Mapan Umumkan Pendanaan Seri A 223 Miliar Rupiah Dipimpin Patamar Capital dan Astra Digital

Mapan mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $15 juta atau setara 223 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin Patamar Capital dan PT Astra Digital Internasional, dengan partisipasi BRI Ventures, SMDV, Blibli, Prasetia Dwidharma, Flourish Ventures, dan 500 Global.

Sebelumnya saham mayoritas Mapan (sebanyak 45,53%) telah diakuisisi oleh Gojek lewat anak perusahaannya PT Dompet Karya Anak Bangsa (Gopay). Kala itu Mapan dilibatkan dalam menginisiasi GoPayLater, layanan BNPL yang kini menjadi andalan di ekosistem Gojek dan Tokopedia.

Didirikan sejak tahun 2009 oleh Aldi Haryopratomo, Mapan (PT Ruma) telah menjangkau lebih dari 3 juta pengguna di area Jawa, Bali, Sumatera, Nusa Tenggara, dan Sulawesi. Layanan utama mereka mendigitalkan konsep arisan yang sudah familiar dilakukan kelompok masyarakat, kemudian di dalamnya disisipkan layanan finansial.

Dana segar akan digunakan untuk mengembangkan lebih lanjut layanan arisan digital melalui perluasan jangkauan produk dan bermitra dengan pemasok terbaik; dengan target membuat layanan Mapan dapat diakses oleh 10 juta keluarga Indonesia di tahun 2026.

Mapan juga memiliki misi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dengan menghilangkan hambatan pada akses finansial bagi seluruh lapisan masyarakat. Kelompok ekonomi menengah ke bawah dapat memanfaatkan produk Arisan Mapan untuk meningkatkan daya beli rumah tangga untuk barang-barang seperti peralatan dapur, elektronik, dan furnitur.

Selain itu, mereka kini juga menyediakan produk dan layanan lain seperti Mapan Pulsa (aplikasi pembayaran tagihan) dan Mapan Mart (platform resale barang-barang konsumen).

“Kami tertarik dengan pendekatan yang Mapan gunakan untuk memperkuat pemberdayaan perempuan di komunitasnya. Konsep arisan sudah lama menjadi budaya Indonesia dan dengan digitalisasi, Mapan berhasil membawa skalabilitas terhadap praktik budaya yang sudah lama ini,” ucap Dondi Hananto selaku Partner di Patamar Capital.

Rencana selanjutnya

Menurut pemaparan sumber terpercaya, pendanaan ini juga akan turut membawa Mapan menjadi perusahaan yang lebih mandiri di bawah GoTo Group — sehingga setara anak usaha digital lain seperti GoPlay dan lainnya.

Di sisi kepemimpinan, belum lama ini Mapan mengumumkan penunjukan Ardelia Apti sebagai CEO, menggantikan Hendra Tjanaka. Ia memiliki pengalaman panjang di bidang fintech dan deep tech. Selama 5 tahun, Ardelia memegang berbagai posisi di Gojek dan turut membangun Swadaya, yakni program benefit untuk mitra pengemudi Gojek yang membantu mereka menghemat pengeluaran sehari-hari.

Selain itu, Ardelia juga mengepalai bagian bisnis Offline Payment GoPay, mendorong penggunaan pembayaran melalui QR bagi konsumen, bisnis dan juga UKM. Sebelumnya, Ardelia bekerja sebagai Country Director di Element, Inc. dan konsultan di McKinsey & Company.

Founder & Komisaris Mapan Aldi Haryopratomo mengatakan, “Putaran pendanaan yang didukung oleh investor Indonesia dan global yang kuat membuat kami semakin bersemangat untuk memulai fase baru Mapan yang akan dimulai. Ini merupakan dukungan untuk visi Ardelia dalam membangun komunitas perempuan dan memastikan keluarga Indonesia menjadi mandiri secara finansial.”

Sementara itu Ardelia menambahkan, “Di Indonesia, perempuan berperan penting dalam mengelola keuangan keluarga termasuk mengelola arisan sebagai salah satu bentuk tabungan dan pengelolaan keuangan yang sudah dikenal lama di budaya masyarakat Indonesia. Kami bangga bahwa produk Arisan Mapan dapat memberdayakan para perempuan untuk dapat membantu meningkatkan daya beli dan meningkatkan kualitas hidup di komunitas mereka. Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan mereka agar kami dapat terus mengembangkan solusi-solusi keuangan secara luas.”

Application Information Will Show Up Here

East Ventures Pimpin Pendanaan Seri A Startup “Coffee-Tech” Morning

Startup coffee-tech “Morning” mengumumkan pengumpulan pendanaan seri A senilai $5 juta (lebih dari 73,5 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh East Ventures. Investor sebelumnya, zVentures (modal ventura milik Razer) dan Wee Teng Wen (Grup Lo & Behold), serta investor baru P9 Capital turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Morning akan memanfaatkan dana segar tersebut untuk mengembangkan dan mendiversifikasi penawaran produk, serta memperluas kehadiran Morning secara global. Sebagai informasi, pengumuman investasi ditandai oleh penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang berlangsung pada acara Indonesia – Singapore Business Forum pada hari ini (14/6) di Hilton Singapore Orchard, Singapura.

Morning adalah perusahaan teknologi kopi dengan visi ingin membuat specialty coffee lebih mudah diakses di lingkungan rumah. Mesin Morning didukung oleh IoT menggunakan fitur presisi penyeduh yang dikombinasikan dengan ekosistem yang digerakkan oleh resep untuk menghasilkan setiap cangkir kopi persis seperti yang diinginkan oleh sang pemanggang.

