Melihat Besarnya Peluang Kebutuhan Teknisi Data, Skystar Ventures Lahirkan DQLab

Salah satu tren digital yang dibawa revolusi industri 4.0 adalah optimasi data — dalam artian mencoba memanfaatkan data yang ada di bisnis untuk dikonversi menjadi pengetahuan. Tak heran jika saat ini hampir setiap perusahaan membutuhkan tim data, baik dari sisi analis, teknisi, hingga pemrogram. Melihat peluang tersebut, DQLab hadir memberikan wadah berupa kanal pembelajaran soal data. Program-programnya memberikan pengajaran komprehensif tentang pengelolaan data dengan studi kasus industri.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang program DQLab, DailySocial telah berbincang Yovita Surianto selaku Program Director. Ia mendefinisikan DQLab sebagai program pembelajaran data science yang dikemas dengan metode praktik dan aplikatif berbasis proyek. Pendekatan tersebut diambil untuk membawa pengalaman dan kompleksitas riil terkait pengolahan data di perusahaan, khususnya di Indonesia. Program ini diinisiasi Universitas Multimedia Nusantara (dalam hal ini melalui Skystar Ventures) dan PHI-Integration.

“Visi kami menciptakan talenta data yang dapat berkontribusi secara tepat bagi perusahaan tempat mereka bekerja. Dengan terciptanya banyak talenta data yang dapat memberikan impact, akan menciptakan ekosistem data yang kuat untuk menuju Indonesia yang lebih data-driven,” terang Yovita.

Kebutuhan talenta data masih sangat besar

Mengutip hasil penelitian Microsoft dan IDC yang diterbitkan awal 2018 ini, dari 79% perusahaan di Indonesia yang tengah menjalankan proses transformasi digital, hanya 7% memiliki strategi digital secara menyeluruh. Dalam tulisan sebelumnya, DailySocial juga pernah membahas tentang transformasi digital, dua aspek berkaitan langsung dengan data, yakni data-driven strategy dan data analytics. Industri 4.0 yang mengarah ke digitalisasi dan otomasi, menuntut pelaku industri untuk cepat beradaptasi dengan perubahan.

“Banyaknya program edukasi teknis di Indonesia untuk membangun talenta transformasi digital adalah inisiatif yang tepat. Edukasi di bidang data science yang terstruktur dan tepat dapat membantu mengoptimalkan proses pengolahan dan analisis data. Kami percaya, exposure ke beragam studi kasus dan penanganan data akan membantu pemahaman para praktisi data, bukan hanya dalam penggunaan tools melainkan mengasah problem solving dan analytical skills,” lanjut Yovita.

Kondisinya saat ini perusahaan memiliki banyak sekali data, seiring dengan komputerisasi di berbagai segmen. Sayangnya, menurut Yovita, hingga saat ini masih banyak sekali permasalahan pada data sehingga belum layak untuk diolah menjadi pengetahuan yang berguna dan menyebabkan hasil analisis menjadi kurang terpercaya. Isu-isu seperti struktur hingga redudansi data masih banyak dijumpai. Sementara di tengah kompetisi global, perusahaan perlu menjadi tangkas dan memutuskan sesuatu dengan cepat, tentu tidak hanya berdasarkan asumsi, melainkan analisis yang terukur.

“Pengolahan data yang tepat dapat memunculkan insight menarik untuk membantu pengambilan keputusan bagi bisnis. Contoh studi kasusnya: untuk menentukan paket produk yang tepat dan berdampak pada penjualan, melakukan proses segmentasi konsumen untuk membantu aktivitas pemasaran yang tertarget, menentukan variabel untuk memprediksi credit scoring, dan masih banyak lainnya,” jelas Yovita.

DQLab dengan pendekatan berbasis komunitas

DQLab
Salah satu kegiatan komunitas di DQLab / DQLab

Saat ini sudah banyak program edukasi yang secara khusus mengajarkan tentang data science. Selain DQLab, ada juga Algoritma yang secara khusus menyelenggarakan workshop terpadu tentang data science. Pendekatan berbasis komunitas dinilai relevan oleh DQLab. Dengan pendekatan tersebut, DQLab menghubungkan berbagai pihak, mulai dari industri, praktisi, dan pengajar; untuk saling mengisi satu dengan lainnya. PHI-Integration sebagai mitra strategis DQLab adalah konsultan data di Indonesia. PHI-Integration fokus ke pengembangan konten, dan platform.

