Klaim Profitable, Startup Proptech Jendela360 Rencanakan Galang Dana Pra-Seri A

Pandemi telah mengubah kebiasaan orang melakukan pembelian properti. Jika dulunya masih banyak yang mencari properti secara offline, kini mekanisme online banyak dipilih. Meskipun di awal pandemi bisnis proptech sempat mengalami kendala, namun setelah kebanyakan orang telah melakukan adaptasi, lantas mengalami pertumbuhan yang semakin membaik.

Salah satunya dirasakan pengembang platform proptech Jendela360, mereka mencatat pertumbuhan hingga 3x selama pandemi. Hal ini menunjukkan sudah makin baiknya bisnis proptech dan di prediksi akan terus mengalami kenaikan yang positif.

Kepada DailySocial.id. Co-founder & CEO Jendela360 Daniel Rannu menyebutkan, tercatat selama pandemi pembelian properti untuk rumah mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Sebagai platform yang mengedepankan teknologi virtual tour, mereka melakukan sejumlah penyesuaian dalam bisnis — salah satunya melihat tren bekerja di rumah yang banyak dilakukan perusahaan kepada pegawainya. Selain itu kebanyakan dari mereka yang melakukan pembelian rumah adalah ingin memanfaatkan ruangan tersebut sebagai home office.

“Kami juga melakukan penyesuaian dalam hal penyewaan properti, dalam hal ini apartemen. Jika dulunya kami hanya menawarkan jangka panjang saja, kini kami memberikan opsi waktu penyewaan jangka pendek untuk penyewa, namun tidak harian,” kata Daniel.

Penggunaan virtual tour untuk melihat lokasi dan desain rumah lebih detail juga diklaim mengalami pertumbuhan yang positif dari sisi penggunaan. Meskipun tidak menambahkan fitur ke dalam teknologi tersebut, namun untuk memberikan pengalaman terbaik kepada pengguna, Jendela360 berupaya untuk memberikan kualitas terbaik dan informasi lengkap kepada pengguna.

Dengan menggabungkan teknologi berupa data dan skill langsung di lapangan, diharapkan bisa membangun fondasi yang kuat bagi Jendela360. Saat ini mereka masih fokus menyediakan informasi properti rumah tinggal dan penyewaan apartemen, belum ada rencana untuk menambah pilihan properti lainnya.

“Kami juga akan fokus kepada traksi karena saya melihat saat ini peluangnya sangat besar untuk penjualan rumah dan penyewaan apartemen. Menjadi bijaksana bagi kami jika nantinya bisa menjadi raja di dua kategori tersebut yaitu rumah dan apartemen,” kata Daniel.

Pendanaan dari Sinar Mas Group

Setelah sebelumnya mengantongi pendanaan awal sebesar $1 juta yang dipimpin oleh BEENEXT, awal tahun ini Jendela360 juga kembali mengantongi pendanaan awal dari entitas yang terafiliasi dengan Sinar Mas Group. Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi yang diterima, namun investasi strategis ini diharapkan bisa mendorong pertumbuhan Jendela360 lebih baik lagi.

“Properti merupakan bisnis networking, menjadi logis bagi kami melalui kerja sama ini dengan Sinar Mas Group. Melalui pendanaan ini kami akan mengembangkan teknologi dan data sicence. Sisanya akan kami manfaatkan untuk kegiatan marketing dan branding,” kata Daniel.

Secara operasional saat ini Jendela360 mengklaim telah profitable. Untuk memanfaatkan momentum tahun ini rencananya mereka akan kembali menggalang dana untuk tahapan pra-seri A.

Sejak meluncur saat ini Jendela360 telah memiliki listing di seluruh Indonesia. Namun kebanyakan traffic yang ada berasal dari wilayah Jakarta dan sekitarnya. Untuk memberikan pengalaman pengguna yang lebih baik, Jendela360 juga akan mengembangkan konsep O2O. Konsep ini ke depannya akan menjadi pilihan bagi kebanyakan platform proptech di tanah air, yaitu menggabungkan konsep online dan offline.

“Di Indonesia untuk pembelian properti tidak semua bisa dilakukan secara online. Semua harus dilengkapi dengan konsep O2O untuk bisa melakukan penjualan sebagai platform marketplace yang mengedepankan teknologi virtual tour. Di saat yang sama mereka masih membutuhkan human touch dan pembelian properti termasuk pembelian yang emosional,” kata Daniel.

Masa depan virtual tour

Mengutip dari Forbes tercatat sekitar 78% pembeli rumah mengatakan mereka memilih untuk melihat lebih banyak properti secara virtual dengan 3D tour karena masalah keamanan. Selain itu, 69% penjual rumah yang tidak menganggap 3D tour sebagai kebutuhan sebelum pandemi, kini mulai melihat bahwa 3D tour diperlukan.

Di sisi lain, iGUIDE telah melihat peningkatan 400% dalam virtual tour real estat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan lama setelah pandemi, virtual tour akan tetap ada karena mereka membuat pencarian rumah menjadi lebih mudah, menghemat kunjungan sebenarnya untuk daftar pembeli yang terpilih.

Mayoritas pemilik rumah lebih cenderung bekerja dengan agen yang menawarkan video properti real estat. Panduan video menyoroti fitur unik properti, tetapi manfaat utamanya adalah menunjukkan denah rumah. Ini memungkinkan pembeli untuk merasakan seolah-olah mereka sedang mengunjungi properti secara langsung. Tercatat sekitar 70% pembeli rumah menonton video house tour sebelum mengunjungi langsung.

Platform Proptech “Pintuitive” Hadirkan Layanan Berbasis Lokasi untuk Pencarian Properti

Bertujuan untuk memberikan pilihan baru kepada pencari properti, platform proptech yang berbasis lokasi Pintuitive telah resmi meluncur. Co-Founder & Co-CEO Pintuitive Irvan Ariesdhana menyebutkan, platform yang ada konsepnya kebanyakan adalah memberikan layanan kepada agen hingga broker saja. Pintuitive ingin memberikan lebih dari itu.

Irvan sendiri sebelumnya sempat menjabat sebagai Country Manager untuk 99.co di Indonesia, khususnya di awal debut platform tersebut di Indonesia.

“Jika dilihat di negara lain konsep ini sudah banyak diterapkan, hanya di Indonesia kebanyakan masih menerapkan cara lama yaitu menawarkan pilihan kepada agen dan broker untuk memasang listing mereka dengan cara berlangganan. Konsep ini dinilai kurang memberikan keuntungan dari sisi pencari properti,” kata Irvan.

Dengan Pintuitive, pencari properti bisa dengan mudah menemukan properti sesuai titik peta yang tersedia dalam platform. Untuk mendapatkan titik lokasi yang tepat, Pintuitive melakukan survei secara langsung yang dilakukan tim internal. Selain memberikan kesempatan pemilik properti dan agen untuk memasarkan properti mereka, mereka juga menyediakan layanan yang dikelola oleh tim dengan komisi. Dengan demikian semua proses mulai dari pemasangan listing hingga proses lainnya ditangani oleh tim Pintuitive.