Pengalaman Mesin Morning dilengkapi dengan Morning Marketplace, sebuah platform yang menampilkan kopi kapsul dari pemanggang kopi terkemuka di dunia. Startup ini didirikan pada pertengahan tahun lalu oleh Leon Foo (CEO) yang memiliki keahlian di bidang kopi.

“Budaya kopi telah berkembang pesat di seluruh dunia dalam dekade terakhir. Ditambah dengan permintaan yang meledak untuk solusi kopi rumahan yang lebih nyaman, didorong oleh pandemi dan tren kerja jarak jauh. Kami percaya bahwa Morning diposisikan secara optimal untuk memanfaatkan tren ini,” ucap Foo dalam keterangan resmi.

Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengatakan, “Kami percaya bahwa pengalaman menikmati kopi yang baik adalah kombinasi dari biji kopi terbaik, roaster, dan kemampuan untuk menyajikannya tepat waktu. Investasi ini akan meningkatkan kolaborasi Asia Tenggara dan memamerkan ekosistem SEA ke pasar global dengan mengintegrasikan biji kopi terbaik Indonesia dengan kemudahan teknologi kopi yang dirancang Singapura dan mesin Morning.”

Sejak peluncuran resminya, Morning telah menjual ribuan Mesin Morning berkemampuan IoT yang ikonik di hampir 30 negara. Cakupan bisnisnya tak hanya di Singapura dan Asia Tenggara saja, tapi akan diperluas ke Inggris dalam rangka melanjutkan ekspansi globalnya selama 12 hingga 18 bulan ke depan.

Morning memberikan pengalaman baru berupa ekosistem IoT dengan resep yang memengaruhi parameter minuman tertentu yang dapat digunakan para pelanggan untuk menyeduh kopi berkualitas kafe dengan satu sentuhan di rumah mereka. Meski praktis, perusahaan menjamin soal kualitas yang tetap terjaga. Saat ini, aplikasi Morning memiliki lebih dari 1.000 resep roaster yang dikembangkan oleh komunitas Morning yang terdiri dari 60 roaster kopi terkemuka.

Sebelumnya, dalam portofolio East Ventures juga terdapat startup yang bermain di gerai ritel kopi bernama Fore Coffee. Asal-muasalnya, Fore Coffee adalah proyek inkubasi dari salah satu portofolio East Ventures, yakni Otten milik Robin Boe. Otten sendiri adalah perusahaan yang menjual alat-alat perkopian, seperti penggiling, mesin espresso, dan penyeduh.

Dalam berjalannya waktu, Fore Coffee kini berhasil memiliki 110 gerai per Februari 2022. Lokasinya tersebar di 18 kota metropolitan, seperti Jabodetabek, Denpasar, Palembang, Yogyakarta, Malang, hingga Batam. Diklaim pula, Fore Coffee menyebut telah menjual 5 juta cup kopi di sepanjang 2021. Salah satu produk musimannya, Almond Cocoa Series yang dirilis akhir November 2021, tercatat menjadi menu terlaris dengan penjualan lebih dari 300 ribu gelas.

Vida Confirms Series A Funding, Focusing to Ampllify System Security and Technology

Digital signature provider VIDA has confirmed its series A funding. In the release, there was no mention of the company’s fresh funding. However, this news confirms DailySocial.id’s previous reports regarding the funding.

From our sources, VIDA managed to raise fresh funds of $50.5 million or around 691 billion Rupiah. However, his party refused to comment on the nominal funding obtained.

The investors announced were actually less than what we’ve been informed. In an official statement, investors participating are include Alpha JWC Ventures, DST Global Ventures, Breyer Capital, Future Shape, AC Ventures, and Endeavor Catalyst.

Several investors will also hold advisory positions, including Jim Breyer (Breyer Capital) and Tony Fadell (Principal Future Shape LLC, known as the inventor of the iPod and iPhone and Founder & CEO of Nest Labs).

VIDA will use this new capital to deepen its expertise in information security and machine learning. Moreover, continuing the educational process to encourage  public trust in digital interaction and transaction.

“We will use this funding to continue investing in products and talent to provide a seamless verification and authentication experience for all users. In addition, we will continue to encourage acceleration of the company’s vision to deepen our position in various strategic industrial sectors, such as financial services, e-commerce, and also health services,” VIDA’s Founder & Group CEO, Niki Luhur said, yesterday (6/6).

VIDA’s Co-founder CEO Sati Rasuanto also said that this funding marks a new phase for the company’s growth, with the presence of experienced partners in the world-class digital industry. “Not only providing ammunition for VIDA to continue to grow but also strategic direction and support for VIDA’s business can push our position wider in the digital signature industry,” Sati said.

The investor’s representative also provide a statement. One of them is Jim Breyer of Breyer Capital. He said, “VIDA’s founders have demonstrated a solid understanding of the complexities and opportunities of the ever-growing digital signature market, and VIDA has deepened its expertise in artificial intelligence and cybersecurity to be able to produce reliable authentication and verification products. We believe VIDA will continue to disrupt new frontiers in Indonesia and globally, and provide world-class digital signature services and products to the customers.”

Founded in 2018 by Niki Luhur, Sati Rasuanto, and Gajendran Kandasamy, VIDA provides secure digital signature services for businesses and the public. Armed with a full license as an Electronic Certificate Operator (PSrE) under the Ministry of Communication and Informatics and various other global accreditations, VIDA provides world-class services such as certified electronic signatures, and online identity verification services (e-KYC), and other authentication services.

