Raiz Invest Aims for Millennials with “Easy Investment” Strategy

Few months after being introduced, PT Raiz Invest Indonesia officially launched their micro-investment service in Indonesia. A web-based platform to tighten its position in the market, including a partnership with PT CIMB Niaga Tbk as a payment option.

Raiz Invest‘s CEO, Melinda Wiria said, their company always aims for millennials, considering the great potential, one-third of the total population or equivalent to 80 million people.

“Millennials have barriers to invest. Aside from the perplexing process, it costs much. We’re here to assist for easy investment and fast track. We can invest without changing lifestyle.”

Currently, Raiz Invest offers three services, Recurring Investment or investment using auto-debit installment, Lump Sum or direct investment at a certain value, and Round-up or investment collected from the transaction change.

In terms of Round-up, every transaction amount will be rounded up to Rp10,000 and collected as an investment, directed to Raiz app.

Raiz Invest’s CMO Fahmi Arya said the collaboration wouldn’t stop at CIMB Niaga. He currently exploring partnerships with two e-money providers.

“Currently the cross-bank transfer still run conventionally or cost an additional fee. Using CIMB Niaga, the small-amount transaction, for example, Rp10,000 won’t be charged. This is what we meant by online investment should be built within a closed ecosystem,” Arya said.

In addition, he also said the company plans to develop a community portal to connect investors with related parties in the investment industry. It’s to accelerate financial inclusion for investors and newcomers.

Raiz Invest, previously Acorns, is an Australian-based fintech company. Post IPO last year, they expand the business to Indonesia. The company aims for 40 thousand users by the end of this year.

Fintech should support first-time investors

Head of Indonesian Investment Advisory Association (IAA), Ari Adil said the fintech era is very important for the rise of some first-time investors in Indonesia. They’re said to be a part of Indonesian Mutual Fund Dealer Association (MFDA).

“In Indonesia, the financial index is the lowest. It’s different with Banking’s high index. It explains that investment literacy rate is very low in Indonesia. Therefore, fintech is very important for user acquisition,” he said on the same occasion.

OJK’s Head of Investment Management Policies Development, Solihin Betas also mentioned the investor rate is increasing since the rise of online investment for the past few years.

“Previously [before online investment], we aim for 5 million investors but failed. Nowadays, the number is increasing, at least 300 thousand new investors appear every day,” he said.

Betas added, to date Indonesian central securities depository (CSD) listed 1,8 million investors in Indonesia. Based on the current achievement, the 2 million-investors target should be achieved by the end of this year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Raiz Invest Bidik Pasar Milenial dengan Strategi “Investasi Receh”

Setelah diperkenalkan beberapa bulan lalu, PT Raiz Invest Indonesia resmi meluncurkan aplikasi investasi mikronya di Indonesia. Berbasis web, platform tersebut dihadirkan untuk memperkuat posisinya di pasar, termasuk dengan menggandeng PT CIMB Niaga Tbk sebagai mitra pembayaran.

CEO Raiz Invest Melinda Wiria mengungkapkan, sejak awal perusahaan membidik segmen milenial yang pasarnya dinilai sangat potensial, yakni sepertiga dari total populasi atau sekitar 80 juta jiwa.

“Ada barrier mengapa milenial belum mau investasi. Selain proses rumit, investasinya dalam jumlah besar. Kami hadir untuk mengajarkan investasi dalam jumlah receh dan proses cepat. Kita bisa investasi mudah tanpa mengubah gaya hidup,” tuturnya di peluncuran aplikasi Raiz Invest di Jakarta.

Saat ini, Raiz Invest menawarkan tiga portfolio layanan, yakni Recurring Investment atau investasi dengan metode cicilan lewat auto debet, Lump Sum Investment atau investasi langsung dalam jumlah tertentu, dan Round-up atau investasi yang dikumpulkan dari setiap selisih nilai transaksi.

Terkait Round-up, setiap transaksi pembelian yang dilakukan pengguna akan dibulatkan. Pembulatan ini akan dikumpulkan hingga mencapai Rp10.000, kemudian akan dimasukkan sebagai investasi, dan langsung terhubung ke aplikasi Raiz.

CMO Raiz Invest Fahmi Arya mengungkap bahwa kemitraannya tidak akan berhenti pada CIMB Niaga saja. Fahmi menyebut sedang menjajaki kerja sama dengan dua penyedia e-money.

“Selama ini transfer antar-bank masih konvensional atau dikenakan biaya. Dengan CIMB Niaga, pembelian dalam jumlah kecil, misalnya Rp10.000, tidak dikenakan biaya. Ini yang kita kejar bahwa bisnis investasi online perlu dibangun dengan ekosistem tertutup,” ujar Fahmi.

Selain itu, lanjut Fahmi, perusahaan juga berencana untuk mengembangkan portal komunitas untuk mempertemukan investor dengan pihak-pihak yang terlibat dalam industri investasi. Tujuannya tak lain untuk mendorong inklusi keuangan bagi investor dan pemula.

