Startup Web3 Gaspack Dapat Pendanaan Pra-Awal Dipimpin eMerge

Startup Web3 Gaspack mengumumkan pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh eMerge, jaringan angel investor di bawah naungan MDI Ventures dan Arise. 500 Global dan Tokoin juga ikut berpartisipasi dalam pendanaan ini.

CEO Gaspack Novrizal Pratama mengatakan ingin mendobrak batasan tradisional antara industri kreatif dengan para kreator.

“Gaspack punya komitmen tinggi untuk memberdayakan dan memaksimalkan potensi para kreator. Dengan menempatkan mereka sebagai pusat dari segala inovasi, kami membuka akses mereka untuk berkarya dan memberikan peluang monetisasi karya lewat jaringan dan teknologi Web3,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Pada kesempatan ini, Gaspack sekaligus meluncurkan platform penerbitan komik digital berbasis Web3 Kometh sebagai wadah untuk memberdayakan para kreator dan brand dalam ekonomi berbasis Web3. Kometh dibangun di atas blockchain yang memungkinkan pengguna untuk jual-beli, mengoleksi, hingga menghadiahkan komik digital.

Selain itu, Kometh memungkinkan pemanfaatan NFT untuk mengakses komik yang bersifat token-gated. Pemilik NFT juga dapat mengakses komik yang merupakan turunan dari proyek NFT yang didukung untuk mendapat berbagai benefit, dari potongan harga, informasi rilisan terbaru, dan berlangganan. Adapun, Komik digital dapat dibeli melalui dompet penyimpanan aset kripto non-custodial dalam mata uang Ethereum (ETH).

Gaspack mengklaim telah mendukung proyek NFT dari delapan kreator dengan total Gross Transaction Volume (GTV) sebesar $12 juta dalam kurun satu tahun. Salah satu komik perdana berjudul “Garden Point” yang dirilis eksklusif di Kometh disebut terjual sebanyak 17.000 salinan dalam 1,5 jam. Pengguna Gaspack berasal dari Singapura, Jepang, Korea Selatan, hingga Amerika Serikat (AS).

Melalui platform Kometh, pihaknya menargetkan dapat mengakuisisi kreator-kreator kelas dunia sehingga dapat memperkuat pengembangan kekayaan intelektual secara terdesentralisasi.

Pengusaha sekaligus angel investor di eMerge Reino Barack mengatakan, Kometh membuka banyak pintu bagi kreator, seperti penulis yang baru merintis dan belum pernah meluncurkan karya mereka sendiri, atau penulis berpengalaman yang ingin bereksperimen dengan ide-ide baru.

“Platform ini menguntungkan kolektor komik dengan digitalisasi karena mereka tidak perlu memikirkan perawatan kondisi komik yang biasanya diperlukan untuk komik fisik.”

Kometh memanfaatkan NFT untuk melindungi kekayaan intelektual, mengedepankan kepemilikan karya, dan membangun komunitas penggemar yang lebih erat dengan cara baru bagi komunitas Web3 untuk berkarya.

Web3 dan kesempatan kreator

Mengacu laporan Antler “The New Creator Economy Report” bersama Speedinvest, teknologi Web3 memungkinkan kreator untuk memonetisasi karyanya sendiri dengan memanfaatkan basis komunitas. Teknologi ini membentuk cara baru lewat hubungan interaktif antara kreator dan penggemar. Siapapun kini dapat menjadi kreator di masa depan

Ruang eksplorasi konten juga semakin berkembang dengan kemunculan kripto, NFT, dan metaverse. Saat ini bahkan banyak kreator bermigrasi ke metaverse di mana mereka dapat memonetisasi karyanya, seperti digital art dan game.

Founder dan CEO Antler Magnus Grimeland mengatakan, kreator menjadi lebih menarik secara finansial karena platform yang ada saat ini memungkinkan mereka untuk memonetisasi karya berbasis komunitas. “Creator economy tidak hanya akan mengubah cara produksi konten, tetapi juga membuka dunia teknologi baru dan peluang monetisasi yang tidak mungkin dilakukan dengan di era Web2,” tambahnya.

Indonesia telah memiliki sejumlah platform NFT yang bermain di berbagai kategori, mulai dari platform penggalangan dana sosial, konten sepak bola, hingga karya seni. Beberapa di antaranya adalah Trinvi, Bolafy, Artpedia, dan BeKind.

Startup SaaS Ledgerowl Kantongi Pendanaan, Siap Akselerasi Produk untuk UMKM

Startup pencatatan keuangan untuk UMKM Ledgerowl mengumumkan pendanaan putaran pendanaan pra-awal yang dipimpin Init-6 dan Investible. Tidak disebutkan nominal investasi yang diterima. Perusahaan akan memanfaatkan dana untuk mengembangkan produknya dan mempercepat pertumbuhan.

Ledgerowl adalah startup SaaS yang mengembangkan solusi untuk pemilik bisnis membuat laporan keuangan dengan mudah, cepat, dan murah. Platformnya ditenagai dengan AI dan memanfaatkan machine learning untuk mengautomasi banyak tugas yang terlibat dalam pembukuan, seperti pengumpulan data, entri data, rekonsiliasi, dan klasifikasi transaksi.

Dengan demikian, pebisnis tidak perlu merekrut tenaga tambahan terdedikasi untuk melakukan tugas tersebut, mengurangi biaya pembukuan, dan meningkatkan pengambilan keputusan keuangan mereka.

“Dengan panduan dan pendanaan, kini kami dapat mempercepat pertumbuhan dan mempercepat produk kami dipasarkan dengan lebih cepat. Kami senang dapat bekerja sama dengan investor baru kami dan berharap dapat membantu UMKM di seluruh Asia Tenggara untuk menambah efisiensi pada operasi back-office mereka,” ujar Co-founder & CTO Ledgerowl Adrian Yasin dalam keterangan resmi, kemarin (21/2).

Masing-masing investor menyampaikan pernyataannya terkait investasi ini.