“Untuk saat ini revenue stream kita baru dengan cara tersebut. Sejak meluncur kami cukup dikejutkan dengan antusiasme dari para agen dan pemilik properti untuk bergabung dengan kami. Untuk agen properti sendiri dulunya enggan untuk membagikan informasi listing properti yang mereka miliki,” kata Irvan.

Fitur unggulan

Di dalam platform disediakan pilihan untuk jual, beli, dan sewa berbagai jenis properti. Ketika mereka telah memberikan informasi seputar properti, nantinya tim Pintuitive akan melakukan proses kurasi secara ketat. Jika memang benar lokasi titik tersebut maka dinyatakan lolos. Namun jika titik properti tidak sesuai atau ternyata properti tersebut sudah terjual, maka tidak bisa masuk dalam daftar properti di Pintuitive.

“Harapannya pencari properti tidak menemukan adanya listing palsu. Secara teknologi Pintuitive bisa melayani di seluruh Indonesia. Namun karena proses verifikasi, kami saat ini masih fokus kepada Jabodetabek saja,” kata Irvan.

Untuk saat ini teknologi yang masih ingin dikembangkan oleh Pintiuitive adalah titik lokasi saja, namun tidak menutup kemungkinan ke depannya akan dikembangkan teknologi lainnya yang relevan. Seperti arah atau informasi how to get there hingga pilihan untuk mengunjungi titik terdekat dan yang relevan, jika adanya beberapa titik properti yang berdekatan.

“Bukan hanya dari agen dan pemilik properti yang menyambut baik Pintuitive, namun tentunya dari pencari properti yang baru merasakan pilihan seperti ini. Selain efektif, apa yang kami tawarkan kepada pencari properti bisa memudahkan mereka mencari properti yang akurat,” kata Irvan

Disinggung apakah konsep location based yang ditawarkan oleh Pintuitive akan diaplikasikan oleh pemain proptech lainnya, Irvan menyebutkan dengan konsep berlangganan yang dikenakan oleh platform proptech agregator dan marketplace lainnya, tampaknya belum bisa diterapkan oleh mereka. Kebanyakan agen yang sudah berlangganan keberatan untuk membagikan listing mereka kepada publik.

Saat ini Pintuitive masih menjalankan bisnis secara boostrap. Belum ada rencana bagi mereka untuk melakukan penggalangan dana dalam waktu dekat. Meskipun baru satu tahun berdiri, namun ada beberapa rencana yang ingin mereka lancarkan tahun ini. Di antaranya adalah terus menambah listing properti dan juga mengajak lebih banyak pencari properti menggunakan platform.

“Fokus kami saat ini adalah bagaimana Pintuitive bisa menjadi platform bukan sekedar sebagai pusat informasi properti berbasis lokasi, namun juga bisa menghasilkan transaksi penjualan properti dalam platform,” kata Irvan.

Platform listing properti di Indonesia

Di Indonesia, layanan proptech yang mengakomodasi listing properti sudah cukup beragam. Beberapa pemain juga memiliki dukungan kapital yang kuat dari induk perusahaan atau investornya. Didasarkan pada analisis trafik bulanannya, saat ini terdapat empat pemain yang mendominasi pasar lokal, meliputi:

 

Selain menyajikan listing, sejumlah platform hadir dengan model bisnis yang lebih luas. Misalnya yang dilakukan Travelio, mereka turut mengelola beberapa jenis properti dan membantu pemilik properti dalam melakukan tata kelola — fokus bisnis Travelio sendiri pada penyewaan, kendati juga melayani listing penjualan.

Adanya value added dari sisi fitur seperti yang disuguhkan Travelio atau Pintuitive bisa dijadikan alternatif bagi pengguna. Di sisi bisnis juga bisa menjadi strategi mereka untuk bisa bertahan di tengah kompetisi bisnis proptech yang ketat.

Lamudi.co.id to Acquire OLX Indonesia’s Property Business

Lamudi.co.id announced the acquisition of OLX Indonesia’s property business. Starting earlier this year, Lamudi.co.id has been fully operating the business line. This is part of Lamudi’s ambition to become the largest proptech in Indonesia.

For the record, Emerging Markets Property Group (EMPG), a property portal group from the Middle East, South Asia, and Southeast Asia announced the acquisition of Lamudi Global, a property group which operation covers Indonesia, the Philippines and Mexico in May 2020.

A month earlier, EMPG was fully acquired the OLX Group, which operates in MENA (Middle East and North Africa) and South Asia. This move successfully catapulted EMPG’s valuation into a unicorn due to a $150 million funding obtained from the OLX Group and other stakeholders.

Through the OLX Indonesia’s property business acquisition, currently Lamudi.co.id has more than 4.5 million unique visitors, 600 thousand new listings every month, and generates purchase interest of more than two million which will ensure high visibility from seller listings.

“This acquisition is a golden opportunity to continue improving our services for Indonesians, especially in providing the most complete property options to suit everyone’s demand. Lamudi.co.id is here for the Indonesian people to provide the easiest and most reliable experience in finding a dream property,” Lamudi.co.id’s CEO, Mart Polman said in an official statement, Wednesday (1/11).

Lamudi’s founder, Kian Moini said that Indonesia is EMPG’s priority market due to high confidence in Indonesia’s market, with positive prospects for Indonesia’s economic growth in the future and Lamudi’s potential in providing the best real estate solution services.

“This acquisition demonstrates our commitment through our vision for Indonesia, which is to provide the best real estate service experience and help Indonesians find a dream home,” he said.

OLX Group Indonesia’s CEO, Johnny Widodo said that the merger of OLX’s property business with Lamudi.co.id will strengthen access to property for all potential home buyers in Indonesia.

“We are proud of the OLX Indonesia’s property business growth which trusted by millions of users, and we are confident that this business will bloom. Lamudi.co.id will strengthen the property search experience for all Indonesian property seekers,” Johnny said.

He also mentioned that all interfaces and operations will not be changed, including other businesses under OLX Indonesia.

On the platform, the company will share user account data with Lamudi.co.id. Whether you’re uncomfortable or dislike the terms and conditions, all users can delete their account on January 18, 2022 at the latest.

Lamudi.co.id first appeared in Indonesia in February 2014 with more than 700 employees and continues to grow with expansion plans to the Indonesian property market. They provide online end-to-end services in property search and become a liaison platform between property seekers and developers up to the transaction process, facilitated by the best technology to have seamles search experience.

In July 2020, OLX also announced the acquisition of a similar local player, BeliMobilGue. This move changed the use of the brand to OLX Autos Indonesia (OLX Autos), as well as appointed the chairman of BeliMobilGue Johnny Widodo as part of OLX Indonesia.

