Aplikasi Pang Tawarkan Bisnis Iklan di Pengunci Layar Ponsel

Mulai banyaknya pengguna perangkat smartphone dan tablet menjadi salah satu indikasi bahwa perangkat mobile bisa menjadi media efektif untuk beriklan. Selain bisa menjangkau banyak lapisan masyarakat, iklan yang ditampilkan juga langsung diterima oleh pengguna. Hal ini yang coba disiasati dengan baik oleh Pang, sebuah aplikasi pengunci layar (lock screen) yang sekaligus bisa menjadi sarana iklan bisnis dan menawarkan banyak hadiah penarik bagi setiap pengguna yang memasang Pang sebagai aplikasi pengunci layar di perangkat mereka.

Pang sebenarnya serupa dengan berbagai layanan sejenis yang sudah ada di Google Play, hanya saja pihak Pang mengklaim mereka memiliki beberapa perbedaan, seperti cover lock screen yang otomatis dapat berubah setiap kali unlock, reward video, fitur komentar pada menu event, dan beberapa lainnya. Khusus untuk komentar ini sengaja disediakan untuk menjaga interaksi Pang dengan pengguna mereka. Dengan hal tersebut diharapkan bisa memberikan pelayanan yang baik bagi pengguna.

Selain itu Kevin Phang selaku Founder Pang menjelaskan kepada DailySocial bahwa meski secara signifikan hadiah atau reward yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan aplikasi yang sudah ada, data umpan balik menunjukkan pengguna aplikasi Pang cukup puas dengan hadiah-hadiah yang ada.

“Sejauh ini masyarakat cukup welcome dengan aplikasi kami, tetapi kami pun menyadari masih banyak kekurangan dan akan terus menambah reward yang ada, serta mengembangkan featurefeature di aplikasi kami,” ujar Kevin.

Menanggapi persaingan dengan aplikasi sejenis yang sudah ada Kevin menilai bahwa kehadiran mereka bukanlah sebagai pesaing atau kompetitor. Kevin menganggap layanan yang sudah ada sebagai sparring partner. Tujuannya untuk membangun industri mobile advertisment di Indonesia.

“Tujuan kami adalah memajukan dunia mobile advertisement di Indonesia, kami pun belajar dari pengalaman 6 bulan yang sudah berjalan ini, dan juga dari pelaku business yang sejenis baik lokal maupun internasional. Pasar mobile advertisement di Indonesia masih sangat besar, mengingat jumlah Android user mencapai 60 juta di akhir tahun 2017, oleh sebab itu kami juga terus berinovasi untuk mencoba hal baru dan berkembang untuk dapat memuaskan user dan pengiklan agar menjadi lebih baik,” terang Kevin.

Sejauh ini Pang sudah berjalan 6 bulan, perjalanan masih panjang, kesempatan untuk tumbuh masih terbuka lebar, pun juga risiko untuk jatuh dan gulung tikar. Untuk itu Kevin sudah menyiapkan strategi dengan terus mengembangkan layanan, menjaga hubungan dengan pengguna dan para pengiklan.

“Secara bisnis kami ingin memberikan effect engagement yang lebih untuk para pengiklan dengan market-nya yang kami provide secara flat price, karena kami menyadari brand awareness bukan satu satunya faktor utama dalam bisnis periklanan, tetapi juga connection antara product dengan user. Pengiklan akan dapat mengetahui user behavior terhadap brand atau  products-nya dan market analysis untuk produk pengiklan dalam waktu 5-7 hari. Di sini kami juga concern dengan sisi bisnis pengiklan kami,” tutup Kevin.

Application Information Will Show Up Here

Situs Pencari Kerja “Gawean” Meluncur, Fokus di Bidang F&B, Ritel, dan Perhotelan

Berawal dari pengalaman pribadi sang founder saat studi di Brisbane Australia, startup yang menghadirkan platform untuk pencari kerja di bidang food and beverage (F&B) hadir di Indonesia. Startup lokal bernama Gawean ini fokus kepada pencarian pekerjaan hingga tenaga kerja di restoran, hotel hingga bisnis ritel lainnya. Kepada DailySocial Founder & CEO Gawean Kevin Fami Anggara mengungkapkan, Gawean ingin menjembatani tenaga profesional yang fokus mencari kerja di bidang F&B.