“Program DQLab terbuka untuk umum. Saat ini kami bekerja sama dengan beberapa perusahaan untuk memberikan rekomendasi data talents yang memenuhi kriteria. Untuk memberikan pemahaman proses dan teknik pengolahan data secara tepat, secara berkala kami melakukan sesi bedah kasus mengundang pakar data di industri,” tutup Yovita.

Baca juga seri tulisan tentang data science dari DailySocial:

  1. Bagian 1 – Dasar Data Science
  2. Bagian 2 – Big Data
  3. Bagian 3 – Business Intelligence
  4. Bagian 4 – Machine Learning

SIX Network Ekspansi ke Indonesia, Bawa Sejumlah Produk Blockchain untuk Industri Kreatif

Pengembang teknologi blockchain dan smart contract SIX Network hari ini (17/10) mengumumkan ekspansinya ke Indonesia. Perusahaan asal Thailand ini akan membawakan sejumlah produk terdesentralisasi andalannya, meliputi SIX Digital Asset Wallet, Decentralized Financial Services, dan Wallet-to-Wallet (W2W) Decentralized Commerce.

Platform tersebut dapat menyimpan aset-aset digital seperti cryptocurrencies secara online dan dapat dikirimkan ke pengguna lain tanpa perantara. SIX Network sebelumnya telah berhasil meluncurkan Innitial Coin Offering (ICO) pada Maret 2018 dan telah menjual semua tokennya (520.000.000 token) kepada publik Juni 2018.

“Setelah Jepang dan Tiongkok, kami ingin memperkenalkan produk ke Indonesia karena cryptocurrency telah diterima dan mengalami pertumbuhan yang mengejutkan. Kami berharap dengan masuk ke Indonesia dapat menjangkau investor yang tertarik untuk berinvestasi di cryptocurrency melalui platform kami,” ujar Co-founder & Co-CEO SIX Network, Natavudh Pungcharoenpong.

Dalam keterangannya, SIX Network juga akan memberikan perhatian pada masalah transaksi aset digital pelaku industri kreatif. Beberapa contoh permasalahan yang diungkapkan di antaranya tentang biaya transaksi yang tinggi, likuiditas keuangan yang rendah dari perantara dan pekerja kreatif, ketidakmampuan dalam memodernisasi aset digital, hingga distribusi konten dengan hak kepemilikan yang tidak jelas.

SIX Network memiliki platform SIX Token dan SIX Aplication yang dirancang untuk menjadi token bisnis yang memecahkan masalah likuiditas untuk industri kreatif. Aplikasi SIX bertujuan untuk menjadi lebih dari sekedar dompet untuk menyimpan token, tetapi akan menjadi solusi lengkap untuk semua kebutuhan dalam transaksi digital.

SIX Network juga memiliki SIX Blockchain Startup Fund yang bertujuan untuk mengakselerasi pembaruan ekonomi digital. Tujuan dari Blockchain Startup Fund adalah untuk menjadi dana tahap awal dengan program inkubasi untuk pengembang dan pendiri startup, karena para startup akan menjadi pemain penting di era revolusi digital ini.

SIX Network
Inisiatif pembiayaan startup melalui blockchain / SIX Network

“Sebagai salah satu negara terbesar pengguna internet, beberapa pelaku industri kreatif digital Indonesia masih belum mampu dalam memodernisasi aset digital. Oleh sebab itu, kami hadir untuk menetapkan standar global pada aset digital untuk menyimpan, menghubungkan dan memperdagangkan semua aset digital secara terdesentralisasi dengan teknologi blockchain,” tambah Natavudh.

SIX Network merupakan perusahaan joint venture antara OOKBEE U (salah satu portofolio Tencent) dengan Yello Digital Marketing dan Computerlogy, grup perusahaan yang berbasis di Thailand dan Korea.

Marketplace We+ Menawarkan Produk Asuransi Terkurasi dengan Nuansa Teknologi

Bertujuan menghadirkan produk asuransi terkurasi dengan mengedepankan teknologi, marketplace We+ resmi meluncur di Indonesia. Didirikan pada pertengahan tahun 2018, We+ mengklaim sebagai marketplace asuransi pertama yang meluncurkan aplikasi, layanan chatbot “Hana”, dan menerapkan artificial intelligence (AI) untuk tampilan yang lebih personal kepada pengguna.