The acquisition

Lamudi’s closest competitor, 99 Group, had previously make an acquisition act. Aside from being practical and automatically making it easier to become a player with the largest users, this is also capital intensive strategy. Moreover, property searches are rising due to increasing digital adoption. Therefore, the more property listed, the more visitors will find the property.

It is proven from the SimilarWeb data, 99.co has the highest visits in Indonesia for the last six months with an average visit of 19.97 million with an average of 1.26 minutes. Then, followed by Rumah123 which received an average of 3.78 million visits with an average of 2.05 minutes and Lamudi.co.id with 1.03 average visits and 3.30 minutes average duration.

99 Group operates in Indonesia and Singapore. 99.co previously acquired Urbanindo, forming a joint venture with Real Estate Australia (REA). REA has two property sites, including iproperty.com.sg and Rumah123.com. 99 Group also acquired the Singapore Real Estate Exchange (SRX) in November 2020.

SRX is a property platform and real estate data provider in Singapore. This acquisition act is to add a collection of listings, information, and various tools to support the parent in providing value added and competitive services to consumers and real estate professionals in the country.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Lamudi.co.id Akuisisi Bisnis Properti OLX Indonesia

Lamudi.co.id mengumumkan akuisisi bisnis properti OLX Indonesia. Mulai awal tahun ini lini bisnis tersebut dioperasikan sepenuhnya oleh Lamudi.co.id. Strategi ini merupakan bagian dari ambisi Lamudi untuk menjadi proptech terbesar di Indonesia.

Sebagai catatan, Emerging Markets Property Group (EMPG), grup portal properti dari Timur Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara mengumumkan akuisisinya terhadap Lamudi Global, grup portal properti yang beroperasi di Indonesia, Filipina, dan Meksiko pada Mei 2020.

Selang sebulan sebelumnya, EMPG juga mengakuisisi penuh OLX Group yang beroperasi di MENA (Middle East and North Africa) dan Asia Selatan. Langkah tersebut sukses melambungkan valuasi EMPG menjadi unicorn, berkat suntikan dana yang diperoleh dari OLX Group dan pemangku kepentingan lainnya sebesar $150 juta.

Lewat akuisisi bisnis properti OLX Indonesia, Lamudi.co.id kini memiliki lebih dari 4,5 juta unique visitors, 600 ribu listing baru setiap bulannya, dan menghasilkan minat pembelian lebih dari dua juta yang akan memastikan tingginya visibilitas dari listing para penjual.

“Akuisisi ini merupakan sebuah kesempatan emas untuk terus meningkatkan pelayanan kami terhadap masyarakat Indonesia, terutama dalam memberikan pilihan properti terlengkap sesuai dengan kebutuhan setiap orang. Lamudi.co.id senantiasa hadir untuk masyarakat Indonesia dalam memberikan pengalaman termudah dan terpercaya dalam pencarian properti impian,” terang CEO Lamudi.co.id Mart Polman dalam keterangan resmi, Rabu (11/1).

Founder Lamudi Kian Moini menyebutkan bahwa Indonesia merupakan pasar prioritas untuk EMPG dikarenakan tingginya kepercayaan terhadap potensi pasar properti di Indonesia, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya dan juga potensi Lamudi dalam memberikan layanan solusi real estat terbaik.

“Akuisisi ini menunjukkan komitmen investasi kami dalam visi kami terhadap Indonesia, yakni memberikan pengalaman layanan real estat terbaik dan membantu rakyat Indonesia menemukan sebuah rumah impian,” ujarnya.

CEO OLX Group Indonesia Johnny Widodo menambahkan, bergabungnya bisnis properti OLX dengan Lamudi.co.id akan memperkuat akses terhadap properti untuk semua calon pembeli rumah di Indonesia.

“Kami bangga dengan pertumbuhan bisnis properti OLX Indonesia yang telah dipercaya oleh jutaan pengguna, dan kami yakin bahwa bisnis ini akan terus bertumbuh. Lamudi.co.id akan memperkuat perjalanan pencarian properti untuk semua pencari properti Indonesia,” tutur Johnny.

Johnny turut menyampaikan, semua interface dan operasi akan berjalan seperti biasanya tanpa adanya perubahan, termasuk bisnis lain yang masih berada di bawah OLX Indonesia.

Dalam situs OLX, perusahaan akan membagikan data akun pengguna ke Lamudi.co.id. Jika tidak berkenan dan tidak menyetujui syarat dan ketentuan, pengguna dapat menghapus akunnya paling lambat 18 Januari 2022.

Lamudi.co.id pertama hadir di Indonesia pada Februari 2014 dan telah mempekerjakan lebih dari 700 karyawan dan terus bertumbuh dengan rencana untuk melanjutkan ekspansinya di pasar properti Indonesia. Mereka memberikan layanan ujung ke ujung dalam pencarian properti untuk setiap penggunaannya dan menjadi sebuah platform penghubung antara pencari properti dan developer secara online hingga proses transaksinya yang difasilitasi teknologi terbaik untuk memudahkan perjalanan pencarian properti.

Pada Juli 2020, OLX juga mengumumkan langkah akuisisinya terhadap pemain lokal sejenisnya, BeliMobilGue. Langkah tersebut mengubah penggunaan merek menjadi OLX Autos Indonesia (OLX Autos), sekaligus mengangkat pimpinan BeliMobilGue Johnny Widodo sebagai bagian dari OLX Indonesia.

Pilih langkah akuisisi

Langkah akuisisi bisnis ini sebelumnya juga dilakukan oleh kompetitor terdekat Lamudi, yakni 99 Group. Selain praktis dan otomatis permudah langkah menjadi pemain dengan pengguna terbesar, pemilihan strategi ini juga padat modal. Terlebih, pencarian properti kian meningkat selaras dengan peningkatan adopsi digital. Oleh karenanya, semakin banyak listing, makin deras pula kunjungan para pencari properti ini.

Terbukti dari data yang diambil dari SimilarWeb, 99.co menjadi pemain dengan kunjungan tertinggi di Indonesia selama enam bulan terakhir dengan rerata kunjungan 19,97 juta kunjungan dengan rerata 1.26 menit. Kemudian, disusul Rumah123 mendapat rerata 3,78 juta kunjungan dengan rerata 2.05 menit dan Lamudi.co.id dengan rata-rata kunjungan mencapai 1,03 kali kunjungan dan durasi rerata 3.30 menit.

99 Group beroperasi di Indonesia dan Singapura. 99.co sebelumnya mengakuisisi Urbanindo, membentuk perusahaan patungan bersama Real Estate Australia (REA). REA memiliki dua situs properti, yakni iproperty.com.sg dan Rumah123.com. 99 Group juga mengakuisisi Singapore Real Estate Exchange (SRX) pada November 2020.

