengan pertumbuhan startup berpotensi. Program ini menargetkan mampu merangkul 50 startup baru per tahun.

Ideabox (a)

Ideabox merupakan program gabungan yang dimotori Indosat Ooredoo, Mountain Partners, dan Kejora yang bertujuan mengangkat potensi startup Indonesia melalui bantuan dana investasi tahap awal dan memberikan penghargaan khusus untuk startup yang bergerak di sektor internet dan telekomunikasi. Ideabox menonjolkan pada empat hal, yakni penguatan market-size, penguatan model bisnis dan operasional, penguatan produk, dan growth. Hingga pada akhirnya mempersiapkan startup untuk pitching pendanaan.

IDX Incubator (i)

IDX Incubator merupakan program inkubasi inisiatif Bursa Efek Indonesia (BEI). Visinya untuk membantu mengembangkan startup digital Indonesia, dari segi bisnis, legal, hingga membantu startup untuk melenggang ke lantai bursa saham atau melakukan IPO. Program inkubator ini terselenggara berkat kerja sama BEI dan Bank Mandiri.

BEI menjanjikan beberapa hal yang bisa didapatkan peserta, mulai fasilitas co-working space, program pengembangan bisnis, akses ke permodalan, dan workshop atau event lainnya yang tentunya bermanfaat bagi pengembangan bisnis startup, lengkap dengan beberapa mentor yang siap membina.

Indigo Creative Nation (i)

Indigo merupakan program pembinaan startup yang diselenggarakan Telkom untuk membangun ekosistem digitalpreneur di Indonesia, melalui fasilitas kreatif digital, pendanaan dan akses pasar untuk mempercepat industri kreatif digital Indonesia. Program Indigo merupakan penggabungan program sebelumnya yang sudah ada yakni Indigo Incubator, Indigo Accelerator, dan Indigo Venture. Program ini memberi kesempatan bagi para startup untuk merealisasikan karya kreatif mereka, baik yang masih dalam bentuk ide, produk yang sudah memiliki pengguna, bisnis yang sudah mendatangkan pendapatan, serta bisnis yang membutuhkan akselerasi dan pendanaan lebih lanjut.

Program inkubasi diselenggarakan oleh Telkom Group bersama MIKTI (Masyarakat Industri Kreatif TIK Indonesia) ditujukan bagi startup yang ingin mengembangkan bisnisnya di bidang digital. Startup yang terpilih akan mendapat dukungan inkubasi dari 1 bulan sampai dengan 18 bulan tergantung tahapannya dan mendapatkan berbagai fasilitas seperti, akses pasar melalui kanal pemasaran.

Inkubator Parama (i)

Untuk turut mengambil andil di pengembangan startup digital, Lima Ventura mendirikan program inkubasi bernama Parama Indonesia. Beberapa program unggulan yang ingin disajikan oalah terkait dengan strategi branding dan peningkatan valuasi oleh startup melalui kemitraan bisnis. Aktivitasnya ialah mengadakan kompetisi dan membina startup yang terjaring melalui kegiatan tersebut.

Kolaborasi.co (i)

Dimotori oleh empat orang dari startup berbeda, yakni Yohan Totting, Moon Leoma, Sutansyah  Marahakim, dan Adryan Hafizh, Kolaborasi.co berusaha menjadi sebuah wadah berkumpulnya startup, khususnya di wilayah Bandung, untuk belajar bersama. Tidak hanya untuk pebisnis di dunia online, Kolaborasi.co juga mengakomodasi startup yang bergerak dalam sektor offline. Tidak seperti program lain yang memfokuskan pada fasilitas atau pendanaan, sesuai namanya, konsep kolaborasi lebih ditekankan. Kelompok inkubasi startup ini sudah berdiri sejak tahun 2013.

Mandiri Capital (i)

Sebuah inkubator besutan Bank Mandiri yang memiliki visi untuk mendorong hadirnya startup di bidang teknologi finansial. Dalam prosesnya, program ini bekerja sama dengan Indigo Inkubator dan ActionCoach. Dari kategori fintech pun inkubator ini masih membaginya ke dalam tiga fokus utama, yakni payment, lending dan enterprise solution. Ketiga segmen ini dinilai dapat bersinergi langsung dengan Bank Mandiri Group. Mandiri Capital Indonesia (MCI) berfokus untuk membantu startup dalam empat hal, mulai dari investasi, mentoring, membantu startup dalam memperkuat jaringan, dan program inkubator eksklusif.