Venture Partner Init6 Rexi Christopher menyampaikan, “Para pendiri Ledgerowl memiliki pengalaman yang solid dan memahami kebutuhan pasar dengan baik. Oleh karena itu, kami yakin mereka dapat memimpin perusahaan menuju pertumbuhan eksponensial dalam waktu dekat. Kami yakin Ledgerowl akan menjadi solusi yang harus dimiliki pemilik UMKM untuk mengelola pembukuan mereka. dan urusan akuntansi.”

Principal Investible Khairu Rejal menambahkan, “Adrian dan Rey telah membuktikan bahwa mereka memecahkan masalah yang cukup besar untuk pasar Indonesia, dengan potensi untuk berkembang secara strategis di wilayah yang lebih besar. Mereka telah menunjukkan ketabahan, kemampuan, dan dinamisme yang diperlukan untuk merebut pasar ini, dan kami sangat senang untuk mendukung mereka dalam fase pertumbuhan berikutnya.”

Ledgerowl

Ledgerowl awalnya lahir dari hasrat Rey Kamal (Co-founder dan CEO) yang mengelola pembukuan untuk bisnis kecil temannya sebagai pekerjaan sampingan. Ia harus begadang untuk menghitung dan menghasilkan laporan keuangan, yang ternyata dirinya menyadari bahwa sebagian besar prosesnya berulang dan dapat mengambil manfaat dari automasi.

Kemudian, ia mengajak Adrian Yasin dan berbagi visi untuk merampingkan manajemen keuangan. Bersama-sama, mereka berkolaborasi untuk mengembangkan konsep automasi nan inovatif yang akan mengubah proses pembukuan. Ledgerowl pun resmi hadir pada 2019.

Setahun kemudian, perusahaan menyambut mitra strategis pertamanya, Umawar Investment Group. Sebagai Venture Builder dari startup pemula, grup keluarga ini mendorong pertumbuhan Ledgerowl dengan memanfaatkan ekosistem, pengalaman, dan kontak bisnis mereka yang luas untuk membantu memvalidasi ide tersebut.

“Kami telah melihat bagaimana Ledgerowl dapat memberi nilai tambah bagi UMKM dan mengembangkan bisnis mereka dari awal yang sederhana di garasi. Kami berharap dapat melihat lebih banyak produk berbasis solusi mereka dan akan selalu memberikan dukungan penuh untuk mencapai tujuannya,” kata Presiden Direktur Grup Alwi Mulachela.

Rey mengungkapkan, sejak awal Ledgerowl melakukan bootstrapping dan menginvestasikan kembali seluruh keuntungan ke dalam perusahaan dan teknologi. Selama pandemi, jumlah pelanggan tumbuh secara signifikan karena permintaan akan akuntansi yang lebih fleksibel dan layanan jarak jauh melonjak.

“Sementara kami telah berhasil melakukan bootstrap sampai saat ini, kami menyadari bagaimana suntikan modal akan menambah bahan bakar untuk skala dan meraih pasar yang berkembang pesat ini,” kata Rey.

Saat ini tingkat pertumbuhan UMKM baru di Indonesia adalah salah satu yang tercepat di dunia. Namun, kesadaran akan pentingnya pembukuan masih perlu ditingkatkan. Secara tradisional, pembukuan di ranah UMKM merupakan proses yang intensif waktu dan seringkali manual. Proses akuntansi yang rumit, ditambah dengan perekrutan tim akuntansi internal yang terus meningkat, merupakan kombinasi yang menantang bagi pengusaha mana pun.

Secara terpisah saat dihubungi DailySocial.id, Rey menyadari bahwa Ledgerowl bukanlah barang baru di Indonesia. Namun, ia menekankan diferensiasi utama dengan pemain sejenisnya adalah pihaknya memberikan “outcome-based accounting” ketimbang “tools-only”. Artinya, pemilik usaha hanya harus memberikan data yang relevan untuk pembukuan bisnis nya, dan mereka bisa mendapatkan laporan yang dibutuhkan.

“Kami melihat di Indonesia, awareness akan pentingnya pembukuan mulai terlihat di generasi entrepreneur muda. Dari sisi eksternal, kantor pajak mulai terlihat aktif dalam melakukan penyuluhan kepada para pemilik usaha. Dari sisi internal, kami mencoba untuk bisa memberikan konten-konten edukasi melalui media sosial,” kata dia.

Timnya juga berkomitmen dalam hal perlindungan data. Ledgerowl mengembangkan enkripsi data dan menggunakan autentikasi agar mengurangi risiko untuk dapat diakses oleh orang yang tidak berwenang. “Secara pengguna, kami melatih para pengguna di dalam organisasi untuk dapat memahami pentingnya menjaga keamanan data.”

Untuk monetisasinya, Ledgerowl memanfaatkan biaya berlangganan yang diklaim yang jauh lebih murah untuk mendapatkan “outcome” ketimbang harus hiring internal. Perusahaan berkomitmen untuk terus menekan biaya tersebut dengan memfokuskan diri untuk men-deploy automation di dalam proses pengerjaan pembukuan dan admin.

“Tahun ini kami juga akan memastikan unit economics terjaga dengan menurunkan monthly subscription kepada pengguna,” tutupnya.

FLIK Umumkan Pendanaan Pra-Awal 17 Miliar Rupiah, Kembangkan Platform “Checkout” Terpadu

FLIK, startup pengembang platform checkout terpadu untuk ragam layanan e-commerce telah merampungkan putaran pendanaan pra-awal (pre-seed) senilai $1,1 juta atau setara 17 miliar Rupiah. Putaran ini  dipimpin East Ventures, dengan partisipasi Init-6, GMO VenturePartners, dan Saison Capital.

Startup ini didirikan Ahmad Gadi. Sebelumnya ia dikenal sebagai salah satu pendiri Pawoon.

