Startup Edukasi lingkaran Lakukan “Rebranding”, Tekankan Pendidikan Kewirausahaan

lingkaran.co (lingkaran) resmi melakukan rebranding dengan penekanan pada nilai-nilai yang lebih membumi, relevan dan progresif. Dengan wajah yang lebih segar, lingkaran berusaha untuk menjadi tempat bagi masyarakat yang ingin mengasah ketrampilan dan kreativitas, khususnya di bidang kewirausahaan.

lingkaran adalah sebuah platform edukasi kreatif, didirikan sejak tahun 2014 dengan mengusung visi menjembatani jarak antara hasil dari pendidikan formal dengan kebutuhan di dunia profesional. lingkaran menyediakan program-program pelatihan untuk berbagai jenis keterampilan profesional.

Dalam memproduksi program dan konten, lingkaran menjalin kerja sama dengan berbagai macam pihak, dari kalangan komunitas seperti CreativeMornings Jakarta dan Book for Good; kalangan UKM seperti Generasi90an dan Semesta; hingga perusahaan multinasional seperti Telkomsel dan HSBC. Sejauh ini lingkaran sudah menyediakan 500 program, mendapatkan 5000 peserta, dan menciptakan kolaborasi di berbagai tempat.

2018 menjadi tahun penting bagi lingkaran

Selain rebranding, tahun ini lingkaran sudah menyiapkan beberapa rencana, diupayakan sebagai strategi untuk menghadapi isu ketenagakerjaan dalam industri 4.0. Salah satunya dengan mengoptimalkan program Digital Mastership. Program ini sudah diinisiasi sejak awal tahun lalu, dengan tujuan untuk mempersiapkan calon tenaga kerja yang sesuai dengan perusahaan digital.

“Dibimbing oleh para ahli dan profesional, peserta akan menambah pengetahuan, memperoleh kompetensi, dan mendapatkan network yang akan membangun karier di industri. Digital Mastership telah berhasil diadakan di dua kota, yaitu Jakarta dan Bandung,” tulis tim lingkaran dengan keterangan resminya.

Kewirausahaan juga menjadi isu utama yang coba diangkat. Dengan mengutip prediksi peningkatan ekonomi di Indonesia dan prakiraan pertumbuhan investasi yang cepat, lingkaran menganggap saat ini adalah momen yang tepat untuk mengajak dan mengajarkan berwirausaha.

Pihak lingkaran juga memiliki misi untuk bisa menjadi rumah bagi orang-orang dari berbagai latar belakang yang ingin belajar dan menggali potensi baru setiap harinya. lingkaran akan mengambil peran sebagai jembatan antara apa yang dimiliki dan apa yang dibutuhkan.

EV Hive Rebranding into COCOWORK

EV Hive co-working space announces its rebranding into COCOWORK. The name was taken from the community, collaboration, and workspace. Those three words are considered as the main aspect of co-working space. The rebranding meant to reflect the company’s commitment towards its core as flexible co-working, and community for the individuals on their business progress.

Carlson Lau, the CEO & Co-Founder, said the new identity is expected to reach multiple new users. In fact, around 30% of COCOWORK members are traditional business, not only tech startups. The company predicts an increasing percentage of SME members in the future.

“The [rebranding] plan has started since the beginning of this year, as we see our members, 30% of which are traditional business, such as restaurant and factory. As we see in the future our target will broaden, the trend of coworking and its benefits are getting recognized,” Carlson said, Tue (6/26).

In his opinion, the rebranding is also the beginning step of COCOWORK as Indonesia’s biggest coworking space network to provide the flexible office space with building community in Indonesia to Southeast Asia.

For long-term, without the period being mentioned, Carlson plans an international expansion to Southeast Asia by targeting to build 100 new locations. In short term, the company’s targeting to add eight new location and starting to seek opportunity for new cities besides Jakarta and Medan.

Lau also said the company is currently considering to open the new location in Bandung, Yogyakarta, and Makassar. The cities are recognized by a significant growth of its young executives.