VIDA products have been used by millions of Indonesians through various popular digital services from various industries such as financial services, e-commerce, transportation, telecommunications, and health. Utilizing deep expertise in terms of information security, VIDA plays an important role in assisting business partners in reducing fraud, increasing trust in online transactions, and providing a secure digital environment for users to do business.

In order to make VIDA a world-class cybersecurity company, the management also announced the appointment of Hamilton-Turner as CTO. Turner is an Assistant Professor of Computer Science at Vanderbilt University, USA, with 12 years of experience in cybersecurity, authentication, distributed systems, cryptography, and optimization algorithms.

The development of digital signature industry

VIDA, Privy, TekenAja, and Digisign are currently capturing the huge market potential of digital/electronic signature products. According to Fortune Business Insight, the market size for digital signature services has reached $3 billion by 2021. This year it is expected to increase to $4.05 billion and grow to $35.03 billion by 2029 at a CAGR of 36.1%.

Meanwhile, according to DocuSign’s analysis, the total addressable market in Indonesia is still very wide open. The potential could be as high as $25 trillion. This is due to the use cases are getting wider. Moreover, crucial sectors such as banking have also adopted this service to support its online banking services. In addition, related services have also received attention from regulators, for example, digital signature products penetration in the PSrE at Kominfo and e-KYC’s implementation in the OJK regulatory sandbox.

The innovations carried out by TekenAja, for example, are developing E-Stamp integrated with API and to add up for business transactions process. Both are complementing the existing legal digital signature solutions.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

VIDA Konfirmasi Pendanaan Seri A, Fokus Perkuat Teknologi dan Keamanan Sistem

Startup pengembang layanan tanda tangan digital VIDA mengumumkan perolehan pendanaan seri A. Dalam rilis, tidak disebutkan dana segar yang direngkuh perusahaan. Namun demikian, kabar ini mengonfirmasi pemberitaan DailySocial.id sebelumnya mengenai pendanaan tersebut.

Dari informasi yang kami dapat, VIDA berhasil mengumpulkan dana segar $50,5 juta atau sekitar 691 miliar Rupiah. Kendati demikian pihaknya enggan memberikan komentar terkait nominal perolehan pendanaan.

Nama-nama investor yang diumumkan pun lebih sedikit dari informasi yang kami terima. Dalam keterangan resmi, investor yang berpartisipasi dalam putaran ini di antaranya Alpha JWC Ventures, DST Global Ventures, Breyer Capital, Future Shape, AC Ventures, dan Endeavor Catalyst.

Pasca-pendanaan, beberapa investor akan memegang posisi sebagai advisor, di antaranya Jim Breyer (Breyer Capital) dan Tony Fadell (Principal Future Shape LLC, dikenal sebagai penemu iPod dan iPhone dan Founder & CEO Nest Labs).

VIDA akan memanfaatkan dana segar ini untuk memperdalam keahliannya di bidang keamanan informasi dan machine learning. Serta, melanjutkan proses edukasi untuk mendorong peningkatan kepercayaan masyarakat dalam berinteraksi dan bertransaksi secara digital.

“Kami akan menggunakan hasil pendanaan ini untuk terus berinvestasi pada produk dan talenta demi hadirkan pengalaman verifikasi dan autentikasi yang seamless bagi para seluruh pengguna. Tak hanya itu, kami akan terus mendorong akselerasi dari visi perusahaan untuk perdalam posisi kami di berbagai sektor industri strategis, seperti jasa keuangan, e-commerce, dan juga layanan kesehatan,” terang Founder & Group CEO VIDA Niki Luhur, kemarin (6/6).

Co-founder CEO VIDA Sati Rasuanto menambahkan, pendanaan ini menandai fase pertumbuhan baru bagi perusahaan, dengan kehadiran mitra yang berpengalaman di industri digital kelas dunia. “Tidak hanya menyediakan amunisi bagi VIDA terus tumbuh, tetapi juga arahan dan dukungan strategi bagi bisnis VIDA dapat mendorong posisi kami lebih luas di industri identitas digital,” ujar Sati.

Perwakilan dari investor juga turut memberikan pernyataannya. Salah satunya Jim Breyer dari Breyer Capital. Dia bilang, “Para founders di VIDA telah menunjukkan pemahaman yang kuat mengenai kompleksitas serta peluang yang ada dalam pasar identitas digital yang terus tumbuh, dan VIDA telah memperdalam keahlian mereka dalam artificial intelligence dan keamanan siber untuk dapat menghasilkan produk verifikasi dan autentikasi yang meyakinkan. Kami percaya VIDA akan terus mendisrupsi batas-batas baru di Indonesia dan global, serta menyediakan layanan dan produk identitas digital kelas dunia bagi para pelanggan mereka.”

Didirikan pada tahun 2018 oleh Niki Luhur, Sati Rasuanto, dan Gajendran Kandasamy, VIDA menyediakan layanan identitas digital yang aman bagi bisnis dan masyarakat. Berbekal lisensi penuh sebagai Penyelenggara Sertifikat Elektronik (PSrE) berinduk di bawah Kementerian Kominfo serta beragam akreditasi global lainnya, VIDA hadirkan layanan kelas dunia seperti tanda tangan elektronik tersertifikasi, layanan verifikasi identitas online (e-KYC), dan layanan autentikasi lainnya.

