Layanan E-commerce TokTok Jembatani Kebutuhan Aparatur Sipil Negara

Bertujuan untuk menghadirkan layanan e-commerce lengkap khusus untuk Aparatur Sipil Negara (ASN) yang tergabung dalam Korps Profesi Aparatur Sipil Negara Republik Indonesia (Korpri) dan juga Pegawai Negeri Sipil (PNS), layanan e-commerce TokTok didirikan. Diluncurkan sejak tahun 2016, platform tersebut menawarkan produk FMCG, fesyen, hijab hingga gadget. Secara khusus mereka juga menjual atribut ASN yang bisa diantar langsung ke rumah.

Kepada DailySocial VP Government Relation TokTok Boyke Yanuar mengungkapkan, sesuai komitmennya untuk mensejahterakan para anggota, TokTok diluncurkan dengan produk lengkap dan harga terjangkau. Harapan ke depannya, TokTok bisa membantu UKM sekaligus para anggota untuk melancarkan kegiatan wirausaha.

“Pada tahun 2016 lalu Presiden Joko Widodo ingin menciptakan sebuah platform yang bisa membantu anggota untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan alasan itulah TokTok hadir khusus untuk anggota Korpri.”

Semua produk dan kebutuhan tersebut bisa dibeli oleh anggota Korpri yang saat ini berjumlah sekitar 4,3 juta di seluruh Indonesia. Besarnya target pasar tersebut, menjadikan TokTok sempat mengalami pertumbuhan yang cukup lambat.

“Mulai akhir Desember 2018 kami membenahi platform sekaligus menyematkan teknologi yang terkini agar bisa menciptakan platform yang terpadu untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota,” kata Boyke.

Bermitra dengan merchant dan logistik pihak ketiga

Untuk memudahkan pembeli melakukan transaksi, TokTok menawarkan pilihan pembayaran mulai dari bank transfer, kartu kredit dan lainnya. Ke depannya, mereka berencana menawarkan pilihan pembayaran cicilan hingga bayar saat gajian. Masih dalam proses pengembangan, fitur pembayaran ‘kasbon’ tersebut akan diluncurkan dalam waktu dekat.

“Selain pembayaran secara mandiri membayar berdasarkan kemampuan, TokTok juga akan melakukan kerja sama dengan bendahara satuan kerja. Hal tersebut dilakukan guna memastikan anggota bisa membayar tanpa kendala dan memastikan pembayaran berjalan lancar,” kata Boyke.

Untuk proses kurasi merchant yang bisa bergabung dalam TokTok, diberlakukan sistem selected multi merchant. Salah satu merchant yang menawarkan pilihan produknya adalah IDmarco.

TokTok juga memberikan kesempatan kepada anggota untuk tidak sekadar membeli produk di platform, namun juga menjual produk atau barang. Untuk logistik bermitra dengan pihak ketiga. Dipastikan mitra telah memiliki layanan logistik ‘last mile’ agar bisa mempercepat proses pengiriman barang ke seluruh wilayah.

“Payung besarnya mengapa TokTok didirikan adalah meningkatkan kesejahteraan anggota ASN dalam hal memberikan harga murah dan bersaing berbagai produk dan juga bisa memberikan kesempatan baru mereka menjadi wirausaha dengan menjembatani mereka melalui platform Toktok,” tutup Boyke.

Platform “Wellness” Fibo Targetkan Basis Pengguna Lewat Automasi

Pelaku bisnis dalam industri sport and wellness kini semakin banyak bermunculan. Setelah Doogether, The Fit Company, dan Ride, muncul Fibo, sebuah startup penyedia platform SaaS yang mempertemukan pemilik lapangan (merchant) dengan pengguna (user).

Berawal dari kesulitan dalam menemukan lapangan basket yang available dan sesuai kebutuhan, Founder dan CEO Fibo Jefferson Loren berinisiatif untuk membuat startup yang dapat mempermudah penggunanya menemukan dan memesan lapangan olahraga. Startup yang mulai beroperasi di pertengahan tahun 2017 ini telah melegalkan usahanya dengan nama PT Ayuk Olahraga Bersama di awal tahun 2018.

Fibo memiliki aplikasi bernama Fibo Sports yang baru bisa digunakan di platform Android. Selain itu, terdapat juga Fibo Merchant yang bisa digunakan para pemilik tempat olahraga untuk mendaftarkan lapangan mereka. Layanan ini secara aktif telah menjangkau area Jakarta Selatan, Tangerang, dan Bekasi.

