Studio “Indoor Cycling” dan “Boutique Fitness” Ride Jakarta Memperoleh Pendanaan Awal 6,7 Miliar Rupiah dari Tiga “Venture Capital”

Studio indoor cycling dan boutique fitness Ride Jakarta mengumumkan perolehan pendanaan awal (seed) senilai $500 ribu (sekitar 6,7 miliar Rupiah) dari tiga venture capital yang dipimpin oleh Intudo Ventures. Juga turut berpartisipasi dalam pendanaan kali ini East Ventures dan Prasetia Dwidharma. Ini adalah putaran pendanaan kedua yang diperoleh Ride Jakarta, setelah sebelumnya memperoleh pendanaan pre-seed $250 ribu (3,3 miliar Rupiah). Pendanaan ini bakal mendukung upaya Ride Jakarta bertransformasi menjadi perusahaan teknologi dalam waktu dekat, termasuk mengembangkan sejumlah konten digital.

Didirikan tahun 2015 oleh Gita Sjahrir dan Adhit Lesmana, Ride Jakarta memang diawali sebagai suatu tempat yang memudahkan penggemar indoor cycling untuk berolahraga. Secara fisik mereka kini memiliki tiga studio di Jakarta yang masing-masing mengelola 25-30 sepeda. Tentu saja pertanyaannya lalu kenapa mencari pendanaan dari investor startup teknologi.

Kepada DailySocial, Founder dan CEO Ride Jakarta Gita Sjahrir mengatakan bahwa mereka ingin menjadi perusahaan teknologi dalam waktu dekat. Ia menyebutkan, “Tentang pendanaan ini, penggunaan utamanya adalah untuk pengembangan aplikasi digital, tim SDM dan pemasaran; bukan untuk studio fisik kami. Untuk studio, kami menggunakan model franchise, sehingga di setiap lokasi bisa memiliki investornya sendiri-sendiri dan kami mengimplementasi model pembagian keuntungan.”

Dengan menjadi suatu perusahaan teknologi, Ride Jakarta disebut ingin “keluar” dari sekedar berada di dalam studio. “Studio fisik kami adalah cara kami untuk mengedukasi pasar tentang produk kami dan sektor ’boutique fitness’, serta menciptakan brand awareness di saat yang sama. Hal ini akan membantu posisi kami untuk bertumbuh ketika kami memiliki kehadiran online untuk penggemar fitness dan gaya hidup tahun ini.”

Nantinya aplikasi yang dikembangkan diharapkan membantu penggemar fitness menikmati kelas di mana saja dan kapan saja. Bersifat freemium, aplikasi ini nantinya juga akan melayani kelas fitness yang lain, termasuk boot camp.

Belum banyak startup yang menyasar segmen ini. Selain Ride Jakarta, ada satu startup lagi yang fokus ke segmen penggemar fitness, yaitu Doogether yang telah mendapatkan pendanaan dari Angel eQ, tapi dia tidak memiliki kehadiran fisik.

Di tahun 2018 ini Ride Jakarta telah menyiapkan sejumlah lokasi baru di Jakarta dan di tahun 2020 berencana memperluas jangkauan di Bali, Surabaya, Medan, dan sejumlah kota besar lainnya. Ride Jakarta juga bermitra dengan EV Hive untuk menyediakan kelas fitness bagi para pengguna co-working space tersebut. Secara bisnis, Ride Jakarta sendiri mengklaim telah mencapai tahap perolehan keuntungan.

Dulu fitness gaya hidup dipandang sebelah mata karena banyak persepsi yang tidak tepat. Model bisnis kami menunjukkan bahwa dengan berinvestasi di pengalaman konsumen dan instruksi yang berkualitas tinggi, fitness dapat menjadi bisnis yang scalable dan menghasilkan keuntungan,” ungkap Gita.

Grab and PayTren Form Strategic Support for Madhang

Madhang looks very serious in pursuing the growth of its service. Currently operating in Semarang, Madhang is moving fast by cooperating with Grab and PayTren. Grab will support the delivery service with GrabExpress, while PayTren plays the role as sales channel by integrating both infrastructures. All three agreed to collaborate in supporting the economic development of public participation as business actors.

In response to this partnership, Kaesang Pangarep, Madhang‘s Lead Marketing explained the partnership with Grab will give many advantages in the making and activating digital location pinned for all Madhang’s tenants. The activation can be used by Madhang tenants to help customers enjoy delivery service via GrabExpress and some others.

Moreover, this partnership is considered as a commitment to Grab’s masterplan for Indonesia in supporting startups engaged in mobile service and technology industry emphasized in small cities and non-digital communities.

“We also view this partnership supports our business to bring digital opportunities for the middle class in urban and rural areas across the country as we’ve done for 2,3 million drivers in Southeast Asia,” explained Ridzki Kramadibrata, Grab’s Managing Director.