Raiz Invest, sebelumnya Acorns, merupakan perusahaan fintech asal Australia. Pasca-IPO pada tahun lalu, perusahaan memperluas pasarnya hingga ke Indonesia. Perusahaan membidik 40 ribu pengguna hingga akhir tahun ini.

Fintech berperan dongkrak investor pemula

Ketua Asosiasi Penasihat Investasi Indonesia (APII) Ari Adil mengungkap bahwa keberadaan perusahaan fintech sangat berperan mendongkrak jumlah investor pemula di Indonesia. Diketahui, APII juga menjadi bagian dari Asosiasi Penjual Reksa Dana Indonesia (APRDI).

“Di Indonesia, indeks keuangan itu paling kecil. Berbeda dengan indeks perbankan yang tertinggi. Artinya, literasi soal investasi di Indonesia sangat rendah. Makanya, fintech sangat berperan dalam menjangkau masyarakat,” paparnya pada kesempatan sama.

Sementara Kepala Bag. Pengembangan Kebijakan Pengelolaan Investasi OJK Solihin Betas juga mengakui bahwa perkembangan investor mulai meningkat sejak kemunculan pemain investasi online dalam beberapa tahun belakangan.

“Dulu [sebelum ada pelaku investasi online], kami bidik 5 juta investor baru, tapi gagal. Sekarang jumlahnya meningkat, setidaknya setiap hari ada 300 ribu investor baru,” ungkapnya.

Solihin menambahkan, hingga saat ini data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sudah ada 1,8 juta investor di Indonesia. Dengan pencapaian saat ini, ujarnya, target 2 juta investor di akhir tahun bisa terealisasi.

Aplikasi Raiz Invest Mudahkan Investasi Reksa Dana dari Sisa Uang Belanja

Menurut data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), sampai Juli 2018 jumlah investor reksa dana di Indonesia baru mencapai 820 ribu orang. Minimnya angka ini sekaligus menjadi peluang untuk digarap pemain fintech, salah satunya adalah Raiz Invest.

Raiz Invest, sebelumnya bernama Acorns, adalah perusahaan fintech dari Australia, sudah hadir sejak Februari 2016. Kemudian berganti nama jadi Raiz Invest pada April 2018. Ekspansi ke Indonesia adalah bagian dari rencana perusahaan pasca IPO di bursa Australia tahun lalu.

CEO Raiz Invest George Lucas mengatakan kehadiran perusahaan dalam rangka ekspansi ke luar Australia. Indonesia dipilih menjadi negara pertama yang disasar karena banyak faktor pendukungnya, selain kondisi geografisnya yang berdekatan.

Indonesia adalah pasar yang bagus untuk mengembangkan ekonomi. Raiz ingin membantu masyarakat Indonesia yang ingin belajar tentang literasi keuangan dan inklusi keuangan lewat smartphone.

“Di Australia, Raiz telah menjadi game changer khususnya bagi kaum milennial dalam menciptakan kebiasaan berinvestasi. Aplikasi Raiz cocok untuk siapapun yang belum memahami investasi atau tidak tahu bagaimana caranya untuk berinvestasi,” katanya, Rabu (6/3).

Tim lokal Raiz disebutkan ada lima orang. Sepenuhnya sistem Raiz di sini akan mengikuti negara asalnya yang menganut open system dan terhubung antar satu pihak dengan API.

Model bisnis Raiz Invest

CMO Raiz Invest Indonesia Fahmi Arya menjelaskan, seluruh transaksi di Raiz nantinya akan berbasis aplikasi. Raiz bekerja dengan mengumpulkan uang pengguna yang diambil dari selisih pembelanjaan. Dana tersebut diambil dari kartu debit atau dompet elektronik yang mereka sambungkan ke aplikasi Raiz.

Nantinya setiap pengguna belanja dengan metode pembayaran tersebut, Raiz akan melakukan pembulatan ke atas untuk setiap transaksi kelipatan Rp5 ribu ke atas. Ketika pembulatan mencapai Rp10 ribu, maka dana tersebut akan diinvestasikan secara otomatis ke produk reksa dana.

Ambil contoh, apabila pengguna belanja sebesar Rp23 ribu, akan dibulatkan menjadi Rp25 ribu sehingga dana yang diambil untuk membeli produk reksa dana adalah Rp2 ribu. Fitur ini disebut cicilan investasi (recurring investment).

Fahmi memastikan dana tidak akan langsung dibelikan satu unit reksa dana apabila belum sampai Rp10 ribu, melainkan baru sekadar dicatatkan saja. Fitur lainnya adalah pembelian secara seketika (lump sum).

Tersedia tiga jenis produk reksa dana yang sudah disesuaikan dengan profil risiko, yakni agresif (reksa dana saham), moderat (reksa dana pendapatan tetap), dan konservatif (reksa dana pasar uang).

Raiz sedang mempersiapkan diri dengan satu bank yang memiliki mobile banking dan dua pemain e-wallet. Apabila tidak ada aral melintang, aplikasinya direncanakan meluncur paling lambat kuartal III/2019.