“Pada saat itu saya mengalami masalah finansial sehingga mengharuskan saya untuk mencari pekerjaan part-time untuk mendapatkan uang. Saya print banyak sekali CV dan mendatangi restoran, cafe, dan convenience store di sana untuk melamar pekerjaan, dan itu sangat melelahkan. Dari sekian banyak CV yang saya berikan hanya satu restoran yang menghubungi saya. Dari situlah saya terinspirasi untuk mendirikan Gawean.”

Fitur penilaian dan rating pencari kerja

Untuk memastikan CV dari kandidat terlihat baik dan profesional, Gawean melakukan standardisasi CV dari para pelamar kerja. Hal ini dilakukan oleh Gawean, karena masih banyak dari para pelamar kerja terutama di bidang F&B yang tidak tahu membuat CV yg baik dan benar.

“Terkadang banyak informasi yang tidak penting yang dicantumkan di CV dan itu merupakan salah satu keluhan dari beberapa tempat kerja yang sudah menjadi partner kita,” kata Kevin.

Sementara dari sisi perusahaan, setelah membuat profil di situs Gawean, perusahaan bisa membuka lowongan pekerjaan secara langsung. Perusahaan juga bisa melihat CV dari kandidat yang diinginkan melalui rating atau nilai tertinggi yang sudah tercantum dalam CV kandidat. Hanya dengan satu klik perusahaan bisa memilih kandidat dengan nilai tertinggi dan melanjutkan sampai ke tahap wawancara.

Perusahaan juga bisa membuat profil yang terdaftar di Gawean, sehingga para pelamar kerja dapat mengetahui seperti apa kultur kerja dan kisaran gaji di tempat kerja di perusahaan.

“Yang membedakan Gawean dengan layanan serupa lainnya adalah kami mempunyai fitur GPA (Gawean Point Average) yang memberikan penilaian ke setiap pencari kerja, sehingga pemilik usaha tidak usah repot lagi menyortir CV para kandidat secara konvensional,” kata Kevin.

Masih dalam versi Beta, saat ini situs Gawean sudah bisa diakses, dan Gawean telah memiliki sekitar 90 pencari kerja dan 4 perusahaan yang sudah terdaftar di Gawean yang masih dalam tahap beta testing.

Rencana fundraising dan target Gawean

Selain menambah jumlah pengguna dan perusahaan untuk bergabung di Gawean, target dari Gawean selanjutnya adalah melakukan penggalangan dana untuk tahap Seed. Diharapkan melalui platform Gawean bisa membantu pencari kerja menemukan pekerjaan yang tepat sekaligus mengurangi jumlah pengangguran dan kesenjangan sosial di Indonesia.

“Kami sangat berharap dapat membantu pencari kerja mempertemukan mereka dengan pekerjaan yang sesuai dengan mereka dan membantu pemilik usaha mendapatkan pekerja yang kompeten,” tutup Kevin.

Antikode, Tawarkan Jasa Konsultasi UI dan UX untuk Perusahaan

Membuat UI (User Interface) dan UX (User Experience) itu bukan perkara mudah, perlu orang ahli. Sebab banyak faktor yang perlu diperhatikan agar pesan yang diinginkan bisa tersampaikan dengan sempurna ke calon pengguna. Apalagi di era saat ini, kebutuhan perusahaan terhadap expertise di bidang UI/UX makin besar, baik untuk desain ataupun development.

Nick Yudha punya pengalaman buruk dua kali ditipu tanpa hasil saat dia merintis layanan e-commerce, Monstore. Pengalaman tersebut kemudian menginspirasi dirinya untuk mengembangkan jasa konsultasi UI/UX, dengan nama Antikode pada tahun 2012.

“Dengan harapan, Antikode bisa menjadi solusi untuk bisnis-bisnis yang membutuhkan website atau aplikasi mobile tanpa perlu pusing, sehingga mereka bisa fokus ke core business-nya,” terang Nick kepada DailySocial.

Bisnis model Antikode, perusahaan bertindak sebagai konsultan untuk bisnis yang memerlukan jasa UI/UX. Mulai dari tahap riset, desain, sampai pengembangan lanjutan di website, aplikasi mobile, atau platform lainnya.

Perusahaan juga membantu klien untuk memastikan bahwa produknya bisa dipakai dengan baik oleh pengguna. Caranya dengan melakukan usability testing dan beberapa teknik UX research lainnya. Beberapa klien yang pernah menggunakan jasa Antikode di antaranya Bank Mandiri untuk proyek Mandiri Online, Bekraf untuk BIIMA Mobile App, Brightspot Market untuk situsnya, Polytron untuk Fira OS, dan lainnya.