Melalui solusi yang ditawarkan, FLIK menyematkan dirinya ke dalam semua aspek belanja konsumen, dimulai dari membantu konsumen menemukan inspirasi produk, pembayaran, pengiriman, pelacakan, pengembalian uang, hingga pengembalian. Sederhananya, di dalam satu aplikasi, konsumen bisa melakukan transaksi belanja di banyak e-commerce sekaligus dan memantaunya di dalam satu dasbor terpusat.

Tidak hanya itu, FLIK juga menyajikan layanan yang ditujukan untuk pebisnis, kreator, dan pengembang. Bagi pebisnis, sejumlah fitur disediakan untuk membantu mereka meningkatkan konversi penjualan di e-commerce. Di antaranya menggunakan layanan Checkout Link, Checkout Widget, Checkout Button, Checkout QR yang dapat diaplikasikan di berbagai platform, termasuk media sosial.

Fitur-fitur tersebut di atas juga bisa dimanfaatkan kreator konten untuk secara native menyematkan sebuah tautan pembelian produk ke konten yang dimiliki, seperti blog atau media sosial yang dimiliki. Kemampuan sinkronisasi inventori secara real-time turut memastikan informasi ketersediaan produk selalu tepat waktu.

Sementara bagi pengembang, ada layanan API checkout instan untuk memudahkan para pengguna situs/aplikasinya.

Contoh penerapan fitur FLIK ke dalam social commerce / FLIK

“Kami percaya solusi checkout terpadu yang ditawarkan oleh FLIK merupakan solusi yang tepat untuk menghilangkan hambatan dalam penjualan dan pembayaran, memberdayakan para pembeli, brand, dan konten kreator  sekaligus. Dengan ekonomi digital yang menjanjikan di Indonesia dan kawasannya, kami bersemangat untuk melihat lebih banyak adopsi dan pertumbuhan dari FLIK dalam waktu dekat,” kata Partner East Ventures Avina Sugiarto.

Fokus membantu ekosistem D2C

FLIK ingin menciptakan “endless loop” yang saling menguntungkan di dalam ekosistem D2C. Ketika pengguna bergabung dengan jaringan FLIK, baik sebagai brand, pembeli, maupun  kreator;  akan mendapat manfaat dan berkontribusi pada jaringan D2C.

“Kami senang mendapatkan dukungan dari East Ventures dan ekosistemnya yang luas. FLIK hadir untuk membantu para brand meningkatkan transaksi direct-to-consumer (D2C) dengan menyatukan pengalaman checkout di berbagai kanal penjualan,” kata Co-Founder & CEO FLIK Ahmad Gadi.

Sebagai platform, FLIK didirikan untuk memperkuat infrastruktur fintech dan pengalaman para pembeli. Misinya adalah memberikan pengalaman berbelanja terbaik dengan menghubungkan para pembeli ke produk yang mereka sukai dan memungkinkan pengalaman checkout tercepat, dengan tujuan untuk membantu brand meningkatkan konversi pembayaran dan pesanan kembali.

Berdasarkan pengalamannya yang mendalam, Ahmad menyadari bahwa para pembeli memiliki berbagai pilihan kanal belanja selain melalui marketplace, seperti melalui situs e-commerce milik para brand, media sosial, atau bahkan melalui aplikasi chatting. Namun, pada saat yang bersamaan, para pembeli dan brand D2C menghadapi beberapa kendala.

Pengalaman berbelanja terfragmentasi di seluruh kanal e-commerce sehingga pembeli kesulitan untuk melakukan checkout. Alhasil, para pembeli lebih memilih untuk membeli produk di marketplace, terutama dengan adanya cashback maupun promo yang ditawarkan.

“Kami yakin solusi kami akan menyelesaikan berbagai pain points yang dialami oleh para pembeli dalam menyelesaikan transaksi secara online di berbagai kanal dan terus memberdayakan para brand dan kreator konten untuk berkembang” kata Ahmad.

Tercatat saat ini sektor e-commerce Indonesia merupakan salah satu pasar dengan pertumbuhan terpesat di dunia. Ekonomi digitalnya bernilai sekitar $77 miliar pada tahun ini menurut laporan e-Conomy 2022, dan diprediksi mencapai $130 miliar pada 2025 dengan dominasi dari sektor e-commerce.

Application Information Will Show Up Here

Startup Media “Bingkai Karya” Umumkan Pendanaan Pra-Awal

Startup kreatif dan media berbasis digital “Bingkai Karya” mengumumkan perolehan pendanaan pra-awal dengan nominal hingga ratusan juta Rupiah. Investor yang berpartisipasi dalam putaran tersebut dirahasiakan identitasnya, hanya disebutkan dari sebuah perusahaan lokal dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Keduanya tertarik dengan pergerakan progresif yang berhasil dicapai perusahaan.

Dana tersebut nantinya akan dimanfaatkan untuk mengembangkan produk media property (MP) dan intellectual property (IP) Bingkai Karya secara keseluruhan sebelum menuju web3. Selanjutnya, mengembangkan sumber daya manusia dengan merekrut talenta terbaik.

“Sesuai dengan target kami di tahun 2022, yaitu bisa eksponensial dan bisa bekerja sama di luar Indonesia. Kemungkinan besar yang terdekat adalah bekerja sama dengan Eropa untuk strategi pengembangan IP dan MP digital kami. Karenanya, saat ini kami berupaya maksimal memperkuat kualitas konten kami, terutama yang berbahasa Inggris,” ucap CEO Bingkai Karya Rizal Rosyadi dalam keterangan resmi, Senin (2/1).

Perjalanan Bingkai Karya

Startup ini dirintis pada 2018 dengan model bisnis awalnya sebagai jasa desain grafis dan ilustrasi untuk manajemen media sosial UMKM di Malang. Kemudian pada akhir 2018 mulai bergerak untuk memproduksi podcast. Seiring bertambahnya podcaster, lambat laun bertransformasi menjadi podcast network dan portal berita online yang ditujukan untuk generasi muda.