PayTren’s Founder, Ustad Yusuf Mansur said similar statement. PayTren gladly welcomes the strategic partnership with Madhang. The similar vision of both becomes one of the reasons.

“As a business actor in financial technology, SME’s empowerment such as Madhang has become PayTren’s core business. We have the same vision on Indonesia’s future. By a nationwide partnership networks of PayTren, we want to empower Indonesia’s middle class and help them acquiring additional income by using digital economy,” he explained.

The partnership is Madhang’s strategic step to develop its services. In this stage, Madhang does need a lot of “acceleration” to be recognized and grown more, and they started on the right step.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab dan PayTren Berikan Dukungan Strategis Bagi Madhang

Madhang tampak serius dalam mengusahakan pertumbuhan layanannya. Meski masih beroperasi di Semarang Madhang dengan gerak cepat meresmikan kerja sama Grab dan PayTren. Grab akan memberikan dukungan layanan pengiriman dengan GrabExpress, sedangkan PayTren disebut akan berperan sebagai saluran penjualan dengan mengintegrasikan infrastruktur keduanya. Ketiganya sepakat berkolaborasi untuk mendorong pembangunan ekonomi partisipasi masyarakat luas sebagai pelaku usaha.

Menanggapi kerja sama ini, Lead Marketing Madhang Kaesang Pangarep menjelaskan bahwa kemitraan dengan Grab akan membawa banyak manfaat dalam hal pembuatan dan pengaktifan penanda lokasi digital untuk setiap tenant aplikasi Madhang. Pengaktifan tersebut bisa dimanfaatkan untuk tenant aplikasi Madhang untuk membantu pelanggan menikmati layanan pesan antar melalui GrabExpress dan beberapa penawaran lainnya.

Sementara itu, kemitraan ini bagi Grab disebut sebagai salah satu perwujudan komitmen Grab dalam materplan Grab for Indonesia untuk mendukung startup yang berfokus pada industri layanan mobile dan teknologi dengan penekanan layanan di kota-kota kecil dan komunitas yang belum merasakan manfaat dari ekonomi digital.

“Kami juga melihat bahwa kerja sama ini juga mendukung usaha kami untuk membawa peluang ekonomi digital kepada kelas ekonomi menengah baik di daerah perkotaan maupun pedesaan di Tanah Air seperti yang telah kami lakukan bagi 2,3 juta mitra pengemudi di Asia Tenggara,” terang Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata.

Hal tak jauh beda juga disampaikan Founder PayTren Ustad Yusuf Mansur. PayTren menyambut gembira jalinan kemitraan strategis dengan Madhang. Kesamaan visi kedua menjadi salah satu alasannya.

“Sebagai salah satu pelaku usaha dunia finansial technology, permberdayaan UMKM seperti Madhang memang sudah menjadi core business PayTren dalam pemberdayaan umat. Kami memiliki visi yang sama akan masa depan Indonesia. Dengan jangkauan kemitraan yang dimiliki oleh PayTren sudah nationwide, kami ingin memberdayakan kalangan menengah Indonesia dan membantu mereka memperoleh penghasilan tambahan dengan memanfaatkan ekonomi digital,” terang Ustad Yusuf Mansur.

Kemitraan ini adalah langkah strategis bagi Madhang untuk bisa mengembangkan layanannya. Di usianya yang sekarang Madhang memang butuh banyak “akselerasi” untuk lebih banyak dikenal dan berkembang, dan Madhang mengawalinya dengan langkah yang tepat.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Manfaatkan Artificial Intelligence dan Machine Learning, CekMata.com Bantu Masyarakat Deteksi Katarak

Permasalahan seputar kesehatan di Indonesia masih sangat banyak. Salah satunya ialah tingginya angka kebutaan yang diakibatkan oleh mata katarak, ditambah jumlah dokter mata yang tidak sebanding dengan sebaran penduduk di seluruh penjuru Indonesia. WHO menyatakan bahwa pada 2020 setiap menitnya akan ada 1 orang di Indonesia buta karena katarak. Ini bisa terjadi pada siapa saja. Namun di tangan seorang inovator keterbatasan tersebut justru melahirkan sebuah pemikiran cemerlang, salah satunya yang dilakukan oleh para founder CekMata.com.

CekMata.com merupakan sebuah platform berbasis web yang memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML) untuk membantu masyarakat mendeteksi dini kemungkinan katarak di matanya. Prosesnya cukup sederhana, pengguna hanya cukup mengunjungi situs lalu mengunggah foto matanya secara close-up. Dari pigmen yang ada, sistem akan melakukan deteksi membedakan mata normal dan katarak. Kemudian jika ditemukan adanya katarak, sistem akan mengarahkan pengguna ke dokter mata atau rumah sakit terdekat.