Produk VIDA telah digunakan oleh jutaan masyarakat Indonesia melalui berbagai layanan populer digital dari berbagai industri seperti jasa keuangan, e-commerce, transportasi, telekomunikasi dan juga kesehatan. Memanfaatkan keahlian yang mendalam dari sisi keamanan informasi, VIDA berperan penting membantu para partner bisnis dalam mengurangi tindak penipuan (fraud), meningkatkan rasa percaya (trust) dalam transaksi online, hingga menyediakan digital environment yang aman untuk para penggunanya melakukan bisnis.

Dalam rangka menjadikan VIDA sebagai perusahaan yang memiliki keamanan siber kelas dunia, manajemen sekaligus mengumumkan penunjukan Hamilton Turner sebagai CTO. Turner merupakan Asisten Profesor Ilmu Komputer di Universitas Vanderbilt, AS, dengan pengalaman 12 tahun di dunia keamanan siber, autentikasi, sistem terdistribusi, kriptografi, dan algoritma optimasi.

Perkembangan startup layanan tanda tangan digital

VIDA, Privy, TekenAja, hingga Digisign tengah merebutkan potensi pasar yang besar dari produk tanda tangan digital/elektronik. Menurut Fortune Business Insight, ukuran pasar untuk layanan tanda tangan digital telah mencapai $3 miliar pada 2021. Tahun ini diperkirakan akan meningkat menjadi $4,05 miliar dan bertumbuh hingga $35,03 miliar pada 2029 dengan CAGR 36,1%.

Sementara di Indonesia, menurut analisis DocuSign, total addressable market masih terbuka sangat luas. Potensinya bisa mencapai $25 triliun. Hal ini dikarenakan use case penggunaan yang semakin luas. Terlebih sektor krusial seperti perbankan juga sudah mengadopsi untuk mendukung layanan perbankan online-nya. Selain itu, layanan terkait juga sudah mendapatkan perhatian dari regulator, misalnya untuk produk tanda tangan digital masuk ke PSrE di Kominfo dan e-KYC masuk di regulatory sandbox OJK.

Inovasi yang dilakukan TekenAja misalnya, yang mengembangkan E-Materai yang terintegrasi dengan API dan E-Stamp untuk melengkapi kebutuhan dalam melakukan transaksi bisnis. Keduanya melengkapi solusi tanda tangan digital yang legal yang sudah hadir.

Application Information Will Show Up Here

Mangkokku Bags 101 Billion Rupiah Series A Funding Led by Alpha JWC and Emtek

Mangkokku culinary startup received series A funding of $7 million or around 101 billion Rupiah led by Alpha JWC Ventures and EMTEK, followed by Cakra Ventures. Through this funding, the company will expand physical outlets and build a culinary brand ecosystem to become the largest F&B group of companies in Indonesia.

On a general note, Mangkokku had recently secured a $2 million seed funding from Alpha JWC Ventures, or around 29 billion Rupiah in 2020.

In his official statement, Mangkokku’s Co-founder & CEO, Randy Kartadinata said, the company has achieved product-market fit and has a loyal customer base with ricebowl as a first product. Mangkokku will be taking the next step by launching a holding company “Nusantara Culinary Group” to offer more menu variations and taste preferences to consumers.

“Mangkokku is ready to become the largest F&B group of companies in Indonesia that targets the mass market with a complete ecosystem of culinary brands,” Randy said.

Meanwhile, Alpha JWC Ventures’ Co-founder and General Partner, Jefrey Joey added, “Mangkokku continues to reach new milestones since last year’s first investment. Mangkokku’s strong fundamentals with innovation and sustainable R&D allow them to consistently launch new products, including contemporary and Indonesian dishes with the highest quality chef standards. We are excited to take this partnership further.”

Mangkokku was founded by Randy Kartadinata, Arnold Poernomo, Gibran Rakabuming, and Kaesang Pangarep which offers quality culinary products like professional chefs and can be enjoyed by anyone. The company aims to be the go-to comfort food choice made with local flavors so that it is familiar to the tongue of the Indonesian people.

Post-pandemic strategy

Based on internal data, Mangkokku has claimed growth in sales and the number of outlets. Currently, Mangkokku has 50 outlets spread across Jakarta, Surabaya, Bandung, Malang, Semarang, and Solo. Mangkokku also said that it has served four million orders in a year both online and offline.

As the Covid-19 pandemic situation started to recede, Randy revealed that he would continue to expand his physical outlets. In the next few months, Mangkokku will open more flagship restaurants and cloud kitchens in new cities. His team will collaborate more, like its previous initiatives with the judges and winners of MasterChef Indonesia and Garena’s Free Fire.

Moreover, his team will continue to prioritize purchases through online channels. In order to enhance the ordering experience, Mangkokku is to launch an app by the third quarter of this year.

“Mangkokku will strengthen its presence, both online and offline through new outlets, flagship dine-in restaurants with outstanding customer experiences, mobile applications, and most importantly exclusive dine-in restaurants to accommodate various types of food preferences. We aim to be an all-rounder new culinary retail company,” he explained.

Recently, Mangkokku launched its first flagship outlet located in Jakarta, which comes with a modern, cozy concept, accompanied by a special dine-in menu. It claims to have received thousands of customers in the first four weeks of its opening.

“With discipline, customer-focused strategy, thoroughness, and maintaining the quality of our operations, Mangkokku will become a sustainable business in the long term.” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Mangkokku Dapat Pendanaan Seri A 101 Miliar Rupiah Dipimpin Alpha JWC dan EMTEK

Startup kuliner Mangkokku mendapatkan pendanaan seri A sebesar $7 juta atau sekitar 101 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan EMTEK, serta partisipasi dari Cakra Ventures. Melalui pendanaan ini, Mangkokku akan menambah jumlah outlet fisik dan membangun ekosistem brand kuliner untuk menjadi grup perusahaan F&B terbesar di Indonesia.