COCOWORK currently has 21 coworking space locations in Jabodetabek and Medan. The total area is more than 30 thousand sqm consists of more than 3 thousand members from 260 companies.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

EV Hive “Rebranding” Jadi COCOWORK

Startup coworking space EV Hive mengumumkan rebranding menjadi COCOWORK. Nama tersebut diambil dari kata community, collaboration, dan workspace. Ketiga kata itu dinilai menjadi aspek utama dari coworking space. Perubahan ini dilakukan demi merefleksikan komitmen perusahaan terhadap esensinya sebagai coworking space yang fleksibel, serta komunitas bagi individu yang tengah mengembangkan usahanya.

Co-Founder & CEO COCOWORK Carlson Lau mengatakan identitas barunya ini diharapkan dapat menjangkau lebih banyak pengguna baru. Pasalnya sekitar 30% dari anggota COCOWORK berasal dari bisnis tradisional, bukan hanya dari startup teknologi saja. Pihaknya juga memprediksi ke depannya persentase anggota dari kalangan UKM akan semakin banyak.

“Rencana [rebranding] ini dimulai sejak awal tahun ini karena kita lihat dari keanggotaan kami 30% di antaranya dari bisnis tradisional, seperti dari restoran dan pabrik. Jadi kita lihat ke depannya sasaran kita akan semakin luas, tren mengenai manfaat dari coworking akan semakin terasa ke depannya,” terang Carlson, Selasa (26/6).

Menurutnya, rebranding ini sekaligus mengawali langkah COCOWORK sebagai jaringan coworking space terbesar di Indonesia untuk menghadirkan lingkungan kerja yang fleksibel dengan komunitas membangun di Indonesia hingga Asia Tenggara.

Dalam rencana jangka panjang, kendati tidak disebutkan berapa lama kurun waktunya, Carlson berencana untuk ekspansi internasional ke Asia Tenggara dengan target membuka 100 lokasi baru. Sementara untuk jangka pendeknya, pihaknya menargetkan dapat menambah delapan lokasi baru dan mulai menjajaki potensi kota baru di luar Jakarta dan Medan.

Carlson juga menuturkan, timnya saat ini sedang mempertimbangkan pembukaan lokasi coworking space baru di Bandung, Yogyakarta, dan Makassar. Kota tersebut dilihat lantaran memiliki pertumbuhan pengusaha muda yang signifikan.

Terhitung saat ini COCOWORK memiliki 21 lokasi coworking space yang tersebar di Jabodetabek dan Medan. Total luasnya lebih dari 30 ribu meter persegi yang mencakup lebih dari 3 ribu anggota yang terdiri dari 260 perusahaan.

Berrybenka Lakukan Transformasi Bisnis, Fokus Jual Produk Sendiri

Berrybenka mengumumkan perubahan strategi perusahaan. Kini Berrybenka hanya fokus menjual brand lokal yang diproduksi secara mandiri melalui label independen.

Kepada media, CEO Berrybenka Jason Lamuda mengungkapkan rencana ini sudah disiapkan sejak akhir tahun 2017, berlandaskan tren dan potensi yang ada.

“Sebelumnya kami memiliki banyak produk dari berbagai brand dan merchant, dan akhir tahun 2017, kami memutuskan untuk membuat produksi sendiri dan menghentikan penjualan dari brand dan merchant yang ada. Saat ini Berrybenka sudah bertransformasi menjadi Indonesian Fashion Brand.”

Mulai dari awal tahun 2018 hingga awal bulan Mei 2018 ini, Berrybenka mengklaim pendapatan yang diraih melalui penjualan online dan offline produk buatan sendiri mencapai hingga 70-80%. Berdasarkan hasil tersebut, sisa dari merchant yang ada kemudian dihapuskan dari Berrybenka.

“Hal tersebut penting untuk kami lakukan, demi mengakselerasi program kami selanjutnya,” kata Jason.

Melakukan outsourcing untuk tenaga penjahit dan konveksi

Flagship store pertama Berrybenka
Flagship store pertama Berrybenka

Untuk memastikan desain dan kualitas produk fesyen, aksesoris dan lainnya, Berrybenka memutuskan untuk melakukan outsourcing untuk tenaga penjahit hingga konveksi yang ada di Jabodetabek dan Bandung. Sementara untuk desainer dan pembuatan pola, semua dilakukan oleh tim Berrybenka sendiri.