Kepada DailySocial, CEO dan Founder We+ Fifi Henirawati Hoo mengungkapkan, agar membedakan platform We+ dengan layanan serupa yang sudah hadir sebelumnya di Indonesia, We+ mengklaim mampu memangkas pengeluaran perusahaan asuransi yang hingga saat ini masih melakukan kegiatan secara konvensional untuk menjualkan produk asuransinya dengan mengadopsi teknologi.

“Kita ingin mengajak pengguna dan perusahaan asuransi memanfaatkan sepenuhnya cara-cara digital untuk menjual, mempromosikan dan memilih produk asuransi yang sesuai dengan pendekatan secara personal di aplikasi dan situs,” kata Fifi.

Menjalin kemitraan dengan Alfamart dan AXA

Saat ini aplikasi We+ untuk Android sudah bisa diunduh, sementara untuk platform iOS bisa diakses dalam waktu dua hari ke depan. Sejak pertama kali diluncurkan, We+ sudah memiliki sekitar 3 ribu pengunduh aplikasi dengan active user sekitar 400 orang. Untuk memudahkan pengguna, We+ juga telah meluncurkan situs setelah pengembangan aplikasi mobile.

We+ memiliki 4 kategori asuransi yang bisa dipilih, yaitu asuransi personal accident, asuransi kendaraan bermotor, extreme sport, dan asuransi travel. Semua produk asuransi tersebut dikurasi secara khusus, termasuk menggandeng Axa, Zurich, Mega Insurance,  dan Jagadiri ACA Asuransi.

Untuk pilihan pembayaran, We+ menawarkan pilihan pembayaran melalui virtual account, kartu kredit, dan melalui gerai Alfamart di seluruh Indonesia.

“Kerja sama dengan Alfamart sengaja kita lakukan untuk bisa memudahkan pengguna melakukan pembayaran memanfaatkan gerai-gerai Alfamart di seluruh Indonesia. Saat ini sendiri gerai Alfamart sudah berjumlah sekitar lebih dari 13 ribu gerai di seluruh Indonesia,” kata Fifi.

Untuk strategi pemasaran, selain memanfaatkan pemasaran secara digital, We+ juga terus memperluas kolaborasi dengan perusahaan asuransi, institusi keuangan hingga perusahaan terkait lainnya. Harapannya akan lebih banyak orang yang melakukan pembelian produk asuransi secara online.

Application Information Will Show Up Here

TokoPandai Mudahkan Akses Toko Tradisional ke Prinsipal dengan Platform Digital

Kehadiran inovasi digital seringkali dianggap “gangguan” untuk sektor tradisional, namun pendekatan yang diambil TokoPandai justru sebaliknya. Sektor tradisional tetap dapat dapat terbantu mengembangkan bisnisnya lewat platform digital tanpa harus terganggu dengan bisnis hariannya.

TokoPandai merupakan platform digital supply chain hasil kolaborasi antara Valdo Group dan Astrum. Platform ini memungkinkan prinsipal produk, distributor, dan toko-toko tradisional skala UKM melakukan transformasi bisnis, dari pendekatan berbasis manual menjadi digital.

“TokoPandai ingin meningkatkan kemampuan dan kompetisi toko-toko skala kecil menengah dengan membuka akses mereka dengan stakeholders melalui cara digital,” terang Presiden Direktur Valdo Group Reza Valdo Maspaitella, kemarin (16/10).

Ia menerangkan TokoPandai berkolaborasi dengan prinsipal FMCG dan bank untuk menciptakan ekosistem buat toko tradisional saat ingin membeli produk yang mau dijual. Pemilik toko hanya perlu memesan lewat aplikasi dan pembayarannya bisa langsung dilakukan dari sana.

Dalam tahap awal, TokoPandai menggandeng Unilever dan Bank Mandiri sebagai mitra perdana. Jadi setiap pemilik yang ingin menyediakan stok barang dari Unilever bisa langsung memesan dari aplikasi. Kemudian membayarnya lewat dompet elektronik yang disediakan Bank Mandiri.