Secara lebih detail, Co-Founder dan CEO CekMata.com Caesar Lagaliggo Givani menceritakan bagaimana AI dan ML berperan dalam proses deteksi tersebut.

“Menggunakan teknologi AI dan ML, CekMata.com dapat membedakan secara dini apakah mata seseorang terkena katarak atau tidak hanya dengan melakukan foto. Hal ini menjadi mungkin karena sama halnya seperti saat mengajari anak kecil membedakan zebra dengan kuda, kami mengajari CekMata.com bagaimana membedakan mata normal dan katarak. Kalau mengajari anak kecil bagaimana membedakan zebra dengan kuda, orang tua biasanya memberi gambar kuda dan di sebelahnya memberi gambar zebra. Semakin banyak gambar yang diberikan lama kelamaan anak itu semakin pintar, bahkan dapat membedakan mana zebra mana kuda meskipun posisi zebra atau kuda tersebut sedang tidur, berdiri, sembunyi di pohon, dll. Mekanisme seperti itulah yang kami tiru. Ribuan gambar kami ajarkan sehingga CekMata.com dapat menjadi sangat pintar untuk membedakan antara mata normal dan katarak.”

Caesar menyampaikan, digital health adalah masa depan yang pasti, cepat atau lambat penggunaannya akan semakin masif di kalangan masyarakat. Peran serta inovator digital sangat diperlukan, karena ada begitu banyak masalah di berbagai tingkatan pelayanan kesehatan di Indonesia yang perlu diselesaikan dengan cara yang efisien, teknologi harusnya dapat berperan banyak di situ. Ia pun meyakinkan, bahwa tenaga kesehatan seperti dokter tidak akan dirugikan dengan inovasi digital, justru sebaliknya akan banyak manfaat yang diberikan.

“Ada begitu banyak masalah kesehatan di Indonesia yang menunggu digital health untuk mengatasinya, dan tenaga kesehatan seperti dokter tidak akan dirugikan dengan ini, malah sangat diuntungkan. Sebagai contoh, dengan CekMata.com akan semakin banyak pasien katarak akan kami arahkan ke para dokter spesialis mata untuk ditangani. Pasien terselamatkan, para dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya pun dapat menjalankan perannya dengan semakin optimal,” lanjut Caesar yang juga berprofesi sebagai seorang dokter.

Tim pengembang CekMata.com / TheNextDev 2017
Tim pengembang CekMata.com / TheNextDev 2017

Beberapa waktu lalu CekMata.com juga berhasil memenangkan ajang kompetisi inovasi digital TheNextDev 2017. Tanggal 11-20 Februari 2018 nanti, mereka akan berangkat ke Silicon Valley untuk menjalani beberapa acara intensif untuk mengakselerasi bisnisnya melalui Startup Grind’s Global Conference dan Silicon Valley Immersion Program. Startup asal Surabaya tersebut diinisiasi oleh tiga orang co-founder, yakni Caesar Givani (CEO), Sylvester Albert Samadhi (CTO), Ivan Sinarso (CMO). Caesar bukan dokter spesialis mata, melainkan dokter residen spesialis penyakit dalam. Albert ialah seorang programmer (Machine Learning Specialist), dan Ivan adalah seorang serial entrepreneur.

“Bidang medis ialah hidup saya, dan saya tertarik dengan apa pun di bidang medis yang memerlukan pemecahan atau solusi segera. Karena setiap orang berhak untuk bisa merasakan kesehatan yang merupakan anugerah terbesar yang Tuhan berikan kepada kita,” sambung Caesar.

Tahun 2018 diharapkan menjadi debut awal yang mengesankan bagi CekMata.com. Ditargetkan tahun ini akurasi plaftorm tersebut terus meningkat, sehingga dapat mendeteksi katarak secara dini dengan lebih baik (akurasi di atas 95%). Selain itu Caesar dan timnya juga berharap adanya peningkatan jumlah pengguna yang signifikan di tahun ini, salah satunya dengan memperluas kerja sama dengan lebih banyak pihak yang berkecimpung di dalam kesehatan mata. Saat ini juga sedang dikembangkan platform konsultasi dokter mata secara online sehingga pengguna yang berada di daerah yang jauh dari dokter mata tetap mendapatkan pelayanan terbaik.

Fokus Gilkor Tingkatkan Produktivitas Mall dan Ritel Memanfaatkan Data

Di tengah makin maraknya tren belanja online, Gilkor, perusahaan yang menawarkan solusi interaksi dan customer loyalty, fokus membantu mall dan peritel besar untuk menjangkau konsumen dan meningkatkan jumlah pengunjung.