Disinggung apakah nantinya Berrybenka akan membuka kesempatan lebih banyak dengan penjahit dan konveksi lainnya sebagai mitra, untuk saat ini belum ada rencana tersebut, Berrybenka masih fokus kepada jumlah mitra outsource yang ada.

Perubahan lain yang dilakukan oleh Berrybenka terkait dengan perubahan strategi ini adalah melakukan pembaruan di aplikasi dan situs. Dengan meminimalkan kategori dan pilihan produk fesyen dari merchant sebelumnya.

“Jika sebelumnya tampilan kami tampak penuh dengan beragam produk fesyen dari merchant Berrybenka, kini karena hanya fokus dengan produk buatan sendiri, kami kurangi jumlahnya,” kata Jason.

Meskipun telah menghapus merchant yang ada, Berrybenka masih membuka kerja sama dengan desainer, brand lokal hingga layanan e-commerce dan marketplace untuk melakukan kolaborasi dengan Berrybenka.

“Bisa jadi nantinya layanan e-commerce seperti MatahariMall yang saat ini sudah mulai fokus kepada fesyen, bisa menjadi partner kami dengan menambah koleksi produk fesyen dari Berrybenka, di layanan e-commerce mereka,” kata Jason.

Saat ini produk lokal Berrybenka sudah berjumlah lebih dari 6 ribu produk, yang terdiri dari pakaian, aksesoris, sepatu dan tas.

Fitur bayar dan pengembalian di toko

Berrybenka telah memiliki flagship store pertama di Jakarta yang terletak di mal Central Park. Diresmikannya flagship store ini, diharapkan bisa menargetkan kalangan perempuan usia 25-35 untuk mengunjungi toko Berrybenka. Untuk toko offline sendiri, Berrybenka sudah hadir di Jabodetabek, Medan, Semarang, Cirebon, Surabaya, Solo, Bali dan Lombok.

“Masih fokus dengan konsep O2O (online-to-offline) kami akan terus menambah jumlah toko offline di luar Jakarta. Tentunya menyesuaikan lokasi dan demand dari pelanggan Berrybenka,” kata Jason.

Selain menawarkan harga yang terjangkau, mulai dari Rp.149 ribu hingga Rp. 349 ribu, Berrybenka juga meluncurkan fitur “Bayar di Toko” dan “Retur di Toko” yaitu memberikan kesempatan untuk pelanggan melakukan pemesanan secara online di Berrybenka namun pembayaran di toko offline. Berrybenka juga menyediakan pengiriman langsung ke rumah pelanggan, untuk kemudian mengembalikan barang tersebut langsung ke toko atau melalui kurir.

“Saat ini kita belum melakukan proses pengiriman melalui kurir saat itu juga ketika produk sudah dicoba oleh pelanggan seperti yang sudah dilakukan oleh pemain lainnya. Namun bila performa baik dan ada peluang untuk layanan tersebut, bisa jadi kami akan menyediakan juga nantinya,” kata Jason.

Dengan kampanye rebranding #TheNewBerrybenka, diharapkan perubahan dan tampilan baru Berrybenka, bisa menambah jumlah pelanggan yang masih menyukai pengalaman berbelanja secara langsung, namun juga bisa menikmati kemudahan dan layanan lebih jika berbelanja secara online. Kedua hal tersebut yang menjadi fokus dari Berrybenka selanjutnya.

Application Information Will Show Up Here

Bitcoin.co.id Ubah Nama Menjadi INDODAX

Bitcoin Indonesia atau dikenal dengan Bitcoin.co.id kini resmi berganti nama sebagai INDODAX (Indonesia Digital Asset Exchange). Dengan wajah baru ini INDODAX berharap bisa tetap menjawab tingginya minat dan kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap layanan pengelolaan aset digital.