Dalam monetisasinya, Nick menjelaskan bahwa klien bisa menyewa jasa Antikode per proyek atau retainer. Namun secara jasa dan biaya cukup fleksibel tergantung kebutuhan klien yang biasanya kami taksir per masing-masing proyek.

Dari setiap proyek yang dikerjakan, sebagian besar perolehan keuntungan selalu diputar oleh Antikode untuk eksplorasi servis baru dan produk lain yang diharapkan bisa menjadi nilai tambah untuk klien perusahaan.

“Sejauh ini, Antikode kebetulan masih highly profitable dan menggunakan dana sendiri untuk operasional, ekspansi, maupun investasi ke bisnis lain.”

Investasi ini penting, sebab menurut Nick, bagi perusahaan yang bergerak secara khusus di UI/UX, tantangan utamanya adalah memastikan bahwa sebuah produk itu tidak hanya terlihat bagus secara visual. Tapi juga tepat sasaran ke pengguna dan pastinya bisa digunakan dengan baik.

Untuk rencana jangka pendek, bersama dengan Antikode, Nick ingin meningkatkan awareness masyarakat mengenai pentingnya UI/UX dan brand Antikode itu sendiri. Secara jangka panjang, dia ingin memperluas brand/servis/produk yang kami buat tidak hanya di Indonesia, tapi juga di mancanegara.

Mengenal Bluprin, Situs Direktori Arsitek, Desainer Interior, dan Kontraktor

Mencari tenaga profesional yang tepat untuk renovasi atau bangun rumah terkadang sulit. Sebab umumnya tenaga yang didapat berasal dari rekomendasi mulut ke mulut, yang mana bagi setiap orang belum tentu cocok. Atas dasar permasalahan inilah Ricky Cahyadi, Martin Samroni dan Andrew Wibowo mendirikan Bluprin.

Bluprin adalah situs direktori untuk arsitek, desainer interior, dan kontraktor di Indonesia. Para penyedia jasa dapat mendaftarkan diri dan memamerkan portofolio sebagai showcase hasil karya untuk dijual ke calon klien. Tersedia pula layanan konsultasi renovasi dengan tim Bluprin. Konsultasi ini berguna bagi calon klien sebelum mendapat rekomendasi daftar kandidat tenaga profesional yang sesuai dengan kebutuhan.

“Kami juga ingin jadikan Bluprin sebagai medium untuk promosi para profesional ini kepada masyarakat dan apa itu desain yang baik,” terang Co-Founder & CEO Bluprin Ricky Cahyadi kepada DailySocial.

Ricky melanjutkan, Bluprin sendiri sebenarnya sudah soft launch pada Juni 2016. Pada awal berdiri menggunakan dana sendiri untuk operasionalnya. Namun sudah mendapat investasi dari angel investor dengan identitas yang dirahasiakan.

Co-Founders Bluprin

Bluprin telah menjaring hampir 1000 penyedia jasa yang tersebar di 30 kota. Untuk jumlah proyek yang masuk sekitar 150 per bulan, mayoritas untuk kebutuhan renovasi rumah. Untuk monetisasi, Bluprin menggunakan model komisi dan subscription.

Tantangan dan target

Menurut Ricky tantangan utama yang masih dihadapi Bluprin di lapangan adalah kesiapan masyarakat dalam menggunakan jasa desain ataupun kontraktor. Masih perlu dilakukan edukasi tentang perbedaan dan fungsi dari masing-masing profesional dalam membangun atau renovasi bangunan.

“Tantangan lainnya adalah kesiapan dana. Banyak pemilik properti yang ingin renovasi namun tidak siap dengan budget-nya. Untuk mengatasi itu, Bluprin menggandeng Bank Mandiri dalam memberikan kemudahan spesial kredit renovasi kepada klien.”

Untuk target ke depannya, Ricky ingin menjadikan Bluprin sebagai one stop platform yang memungkinkan pemilik properti dapat mencari inspirasi desain dan penyedia jasa profesional sesuai kebutuhan mereka.

Ia juga ingin menjadikan Bluprin lebih dari sekadar direktori, melainkan sebuah komunitas online melalui BluprinBlog. Blog tersebut menjadi ruang para profesional untuk berbagi informasi mengenai proyek terbaru, lowongan kerja, wawancara, dan lainnya.

