[Review] Notebook ‘Elite’, MSI Prestige PX60 2QD

Brand Prestige dihadirkan setelah MSI mengukir reputasi di ranah notebook gaming. Ia disiapkan sebagai platform produktif bagi pekerja bidang kreatif seperti desainer atau fotografer yang belum membutuhkan workstation. Sejumlah kapabilitas khusus telah disiapkan demi menunjang kebutuhan tersebut, tapi terdapat pula elemen-elemen familier di dalam.

Sang produsen Taiwan berusaha memberikan identitas berbeda bagi seri Prestige, terutama dari sisi penampilan. PX sengaja diramu lebih tipis dan ringan dibanding saudarinya, Prestige PE, dengan pemilihan warna serupa. Buat memasarkan Prestige, MSI mengangkat tema ‘profesional dan elit bisnis’, dan saya akan mencoba menilai mutunya dari perspektif tersebut.

Saya berkesempatan menjajal Prestige PX60 2QD selama beberapa minggu. Varian ini bukanlah tipe terbaru (6QD), masih mengusung chip Intel Haswell, namun dalam periode uji coba, hardware yang tak begitu baru tidak menghalangi laptop bekerja dengan optimal. Dan di artikel ini, saya akan mengulasnya secara lengkap dari luar dan dalam. Silakan disimak.

Design

Demi memastikan Prestige kontras produk gaming, MSI memilih komposisi warna yang bertolak belakang. Brushed aluminium berwarna perak mengisi bagian punggung dan area keyboard, kemudian frame layar dan bawah body-nya memanfaatkan plastik hitam. LED biru keyboard backlight menggantikan merah di G Gaming Series, dan tidak ada logo menyala di belakang layar.

MSI Prestige PX60 2QD 19

MSI Prestige PX60 2QD 27

Pengguna laptop gaming MSI mungkin merasakan sensasi deja vu saat mengangkat display. Hal itu dikarenakan PX60 2QD mengadopsi tubuh ultrabook gaming GS60 2PE – dengan tombol power ber-LED, grille speaker Dynaudio, garis lekukan trapesium, lampu indikator, penempatan touchpad serta keyboard full-size-nya yang identik. Layar 15,6-inci di sana bahkan juga sama-sama bergerak seluas 160-derajat. Penampilannya memang tidak benar-benar baru, tapi memberi kesan simpel dan serius.

MSI Prestige PX60 2QD 24

MSI Prestige PX60 2QD 22

Khususnya buat PX60, MSI terlihat memprioritaskan wujud dan portabilitas. Dari dimensi dan bobotnya (390x266x20mm, berat 2,1-kilogram), laptop memberikan perlawan keras pada Acer Aspire V Nitro, dan bahkan mengusik Dell XPS 15. Tubuhnya yang melebar dimanfaatkan oleh MSI buat menyajikan area ketik yang luas.

MSI Prestige PX60 2QD 17

MSI Prestige PX60 2QD 35

Connectivity

Lubang-lubang heat sink diarahkan ke belakang, dan segala konektivitas penting bisa Anda tamukan di sisi samping, termasuk colokan power. Di kiri ada dua port USB 3.0 dan dua jack audio microphone-in/out, lalu di kanan tersedia port LAN, HDMI, satu slot USB 3.0 lagi, card reader SD dan mini-DisplayPort. Sambungan wireless-nya meliputi Wi-Fi 802.11 ac dan Bluetooth 4.0.

Untuk keperluan bisnis, saya rasa tiga port USB masih kurang banyak.

Build quality

MSI berhasil memastikan aluminium dan plastik terpadu dengan mantap. Tekanan dari belakang panel tidak memberi efek pada LCD, lalu tubuhnya tak banyak bergerak ketika menerima tekanan. Namun penggunaan material berbeda memang berdampak pada penampilan. Contohnya di engsel dan area-area sambungan, pertemuan kedua material tampak jelas. Dan saya penasaran, mengapa MSI memilih engsel dari plastik, bukan logam?

MSI Prestige PX60 2QD 20

Sejauh ini saya belum menemukan problem dari build quality-nya, tapi saya mendeteksi potensi kelemahan, terutama dalam penggunaan di waktu lama: mengangkat layar dari ujung menyebabkannya sedikit melengkung, lalu display akan bergetar saat Anda mengubah posisinya atau sekedar menggeser laptop. Dan khususnya di unit review ini, bingkai kanan atas akan mengeluarkan bunyi sewaktu ditekan.

MSI Prestige PX60 2QD 28

MSI mengerti bahwa banyak di antara konsumen mereka yang mebutuhkan akses mudah ke bagian internal laptop. Di PX60, Anda cukup membuka baut untuk melepas panel maintenance.

MSI Prestige PX60 2QD 26

Display

Layar non-touch full-HD 15,6-inci merupakan aspek andalan MSI di PX60. Di acara peluncuran Prestige di Indonesia, produsen menjelaskan bagaimana tiap-tiap panel mereka kalibrasi demi menyuguhkan output gambar bermutu serta jangkauan sRGB yang luas. Upaya mereka memang tidak sia-sia. Walau masih belum jauh melampaui kompetitor, kualitas PX60 2QD berada di atas rata-rata. Warnanya sangat akurat, rasio kontras berada di level 1.054 banding 1, lalu sRGB-nya mencapai 98 persen.

MSI Prestige PX60 2QD 16

Tekstur matte di sana meminimalisir efek pantulan, namun fitur favorit saya sendiri adalah MSI True Color. Dengannya, Anda bisa memilih preset warna, misalnya Gamer, Anti-Blue, sRGB, Designer, Office dan Movie. Lalu pengguna juga dapat mengatur setting lebih rinci: Anti-blue menyediakan opsi browsing sampai membaca, kemudian di Gamer ada dibebaskan mengutak-atik slider contrast, gamma sampai RGB.