“Unilever kami ajak untuk jadi mitra pertama karena secara brand mereka sudah sangat kuat dan produk-produknya yang kita pakai sehari-hari. Berikutnya kami akan undang prinsipal lainnya dari industri FMCG untuk bergabung.”

Tak hanya permudah suplai barang, TokoPandai juga menggabungkan unsur inklusi keuangan dengan membantu pemilik toko untuk merekap invoice mereka sebagai catatan keuangan. Nantinya catatan tersebut bisa dipergunakan saat ingin mengambil pinjaman dari bank atau institusi lainnya.

“Pembiayaan itu bisa mereka pakai untuk mengembangkan usahanya. Selama ini mereka kesusahan dalam mencari pinjaman karena tidak ada pencatatan yang baik. Kami ingin toko yang bergabung punya bisnis yang sustain.”

Masuk dalam regulatory sandbox

Sebelum resmi dihadirkan ke publik, TokoPandai terpilih sebagai startup masuk ke dalam uji coba regulatory sandbox Bank Indonesia pada kuartal pertama 2018. Reza menuturkan sejak saat itu, konsep bisnis TokoPandai diuji betul-betul oleh BI karena mengandung unsur fintech.

Sebelumnya, perusahaan juga melakukan proof of concept yang dimulai di Yogyakarta pada kuartal kedua 2017. Memulainya dari satu distributor Unilever dengan 30 toko tradisional.

Setelah hampir sembilan bulan masuk ke regulatory sandbox, akhirnya BI memberi restu operasi untuk TokoPandai dan dapat segera berekspansi ke seluruh Indonesia.

Rencana berikutnya, TokoPandai akan agresif menggandeng prinsipal lainnya di industri FMCG agar bermitra dengan perusahaan, setidaknya ada tambahan tiga sampai empat prinspal lagi yang bergabung. Jumlah toko UKM yang bergabung diharapkan sampai tahun ini bisa tembus di angka 15 ribu dari posisi saat ini sekitar 300 toko.

“Fokus tahun ini kita sempurnakan engine dari TokoPandai agar tahun depan bisa lebih banyak merekrut toko UKM. Harapannya tahun depan minimal bisa jutaan toko.”

Tak hanya itu, TokoPandai juga berencana menambah layanan untuk toko UKM agar dapat menjual berbagai produk digital. Sehingga pada akhirnya mereka bisa memperoleh tambahan penghasilan saat bergabung ke aplikasi.

“TokoPandai ingin persiapkan mereka sebagai agen Laku Pandai yang dapat menerima berbagai channel pembayaran agar mereka bisa mendapat penghasilan tambahan,” pungkasnya.

Edtech Service “NexGen English Online” Enters Indonesian Market

Indonesia have a large market for millennials. It triggers “Nexgen English Online”, an English language learning app company from California, United States, to expand to Indonesia. Nexgen takes some apps claimed to have artificial intelligence technology to help Indonesians learn English.

“Indonesia has great potential. Aside from being a member of the G20, Indonesia also has more than 60% people in the productive age of the total population, and young generations who are tech-savvy,” Artnandia Priaji, Nexgen’s Chief Representative Officer, said.

Nexgen English Online has officially held the exclusive license to distribute content from DynEd International. Priaji mentioned the tagline used for solutions they offered is: “Valid, Simple, and Certified”.

In Indonesia, they’ll compete with some similar platform, such as Squline and Bahaso.

“We applied adaptive learning using artificial intelligence that allows users to learn the necessary content during the lesson. In addition, we also applied the learning method from neuroscience research through the human nature study includes listening, speaking, seeing, and writing,” he added.

Nexgen app called Neo Study is available on Android platform. He explained further that their app was prepared to make users becoming fluent in English by saying the right pronunciation on repeat with the advanced speech recognition technology. With this implementation, the articulation, speed, and emphasis on words will be trained as well.

“This solution was found when we saw many people out there having good grades in grammar but can’t communicate properly and correctly, meanwhile in the working / social area, verbal communication is essential to convey messages. It’s why we recommend students to study every day using score/gamification for users to prevent disinterested situation,” Priaji explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pasca Perolehan Pendanaan, Dekoruma Berambisi Jadi Platform Menyeluruh untuk Kebutuhan Desain Interior

Platform e-commerce khusus home and living (interior) Dekoruma kemarin (11/10) mengumumkan perolehan pendanaan Seri B yang dipimpin oleh Global Digital Niaga (perusahaan di balik Blibli) dan corporate venture asal Thailand AddVentures. Nominal pendanaan tidak disebutkan detail, namun Dekoruma mengatakan nilainya mencapai jutaan dolar.