INDODAX akan tetap bisa melayani jual dan beli aset digital seperti Bitcoin, Ethereum, Ripple, dan beberapa cryptocurrency lainnya. Dalam keterangan resminya, INDODAX menyampaikan bahwa pihaknya berusaha mengedepankan keamanan, kemudahan, kecepatan, dan pelayanan yang memuaskan dalam setiap transaksinya. Dengan wujud terbarunya ini memungkinkan pengguna untuk membeli atau menjual aset digital setiap saat, 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, termasuk juga pada saat hari libur.

“Kami percaya bahwa teknologi digital asset dapat memberikan dampak positif yang besar terhadap ekonomi. Kini peranan digital asset di Indonesia sebagai salah satu media spekulasi pun semakin berkembang, khususnya dengan makin berkembangnya teknologi blockchain. INDODAX hadir untuk membantu pelanggan dalam memberikan tempat untuk membeli dan menjual digital asset dengan cara yang mudah, aman dan cepat,” terang CEO INDODAX Oscar Darmawan.

Keamanan dan transparansi dalam bertransaksi digital asset menjadi fokus utama INDODAX. Salah satu perwujudannya adalah dengan peraturan yang diterapkan oleh perusahaan di mana setiap orang yang ingin membeli atau menjual digital asset melalui INDODAX harus mendaftarkan diri sesuai dengan data pribadi yang sah untuk menghindari munculnya tidak kriminal.

Selain itu pihak INDODAX mengklaim bahwa mereka didukung dengan teknologi blockchain yang membuat semua aset digital dan perpindahannya dapat dilacak dengan lebih mudah. Karena semua transaksi yang terjadi tercatat secara elektronik di dalamnya.

Saat ini INDODAX mencatat sudah memiliki 1,1 juta anggota terdaftar yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Rata-rata pertumbuhan baru pun mencapai angka 3000 per hari dengan rata-rata volume transaksi yang sekarang terjadi mencapai 100 miliar rupiah.

“Hingga saat ini, terdapat berbagai pilihan digital asset yang dapat dibeli dan dijual seperti Bitcoin, Bitcoin Cash, Bitcoin Gold, Ethereum, Ripple, Dogecoin, Litecoin, Bitshares, NXT dan NEM, serta DASH. Kami akan terus melengkapi produk yang kami tawarkan agar dapat terus memenuhi kebutuhan pengguna,” terang Oscar.

Application Information Will Show Up Here

Platform Event Loketics Jadi Ivenframe, Awal Baru Transformasi Bisnis

Sejak diluncurkan pada tahun 2013, nama Loketics semakin banyak dirujuk saat konsumen ingin membeli tiket suatu pertunjukan. Startup yang berbasis di Yogyakarta ini dikenal sebagai platform online yang menjual beraneka ragam jenis tiket, mulai dari konser musik, seminar, konferensi, kompetisi, pameran, dan berbagai jenis acara lainnya. Sampai saat ini tercatat lebih dari 40 ribu tiket terjual ke 21 ribu pengguna dan memfasilitasi sekitar 250 acara dari berbagai latar belakang.

Nama baru, semangat baru

Visi Loketics adalah menghadirkan platform industri event dengan sistem terintegrasi. Pihaknya percaya, bahwa sinergi antara teknologi dan konsumen (target utama millennials) yang memadai dapat membantu penyelenggara event mendapatkan keuntungan yang lebih maksimal. Tidak berhenti di situ, Loketics ingin mengawali transformasi bisnis secara berkelanjutan dengan mematangkan dirinya sebagai “one stop event platform“.

Transformasi ini diawali dengan pemilihan nama baru, dari Loketics menjadi Ivenframe, merujuk pada nama legal perusahaan PT Ivenframe Teknologi Nusantara. Dengan pengubahan nama tersebut, pihaknya ingin mengubah pandangan yang ada di masyarakat bahwa Ivenframe tidak hanya menyediakan layanan distribusi tiket, tetapi juga layanan lain, meliputi persiapan pre-event, during event dan post-event. Penggantian nama ini bertepatan dengan peresmian kantor barunya di seputar Sleman, Yogyakarta, pertengahan Februari lalu.