Plug and Play (a)

Plug and Play Indonesia (PNP Indonesia) adalah bagian dari PNP Tech Center, yakni sebuah akselerator startup global dengan misi membantu pada suksesi dalam teknologi digital. Dengan kantor pusatnya di Silicon Valley, jaringan bisnis Plug and Play mencakup lebih dari 200 mitra korporasi, investor, universitas dan mitra terkait lainnya di bidang ritel, fintech, Internet of Things (IoT), media dan komputasi awan.

Selama 3 bulan startup yang lolos seleksi program akselerasi akan diberikan dana, bimbingan, ruang kerja gratis juga dukungan lainnya melalui program akselerator. PNP Indonesia akan melakukan investasi di 50 startup tahap awal setiap tahunnya.

Skystar Ventures (i)

Skystar Ventures didirikan oleh grup Kompas Gramedia (KG) dan Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Keuntungan yang ditawarkan bagi startup yang terpilih mengikuti program ini adalah seed funding, mentoring yang intensif, fasilitas Skystar Ventures yang terdiri atas tempat kerja, serta paparan dengan jaringan Kompas Gramedia dan para investor.

Program ini menyasar startup segmen e-commerce, pendidikan, mobile, sosial, SaaS, media, dan infrastruktur, meskipun mereka tidak menutup kemungkinan bagi startup yang bergerak di segmen lain untuk mendaftarkan diri. Startup tersebut sebaiknya masih berada di tahap awal (early stage) dan sudah memiliki traksi, konsumen, dan pertumbuhan.

Start Surabaya (i)

Didirikan oleh pemerintah kota Surabaya, program ini berbentuk inkubasi untuk perusahaan startup di bidang teknologi. Misinya untuk memberdayakan anak muda di Surabaya agar meluncurkan bisnis atau produk berbasis teknologi yang berdampak positif dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat. Program ini menjadi salah satu inkubator tingkat kota pertama di Indonesia. Untuk kegiatannya, pemkot Surabaya menjalin kerja sama dengan Kibar dan beberapa mitra lainnya.

Startup Weekend (i)

Konsep Startup Weekend adalah memberikan kesempatan bagi para entrepreneur memvalidasi ide dan  mematangkan konsep untuk memulainya. Acara akan dimulai dengan open mic, setiap peserta berhak menyampaikan ide yang telah dimiliki di depan para hadirin. Presentasi harus meyakinkan, karena di sana juga berkesempatan untuk menemukan anggota tim guna merealisasikan ide tersebut.

Acara ini terbuka bagi siapa saja yang tertarik mengembangkan startup. Mulai dari mahasiswa, pengusaha, programer, desainer dan lainnya. Beberapa mentor yang dihadirkan adalah pelaku startup sukses dan managing partner dari perusahaan venture capital. Nantinya ide yang terpilih menjadi pemenang, karena dalam acara tersebut juga akan didadakan kompetisi, akan mendapatkan sesi privat berdiskusi dengan para mentor.

Visio (i)

Visio adalah program inkubator berbasis di Kota Padang. Dimotori oleh Hendriko Firman dan Ogy Winenriandhika, program ini memiliki visi untuk menumbuhkan ekosistem bisnis digital di kawasan Sumatera Barat. Program ini menginkubasi startup selama 3 bulan, hingga startup matang untuk mempresentasikan karyanya di depan investor.

Aplikasi Brankas Mungkinkan Pengguna Kelola Banyak Rekening Bank di Satu Dasbor

Brankas adalah sebuah startup fintech baru di Indonesia. Platform yang dikembangkan ialah membantu pengguna mengakomodasi akun bank (satu atau lebih) dalam satu sebuah aplikasi terpusat. Secara khusus Brankas didesain untuk membantu pengguna personal dan bisnis dalam mengelola transaksi harian. Visi besarnya ialah menciptakan mobile banking baru yang dirancang untuk memberi orang Indonesia lebih banyak pilihan dan kontrol atas transaksi uang mereka.