Sebelumnya Dekoruma telah mendapatkan pendanaan Seri A dengan nilai yang tidak disebutkan. Investor di tahap tersebut termasuk Skystar Capital, Beenext, dan Convergence Ventures. Ketiga investor lamanya tersebut juga turut terlibat dalam pendanaan Seri B kali ini.

Perolehan pendanaan ini membuat startup yang didirikan tahun 2016 tersebut percaya diri menghadapi persaingan industri, baik dengan pesaing langsung seperti Fabelio atau Livaza, dan pesaing di ritel tradisional seperti Informa.

Menjadi platform end-to-end

Sejak awal berdiri, Dekoruma dikenal sebagai layanan e-commerce yang menjual berbagai kebutuhan interior rumah. Visi mereka dengan layanan e-commerce menyajikan produk interior dengan harga terjangkau, menyasar kalangan menengah ke atas. Startup ini didirikan oleh dua orang co-founder, yakni Dimas Harry Priawan dan Aruna Harsa.

Pasca pendanaan ini Dimas menceritakan visi produknya ke depan. Tidak hanya ingin menjual produk interior, Dekoruma juga ingin mengakomodasi proses bisnis para desainer interior. Sebelumnya sebagian besar desainer interior harus mengerjakan pekerjaan dari ujung ke ujung, mulai dari pemasaran, desain pengadaan, manajemen proyek, hingga pembayaran. Kadang kesibukan operasional membuat para desainer menjadi kurang fokus dan maksimal dalam mengerjakan desain-desainnya.

“Melihat hal itu, kami berniat membangun platform desain, memungkinkan para desainer untuk mengurangi proses manual. Pada akhirnya akan membuat mereka fokus memberikan desain pelanggan secara lebih baik dan lebih cepat,” ujar Dimas.

Dekoruma juga sudah menyajikan vertikal layanan baru, yakni pemesanan jasa desain interior dan layanan renovasi rumah. Selain itu perusahaan juga menjalankan model bisnis B2B, bekerja sama dengan toko pemasok material/mekanik dan menghubungkan mereka dengan pelanggan atau desainer untuk menyuplai kebutuhan renovasi rumah.

Pertumbuhan bisnis positif

Dekoruma
Anggota tim Dekoruma / Dekoruma

Dalam 18 bulan terakhir, Dimas mengatakan bahwa pertumbuhan bisnis Dekoruma telah bertumbuh lima kali lipat. Ada lebih dari 500 proyek desain dan pembangunan telah dikerjakan, dengan rata-rata pembiayaan antara 70-100 juta. Pekerjaan tersebut dikerjakan bersama 100 mitra desainer interior yang berbasis di Jakarta, terhubung secara online melalui platformnya.

Dimas menceritakan, dari pengalaman yang sudah ada, rata-rata desainer interior yang tergabung ke platformnya dapat meningkatkan pendapatan hingga 300%. Hal tersebut karena kompensasi yang diberikan cukup bersaing. Jika biasanya sebuah proyek memakan waktu 20 minggu, di Dekoruma rata-rata bisa selesai antara 8-12 minggu.

Bersama dengan perolehan pendanaan ini, tim Dekoruma akan melakukan penyempurnaan platform sehingga proses bisnis dapat terakomodasi secara end-to-end dengan baik. Selain itu mereka juga akan memperluas kemitraan B2B dengan rekanan untuk rantai pasokan, serta melakukan ekspansi layanan ke kota-kota lain di luar Jakarta.

“Dekoruma memastikan semua pesanan dan transaksi online bisa berjalan mulus melalui layanan yang terotomasi. Itu berlaku bagi pelanggan akhir maupun penyedia layanan, termasuk untuk transparansi harga dan proses yang lebih akurat,” terang Dimas.