MSI Prestige PX60 2QD 04

Khususnya di Movie dan Office, brightness sedikit dikurangi, namun tidak membuatnya jadi gelap. Untuk sehari-hari, saya sering memakai mode Multimedia di Anti-Blue – tidak terlalu kuning dan tapi juga tak menyebabkan mata cepat lelah.

Keyboard, touchpad & palm rest

Papan ketik di PX60 2QD istimewa. Tombol-tombolnya kokoh dan empuk, tiap tekanan ke bawah terasa konsisten. Tuts huruf mempunyai ukuran 1,5×1,5-cm, dengan gap kurang lebih 4-milimeter. Secara keseluruhan, Anda memperoleh zona mengetik yang lega. Masalahnya hanya terletak pada layout

MSI Prestige PX60 2QD 30

Touchpad terlalu menjorok ke kiri palm rest, dan ketika mengetik, sering sekali pangkal jempol tak sengaja menyentuhnya dan teregistrasi sebagai input. Hal ini jadi sangat menjengkelkan sewaktu bermain game. Akan lebih baik jika ia digeser sedikit lebih ke tengah.

MSI Prestige PX60 2QD 29

Permukaan di touchpad berukuran 10,5×7-sentimeternya terasa kurang halus. Di sana tersembunyi dua tombol mouse yang sayangnya tidak begitu empuk. Bagi saya, lebih mudah klik dengan mengetuk touchpad ketimbang menekannya, kecuali jika ‘terpaksa’ klik kanan.

MSI Prestige PX60 2QD 32

Hardware

Via Speccy, Anda dapat melihat daftar konfigurasi hardware serta OS Prestige PX60 2QD di bawah ini:

MSI Prestige PX60 2QD 01

MSI Prestige PX60 2QD 02

MSI Prestige PX60 2QD 03

Benchmark

Saya menggunakan empat software benchmark buat menakar performa notebook: Unigine Heaven 4.0, Valley 1.0, Monster Hunter Online Benchmark dan Final Fantasy IX Heavensward Benchmark. Khususnya di kedua aplikasi Unigine, saya menonaktifkan anti-aliasing, tesselation diposisikan di normal, memilih API DirectX 11, kualitas high, di resolusi 1920×1080. Skor terbaiknya ialah sebagai berikut:

MSI Prestige PX60 2QD 09

MSI Prestige PX60 2QD 08

Di Monster Hunter Online, resolusi saya pasang di full-HD, full-screen dan anti-aliasing 4x MSAA. Nilai tertingginya belum menembus 4000.

MSI Prestige PX60 2QD 06

MSI Prestige PX60 2QD 07

Kemudian di FFIX Heavensward, PX60 dapat mencapai ‘very high‘ dengan menggunakan standar high untuk laptop, di resolusi 1080p.

MSI Prestige PX60 2QD 05

Using experience

Di masa uji coba ini, Prestige PX60 2QD saya gunakan untuk bekerja serta bermain. Terlepas dari kendala pada touchpad, keyboard-nya yang jempolan memastikan kegiatan mengetik artikel sehari-hari berjalan lancar. Menyalakannya berjam-jam memang membuat suhu palm rest menghangat, tapi tidak di luar batas kewajaran. Suara fan baru bertambah kecang sewaktu masuk ke game.

MSI Prestige PX60 2QD 33

Memang sulit bagi MSI untuk menghilangkan citra gaming di produknya. Tema ini bukanlah spesialisasi PX60. Namun keberadaan mode Gamer di True Color menggoda saya menginstal Dark Souls 3, GTA V serta memakainya buat menjajal open beta Doom. GeForce GTX 950M di dalam ternyata sanggup menangani judul-judul ini, selama kita menggunakan resolusi kisaran 1376×768 dan mau berkompromi dengan frame rate di 30-an.

MSI Prestige PX60 2QD 13

MSI Prestige PX60 2QD 14

Di Dark Souls 3, saya cuma memperoleh frame rate 20-an di setting high 1080p. Sedangkan saat menurunkannya ke 768p dengan opsi kustom high-max, frame rate permainan stabil di atas 40.

MSI Prestige PX60 2QD 10

MSI Prestige PX60 2QD 11

Seperti GS60, tersedia empat speaker Dynaudio ditambah satu subwoofer buat mendukung segi hiburan. Output-nya cukup lantang serta simbang, dan di nada tinggi, saya tidak mendengar ada statis. Tentu saja, masih ada ruang untuk perbaikan. Seandainya saja speaker bisa lebih keras lagi, dan tidak ada suara-suara keruh saat menghidangkan musik rock.

MSI Prestige PX60 2QD 31

Dalam mengoperasikan PX60 2QD, Anda tidak bisa jauh-jauh dari sumber listrik. Daya tahan baterai non-removeable-nya tergolong rendah. Bahkan di mode Balanced sekalipun, ia sulit mencapai empat jam. Bayangkan repotnya jika Anda harus meng-edit foto di tempat yang tidak menyediakan colokan listrik.

Verdict

Tema gaming sudah mendarah daging di brand MSI, dan wajar elemen tersebut turut memengaruhi penyajian Prestige. Tetapi banyak aspek harus diperhatikan lagi oleh sang produsen, karena jika tidak, hal ini bisa menyampaikan kesan yang keliru. Seolah-olah, MSI hanya sekedar memodifikasi notebook gaming mereka (dalam hal ini GS60) dan menghidangkannya buat khalayak bisnis.