“Kami ingin pas meluncur nanti aplikasinya sudah benar-benar siap agar pengguna tidak kecewa karena semua transaksi dalam aplikasi ini pakai API, jadinya serba otomatis tidak ada yang manual,” kata Fahmi.

Selain menjadi aplikasi investasi, ke depannya pengguna dapat menjadikan Raiz sebagai media untuk memantau tingkat belanjanya sehingga dapat dievaluasi lebih jauh. Antar pengguna bisa saling berdiskusi mengenai pilihan investasi, atau kebiasaannya itu sudah lebih baik atau belum.

Rencana jangka panjang

Fahmi melanjutkan fokus Raiz Invest adalah menjangkau orang-orang yang belum pernah belum pernah berinvestasi ke reksa dana. Setelah aplikasi dirilis, ditargetkan nilai transaksi (AUM) dapat tembus Rp400 juta setiap harinya sampai akhir tahun ini.

Perkiraan ini diambil dari target pengguna Raiz sebanyak 40 ribu orang. Sedangkan dana yang terkumpul per harinya dari satu pengguna diperkirakan sebesar Rp10 ribu. Secara jangka panjang, Raiz menargetkan dapat menjangkau 400 ribu pengguna pada 2020.

“Bisnis model kami bukan di-drive oleh penerimaan AUM karena minimal investasi di Raiz itu Rp10 ribu saja. Jadi kami bidik target pengguna sebanyak-banyaknya.”

Sembari menunggu aplikasi dirilis, Raiz menyediakan pendaftaran e-mail untuk siapapun yang ingin mendapat info terbaru dari perusahaan. Raiz telah mengantongi izin usaha sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) dari OJK per 10 Desember 2018.

Di Australia saja, Raiz melayani 30 juta transaksi dengan nilai per transaksi AUD $1. Hingga Januari 2019, aplikasinya sudah diunduh lebih dari satu juta kali dan memiliki lebih dari 175 ribu pengguna aktif, 75% diantaranya adalah milenial.

 

Bukalapak Gandeng Tanamduit di BukaReksa

BukaReksa dari Bukalapak meningkatkan diversifikasi produk investasinya dengan menjalin kemitraan strategis dengan startup layanan investasi Tanamduit. Sebelumnya Bukalapak memulai BukaReksa berbasiskan kemitraan dengan Bareksa.

Head of Payment & Financial Services Bukalapak Destya Danang Pradityo mengungkapkan, alasan utama kemitraan adalah Tanamduit sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) memiliki lisensi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Nantinya akan dihadirkan 5 produk investasi baru dari 3 perusahaan manajemen aset.

Lima produk investasi baru yang hadir di BukaReksa adalah Bahana MES Syariah, Batavia Dana Dinamis, Sucorinvest Sharia Equity Fund, Sucorinvest Maxi Fund, dan Batavia Dana Saham.

“Kami menerapkan proses KYC yang ketat dengan proses persetujuan hanya sekitar 3 jam saja setelah pengguna melakukan pendaftaran. BukaReksa dan Tanamduit juga tidak mengenakan biaya administrasi dan semua proses berjalan secara transparan,” kata Destian.

BukaReksa kini telah menyediakan 21 produk reksa dana dengan berbagai pilihan risiko dan return serta berhasil menjaring hampir 150 ribu investor.

Upaya Tanamduit memperluas layanan

Sebelumnya Mercato Digital Asia, induk usaha platform reksa dana Tanamduit, menerima investasi tahap awal sekitar Rp44,7 miliar (US$3 juta) dari RDN Kapital, sebuah perusahaan modal ventura lokal yang terafiliasi dengan Minna Padi Group.

Dana segar tersebut akan dipakai untuk mengembangkan produk Tanamduit, merekrut talenta baru di bidang TI dan pemasaran, dan melancarkan sejumlah inisiatif kegiatan pemasaran. Terkait layanan yang diberikan, kerja sama dengan Bukalapak dinilai Direktur Pengembangan Bisnis Tanamduit Muhammad Hanif merupakan langkah yang strategis.

“Belajar dari pengalaman kami selama ini, user experience menjadi hal yang paling penting bagi kami di Tanamduit dan tentu saja BukaReksa. Untuk itu dengan mengedepankan proses KYC yang ketat namun dengan kemudahan dan kecepatan proses kepada pengguna.”

Hanif menambahkan, kemudahan ini juga sangat relevan untuk nasabah ritel yang kerap mengalami kesulitan dan kendala saat mulai mendaftarkan diri membeli produk reksa dana secara offline. Teknologi yang dihadirkan layanan online seperti Bukapalak dan Tanamduit diharapkan memangkas proses tersebut menjadi lebih efisien.

Pembelian via bank masih mendominasi

Dalam kesempatan tersebut turut hadir Deputi Direktur Pengelolaan Investasi OJK Halim Haryono yang menyambut baik kerja sama strategis antara keduanya. Sebagai regulator yang mengawasi langsung semua aktivitas transaksi reksa dana secara online, Halim menyebutkan, layanan yang diberikan BukaReksa dan Tanamduit secara langsung telah mempengaruhi kebiasaan masyarakat umum melakukan pembelian reksa dana.