Bagi individu dan bisnis kecil, Brankas menawarkan aplikasi mobile gratis untuk mengelola akun bank dalam tampilan real-time terpadu. Selain dapat melacak pengeluaran dan pelaporan lainnya, aplikasi ini juga mampu digunakan untuk mengirim dan meminta pembayaran transfer bank secara instan kepada orang lain melalui medium nomor ponsel. Saat ini Brankas sudah mendukung akun BCA, Mandiri, BNI dan BRI.

Bagi perusahaan dan toko online yang lebih besar, Brankas for Business dapat membantu memperbaiki konversi, memproses, dan mencocokkan pesanan secara instan, dan memberi pelanggan pengalaman mulus yang mereka harapkan dalam proses transaksi. Brankas didirikan oleh Todd Schweitzer (CEO) dan Ken Shaw (CTO).

“Brankas memungkinkan pengguna menautkan rekening bank mereka ke aplikasi dan mengelola aktivitas mereka semua dari satu tempat. Tidak perlu 5 aplikasi bank, internet banking, atau kunjungan ke cabang bank yang berbeda, Brankas memungkinkan Anda mengelola semuanya dari satu tempat yang nyaman dan aman,” jelas Todd kepada DailySocial.

Tidak seperti aplikasi e-wallet atau e-money pada umumnya yang membutuhkan proses top-up saldo di dalamnya, semua pemrosesan transaksi dilakukan menggunakan saldo yang ada pada akun bank yang diintegrasikan. Proses enkripsi sangat ketat, dan untuk menjamin keamanan lebih, two-factor authentication diterapkan melalui token bank untuk setiap transaksi yang dilakukan.

“Banyak hal yang bisa dilakukan dengan Brankas, misalnya penjual di Instagram dapat meminta dan langsung melacak pembayaran pelanggan tanpa perlu screenshot kode konfirmasi. Seseorang dapat melacak biaya transportasi dan makanan bulanan mereka. Hingga melakukan transfer ke rekening lain di luar daerah,” imbuh Todd.

Ingin menjadi lebih dari sekedar mobile banking

Saat ini aplikasi Brankas tengah tersedia secara gratis (dalam waktu terbatas) di Google Play Store. Untuk versi iOS rencananya akan dirilis pada bulan September mendatang. Untuk versi Brankas for Business, pengguna akan mendapati sebuah dasbor pelaporan dan pengelolaan akun. Melalui dasbor tersebut akan tersaji aktivitas akun secara real-time yang mudah dihubungkan ke sistem manajemen pesanan yang ada.

“Ada banyak kemajuan dalam internet banking dan mobile e-wallets, namun ada dua kebutuhan inti tidak ditangani. Pertama pengguna menginginkan satu alat terpadu untuk mengelola banyak akun mereka. Dan kedua Brankas percaya bahwa orang tidak menginginkan atau membutuhkan akun e-wallet atau mobile banking lain, mereka hanya menginginkan cara yang lebih mudah untuk mengirim uang secara langsung dari rekening bank mereka ke bank lain,” ujar Todd menjelaskan tentang komparasinya dengan aplikasi yang sudah ada.

Secara umum, tujuan Todd dan Ken dengan Brankas adalah memberi orang Indonesia pilihan, kontrol, dan akses terhadap uang mereka. Mereka ingin pengguna mempercayai Brankas sebagai mitra keuangan independen mereka, memberikan cara sederhana dan menyenangkan untuk mengelola uang dengan lebih baik. Cita-cita besar keduanya, Brankas bisa menjadi “must-have” untuk bisnis online mana pun.

Saat ini Brankas juga sudah bekerja sama dengan banyak perusahaan e-commerce untuk meningkatkan manajemen pesanan, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan meningkatkan konversi penjualan. Kerja sama ini menghadirkan kemampuan Brankas untuk langsung mencocokkan transaksi dengan pesanan, sehingga pelanggan tidak perlu menunggu pesanan mereka diproses, dan perusahaan tidak perlu mengecek setiap transaksi secara manual.

Tim pengembang aplikasi Brankas / Brankas
Tim pengembang aplikasi Brankas / Brankas

Mengawali debut besar dari pangsa pasar Indonesia

Brankas terdiri dari komposisi co-founder yang unik. Todd berpengalaman di bidang strategi bisnis, pengalamannya telah membawa sebuah perusahaan perangkat lunak berekspansi di seluruh Asia Tenggara. Sedangkan Ken sudah lebih 12 tahun berada di Asia Tenggara, dan memiliki hubungan dengan beberapa perusahaan besar di Indonesia seperti Garuda Indonesia dan KapanLagi Network. Sebelumnya Ken juga berpengalaman menjadi CTO Multiply.com.