Menyadari ketatnya persaingan dalam pemesanan tempat olahraga, pihaknya sempat mengalami kesulitan dalam meningkatkan jumlah pengguna. Sampai akhirnya mereka menemukan celah berbasis sistem manajemen turnamen. Fibo Match memungkinkan pengguna membuat turnamen serta menyediakan data dan informasi terkait kegiatan tersebut berikut profil para pemain dalam satu platform. Melalui solusi ini, mereka mencoba meraup sebanyak mungkin user untuk menggunakan platform automasi Fibo.

“Kita juga membuka peluang bagi brand untuk menempatkan iklan dalam turnamen. User base kita memang belum terlalu besar, namun seiring turnamen yang terus berjalan diharapkan pengguna kian meningkat, sehingga semakin banyak juga brand yang mau menjadi sponsor,” tambah Loren.

Selain itu, startup yang masih beranggotakan 13 orang ini juga sedang mengembangkan paket B2B, ditujukan untuk korporasi yang ingin memanfaatkan sistem manajemen olahraga untuk karyawan mereka.

Mengenai pendanaan, saat ini timnya masih berjalan secara bootstrap, namun pihaknya mengakui sedang dalam pencarian investor strategis dengan visi yang sama. Loren mengungkapkan rencananya [jika mendapat pendanaan] untuk melakukan cross-sport category dengan menambahkan cabang basket dan juga badminton, lalu menjalankan ekspansi secara geografis.

“Kita akan gunakan 60%-65% di lapangan, sementara sisanya sekitar 30% akan digunakan untuk teknologi. Targetnya adalah di awal tahun 2020,“ tambahnya.

Application Information Will Show Up Here

Psikologimu Hadirkan Layanan Konsultasi Kejiwaan via Aplikasi

Persoalan kesehatan mental menjadi sangat krusial untuk diperbincangkan secara terbuka. Tekanan pekerjaan hingga tuntutan prestasi sekolah, terkadang menjadikan stres berkepanjangan tanpa adanya wadah untuk menuangkan. Melihat persoalan tersebut, Psikologimu mencoba untuk menawarkan platform online untuk masyarakat umum melakukan konsultasi secara online.

Didirikan oleh alumni mahasiswa Psikologi, startup ini ingin memudahkan akses layanan mental di Indonesia. CEO Psikologimu Nova Ariyanto Jono mengungkapkan, saat ini masih sulit ditemukan layanan konsultasi psikologi. Sementara potensi dan permintaan yang ada dari masyarakat cukup besar jumlahnya.

“Sebagai alumni mahasiswa psikologi dan hidup di kota besar, untuk konsultasi dengan psikologi sulit sekali. Pada umumnya harus menunggu 2 minggu, dan ‘terpaksa’ harus konsultasi dengan psikolog yang preferensinya kurang sesuai dengan pilihan jenis kelamin hingga usia yang bukan pilihan. Terbayang sulitnya untuk mendapatkan layanan profesional jika tidak hidup di kota, bukan dari kalangan alumni psikologi dan lainnya.”

Melalui aplikasi Psikologimu yang saat ini sudah bisa diunduh di Play Store, pengguna bisa memilih psikolog yang sesuai dengan preferensi topik. Secara langsung platform akan menghubungkan pengguna dengan psikolog yang relevan dan bisa melakukan percakapan 15 menit secara gratis dan jika cocok bisa lanjut selama 60 menit.

Saat ini psikolog yang tersedia di aplikasi sekitar 57 orang jumlahnya, namun ke depannya Psikologimu memiliki rencana untuk mempercepat pertumbuhan bisnis hingga 10 kali lipat dalam waktu 12 bulan ke depan. Selain itu Psikologimu juga akan meluncurkan fitur terbaru yang bisa bermanfaat bagi pengguna.

Telah mengumpulkan pendapatan

Psikologimu

Meskipun masih terbilang baru menjalankan bisnis, Psikologimu mengklaim saat ini sudah memiliki revenue sekitar $70 per bulan. Untuk profit (20% dari platform fee) belum dikantongi semuanya untuk perusahaan, karena saat ini revenue langsung didistribusikan langsung ke psikolog terlebih dulu.

“Hingga beberapa bulan ke depan, Psikologimu belum akan menerapkan pembagian komisi, sehingga setiap pembayaran yang dilakukan pengguna akan diterima sepenuhnya untuk para psikolog yang memberikan layanan konsultasi,” kata Nova.