“Masyarakat lebih mengenal Loketics hanya sebagai ticket box atau gampangnya sebagai perantara penyelenggara event dengan pembeli, sedangkan layanan kami tidak hanya itu. Sebenarnya kami menangani pre-event, during event dan post-event. Ticket box adalah salah satu layanan kami yang ada di pre-event itu. Maka dari itu, kita berganti nama menjadi Ivenframe,” sambut CEO Ivenframe Hasan Imaduddin.

Ivenframe sendiri memiliki makna yang cukup menarik, yaitu ‘I’ yang berarti “aku, Indonesia, internet”, kemudian “Ven” diambil dari kata “Event”, dan “Frame” yaitu bingkai. Diharapkan solusi yang diberikan mampu mencakup dan menjadi rangka yang kuat dalam berbagai event.

Pengajawantahan konsentrasi bisnis ini menjadi tiga solusi produk, yakni cloud event platform, event campaign, dan support services. Selain membantu menjual tiket secara online, Ivenframe turut menyediakan layanan lain, seperti produksi tiket, tim kepanitiaan, manajemen gate-entry, bahkan pemasaran/iklan acara.

Berbagai layanan yang diusung Ivenframe / Ivenframe
Berbagai layanan yang diusung Ivenframe / Ivenframe

Bersiap ekspansi ke Filipina dan Hong Kong

Bersama dengan penggantian nama ini, Ivenframe berkomitmen terus melakukan inovasi dan perluasan pangsa pasar. Disampaikan Anindyo Susjanarko, Chief Commercial Officer and Global Expansion Ivenframe, saat ini perluasan kemitraan menjadi agenda utama Ivenframe.

Selain menguatkan basis bisnis di Indonesia, Ivenframe merencanakan untuk melakukan ekspansi ke Filipina dan Hong Kong. Ekspansi tersebut diharapkan menjadi awal penguatan basis bisnis Ivenframe di Asia Tenggara.

“Dengan mengubah nama menjadi Ivenframe sekaligus mengembangkan beberapa solusi yang lebih inovatif dan mengadopsi proses otomasi penjualan, harapan kita bisa lebih mampu meng-capture beberapa peluang yang ada di pasar kita. Bahkan kita juga tengah mencoba menjalin kemitraan strategis di negara-negara lain, yaitu Filipina dan Hong Kong,” ujar Anindyo.

Lintasarta Tanda Tangani Nota Kesepahaman dengan Platform Analitik Media Kazee

PT Lintasarta Lintasarta (Lintasarta) mengumumkan penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) dengan CHARM (Customer Handling, Analytic and Relationship Management), kini dengan brand Kazee. MoU ini disebut jadi langkah nyata Lintasarta mendukung program pemerintah dalam memanjukan TIK di Indonesia.

Kazee adalah salah satu dari tiga pemenang yang telah diumumkan dalam kompetisi Lintasarta Appcelerate 2016, hasil kerja sama Lintasarta dan Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (LPIK ITB).

“Kami bangga karena Kazee merupakan karya anak bangsa, salah satu pemenang Appcelerate 2016, memberikan solusi data analitik untuk kebutuhan industri. Melalui kerja sama dengan perusahaan rintisan Lintasarta dan LPIK ITB ini, jadi salah satu wujud kontribusi Lintasarta terhadap program pemerintah memajukan TIK di Indonesia,” ucap Teddy Sis Herdianto, Strategy & Business Development General Manager Lintasarta dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Selasa (13/12).

Bersamaan dengan MoU tersebut, CHARM mengumumkan re-branding melalui soft launching Kazee. Kazee adalah platform yang dikembangkan untuk analisis berbagai media, mulai dari media sosial, forum, media berita, media online, dan lainnya. Kata Kazee berasal dari Bahasa Indonesia “kaji”, bermakna analisis, memahami, atau mengetahui lebih lanjut.

Soft launching dilakukan untuk memperkenalkan Kazee kepada pelaku bisnis baik B2B maupun pemerintah. Sekaligus menandakan sinyal dan langkah awal Kazee siap bersaing dengan berbagai perusahaan analitik media lainnya di Indonesia maupun kancah global.