SRX merupakan platform properti dan penyedia data real estat di Singapura. Langkah akuisisi ini untuk menambah kumpulan listing, informasi, dan berbagai perangkat untuk mendukung induk dalam memberikan nilai tambah dan layanan kompetitif kepada konsumen dan profesional real estat di negara tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Konsep Co-Living Makin Diminati, Rukita Perbarui Aplikasi Targetkan Komunitas

Konsep hunian co-living menjadi semakin diminati, terutama di kota-kota besar di Indonesia. Penyewaan kamar pribadi jangka panjang dengan fasilitas dan ruang bersama sebenarnya bukanlah konsep yang baru, hanya saja di sini lebih akrab dengan sebutan indekos. Indekos dianggap terjangkau dan praktis, terutama bagi kalangan profesional muda, karena lebih terjangkau dan terletak dekat area institusi atau perkantoran.

Salah satu pemain yang menyasar segmen ini adalah Rukita, sebuah startup penyedia layanan co-living yang diklaim sangat praktis dan cocok untuk profesional muda dalam mencari hunian siap pakai. Belum lama ini Rukita meluncurkan aplikasi terbarunya, menawarkan informasi lengkap untuk eksplorasi ketersediaan unit sewa kost atau apartemen di lokasi terdekat.

“Profesional muda akan lebih mudah melihat dan memesan unit properti hanya dari gawai pribadi, baik ponsel atau pun komputer, di mana pun dan kapan pun,” ungkap Co-founder & CEO Rukita Sabrina Soewatdy.

Selain menawarkan kamar serta berbagai kebutuhan terkait hunian bagi pelanggan, dalam update aplikasi terbarunya, Rukita menyediakan fitur baru, “Community” untuk mendorong tenant dan masyarakat luas terutama para profesional muda saling berinteraksi dan membangun relasi yang lebih baik. Fitur ini diharapkan bisa semakin memberikan pengalaman co-living yang lebih optimal.

“Di aplikasi Rukita, masyarakat terutama para milenial dapat mencari pilihan unit, memantau status pembayaran, mendaftarkan diri dalam kegiatan komunitas, berinteraksi daring melalui kolom komentar, hingga mengakses kumpulan artikel menarik yang memperkaya wawasan,” ujar Sabrina.

Selama kurang lebih dua tahun berdiri, Rukita berhasil meningkatkan kerja sama dengan lebih dari 20.000 properti dalam platformnya. Hunian ini tersebar di area-area padat sekitar Jabodetabek dengan rentang harga yang ditawarkan beragam tergantung fasilitas dan posisi yang menunjang.

Sejalan dengan komitmen untuk membangun bisnis yang berkelanjutan di sektor proptech, Rukita menerapkan model bisnis yang berinvestasi pada kapasitas manajemen properti dari hulu ke hilir, meliputi pemeriksaan dan penilaian bangunan sebelum proses transformasi, pemasaran & akuisisi penghuni, operasional, pemeliharaan properti, hingga pasca-penyewaan.

“Para profesional muda yang punya sambilan investasi properti kosan juga akan dimudahkan dengan bermitra dengan Rukita. Mereka bisa terus bekerja seperti biasa dan sambil mendapatkan passive income tanpa ribet, karena semua sudah dikelola dengan baik oleh Rukita.” tambahnya.

Tren co-living di masa pandemi

Sebagai alternatif baru, perkembangan bisnis hunian co-living mulai mengalami peningkatan di awal 2020, terutama di Jakarta. Ketika pandemi Covid-19 melanda, alih-alih menurun seperti layanan coworking space, peminat hunian co-living justru melonjak. Hal ini seiring dengan berkembangnya tren bekerja dari rumah (WFH) serta kesadaran masyarakat akan harga beli properti yang tinggi dan akhirnya lebih memilih untuk menyewa hunian yang lebih terjangkau untuk menekan biaya.

Hal ini sempat disampaikan oleh Co-founder & COO Rukita Sarah Soewatdy yang mencatat jumlah penghuni baru bertumbuh hampir 2,5 kali lipat pada akhir tahun 2020. Pasalnya, konsep hunian ini menawarkan kenyamanan dengan harga terjangkau dan fasilitas yang lengkap, bahkan telah menjadi pilihan para milenial dan kaum urban.

Meskipun begitu, tidak sedikit dari penghuni indekos yang berfikiran untuk meninggalkan hunian saat ini dan memilih untuk pulang ke kampung halaman atau kembali ke rumah. Mengingat sebagian dari mereka adalah perantau, yang ketika mendapat kabar WFH tanpa pikir panjang langsung berkemas. Hal ini sebagai salah satu upaya menghemat biaya hidup di kota.

Aplikasi sejenis di Indonesia

Populasi anak muda yang besar serta proses urbanisasi di Indonesia yang sangat cepat mendorong terjadinya pertumbuhan permintaan untuk model hunian co-living. Dalam segmen ini, Rukita tidak sendiri. Setidaknya ada empat platform lain yang menawarkan layanan sejenis di Indonesia, seperti Mamikos, Flokq, Travelio, Roomme, dan Cove yang berbasis di Singapura.

Aplikas Properti kelolaan Area Unduhan Rating
Rukita 20 ribu+ Jabodetabek 10 ribu+ 4.0
Mamikos 2 juta+ 140 kota 1 juta+ 4.5
Flokq Jabodetabek, Bali 1.000+ 3.9
Travelio 8.000+ 25 kota 1 juta+ 4.5
Cove 1.000+ (Jakarta) Singapura, Jakarta
Roomme 10 ribu+ Jabodetabek 50 ribu+ 3.4

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan real estat termasuk sektor bisnis yang tumbuh sepanjang kuartal I/2021. Data dari Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) juga menunjukkan bahwa apartemen siap huni menjadi salah satu subsektor yang paling terlihat pertumbuhannya. Sektor properti yang terus bertumbuh diproyeksi akan menjadi pendorong meningkatnya peluang bisnis co-living di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Mendalami Cara Pinhome Digitalkan Ekosistem Properti secara Menyeluruh

Saat ini, ekosistem proptech di Indonesia belum sepenuhnya digital. Pemain yang ada masih sekadar menjadi portal pencari properti, padahal itu hanya satu dari proses panjang dalam mencari hunian idaman. Dalam praktiknya, membeli rumah di Indonesia itu umumnya sulit karena berkaitan erat dengan isu ketimpangan pertumbuhan antara pendapatan anak muda dengan harga rumah yang diinginkan.

Kendati demikian, menurut hasil survei yang dipublikasi Goodwater, sebanyak 28% masyarakat Indonesia sedang berencana untuk membeli properti dalam 1-2 tahun yang akan datang. Posisi tertinggi berikutnya dipegang oleh mereka yang menjawab lima tahun mendatang sebesar 25% responden dan selanjutnya akan membeli di atas lima tahun mendatang sebesar 14%.

Diproyeksikan ada 150 juta orang generasi muda berada dalam usia produktif dan mereka adalah konsumen properti untuk pertama kali yang belum terjamah oleh pemain proptech saat ini. Pinhome berusaha menjawab kebutuhan tersebut dengan merilis aplikasi konsumer pada awal Oktober kemarin sebagai bagian dari upaya perusahaan dalam mendigitalkan ekosistem properti.