Meskipun telah menunjukkan pertumbuhan yang positif, baik dari sisi jumlah kenaikan investor dan maupun tren pembelian reksa dana secara online, OJK melihat bank masih memiliki jumlah nasabah yang paling besar dalam hal penjualan reksa dana. Bank dinilai memiliki pasar dan nasabah yang sudah jelas. Namun demikian, OJK melihat kehadiran layanan fintech mulai membantu mempromosikan produk reksa dana kepada masyarakat.

Karena keterbatasan yang dimiliki, bank masih belum bisa menjangkau target pasar tertentu. Pasar ini yang disasar layanan reksa dana online. Hal ini diharapkan bisa membantu pemerintah memperluas minat masyarakat melakukan pembelian reksa dana.

“Jika kita lihat tren pembelian reksa dana pada gelombang pertama banyak dilakukan oleh Manajer Investasi (MI) secara manual, kemudian gelombang kedua bank mulai banyak menawarkan produk tersebut kemudian gelombang selanjutnya tren mulai berubah kepada layanan fintech. Di sisi lain saya melihat bank juga sudah mulai mengadopsi teknologi untuk menghadirkan layanan lebih kepada nasabah,” kata Halim.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Investasi Reksa Dana Kelola Targetkan Generasi Muda

Kelola adalah layanan yang dikembangkan untuk memudahkan akses masyarakat terhadap instrumen investasi, seperti reksa dana. Mulai aktif di tahun 2017, layanan ini memulai petualangannya dengan target pasar generasi milenial. Mereka berharap bisa menjadi layanan yang memudahkan dan membantu masyarakat berinvestasi.

“Dari data yang ada, hanya sekitar 900 ribu penduduk Indonesia yang memiliki rekening reksa dana untuk investasi dan hanya sekitar 600 ribu investor reksa dana aktif. Jika dilihat dari total penduduk pada usia produktif, peluang pada sektor ini masih sangat besar. Menyikapi peluang ini, Kelola fokus pada literasi investasi, terutama pada generasi Z dan milenial lewat social media dan langsung dari aplikasi Kelola,” terang VP Business Unit Kelola Eyfrel Likuajang.

Persaingan di layanan reksa dana online saat ini memang mulai semarak. Selain dua raksasa e-commerce, Bukalapak dan Tokopedia, tersedia juga layanan seperti AjaibXDana, Tanamduit, dan INVISEE di segmen yang sama.

Eyfrel lebih jauh menjelaskan, Kelola dari awal memang didesain sangat sederhana dengan tujuan memudahkan pengguna memahami produk reksa dana yang ada. Mereka tidak ingin pengguna bingung di awal ketika mencoba mulai berinvestasi dengan jargon-jargon finansial yang belum banyak diketahui banyak orang. Pihak Kelola juga terus mengimbangi promosi dengan literasi finansial.

Dari segi fitur, Kelola memiliki sistem pembelian reksa dana yang memungkinkan pengguna melakukan pembelian beberapa produk reksa dana dengan sekali pembayaran. Untuk pembayaran, Kelola mengusahakan kemudahan dan kecepatan dengan penggunaan Virtual Account. Dari sisi produk, jenis reksa dana yang ditawarkan merupakan hasil kurasi atau dipilih langsung dari Management Investasi terbaik di Indonesia.

“Kami memberikan akses digital bagi masyarakat untuk berinvestasi pada produk keuangan seperti reksa dana dan di masa mendatang bisa asuransi, P2P lending, obligasi retail, dan komoditas (emas),” imbuh Eyfrel.

Kelola di delapan bulan pertama operasinya sudah mendapatkan lebih dari 23 ribu pemasangan aplikasi dan 2300 investor aktif  dengan AUM (Asset under Management) mencapai Rp26 miliar. Sebagai layanan yang belum menginjak usia satu tahun, fokus Kelola saat ini masih meningkatkan pangsa pasar dan beberapa inovasi lainnya.

“Ke depan Kelola fokus untuk meningkatkan pangsa pasar hingga 15% dengan menambah jenis produk investasi dan fokus pada user acquisition melalui literasi,” tutup Eyfrel.

Application Information Will Show Up Here

Ajaib Hadirkan Layanan Manajer Keuangan untuk Investasi Reksa Dana

Setelah kolaborasi Jagartha Advisors dan Bareksa yang fokus membantu pengguna menemukan investasi reksa dana online yang tepat, hadir pula layanan serupa yang menyasar individu kalangan menengah untuk berinvestasi reksa dana secara online bernama Ajaib.

Startup lulusan program Y Combinator ini didirikan Anderson Sumarli, Yada Piyajomkwan, dan Kevin Lee. Kepada DailySocial, Chief Growth Officer Yada Piyajomkwan mengungkapkan, Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami peningkatkan middle class dan diprediksi akan mencapai 120 juta penduduk pada tahun 2020.