Terhitung, perusahaan telah mengembangkan enam kanal podcast, di antaranya Bingkai Suara (2018), Enpacking Podcast (2019), Chromatica Podcast (2020), Before and at 30’s (2020), Bingkai Gadis (2020), dan Bingkai Sains (2021). Visi dari jaringan podcast Bingkai Karya adalah menjadi media podcast yang mengedukasi, menghibur, dan dekat dengan pendengar.

Alhasil kini jaringan podcast Bingkai Karya telah dipercaya oleh beberapa brand, artis lokal, nasional, hingga internasional untuk melakukan promosi. “Pada saat itu, kami sudah berkeinginan untuk fokus ke market southeast Asia. Jadi dari segi branding, treatment komersil, dan kurasi sudah kami ubah sesuai standar target market media internasional.”

Menginjak tahun keempat, Bingkai Karya menyajikan berita dalam dwi bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris di situs dan media sosialnya. Berita yang dibawakan ialah seputar perubahan iklim, lingkungan, dan hal yang terjadi di Asia. Berita tersebut kemudian dipublikasikan di Instagram Bingkai Karya.

Di samping itu, perusahaan melebarkan sayap ke dunia edtech dengan merilis aplikasi belajar berbasis audio bernama Pernahdengar. Pernahdengar menjadi salah satu media edukasi yang mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang pendidikan di berbagai perusahaan di Indonesia, khususnya di masa pandemi. Diklaim perusahaan mampu mengembangkan diri dengan growth hingga lebih dari delapan kali lipat dalam berbagai aspek.

Aplikasi Ituloh Jembatani Kebutuhan Brand dengan Kreator, Kedepankan Konsep Review Jujur

Ekosistem kreator di Indonesia berkembang pesat, seiring dengan meningkatnya pengguna media sosial. Ditambah, bisnis yang makin memperhitungkan platform komunikasi tersebut sebagai kanal untuk terhubung dengan pelanggan. Namun hingga kini masih banyak di antara kreator pemula yang memerlukan inspirasi, bimbingan, dan dukungan dari komunitas yang belum tersedia di platform lain.

Di sisi lain, pengguna media sosial saat ini sudah mulai jenuh dengan konten yang terkesan terlalu “hard-selling” dan kurang jujur dari mereka influencer berbayar, dan mulai mencari konten yang relevan, terpercaya dan organik dari pengguna biasa. Melihat peluang tersebut, “Ituloh” hadir menawarkan konsep serupa dengan layanan e-commerce enabler yang menjalin kerja sama dengan brand dan kreator untuk mempromosikan produk lewat video review jujur.

“Kami melihat bahwa walaupun penetrasi e-commerce tengah meningkat di Indonesia, pengalaman konsumen dalam menemukan informasi produk dan berbelanja online belum maksimal. Mayoritas konsumen cenderung mengandalkan rekomendasi produk dari teman dan keluarga, atau mulut ke mulut. Karena itu, kami ingin mendigitalkan pengalaman ini melalui Ituloh, aplikasi yang membuka akses bagi semua orang untuk menunjukkan hal-hal yang sesuai minat mereka, dari produk Korea kekinian sampai hotel treehouse di Bali,” ujar Co-founder & CEO Ituloh Christine Suwendy.

Dari hasil produk review tersebut nantinya kreator akan mendapat komisi untuk setiap penjualan yang didapatkan brand, melalui engagement atau dalam bentuk conversion yang dihasilkan. Brand juga bisa mengakses layanan marketing dari platform Ituloh untuk menjangkau target pengguna dan kreator dari komunitas untuk me-review dan mempromosikan produk atau jasa mereka secara organik.

Secara konten, aplikasi Ituloh mengedepankan video informatif dan review produk/jasa yang jujur dari pengguna organik. Semua pengguna baik kreator pemula atau profesional, mempunyai kesempatan untuk melakukan monetisasi konten mereka.

“Ituloh memiliki posisi yang strategis dibandingkan platform media sosial di pasaran, yang telah tersaturasi dengan konten berbayar. Dengan demikian, konsumen Indonesia tidak perlu lagi berpindah aplikasi antara mencari informasi produk dan review pemakaian produk di media sosial,” ujar Christine.

Selain Ituloh, sudah ada beberapa platform yang menyediakan wadah untuk content creator, influencer, dan brand untuk memanfaatkan kegiatan pemasaran dengan konsep serupa dan kesempatan melakukan monetisasi secara mandiri. Mulai dari platform seperti PartipostTipTip dan BintanGO.

Komunitas dan pengguna

Mengklaim sebagai platform lokal pertama yang mendigitalisasi cara untuk
menemukan rekomendasi produk berkualitas, Ituloh mentransformasi word-of-mouth dalam model short video. Aplikasi Ituloh memberi konsumen kesempatan untuk berbagi rekomendasi jujur tentang jasa, tempat ataupun produk yang mereka suka.

Dapat diunduh di Google Playstore dan Apple App Store, saat ini aplikasi Ituloh telah memiliki lebih dari 100.000 pengguna dan bekerja sama dengan lebih dari 10.000 kreator, mulai dari skala nano sampai mega.

Ituloh juga memiliki fitur komunitas, semua pengguna dapat membuat atau bergabung di komunitas sesuai dengan interest atau hobi mereka, sehingga memudahkan proses pencarian konten yang lebih relevan dan menyediakan wadah bagi pengguna untuk bertemu dengan pengguna dan kreator lainnya.

Dari produk link, konsumen bisa menggunakan situs atau marketplace seperti Shopee dan Tokopedia. Saat ini di semua feed atau konten video yang diunggah oleh semua pengguna, dapat menyertakan link ke situs produk atau jasa dari Tokopedia, Shopee, hingga Instagram.

Ke depannya perusahaan memiliki rencana untuk mengembangkan integrasi dan proses tracking user journey dari saat mereka melihat video di Ituloh sampai saat check-out di beberapa layanan e-commerce.