Application Information Will Show Up Here

Bisnis Mencari Teman “Traveling” Ala CabsYuk

Traveling atau bepergian ke tempat-tempat wisata saat ini menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat Indonesia. Perubahan cara mendapatkan tiket dan pemesanan telah memberikan pengalaman berbeda untuk bepergian. CabsYuk, startup yang berpusat di Bogor, Jawa Barat, mencoba menawarkan solusi untuk pencarian teman traveling, pemandu lokal, dan fotografer.

Solusi CabsYuk memanfaatkan tren traveling dan bepergian di Indonesia. Dengan konsep daftar teman, pemandu lokal dan fotografer pengguna bisa dengan mudah menemukan teman, pemadu atau fotografer yang cocok dan sesuai selera.

CabsYuk sebenarnya sudah mengawali bisnis startup sejak 2016. CabsYuk sempat mengganti model bisnisnya, yang semula pencarian tempat nongkrong menjadi pencarian tempat, pemandu dan fotografer pada awal tahun 2018. Perubahan model bisnis didasari minimnya pesaing di segmen yang sementara kebutuhannya cukup tinggi.

“Solusi yang kami tawarkan melalui CabsYuk adalah konektivitas antar traveler yang sebenarnya bisa jadi kekuatan satu sama lain, serta [hal] kebaru-baruan yang selalu ingin diisi dalam diri seseorang dengan pengalaman seru travelling dan relasi asing yang selalu menyebutkan,” terang Founder CabsYuk Arief Rachman.

CabsYuk saat ini tersedia di versi web atau desktop, namun tengah menyiapkan aplikasi mobile untuk platform Android dan iOS.

Di samping membantu para pengguna menemukan orang-orang yang menemani dan membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan CabsYuk juga berharap bisa membantu para pemandu wisata dan fotografer lokal menemukan lebih banyak peluang.

Lini bisnis lain yang juga dikembangkan CabsYuk adalah platform e-commerce yang khusus menjual perlengkapan dan pernak-pernik traveling, seperti tas, tumblr, pelindung lutut, payung, senter, sarung tangan hingga monocular.

“[Saat ini fokus kami ] berusaha menambah nilai dan makna di industri pariwisata dan juga mencari funding,” terang Arief tentang fokus CabsYuk saat ini.

Bridestory Luncurkan Parentstory, Aplikasi Marketplace Aktivitas Anak

Bridestory, yang selama ini dikenal sebagai platform marketplace untuk kebutuhan pernikahan, meluncurkan produk baru bernama Parentstory. Parentstory didesain untuk memudahkan orang tua mengakses beragam aktivitas anak. Dengan sistem keanggotaan, diharapkan orang tua tidak perlu lagi berpindah aplikasi/platform untuk memesan, membayar, konfirmasi, sampai mencetak tanda bukti beragam jenis aktivitas.

Produk kali ini cukup unik, karena tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan pernikahan. Pihak Bridestory menjelaskan, aplikasi ini diluncurkan sebagai sebuah kelanjutan kehidupan sepasang suami istri setelah melangsungkan pernikahan, yakni saat mereka menjadi orang tua. Terlebih saat memiliki anak, diperlukan aktivitas berkualitas untuk menunjang pertumbuhannya.

“Membesarkan anak usia 0-6 tahun (golden years) yang membutuhkan kegiatan berkualitas setiap harinya menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua di kota besar seperti Jakarta. Kami percaya bisa menjadi jawaban dalam hal ini, memberikan akses beragam aktivitas untuk anaknya. Mulai dari aktivitas sensorik, motorik, olahraga, seni dan kreativitas, sampai taman bermain,” ujar Director Parentstory Garth Parlimbangan.

Dalam debut awalnya, Parentstory telah bekerja sama dengan lebih dari 30 rekanan yang pengalaman dalam beragam jenis aktivitas anak-anak. Aplikasi juga dilengkapi dengan filter yang membantu mencari aktivitas berdasarkan usia anak, lokasi, kategori, dan jam aktivitas tersebut diadakan.

Aplikasi Parentstory
Gambaran aplikasi Parentstory di iOS

“Parentstory memiliki banyak rekanan pihak ketiga yang merupakan activities providers seperti Ganara Art, Buumi Playscape, Kidzooona, Lil’ Hoopsters, Funletics, dan lainnya. Fokus kami selanjutnya untuk mengakuisisi lebih banyak rekanan lagi, sehingga bisa memberikan banyak pilihan aktivitas bagi orang tua dan anak,” jelas Garth.