Berbicara soal user profesional, kinerja baterai, keterbatasan konektivitas fisik, dan desain yang terkesan sederhana mungkin menyebabkan mereka keberatan membeli PX60 2QD. Namun kelemahan tersebut dapat terbayarkan berkat tingginya performa hardware notebook (di kelas itu) dan juga kualitas display papan atas. Pertanyaannya, apa yang jadi prioritas Anda?

MSI Prestige PX60 2QD dijajakan di harga premium, hampir selevel Gaming G Series, yaitu Rp 20 jutaan.

MSI Umumkan Aegis, Gaming PC Bertenaga Dengan Desain ala Katana

Pengakuan sejumlah gamer profesional terhadap mutu produk gaming MSI membuat reputasinya melesat di waktu singkat. Di tengah persaingan ketat, mereka tak berhenti mencoba mengungguli kompetitor dengan menyingkap sejumlah terobosan. Tapi di antara puluhan perangkat gaming, produk PC desktop merupakan yang paling sedikit variannya.

Di kelas ini, sepertinya sang produsen Taiwan lebih mengutamakan inovasi dibandingkan kuantitas. Beberapa PC mereka memang memiliki karakteristik tersendiri: Nightblade dirancang khusus buat LAN party, lalu Vortex tersedia untuk Anda yang menginginkan sistem berspesifikasi monster dengan dimensi minimalis. Belakangan, lini desktop mereka jadi bertambah kuat berkat kehadiran Aegis.

MSI Aegis 03
Penampilan Aegis dari samping-depan.

Jika elemen desain laptop gaming MSI mengusung tema supercar, tim perancang lebih leluasa dalam menggarap PC jenis desktop. Mereka ingin device baru tersebut mempunyai wujud distingtif, dan memutuskan buat berpedoman pada pada bentuk katana. Hasilnya, Aegis bahkan terlihat lebih anggun dan keren dibanding Vortex maupun Nightblade.

Aegis mempunyai desain menyerong, tajam ke atas dan asimetris jika dilihat dari sisi samping. Bagian stand terpisah dari casing utama, di sanalah MSI memposisikan power supply-nya. Sisi penampilan turut didukung oleh kehadiran fitur Mystic Light yang bisa dikustomisasi. Warna-warni lampu RGB LED build-in dapat Anda konfigurasi, dan lighting juga mampu tersinkronisasi ke game atau menyesuaikan dengan musik.

MSI Aegis 024jpg
Dari samping, tubuh Aegis terlihat tajam dan asimetris.

Seperti sepupunya, MSI berupaya meminimalisir ukuran Aegis, memanfaatkan form-factor mini-ITX bervolume 19,6-liter (dimensi 433x376x170mm). Ada handle di area ujung untuk memudahkan Anda mengangkatnya. Produsen menyematkan solusi pendingin Silent Storm Cooling 2, dan memastikan Aegis sanggup menjadi rumah yang lapang bagi kartu grafis Nvidia GeForce GTX 970 atau GTX 960 (PSU bisa menopang GTX 980).

Bagi MSI, Aegis bukanlah sekedar produk, namun juga merupakan platform gaming. Body-nya didesain agar kita mudah mengakses hardware serta melakukan upgrade: CPU, GPU ataupun storage. Untuk sekarang, Anda bisa memilih prosesor Intel Core Skylake i5-6500 atau i7-6700, dilengkapi memori RAM DDR4-2133 maksimal sebesar 32GB, serta penyimpanan kombinasi hard disk 3,5-inci, 2,5-inci, atau SSD M.2 SATA.

MSI Aegis 02
Aegis menyuguhkan level akses hardware dan konektivitas yang luas.

Untuk LAN party dan event-event sejenis, konektivitasnya sangat lengkap: Wi-Fi, Bluetooth 4.2, port LAN, empat buah USB 3.1, sepasang port USB 2.0, HDMI, dan jack audio 7-in-1.

Seperti biasa, MSI masih malu-malu mengungkap info soal harga. Di press release, mereka hanya bilang bahwa Aegis akan tersedia secara global di akhir bulan April 2016.

Siap Bermain di Ranah VR, Acer Umumkan Gaming Notebook Predator 17 X

Acer Predator kembali menunjukkan taringnya di tahun ini. Tak cuma desktop, Predator kini diperkuat oleh notebook gaming, aksesori, serta tablet. Di Indonesia, Acer tampak bersungguh-sungguh untuk mengimbangi kompetitor senegaranya. Dan di era kelahiran kembali virtual reality, Acer sudah menyiapkan senjata andalan serta strategi buat menyongsongnya.

Beberapa produsen Taiwan menjadi brand pertama yang menyediakan sistem pendukung VR. Dua PC Asus masuk ke deretan Oculus Ready PC, dan MSI telah mengungkap gaming laptop ‘VR ready‘ pertama di dunia. Kali ini giliran Acer: mereka memperkenalkan varian lain dari Predator 17 dalam event di kota New York semalam. Acer menamainya Predator 17 X, sebuah notebook berperfoma desktop bersertifikasi Nvidia VR Ready.

Acer Predator 17X 01
Penampilan Predator 17 X dari sisi depan.

Di sisi penampilan, Predator 17 X tak berbeda jauh dari saudarinya. Perangkat sama-sama mengusung desain ala pesawat perang ruang angkasa, didominasi warna hitam dengan bumbu merah. LED warna-warni di keyboard full-size-nya bisa dikustomisasi, dan Anda juga mendapatkan tombol macro. Untuk layar 17,3-inci di sana, konsumen dapat memilih varian beresolusi full-HD atau panel 4K, semuanya ditopang Nvidia G-Sync.