Terkait pasar Indonesia, Todd menjelaskan saat ini adalah waktu yang sangat tepat bagi fintech untuk berkibar. Beberapa faktor telah menyatu, menjadikannya waktu yang ideal untuk meningkatkan mobile banking taraf selanjutnya. Adapun faktor tersebut di antaranya (1) orang Indonesia suka belanja online, (2) semakin banyak orang memiliki ponsel pintar, (3) sedikit orang yang memiliki kartu kredit atau dompet elektronik yang mereka gunakan untuk belanja online, (4) orang Indonesia lebih memilih untuk membayar secara online dengan menggunakan transfer bank langsung, namun prosesnya masih lamban dan tidak efisien, dan (5) banyak orang Indonesia memiliki lebih dari satu rekening bank.

Untuk mendukung operasional bisnisnya, Brankas mendapatkan investasi sekitar $500 ribu dari beberapa investor, salah satunya Plug and Play selaku akselerator Silicon Valley yang baru saja meluncurkan batch pertamanya di Indonesia. Brankas terpilih untuk batch pertama mereka, termasuk memberi dukungan dengan menyertakan pakar fintech dan angel investor dari Asia, Eropa, dan Amerika Utara, serta insinyur Google untuk menjadi penasihat teknis.

Saat ini Brankas tengah bersiap berekspansi ke negara lain di Asia Tenggara yang debutnya akan diumumkan dalam waktu dekat.

Application Information Will Show Up Here

Kegiatan Plug and Play Indonesia Masuki Tahap Seleksi Akhir Penjurian

Setelah melakukan rangkaian acara, termasuk melakukan sosialisasi di beberapa daerah, akhirnya kegiatan Plug and Play (PNP) Indonesia telah memilih 25 startup terbaik. Para startup tersebut nantinya harus mempresentasikan karya terbaiknya di hadapan beberapa pihak, termasuk dari PNP US, PNP APAC dan perwakilan perusahaan pendukung kegiatan PNP Indonesia, dalam hal ini Astra dan BNI.

Sebelumnya dari hasil tur di Jakarta, Tangerang, Bandung dan Bali, PNP Indonesia berhasil menerima ratusan submisi startup, baik dalam negeri maupun startup luar negeri yang hendak melakukan ekspansi ke pasar Indonesia. Dari ratusan startup tersebut telah dilakukan presentasi tahap 50 besar, hingga akhirnya separo dari mereka dieliminasi dan terpilih 25 besar yang ada saat ini.

Tahap seleksi akhir 25 besar ini akan diadakan pada 12 April 2017 mendatang. Dan pengumuman peserta lolos akan disampaikan pada akhir bulan April ini. Startup yang terpilih akan dapat menikmati fasilitas coworking space gratis selama 3 bulan yang bertempat di wilayah Kuningan, Jakarta Selatan. Di samping itu, Plug and Play juga bekerja sama dengan berbagai perusahaan penyedia jasa yang diharapkan dapat mendukung operasional sehari-hari mulai dari konsultasi hukum sampai harga khusus untuk pembelian perlengkapan kantor.

Di penghujung program yang dijadwalkan berlangsung selama 3 bulan ini, PNP Indonesia juga akan mengadakan Demo Day guna menjembatani startup lulusannya dengan investor lokal maupun internasional. Tidak kalah penting, startup lulusan PNP Indonesia juga akan memiliki akses ke dalam komunitas teknologi di Silicon Valley Amerika Serikat.

“Salah satu tujuan utama dari accelerator program ini adalah menyiapkan startup terbaik untuk lebih mudah mendapatkan investasi di putaran berikutnya. Kami tidak melihat venture capital sebagai pesaing, melainkan kami saling melengkapi dalam ekosistem ini,” tutur Wesley Harjono selaku President Direktur Plug and Play Indonesia.

Sesuai dengan slogan yang diusung oleh Plug and Play “our passion is to see startup succeed”, PNP Indonesia terus bekerja mempersiapkan berbagai workshop dan sesi mentoring bagi para startup yang akan berpartisipasi selama 3 bulan dalam program akselerator mulai bulan Mei 2017. Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 65 mentor dari berbagai bidang dan keahlian yang sudah berkomitmen untuk mendukung ekosistem startup di Indonesia melalui Plug and Play.