Startup ini didirikan untuk membantu perusahaan melakukan analisis berbagai media dengan lebih mudah dan murah. Walaupun baru diluncurkan, pihak Kazee mengklaim telah digunakan oleh beberapa perusahaan BUMN, swasta, dan pemerintah kota untuk uji coba.

“Kazee hadir untuk melakukan disrupsi pasar media analytics di Indonesia dengan model bisnis media analytics as a service. Keunggulan yang ditawarkan adalah perusahaan dapat menentukan sendiri harga dan fitur yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan,” ucap Ariya, Founder Kazee.

Kazee sementara ini baru tersedia aplikasi versi mobile untuk Android. Ke depannya Kazee akan mengembangkan versi iOS dan siap bersaing dengan perusahaan besar yang bermain di pasar big data analytics.

Application Information Will Show Up Here

Semangat Baru Veritrans yang Kini Menjadi Midtrans

Ada yang baru dari Veritrans, salah satu perusahaan fintech Indonesia di sektor payment gateway. Di ulang tahun keempat mereka yang jatuh pada bulan Oktober, Veritrans memutuskan untuk berganti nama menjadi Midtrans. Perubahan ini juga sekaligus membawa tiga area fokus baru Midtrans di ranah pembayaran digital, yaitu Payment Service, Risk Management, dan Chat Commerce.

VP of Community Management Midtrans Diera Yosefina Hartono mengatakan bahwa perubahan nama dan fokus baru dari Midtrans merupakan salah satu bentuk adaptasi untuk dunia e-commerce yang dinamis dan berubah cepat. Jika di awal niatnya hanya memecahkan masalah pembayaran, kini dengan masalah yang bertambah, solusi yang ditawarkan pun coba diperluas.

Sementara itu President Direktur Midtrans Ryu Kawano melalui keterangan media menyampaikan, “Sejak tahun lalu kami sudah memposisikan diri untuk tidak hanya sekedar payment gateway. […] Tahun ini, kami telah mengambil beberapa langkah lebih maju lagi dengan merilis tiga produk di tiga bidang berbeda, payment services, risk management, dan chat commerce.”

Di sisi payment service, Midtrans akan fokus pada bidang pembayaran dengan merilis tools versi paling baru bernama Snap yang dilengkapi fitur pop-up window dan memungkinkan alur transaksi menjadi lebih cepat dan sederhana bagi konsumen. Diklaim, terdapat 16 metode pembayaran yang dapat diintegrasikan pada Snap, mulai dari card payments, direct debit, hingga transfer bank. Lebih jauh, di Q1 2017 mendatang Midtrans juga berencana merilis fitur baru yang memungkinkan merchant untuk menyalurkan pembayaran kepada mitra dan rekan mereka.

Di sisi risk management, Midtrans fokus pada produk pattern detection system Aegis yang telah dirilis tahun lalu untuk dikembangkan lebih jauh lagi. Dalam Aegis sendiri saat ini disematkan beberapa fitu baru seperti algorithmic fraud scoring, transaction relationship visualization, dan fraud pattern analytics reporting.

Logo Midtrans / Midtrans
Logo Midtrans / Midtrans

Di sisi chat commerce, Midtrans akan fokus pada tools yang bernama Prism yang memungkinkan merchant untuk menambahkan chat sebagai metode checkout pada situs e-commerce mereka. Prism ini lahir dari pengamatan Midtrans terhadap kebiasaan masyarakat Indonesia yang gemar melakukan chatting.

Berdasarkan hasil riset internal Midtrans, konsumen yang berinteraksi di chat window dengan petugas customer service disebutkan memiliki conversion rate hingga 12-15 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan konsumen yang hanya mengunjungi situs e-commerce tanpa interaksi apapun yang hanya memiliki conversion rate sebesar 1-3 persen.

Perubahan nama dan juga logo perusahaan ini juga menurut Diera tidak membawa dampak signifikan terhadap operasinal dan decision making di tubuh perusahaan.

Sejak awal berdiri, Veritrans (sebelum berganti nama) memang telah mendaftarkan nama PT mereka dengan nama Midtrans. Di samping itu, Veritrans Jepang yang merupakan investor awal pun disebutkan Diera hanya memiliki saham minoritas di tubuh perusahaan.