Untuk semua konsultasi yang dimanfaatkan oleh pengguna, Psikologimu memungut biaya bervariasi. Proses tersebut sudah disematkan dalam aplikasi, sehingga memudahkan pengguna untuk melakukan pembayaran. Saat ini Psikologimu menyediakan beberapa metode pembayaran, bekerja sama dengan Midtrans. Pembayaran melalui GoPay juga sudah diterima. Rencananya Agustus ini menambahkan pilihan kartu kredit.

Guna mempercepat bisnis dan melancarkan strategi monetisasi, Psikologimu akan melakukan penggalangan dana tahun ini, sesuai dengan komitmen dan misi mereka berkontribusi positif terhadap peningkatan kesehatan mental di Indonesia sekaligus memudahkan setiap individu untuk berkonsultasi dengan psikolog.

“Kami ingin melihat kinerja sementara beberapa metrik yang dianggap penting oleh venture capital, sehingga saat mendapatkan pendanaan, pengelolaan funding tersebut menjadi lebih optimal,” kata Nova.

Application Information Will Show Up Here

Beem.id Jadi Lokapasar untuk Jual Beli Sneakers Orisinal

Peluang transaksi online yang begitu besar memungkinkan berbagai kesempatan bisnis bermunculan. Kali ini menyentuh segmen niche sepatu sneakers yang diklaim tersembunyi potensi besar, lantaran dianggap tidak hanya sebagai pelengkap fesyen saja tapi juga sudah menjadi barang investasi.

Platform lokapasar (marketplace) C2C Beem.id berupaya mengambil kesempatan tersebut dengan meresmikan kehadirannya di Jakarta baru-baru ini. Meski, sebenarnya sudah mulai dirintis sejak tahun lalu oleh CEO Beem.id Dadit Eko Pryadi, bersama penggila sneakers berusia 15 tahun Jiro R. Noor.

“Berangkat dari hobi dan juga kita melihat potensi market online untuk barang-barang modern culture sangat menjanjikan,” terang Dadit kepada DailySocial.

Dadit menerangkan banyak sneakerhead (sebutan penggila sneakers) menjadikan sneakers sebagai barang investasi, bukan lagi pelengkap fesyen sehari-hari. Sebab punya nilai historis yang hanya dibuat dalam jumlah terbatas, atau brand sepatu kolaborasi dengan tokoh tertentu.

Ambil contoh, sepatu “Vans X from Maiden dan Metallica” atau “Nike Worn Air Jordan 12 Flu Game” dan “Air Jordan 3” yang dirilis pada 1988, didesain sendiri oleh desainer sepatu olahraga tersohor Tinker Hatfield.

Alasan ini membuat sneakerhead semakin idealis dan selektif untuk membeli sneakers, mereka menginginkan keasliannya. Kebutuhan inilah yang menurutnya belum disediakan oleh platform e-commerce manapun.

Ditambah lagi, dari pengalaman pribadi Jiro, kebanyakan sepatu incaran tidak ada di Indonesia. Lalu menginspirasinya dengan mendirikan Beem.id untuk menghubungkan penjual dan pembeli dengan cara mudah.

“Tidak hanya soal transaksi yang ingin kami permudah, tapi juga berharap Beem.id menjadi sebuah akses kultur.”

Konsep yang dibawa Beem.id ini sebenarnya sudah cukup tenar di luar negeri, sebut saja ada StockX, Goat, SneakerDon, Kixify, bahkan di Indonesia sudah ada juga KickAvenue dan Tukutu. Kendati demikian, Dadit menegaskan diferensiasinya dibandingkan yang lain adalah kurasi yang ketat sebelum penjual bisa menjual sepatunya.

Proses transaksi di Beem.id dilakukan dengan cara tawar menawar. Ketika penjual sudah me-listing produk, pembeli bisa melakukan penawaran sampai kurun waktu yang ditentukan. Dari situ penjual akan menentukan siapa yang berhak membelinya berdasarkan penawaran mereka.

Akan tetapi, barang tersebut tidak langsung dikirim ke pembeli, melainkan ke pihak Beem.id. Dadit menjelaskan hal ini bertujuan untuk pengecekan keaslian (legit check), konsumen pun lebih terjamin dengan keaslian barangnya. Dari sisi penjual pun sebenarnya ikut dikurasi, tanpa melihat profil apakah toko besar maupun penjual pribadi.