Memanfaatkan inovasi sistem yang disebut ELYS, atau Engagement Loyalty System, Gilkor telah memiliki empat mall sebagai klien. Mereka adalah Pacific Place, PIK Avenue, Mall Of Indonesia dan Grand Galaxy Park.

Kepada DailySocial, CEO Gilkor Sinartus Sosrodjojo mengungkapkan, sistem ELYS Gilkor telah membantu manajemen mal untuk meningkatkan loyalitas pelanggan dan jumlah pengunjung dengan memonitor apa yang pelanggan inginkan dan bagaimana berinteraksi yang tepat, berdasarkan data pelanggan.

“Platform kami sudah dilengkapi fitur canggih seperti mobile apps, digital voucher dan bahkan ada opsi gamification. Sehingga manajemen mall dan ritel dapat take action mengambil keputusan lebih cepat serta meningkatkan interaksi dengan customer, untuk lebih unggul dalam bersaing.”

Memanfaatkan pengolahan “Little data”

Salah satu cara yang diterapkan oleh Gilkor adalah pengolahan data. Gilkor mendukung perusahaan untuk meningkatkan customer engagement dan RoI (return on investment) melalui pengolahan ‘little data‘, yang merupakan tahapan krusial dalam perjalanan menuju big data dan transformasi untuk era digital.

“Maksudnya little data yaitu data yang sebenarnya cukup mudah dicari atau bahkan sudah ada. Contohnya tidak semua perusahaan mengetahui keinginan atau kesukaan masing-masing segmen pelanggan (segmented customer preference) sehingga sistem Gilkor ini dirancang untuk melakukan hal-hal seperti itu berikut analisisnya,” kata Sinartus.

Sinartus menambahkan, little data ini bisa memaksimalkan terlebih dahulu penggunanya, sebelum sebuah perusahaan melirik proyek big data yang cenderung rumit dengan biaya cukup tinggi.

“Gilkor kemarin ini terbukti sudah mampu bersaing dengan kompetitor regional ternama, dengan mengumpulkan dan menyajikan data dalam bentuk dashboard yang sederhana dan terpadu bagi klien mal dan ritel besar kami,” kata Sinartus.

Di tahun 2018 ini Gilkor memiliki sejumlah target yang ingin dicapai, di antaranya adalah mengimplementasikan sistem tiga sampai empat mall per tahun, melakukan inovasi, dan ingin berkembang sebagai on top of mind sistem bagi shopping mall di Indonesia.

Mengenal Platform Penerbitan Digital BooksLife

Kebiasaan mengkonsumsi konten digital dewasa ini terus berkembang. Masyarakat mulai terbiasa dengan hal-hal yang berhubungan dengan digital, tak terkecuali buku. Kondisi lantas membuka peluang, terutama dalam hal penerbitan buku berbasis digital. BooksLife adalah salah satu yang mencoba peruntungannya di ranah ini. BooksLife dengan percaya diri menasbihkan diri sebagai platform penerbitan digital pertama di Indonesia.

Hal tersebut bukan tanpa alasan. BooksLife mengklaim telah melakukan proses persis seperti penerbitan pada umumnya, hanya saja semuanya dilakukan secara digital, mulai dari upload naskah sampai dengan transaksi yang dilakukan secara transparan.

Ardianto Agung, pendiri BooksLife, memulai platform ini sejak Mei tahun lalu. Seiring berjalannya waktu BooksLife mulai menjalankan strategi dengan menggandeng penulis-penulis ternama seperti Dewi Lestari, Asma Nadia, Vabyo, dan nama-nama lainnya untuk menerbitkan buku dalam bentuk digital melalui platform BooksLife.

“Di tahun 2018 ini, Bookslife berkolaborasi dengan penulis-penulis yang sudah cukup dikenal seperti Dewi Lestari, Asma Nadia, Tisa TS, Sekar Ayu, Alexander Thian, Vabyo, Windy Ariestanty, dan juga Adhimas Imanuel. Melalui kolaborasi , bookslife berharap bisa mengajak para pembaca setia penulis-penulis ini untuk berkenalan dengan buku digital. Bookslife juga bekerja sama dengan komunitas penulisan yang ada di daerah-daerah untuk memperkenalkan konsep bookslife dan juga mengajak penulis baru untuk bergabung,” terang Ardianto.

Ada tiga hal yang tengah diupayakan Ardianto melalui BooksLife, yang pertama adalah kemudahan. BooksLife mencoba memberikan konsep yang memudahkan dan memberikan kebebasan bagi penulis untuk berkreasi dan menerbitkan karyanya tanpa ada pembatasan genre. Setiap naskah yang masuk dalam sistem BooksLife akan dikurasi dan penulis akan mendapatkan fasilitas pembuatan cover dan layout secara gratis. Kemudahan yang diberikan diharapkan bisa membantu regenerasi penulis muda dan berkualitas.