Untuk mengisi konten blog, perusahaan menggandeng Imelda Akmal Architectural Writer Studio (IAAW). IAAW adalah studio yang bergerak di bidang jasa penulisan buku arsitektur.

Ukirama dan Misinya Menghadirkan Layanan ERP Lokal untuk UKM

Meningkatnya pertumbuhan UKM di Indonesia saat ini membuat kebutuhan layanan teknologi untuk bisnis pun meningkat. Salah satu layanan yang saat ini tengah diminati dan makin banyak pertumbuhannya adalah berbasis SaaS (Software as a Service). Teknologi yang sepenuhnya memanfaatkan komputasi awan ini, mulai banyak dikembangkan oleh startup yang menyasar berbagai sektor, salah satunya fintech.

Startup lokal yang bergerak di bidang SaaS ERP (Enterprise Resource Planning) salah satunya adalah Ukirama. Produknya menawarkan sistem aplikasi lengkap berbasis komputasi awan yang menyediakan kemampuan mengontrol dan mengatur data transaksi pembelian, penjualan, manajemen stok, akuntansi, keuangan, reparasi, manufaktur, proyek, dan HRD yang membantu mengelola kegiatan administrasi bisnis, khususnya di tingkat UKM.

Kepada DailySocial  Direktur Ukirama Kevin Eka Putra mengungkapkan, pada awalnya model bisnis Ukirama bukan SaaS. Di awal tahun 2017 ini, Ukirama mengubah bisnis model menjadi SaaS.

“Kita melihat pertumbuhan pengguna yang sangat baik. Beberapa minggu yang lalu, Ukirama mengikuti ajang Mandiri Finspire 2017 dan menempati juara ke 3,” kata Kevin.

Mengembangkan software ERP

Berawal dari pengalaman pribadi ketika kembali ke Indonesia, Kevin melihat bisnis orang tuanya yang masih menggunakan cara yang sangat tradisional. Semua transaksi bisnis dicatat manual, mulai dari penjualan, pembelian, inventori stok, customer base, dan lainnya.

Saat itu Kevin mulai mencari software yang bisa digunakan untuk membantu bisnis orang tua, tetapi bisnis software ERP sangat mahal. Banyak software di Indonesia yang harganya lebih murah tapi tidak saling terintegrasi. Saat bersamaan juga di Indonesia 99% adalah UKM dan banyak di antara mereka yang menggunakan cara manual dan belum ada otomatisasi administrasi menggunakan software.

“Maka dari itu saya melihat ini sebagai masalah yang bisa dibantu dengan adanya ERP yang cocok untuk kondisi di Indonesia dengan harga terjangkau. Saya dan tim memutuskan untuk membuat software bisnis ERP berbasis komputasi awan yang terintegrasi untuk UKM di Indonesia dengan harga yang terjangkau,” kata Kevin.

Cara kerja Ukirama

Sebagai layanan yang berbasis komputasi awan, Ukirama memberlakukan biaya berlangganan kepada penggunanya. Sementara pilihan pembayaran untuk pengguna Ukirama menyediakan pilihan bank transfer dan akan mengembangkan auto debit dengan online payment gateway.

“Kita kenakan biaya per concurrent user. Misalnya dalam satu perusahaan ada 20 staf, semua staf bisa buat user tidak dibatasi, hanya saja yang kita batasi berapa jumlah pengguna yang sign in dan aktif menggunakan sistem pada saat bersamaan,” kata Kevin.

Nantinya concurrent atau existing user bisa menentukan sendiri, berapa concurrent user yang akan bisa menggunakan sistem tersebut. Biaya berlangganan akan dikenakan setiap bulannya untuk per concurrent user.

Pada saat ini kebanyakan yang menggunakan Ukirama adalah perusahaan berukuran menengah hingga besar dengan jumlah karyawannya berkisar 100 – 1500 orang. Secara keseluruhan Ukirama telah memiliki lebih dari 50 klien perusahaan dengan jumlah pengguna berkisar 600 – 800.

Keunggulan layanan Ukirama

Saat ini sudah banyak produk ERP di pasaran, kebanyakan didominasi oleh brand asing. Disinggung tentang perbedaan Ukirama dengan kompetitor yang ada saat ini Kevin menyebutkan Ukirama memberikan harga yang lebih terjangkau dan pengguna mendapatkan banyak fitur-fitur menarik lainnya, sementara produk ERP lainnya cenderung lebih mahal harganya.