“Hampir sama dengan yang terjadi di Tiongkok dan India, dengan meningkatnya disposable income akan semakin banyak orang yang akan memulai untuk berinvestasi,” kata Yada.

Ditambahkan Yada, saat ini hanya 0,5% penduduk Indonesia dari 260 juta yang sudah memulai untuk berinvestasi. Hal tersebut yang menjadi salah satu alasan utama mengapa Ajaib didirikan.

“Kami juga melihat bahwa layanan perencanaan keuangan saat ini hanya tersedia bagi kalangan menengah ke atas. Misi kami ingin mendemokrasikan akses produk keuangan dan meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia bagi semua kalangan,” kata Yada.

Rekomendasi berdasarkan profil risiko investasi

Ketika middle class ingin memulai berinvestasi, hal pertama yang mereka hadapi adalah tantangan, yaitu kurangnya pengetahuan dan sedikitnya sumber referensi yang bisa diminta untuk memberikan saran. Saat ini jika ingin memiliki manajer keuangan pribadi, dibutuhkan biaya yang tidak murah dan layanan ini hanya mampu dinikmati oleh kalangan premium.

Secara khusus, Ajaib menyediakan portofolio yang personal berdasarkan profil risiko pengguna. Ajaib juga memungkinkan pembukaan akun untuk tabungan dan investasi, memanfaatkan manajer keuangan yang memiliki lisensi. Secara otomatis semua portofolio tersebut diawasi Ajaib. Dimulai dari reksa dana, rencana Ajaib adalah menambah pilihan investasi lainnya.

“Kami memberikan sebuah rekomendasi portofolio yang dipersonifikasi sesuai dengan tujuan masing-masing individu. Ajaib membantu memberikan rekomendasi profil resiko investasi yang berbeda,” kata Yada.

Menurut Yada, proses tersebut cukup banyak diterapkan di Amerika Serikat, namun belum terlalu familiar dan masih sedikit dimanfaatkan di Indonesia. Manajer investasi yang ada saat ini, masih cukup mahal tarifnya, untuk dimanfaatkan oleh kalangan menengah.

Ajaib merekomendasikan kepada pengguna untuk memulai portofolio di bawah $15 (sekitar Rp 200 ribu lebih). Ajaib juga tidak mengenakan biaya untuk akun tersebut. Ajaib hanya mengenakan biaya manajer investasi di dalam platform.

“Kami menciptakan portofolio yang lebih personal untuk pengguna kapan saja dimana saja melalui smartphone mereka dan menyematkan automate portfolio management, termasuk fitur seperti auto-rebalancing [menggunakan robo advisor],” kata Yada.

Rencana dan target Ajaib

Meskipun masih belia usianya, Rencana Ajaib selanjutnya adalah menyempurnakan produk dan layanan di aplikasi, yang saat ini sudah tersedia di Android. Dalam waktu dekat Ajaib juga akan meluncurkan aplikasi dalam versi iOS.

Target Ajaib lainnya adalah membantu lebih banyak masyarakat Indonesia melakukan pengembangan produk, sehingga aplikasi yang Ajaib sediakan mampu memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat di Indonesia

“Setelah mendapatkan funding dari Y Combinator, kami akan mulai melakukan edukasi dan penetrasi ke berbagai lapisan masyarakat untuk mencapai tujuan dan misi kami yaitu meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia, dan menyediakan layanan keuangan yang bisa dijangkau oleh siapa saja untuk memulai berinvestasi dengan mudah dan aman,” tutup Yada.

Application Information Will Show Up Here

Bareksa dan Jagartha Advisors Luncurkan Bareksa Prioritas, Targetkan Nasabah Premium

Besarnya minat kalangan menengah ke atas untuk berinvestasi di reksa dana menjadi alasan marketplace reksa dana Bareksa meluncurkan layanan terbaru bernama Bareksa Prioritas. Menggandeng konsultan finansial Jagartha Advisors, layanan ini secara khusus menargetkan nasabah High Net Worth (HNW) yang diklaim semakin bertambah jumlahnya di Indonesia. Bareksa juga ingin mendukung rencana OJK untuk mengajak lebih banyak lagi kalangan individual untuk berinvestasi melalui reksa dana.

“Dengan teknologi dan data yang kami miliki selanjutnya bisa memberikan kemudahan akses untuk analisis bagi konsultan finansial, seperti Jagartha Advisors, untuk memberikan rekomendasi dan edukasi kepada nasabah yang memiliki aset finansial minimal $1 juta [sekitar Rp 14,3 miliar],” kata Co-Founder Bareksa Karaniya Dharmasaputra.

Karaniya menambahkan, nasabah yang masuk dalam kategori HNW, biasanya membutuhkan bantuan dalam hal edukasi, informasi, dan rekomendasi dari konsultan finansial. Dengan membuka akun dan mendaftarkan diri menjadi nasabah Bareksa Prioritas, nasabah secara langsung akan mendapatkan bantuan dari konsultan keuangan secara online maupun offline.