Komponen yang memungkinkan Predator 17 X menangani game di ultra-HD serta headset virtual reality sekelas Rift adalah chip grafis Nvidia GeForce GTX 980 desktop serta prosesor Intel Core i7-6820HK. Hardware turut didukung memori DDR4-2133 serta penyimpanan SSD RAID 0. Buat memaksimalkan pembuangan panas saat ber-gaming maupun overclocking (via software PredatorSense), Predator 17 X dibekali sistem pendingin triple-fan.

Acer Predator 17X 02
Desainnya mirip pesawat perang ruang angkasa.

“Predator 17 X ditenagai satu-satunya GPU notebook yang sanggup mendukung virtual reality: GeForce GTX 980. Perangkat dapat dimanfaatkan baik oleh gamer maupun pencipta konten berkat tingginya performa serta mobilitas; memungkinkan VR diakses di manapun dan kapanpun,” kata GM Nvidia Kaustubh Sanghani di press release. Pernyataan itu mungkin sedikit kurang tepat karena 17 X sama sekali tidak ringan. Dengan bobot 4,5kg, ia lebih cocok dijadikan desktop replacement.

Membahas pengalaman VR di device gaming high-end, biasanya kita akan teringat pada Vive atau Rift. Meski 17 X tak akan kesulitan menghidangkan keduanya, Acer juga memutuskan untuk mendukung pengembangan platform Open Source Virtual Reality (OSVR) yang diujungtombaki Razer. Hacker Development Kit-nya memang belum serapi headset milik Oculus ataupun HTC, tetapi saat ini OSVR merupakan opsi paling terjangkau bagi gamer PC.

Kembali ke Predator 17 X, rencananya ia akan mulai dipasarkan pada bulan Juli di Amerika. Tertarik? Siapkan saja uang sebanyak US$ 2.800.

Sumber: Acer. Tambahan: Digital Trends.

Tiba di Indonesia, Oppo F1 Plus Disajikan Buat Maksimalkan Pengalaman Ber-Selfie

Melalui peluncuran F1 bulan Februari silam, Oppo mencoba mengubah konsep dalam memasarkan produk. Fokus mereka kini adalah menyajikan cameraphone, yaitu handset-handset dengan kapabilitas fotografi yang handal. Dibekali sejumlah fitur unik seperti shutter via gesture sampai screen flash, di kelasnya, F1 memang merupakan salah satu pilihan optimal bagi pecinta selfie.

Untuk menggapai kalangan konsumen yang lebih tinggi, Oppo resmi meluncurkan F1 Plus di Indonesia. Selain upgrade kemampuan mengabadikan momen, sang produsen Tiongkok itu tak lupa menyematkan hardware baru. Oppo sangat bangga dengan bagaimana mereka merancang F1 Plus, namun bagian terunik di smartphone ada pada kamera. Umumnya, kamera utama sebuah handset terletak di sisi belakang. Di smartphone anyar ini, posisinya dibalik.

Oppo F1 Plus 16
Dari kiri ke kanan: Aryo Meidianto, Alina dan Suwanto.

Oppo F1 Plus mengusung kamera depan bersensor ISOCELL1/3,1-inci 16-megapixel. Katanya, sensor ini didesain khusus untuk F1 Plus, dapat menangkap cahaya empat kali lebih efektif dengan dynamic range dua kali lebih tinggi dibandingkan kamera smartphone lain. Hal tersebut dimungkinkan berkat dukungan lensa wide ber-aperture f/2.0. Oppo turut menjanjikan hasil jepretan yang bersih dari noise dan cerah apapun kondisi cahayanya.

Oppo F1 Plus 11
Tampilan depan.

Sejumlah fitur di cameraphone sebelumnya muncul kembali di F1 Plus. Oppo tampaknya melihat bagaimana konsumen sangat menyukai Beautify, dan menghadirkan versi 4.0-nya di sini. Ia dioptimalkan untuk membuat kulit wajah Anda mulus tanpa menghilangkan kontur. Lalu terdapat pula teknologi TrueBright image signal processor yang dibawa oleh chip MediaTek Helio P10.

Oppo F1 Plus 15
Lensa di kamera depan terlihat kecil.

Beberapa fitur sempat saya jajal di sesi hands-on singkat. Pemakaian group selfie 120 derajat ternyata lebih mudah dari yang saya duga, Anda tidak perlu mengoperasikannya seperti mengambil foto panorama. Buat screen flash sendiri, Anda dapat memilih mode (always on atau auto). Di situasi indoor dalam mall yang cerah, saya belum bisa melihat seberapa efektif teknik ini, tapi Oppo mengklaim flash melalui layar tidak menyebabkan wajah terlihat flat.

Oppo F1 Plus 09
Kamera belakang dibekali sensor 13-Mp.

Untuk kamera belakang, setup-nya masuk ke kategori menengah. Oppo menyematkan sensor 13-megapixel, dibantu oleh phase detection autofocus, lensa f/2.2, dan flash LED. Jangan terlalu berharap kualitasnya mampu mengejar smartphone-smartphone high-end kompetitor. Saya melihat efek seperti cat air begitu foto di-zoom, namun selama pencahayaannya mencukupi, Anda tetap memperoleh hasil memuaskan buat koleksi di sosial media.

Oppo F1 Plus 10
Tampilan depan dengan sedikit menyerong.
Oppo F1 Plus 06
6,6mm, tubuhnya sangat tipis.
Oppo F1 Plus 07
Tombol power ada di sebelah kanan.

Ringan, tipis dan nyaman menjadi prinsip utama Oppo di aspek desain. Tubuh unibody F1 Plus memiliki rasio metal sebesar 98 persen, dan telah melewati 68 kali proses pemolesan. Di sisi kiri dan kanan layar AMOLED 1080p seluas 5,5-incinya, bezel hanya berukuran 1,66mm. Dipadu tubuh setebal 6mm, F1 Plus tampak begitu ramping. Oppo bilang, tekstur pada permukaannya diramu supaya handset tidak mudah terselip dari genggaman.