Sebagai informasi, sebelumnya Mangkokku telah mengantongi investasi tahap awal dari Alpha JWC Ventures sebesar $2 juta atau sekitar 29 miliar Rupiah di 2020.

Dalam keterangan resminya, Co-founder & CEO Mangkokku Randy Kartadinata mengatakan, perusahaan telah mencapai product-market fit dan memiliki basis pelanggan loyal dengan produk ricebowl sebagai starting point. Kini Mangkokku siap mengambil langkah selanjutnya dengan meluncurkan perusahaan holding “Nusantara Culinary Group” untuk membawa lebih banyak variasi menu dan preferensi selera kepada konsumen.

“Mangkokku siap untuk menjadi grup perusahaan F&B terbesar di Indonesia yang membidik mass market dan memiliki ekosistem dengan rangkaian brand kuliner,” ungkap Randy.

Sementara, Co-founder dan General Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joey menambahkan, “Mangkokku terus mencapai milestone baru sejak investasi pertama kami tahun lalu. Fundamental kuat Mangkokku dengan inovasi dan R&D berkelanjutan memungkinkan mereka meluncurkan produk baru secara konsisten, yakni kontemporer dan hidangan khas Indonesia dengan kualitas standar chef terbaik. Kami bersemangat melanjutkan kemitraan ini ke evolusi berikutnya.”

Mangkokku didirikan oleh Randy Kartadinata, Arnold Poernomo, Gibran Rakabuming, dan Kaesang Pangarep yang menawarkan produk kuliner berkualitas ala koki profesional dan dapat dinikmati siapa pun. Perusahaan membidik posisi sebagai pilihan go-to comfort food yang dibuat dengan rasa lokal sehingga familiar bagi lidah masyarakat Indonesia.

Rencana pasca-pandemi

Berdasarkan data internal, Mangkokku telah mencatat pertumbuhan penjualan dan jumlah outlet masing-masing 6x lipat dan 3x lipat. Saat ini Mangkokku punya 50 outlet yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Bandung, Malang, Semarang, dan Solo. Mangkokku juga menyebut telah mengantongi empat juta pesanan dalam setahun via online dan offline.

Dengan situasi pandemi Covid-19 yang mulai surut, Randy mengungkap akan kembali melanjutkan ekspansi outlet fisiknya. Dalam beberapa bulan ke depan, Mangkokku akan membuka lebih banyak restoran flagship dan cloud kitchen di kota-kota baru. Pihaknya juga akan menambah kolaborasi Mangkokku, seperti yang sudah dilakukan sebelumnya dengan juri dan pemenang MasterChef Indonesia hingga Free Fire milik Garena.

Kendati begitu, pihaknya akan tetap memprioritaskan pembelian melalui kanal online. Untuk meningkatkan pengalaman pemesanan, Mangkokku akan meluncurkan aplikasi pada kuartal ketiga tahun ini.

“Mangkokku akan memperkuat kehadirannya, baik online maupun offline melalui outlet baru, restoran dine-in flagship dengan customer experience luar biasa, aplikasi mobile, dan yang terpenting restoran dine-in eksklusif untuk mengakomodasi berbagai jenis preferensi makanan. Kami membidik menjadi all-rounder new culinary retail company,” jelasnya.

Baru-baru ini, Mangkokku meluncurkan outlet flagship pertama yang berlokasi di Jakarta, hadir dengan konsep modern, cozy, dan disertai menu dine-in spesial. Pihaknya mengaku mendapat ribuan pelanggan dalam empat minggu pertama pembukaannya.

“Dengan kedisiplinan, strategi yang berfokus pada konsumen, ketelitian, dan menjaga kualitas operasional kami, Mangkokku akan menjadi sustainable business dalam jangka panjang.” Tutupnya.

Platform Marketplace Sneaker “Novelship” Terima Pendanaan Seri A 146 Miliar Rupiah

Platform marketplace sneaker dan apparel autentik Novelship menerima pendanaan seri A bernilai mendekati $10 juta atau sebesar 146 miliar Rupiah yang dipimpin oleh GSR Ventures dan East Ventures. Selain itu turut berpartisipasi K3 Ventures dan iGlobe Partners. Dana segar akan digunakan untuk memperkuat posisinya di kawasan regional dan global.

Berdiri di tahun 2018, Novelship merupakan marketplace untuk produk fashion dengan edisi terbatas, seperti sepatu sneaker, pakaian streetwear, dan berbagai koleksi lain. Novelship melakukan kurasi untuk memastikan autentikasi barang di setiap koleksinya. Beberapa merek yang dijual di antaranya adalah Nike, Air Jordan, Yeezy, Supreme, dan Kaws.

Co-Founder & CEO Novelship Richard Xia mengatakan bahwa potensi pasar produk sneaker dan streetwear sangat besar, terutama pertumbuhan penjualan yang didominasi oleh gen Z. Di samping itu, street culture memiliki basis komunitas yang loyal dan peluangnya terbilang langka di segmen ritel. Ia memperkirakan pasar sneaker dan streetwear di Asia Pasifik bernilai $33 miliar, utamanya pertumbuhan ini tercapai selama masa pandemi.