“Selain itu, kami juga berencana membangun integrasi dengan marketplace dan channel penjualan produk yang sedang trending dan disukai oleh pengguna, berdasarkan analitik dari engagement pengguna dan komunitas di aplikasi Ituloh,” ujar Co-founder Ituloh Riswanto.

Target perusahaan tahun 2023

Sejak tahun 2021, Ituloh sudah mendapatkan pendanaan pre-seed dari beberapa VC terkemuka seperti East Ventures, Antler, IWEF, dan Goodwater Capital senilai lebih dari SGD$1 Juta atau setara 11,5 miliar Rupiah. Tahun 2023 mendatang perusahaan memiliki target untuk megoptmalkan proses kolaborasi antara brand dan kreator

Tahun 2023 nanti Ituloh juga akan fokus untuk mengakuisisi dan mengedukasi pengguna tentang visi dan misi perusahaan. Ituloh juga akan menghubungkan kreator dengan lebih banyak mitra brands, sekaligus berencana mengembangkan fitur-fitur yang menarik, baik dari sisi tampilan UI/UX ataupun fitur monetisasi untuk kreator.

Application Information Will Show Up Here

Inovasi Layanan Tenaga Kesehatan “On-Demand” dari HealthPro

Berawal dari profesi dan latar belakang Vika Rachma Sari serta Rendy Alfuadi (co-founder) di dunia kesehatan, lahirlah inovasi digital yang bertujuan untuk memberdayakan tenaga kerja kesehatan atau perawat. Layanan tersebut bernama HealthPro.

Setelah terpilih sebagai startup program Accelerating Asia Cohort 7, HealthPro memiliki sejumlah rencana untuk mengembangkan bisnis mereka. Kepada DailySocial.id, Rendy menyampaikan strategi yang akan digencarkan ke depan.

Digitalisasi pemesanan tenaga kesehatan

Besarnya permintaan dari kalangan individu dan klinik/rumah sakit akan perawat atau tenaga kesehatan, ternyata tidak dibarengi dengan kesempatan atau peluang bagi para tenaga medis itu sendiri untuk mendapatkan pekerjaan.

Menurut Rendy, berdasarkan pengalaman yang ada, banyak para tenaga kesehatan yang mencari pekerjaan ataupun mencari tambahan penghasilan. Di pihak lain, fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, klinik, lab, dan lainnya masih kesulitan untuk mendapatkan dan mencari tenaga kesehatan yang sesuai kriteria mereka dengan cepat. Proses pencariannya pun masih dilakukan secara manual.

“Selain itu, kebutuhan pasien untuk perawatan di rumah juga semakin meningkat. Adanya fenomena serta masalah tersebut maka saya dan rekan saya meluncurkan HealthPro, online platform untuk mendapatkan tenaga kesehatan on demand yang berkualitas.”

Secara khusus HealthPro berfokus untuk membantu semua fasilitas layanan kesehatan. Sejauh ini perusahaan mencatat permintaan dari kalangan individu hingga layanan kesehatan masih cukup berimbang jumlahnya.

“Namun untuk kalangan individu, HealthPro juga membantu layanan kesehatan untuk melakukan pemesanan tersebut. Misalnya untuk homecare, individu dapat memesan langsung ke RS atau klinik, kemudian HealthPro akan membantu layanan kesehatan tersebut dengan menyediakan tenaga kesehatan yang dibutuhkan,”

Dengan menyasar segmen B2B dan B2B2C, strategi monetisasi yang dilancarkan oleh HealthPro adalah dengan mengambil margin dari setiap transaksi pemanfaatan tenaga kesehatan on-demand.

Selain kawasan Jabodetabek, sejak meluncur Juni tahun ini, HealthPro juga telah melayani daerah lain seperti Bandung, Semarang, Surabaya, hingga Medan. Saat ini layanan dapat dipesan melalui website. Namun perusahaan sedang mengembangkan aplikasi yang rencananya akan diluncurkan dalam waktu dekat.

Tenaga kesehatan on-demand

HealthPro mengusung tenaga kesehatan on-demand, sehingga memungkinkan para pekerja dapat memilih jenis pekerjaan atau mendapatkan penghasilan tambahan kapan pun dan di mana pun. Durasi yang fleksibel dalam pemilihan pekerjaan tergantung dari keinginan para tenaga kesehatannya itu sendiri. Adanya hal ini membuat para tenaga kesehatan bisa bekerja dengan menerapkan work life balance sehingga meminimalisir adanya burnout.

Terkait cara kerjanya, ketika fasilitas layanan kesehatan butuh tenaga kesehatan, maka bisa submit ke sistem HealthPro. Setelah itu platform akan memberikan rekomendasi tenaga kesehatan yang eligible. Di sistem tersebut, pengguna juga bisa memonitor performa dari tenaga kesehatan saat bekerja.

“Mitra yang tergabung di HealthPro saat ini sudah ada lebih dari 6 ribu tenaga kesehatan, sehingga fasilitas kesehatan bisa leluasa untuk memilih tenaga kesehatan yang sesuai.”

Disinggung apa yang membedakan HealthPro dengan layanan serupa yang saat ini juga sudah banyak tersedia, Rendy menegaskan HealthPro menjadi yang pertama dan major player di Indonesia. Selain HealthPro platform yang menawarkan layanan serupa di antaranya Lovecare, Perawatku, dan MHomecare.

HealthPro bukan hanya berfokus pada homecare saja, melainkan juga bisa menyediakan tenaga yang dengan bekerja short time period. Misalnya ada gap shift di fasilitas kesehatan saat jumlah pasien tiba-tiba meningkat ataupun jika ada tenaga kesehatan yang sakit/cuti, tanpa harus melakukan double shift ke tenaga kesehatan lainnya yang menyebabkan banyaknya burnout pada tenaga kesehatan di Indonesia.