Selanjutnya yang diupayakan BooksLife adalah akses terhadap buku yang terjangkau. Sistem penjualan yang digunakan di BooksLife adalah sistem part atau per bagian. Setiap bagian dalam buku akan dijual seharga Rp5000. Dengan konsep ini selain pembaca bisa lebih murah menjangkau buku yang ingin dibaca penulis juga akan mendapat royalti hingga 40%.

Hal yang terakhir yang coba diusahakan BooksLife memberikan kesan personal. Setiap pembaca dan penulis di BooksLife akan difasilitasi dengan sebuah dashboard personal yang memungkinkan pembaca memantau secara langsung setiap transaksi yang dilakukan. Sedangkan bagi penulis dashboard bisa digunakan untuk melihat pendapatan dari penjualan buku-bukunya.

Terus sosialisasi

Salah satu tantangan yang harus dihadapi BooksLife adalah meyakinkan penulis bahwa penerbitan digital memiliki peluang sama dengan penerbitan konvensional.

Disampaikan Ardianto, tahun ini BooksLife akan fokus pada sosialisasi dan edukasi penerbitan digital baik kepada pembaca maupun penulis. BooksLife juga akan mengadakan dan terlibat di beberapa acara penulisan, seperti festival penulisan untuk lebih mengenalkan BooksLife secara luas. Termasuk berkolaborasi dengan penyedia konten pendidikan untuk menyediakan materi pendukung pendidikan yang terjangkau dan mudah diakses di BooksLife.

“Saat ini kami merasa bahwa pembaca sudah mulai akrab dengan konsep buku digital. Sayangnya, yang tersedia saat ini lebih kepada distribusi digital, mereka memasarkan buku-buku yang sebelumnya sudah dicetak ke dalam bentuk digital. sementara menurut saya animo untuk membaca digital cukup tinggi, bisa dilihat dari ramainya pembaca mengunjungi platform menulis,” terang Ardianto.

Menjadi platform penerbitan digital yang dipercaya penulis dan pembaca menjadi salah satu cita-cita BooksLife. Dalam perjalanannya BooksLife juga ingin menjadi platform yang memberikan edukasi kepada penulis tentang tulisan yang baik. Di sisi lain BooksLife juga ingin mengajak pembaca lebih menghargai sebuah karya, namun tidak memberatkan dari segi akses dan harga sehingga industri penerbitan digital dan elemen-elemen di dalamnya bisa saling mendukung dan berjalan dengan baik.

Application Information Will Show Up Here

Tripal Pertemukan Wisatawan dan Aktivitas Wisata Lokal

Berangkat dari hobi dan pengalaman pribadi pendirinya, layanan peer-to-peer marketplace yang menghubungkan traveler dengan orang lokal Tripal diluncurkan. Masih kurangnya promosi aktivitas hingga tempat-tempat wisata yang diklaim Founder dan CEO Tripal Kevin Wu sebagai “anti mainstream” di Indonesia, merupakan salah satu alasan mengapa layanan yang bisa digunakan wisatawan lokal hingga asing tersebut didirikan.

Kepada DailySocial, Kevin Wu mengungkapkan, saat ini belum banyak startup hingga perusahaan yang menawarkan kegiatan wisata seperti itu. Kebanyakan OTA dan perusahaan terkait lainnya hanya menjual tiket pesawat, hotel dan aktivitas wisata yang sudah umum saja.

“Sebagai seorang traveler saya selalu mencari lokasi otentik termasuk wisata kuliner lokal, di sisi lain masih banyak pelaku usaha lokal yang terancam punah karena belum tersentuh teknologi dalam mempromosikan usahanya tersebut.”

Kevin menambahkan, konsep platform-nya diharapkan menawarkan sebuah pengalaman perjalanan yang personal, fleksibel, dan otentik.

Berencana meluncurkan aplikasi Tripal

Founder dan CEO Tripal Kevin Wu / DailySocial
Founder dan CEO Tripal Kevin Wu / DailySocial

Hingga saat ini Tripal telah memiliki sekitar 5700 pengguna, sementara “Pal” atau pemandu wisata lokal yang sudah terdaftar dari 19 provinsi di Indonesia sudah berjumlah 300 orang.

“Sebagai ‘Pal’ Anda tidak perlu sebagai professional tour guide untuk bisa bergabung di Tripal. Siapa saja bisa mendaftar yang penting sudah berusia 18 tahun ke atas, bisa mahasiswa, pekerja freelance, fotografer, pecinta alam, pekerja seni, guru, dan lainnya,” kata Kevin.