“Dengan dukungan yang menyeluruh seperti ini, diharapkan para startup yang mengikuti akselerator program di Plug and Play Indonesia dapat fokus pada pengembangan dan pemasaran produk mereka,” tutur Direktur Akselerator di Plug and Play Indonesia Nayoko Wicaksono.

Disclosure: DailySocial adalah media partner untuk kegiatan akselerator Plug and Play Indonesia.

Plug and Play Indonesia akan Menanamkan Investasi kepada Entrepreneur “Sangat Muda”

​Hari ini, akselerator startup teknologi terkemuka Plug and Play Indonesia mengumumkan bahwa pihaknya akan menanamkan investasi kepada wirausahawan ‘sangat muda’ di Nusantara, bahkan perusahaan tersebut juga akan mempertimbangkan mereka yang masih berusia 5 tahun.

Akselerator startup yang berbasis di Silicon Valley tersebut sering menjadi perbincangan karena metode inovatif yang digunakannya dalam menemukan dan membina orang-orang yang berbakat dalam bidang teknologi. Namun, Nayoko Wicaksono, selaku direktur program lokal mengatakan bahwa Plug and Play Indonesia harus menciptakan terobosan terbaru jika pihaknya ingin menghasilkan produk-produk dan entrepreneur yang akan berpengaruh nantinya.

“Jenjang wirausahawan dimulai sejak dini. Rentang usia ini – mulai dari usia sekitar lima tahun – merupakan usia terbaik untuk menyerap pengetahuan serta melakukan pembelajaran,” terang Nayoko.

“Membangun sebuah bisnis akan memberikan pengalaman berharga yang akan membantu mengembangkan kepercayaan diri, keterampilan berorganisasi, manajemen, serta komunikasi. Anak-anak ini dapat dibina sedini mungkin untuk menjadi entrepreneur ulung di masa depan. Lagipula, kami merupakan investor yang menawarkan investasi jangka panjang yang melihat prospek hingga 30 tahun ke depan.”

Nayoko juga mengatakan bahwa misi Plug and Play di Jakarta tidak semata-mata hanya untuk mendapatkan keuntungan. ”Kami sangat passionate untuk membina entrepreneur terbaik 30 tahun lebih cepat daripada kompetitor. Kami ingin wirausahawan muda bisa mengejar impian mereka. Ketika Anda memiliki passion untuk melakukan sesuatu, kami percaya bahwa Anda sudah menempuh setengah jalan menuju kesuksesan.”

Di samping menanamkan investasi di startup yang dikelola anak-anak, Plug and Play Indonesia juga menawarkan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar mengenai investasi. “Kami juga memiliki koneksi dengan beberapa investor muda sukses berumur 10-15 tahun, yang menanamkan modal bersama dengan orang tua mereka yang kaya untuk membantu sesama entrepreneur,” tambah Nayoko.

Ketika ditanya apakah konsep ini akan membuahkan hasil di Indonesia, Wicaksono mengatakan:

“Mereka tidak takut gagal. Justru, sebagai pakar teknologi inheren, mereka penuh dengan rasa penasaran. Mereka mengenal teknologi sejak lahir. Fasilitas tempat belajar yang kami sediakan bagi anak-anak tersebut dipenuhi dengan berbagai tools startup dalam bentuk mainan yang akan membantu mengembangkan ketertarikan serta pembangunan usaha mereka. Kami juga memiliki koneksi mentor yang luas yang dapat menjadi guru serta pengasuh yang baik bagi wirausahawan muda tersebut.”

Lebarnya Peluang Pasar B2B dan Pentingnya Pematangan “Growth” Startup

Plug and Play (PNP) Indonesia mengadakan roadshow-nya ke Yogyakarta, Jumat (10/3). Membawa acara bertajuk “Successful Entrepreneur Core Skill”, acara ini fokus pada diskusi seputar growth yang perlu ditekankan oleh para startup di Indonesia. Diskusi dimoderatori Nayoko Wicaksono selaku Accelerator Director PNP Indonesia, dengan pemateri Irving Hutagalung selaku Audience Evangelism Microsoft Indonesia dan Keith Tan Quan-Lai selaku Co-Founder Wonderlabs.