Ia menuturkan, ke depan Parentstory akan menjadi entitas bisnis terpisah dengan Bridestory. Kendati demikian keduanya akan memastikan integrasi dan kerja sama antar platform, termasuk menghubungkan dengan Bridestory Pay. Saat ini layanan Parentstory baru tersedia di platform web dan iOS, untuk Android akan menyusul.

“Model bisnis Parentstory dibagi menjadi dua arah, bagi orang tua dan rekanan. Bagi orang tua modelnya membership. Membership pass bersifat bulanan, bertujuan mempermudah orang tua supaya tidak lagi susah membandingkan harga, cukup langsung tukarkan pass untuk aktivitas di Parentstory. Sedangkan untuk para rekanan, model bisnisnya adalah revenue sharing. Setiap bulannya Parentstory akan diberikan potongan harga sesuai dengan jumlah kunjungan yang diberikan ke rekanan dalam bulan tersebut,” tambah Garth.

Sebelumnya ada juga Kiddo, aplikasi sejenis yang menyajikan layanan yang sama.

Layanan SaaS Edtech “NexGen English Online” Masuk Pasar Indonesia, Targetkan Anak Muda

Indonesia adalah pasar yang besar untuk generasi milenial. Anggapan ini yang melatarbelakangi Nexgen English Online, perusahaan aplikasi belajar bahasa Inggris asal California, Amerika Serikat, untuk berekspansi ke Indonesia. Nexgen membawa sejumlah aplikasi yang diklaim dilengkapi kemampuan teknologi kecerdasan buatan untuk membantu masyarakat Indonesia belajar Bahasa Inggris.

“Indonesia memiliki potensi yang besar. Selain merupakan member dari G20 Indonesia juga memiliki lebih dari 60% dari total populasi berada di umur produktif, anak muda yang sangat tech-savvy dan negara kepulauan besar dengan akses ke pendidikan berkualitas yang membuatnya menjadi lebih sulit,” terang Chief Representative Officer Nexgen Artnandia Priaji.

Nexgen English Online secara resmi memegang lisensi ekslusif distribusi konten pembelajaran Bahasa Inggris dari DynEd International. Dengan pengalaman yang dimiliki DynEd, konten dan metode pembelajaran yang disajikan aplikasi Neo Study menjanjikan pembelajaran yang efektif. Artnandia menyebutkan pihaknya memiliki tagline untuk solusi yang mereka tawarkan, yaitu “Terbukti, Lancar dan Terjamin”.

Di Indonesia, layanan ini akan berkompetisi dengan sejumlah platform lokal sejenis, seperti Squline dan Bahaso.

“Kami menerapkan adaptive learning dengan menggunakan artificial intelligence yang memungkinkan pengguna mempelajari konten yang sangat dibutuhkan oleh masing-masing pengguna pada saat pembelajarannya. Selain itu kami juga menerapkan metode pembelajaran yang didapat dari hasil riset neuroscience melalui pembelajaran alamiah manusia, yaitu mendengar, mengucap, melihat, dan menulis,” imbuh Artnandia.

Aplikasi Nexgen dinamai Neo Study yang tersedia untuk platform Android. Artnandia lebih jauh menjelaskan bahwa aplikasi mereka disiapkan untuk membuat pengguna menjadi lebih fasih dalam berbahasa Inggris dengan cara melakukan pengulangan pengucapan secara tepat dan berulang-ulang menggunakan teknologi advanced speech recognition. Dengan penerapan teknologi tersebut, artikulasi, kecepatan, dan penekanan kata bisa menjadi sangat terlatih.

“Solusi ini kami temukan ketika kami melihat bahwa banyak di luar sana mereka yang memiliki nilai grammar tinggi tetapi tidak bisa berkomunikasi secara baik dan benar, padahal di dunia kerja / sosial komunikasi secara verbal adalah hal utama untuk menyampaikan pesan. Itu kenapa kami menganjurkan untuk siswa rutin belajar setiap harinya dan menggunakan score / gamification supaya pengguna tidak jenuh dalam belajar Bahasa Inggris,” terang Artnandia.