“Jadi, perubahan ini memang lebih ke arah marketing, […] tidak ada perubahan apapun di sisi para stakeholder. […] Dengan nama baru ini kami juga berharap tidak lagi selalu diasosiasikan dengan hanya payment saja [karena produknya sudah meluas].” ujar Diera.

Midtrans yang berdiri pada tahun 2012 saat ini telah bermitra dengan pemain-pemain e-commerce besar di tanah air seperti Tokopedia, MatahariMall, BukaLapak, dan juga Traveloka. Di samping itu, Garuda Indonesia dan Cinemaxx juga telah menjadi rekan Midtrans. Dengan perubahan ini, ke depannya, Midtrans juga diharapkan untuk dapat menjangkau klien-klien baru yang lebih luas lagi.

Di Balik Pergantian Identitas Mediatrac Menjadi Dattabot

Ada yang baru dari salah satu perusahaan Big Data Analytics terkemuka di Indonesia, Mediatrac. Per tanggal 30 Agustus 2016 kemarin yang bertepatan dengan festival Data for Life, nama Mediatrac sudah berganti menjadi Dattabot. Identitas baru tersebut menggambarkan nilai tambah perusahaan bagi klien mereka sebagai asisten cerdas yang membantu proses penanganan dan pengolahan data.

Dalam dunia bisnis, perubahan adalah hal yang wajar terjadi dan yang paling sering dibicarakan adalah ketika perusahaan memutuskan untuk berganti nama, ataupun logo yang menjadi “wajah” mereka di depan khalayak umum.

Jika Anda mau menelusuri, Anda akan menemukan bahwa merek-merek ternama pun melakukannya. Nokia, Nike, Apple, Facebook, Uber, Microsoft, juga Google sudah melakukannya berkali-kali. Itu semua demi beradaptasi dengan perubahan  keadaaan pasar dan permintaannya yang dinamis.

Hal yang sama pun terjadi di Indonesia dan kali ini perubahan itu dilakukan oleh salah satu perusahaan dalam bidang Big Data Analytics yang dahulu bernama Mediatrac. Kini, nama tersebut sudah berganti menjadi Dattabot untuk lebih merefleksikan bisnis mereka di bidang big data.

[Baca jugaMakna Brand Ambassador Bagi Semangat Baru elevenia]

CEO Dattabot Regi Wahyu kepada DailySocial menyampaikan, “Kami memutuskan mengganti nama menjadi Dattabot untuk lebih merefleksikan bisnis kami saat ini, yaitu sebagai perusahaan Big Data Analytics dan visi kami untuk menghubungkan semua data pada tingkat yang paling kecil (granuler).”

“Mediatrac merupakan brand lama yang merefleksikan bisnis awal kami sebagai perusahaan Media Monitoring pada tahun 2003. Seiring berjalannya waktu, kami mulai mengumpulkan data di luar Media Cetak dan Online/Digital, seperti data geo-demografi, Points of Interests, dan lain – lain. Untuk itu kami perlu membangun kapasitas untuk mengelola dan menganalisis data yang semakin besar, bervariasi, dan bertambah dengan cepat. Teknologi Big Data kemudian menjadi jawaban atas kebutuhan kami.”

“Pada tahun 2010 kami melakukan pivot menjadi perusahaan Consulting yang berbasiskan data dan akhirnya pada 2013 menjadi perusahaan Big Data Analytics,” lanjutnya.

Nama Dattabot sendiri juga mewakili ambisi perusahaan untuk menciptakan sebuah platform yang mempunyai kemampuan untuk membersihkan, memperkaya, dan menggabungkan data secara otomatis. Prosesnya rebranding-nya sendiri, disampaikan Regi, mendapat bantuan dari Thinkingroom.

Hal yang menarik dari nama Dattabot adalah arti yang ada di baliknya. Regi mengungkapkan bahwa nama Dattabot sebenarnya terdiri dari tiga elemen, yaitu Data, Bot, dan huruf “T” dalam penulisan Datta.