“Selain itu, dengan sistem yang dimiliki HealthPro, fasilitas layanan kesehatan mana pun dapat menyediakan jasa perawatan homecare tanpa perlu mengalami heavy operational, karena HealthPro membantu layanan homecare secara end-to-end.”

Penggalangan dana tahap lanjutan

Setelah terpilih sebagai peserta Accelerating Asia dan mendapatkan pendanaan tahapan pra-awal, masih ada beberapa rencana yang ingin dilancarkan oleh perusahaan. Di antaranya adalah mengembangkan lagi bisnis yang saat ini sudah berjalan.

Sebelumnya HealthPro juga tergabung dalam program Antler Indonesia dan sempat mengikuti kegiatan Demo Day pada bulan September lalu.

“Berkat dukungan Accelerating Asia, HealthPro memiliki banyak opportunity mendapatkan network, mentor hingga investor. Tentunya HealthPro akan membuka penggalangan dana tahap selanjutnya. Jika tertarik dan ingin tahu lebih lanjut, boleh menghubungi kami segera.”

Platform Yippy Perkenalkan “Gifting as a Service” Targetkan Segmen B2B

Pandemi telah memicu lahirnya tren remote working, yang tidak mengharuskan karyawan hadir di kantor untuk bekerja. Perubahan ini secara tidak langsung turut memengaruhi sistem kerja dalam sebuah perusahaan. Salah satu usaha perusahaan untuk tetap memelihara produktivitas dan loyalitas para karyawan adalah pemberian hadiah atau corporate gifting.

Di Indonesia sendiri, budaya memberi hadiah ini sudah berjalan sejak lama. Namun, prosesnya masih sangat manual. Mulai dari merencanakan hadiah, mengumpulkan data, hingga pengirimannya membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Gifting as a service merupakan sebuah solusi yang bertujuan untuk mengelola distribusi hadiah di sebuah perusahaan baik secara internal maupun eksternal.

Yippy.id merupakan salah satu layanan yang menawarkan layanan corporate gifting untuk memudahkan perusahaan dalam mendistribusikan hadiah ke karyawan internal maupun klien di luar perusahaan. Yippy menyediakan platform end-to-end dengan fitur lengkap yang mengawal mulai dari pemilihan produk, packaging, logistik, hingga proses tracking.

Berawal dari pengalaman menjadi penerima hadiah di perusahaan terdahulu, Founder & CEO Yippy Ananda Amelita melihat bahwa proses gifting di perusahaannya masih sangat manual. Selain itu, ia juga menemukan survei yang menunjukkan lebih dari 50% karyawan tidak mengapresiasi hadiah yang diberikan perusahaan.

Dari situ, ia mulai berfikir bagaimana cara untuk mendigitalisasi proses pemberian hadiah ini agar lebih efisien, serta memungkinkan hasil yang lebih efektif untuk kedua belah pihak, baik pengirim dan penerima. Proposisi nilai yang ditawarkan Yippy melalui corporate gifting ini terletak pada personalisasi. Bahwasanya, para penerima hadiah layak untuk mendapat pilihan

Dengan menggunakan platform Yippy.id, pihak pengirim akan disediakan ragam rekomendasi pilihan hadiah yang bisa dipersonalisasi sesuai dengan preferensi pengirim dan penerima. Selain itu, pengumpulan data penerima juga dilakukan secara otomatis guna mempercepat proses gifting. Platform ini juga memungkinkan integrasi untuk proses yang lebih efisien dalam ekosistem perusahaan.

Dari sisi penerima, mereka akan mendapat link untuk memilih sendiri hadiah apa yang sesuai dengan kebutuhan saat ini. Melalui link tersebut, mereka bisa mengisi data terkini untuk melanjutkan proses. Setelah itu, penerima tinggal menunggu paketnya sampai ke alamat yang dituju.

Dalam menyediakan pilihan hadiah di dalam platformnya, Yippy bekerja sama dengan UMKM lokal untuk menawarkan lebih dari 700 item yang dapat dipilih oleh penerima hadiah. Dari sisi logistik, perusahaan juga telah bermitra dengan perusahaan logistik terdepan di tanah air untuk memastikan pengantaran paket yang tepat dan cepat.

Yippy mulai beroperasi dari Januari 2022. Saat ini, perusahaan telah mendapatkan pendanaan eksternal pre-seed dari program akselerator asal Singapura, Iterative. Sebelumnya, perusahaan juga pernah mengikuti program akselerator dari Antler. Di sini, Ananda bertemu dengan co-founder-nya, Welly Huang.

Peluang dan target ke depan

Pada tahun 2021, Coresight Research melakukan survei dengan GiftNow pada 300 pembeli hadiah perusahaan di Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan bahwa hampir 50% bisnis berniat meningkatkan frekuensi pemberian hadiah pasca Covid-19. Secara global, industri corporate gifting diproyeksikan tumbuh sebesar $64 miliar selama beberapa tahun ke depan, mencapai $306 miliar pada tahun 2024.

Secara umum, corporate gift disebut sebagai cara untuk mempererat hubungan perusahaan dengan karyawan atau pelanggan. Namun, tantangannya masih ada dari sisi edukasi pasar. Sebagai salah satu pionir, Yippy mengaku bahwa belum ada kompetitor langsung yang menawarkan layanan serupa dengan mereka. Meskipun begitu, banyak perusahaan yang masih mempercayakan urusan gifting pada vendor yang lebih spesifik.

Terkait target pasar, wanita yang kerap disapa Nanda ini mengungkapkan bahwa saat ini pasarnya adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki anggaran untuk pemberian hadiah. Namun, timnya percaya bahwa pada akhirnya, semua perusahaan akan semakin peduli dengan kesejahteraan karyawannya dan membutuhkan layanan corporate gifting ini.

Hingga saat ini, Yippy telah membantu sejumlah perusahaan untuk mengelola pemberian hadiah melalui berbagai kegiatan. Beberapa nama yang telah memanfaatkan solusi Yippy.id termasuk Pinhome, Zen Rooms, Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), Bukuwarung, Ula, dan lain-lain.