Oppo F1 Plus 12
Punggungnya bertekstur halus.
Oppo F1 Plus 08
Tombol volumenya terpisah, berada di sisi kiri smartphone.

Oppo turut membubuhkan kemampuan pemindai sidik jari, sebagai metode mudah mengakses perangkat. Fitur Touch Access itu ditempatkan di sebuah tombol fisik (bentuknya mirip punya Samsung), berdurasi input super-singkat, cuma 0,2-detik. Ia tetap dapat membaca jari meskipun tidak sejajar dengan tombol – terbalik ataupun dari samping. Di presentasi, Suwanto selaku Public Communication Oppo Indonesia menjelaskan bahwa Touch Access akan bertambah pintar dan akurat jika semakin sering digunakan.

Oppo F1 Plus 04
Ukuran bingkai di pinggir layar sangat tipis.
Oppo F1 Plus 13
Bundel pembelian F1 Plus sudah termasuk casing silikon transparan.

F1 Plus dilengkapi teknologi VOOC Fast Charge agar waktu pengisian baterai 2.850mAh-nya tak memakan waktu terlalu lama. Charge selama lima menit mampu memberikan Anda talk-time dua jam. Handset memanfaatkan platform ColorOS 3.0 (berbasis Android 5.1), menyuguhkan kecepatan loading home screen 35 persen dan instalasi app 41 persen lebih gesit dari versi 2.1. Sistem operasi tak hanya lebih simpel dan mudah dipakai, tetapi juga membantu menghemat baterai.

Spesifikasi hardware:

  • System-on-chip Mediatek MT6755 Helio P10 (prosesor octa-core Cortex-A53 2,0GHz dan GPU Mali-T860MP2)
  • RAM 4GB
  • Memori internal 64GB, bisa diekspansi sampai 128GB
  • Baterai non-removable Li-Po 2.850mAh

Gerbang pre-order telah dibuka sejak tanggal 7 April lalu. Di Indonesia, Oppo F1 Plus dijajakan seharga Rp 5,5 juta, tersedia dalam dua pilihan warna: gold dan rose gold.

Oppo mengundang Anda semua untuk menjajalnya langsung di Exhibition & Experience Event, berlokasi di mall Grand Indonesia sampai tanggal 24 April 2016 nanti.

Oppo F1 Plus 02
Tim Oppo dalam sesi tanya jawab.

[Rumor] NEO Ialah Codename Untuk Sony PlayStation ‘4.5’, Berikut Detail dan Spesifikasinya

Rumor mengenai rencana Sony menggarap versi lebih canggih PlayStation 4 membuat perhatian seisi industri gaming tertuju pada perusahaan Jepang itu. Berita tersebut memunculkan banyak pertanyaan: Bagaimana cara mereka menyajikannya? Lalu bagaimana nasib pemilik PS4 biasa? Informasi ini bukan sekedar kabar angin, karena lagi-lagi diperkuat laporan dari sumber berbeda.

Info terakhir mengenai PlayStation ‘4.5’ atau ‘PS4K’, panggilan favorit para fans dan pers, diungkap oleh Austin Walker dari Giant Bomb. Ia melaporkan, sejumlah informan yang mengetahui langsung proyek ini mengonfirmasi bahwa console anyar Sony itu diberi codename NEO. Selain julukan, tersingkap pula detail mengenai hardware. Dengan begitu kita memiliki patokan untuk menakar kesanggupan NEO menangani konten VR serta 4K.

Komponen-komponen yang memengaruhi performa memperoleh upgrade. NEO dibekali CPU Jaguar octa-core berkecepatan 2,1GHz (1,6GHz di PS4), versi baru kartu grafis AMD GCN (Graphics Core Next, 36 CU di kecepatan 911 MHz), serta memori RAM 8GB GDDR5 218GBps. Dari dokumen yang diperoleh Giant Bomb, NEO seperti masih menggunakan hard disk PlayStation 4 standar, namun belum jelas soal kapasitas maupun kecepatan koneksinya.

Upgrade ini tentu saja akan mendongkrak kualitas visual. NEO mendukung output ultra-HD, tetapi tidak mengharuskan developer mengembangkan game di resolusi native 4K. Sony dikabarkan telah menghubungi para developer buat merundingkan beberapa hal penting. Di bulan Oktober nanti, tiap permainan harus memiliki ‘Base Mode’ dan ‘NEO mode’ untuk digunakan di console baru.

Bagi pemilik TV 4K, NEO mampu meng-upscale game ke format itu, meski menakar dari hardware, sepertinya sulit bagi NEO buat menyuguhkan pengalaman 4K gaming sejati. Menariknya lagi, Sony bersikeras supaya komponen baru tidak menyebabkan frame rate jadi meningkat. Di dokumen, berkali-kali Sony mengingatkan developer agar frame rate permainan di NEO tetap sama seperti di PlayStation 4.

NEO bukanlah pengganti PlayStation 4, ia akan dipasarkan secara berdampingan dengan console current-gen tersebut. Kedua sistem tetap tersambung ke PSN store serta komunitas yang sama, serta menghidangkan pengalaman serupa. Sony berkomitmen untuk menjaga playerbase kedua sistem tetap tersambung, dan tidak akan ada judul game atau fitur-fitur eksklusif NEO. Hal serupa berlaku bagi dukungan periferal, termasuk PlayStation VR: tidak akan ada mode virtual reality eksklusif di NEO.