“Aplikasi ini memiliki fitur-fitur yang siapa pun di industri properti belum punya. Ini adalah bentuk dukungan kami dalam memberikan akses properti kepada 150 juta generasi milenial karena kami percaya mereka akan menjadi pendorong industri properti pada masa mendatang,” ucap Co-founder dan CEO Pinhome Dayu Dara Permata dalam konferensi pers yang digelar, kemarin (25/11).

Andalkan fitur inovatif

Fitur-fitur yang disematkan dalam aplikasi mencakup seluruh permasalahan yang dialami para pencari properti di Indonesia. Dara menjelaskan, dari survei internal yang dilakukan perusahaan, responden menjawab ketika ingin mencari properti, ada tiga keluhan yang umumnya dirasakan. Yakni, sulit mencari informasi yang tepat dan terpercaya, tidak tahu harga yang wajar di pasaran, dan ragu memilih metode pembayaran yang paling sesuai.

Kemudian, ketika mereka sudah menemukan opsi rumah, kembali menemukan tiga isu. Yakni, info properti kurang lengkap, akurat, dan representatif; sering kali sulit menghubungi penjual properti; dan opsi pilihan masih belum sesuai dengan preferensi. Isu kembali muncul ketika mereka memutuskan membeli properti. Yakni, kurang pengetahuan soal KPR, banyak biaya yang tidak diketahui, dan terkadang tidak mendapat info perkembangan proyek inden.

Aplikasi Pinhome dibekali dengan sederet keunggulan, salah satunya panduan
membeli properti. Pengguna akan dipandu dalam menentukan budget dan properti ideal, opsi pembayaran, mengontak agen, melakukan kunjungan properti, menentukan estimasi harga, panduan KPR, memulai transaksi, menyiapkan dokumen penting, hingga proses serah terima semua dalam satu aplikasi.

Terdapat pula, PINvalue yang merupakan kisaran nilai/harga suatu rumah, apartemen atau properti residensial lainnya di pasaran menurut Pinhome. Dengan demikian, konsumen bisa mendapat gambaran harga saat hendak membeli atau menjual hunia.

“Dari seluruh pengalaman membeli rumah sebesar 100%, sekarang Pinhome sudah mendigitalisasi sekitar 80% dari situ. Kami akan terus perbaiki pengalaman konsumen, sehingga bisa frictionless dan seamless.”

Dara mencontohkan, untuk pengajuan KPR biasanya memakan waktu yang lama karena biasanya konsumen memiliki limitasi dalam mencari rekomendasi penawaran KPR terbaik dari lembaga keuangan. Pun ketika sudah dapat, bank biasanya menyaratkan konsumen harus lolos tahap pra-kualifikasi untuk memastikan apakah mereka layak mendapat KPR.

Namun, dalam aplikasi Pinhome, setidaknya konsumen bisa mendapat mengetahui range properti yang mampu mereka beli dan seperti apa range cicilannya, juga rekomendasi satu atau dua bank rekanan Pinhome dalam waktu kurang dari 1 menit. Rekomendasi tersebut diambil dari algoritma dari profil konsumen. “Meski rekomendasi bank ini pada akhirnya menjadi keputusan konsumen, tapi setidaknya dengan adanya rekomendasi bisa membuat konsumen mengambil keputusan terbaik.”

Setelahnya, saat mengajukan KPR biasanya dibantu oleh agen. Aplikasi Pinhome memungkinkan konsumen untuk melakukan pemantauan hingga disetujui. “Saat ini enggak semua prosesnya paperless, tapi minimal pengajuannya bisa di-tracking progresnya secara online. Approval-nya juga sudah bisa diketahui lewat aplikasi.”

Menurut survei internal Pinhome, KPR masih menjadi primadona generasi muda dalam membeli rumah idaman. Sebanyak 78% memiliki metode KPR bank, 12% memilih metode uang tunai (cash keras, cash bertahap), dan 9% menggunakan KPR multifinance. Saking pentingnya program KPR bagi pemilik rumah, Pinhome juga membuka kesempatan untuk KPR refinancing.

Saat ini, Pinhome telah bermitra dengan 50 lembaga keuangan, mulai dari bank dan multifinance yang dapat dipilih konsumen.

Tak hanya mendukung kebutuhan membeli atau menjual rumah, aplikasi Pinhome juga disematkan dengan layanan jasa rumah tangga dan gaya hidup, Pinhome Home Service (PHS). Solusi ini untuk menyasar pengguna Pinhome yang ingin merawat rumahnya, kendati belum berencana membeli/menjual rumah dalam jangka waktu dekat.

PHS ini mencakup jasa kebersihan rumah, cuci mobil, cuci AC, jasa pijat, dan disinfectant fogging. Mitra PHS sudah tersebar di 27 area di seluruh Indonesia.

Solusi digital untuk sisi suplai

Dari sisi suplai, Pinhome juga aktif menyusun berbagai solusi digital untuk agen properti dan kantor properti, pengembang, bank dan multifinance, hingga rekan jasa. Mereka semua adalah bagian dari ekosistem properti yang tak kalah pentingnya membutuhkan solusi digital untuk mempermudah aktivitasnya.

Co-founder dan CTO Pinhome Ahmed Aljuneid merinci solusi untuk agen properti yang telah dirilis perusahaan berbentuk aplikasi. Aplikasi ini juga dikemas dengan fitur-fitur yang mempermudah pekerjaan mereka, mulai dari panduan komprehensif (ratusan ribu listing, referral KPR, pasang listing gratis, dan edukasi properti); komisi instan untuk proyek properti primer; Co-Broke dengan antar agen properti (Wants to Buy/WTB, Wants to Sell/WTS, dan Wants to Rent/WTR dengan kendali di tangan agen); dan transaksi online (mempermudah pengelolaan klien, detil SPR, tracking komisi dari berbagai proyek di satu tempat.

“Meski siapa pun bisa menjadi agen di Pinhome, tapi kami melakukan verifikasi khusus untuk memastikan bahwa mereka bukan agen nakal,” kata dia.

Selanjutnya, untuk pengembang properti disediakan platform yang memfasilitasi kegiatan operasional mereka secara menyeluruh. Terakhir, untuk kantor properti disediakan platform CRM khusus yang mendukung secara menyeluruh untuk rekan broker, mulai dari manajemen agen, listing, dan transaksi dalam satu dasbor. Solusi yang satu ini, menurut Aljuneid akan hadir dalam waktu dekat.

Tak hanya platform digital, Pinhome sekaligus meresmikan ruang kolaborasi bernama PINArena. Ini adalah sarana bagi seluruh anggota komunitas Pinhome melakukan berbagai kegiatan dengan dukungan fasilitas yang dapat disesuaikan kebutuhan. Rekanan agen properti, anggota kantor properti, dan para partner Pinhome dapat mengguna PINArena secara gratis untuk seminar, gathering, meeting, workshop, atau sebagai fasilitas ruang kerja.