Application Information Will Show Up Here

Startup P2P Lending Modal Rakyat Fokus Sasar UMKM dan Milenial

Industri fintech lokal kedatangan pemain baru. Bernama Modal Rakyat, startup tersebut menyajikan layanan p2p lending untuk pelaku UMKM. Modal Rakyat resmi melakukan soft launching pada Juli 2018 lalu, pasca resmi terdaftar dan mendapatkan izin pengawasan dari OJK.

Startup ini didirikan oleh empat orang co-founder, yakni Stanislaus Tandelilin (Co-Founder SaleStock), Hendoko Kwik, Christian Hanggra, dan Wafa Taftazani (Country Strategic Partnership Manager YouTube Indonesia).

“Layaknya Dianrong di Tiongkok dan Capital Trust di India, kami ingin menjadi teknologi finansial lending satu-satunya yang menyediakan penyaluran modal ke dua segmen produktif, yaitu segmen usaha mikro dan juga kecil menengah. Penetrasi yang kami harapkan adalah sampai ke seluruh pelosok Indonesia,” ujar CEO Stanislaus Tandelilin, yang akrab dipanggil Stanis, kepada DailySocial.

Peluang pendanaan UMKM terbuka lebar

Kendati lanskap p2p lending sudah banyak pemainnya, tim Modal Rakyat tetap optimis. Mereka mengungkapkan bahwa saat ini setidaknya ada lebih dari 57 juta UMKM yang membutuhkan akses pendanaan. Peningkatan tersebut turut dibarengi dengan kesadaran masyarakat terhadap edukasi finansial.

“… hal itu dibuktikan dengan banyaknya generasi milenial yang mulai menjadi pendana di Modal Rakyat,” lanjut Stanis.

Menargetkan kalangan muda sebagai pemberi pinjaman, Modal Rakyat turut melahirkan inovasi produk untuk mengakomodasi kebutuhan dan tren yang ada. Salah satu yang sedang dijalankan adalah penggunaan fitur streaming video layaknya Instagram TV untuk memberikan introduksi UMKM yang akan meminjam dana. Dalam video akan ditampilkan informasi tentang jenis usaha, tempat usaha, bahkan kegiatan usaha dari peminjam.

Di sisi konsumen (peminjam), dalam beberapa waktu mendatang Modal Rakyat juga akan meluncurkan opsi pinjaman kepada segmen mikro ke agen atau warung pulsa dengan memanfaatkan teknologi big data dan machine learning. Stanis sangat meyakini, produk tersebut nantinya akan menjadi terobosan solusi finansial di segmentasi usaha mikro.

Sementara opsi pinjaman yang sudah ada, untuk sektor usaha kecil dan menengah produk Modal Rakyat adalah pembiayaan invoice. Sedangkan untuk usaha mikro Modal Rakyat memberikan modal usaha, baik dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk barang yang siap dijual.

Platform Modal Rakyat
Laman pendanaan di platform Modal Rakyat / Modal Rakyat

Tengah merampungkan proses pendanaan

Untuk meningkatkan cakupan dan traksi bisnis, saat ini tim Modal Rakyat menyampaikan tengah memproses penutupan pendanaan awal (seed funding) dengan nilai mencapai 7 digital. Saat ini sudah ada beberapa investor yang hendak berpartisipasi. Tim Modal Rakyat tentang mendiskusikan dan memastikan kepengurusan izin untuk pendanaan tersebut ke OJK.

Selain itu banyak hal yang juga diupayakan untuk menggaet pemberi pinjaman dana. Keuntungan yang ditawarkan sendiri mencapai 18% per tahunnya, dengan tenor peminjaman yang cukup beragam, mulai dari satu bulan. Penyaringan UMKM sebagai peminjam juga menjadi konsentrasi tim Modal Rakyat.

“Kami hadir sebagai alternatif platform pendanaan yang menumbuhkan kekayaan dengan bunga di atas deposito. Tidak lupa kami juga mengurangi risiko pendanaan yang ada lewat agunan dan asuransi,” ujar Stanis.

Terkait proses menjamin mutu peminjam Stanis juga menjelaskan mekanisme survei lapangan yang dilakukan.

“Sejauh ini kami melakukan survei ke lapangan dan mengambil video dari setiap usaha yang kami datangi. Hal ini sejalan dengan tujuan kami dalam memastikan transparansi dan keamanan bagi para pendana.”