Melihat namanya, NEO memang memiliki keterkaitan dengan PlayStation VR. Sebelum diumumkan, headset VR Sony itu disebut Project Morpheus. Tim Sony Computer Entertainment pasti penggemar berat The Matrix…

Via Polygon.

Mouse Asus ROG Spatha Diramu Untuk Bantu Anda Taklukkan Game MMO

Di CES 2016 bulan Januari lalu, Asus melengkapi deretan gaming gear mereka dengan memperkenalkan sejumlah periferal baru. Mereka meliputi keyboard Republic of Gamers Claymore, mouse ROG Spatha, serta headphone ROG 7.1. Saat itu detail mengenai produk tersebut masih terbilang minim, dan memang belum lama Asus menyingkap informasinya lebih lengkap.

Di artikel ini, kita akan mengulik ROG Spatha, mouse gaming yang Asus sengaja ramu untuk menjadi periferal spesialis permainan massively multiplayer online, biasa disingkat MMO. Ia merupakan salah satu gear high-end produsen asal Taiwan itu. Asus tak menganggapnya sebagai mouse biasa, melainkan ‘simbol status bahwa Anda serius’, dirancang agar segala fungsi game berada di genggaman Anda.

ROG Spatha 2
Tampilan atas ROG Spatha.

Asus ROG Spatha mengusung arahan desain ergonomis, bukan ambidextrous, sehingga ia kurang cocok digunakan gamer kidal – terutama bagi mereka yang memakai mouse di tangan kiri. Namun bagi mayoritas, Spatha berpeluang besar untuk jadi periferal favorit. Chassis-mya terbuat dari logam magnesium, sisi-sisinya dipisahkan garis tebal, dan ada tiga zona lampu LED terpisah.

Desain tersebut bukan sekedar pemanis penampilan. Tombol sebelah kanan lebih panjang karena umumnya ukuran jari tengah kita lebih panjang dari telunjuk, lalu pola ‘kuil suku Maya’ di sisi samping dibubuhkan di sana demi menjaga cengkeraman tetap mantap meski Anda memiliki telapak tangan yang besar. Spatha juga cocok untuk dua tipe pemakaian mouse, yaitu palm atau claw grip.

Switch Omron di dalam memastikan ROG Spatha tetap berfungsi normal hingga 20 juta kali klik. Ia menyuguhkan total 12 tombol yang bisa dikustomisasi, termasuk enam thumb button. Soket switch-nya upgradable sehingga Anda dimudahkan mengkustomisasi ‘feel‘ dari mouse tersebut. Spatha dapat dipakai sebagai mouse wired ataupun wireless, menyuguhkan sensor laser 8.200dpi, mampu mendeteksi kecepatan 150-inci per detik dan akselerasi 30g.

ROG Spatha
Bundel pembelian ROG Spatha.

Ada sedikit perbedaan polling rate antara mode kabel (via iUSB 2.0) dan wireless, masing di 2.000Hz dan 1.000Hz. Asus ROG Spatha mengusung koneksi berkecepatan 2,4GHz untuk berkomunikasi dengan PC, sehingga level latency-nya minimal. Mouse dibundel bersama dua tipe kabel – kabel karet 1-meter serta braided sepanjang 2-meter. Warna dan pola lampu LED, serta fungsi tombol dapat Anda konfigurasi melalui software ROG Armory, tersedia berupa download.

Menarik bukan? Sayangnya meskipun Asus telah memublikasikan press release di awal minggu ini, mereka belum memberi tahu harga serta kapan ROG Spatha tersedia di Indonesia.

Sumber: Asus.com.

Intel Compute Stick Bertenaga Skylake Akan Tersedia Sebentar Lagi

Compute Stick ialah upaya Intel menciptakan PC yang lebih kecil dari desktop maupun small-form-factor tanpa mengorbankan performa terlalu jauh. Dengan memanfaatkan SoC Atom, Compute Stick mampu menangani fungsi hiburan di rumah serta mendukung aktivitas produktif ringan. Dan mungkin Anda sudah tahu, Intel memutuskan buat menyematkan Skylake dalam tipe terbarunya.

Varian anyar Compute Stick tersebut diumumkan pada CES 2016 bulan Januari lalu. Mereka ditenagai Intel Core M3 dan M5. Meskipun Core M memang tidak semumpuni seri Core i, tentu saja Skylake memberikan dongkrakan performa, apalagi dikomparasi dengan model Bay Trail. Ada kabar baik bagi Anda yang sedang menantinya, Compute Stick Skylake akan mulai didistribusikan pada tanggal 29 April 2016 besok.

Intel Compute Stick pada dasarnya merupakan PC desktop ber-platform Windows 10 yang dimampatkan jadi sebesar dongle HDMI – hampir seukuran flash drive USB. Keunggulan dibanding sepupu besarnya (desktop atau mini PC) adalah ia tidak memakan banyak tempat, dapat dimanfaatkan sebagai solusi jika Anda berniat menciptakan PC home theater (HTPC). Dengan mencolokkannya ke port HDMI, Anda bisa mengubah HDTV biasa menjadi smart TV.

Intel Compute Stick Skylake

Potensi Compute Stick memang menarik, namun banyak orang masih ragu terhadap penggunaan praktisnya. Selain skenario di atas, Compute Stick bisa mudah diselipkan ke kantong celana dan secara teori Anda dapat men-setup PC di manapun berada – misalnya disambungkan ke TV di kamar hotel. Tapi keterbatasan port, memori dan ruang penyimpanan bisa jadi kendala; ditambah lagi Anda tetap membutuhkan set keyboard dan mouse.