Pengguna yang ingin mendapatkan paket wisata unik dari Tripal bisa langsung mendaftarkan diri dan memilih paket yang sesuai. Nantinya pesanan Anda akan diteruskan kepada orang lokal terkait dengan bayaran yang telah ditetapkan. Usai wisata dilakukan, pengguna diminta untuk memberikan testimoni atau ulasan terkait dengan lokasi yang sudah dikunjungi, sebagai rekomendasi kepada pengguna berikutnya.

“Hal ini sangat bertolak belakang dengan kebutuhan wisatawan ‘jaman now’ yang menginginkan perjalanan personal (sendiri atau dengan group kecil), fleksibel dalam menentukan jadwal, dan otentik bukan lagi tempat wisata mainstream  yang ada,” kata Kevin.

Saat ini Tripal hanya bisa diakses di situs atau mobile browser, namun akhir bulan Febuari mendatang Tripal berencana meluncurkan aplikasi mobile untuk platform Android dan iOS. Target lainnya yang ingin dicapai oleh Tripal adalah menambah jumlah lokasi layanan hingga 34 provinsi.

Akuisisi Bask, Brainly Siapkan Platform Tanya Jawab Berbasis Video

Mengawali tahun 2018 Brainly mengumumkan mengakusisi salah satu startup tanya-jawab berbasis video, Bask. Akuisisi ini akan menjadi salah satu langkah Brainly mentrasnformasikan layanan mereka dengan memungkinkan penggunanya melakukan tanya jawab menggunakan video.

Sejauh ini proses tanya-jawab yang ada di Brainly hanya sebatas teks dan gambar. Untuk beberapa persoalan teks dan gambar tidak begitu efisien untuk menyampaikan penjelasan sehingga konten video juga dianggap lebih efektif dalam membantu siswa atau pengguna Brainly dalam belajar.

Disampaikan CEO Brainly Michal Borkowski konten video sebagai suplemen untuk belajar telah membantu siswa untuk memperkuat ilmu dan keterampilan. Konten video dinilai bisa membantu siswa memahami secara aktif dan menciptakan lingkungan kolaboratif dan personal

“Kami senang mengintegrasikan kemampuan video dari Bask ke dalam platform Brainly, membuat Brainly menjadi lebih menyenangkan sebagai platform yang diharapkan oleh para siswa untuk mendapat pertolongan. Seiring kami mempercepat misi kami untuk mengilhami siswa untuk terus belajar, maka kami harus terus berinovasi agar siswa dapat terhubung, belajar, dan mengeksplorasi dengan lebih baik,” ujar Michal menanggapi akuisisi yang dilakukan Brainly.

Secara terpisah Market Manager Brainly Dimas Mukhlas menjelaskan, alasan Brainly mengakuisisi Bask karena melihat potensi yang telah ditunjukan. Bask dinilai cukup sukses untuk mengakomodasi model tanya-jawab berbasis video dalam ukuran file yang kecil dan ringkas.

Rencana Brainly di Indonesia tahun 2018

Kehadiran konten video bisa diprediksi akan mengubah cara berinteraksi pengguna Brainly. Namun Dimas menjelaskan setidaknya dalam beberapa bulan ke depan belum ada dampak langsung untuk pengguna Brainly di Indonesia.

“Belum ada dampak langsung yang bisa dirasakan [pengguna di Indonesia] setidaknya pada semester pertama 2018 ini. Proses tanya jawab di video, selain memiliki manfaat besar, juga memiliki resiko yang tidak kecil. Khususnya alasan keamanan dan moderasi konten,” terang Dimas.

Lebih jauh Dimas menerangkan bahwa untuk saat ini pihaknya tengah fokus berinvestasi pada teknologi yang bisa memudahkan pengguna Brainly untuk menyiapkan kemampuan untuk belajar secara mandiri. Nantinya akan ada banyak fitur yang ditambahkan untuk membuat siswa menjadi lebih siap dalam menghadapi ujian.

“Target Brainly di tahun 2018 ini adalah menambah jumlah user yang bersedia untuk lebih terlibat dalam proses tanya jawab di Brainly. Saat ini mayoritas user Brainly adalah penikmat konten namun kurang aktif dalam menanyakan pertanyaan dan membantu siswa yang lain. Kita ingin di tahun 2018 ini agar user kita lebih engage dengan produk di Brainly,” ujar Dimas.

Sejauh ini Brainly mengklaim sudah mendapatkan 100 juta pengguna unik bulanan dari total 35 negara, 24 juta diantaranya di dapat dari Indonesia. Brainly telah berhasil mendapatkan pendanaan sebesar $14 juta dari Kulczyk Investments yang artinya secara keseluruhan Brainly sudah berhasil mendapatkan suntikan dana senilai $38,5 juta sejak pertama didirikan pada tahun 2009 silam.