“Memanfaatkan data dan teknologi yang dimiliki oleh Bareksa, kami dari Jagartha Advisors bisa langsung memberikan rekomendasi secara online. Dan jika diperlukan kami juga menyediakan kesempatan untuk nasabah melakukan pertemuan langsung,” kata Co-founder dan Chairman Jagartha Advisors Ari Adil.

Bareksa sebelumnya telah bermitra dengan Bukalapak untuk BukaReksa dan Tokopedia Reksadana.

Platform berbeda untuk nasabah dan konsultan keuangan

Secara khusus Bareksa menyediakan dua platform yang berbeda untuk nasabah dan konsultan keuangan Jagartha Advisors. Mulai dari dashboard khusus untuk nasabah yang bisa digunakan untuk memonitor investasi secara langsung, juga platform khusus untuk konsultan keuangan melakukan analisis dan memberikan rekomendasi investasi reksa dana kepada nasabah.

Meskipun Bareksa Prioritas terbuka untuk kalangan individu dan korporasi, secara khusus Bareksa dan Jagartha Advisors ingin merangkul lebih banyak kalangan individu untuk melakukan investasi di reksa dana. Untuk tahap awal, Bareksa dan Jagartha Advisors ingin memberikan edukasi dan memasarkan produk terlebih dahulu dan belum bisa menargetkan berapa banyak jumlah nasabah yang akan diakuisisi.

“Saat ini memang belum ada nasabah HNW di Bareksa, namun dengan investor ritel yang Bareksa kumpulkan selama ini dan berjumlah sekitar 500 ribu lebih, bisa juga naik kelas untuk kemudian menjadi nasabah HNW,” kata Karaniya.

Tingginya kebutuhan tenaga konsultan keuangan untuk kalangan HNW disebutkan telah mencapai sekitar 66.9% pada tahun 2016 berdasarkan data dari Capgemini. Di wilayah Asia Pasifik, nasabah HNW Indonesia secara khusus memiliki permintaan tertinggi akan perangkat digital dalam berinvestasi.

“Kami dari Jagartha memastikan akan menyiapkan tenaga profesional yang bisa membantu nasabah Bareksa Prioritas berinvestasi secara tepat dan tentunya mendapatkan keuntungan dari reksa dana,” kata Ari.

Application Information Will Show Up Here

Investree dan Tanamduit Bermitra, Tambah Varian Akses Berinvestasi

Bertujuan  menambah pengguna dan menambah kolaborasi dengan layanan P2P lending, platform reksa dana online Tanamduit yang merupakan produk PT Star Mercato Capitale hari ini meresmikan kemitraan dengan Investree. Kerja sama ini diharapkan bisa memberdayakan idle money yang dimiliki lender (pemberi pinjaman) Investree dengan melakukan investasi reksa dana di Tanamduit. Produk reksa dana yang ditawarkan adalah reksa dana pasar uang.

“Selama ini cukup banyak para lender yang kehabisan borrower (peminjam) untuk kemudian dana yang dimiliki bisa diinvestasikan. Kerja sama ini memungkinkan para lender di Investree melakukan investasi uang mereka dalam bentuk reksa dana,” kata Direktur Tanamduit Muhammad Hanif.

Sebagai platform reksa dana yang telah mengantongi izin OJK, Tanamduit aktif mengembangkan infrastruktur, menambah talenta dan kemitraan dengan perusahaan asset management. Secara keseluruhan saat ini Tanamduit telah memiliki delapan mitra perusahaan asset management, 2500 pengguna aktif, dan aplikasi untuk platform Android dan iOS.

Tanamduit juga berencana mengumumkan pendanaan baru dari investor lokal dan asing. Masih dalam tahap penjajakan, nantinya dana baru ini akan digunakan untuk menambah infrastruktur Tanamduit.

“Saat ini Tanamduit sudah memiliki sekitar 20 anggota tim. Jumlah tersebut masih kita maksimalkan sambil mengembangkan teknologi dan produk kami,” kata Hanif.

Idle money dan aturan OJK

Perihal idle money tersebut ternyata mendapat sorotan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selaku regulator. Rencananya dalam waktu dekat peraturan terkait uang tersimpan dalam investasi yang tidak dimaksimalkan dan mengendap akan diatur OJK dalam peraturan khusus.

“Kami melihat hal tersebut bisa menjadi peluang bagi Tanamduit untuk melancarkan kegiatan penjualan dan pemasaran kami dengan menjalin kolaborasi dengan layanan fintech seperti Investree,” kata Hanif.

Hanif menambahkan, selama ini Tanamduit dan platform serupa lainnya masih kesulitan melakukan edukasi untuk mulai melakukan investasi dalam bentuk reksa dana. Dengan kolaborasi ini, Tanamduit berharap bisa menambah jumlah pengguna sekaligus melakukan edukasi lebih masif lagi terkait produk reksa dana online.

“Untuk saat ini jenis reksa dana yang kita jual adalah tipe pasar uang, namun tidak menutup kemungkinan ke depannya kerja sama akan dikembangkan dalam bentuk produk dan layanan yang berbeda,” kata Hanif.