Dadit mengklaim Beem.id telah memiliki lebih dari 10 ribu pengguna terdaftar dan merangkul lebih dari 100 penjual sepatu. Pertumbuhannya rata-rata 30% per bulannya. Ke depannya tidak hanya menyediakan sneakers, perusahaan akan terus mengembangkan produk dan perluas kategori di luar sneakers.

Transaksi jual beli hanya bisa diakomodasi lewat aplikasi Beem.id. Sebagai pembeli, navigasinya cukup mudah apabila ingin mencari produk yang diinginkan. Disediakan pula opsi pembayaran yang bervariasi untuk permudah transaksi. Aplikasi Beem.id sudah tersedia untuk pengguna Android dan iOS.

Dia menyebut saat ini perusahaan sedang mencari pendanaan eksternal untuk kembangkan bisnisnya. Adapun tim Beem.id saat ini berjumlah lebih dari 10 orang.

Application Information Will Show Up Here

Upaya Hellobill Mencuri Pasar Gemuk POS di Indonesia

Industri layanan point of sales (POS) atau mesin kasir pintar tak pernah sepi pemain. Hellobill adalah salah satu startup penantang pasar POS yang berfokus pada pelanggan di bidang restoran, salon kecantikan, dan toko ritel.

CEO Hellobill Ponky Sutanto menceritakan, startup ini ia dirikan bersama dua kawannya pada 2015 silam. Lama berkarier di perusahaan distributor mesin kasir jadi pemicu Ponky dan kedua kawannya tadi untuk merebut peluang di pasar POS.

“Saya lihat mana yang harus dijadikan kiblat yakni Silicon Valley. Kita pelajari market di sana, bisnis model seperti apa, dan lain-lain. Akhirnya saya nekat tinggalkan yang lama, bareng beberapa teman kita dirikan Hellobill,” ujar Ponky di Block71, Jakarta Selatan, tempat Hellobill berkantor.

Produk Hellobill dijual dengan sistem berlangganan secara bulanan atau tahunan. Layanan Hellobill tak sekadar sebagai kasir digital, mereka juga menyajikan data yang sudah diolah dari bisnis terkait.

Pasar yang besar

Saat ini restoran menjadi entitas pelanggan terbanyak di Hellobill denga porsi 80:20 dibanding dari sektor ritel. Secara keseluruhan, total pelanggan yang sudah mereka gaet mencapai 1.700 yang tersebar hampir di 100 kota di seluruh Indonesia.

“Kalau kita lihat sekarang industri F&B konsumsinya luar biasa. AC Nielsen saja mengatakan sektor kedua dengan spending terbesar di Indonesia ya dari F&B dan otomatis itu tercermin di kami,” imbuh Ponky.

Ponky mengatakan saat ini potensi pasar POS di Indonesia begitu besar. Sekitar 2 juta restoran, 2 juta lebih toko ritel, dan 100 ribu salon, yang tersebar di seluruh penjuru nusantara menurut Ponky mewakili betapa kompetisi di POS begitu menjanjikan. Itu pun menurutnya belum menyertakan jumlah usaha mikro dan kecil menengah (UMKM) yang angkanya jauh lebih besar.

Namun di tengah besarnya potensi pasar tersebut, Hellobill masih jauh dari menguasai pasar. Mereka mengakui saat ini hanya sekitar 0,75 persen hingga 1 persen pasar yang mereka kuasai. Ponky mengatakan mereka setidaknya bersaing dengan sekitar 50 penyedia layanan POS lain di Indonesia.

“Tapi kalau melihat market posisi kami bisa di top 10 di Indonesia,” akunya.

Strategi merebut pasar

Ponky mengakui pihaknya tak punya dana untuk pemasaran besar-besaran. Secara sumber daya pun mereka belum cukup besar untuk menembus pasar yang melimpah di luar kota.

Di sisi lain, Hellobill sejatinya sudah menerima seed funding, namun mereka masih enggan membeberkan nama investor tersebut.

Kendati begitu, Ponky percaya layanan purnajual mereka dapat menjadi jurus mujarab agar produk mereka dikenal lebih luas dengan keadaan saat ini.

“Salah satu key point kami adalah aftersales karena itu marketing paling murah, makanya kami sangat perhatikan itu,” sambung Ponky.