Ke depannya, Yippy mengungkapkan tengah merencanakan penggalangan dana namun pihaknya belum bisa mengungkapkan target pendaanaan tersebut. Saat ini, pihaknya masih fokus untuk memperluas demand dan memperbanyak use case. Selain itu, timnya juga berencana untuk menambah daftar produk pilihan yang ada di dalam platform mereka.

Startup Agritech B2B “Elevarm” Dikabarkan Bukukan Pendanaan Pra-Awal Dipimpin Insignia Ventures

Startup agritech B2B Elevarm dikabarkan membukukan pendanaan tahap pra-awal yang dipimpin Insignia Ventures. Berdasarkan data yang dimasukkan ke regulator, nominal yang diterima dalam putaran ini telah mencapai $1,39 juta (sekitar 21,6 miliar Rupiah).

Selain Insignia, terdapat 500 Southeast Asia (dulu bernama 500 Durians) serta jajaran angel investor, yakni Fajrin Rasyid (Telkom), Gibran Huzaifah (eFishery), dan Arip Tirta (Evermos), yang berpartisipasi dalam putaran tersebut.

DailySocial.id telah meminta konfirmasi dari founder Elevarm terkait informasi ini.

Dalam keterangan yang dihimpun, Elevarm adalah startup agritech yang berfokus di sisi hulu, memberikan solusi pasokan kepada pelanggan bisnis dengan menggabungkan dan mengangkat petani kecil dengan teknologi. Startup ini masih dalam “stealth mode” alias belum beroperasi, situsnya belum bisa diakses.

Elevarm didirikan pada Februari 2022 di Bandung, Jawa Barat oleh Bayu Syerli. Dalam rekam jejaknya, Bayu pernah bekerja di Mamikos sebagai Co-founder & COO dan di Bukalapak sebagai VP of Marketing.

Insignia sendiri, dalam wawancara bersama DailySocial.id sebelumnya, menyampaikan bahwa mereka memang mengincar untuk lebih agresif berinvestasi pada sektor potensial berikutnya, seperti web3, teknologi iklim, perawatan kesehatan, dan pertanian. Langkah tersebut diambil pasca membukukan dana kelolaan ketiga sebesar $516 juta yang telah diumumkan pada awal Agustus 2022.

Founding Managing Partner Yinglan Tan mengatakan, dampak yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan terbesar di luar Asia Tenggara dalam dekade terakhir akan menjadi permulaan baru dibandingkan dengan dampak yang akan dibuat ooleh pembuat pasar pada dekade berikutnya.

Pendanaan startup agritech mulai dominasi

Menurut catatan DailySocial.id, sepanjang kuartal III 2022 ini, sektor fintech memimpin di urutan pertama berdasarkan jumlah dan nilai transaksi. Sektor berikutnya yang menarik adalah logistik dan agritech. Minat investor terhadap kedua sektor tersebut meningkat dibandingkan periode sebelumnya.

Pada kuartal tersebut, terjadi penurunan dari jumlah transaksi dan nominal yang dibukukan dibandingkan periode sebelumnya. Pada kuartal III 2022, terdapat 62 transaksi dengan nilai yang diumumkan sebesar $983 juta. Angka tersebut sebenarnya tidak jauh berbeda dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni 68 transaksi senilai $974 juta.

Sementara itu, pada kuartal II 2022, terdapat 71 transaksi pendanaan bernilai lebih dari $1,4 miliar. Adapun pada kuartal I 2022, terdapat 50 putaran pendanaan bernilai lebih dari $1,22 miliar. Tahapan pendanaan yang dikucurkan pada kuartal III 2022 ini didominasi oleh pendanaan tahap awal (pre-seed sampai seri A).

Startup Web3 “Artopologi” Raih Pendanaan Pra-Awal dari Ideosource

Startup web3 Artopologi mengumumkan perolehan pendanaan pra-awal yang dipimpin Ideosource. Tidak disebutkan nominal yang diterima di putaran tersebut.

Undisclosed [untuk] pre-seed dan sedang raise di seed round saat ini,” ucap Co-Founder dan Managing Partner Ideosource Edward Chamdani saat dihubungi DailySocial.id.

Artopologi adalah pasar seni terkurasi yang terintegrasi dengan blockchain. Mereka memindahkan karya fisik, seperti lukisan, patung, dan instalasi seni, yang dipamerkan dan diperjualbelikan di platform Artopologi disertai dengan sertifikat keaslian digital yang terdaftar di blockchain.

Startup ini baru dirilis pada awal tahun 2022 dan dipimpin Intan Wibisono. Sebelumnya, ia lama melintang di dunia kehumasan untuk berbagai perusahaan, salah satunya Bukalapak.

Berbeda dengan kebanyakan pemain web3 lainnya, Artopologi ingin meregenerasi kolektor seni dan menghubungkan ekosistem seni di Indonesia, sehingga platform ini dilengkapi dengan berbagai fitur, produk, dan layanan yang sesuai untuk pecinta seni.

“Artopologi memberikan solusi atas distribusi penjualan karya yang selama ini punya masalah. Jejak karya itu penting karena selalu ada perselisihan kepemilikan, perselisihan autentisitas, dan perselisihan nilai. Kami sebagai fasilitator akan mendaftarkan karya fisik ke dalam blockchain dalam bentuk smart contract,” ujar Co-Founder dan CEO Artopologi Intan Wibisono, dalam media workshop yang digelar di Jakarta, kemarin (27/10).

Sebagai diferensiasi lainnya, Artopologi akan memverifikasi dan mengurasi setiap seniman, karya, galeri, museum, dan pelaku seni yang bergabung. Alhasil, setiap karya yang ada di platform diklaim benar-benar berkualitas dan tidak sporadis.