Application Information Will Show Up Here

Upaya IWasHere Jadi Rujukan Konten Perjalanan

Industri perjalanan travel tak hanya sekedar online travel agent atau perhotelan. IWasHere hadir untuk memaksimalkan potensi-potensi konten perjalanan dalam berbagai format, baik artikel, foto, podcast maupun perjalanan. Sehingga penikmat konten perjalanan bisa memilih sesuka hati mereka. Selain itu IWasHere juga menghadirkan WeWereHere, sebuah platform komunitas yang diharapkan menjadi tempat berbagi cerita mengenai perjalanan.

Secara umum IWasHere ingin mengkurasikan segala konten yang berkaitan dengan perjalanan. Tidak hanya menciptakan konten sendiri IWasHere juga membuka kesempatan bagi para konten kreator untuk bekerja sama, apa pun jenis konten yang diproduksi. IWasHere juga berusaha mengkoneksikan brand dengan para kreator konten perjalanan yang ada dalam jaringan IWasHere untuk menghasilkan konten berkualitas, menarik dan mampu mengkomunikasikan brand ke audiens.

Pihak IWasHere menyebutkan bahwa ada tiga elemen yang menjadi fokus IWasHere, yakni kreator, brand, dan juga pengguna. Ketiganya memiliki peran terhadap ekosistem yang ingin dibangun oleh IWasHere.

Fitur-fitur IWasHere

Saat ini IWasHere tengah berkonsentrasi bagaimana membangun ekosistem konten perjalanan yang bisa memberikan manfaat bagi mereka yang terlibat di dalamnya. Dimulai dari pengelolaan akun Instagram yang berisi mengenai cerita perjalanan IWasHere pada akhirnya membuat aplikasi berbasis Android pada bulan Oktober 2017.

Sejauh ini setelah diluncurkan konten-konten di aplikasi IWasHere terus bertambah, saat ini, diberbagi platform yang dimiliki konten IWasHere sudah mencapai ratusan. Di aplikasi mencapai 220 konten, 658 konten di WeWerehere dan sekitar 1200 konten di Instagram.

Untuk fitur, IWasHere memiliki beberapa fitur berjalan, yakni fitur Discovery, sebuah fitur yang menyoroti satu destinasi tertentu dan mengulasnya dengan berbagai sudut pandang. Fitur ini diharapkan bisa mengajak pengguna lebih mengenal sesuatu destinasi.

Selanjutnya ada fitur Forum, tempat untuk berdiskusi dan bertukar informasi sesama pengguna. Ada juga fitur IWHRoom, sebuah kelas offline yang membagikan cara meracik dan meramu konten perjalanan yang baik. Sedangkan yang terakhir adalah fitur Publisher, sebuah fitur yang mengkurasikan konten dari publisher terpilih.

Tahun ini bisa dikatakan adalah tahun pembuktian bagi IWasHere. Mereka harus berjuang dan terus meningkatkan kualitas layanan mereka untuk bisa mendapatkan lebih banyak pengguna dan membangun ekosistem yang kuat sehingga bisa membuktikan kepada khalayak ramai bahwa IWasHere bisa jadi aplikasi yang diandalkan untuk mencari konten mengenai perjalanan.

Application Information Will Show Up Here

Datanest Hadirkan Platform Data-Science-as-a-Services

Mencoba menghadirkan layanan bisnis yang mengedepankan pendekatan berbasis data-drive, startup bernama Datanest dihadirkan. Di debut awalnya, startup ini melakukan proses bisnis melalui dua pendekatan, pengembangan produk dan menjual layanan berbasis data. Datanest ingin menjadikan dirinya sebagai platform Data-Science-as-a-Services yang dapat diterapkan bisnis untuk memberikan dampak pada penggunaan data. Solusi yang ditawarkan mencakup dari hulu ke hilir, mulai dari pengelolaan data hingga penyelarasan data untuk analisis prediktif.

Di awal debutnya, Datanest tengah mematangkan produk berbasis lending fintech agregator MisterPinjaman. Untuk merealisasikan sistem tersebut, pihaknya bersinergi dengan beberapa marketplace dan data partners untuk menjembatani merchant atau pengguna personal mendapatkan komparasi produk finansial berbasis pinjaman. Di MisterPinjaman, sistem mengolah dan menganalisis perilaku transaksi untuk menghasilkan merchant score, default prediction, dan business forecast. Tujuannya termasuk menghasilkan penilaian terhadap kemampuan peminjam untuk melunasi komitmen hutangnya.