PINArena berkapasitas maksimal 75 orang, meliputi empat ruang ditambah beberapa meeting pod, mini studio, ruang seminar, breakout area, ruang privat, dan snack bar. Satu lokasi PINArena yang sudah diresmikan terletak di Pinhome HQ, 18 Parc Palace, Jakarta Selatan.

Mengenai pencapaian Pinhome, sejauh ini perusahaan memiliki lebih dari 500 ribu listing properti di situsnya yang tersebar di 10 kota, situsnya telah dikunjungi lebih dari dua juta pengunjung unik tiap bulannya, dan 25 ribu jaringan agen, realtors, kantor properti & pengembang, dan rekan jasa.

Dara hanya menyebutkan bahwa perusahaan telah menangani transaksi properti berjumlah triliunan Rupiah. Dengan rincian, 33,5% transaksi properti di bawah Rp300 juta, 24% transaksi antara Rp301 juta-Rp700 juta, Jawa Barat adalah daerah dengan penjualan terbanyak. Kemudian, properti seharga Rp51,2 miliar adalah unit primary termahal yang pernah ditransaksikan, sementara untuk unit secondary seharga Rp14,5 miliar.

Application Information Will Show Up Here

Platform Proptech Beliruma Ingin Fasilitasi Proses Bisnis Properti secara Menyeluruh

Salah satu platform yang ingin memudahkan konsumen melakukan penjualan dan pembelian rumah secara online adalah Beliruma. Layanan ini baru dirilis awal Oktober 2021 dan saat ini sudah mulai mengoperasikan platformnya.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Beliruma Effendy Tanuwidjaja mengatakan, layanan tersebut dihadirkan untuk mempercepat masyarakat untuk memiliki tempat tinggal. “Beliruma diluncurkan karena kami ingin fokus pada platform digital jual-beli properti, mempercepat dan mempermudah masyarakat Indonesia dalam memiliki rumah melalui teknologi.”

Berada di bawah naungan PT Real Estate Teknologi yang juga memiliki dan mengelola Rentfix, Beliruma memfasilitasi interaksi antara mitra developer, mitra agen, dan calon pembeli untuk membantu seluruh proses transaksi jual-beli properti menjadi lebih mudah dan cepat dengan bantuan teknologi.

Dalam proses transaksi, mitra developer yang tergabung akan dimudahkan, karena Beliruma memiliki akses ke mitra agen yang siap membantu memasarkan properti. Nantinya mitra agen tidak hanya memasarkan properti dan mendapatkan keuntungan penjualan saja, mereka juga mendapatkan akses ke berbagai properti lainnya.

Kemudian bagi calon pembeli, Beliruma akan membantu mengawal sepanjang proses transaksi mulai dari kontak awal hingga proses akad. Saat ini Beliruma telah memiliki mitra developer, di antaranya ada Citra Indah City (Ciputra Group), Green Setu City (Harmony Land Group), Semaya Living (KNS Land) dengan total sekitar 700 unit rumah yang sudah siap dipasarkan melalui Beliruma. Beliruma saat ini memanfaatkan situs dan juga browser. Untuk aplikasi Beliruma saat ini masih sedang dikembangkan oleh perusahaan.

“Kami mengintegrasikan para mitra, stakeholder properti, dan fitur Beliruma agar fokus mempercepat masyarakat untuk memiliki tempat tinggal. Dan juga calon pembeli memiliki kebebasan untuk memilih jenis pembiayaan yang kami sediakan,” kata Effendy.

Bermitra dengan layanan fintech

Beliruma juga memfasilitasi kredit kepemilikan rumah (KPR) melalui mitra bank, serta memfasilitasi layanan fintech untuk memberi layanan finansial bagi calon pembeli dalam pembayaran ataupun pengajuan pinjaman properti. Saat ini Beliruma sedang menjajaki kerja sama dengan layanan fintech, salah satunya adalah Gradana. Beliruma juga sedang membangun kerja sama dengan berbagai bank untuk mempermudah fasilitas KPR salah satunya ada Bank Jago.

“Untuk itu, kami akan bekerja sama dengan berbagai bank untuk memfasilitasi masyarakat dalam kredit pemilikan rumah (KPR). Dan kami akan fasilitasi fitur Fintech untuk memberi layanan finansial bagi calon pembeli dalam pembayaran ataupun pengajuan pinjaman properti,” ujar Effendy.

Tahun ini ada beberapa target yang ingin dicapai oleh perusahaan, di antaranya adalah terus memperbanyak mitra developer dan mitra agen serta menjangkau lebih banyak calon pembeli terutama di segmen generasi muda.

Pertumbuhan proptech saat pandemi

Perkembangan industri properti teknologi (proptech) selama pandemi di Indonesia mengalami transformasi digital yang telah membawa banyak perusahaan menuju aktivitas bisnis yang baik dan menjamin
keberlangsungan kinerja usaha. Perkembangan industri proptech tersebut sangat besar dampaknya dalam bisnis properti.

Sejak beberapa tahun lalu, proptech telah mulai diterapkan dalam industri ini untuk berbagai aktivitas seperti branding, pemasaran, pembelian, penjualan, dan penyewaan, serta pengelolaan properti supaya bisa dipantau dan dikelola dengan lebih mudah. Alasannya adalah properti dapat menjadi pilihan investasi terbaik di segala kondisi ekonomi. Kondisi saat ini dinilai menjadi waktu yang tepat untuk membeli properti, mengingat adanya relaksasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan kebijakan uang muka 0% serta promo-promo dari pengembang saat ini.

“Untuk itu, saat pandemi masyarakat kian mengandalkan platform digital proptech khususnya untuk mencari dan menemukan tempat tinggal. Oleh sebab itu, dengan perkembangan industri properti teknologi yang terjadi saat ini, Beliruma hadir untuk mempercepat pertumbuhan kepemilikan rumah di Indonesia melalui teknologi,” kata Effendy.

DailySocial.id mencatat saat ini sedikitnya sudah ada sekitar 20 lebih platform proptech di Indonesia. Memanfaatkan teknologi, masing-masing platform mencoba untuk menawarkan fitur dan kemudahan akses bagi pemilik properti dan pencari properti.

Menurut East Ventures industri properti adalah kelas aset terbesar di dunia. Gelombang pertama Proptech di Indonesia dimulai dengan meningkatnya permintaan rumah dari masyarakat kelas menengah, berkat ekonomi yang lebih sehat dan mendorong pertumbuhan.

Area proptech ini masih menjadi yang paling populer, dengan konsentrasi tinggi pada startup portal pencarian jual, beli, dan sewa. Gelombang proptech berikutnya diprediksi adalah tentang data, didukung oleh kemajuan luar biasa dalam hal penyimpanan, dan penyerapan data.

Pinhome Luncurkan Aplikasi, Akomodir Seluruh Stakeholder di Bisnis Properti

Startup proptech Pinhome meresmikan aplikasi mobile yang didesain untuk menjangkau seluruh pengguna, baik itu pengguna yang baru belajar investasi, mencari hunian pertama, pencari properti, pemilik properti, dan orang-orang yang ingin menyewakan propertinya melalui Pinhome.