Nilai unik lainnya adalah fokus pada karya seni fisik, bukan karya seni digital. Artopologi bukan NFT marketplace, NFT project, ataupun launchpad; melainkan merekam jejak karya dan karier seniman. Setiap karya yang ditampilkan dijamin keasliannya dengan underlying karya fisik dan bisa dibuktikan dengan sertifikat yang terdaftar di blockchain, sehingga tidak bisa diubah dan bersifat kekal.

Artopologi juga terintegrasi dengan jaringan blockchain. Marketplace ini dapat mendaftarkan sertifikat keaslian dengan otomatis dan mudah, tanpa memerlukan mata uang kripto. Meskipun demikian, seniman tetap perlu memiliki crypto wallet untuk bisa menerima dan mentransfer sertifikat.

Artopologi ingin memanjakan para kreator dan seniman agar tetap melindungi karya-karyanya dengan cara yang lebih baik. Juga untuk kolektor dalam menikmati hasil-hasil karya seni.

“Artopologi ini punya kemiripan dengan yang lain, tapi melengkapi yang sudah ada sebelumnya. Industri ini akan jauh lebih bagus bila ada cara-cara yang baik, salah satunya lokapasar yang terkurasi, sebelumnya kayak gado-gado bercampur. Itu yang diresahkan oleh para kreator,” tambah Rain Rusidi, kurator seni rupa dan dosen di Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia.

Platform Artopologi sendiri akan diresmikan untuk umum pada hari ini (28/10) ditandai dengan diselenggarakannya pameran bertajuk “Rekam Masa” di Museum Nasional, Jakarta berlangsung hingga 6 November 2022. Makna dari tema tersebut menandai kehidupan pada masa/zaman seseorang, ditandai dengan stempel waktu yang dimiliki teknologi blockchain.

Setiap karya seni dalam pameran ini terintegrasi ke blockhain yang dinyatakan oleh kode kriptografi sebagai sebuah pernyataan autentisitas atas setiap karya yang diinput.

Pameran dan platform akan memajang lukisan, patung, instalasi seni, pertunjukan dan karya mode dari seniman senior, seperti Teguh Ostenrik, Galam Zulkifli, Dipo Andy, Mang Moel, FJ Kunting, Rinaldy Yunardi, Didi Budiardjo, Ghea Panggabean, Joshua Irwandi, dan banyak artis pendatang baru Indonesia lainnya.

Setiap karya seni yang ditampilkan akan didaftarkan di blockchain agar keaslian dan asalnya diakui. Hal ini memberikan potensi royalti dan peluang kepemilikan fraksional. “Harga ditentukan oleh seniman, tentu ada pembagian hasil dengan kami. Tapi ini sifatnya diskusi langsung dengan masing-masing seniman dan case by case,” tutup Intan.

Aplikasi Ringkasan Berita “KeTitik” Memperoleh Pendanaan Pra-Awal

Aplikasi ringkasan berita “KeTitik” memperoleh pendanaan pra-awal (pre-seed) dengan nominal yang dirahasiakan. Pendanaan ini disuntik oleh Evy Harjono (HiApp) dan sejumlah angel investor dari Flip, Moengage, Trusting Social, Chope, dan Brick.

Evy Harjono selaku Presiden PT Hello Kreasi Indonesia (HiApp) mengatakan bahwa KeTitik menawarkan pengalaman segar dan ringkasan berita tajam bagi pengguna di era konten snack yang identik dengan berita ringan dari media sosial.

“Nilai dan misi mereka sejalan dengan filosofi investasi kami untuk mendidik masyarakat Indonesia dengan informasi yang jelas, ringkas, dan terpercaya,” tutur Evy dalam keterangan resminya.

Resmi meluncur pada Agustus 2022, KeTitik merupakan aplikasi yang menyajikan ringkasan berita dalam maupun luar negeri dengan format pendek atau kurang dari 60 kata. Ada empat segmen utama yang dihadirkan, antara lain All News, My Feed, Top Stories, dan Trending. Saat ini, aplikasi KeTitik telah diunduh lebih dari 40.000 kali.

(Ki-ka) Presiden PT Hello Kreasi Indonesia Evy Harjono dan Co-founder KeTitik Dannis Joseph / KeTitik

Co-founder KeTitik Dannis Joseph mengatakan para investor turut terlibat dalam pengembangan bisnis di berbagai aspek. Dengan pendanaan ini, KeTitik akan memperkuat lini pengembangan produk, teknologi, dan menambah jumlah tim.

“Kami optimistis untuk mencapai target kami, terutama dengan dukungan Evy Harjono bersama angel investor yang punya keahlian serta jaringan luas. Mereka mendukung visi kami dalam memberikan pengalaman pengguna mengakses berita yang ringkas dan terpercaya di tengah aktivitas mereka sehari-hari,” paparnya.

Targetnya adalah mendorong rata-rata konsumsi berita harian masyarakat. Menurutnya, ada peluang untuk menjangkau 100 juta lebih pembaca berita setiap hari. KeTitik membidik jumlah ringkasan baru yang diterbitkan setiap hari dari rata-rata 300 menjadi 700 ringkasan berita pada akhir tahun ini.

Untuk itu, pihaknya akan membangun mesin berbasis Natural Language Processing (NLP) untuk melakukan peringkasan berita sehingga pengguna dapat mengakses berita lebih mudah dan cepat.

Sumber utama membaca berita

Berdasarkan survei Reuters Institute pada Februari 2022, mayoritas masyarakat Indonesia atau sekitar 88% memperoleh berita dari media online. Diikuti oleh media sosial (68%), televisi (57%), dan media cetak (17%).

Jika dirinci berdasarkan jenis media sosial, WhatsApp berada di urutan teratas dengan 54%, diikuti YouTube (46%), Facebook (44%), Instagram (37%), Twitter (20%), dan TikTok (16%). 

Tingginya penggunaan media sosial sebagai salah satu medium untuk memperoleh berita turut didorong faktor penetrasi smartphone yang juga besar di Indonesia. Sebanyak 83% masyarakat Indonesia mengakses berita melalui smartphone.

Application Information Will Show Up Here