Alternatif bagi lender Investree

Lender Investree yang telah terdaftar akan mendapatkan notifikasi untuk bisa berinvestasi dalam bentuk reksa dana. Setelah pilihan dan verifikasi dilakukan, lender bisa melakukan proses tersebut hanya dalam tiga langkah mudah. Dengan nilai investasi yang terjangkau, mulai dari Rp 100 ribu, lender nantinya bisa mendapatkan return yang dikelola manajer investasi profesional sehingga dapat menjaga lender dari risiko pendanaan tunggal secara online.

Layanan reksa dana ini tidak mengenakan biaya apapun untuk keseluruhan prosesnya. Kerja sama yang dijalin antara Investree dan Tanamduit merupakan kolaborasi pertama yang dilakukan oleh layanan fintech P2P lending dan agen penjual efek reksa dana (APERD). Menurut CEO Investree Adrian Gunadi, ke depannya akan lebih banyak lagi kolaborasi antara layanan fintech dengan bank dan institusi keuangan lainnya.

Reksa dana for lender merupakan layanan khusus yang dihadirkan Investree sebagai nilai tambah dan alternatif bagi lender untuk mendiversifikasi portofolio dan cash-in-hand di akun Investree mereka.

“Saya melihat kolaborasi ini sangat ideal untuk Investree. Menggandeng Tanamduit yang sudah memiliki pengalaman dan kredibilitas dalam hal manajemen aset, kami berharap bisa memberikan pilihan lebih kepada lender,” kata Adrian.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bareksa dan Tokopedia Luncurkan Reksa Dana yang Bisa Cair di Hari yang Sama

Bertujuan menambah jumlah nasabah sekaligus meningkatkan literasi keuangan masyarakat, hari ini (23/4), marketplace reksa dana BareksaTokopedia, dan Syailendra Capital meluncurkan layanan reksa dana online yang likuid, bisa dicairkan dan diterima di rekening nasabah di hari yang sama (T+0) melalui aplikasi Tokopedia.

Turut hadir dalam acara peluncuran tersebut CEO Tokopedia William Tanuwijaya. Kepada media William mengungkapkan saat ini Tokopedia memliki sekitar 40 juta pengguna unik, melalui kerja sama strategis ini diharapkan bisa menambah layanan yang ada di Tokopedia kepada pengguna.

“Kami di Tokopedia ingin mengajak lebih banyak masyarakat umum untuk membeli reksa dana secara cepat dan terjangkau. Agar selanjutnya masyarakat Indonesia bisa menjadi investor di mulai dengan Tokopedia,” kata William.

Layanan reksa dana online yang diklaim satu-satunya yang diinisiasi Bareksa dan layanan e-commerce menargetkan satu tahun pertama bisa mendapatkan satu juta nasabah dengan dana yang dikelola hingga miliaran rupiah.

Bareksa sendiri telah menggandeng Tokopedia berjualan reksa dana sejak akhir Februari 2018.

Disinggung berapa investasi yang digelontorkan Bareksa dan Tokopedia, CEO Bareksa Ady F Pangerang menegaskan, investasi yang diberikan merupakan patungan antara Tokopedia dan Bareksa, namun enggan menyebutkan nilai investasi tersebut.

“Nantinya investasi yang ada akan kami gunakan untuk kegiatan pemasaran, oprasional, legal dan edukasi kepada pengguna Tokopedia,” kata Ady.

Dipilihnya Syailendra Capital sebagai mitra Bareksa karena kemampuan Syailendra Capital untuk melakukan redemption dalam jumlah kecil hingga besar dan kapabilitas Syailendra mengelola ribuan transaksi per hari.

Proses mudah

Dalam kesempatan tersebut turut diinformasikan bagaimana cara kerja layanan reksa dana Bareksa di aplikasi Tokopedia. Hanya dengan memanfaatkan akun Tokopedia, pengguna kemudian bisa mendaftarkan diri menjadi nasabah reksa dana. Produk reksa dana Tokopedia menawarkan minimum pembelian Rp10 ribu.

“Nantinya memanfaatkan E-Wallet di Tokopedia, pengguna bisa melakukan Top Up via bank transfer, untuk kemudian disimpan di E-Wallet. Sesuai dengan jumlah yang ingin dibeli untuk reksa dana, semua bisa dipotong langsung dari dana yang tersimpan di E-Wallet Tokopedia,” kata Ady.

Keuntungan lain yang bakal didapatkan oleh nasabah jika membeli reksa dana di Tokopedia adalah, inklusif, keamanan, kenyamanan dengan proses yang hanya 5 menit saja, investor bisa menjual investasi secara langsung, dan bisa mendapatkan return hingga 7%.

“Keunggulan lainnya adalah instant redemption yaitu dana yang tersimpan di reksa dana bisa digunakan untuk belanja di Tokopedia dan auto sweep, di mana dana pengguna Tokopedia akan secara otomatis masuk ke akun reksa dana,” kata Ady.