Kehadiran aplikasi ini sejalan dengan misi perusahaan yang ingin menjadikan properti lebih mudah diakses bagi masyarakat untuk memiliki hunian lewat transaksi yang mudah, cepat, dan transparan.

Perwakilan perusahaan menerangkan, berbeda dari aplikasi lain, Pinhome menyediakan panduan transaksi properti satu atap, mulai dari proses pencarian hingga serah terima, dan fitur konsultasi bagi calon pembeli properti pertama.

Lebih jauh dijelaskan, fitur-fitur unggulan Pinhome memungkinkan konsumen menentukan tipe dan budget properti sesuai kebutuhan, mengatur jadwal kunjungan, estimasi harga sesuai dengan jenis pembayaran, panduan pembiayaan KPR/KPA, hingga opsi pembayaran. Lalu, filter untuk mencari detail properti berdasarkan kategori primer, sekunder, dan lelang, sehingga konsumen dapat mencari properti di bawah harga pasar.

Terakhir, adalah fitur home financing, yang menyediakan program end-to-end KPR, mulai dari simulasi KPR untuk mengetahui angsuran yang harus dibayarkan dengan kondisi tertentu, tes kelayakan pengajuan KPR, hingga pengajuan KPR di berbagai pilihan bank konvensional maupun syariah.

“Aplikasi Pinhome juga menyediakan fitur konsultasi untuk membantu konsumen yang terkendala dengan SLIK/BI Checking. Pinhome telah ber-partner dengan berbagai bank baik konvensional maupun syariah. Lewat fitur ini, konsumen dapat membandingkan beberapa pilihan KPR dari bank berbeda.” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (11/10).

Tak hanya itu, Pinhome turut menghadirkan layanan jasa rumah tangga dan gaya hidup, yakni Pinhome Home Service (PHS), mencakup jasa kebersihan rumah, cuci mobil, cuci AC, massage, dan disinfectant fogging. Sebelumnya, fitur ini hanya bisa dipesan melalui aplikasi Gojek di menu GoService.

Tidak semua jasa ini tersedia di seluruh wilayah di Indonesia. Sebagai rincian, jasa home cleaning tersedia di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Sidoarjo, Malang, Sleman, Makassar, Medan, Yogyakarta, Bandar Lampung, Denpasar, Badung, dan Semarang. Adapun, untuk jasa cuci mobil baru tersedia di Jakarta (Selatan, Barat, Timur, dan Pusat), Kab. Bogor, Tangerang, Surabaya, Bandung, Bekasi, Denpasar, dan Badung.

“Konsumen dapat memesan jasa PHS sesuai kebutuhan, memilih gender rekan jasa yang bertugas, dan menentukan sendiri jadwal kedatangan rekan jasa. Namun yang terpenting, Pinhome memberikan jaminan asuransi kepada konsumen berupa klaim kerusakan, kehilangan, dan kecelakaan yang disebabkan oleh rekan jasa.”

Saat ini Pinhome memiliki ratusan ribu hunian primer dan sekunder terdaftar, ribuan agen properti, puluhan bank dan platform keuangan, serta ribuan rekan layanan PHS juga telah menjadi bagian dalam ekosistem layanan Pinhome. Perusahaan mencatatkan ribuan transaksi dari Desember 2019 hingga kini melalui kanal website.

Diharapkan, dengan kehadiran aplikasi dapat memperluas kanal penjualan, sekaligus memudahkan masyarakat untuk dapat mengakses layanan dan untuk dapat berkontribusi dalam mendorong inklusi keuangan di sektor properti, melalui penyediaan layanan properti satu atap di kanal digital.

“Kami sadar bahwa saat ini mobilitas masyarakat sangat tinggi, akses terhadap gawai serta koneksi bisa didapatkan di manapun. Oleh karena itu, untuk lebih mempermudah akses seluruh penggiat properti, kami menyediakan aplikasi Pinhome setelah sebelumnya penggiat properti dapat mengakses layanan Pinhome melalui website. Hal ini sejalan dengan misi kami untuk memastikan properti lebih aksesibel untuk semua orang,” tutup Founder & CEO Pinhome Dayu Dara Permata.

Pemain proptech di Indonesia

Di Indonesia, layanan proptech cukup berkembang pesat. Beberapa pemain, khususnya dengan fitur listing, mendapati traksi yang cukup mengesankan. Selain itu beberapa model bisnis lain juga mulai hadir di lanskap digital, seperti layanan pembiayaan.

Sementara di kancah regional, persaingan makin mengerucut di dua grup besar, yakni PropertyGuru (unitnya di Indonesia: Rumah.com dan Rumahdijual.com) dan 99.co (sempat mengakuisisi Urbanindo). 99.co juga menjalin kerja sama strategis dengan REA Group, yang sebelumnya terlebih dulu akuisisi iProperty — termasuk di dalamnya platform Rumah123 di Indonesia.

Namun dengan layanan yang lebih spesifik dan menekankan pada hal-hal kultural, startup lokal seperti  Travelio, Mamikos, Rukita, dan sebagainya mencoba memenangkan pasar lokal.

Startup proptech di Indonesia
Startup proptech di Indonesia per 2019
Application Information Will Show Up Here

Bank Mandiri Gencarkan Transformasi dengan Menghadirkan Layanan Digital Kolaboratif

PT Bank Mandiri Tbk (IDX: BMRI) tengah gencar bertransformasi digital untuk memperkuat posisinya di segmen perbankan ritel. Bank Mandiri meluncurkan layanan digital kolaboratif, yakni mesin Electronic Data Capture (EDC) berbasis Android dan Rumah Idamanku (RIKu). 

Mandiri berkolaborasi dengan PT Mitra Transaksi Indonesia melalui penyedia solusi keuangan digital Yokke. EDC Android dapat digunakan pada point of sales (POS), platform merchant, hingga promosi dan loyalty, serta menerima berbagai alternatif pembayaran berbasis QR, contactless, dan wearable. 

Direktur Jaringan dan Retail Banking Bank Mandiri Aquarius Rudianto mengatakan, saat ini pihaknya terus berupaya mengembangkan teknologi terkini dalam menghadirkan alat pembayaran digital yang adaptif dan optimal bagi nasabah dan mitra merchant.

Ia menargetkan EDC Android dapat mendongkrak kenaikan jumlah transaksi secara masif. Saat ini, EDC Android baru tersedia di Sogo Indonesia saja. “Kami juga berharap solusi ini dapat mempermudah merchant untuk memantau transaksi secara real-time dengan teknologi EDC positioning system,” tambah Aquarius dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu.

Hingga Juli 2021, Mandiri mencatat 150 ribu mitra merchant dengan total EDC sebanyak 218.000 unit. Dari jumlah tersebut, Bank Mandiri mengantongi volume penjualan sebesar Rp62 triliun atau naik 13% dan 104 juta transaksi atau naik 12% dibandingkan periode sama tahun lalu (YoY).