“ERP Ukirama secara khusus dibuat untuk bagian distributor, retail, simple, manufacturing, contractors, dan services, jadi banyak fitur yang dibuat untuk membantu mereka, cocok sekali untuk perusahaan yang sudah mulai ada pembagian divisi dan mau mengembangkan bisnis mereka,” kata Kevin.

Rencana fundraising dan target Ukirama

Saat ini Ukirama masih belum memiliki investor dan menjalankan bisnis sepenuhnya mengandalkan pendapatan dari pelanggan berbayar. Namun demikian untuk mempercepat pertumbuhan bisnis dan penetrasi pasar, Ukirama berencana untuk melancarkan kegiatan penggalangan dana. Selain fundraising, Ukirama juga memiliki rencana lainnya, seperti fokus untuk menambah user base.

“Selain itu kami juga ingin menyematkan business inteligence dan machine learning ke dalam ERP Ukirama, untuk membantu memajukan bisnis pelanggan. Kami akan fokus untuk memperkenalkan produk ERP kita ke pasar terlebih dulu,” tutup Kevin.

Selena Go, Aplikasi yang Mempertemukan Pengguna Beraktivitas Bersama secara Online ke Offline

Rutinitas dan keadaan jalan yang sarat dengan kemacetan, menyulitkan banyak orang untuk bertemu atau menghabiskan waktu bersama teman, rekan kerja dan lainnya.

Kesibukan tersebut saat ini semakin dirasakan oleh kalangan millennial, yang ingin melakukan kegiatan santai, mulai dari menonton film hingga melihat konser bersama. Melihat keadaan tersebut, startup asal Bandung, Selena Leisure, mengembangkan layanan untuk orang saling bertemu dan melakukan kegiatan bersama memanfaatkan aplikasi, yang diberi nama Selena Go.

Kepada DailySocial, CEO dan Founder Selena Leisure Jume Analyes mengungkapkan startup yang didirikan pada bulan September 2017 ini memadukan beragam aktivitas waktu luang secara interaktif.

“Berawal dari pengalaman pribadi akhirnya saya dan tim Selena Leisure mengembangkan aplikasi yang bertujuan untuk membantu orang banyak bertemu dan melakukan kegiatan yang diinginkan bersama.”

Bersama dua rekannya, Reka Primasetyo dan Febriyan Fajar, yang bertemu semasa menempuh pascasarjana di MBA ITB Bandung, mereka menggodok ide menjadi inovasi.

“Pada dasarnya kita menyediakan aplikasi untuk menghubungkan orang dengan berbagai kegiatan bersama. Pengguna bisa melakukan postingan “Ajakan Main” dan pengguna lainnya bisa mengikuti sesuai dengan minat masing-masing,” kata Jume.

Aplikasi yang hampir serupa dengan Jiggie, yang tidak lagi berkembang karena pendirinya, J-Tech telah diakuisisi Female Daily tahun 2016 silam.

Serupa dengan “dating apps”

Meskipun cara kerja dan prinsipnya sama dengan “dating apps“, namun Jume menegaskan, skema online-to-offline untuk sosialisasi yang dilancarkan oleh Selena Go, lebih memfokuskan kepada tiga kategori, yaitu Nonton, Makan, Main.

Untuk selanjutnya Selena Go akan menerapkan proses penyaringan dan verifikasi pengguna yang ingin bergabung dalam platform Selena Go.

“Saat ini meskipun aplikasi versi Android Selena Go masih dalam versi beta. Kami telah memiliki sekitar 200 lebih pengguna,” kata Jume.

Application Information Will Show Up Here

MyNurz Hadir sebagai Platform Pemesanan Jasa Perawat dan Terapi Kesehatan

Healthtech atau layanan kesehatan berbasis teknologi mulai bermunculan di Indonesia. Salah satu yang terbaru adalah MyNurz, yakni sebuah platform yang memenuhi kebutuhan masyarakat luas terhadap jasa perawat atau terapi kesehatan. Hal ini didasari pada banyaknya jumlah masyarakat berusia lanjut di Indonesia.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2014 mencatat proporsi lansia di Indonesia mencapai 8,03 persen atau sekitar 20,3 juta jiwa. PBB memperkirakan pada tahun 2050 Indonesia akan memiliki 80 juta.