Untuk itu, pendanaan ini akan digunakan untuk mempercepat ekspansi sehingga posisinya dapat memenangkan pasar, tak hanya di Asia, tetapi juga dunia. Saat ini, Novelship masih akan fokus memperkuat pasarnya di Asia sebelum ekspansi ke kawasan lain. Dengan kehadirannya di Singapura, Malaysia, Indonesia, Australia, Selandia Baru, dan Taiwan, pihaknya menargetkan dapat memimpin negara-negara tersebut.

“Pengalaman mendalam, wawasan tentang e-commerce, dan koneksi luas dari para investor dan mentor terbaik kami di kawasan ini dapat membantu Novelship untuk melayani lebih banyak pelanggan di seluruh Asia Pasifik dan dunia,” ungkap Xia dalam keterangan resminya.

Sementara itu, Managing Partner East Ventures Willson Cuaca meyakini seiring berkembangnya budaya sneaker di Asia, Novelship berada di posisi yang tepat untuk memberikan pengaruh nyata di pasar ini.

“Novelship juga dapat menjadi salah satu marketplace paling populer di kalangan Gen Z. Kami percaya pada para pendiri untuk membawa Novelship pada fase pertumbuhan selanjutnya,” tambah Willson.

Uji coba pembayaran dengan kripto

Partner di GSR Ventures Jefferson Chen meyakini Novelship mengembangkan platform unik yang berpotensi menjadi one-stop marketplace untuk memenuhi kebutuhan konsumen, terutama generasi Z, baik secara fisik maupun virtual. 

Menurut Richard Xia, pihaknya tengah menyiapkan sejumlah rencana ekspansi, seperti memperkenalkan metode pembayaran dengan cryptocurrency (kripto), menambah kemitraan dengan merek sneaker atau apparel lain, dan mengeksplorasi integrasi metaverse di dunia ritel.

Pihaknya telah melakukan uji coba pembayaran cryptocurrency sehingga dapat melayani lebih banyak pelanggan bernilai tinggi. Dengan uji coba ini, Novelship mencatat peningkatan nilai pesanan rata-rata per pelanggan. Salah satunya, sepatu sneaker seharga lebih dari $200 ribu telah dibeli dengan pembayaran token digital.

“Kami selalu mendengarkan para pelanggan kami dan berusaha untuk memberikan pengalaman pelanggan yang luar biasa,” tutur Xia.

Adapun di sepanjang 2021, Novelship menyebut telah mengantongi pertumbuhan volume penjualan sebesar 5,3 kali dan telah melayani konsumen di seluruh Asia Pasifik (APAC).

Application Information Will Show Up Here

Platform Lowongan Kerja KitaLulus Tutup Pendanaan Seri A, Segera Ekspansi Bisnis

KitaLulus, platform lowongan kerja berorientasi komunitas, hari ini (24/5) mengumumkan perolehan pendanaan seri A dengan nominal dirahasiakan yang dipimpin oleh Tiger Global. Selain itu, Goodwater Capital, Rocketship.vc, Indogen Capital, FEBE Ventures, dan Go-Ventures turut berpartisipasi dalam putaran ini..

Putaran ini diraih selang kurang dari tiga bulan sejak diumumkan perolehan pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh Go-Ventures.

Perusahaan akan memanfaatkan dana segar ini untuk tiga hal. Yakni, menskalakan platform teknologinya; membangun tim produk dan teknik kelas dunia; dan memperluas posisi terdepan pasarnya di Indonesia dengan merambah ke 20 kota baru, seperti Balikpapan, Kediri, dan Cirebon. Saat ini KitaLulus hadir di 15 kota di seluruh Indonesia.

Diklaim, perolehan dana segar ini didukung oleh traksi kuat yang berhasil dicapai KitaLulus dibandingkan pemain sejenisnya dalam waktu enam bulan sejak diluncurkan pertama kali di tahun lalu. Terdapat lebih dari satu juta pengguna aktif yang menggunakan KitaLulus untuk mencari pekerjaan, meningkatkan keterampilan, dan jaringan.

Platform ini memfasilitasi hampir dua juta lamaran pekerjaan yang memenuhi syarat setiap bulan, dengan lamaran pekerjaan meningkat dua kali lipat dari bulan ke bulan sejak diluncurkan. Berbagai perusahaan berbondong-bondong bergabung dengan KitaLulus dan rata-rata menemukan kandidat yang cocok dalam tiga hari. Nama-namanya, mulai dari Shipper, Mustika Ratu, Japfa Group, Segari dan Trans F&B.

“[..] Seluruh tim kami bekerja sangat keras untuk mengikuti pertumbuhan yang cepat ini, dan memastikan pemberi kerja dan pengguna senang. Ini termasuk memperkuat tim produk dan teknik kami di Indonesia untuk membangun platform yang sangat skalabel untuk melayani jutaan pengguna”, kata Co-Founder KitaLulus Wei Chuan Chew (Wibowo) dalam keterangan resmi.

Platform berbasis komunitas

KitaLulus adalah platform pekerjaan berorientasi komunitas pertama yang disetujui oleh Kementerian Tenaga Kerja di Indonesia. Melalui platform, pengguna dapat membuat profil, melihat pekerjaan yang tersedia, mengikuti tes penyaringan singkat, dan melakukan kontak langsung dengan calon pemberi kerja melalui WhatsApp.

Pengguna juga dapat bergabung dengan komunitas profesional atau pendidikan yang relevan di mana mereka dapat terlibat satu sama lain, bertukar catatan untuk tampil lebih baik dalam wawancara, dan berbagi kiat untuk meningkatkan pekerjaan mereka.