Sinergi keduanya tidak mengherankan mengingat Yokke adalah salah satu portofolio investasi Mandiri Capital Indonesia (MCI) yang juga anak usaha investasi milik Bank Mandiri Group. Melalui sinergi ini, Mandiri mendapatkan akses terhadap inovasi, dan sebaliknya Yokke menerima modal untuk memperluas koneksi dan pengembangan produk.

Masuk ke segmen proptech

Selain fintech, Bank Mandiri juga melebarkan jangkauan layanan keuangan dengan masuk ke segmen proptech. Pihaknya berkolaborasi dengan startup Pinhome untuk meluncurkan aplikasi Rumah Idamanku (RIKu). 

Executive Vice President Consumer Loans Bank Mandiri Ignatius Susatyo Wijoyo, mengatakan nasabah sulit mencari properti semenjak pandemi Covid-19. Ruang gerak pemasar properti juga terbatas dengan adanya pembatasan sosial. Dengan situasi ini, pihaknya berupaya memberikan alternatif layanan untuk mengakomodasi perubahan perilaku konsumen ke arah digital.

Untuk itu, aplikasi RIKu dinilai dapat membantu nasabah dalam mencari hunian mulai dari pencarian, jadwal kunjungan, konsultasi, hingga pengajuan KPR atau KPA baik rumah, apartemen, dan ruko. Para broker properti juga dapat memasarkan listing-nya.

Founder & CEO Pinhome Dayu Dara Permata memastikan bahwa algoritma Pinhome dapat memberikan alokasi yang merata bagi para broker properti. “Pinhome memungkinkan seluruh informasi dan transaksi properti secara online, terautomasi lengkap dengan virtual reality, dan algoritma berbasis machine learning.

Transformasi tanpa konversi jadi neobank

Beberapa waktu lalu, Bank Mandiri telah menegaskan langkahnya untuk bertransformasi digital, tanpa perlu mengonversi menjadi neobank atau bank digital sebagaimana dilakukan bank-bank lain. Pihaknya menilai telah disokong oleh permodalan besar dan ekosistem perbankan yang mapan.

Salah satu langkah signifikan yang diambil anak usaha BUMN ini adalah melakukan rebranding aplikasi mobile banking Livin’ by Mandiri di pertengahan tahun ini. Berdasarkan kinerja semester I 2021, transaksi digital Bank Mandiri berkontribusi besar terhadap perolehan margin bisnis perusahaan. Pengguna Livin’ by Mandiri tercatat sebesar 7,8 juta nasabah dengan nilai transaksi mencapai Rp728,9 triliun.

Ekosistem layanan terintegrasi kini menjadi elemen penting bagi perbankan yang ingin bertransformasi digital. Bank Mandiri bahkan menyebut akan menjadikan Livin’ by Mandiri sebagai “super app“. Pihaknya menargetkan dapat menambah sejumlah fitur dan ekosistem layanan lebih banyak ke depan.

Application Information Will Show Up Here

Startup Binaan OCBC NISP Ventura “Prospeku” Kantongi Pendanaan Tahap Awal

Didirikan sebagai proyek yang dikembangkan melalui program inkubasi OCBC NISP Ventura, platform proptech Prospeku meluncur secara independen dibawah naungan PT Properti Bawa Untung. Sebagai investor, OCBC NISP Ventura masuk ke pendanaan tahap awal dengan nilai investasi yang tidak disebutkan.

Dana segar tersebut akan digunakan untuk mengembangkan platform yang menghubungkan calon pembeli dengan agensi dan agen properti. Saat ini Prospeku telah memiliki sekitar lebih dari 17.000 agen properti yang telah bergabung. Tahun ini perusahaan menargetkan menambah jumlah agen properti dan menghadirkan lebih banyak fitur dalam aplikasi.

“Prospeku diharapkan lebih optimal dalam melayani kebutuhan pelaku bisnis properti. Di waktu mendatang, kami pun berharap dapat berkontribusi positif bagi upaya pemulihan bisnis di sektor properti Indonesia,” kata CEO Prospeku Yulius Elvino.

Fitur unggulan Prospeku

Layanan Prospeku berupa aplikasi mobile yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh stakeholder proses jual beli properti, termasuk apartemen, rumah, hingga tanah.

Secara khusus perusahaan ingin memudahkan agen properti yang telah bergabung untuk menikmati berbagai fitur, seperti listing, contact, deals dan financing.

Prospeku mengklaim menjamin kerahasiaan data yang dimasukkan melalui aplikasi dan tidak disebarkan tanpa adanya izin dari pemilik listing atau properti bersangkutan.

“Prospeku merupakan hassle-free platform yang memberi solusi digital ke para agen properti agar mereka bisa mengelola property listing-nya secara lebih efektif. Prospeku siap membantu agen properti dalam mengelola customer lebih baik dan memasarkan properti lebih mudah. Semua dalam satu aplikasi,” jelas CMO Prospeku Lucy Kaudin.

Prospeku menggandeng Bank OCBC NISP untuk menyediakan fasilitas KPR dan KTA. Selain itu prospeku juga telah menjalin kolaborasi dengan Rumah123,99.co dan CicilSEWA.

“Melalui sinergi dan Kerjasama antara Prosepeku dengan Bank OCBC NISP maka agen properti maupun calon pembeli dapat memperoleh penawaran terbaik dari KPR Bank OCBC NISP,” ujar Customer Solutions Retail Loan Division Head Bank OCBC NISP Rudy Sutjiawan.

Fokus OCBC NISP Ventura

Diluncurkan pada tahun 2020 lalu, secara keseluruhan hingga saat ini OCBC NISP Ventura telah memiliki 8 portofolio, termasuk Kiddo, Rukita, GajiGesa, AwanTunai, Sirclo dan Dekoruma.

Kepada DailySocial, Head of Strategy & Innovation OCBC NISP Ka Jit menjelaskan, tujuan pembentukan CVC ini adalah menciptakan ekosistem digital yang mampu menggerakkan transformasi sektor perbankan. Perusahaan menunjuk Darryl Ratulangi sebagai Managing Director yang akan bertanggung jawab mengemban visi OCBC NISP Ventura.

Dana senilai 400 miliar Rupiah disiapkan sebagai modal dasar, dengan kepemilikan 99,9% oleh Bank OCBC NISP. Selain berinvestasi, beberapa program yang akan dijalankan termasuk inkubasi startup dan kemitraan strategis. Di fase awal, perusahaan targetkan bisa membina pengembang solusi digital yang mampu meningkatkan literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.

“Kami mendirikan OCBC NISP Ventura untuk menciptakan nilai transformatif dengan memanfaatkan potensi semangat kewirausahaan dan startup di Indonesia dengan jaringan perbankan yang luas untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang terus berkembang,” ujar Ka Jit.

Application Information Will Show Up Here