Bareksa saat ini telah memiliki sekitar 110 ribu investor reksa dana, angka yang diklaim melonjak lebih dari 60% dibandingkan Desember 2017. Bareksa juga telah membukukan kenaikan jumlah dana yang diinvestasikan nasabah menjadi Rp850 miliar per 9 April 2018.

Didukung OJK

Dalam kesempatan tersebut turut hadir Direktur Pengelolaan Investasi Otoritas Jasa Keuangan Sujanto yang mendukung kerja sama antara Bareksa dengan Tokopedia meluncurkan layanan reksa dana online. Dilihat dari tren saat ini, Sujanto menyebutkan pembelian terbanyak reksa dana mulai didominasi secara online.

“Mungkin karena kemudahan dan kecepatan tersebut yang pada akhirnya banyak dipilih oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.”

Namun demikian dilihat dari jumlah masyarakat yang memahami benar produk reksa dana, menurut OJK saat ini jumlahnya hanya mencapai 23%. Untuk itu penting bagi Bareksa dan Tokopedia meningkatkan kegiatan edukasi kepada masyarakat umum terkait reksa dana.

Sebagai regulator, OJK mendukung sepenuhnya reksa dana online yang di inisiasi oleh Tokopedia dan Bareksa.

“Jika Tokopedia saja saat ini mengklaim sudah memiliki 40 juta pengunjung unik artinya akan lebih mudah edukasi yang dilakukan Tokopedia terkait dengan reksa dana. Saya harap juga bukan satu juta nasabah baru target dari produk ini, tapi semua pengguna yang ada di Tokopedia,” kata Sujanto.

Application Information Will Show Up Here

Bareksa Incar 250 Ribu Investor Reksa Dana

Marketplace reksa dana Bareksa targetkan dapat menggaet hingga 250 ribu investor sepanjang tahun ini, atau naik hampir tiga kali lipat dari capaian di tahun sebelumnya, yakni sebanyak 63 ribu investor. Hingga awal April 2018, diklaim Bareksa telah mencapai 100 ribu investor dengan dana kelolaan mencapai lebih dari Rp850 miliar.

Dari pencapaian tersebut Bareksa disebut menguasi pangsa pasar reksa dana sekitar 16% berdasarkan jumlah investor. Bila dilihat dari data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah total investor reksa dana tercatat sebanyak 619.380 investor per tahun lalu.

“Paling tidak tahun ini kami ingin incar 250 ribu nasabah dengan penetrasi sekitar 30% untuk industri reksa dana,” terang Presiden Direktur Bareksa Ady F Pangerang kepada DailySocial.

Untuk mencapai target tersebut, perusahaan akan memperluas kemitraan dan mengandalkan penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel online yang bakal diselenggarakan pada 14-25 Mei 2018. Bareksa terpilih sebagai salah satu mitra distribusi SBN 003.

Selain Bareksa, yang mendapatkan izin tersebut ada enam bank, dua perusahaan efek, dan satu fintech. Enam bank tersebut adalah Mandiri, BNI, BRI, BCA, Bank Permata, dan DBS. Sedangkan mitra perusahaan efek adalah Tri Megah dan Bareksa. Adapun mitra fintech adalah Investree.

Untuk membeli SBN 003 sangat terjangkau bagi generasi milennial karena dapat dimiliki mulai dari Rp1 juta. Batas maksimal kepemilikan SBR 003 adalah Rp3 miliar dengan yield di atas rata-rata bunga deposito bank BUMN.

“Kami akan berpartisipasi di situ. Prosedur pendaftarannya hampir sama ketika ingin daftar jadi investor reksa dana di Bareksa, hanya saja calon investor harus memasukkan data NPWP.”

Agar dapat mendongkrak investor SBN, perusahaan bakal giat melakukan edukasi kepada masyarakat dan komunitas terkait perbedaan SBN ritel dengan reksa dana. Reksa dana dari sisi redemption memiliki fleksibilitas karena dapat ditukar kapan saja.

Sementara SBN ritel tidak bisa ditukar kapan saja karena memiliki periode waktu tertentu. Di samping itu, kuponnya dinilai lebih tinggi dari deposito dan dijamin langsung oleh pemerintah.

Sejauh ini Bareksa baru bekerja sama dengan Bukalapak, Tokopedia, Doku, dan Mandiri e-Cash. Dengan Mandiri e-Cash perusahaan permudah pembayaran atau pembelian reksa dana.

Pihaknya terus membuka kerja sama dengan perusahaan lainnya untuk permudah masyarakat dalam mengakses reksa dana, selain harus mengunduh aplikasi Bareksa yang sudah dirilis pada beberapa waktu belakangan.

“Pekerjaan rumah kami berikutnya adalah meningkatkan penetrasi, seiring meningkatkan pelayanan. Bagaimana orang bisa lebih mudah untuk investasi, bagaimana mengedukasinya ketika mereka merugi, dan sebagainya,” tandas Ady.

Application Information Will Show Up Here