Ada tiga Compute Stick baru yang sebentar lagi meluncur, yaitu STK2m364CC (US$ 300), STK2m3W64CC (US$ 395), dan STK2mv64CC (US$ 485). STK2m364CC mengusung prosesor Core M3-6Y30 berkecepatan 2.2GHz, tapi tidak dibundel bersama sistem operasi. STK2m3W64CC sendiri telah dilengkapi Windows 10, juga dipersenjatai chip serupa.

Intel Compute Stick Skylake 02

Compute Stick STK2mv64CC merupakan varian paling high-end. Di dalamnya tersimpan prosesor Core M5-6Y57 dengan kecepatan mencapai 2,8GHz. Seperti STK2m364CC, ia tidak disertai OS. Device turut didukung Intel vPro, yaitu tool pengelolaan dan keamanan yang memungkinkan administrator memandu user menangani masalah, menghapus data, serta mematikan PC dari jauh. Sebuah petunjuk bahwa STK2mv64CC disiapkan untuk enterprise.

Spesifikasi lain ketiga perangkat cukup mirip: RAM LPDDR3-1866 4GB, GPU integrated Intel HD Graphics 515, storage 64GB, dibekali tiga buah port USB 3.0, card reader MicroSDXC, Wi-Fi 802.11ac, dan Bluetooth 4.2.

Sumber: PC World.

MSI Hadirkan Mobile Workstation ‘VR Ready’ Pertama di Dunia

Perkembangan teknologi gaming sangat membantu evolusi virtual reality, dan kepopularitasannya mendorong berbagai nama di industri untuk turut berkecimpung. Sebagai produsen bereputasi, belakangan ini MSI juga tampak sibuk. Beberapa waktu lalu mereka memperkenalkan kartu grafis pendukung headset VR serta notebook gaming bersertifikasi ‘VR ready’.

Namun sepertinya perusahaan dari New Taipei City itu tak puas jika potensi virtual reality terbatas pada ekosistem gaming semata. Di minggu ini, MSI mengungkap varian terbaru produk notebook kelas profesional mereka, yaitu WT72 6QN ProVR. Ia adalah mobile workstation pertama di dunia yang sanggup menangani VR, dibekali chip grafis high-end Nvidia. Dengannya, MSI mencoba membawa VR ke ranah kreasi konten.

MSI WT72 03

“Ciptakan apa saja, dan bekerja di mana saja,” itulah moto yang diusung Micro-Star International dalam penyingkapan WT72 6QN. Jantung dari kapabilitas mobile workstation tersebut ialah GPU Quadro M5500 dan Nvidia DesignWorks VR – serangkaian API, fitur dan library – memungkinkan developer meracik karya berkualitas tinggi berbasis VR.

Lalu karena kartu grafis dioptimalkan oleh vendor software independen (ISV), desainer dipersilakan menjajal kontennya secara langsung dan memodifikasinya dengan software. Berkatnya, manfaat VR bisa segera mereka rasakan: teknologi ini memangkas waktu yang diperlukan buat menciptakan purwarupa dan mempersingkat proses pengembangan. WS72 6QN disiapkan baik untuk desain maupun visualisasi.

MSI WT72 01

Dari sisi penampilan, wujud WT72 6QN ProVR terlihat identik dengan mobile workstation di seri WT72 lain. Anda disuguhkan layar 17,3-inci, ada pilihan resolusi full-HD dan 4K (3840×2160), dan panelnya telah dikalibrasi berdasarkan teknologi True Color. Prosedur ini memastikan penyajian warnanya lebih akurat, mendekati sRGB 100 persen. Untuk sistem input, tersedia keyboard full-sized plus fitur Shortcut Manager untuk menyederhanakan perintah.

Selain kartu grafis Nvidia Quadro, WT72 6QN ProVR dipersenjatai prosesor Intel Xeon E3-1505M v5, RAM DDR4-2133MHz sampai 64-gigabyte, penyimpanan SuperRaid 4 dan hard drive 1TB; serta dapat disambungkan ke tiga monitor eksternal via teknologi Matrix Display demi mempermudah multi-tasking. Dan dengan sertifikasi ISV, perangkat kompatibel ke software buatan AutoDesk, Dassault Systems, PTC, Adobe, dan lain-lain.

MSI WT72 02

Untuk konektivitas, WT72 6QN ProVR dilengkapi enam port USB 3.0, sebuah USB 3.1 type-C (Thunderbolt 3), Mini DisplayPort, HDMI, Killer Gaming Network E2400, Wi-Fi dan Bluetooth 4.1.

Ada tiga varian WT72 6QN yang bisa dipilih, perbedaannya terletak pada jenis prosesor dan resolusi layar. Workstation ini dibanderol mulai dari harga US$ 5.500 sampai US$ 6.900.

Sumber: MSI.

Berukuran Sebesar Kotak Sabun, Mini PC Giada i80 Sanggup Suguhkan Video 4K

Mini PC ialah deskripsi yang diberikan pada komputer-komputer berukuran kecil, umumnya mereka hemat listrik dan ditawarkan sebagai alternatif ringkas dari desktop. Perkembangan teknologi prosesor, kini lebih bertenaga, tampaknya sangat membantu mini PC. Belakangan, konsumen mulai banyak melirik device tersebut untuk pemakaian di rumah maupun di kantor.

Setelah sempat disingkap informal pada pertengahan tahun lalu, Giada akhirnya secara resmi mengumumkan i80. Ia adalah PC ‘super-compact‘ yang mewarisi prinsip Intel NUC, menjanjikan performa tinggi, konektivitas luas, serta kemampuan adaptasi mumpuni, meski penampilannya mungil. Giada sangat membanggakan hardware-nya, terutama chip Intel Core Skylake-U.