Untuk layanan pengembangan Datanest menyediakan tiga opsi, yakni Data Acquisition, Data Visualization dan Audience Targeting. Layanan pertama ditujukan untuk membantu perusahaan dalam membangun jembatan dari sumber data yang dimiliki, termasuk mengupayakan data tersebut menjadi lebih terstruktur sehingga lebih mudah dipahami. Layanan kedua mengupayakan teknik visualisasi, untuk mentransformasikan data sehingga menjadi informasi yang berguna untuk bisnis. Untuk layanan ketiga memfokuskan pada pemanfaatan data secara lebih riil, membantu bisnis menargetkan analisis target konsumen berdasarkan data karakteristik pengguna yang dimiliki.

Lahan bisnis startup berbasis data cerah

Banyak yang mengatakan bahwa “Data is the New Currency” atau “Today’s Gold is Data”, pun demikian transformasi digital yang banyak dilakukan oleh bisnis, salah satunya mengarahkan pada optimasi data untuk analisis yang lebih baik. Menurut Co-Founder dan CEO Datanes Manggala D. Ratulangie, proses tersebut belum sematang yang dibayangkan.

“Sebagian besar pelaku bisnis saat ini berlomba-lomba untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin. Tetapi, tidak banyak yang bisa memanfaatkan ataupun meramu data yang tepat untuk berbagai kebutuhannya. Kalau dianalogikan menambang emas, diperlukan keahlian khusus melalui berbagai proses pemurnian, sampai akhirnya bisa menjadi emas. Begitu pula yang terjadi dengan data,” ujar Manggala.

Manggala melanjutkan, “Dalam suatu bisnis, yang mengetahui data terbaik mana yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan seseorang pastinya orang yang berpengalaman dalam bisnis tersebut. Sehingga kami percaya bahwa mengolah data bukan hanya ranah para Data Analyst/Scientist, tetapi pekerjaan semua orang yang terlibat di dalamnya.”

Datanes menyediakan custom solution bagi bisnis untuk memulai transformasi berbasis data. Manggala menceritakan dari proses yang pernah dijalani. Umumnya akan dimulai dengan mendefinisikan masalah yang dihadapi dan hasil seperti apa yang diinginkan. Dari uraian tersebut, tim Datanest akan melakukan analisis kebutuhan dan mempersiapkan proses integrasi secara bisnis dan teknis.

Di proses integrasi, sebuah tunnel khusus akan dibuat dan disambungkan ke infrastruktur klien, hal ini dilakukan agar biaya integrasi dapat ditekan dan hampir tidak ada perubahan di sisi klien. Datanest Engine sendiri menggunakan teknologi cloud sehingga lebih fleksibel dan lebih fokus ke kebutuhan bisnis.

Setelah proses di atas berhasil dijalankan, tim Data Scientist Datanest akan mengembangkan pemodelan berbasis Machine Learning sesuai spesifikasi masalah yang dibutuhkan klien. Lalu penyajian data akan disiapkan melalui dasbor internal yang didesain khusus untuk klien dilengkapi dengan fitur berbasis Business Intelligence. Hasil data tersebut dapat dihubungkan ke aplikasi bisnis melalui API yang disediakan oleh Datanest.

Di sisi lain, solusi seperti ini rentan dengan keamanan data dan privasi. Manggala menangkap kekhawatiran tersebut. Ia menjelaskan, “Privasi data merupakan bagian terpenting yang menjadi perhatian kami. Untuk itu data yang masuk ke data pool kami sudah pasti dalam bentuk anonim dan terenkripsi, sehingga privasi dan kerahasiaan data klien akan terjamin. Sistem kami juga dapat diintegrasikan secara hybrid, data pool ini juga dapat diimplementasikan di internal sistem milik klien untuk meyakinkan bahwa akses terhadap data hanya berasal dari engine yang dimiliki Datanest.”

Fokus ke MasterPinjaman, memaksimalkan momentum fintech

Startup ini didirikan oleh dua orang Co-Founder, yakni Manggala dan rekannya Thibaud Plaquet (Chief Business Officer). Manggala sendiri sebelumnya seorang data analis profesional yang memfokuskan keahliannya dalam sistem ERP, Big Data dan analisis bisnis perusahaan. Sedangkan Thibaud merupakan mantan seorang engineer, sebelumnya menjalani karier profesional di beberapa perusahaan termasuk Philips Healthcare dan Sony Professional Solution.

Operasional Datanest saat ini didukung oleh suntikan data angel investor. Tahun ini pihaknya juga tengah mempersiapkan untuk seed funding melalui kegiatan akselerasi Plug and Play Indonesia. Rencananya pendanaan tersebut akan mendukung objektif binsis Datanest di tahun 2018, yakni meningkatkan kemampuan produk MasterPinjam dari sisi teknologi, model machine learning, dan targeting engine. Upaya ini turut memaksimalkan momentum fintech yang masih terus bertumbuh di Indonesia.