Salah satu yang menjadi highlight dalam diskusi tersebut adalah tentang segmentasi B2B (Business to Business) yang dapat dioptimalkan startup digital. Hal ini merujuk pada hasil survei yang dilakukan Microsoft terhadap pemimpin bisnis di Indonesia, mayoritas (lebih dari 90 persen) mereka mengaku siap dan penting untuk melakukan transformasi bisnis ke digital. Menurut Irving, di sini terdapat kesempatan besar untuk “bermain”.

“…layanan seperti untuk mempermudah penanganan konsumen, kebutuhan human resources, hingga pemasaran mereka sedang butuh. Mereka (konsumen bisnis) punya uang untuk membayar itu. Itu kesempatan startup untuk hadir,” ujar Irving.

Memanfaatkan teknologi terkini, realisasi produk bertaraf korporasi akan menjadi penting. Dicontohkan penerapan Artificial Intelligence untuk ragam kepentingan berkaitan dengan konsumen.

“Contohnya menggunakan Cognitive Services APIs. Bayangkan saja jika ada startup membuat platform yang membuat iklan digital menjadi lebih dinamis. Dengan services yang sudah ada, sistem bisa mendeteksi wajah orang yang sedang mengakses, dan menentukan gender dan usia. Maka iklan yang ditampilkan akan lebih pas,” lanjut Irving.

Wonderlabs adalah salah satu startup yang sukses masuk ke dalam portofolio beberapa venture capital. Wonderlabs diinvestasi oleh SPH Media Fund (Singapore), Plug & Play (Silicon Valley) dan Click Ventures (Hong Kong).

Dalam diskusi, Keith Tan menyampaikan bahwa terdapat banyak aspek yang mendorong pertumbuhan bisnis. Salah satu yang dilakukan Wonderlabs ialah dengan merekrut talenta terbaik. Salah satu alasan markasnya di Indonesia bertempat di Yogyakarta karena Wonderlabs mampu menjaring lulusan terbaik di kota tersebut.

Kedua pembicara juga sempat menyinggung salah satu strategi growth adalah memfokuskan pada pengembangan produk inti. Sebagai bisnis yang menyajikan layanan atau produk berbasis teknologi, sebisa mungkin proses pengembangan dikonsentrasikan pada produk atau layanan tersebut.

Growth menjadi penting tatkala sebuah bisnis harus dipertanggungjawabkan. Investor memiliki agenda jelas saat mereka memilih untuk berinvestasi di suatu startup, yaitu meyakini bahwa suatu saat startup tersebut akan menghasilkan profit. Di bisnis consumer (B2C – Business to Consumer) pola “bakar uang” masih banyak dilakukan. Alasannya sederhana, demi mendulang angka capaian traksi pengguna yang besar.


Disclosure: DailySocial adalah media partner rangkaian acara Plug and Play Indonesia di Yogyakarta.

Plug and Play Indonesia Buka Program Akselerator Batch Pertama

Sebagai perusahaan rintisan cara startup berkembang berbeda-beda satu sama lain. Masalah modal dan akses pasar sebagai salah satu alasan mendasar kecepatan startup tumbuh dan bekembang. Salah satu program akselerator yang ada di Indonesia adalah Plug and Play Indonesia.

Baru diluncurkan awal bulan ini program program akselerator dari Plug and Play Indonesia akan membantu startup untuk mengkselerasi binsisnya, membantu untuk lebih cepat menemukan pasar dan menaikkan penjualan. Rencananya tahun ini akan diadakan 2 batch dengan masing-masing batch terdiri dari 10 startup.

Accelerator Director Plug and Play Indonesia Nayoko Wicaksono bercerita bahwa program akselerator ini akan membantu dan bermanfaat bagi banyak pihak. Pihak pertama yang akan terbantu adalah para startup, dengan program dan workshop yang sudah dirancang Plug and Play Indonesia startup diharapkan bisa lebih bisa mengembangkan produk dan dengan dikenalkannya para peserta akselerator ini dengan mitra korporat dari Plug and Play bisa membantu mereka mendapatkan segmen pasar baru dan kredibilitas.

Untuk mitra korporat, dengan adanya startup-startup ini mereka diharapkan terbantu dari segi inovasi. Sesuatu yang selama ini susah mereka dapatkan karena keterbatasan sumber daya yang mereka miliki. Korporat yang sejauh ini bermitra dengan Plug and Play antara lain Astra, BNI, BTN, dan beberapa lainnya.