Layanan MyNurz didesain untuk memudahkan siapa pun untuk memesan layanan perawat, terapi (fisioterapi, okupasi, dan bicara), home care, dan bidan secara online. Salah satu jaminan yang diberikan, perawat dan terapi yang menjadi mitra telah tersertifikasi sesuai standar yang berlaku. Saat ini MyNurz mengklaim telah bermitra lebih dari 1.000 tenaga perawat dan terapi dan telah melayani lebih dari 350 pasien.

MyNurz saat ini telah beroperasi di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Makassar, Balikpapan, dan kota lainnya. MyNurz sendiri sebenarnya sudah hadir sejak 2015 di bawah Kronusasia, perusahaan yang telah lama berkecimpung dalam dunia kesehatan. Saat ini MyNurz telah hadir di Indonesia, Thailand, dan sedang dikembangkan di negara lain seperti Singapura, Malaysia, Myanmar, Vietnam, dan lainnya.

MyNurz terus mengembangkan platform yang memungkinkan berbagai jenis produk dan layanan kesehatan berada dalam satu wadah. Ke depannya MyNurz ingin menambah jenis layanan untuk lebih mempermudah banyak orang mencari kebutuhan layanan kesehatan pada satu website.

“Dengan demikian MyNurz tidak hanya sekadar melayani untuk lansia atau anggota keluarga yang sakit saja. Namun ada beberapa produk terkait yang dapat membantu seseorang untuk tetap menjaga hidup sehat. Layanannya berupa MySecond Opinion, MyNurz Nutritions, MyTravel Nurse, MyNurz Senior Travel, MyNurz Store, MyNurz Elderly Fashion, dan lainnya,” jelas Country Manager MyNurz Yudha Tirtadani.

Aplikasi Celengan ID Fasilitasi Pengguna Menukarkan Uang Koin

Berbagai bentuk layanan finansial kini muncul dari startup Indonesia. Salah satu yang paling baru adalah Celengan ID. Startup berbasis di Yogyakarta ini berdiri sejak 5 Agustus 2017 lalu menawarkan layanan yang cukup unik, yakni penukaran uang logam atau koin. Sistemnya melalui keagenan, pemilik uang koin dapat melakukan permintaan penukaran melalui aplikasi mobile. Agen terdekat akan menghampiri, mengambil uang koin, dan menukarkan dengan saldo e-money yang langsung dimasukkan ke dalam aplikasi.

“Sistem kerjanya sangat mudah dan praktis, pengguna yang memiliki uang logam dapat mengunduh aplikasi kami di Google Play, menyusul di App Store, lalu mencari agen terdekat kami pada aplikasi tersebut yang akan menerima penukaran uang koin. Saat bertemu dengan agen kami maka saldo di akun Celengan ID akan bertambah secara real time bersamaan dengan penyerahan uang koin kepada agen kami,” jelas Co-Founder Celengan ID Wawan B. Setyawan.

Wawan menceritakan latar belakang pendirian layanan Celengan ID adalah kepedulian mengenai uang koin sisa/ kembalian dari transaksi sehari-hari yang sering kali tidak digunakan kembali untuk bertransaksi dengan berbagai alasan. Selama ini solusi yang paling umum dilakukan ialah menukarkan ke bank atau ke toko yang kebetulan membutuhkan untuk uang kembalian, tapi itu pun dikeluhkan banyak orang karena kurang efektif.

“Masalah yang ingin kami selesaikan berawal dari informasi yang kami terima melalui salah seorang staf Bank Indonesia, yang juga adalah mentor kami. Uang koin yang dikeluarkan Bank selama 10 tahun terakhir (angkanya triliunan rupiah0 hanya sekitar 16% saja yang dapat diputar kembali atau bisa ditelusur keberadaannya. Sisanya dapat diasumsikan masuk ke penyimpanan di tiap rumah bahkan mungkin berakhir untuk bahan pembuatan alat-alat memasak atau sekedar menjadi alat pijat kerik,” lanjut Wawan.

Antusiasme pengguna

Sejak diluncurkan ke publik pada awal September 2017, setidaknya saat ini Celengan ID sudah memiliki lebih dari 600 pengguna. Untuk basisnya sendiri juga sudah cukup luas, selain pengguna yang berasal dari pulau Jawa dan Madura, saat ini juga sudah terdaftar pengguna dari Kalimantan Barat dan Sulawesi. Salah satu upaya percepatan adopsi pengguna yang dilakukan ialah dengan menjalin kemitraan dengan sejumlah lembaga/organisasi.