Giada i80 02

Produsen bilang, i80 didesain agar tampil ‘fashionable‘. Mereka memanfaatkan body plastik glossy ala piano dengan opsi warna biru atau hitam, dipadu abu-abu metalik di sisi samping serta diperkuat struktur logam. i80 mempunyai dimensi 116,6x111x47,1-milimeter, kurang lebih sebesar kota sabun. Plastik yang diusungnya itu anti-api, dan komponen internal didinginkan oleh fan sehingga sistem tetap sejuk seandainya digunakan di waktu lama.

Tersedia dua tipe i80, yaitu i80-B5000 dan i80-B3000. Perbedaan mereka terletak pada jenis CPU, menyuguhkan konsumen pilihan antara i5-6200U (2.5 GHz) atau i3-6100U (2.3 GHz). Terdapat pula kartu grafis intergrated Intel HD Graphics 520, RAM sampai 16GB; serta penyimpanan SATA 2,5-inci, mSATA III plus card reader. Buat sebuah mini PC, konektivitas i80 tergolog lapang: ada empat buah port USB 3.0, LAN, Mini DisplayPort, HDMI, serta dukungan modul Wi-Fi dan Bluetooth.

Giada i80 03

Terlepas dari ukuran kecilnya, i80 sanggup menopang dua monitor secara independen di resolusi maksimal 4K atau 4096×2304 lewat soket HDMI dan mini DisplayPort. Giada menjelaskan, hal ini tercapai berkat Intel HD Graphics 520 yang ditanamkan di sana serta memori DDR3L-1600 MHz dual channel. Selain hiburan multimedia, produsen menjamin i80 tak kesulitan menangani kebutuhan profesional.

Giada menyampaikan, i80 ideal untuk pemakaian kantoran, thin client, sampai penerapan virtual desktop. Mereka mencontohkan satu skenario penggunaannya: i80 memiliki connector audio 2-in-1, dan ia bisa digunakan buat mendukung call center. Power supply eksternal memasok tenaga secara konstan dan kipas menjaga suhu tetap di batasan normal, memastikan perangkat bekerja stabil dalam pengoperasian 24/7.

EDIT: Di press release, Giada menjajakan i80-B5000 seharga US$ 380, sedangkan harga i80-B3000 masih belum diungkap.

Giada i80 04

Sumber tambahan: Giada Tech.

Indonesia Menjadi Tempat Peluncuran Perdana Asus ROG Strix GL502

Diambil dari bahasa Latin burung hantu, Strix adalah brand gaming gear yang pernah Asus perkenalkan. Dengan memafaatkan deretan produk Strix – berupa headset, mouse, keyboard sampai kartu grafis, sang perusahaan Taiwan itu ingin gamer memperoleh segala keunggulan dalam ber-gaming. Namun sepertinya, Asus tidak mau membatasi Strix pada periferal dan komponen saja.

Dalam acara pendaratan ROG GX700 di Indonesia, Asus turut memberikan satu kejutan. Mereka memperkenalkan Republic of Gamers GL502, notebook gaming pertama di seri ROG Strix. Pengumuman ini dilakukan pertama kali di dunia, sebagai sebuah ‘keseriusan memperkuat posisi mereka di segmen gaming‘. Pertanyaannya: jika ROG sudah sangat sukses, lalu untuk siapa ROG Strix dibuat?

ROG Strix GL502 02

ROG Strix GL502 06

Di press release, Asus mendeskripsikannya sebagai perangkat gaming kelas elit, menawarkan performa tinggi khas ROG, beserta teknologi inovatif dan kualitas jempolan. Rancangan GL502 diramu supaya lebih dinamis, dihadirkan dengan penampilan sedikit berbeda dan warna lebih cerah. Kata Asus, GL502 difokuskan pada aspek kecepatan dan mobilitas tinggi.

Desain Strix GL502 cukup kontras dibanding wujud kebanyakan notebook gaming ROG, terutama di kelas menengah. Ia mempunyai spesifikasi display hampir serupa ROG G501JW, yaitu panel 15,6-inci beresolusi ultra-HD 3840×2160. Di belakang layar terdapat sepasang ‘mata’ dan logo ROG LED. Kemudian di area keyboard, warna oranye tampak menggantikan merah, diaplikasikan pada huruf, garis pembatas touchpad, lampu indikator, serta tombol WASD.

ROG Strix GL502 03

ROG Strix GL502 04

Tapi saat orang masih mempertanyakan apakah GTX 960M di G501JW sanggup menjalankan game di 4K, Asus membekali Strix GL502 dengan opsi kartu grafis GTX 970M atau GTX 980M. Komponen canggih ini berhasil dibenamkan dalam tubuh aluminium-plastik yang ramping. Strix GL502 berdimensi 39×26,6×3,01-sentimeter dan memiliki bobot hanya 2,2-kilogram.

Ukuran ini memberikan ruang cukup besar bagi Asus untuk membubuhkan keyboard chiclet full-size ber-key travel 1,6mm serta sistem pendingin Hyper Cool ‘duo-copper‘ yang diposisikan di CPU dan GPU.

ROG Strix GL502 05

Intel turut memberikan andil dalam penyusunan hardware. Anda disuguhkan prosesor Core i7-6700HQ, dipadu RAM DDR4 2133MHz (16 atau 32GB), serta penyimpanan SSD PCIE (256/512GB) dan hard disk 1TB. Konektivitasnya meliputi tiga buah port USB 3.0, satu USB 31 type-C, HDMI, mini DisplayPort, card reader 3-in-1, Wi-Fi dan Bluetooth.

Dua tipe ROG Strix GL502 ditawarkan seharga Rp 25,3 juta (GTX 970M) dan Rp 32,3 juta (GTX 980M).