Selain itu, KitaLulus memungkinkan pengguna untuk mengambil kursus online untuk mempersiapkan diri mereka menghadapi ujian pemerintah dan profesional, dengan ribuan siswa yang membayar telah mendapat manfaat dari kursus di platform.

Co-Founder KitaLulus Stevien Jimmy menambahkan, Indonesia memiliki salah satu populasi usia kerja terbesar di dunia. Sayangnya, banyak orang kehilangan pekerjaan selama pandemi. Dengan tingkat perekrutan yang mulai bangkit, semua bisnis pun turut mempekerjakan kembali. Timnya berkomitmen untuk membangun KitaLulus demi membantu Indonesia kembali bekerja dengan memungkinkan orang untuk memperluas jaringan, meningkatkan keterampilan, dan menemukan pekerjaan impian mereka.

“Seiring waktu, kami juga bercita-cita untuk memberi mereka akses ke layanan keuangan dasar. Solusi tradisional termasuk media sosial, papan pekerjaan, dan agen perekrutan sama sekali tidak cocok untuk memecahkan tantangan yang dihadapi oleh massa”, kata Stevien.

“Kami terkesan dengan pertumbuhan organik KitaLulus yang kuat. KitaLulus berada di posisi yang tepat untuk membangun platform pekerjaan yang menentukan kategori di Indonesia, pasar internet terbesar ke-4 di dunia, dan kami sangat antusias untuk bermitra dengan mereka,” tambah Partner Tiger Global Griffin Schroeder.

Platform lowongan kerja di Indonesia

Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah banyak platform lowongan kerja yang menawarkan layanan perekrutan dengan nilai tambah yang berbeda. Misalnya Kalibrr yang menggabungkan platform perekrutan berbasis AI dan layanan employer branding untuk membantu perusahaan menunjukkan nilai-nilai mereka, menarik kandidat tepat, dan merealisasikan proses yang mulus.

Untuk pemain lokal juga ada beberapa platform yang menangani kebutuhan serupa seperti Urbanhire, Ekrut, Nusatalent, dan beberapa lainnya. Selama pandemi mereka juga cukup aktif membantu perusahaan untuk melakukan digitalisasi sistem HR. Misalnya, Urbanhire, kini mereka tidak hanya memosisikan diri sebagai portal lowongan pekerjaan saja, tetapi HR technology dan talent solutions, berkat kemitraan strategisnya dengan Mercer.

Sementara dengan pendekatan berbasis komunitas, Atma juga belum lama ini meluncur dengan fokus di kalangan blue collar. Debut mereka turut diiringi pendanaan pre-seed 73 miliar Rupiah dari sejumlah investor strategis.

Application Information Will Show Up Here

Pitik Dapat Pendanaan Seri A 206 Miliar Rupiah Dipimpin Alpha JWC Ventures

Startup pengembang inovasi teknologi peternakan “Pitik” hari ini (19/5) mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $14 juta atau setara 206 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dengan partisipasi dari investor sebelumnya, yakni MDI Ventures dan Wavemaker Partners.

Seperti diberitakan sebelumnya, Pitik resmi meluncur pada pertengahan 2021 diprakarsai oleh Arief Witjaksono dan Rymax Joehan. Mereka berambisi menghadirkan solusi teknologi end-to-end memberdayakan peternak unggas di Indonesia. Termasuk menghadirkan kemudahan dari sisi pembiayaan dan efisiensi rantai pasok.

Dengan dana segar yang dibukukan ini, Pitik akan memperluas ekosistem layanannya ke lebih banyak peternak ayam di Indonesia. Termasuk dengan memperkuat tim di seluruh divisi yang ada.

Selain itu, Pitik akan terus mengembangkan teknologi canggih dan produk automasi yang akan meningkatkan produktivitas pertanian lebih jauh. Perusahaan juga menargetkan membangun kehadiran di seluruh wilayah Jawa tahun ini dan memperluas ke pulau-pulau lain pada tahun 2023. Perusahaan juga akan memperluas bisnisnya ke layanan hilir seperti pemrosesan dan distribusi ke pengguna akhir.

Permasalahan di peternakan unggas

Sektor peternakan di Indonesia memiliki nilai ekonomi yang sangat besar. Menurut data, konsumsi daging ayam pada 2020 mencapai 7,9 kg per kapita, setara 3,5 juta kg per tahun. Diproyeksikan akan terus meningkat hingga 9,32 kilogram per kapita pada tahun 2029.

Kendati demikian, Pitik masih melihat adanya inefisiensi dalam sistem produksi dan rantai pasok produk ayam segar. Sistem produksi yang buruk dinilai mengakibatkan tingkat kematian unggas nasional 5-8x lebih tinggi dari rata-rata global. Sementara manajemen yang buruk membuat kebocoran pendapatan tahunan hingga 2 miliar Rupiah di tiap peternakan.

Solusi yang dihadirkan Pitik berupa platform manajemen peternakan. Perangkat lunak tersebut turut terhubung dengan sensor berbasis IoT yang diterapkan di kandang — menghasilkan model smart farming. Sehingga peternak bisa melakukan pemantauan lebih akurat terkait kondisi kandang dan perkembangan unggasnya.

Perangkat IoT Box Pitik yang dipasang di peternakan / Pitik

Di sisi lain, platform juga mendemokratisasi layanan pasok, menghubungkan petani dengan mitra terpercaya untuk menjual hasil panennya. Layanan pembiayaan turut dihadirkan untuk meningkatkan kapabilitas bisnis petani — data-data yang dihasilkan dianalisis sebagai potensi ternak untuk menghasilkan skoring kredit yang lebih kredibel.