Nayoko menjelaskan saat ini untuk batch pertama mereka mencari 10 startup yang setidaknya sudah memiliki produk MVP dan sudah teruji di pelanggan pertama mereka. Dengan masuk ke dalam program akselerator ini diharapkan produk mereka dapat lebih bisa dikembangkan dan dimudahkan untuk masuk ke pasar-pasar.

“Kita sekarang ada lebih dari 50 mentor, ada mentor yang full time dan mentor-mentor yang mengajar dan mengisi kelas-kelas yang akan kita adakan selama program akselerator yang akan kita jalankan,” papar Nayoko.

Selain program mentoring dan pelatihan, para peserta akselerator ini juga dijanjikan investasi sebesar $50.000 hingga $100.000 tergantung berada di mana posisi startup saat ini. Pendaftaran mulai dibuka awal Februari dan akan berakhir di akhir bulan Maret.

Nayoko menjelaskan bahwa untuk kriteria yang mereka cari sebenarnya ada berbagai macam. Ini disesuaikan dengan kebutuhan para mitra korporasi atau yang memiliki prospek. Sektor teknologi finansial dan perdagangan komoditi online menjadi dua sektor yang mereka cari, namun tidak menutup kemungkinan sektor atau jenis layanan lain yang potensial. Untuk pemilihannya sendiri Nayoko menjelaskan Plug and Play juga akan mempertimbangkan rekam jejak pendiri atau tim dalam startup tersebut.

Hadirnya program akselerator ini, dijelaskan Nayoko, berupaya membantu startup untuk lebih cepat mendapatkan akses ke pasar. Ia mengatakan program ini bisa membantu para lulusan inkubator untuk lebih cepat mengakselerasi bisnisnya, dengan meningkatkan penjualan hingga mendapatkan pendanaan baru.

“Di 10 startup ini kita harap kita bisa invest dalam satu tahun itu sekitar $1 juta totalnya. kita ingin startup-startup yang kita invest bisa fundraising dan bisa mendapatkan dana untuk stage berikutnya. Tapi juga yang paling penting juga mereka bisa mendapatkan penjualan atau business development dari korporat (mitra) kita. Membantu mereka menemukan pasar-pasar baru. Itu objective kita untuk bisa membantu startup lebih cepat masuk ke pasar, itu mengapa di sebut akselerator,” imbuh Nayoko.

Program Akselerator Plug and Play Indonesia Resmi Diluncurkan

Satu lagi program akselerasi dari Silicon Valley hadir di Indonesia, kali ini menggandeng venture capital lokal yaitu Gan Kapital, program tersebut bernama Plug and Play Indonesia. Plug and Play sendiri merupakan perusahaan global akselerator bisnis dengan spesialisasi pada pengembangan startup berbasis teknologi. Dengan kantor pusatnya di Silicon Valley, jaringan bisnis Plug and Play mencakup lebih dari 200 mitra korporasi, investor, universitas dan mitra terkait lainnya di bidang ritel, teknologi finasial (fintech), Internet of Things (IoT), media dan komputasi awan.

“Diluncurkannya Plug and Play Indonesia setelah kunjungan Presiden Joko Widodo ke kantor pusat Plug and Play di Silicon Valley beberapa waktu lalu, kami dari Plug and Play ingin memberikan kontribusi sekitar 20% dari apa yang diinginkan oleh Presiden Joko Widodo yaitu menciptakan 1000 startup hingga tahun 2020,” kata Founder dan CEO Plug and Play Saeed Amidi kepada media hari ini di Jakarta.

Plug and Play telah berinvetasi di lebih dari 500 startup di seluruh dunia, di antaranya adalah Paypal, Lending Club dan Dropbox.

Kerja sama dengan korporasi hingga investor

Founder dan CEO Plug and Play Saeed Amidi saat acara peluncuran Plug and Play Indonesia

Nantinya Plug and Play Indonesia akan membangun sebuah sarana dan fasilitas yang dapat digunakan oleh startup untuk berinovasi di bidang teknologi. Plug and Play juga akan menhadirkan korporasi ternama untuk turut bergabung dalam program akselerasi dan memberikan bukan hanya dana segar namun juga mentoring kepada penggiat startup baru. Saat ini sudah ada BNI, BTN dan Astra Internasional yang menjadi mitra dari Plug and Play Indonesia.