[Baca jugaBlibli Hadirkan “NIKE Official Store”]

“Data menggambarkan bisnis kami sebagai perusahaan Data Analytics, Bot yang merupakan kependekan robot menggambarkan kemampuan Artificial Intelligence (AI) kami untuk secara otomatis mengolah data, dan penulisan Datta dengan dua ‘T’ untuk melambangkan tiga founding partner kami, karena Datta dalam mitologi Hindu adalah inkarnasi dari tiga dewa utama [Brahma, Wisnu, dan Shiva],” jelas Regi.

Sebagai informasi, tiga founding partner Mediatrac yang kini bernama Dattabot adalah Imron Zuhri, Regi Wahyu, dan Tom Malik.

Meski telah berganti nama, visi yang dibawa oleh Dattabot tidak berbeda dengan sebelumnya, begitu juga dengan nama resmi (legal) perusahaan yang tetap menggunakan nama PT Mediatrac Sistem Komunikasi.

Satu pernyataan yang tersisa, dengan brand baru ini, apa yang ingin dicapai oleh perusahaan ke depannya?

Regi mengatakan, “Ke depannya kami akan fokus ke model bisnis baru kami sebagai platformasaservice [PaaS] yang menawarkan layanan Data Analytics. Kami ingin platform Dattabot bisa bermanfaat tidak saja untuk berbagai sektor bisnis, tapi juga untuk pemerintah dan masyarakat luas.”

Wajah dan Semangat Baru HotelQuickly di Usia Ketiga

Hari ini (31/3) aplikasi pemesanan hotel menit-menit akhir (last minute booking) HotelQuickly hadir dengan wajah baru di usia ketiganya sejak peluncuran aplikasi perdana. Wajah baru HotelQuickly ini meliputi pergantian logo, penyegaran desain antarmuka situs dan aplikasi, serta fitur-fitur baru yang disematkan.

HotelQuickly (HQ) mengklaim bahwa kini aplikasi anyar mereka memungkinkan semua penggunanya membuat pesanan untuk banyak kamar, melihat semua penawaran yang tersedia berdasakan lokasi dan pengaturan tampilan kontrol harga untuk menyertakan biaya pajak dan layanan HQ kredit. Desain dari antarmuka aplikasi dan juga situs HQ pun kini lebih segar dengan dominan warna biru muda.

Selain itu, HQ juga menghadirkan fitur Special Gift yang merupakan penghargaan hotel kepada tamu yang memesan melalui aplikasi HotelQuickly. Bentuknya berupa voucher gratis, token dan layanan antar jemput ke bandara.

Desain antarmuka baru aplikasi HotelQuickly / DailySocial

Hal paling menarik dari pergantian wajah HQ adalah keputusan untuk mengganti logo perusahaan yang semula diwakili oleh bantal menjadi kunci. Pergantian logo ini tak dilakukan sendirian oleh HQ, namun terjadi atas kerja sama dengan konsultan brand Idea Is Everything yang berbasis di London.

Kunci, logo baru HQ, dipilih karena dianggap oleh para pendirinya dapat melambangkan kemampuan aplikasi untuk membuka peluang dan diskon dinamis wisata yang lebih bagi para penggunanya. Semangat baru inilah yang coba diusung HQ untuk tumbuh ke tingkat selanjutnya di tahun keempat.

Co-Founder dan Managing Director HotelQuickly Indonesia Faustin Tan mengatakan, “Ini adalah perkembangan paling evolusioner dan paling ambisius dari HotelQuickly sejak debut aplikasi pada tahun 2013. Kami yakin pemesan hotel yang lebih sederhana dan brand image yang lebih kuat ini akan mendorong HotelQuickly ke tingkat selanjutnya di tahun keempat.”

Bila dilihat dalam beberapa waktu kebelakang, HQ sendiri terlihat agresif untuk tumbuh. Belum lama ini HQ telah menggandeng Doku demi memperluas pilihan pembayaran. Paling baru, HQ mengakuisisi aplikasi pemesanan hotel  di Jepang yang bernama Tonight dan menjadikan Jepang sebagai negara ke-16 cakupan wilayah HQ.

Application Information Will Show Up Here