Selain itu, Hellobill juga memperkuat layanan mereka dengan bermitra ke sejumlah penyedia layanan pendukung mulai dari sistem loyalitas, pencatatan keuangan, hingga opsi pembayaran digital. Mereka yang telah bekerja sama dengan Hellobill di antaranya adalah Tada, Stamps, Jurnal (kini menjadi bagian Mekari), Zahir, Cashlez, dan Ovo.

Sementara untuk monetisasi produk, Hellobill belum memilih belum ke arah sana karena masih berfokus pada produk utama mereka.

“Target tahun ini kami bisa masuk ke 2.500 outlet,” pungkas Ponky optimis.

Application Information Will Show Up Here

Startup “Rata” Masuki Pasar Healthtech, Sediakan Solusi Estetika Gigi

Solusi kesehatan berbasis teknologi mulai merambah segmen mulut dan etetika gigi. Startup Rata didirikan oleh Co-Founder dan CEO drg. Edward Makmur, Co-Founder dan CSO Danny Limanto, Co-Founder dan CFO Jason Wahono, dan Co-Founder dan CMO Drg. Deviana Maria A untuk mengatasi permasalahan estetika gigi yang dibantu teknologi artificial intelligence.

Kepada DailySocial, Deviana mengungkapkan, teknologi estetika gigi yang diciptakan timnya menggunakan solusi clear aligner yang dibantu teknologi kecerdasan buatan (AI).

“Kami ingin menciptakan clear aligner yang bisa dijangkau semua orang, dan pastinya much better than using braces. Permasalahan seperti kawat gigi yang menusuk, harus datang ke klinik dental secara rutin dan mengganggu penampilan yang pada akhirnya membuat orang menjadikan permasalahan estetika gigi kebutuhan kesekian.”

Rata, startup binaan Alpha JWC Ventures, mengklaim sebagai teknologi clear aligner pertama yang hadir di Indonesia menggunakan teknologi terkini dengan harga yang terjangkau. Rata juga memberikan kesempatan konsultasi online secara gratis dan kesempatan untuk melakukan engagement langsung memanfaatkan media sosial. Sejak hadir di bulan Mei 2019 lalu, perusahaan menyebutkan sudah melayani ratusan pelanggan terutamanya di area Jabodetabek.

CMO Rata Drg. Deviana Maria A dan CEO Rata Drg. Edward Makmur / DailySocial
CMO drg. Deviana Maria A dan CEO drg. Edward Makmur / DailySocial

“Pada sisi medis, kami bersyukur mendapatkan support mentorship dari berbagai figur di bidang kedokteran gigi dan teknologi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri,” kata Deviana.

Cara kerja Rata

Melalui situs, pelanggan cukup mengisi kuisioner online mengenai kondisi gigi dan histori kesehatan gigi. Setiap kasus yang telah dievaluasi dan diterima tim dokter akan dilanjutkan ke tahap cetak gigi. Tim dokter gigi, dibantu AI, kemudian melakukan simulasi pergerakan gigi pelanggan beserta jumlah set aligner dan lamanya perawatan.

Proses edukasi, pemesanan hingga pembayaran dilakukan langsung di situs. Rata memanfaatkan media sosial untuk melakukan kegiatan pemasaran dan belum memiliki aplikasi.

“Rata menyediakan platform online, terutama melalui fitur chatting bagi pelanggan yang ingin berkonsultasi dengan dokter gigi. Selain itu, Rata telah bermitra dengan beberapa klinik yang tersebar di daerah Jabodetabek bagi pelanggan yang ingin melakukan konsultasi offline atau membutuhkan tindakan-tindakan klinis lainnya,” kata Deviana.

Tantangan terbesar yang ditemui tim adalah mendapatkan kepercayaan pasar, terutama untuk perawatan klinis gigi. Menurut Deviana, saat ini seluruh proses disupervisi dokter gigi untuk memastikan kesesuaian dan keamanan.

“Hingga akhir 2019, Rata akan berfokus untuk terus memperdalam edukasi produk clear aligner di pasar Jabodetabek serta mulai memperkenalkan Rata dan mengembangkan operasional dan layanan klinis di kota-kota lainnya di Indonesia. Rata telah mendapatkan pendanaan tahap awal dengan nilai yang dirahasiakan dari angel investor pada awal tahun ini,” tutup Deviana.