“Dihadirkannya korporasi kedalam program akselerasi ini diharapkan bisa membuka jalan kepada penggiat startup baru untuk memperluas networking, mendapatkan edukasi yang krusial terutama dalam hal melakukan penggalangan dana, manajemen bisnis hingga mengembangkan potensi produk yang ada,” kata Saeed.

Selain menjalin kemitraan dengan korporasi, Plug and Play Indonesia juga akan menggelar kegiatan bersama universitas di Indonesia, pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mendapatkan entrepreneur baru yang memiliki potensi untuk mengikuti kegiatan program akselerasi Plug and Play.

“Kami harapkan para mahasiswa atau profesional yang menguasai dan memiliki pengetahuan tentang engineering, software dan lainnya bisa ikut bergabung dalam program ini. Akan menjadi lebih baik lagi jika anggota tim yang terdiri dari 2-3 orang telah memiliki prototype yang nantinya bisa diolah saat program akselerasi berlangsung,” kata Saeed.

Selama 3 bulan startup yang lolos seleksi program akselerasi akan diberikan dana, bimbingan, ruang kerja gratis juga dukungan lainnya melalui program akselerator. Plug and Play Indonesia akan melakukan investasi di 50 startup tahap awal setiap tahunnya.

“Fokus utama kami adalah startup yang menguasai bidang mobile dan financial technology (fintech), jika beruntung startup tersebut juga mendapat kesempatan untuk mendapatkan pembelajaran langsung dari korporasi yang telah bergabung dengan program akselerator Plug and Play,” kata Saeed.

Menggandeng Gan Kapital

Kehadiran Plug and Play Indonesia bisa terwujud berkat kerja sama yang dilancarkan oleh Gan Kapital dan Plug and Play. Perusahaan venture capital asal Indonesia ini berinisiatif untuk melakukan pendekatan dan menawarkan rekomendasi tiga korporasi yang saat ini sudah bergabung dengan program akselerasi Plug and Play Indonesia.

“Saya melihat apa yang dilakukan oleh Plug and Play sudah selaras dengan visi dan misi kita dari Gan Kapital untuk memberikan invetasi kepada startup Indonesia, untuk itu kami menginisiasikan kerja sama ini dengan Plug and Play,” kata CEO Gan Kapital Anthony P Gan.

Kerja sama antara Gan Kapital dan Plug and Play akan menghubungkan kekuatan unik masing-masing pihak dengan aksesnya terhadap venture capital, jaringan korporasi, mentor dan penasihat lokal hingga asing sesuai dengan masing-masing jaringan.

“Kami juga ingin mengajak lebih banyak lagi bukan hanya venture capital tapi korporasi hingga penggiat startup lainnya yang telah berpengalaman untuk menjadi bagian dari program akselerator Plug and Play,” pungkas Anthony.

Dukungan pemerintah

Untuk memperlancar jalannya program akselerasi, Saeed mengungkapkan diperlukannya dukungan pemerintah terutama dalam bentuk ketegasan regulasi, infrastruktur dan pendukung lainnya untuk bisa menghasilkan entrepreneur yang berkualitas. Diharapkan Plug and Play juga bisa menjadi trigger kepada para investor lainnya yang ingin memberikan bantuan dana kepada startup baru lulusan dari program akselerator Plug and Play.

“Kami sangat bersemangat untuk membawa dan menerapkan di Indonesia platform inovasi korporasi yang digabungkan dengan program akselerator Plug and Play, kami melihat ini sebagai peluang yang baik untuk melakukan investasi kepada startup Indonesia agar bisa tampil secara global,” kata Saeed.

Fans Star Wars, Ayo Rakit Lightsaber Anda sendiri

Telah dihadirkan ke dalam beragam media hiburan, Star Wars memegang rekor sebagai waralaba film paling sukses dan terbesar di dunia. Satu hal yang tidak berubah adalah kecintaan fans pada senjata legendaris milik Jedi dan Sith, yaitu lightsaber. Mainan lightsaber memang sudah banyak tersedia, tapi bagaimana jika Anda kini dimudahkan untuk merakitnya sendiri? Continue reading Fans Star Wars, Ayo Rakit Lightsaber Anda sendiri