Berdasarkan data terbaru, pemanfaatan layanan tersebut oleh Kawan Pitik (sebutan untuk mitra petani) diklaim bisa menekan angka kematian hingga 50% dan meningkatkan rasio konversi pakan 12% dibandingkan rata-rata nasional, yang akhirnya meningkatkan pendapatan mereka.

Dalam 6 bulan terakhir, Pitik telah meningkatkan ukuran jaringan pertaniannya lebih dari 10x lipat melalui kemitraan dengan ratusan petani di 53 kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Dari jaringan peternak ini, Pitik saat ini menjual lebih dari 16 juta ekor ayam per tahun.

“Kami telah membuktikan bahwa teknologi kami efektif dalam membantu petani meningkatkan hasil panen mereka dan ekosistem kami mampu memberikan layanan bernilai tambah bagi petani. Impian besar kami adalah memberdayakan semua peternak unggas di Indonesia melalui layanan terpadu kami dan memastikan kami dapat meningkatkan taraf hidup mereka,” kata Co-Founder & CEO Pitik Arief Witjaksono.

Pertumbuhan startup di bidang peternakan

Di tengah potensi Indonesia sebagai penghasil ternak, beberapa startup hadir memunculkan solusi inovatif. Baik untuk membantu petambak udang, ikan, hingga peternak unggas. Selain Pitik, ada pemain lain yang juga mencoba membantu efisienkan proses bisnis di peternakan ayam, salah satunya Chickin. Berawal dari sebuah B2B commerce daging ayam untuk horeka, kini mereka turut kembangkan teknologi IoT untuk optimalkan manajemen kandang.

Tentu ini menjadi angin segar untuk para pelaku bisnis. Dari banyak riset yang dilakukan, mereka memang masih menghadapi banyak isu klasik. Seperti akses ke modal dan input produksi, masalah produksi (seperti inefisiensi pakan, penyakit, kualitas benih dan teknologi budidaya), dan masalah pasca produksi (seperti harga di tingkat petani yang rendah karena rantai pasokan yang panjang). Hal tambahan lainnya, seperti infrastruktur dan kebijakan yang tidak tepat, juga menjadi tantangan.

Harapannya, tentu adanya teknologi pendukung ini benar-benar bisa mendemokratisasi model bisnis yang ada. Dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hasil ternak dan pemasukan dari para peternak. Di samping untuk memastikan supply dari pasar terpenuhi dengan baik dari produsen dalam negeri.

“Kami telah membuka peluang bisnis hulu di bidang peternakan unggas. Memperluas ke hilir berarti kami dapat membantu petani mengekstraksi margin yang lebih tinggi dari rantai nilai. Ini selaras dengan misi kami untuk menjadi mitra petani di semua titik perjalanan pertanian,” kata Co-Founder & COO Pitik Rymax Joehana.

Ia melanjutkan, “Tidak hanya itu, ini juga berarti kami dapat menyediakan ayam yang lebih sehat dan berkualitas tinggi untuk konsumen Indonesia karena produk yang dijual oleh Pitik bersumber dari jaringan petani kami dengan standar kontrol kualitas dan pemantauan produk yang paling ketat.”

Application Information Will Show Up Here

Kesempatan Emas Bagi Founder untuk Bertemu Investor dan Mitra Bisnis Global

Dua tahun lebih sudah berlalu sejak gelaran terakhirnya di 2019, NXC International Summit 2022 akan kembali hadir di Bali pada bulan Agustus-September 2022 mendatang. Mengusung tema “Decentralizing The Future of Internet”, acara kali ini akan mengedepankan “experience” dari ekosistem teknologi tanah air bagi para partisipan.

Seperti yang sudah diketahui, industri teknologi di Indonesia jauh dari kata merosot. Di tengah pandemi sekalipun, inovasi dari sisi teknologi terus berkembang di negeri ini. Mulai dari web1, web2 hingga kini gelombang web3 mulai naik ke permukaan. Hal ini semakin mengokohkan posisi Indonesia sebagai surga para penggiat teknologi di Asia.

Kembali hadir, NXC (Nexticorn) International Summit 2022 akan menjadi parade eksklusif yang memberikan akses karpet merah bagi para startup unggulan tanah air untuk membukukan kesepakatan terbaik serta memungkinkan penawaran prospektif kepada investor paling bonafit di dunia.

Acara ini akan menjadi ajang yang paling pas bagi para founder yang saat ini tengah menggalang dana seri A ke atas, hingga yang menargetkan dana lebih dari $1 miliar. Gelaran kali ini akan dihadiri oleh lebih dari 400 pemain industri ternama, termasuk juga para founders, venture capitals, serta investor kredibel dari berbagai belahan dunia.

Bagi para founders yang sudah menanti kesempatan untuk bisa pitching startupnya di NXC International Summit 2022, diharapkan bisa menghadiri NXC International Summit 2022 Founders Meetup & Kickoff. Digelar secara virtual pada tanggal 18 Mei 2022, acara ini akan menghadirkan para pakar di industri untuk berbagi pengalaman dan persiapan menjelang perhelatan akbar NXC International Summit 2022.

Acara ini turut didukung oleh Amvesindo, Asosiasi Fintech Indonesia, Ernst & Young Indonesia, Ideosource, DailySocial.id, Kadin Indonesia, dan G20 Indonesia 2022.

Segera daftarkan startup kalian melalui link berikut: http://dly.social/nxckickoff