Startup Logistik “Qiriman” Jembatani Kebutuhan Pemilik Kendaraan dan Pelanggan

Masih sedikitnya layanan transportasi untuk melakukan pindahan rumah atau kantor di kawasan Bandung dan sekitarnya menjadi alasan Teguh Nugraha (CEO), Danny Andika (CMO), Violla Laurencia (Creative Director), Thomas Aldwin (Business Analyst) dan Yudi Yohanes (CTO) mendirikan Qiriman. Yakni sebuah platform penyedia jasa pengiriman dengan berbagai macam kendaraan angkutan.

Kepada DailySocial Teguh menceritakan, berangkat dari pengalaman pribadi saat akan melakukan pindahan kantor ke gedung baru, ia melihat belum adanya layanan transportasi secara terpadu yang mampu memenuhi layanan tersebut. Mulai dari persoalan negosiasi harga hingga pilihan kendaraan, semuanya diklaim belum lengkap. Berbeda dengan di negara lain yang sudah memiliki berbagai layanan armada atau transportasi pindahan kantor atau rumah yang dikenal dengan moving company.

“Idenya muncul bermula dari kebingungan pada saat kami akan pindahan kantor. Kami kesulitan untuk mencari armada untuk membantu kami pindahan, ketika sudah dapat armada, kami kebingungan untuk nominal pembayaran, rata-rata kalau di tanya ke pengemudi pada saat pindahan mereka bilangnya ‘seikhlasnya saja pak’. Dari sini kami merasa ini bisa sangat membantu kalau ada aplikasi yang bisa menemukan pemilik mobil angkutan dengan pelanggan.”

Setelah melakukan riset dan persiapan, Teguh dan tim akhirnya mencoba untuk menawarkan model bisnis tersebut kepada investor. Mendapat respons yang positif akhirnya Qiriman diluncurkan dan berbasis di Bandung, Jawa Barat. Saat melakukan riset tersebut Teguh menegaskan banyak fakta menarik yang ditemukan di lapangan. Setelah mendapatkan pendanaan awal, Qiriman memiliki sejumlah rencana yang sudah disiapkan dalam waktu 10 tahun ke depan.

“Pada langkah awal ini kami meluncurkan layanan pertama kami, di mana kami melayani pengiriman barang baik dalam maupun luar kota. Langkah kami selanjutnya akan mengembangkan fitur baru untuk menjangkau pasar yang lebih besar,” kata Teguh.

Cara kerja dan wilayah layanan

Saat ini Qiriman bukan hanya tersedia di Bandung dan Jabodetabek namun juga sudah meluas hingga Yogyakarta, Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur hingga Sumatera. Tersedia dalam aplikasi dan desktop, pelanggan yang ingin mengakses Qiriman dan menikmati layanan yang disediakan, bisa menikmati fitur seperti pengiriman yang terjadwal, harga yang transparan, kesempatan untuk negosiasi harga, melihat history pemesanan hingga jaminan keamanan barang yang diantar. Untuk strategi monetisasi yang dilancarkan, Qiriman memberlakukan sharing profit dengan mitra mereka.

Untuk kategori layanan pengiriman, Qiriman juga menyediakan tiga pilihan yaitu, Trip untuk pengiriman barang dalam maupun luar kota berdasarkan lokasi pengambilan dan lokasi tujuan. KG untuk pengiriman dalam maupun luar kota berdasarkan berat tonase barang, dan yang terakhir adalah Bulan, merupakan semua jenis kendaraan yang dapat disewakan per bulannya.

Tahun ini Qiriman masih memiliki sejumlah target yang ingin dicapai, salah satunya adalah meluncurkan dua jenis layanan, baik trucking maupun logistik domestik dan internasional.

“Kembali pada tujuan awal kami, di mana kami ingin menjadi one stop solution marketplace platform kargo dan logistik. Dengan tujuan tersebut kami akan masuk ke pasar B2B dan C2C. Kami sedang melakukan pitching untuk mendapatkan pendanaan baru guna memperluas cakupan wilayah dan layanan kami,” kata Teguh.

Application Information Will Show Up Here

Segera Diluncurkan, Dailyact Mencoba Saingi Instagram dan Facebook

Dailyact menjadi calon penantang baru sebagai aplikasi media sosial di Indonesia. Startup lokal ini dibuat dengan asumsi media sosial yang ada sekarang belum cukup mumpuni mewadahi kreativitas pengguna.

Pendiri dan CEO Dailyact Mario Michael Setiawan bercerita, ia sudah mengembangkan layanan ini sejak 2017. Mario menekankan aplikasi buatannya ini sebagai tempat berbagi pengalaman berdasarkan keahlian atau hobi.

“Karena setiap orang punya kelebihan masing-masing, kita coba push iin di dalam aplikasi media sosial kita agar pengguna mengedepankan apa yang mereka sukai atau ahli,” ujar Mario dalam perkenalan produknya di Hotel Pullman, Central Park, Jakarta.

Meski aplikasi ini baru akan diluncurkan pada 21 Agustus nanti, ada sejumlah fitur yang mereka gadang-gadang bakal jadi pembeda dari media sosial lain. Misalnya adalah fitur Indicator sebagai kategorisasi kegiatan yang akan diunggah ke dalam platform dan My Favorite Things sebagai fitur kolom yang memuat hal-hal yang disukai pengguna.

Selain itu, ada juga fitur Admire yang berfungsi seperti fitur “follow” pada Instagram tapi satu lapis lebih tinggi dan Collection sebagai tempat kurasi konten yang dapat dilihat para pengikut suatu akun.

Secara tampilan, desain antarmuka Dailyact sedikit banyak menyerupai Instagram. Penuturan Mario pun menyiratkan aplikasinya ini adalah alternatif dari media sosial semacam Instagram yang identik dengan kultur influencer.

Tampilan aplikasi Dailyact
Tampilan aplikasi Dailyact

“Kasar katanya, kita dapat lebih mengenal sosok profil melalui Dailyact, seperti apa orangnya, apa kesukaannya. Dari sana kita bisa lebih akurat ke target market-nya,” imbuh Mario.

Pendanaan untuk startup ini masih bootstrap. Meski masih dalam rencana, mereka juga berniat memonetisasi layanannya. Mereka melihat potensi tersebut ada di fitur My Favorite Things yang dapat membantu pengiklan menjangkau target pasarnya.

Dailyact saat ini masih digawangi 18 orang. Kendati begitu, mereka berani menargetkan aplikasinya dipakai oleh sejuta pengguna hingga akhir tahun ini.

Dailyact bukan satu-satunya upaya warga lokal menyaingi popularitas media sosial mapan seperti Facebook, Instagram, Twitter, atau Snapchat. Yogrt, Oorth, Sebangsa, atau Mindtalk, adalah contoh media sosial buatan lokal yang mencoba unjuk gigi.

Dari beberapa nama di atas, mungkin hanya Yogrt yang sanggup menembus jutaan pengguna meskipun secara keseluruhan popularitasnya tetap mungil dibanding media sosial raksasa lainnya.

Riset Wearesocial-Hootsuite pada Januari 2019 menunjukkan pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau 56 persen dari total populasi. Data tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pengguna media sosial terbesar di dunia.

Clodeo Tawarkan Platform Omni-Channel, Tahun Ini Fokus Selesaikan Integrasi dengan Marketplace

Maraknya bisnis jual-beli online dilihat sebagai peluang oleh Clodeo. Dengan masih banyaknya penjual online yang mengelola pesanan secara konvensional, Clodeo menghadirkan solusi berbasis aplikasi untuk memudahkan pencatatan dan manajemen produk. Mereka juga tengah dalam proses integrasi untuk sediakan solusi omni-channel, menghubungkan lapak penjual ke berbagai platform cara terpadu.

Saat ini, layanan startup asal Bandung ini menawarkan fitur untuk mengelola berbagai aktivitas seperti mengatur pesanan, mencatat pembelian barang, mengelola produk, mencetak label pengiriman, hingga pengecekan biaya pengiriman dari berbagai macam jasa ekspedisi di Indonesia.

Solusi Clodeo dari awal dikembangkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah  aktivitas jual beli online yang dihadapi oleh penjual online, terutama mereka yang masih menggunakan sistem manual seperti Excel atau buku untuk mencatat kegiatan bisnisnya.

“Fitur unggulan Clodeo di antaranya adalah fitur akuntansi, pengelolaan order, cash on delivery (COD) , integrasi dengan  WooCommerce dan Shopify, inventori, dan tersedianya versi aplikasi mobile yang bisa diunduh di App Store maupun Google Play,” ujar Co-founder Clodeo Reynaldi.

Untuk bisa menggunakan layanan dari Clodeo, pengguna bisa mendaftarkan diri dan memilih paket berlangganan, ada yang gratis ada juga yang berbayar. Masing-masing memiliki keunggulan fiturnya masing-masing.

Clodeo mulai beroperasi pada tahun 2018, mereka menjalankan operasionalnya berbekal pendanaan tahap awal yang didapat dari salah satu angel investor asal Singapura. Saat ini mereka sudah menjalin kerja sama dengan SiCepat untuk metode pengiriman COD, yang hingga saat ini sudah melayani 27 ribu paket diantarkan.

Perjalanan Clodeo saat ini bisa dibilang baru, masih ada beberapa fitur yang tengah diupayakan, salah satunya integrasi dengan marketplace untuk menjadi solusi omni-channel. Reynaldi sendiri mengaku, mereka tahun ini tengah menyempurnakan integrasi dengan beberapa marketplace yang ada di Indonesia sambil terus memperkenalkan Clodeo ke khalayak ramai.

Clodeo
Integrasi yang ditawarkan aplikasi Clodeo

“Pada sisi produk, saat ini Clodeo sedang fokus untuk menambahkan fitur integerasi dengan marketplace yang ada di Indonesia. Selain itu pada sisi marketing fokus Clodeo sedang berusaha untuk mengajak influencer bekerja sama sebagai pelaku digital marketing untuk membantu memasarkan aplikasi Clodeo,” terang Reynaldi.

Di segmen omni-channel Clodeo bukanlah yang pertama, ada beberapa layanan yang sudah lebih dulu hadir, salah satunya adalah Jubelio. Sakoo, iSeller, dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Logisly, Startup Anyar yang Bertekad Ubah Peta Bisnis Angkutan Logistik

Inefisiensi yang kerap bercokol dalam industri logistik mendorong kelahiran Logisly. Startup baru tersebut dibuat tidak hanya untuk memudahkan pemilik barang mencari truk pengangkut, tapi juga melancarkan arus transaksi dalam bisnis logistik yang dikenal lambat.

Logisly mulai beroperasi sejak April 2019 sebagai aplikasi penyedia truk angkut berbagai tipe. Baru pada Rabu (31/7) siang tadi mereka resmi memperkenalkan produknya ke publik.

Roolin Njotosetiadi adalah CEO sekaligus pendiri Logisly. Perempuan yang tadinya bekerja sebagai Head of Product Kudo ini menyebut teknologi Logisly memungkinkan pengusaha truk memperoleh klien jauh lebih mudah lewat sistem yang mereka buat.

“Sering kali truk berjalan tanpa muatan atau di pool saja, tidak mendapat order. Manajemen di perusahaan UKM truk banyak yang masih bersifat manual,” kata Roolin.

Adapun jenis truk yang tersedia dalam platform Logisly mulai dari van, trailer, tronton, hingga flatbed/reefer. Total mereka mengklaim sudah menyediakan 5000 truk dari ratusan mitra transportir

Meski sekilas menyerupai GoBox, Logisly sama sekali tidak bermain di pasar konsumen individu, melainkan di pasar business to business (B2B). Mereka juga tidak memakai sistem bagi hasil atau komisi seperti halnya kompetitor.

Roolin menuturkan pihaknya mengambil untung dari margin biaya yang mereka dapatkan dari shipper dan transportir sehingga mereka tetap dapat memperoleh profit meskipun layanannya gratis.

“Bisa juga misalnya dari layanan premium yang mana kita bisa memberikan optimalisasi rute bagi truk yang punya multi-destinasi agar efisien,” tutur Roolin memberi contoh.

Dari sisi pengusaha truk keberadaan Logisly dinilai signifikan karena mempermudah pengusaha truk menemukan klien agar kendaraan mereka tak lama menganggur. Logisly juga memberikan jaminan pembayaran dalam kurun dua hari. yang mana kerap kali ongkos jasa angkut truk baru dibayarkan setelah 14-30 hari pengantaran selesai.

Sementara dari sudut pandang shipper, layanan Logisly juga disebut memudahkan mencari truk sesuai kebutuhan hingga memudahkan pemeriksaan dokumen proof of delivery (POD).

Logisly memperkirakan saat ini ada 8 juta unit truk di seluruh Indonesia dengan potensi ekonomi dari sektor ini sekitar US$100 miliar. Dan menyitir tren industri logistik, pada tahun lalu sektor ini bernilai Rp797,3 triliun dan diprediksi tumbuh 11,56 persen menjadi Rp889,4 triliun. Dari sekian besar pasar itu, Roolin menargetkan menambah mitra transportir menjadi 1.000 dan menggaet 1.000 shipper.

“Truknya saja masih belum 1 persen, kesempatan masih besar dan perjalanan masih panjang,” pungkas Roolin.

Application Information Will Show Up Here