“Saat ini kami tengah dalam proses MoU dengan salah satu lembaga pendidikan juga organisasi keagamaan, sehingga harapannya target pengguna awal dapat mencapai ribuan pengguna dalam waktu dekat ini,” ujar Wawan menerangkan.

Menariknya monetisasi Celengan ID tidak didapat melalui pengurangan nominal dari penukaran koin yang dilakukan oleh pengguna –seperti yang selama ini dilakukan oleh para penukar tradisional yang banyak terdapat di masyarakat. Sistemnya, tim Celengan ID membuka kerja sama dengan beberapa startup maupun layanan PPOB (Payment Point Online Bank) sebagai mitra untuk pembelanjaan saldo di akun pengguna Celengan ID. Dari sana didapat keuntungan untuk setiap transaksi yang terjadi. Melalui kerja samanya dengan GO-PAY, saat ini saldo juga dapat dikonversi ke sistem tersebut.

Selain itu karena Celengan ID dibangun berbasis komunitas, akhirnya para pengguna yang kebetulan memiliki usaha juga bisa bergabung menjadi mitra untuk memfasilitasi sistem pembayaran dalam pembelian produknya. Dari situ juga didapat keuntungan untuk setiap transaksinya.

“Kami melihat bahwa Celengan ID akan berkembang dengan pesat dan terus membesar karena potensi market yang dapat dilayani sangat besar. Tantangan terbesar kami saat ini lebih kepada masalah komunikasi karena tuntutan pertambahan agen yang tiba-tiba meluas hingga ke luar pulau Jawa. Namun kami terus mengembangkan tools yang mempermudah koordinasi antar pulau seperti ini,” lanjut Wawan.

Selain itu masalah yang harus dihadapi adalah belum sadarnya masyarakat akan pentingnya lembaga jasa keuangan dan produknya bagi kegiatan ekonomi mereka sehari-hari, sehingga secara perlahan dilakukan edukasi melalui fitur-fitur di layanan Celengan ID yang ada saat ini.

Membuka peluang investasi dan akselerasi

Celengan ID didirikan oleh tiga orang co-founder. Pertama ada Wawan yang fokus pada teknologi, sebelumnya ia dikenal sebagai co-founder dari startup agtech TaniHub. Selanjutnya ada Arie Liyono yang fokus pada bagian bisnis, di Yogyakarta ia dikenal memiliki beberapa usaha rintisan dan sebagai business coach. Yang terakhir ada Andini E. Hapsari, yang fokus di bagian operasional.

“Sampai saat ini kami belum mengikuti program inkubasi ataupun akselerasi, hanya beberapa acara fintech kami ikuti, seperti Pontianak Fintech Day dan Finspire 2017. Dari sisi pendanaan kami masih sepenuhnya melakukan bootstrapping, kami terbuka dengan pihak-pihak yang dapat mendukung kami baik sebagai akseleran ataupun sebagai penyedia dana apabila cocok dengan visi, misi dan kultur yang sedang kami bangun di dalam Celengan ID,” ungkap Wawan.

Target Celengan ID tahun ini adalah dapat beroperasi di seluruh wilayah Indonesia dengan persebaran agen-agen yang signifikan dan mumpuni untuk melakukan edukasi tentang melek finansial kepada para pengguna. Dari sisi inovasi produk, pihaknya juga menargetkan penyelesaian layanan chatbot sebagai tools pendukung kegiatan pengenalan dan dukungan langsung secara real time kepada semua pengguna Celengan ID. Produk lainnya yang ditargetkan selesai tahun ini ialah pengembangan ledger dengan basis teknologi Blockchain.

Application Information Will Show Up Here

Hadirnya Oorth dan Kesempatan Media Sosial Lokal untuk Bersaing

Belum lama ini tersiar kabar munculnya media sosial lokal baru bernama Oorth. Tepatnya sejak awal Oktober lalu, Oorth berusaha menggabungkan kapabilitas media sosial dengan teknologi finansial (fintech). Fokusnya bukan ke pengguna personal layaknya Facebook, melainkan ke komunitas, baik untuk komunitas sosial ataupun komunitas bisnis.

Selain Feeds untuk penyebaran informasi dan Chat untuk komunikasi, Oorth juga dilengkapi dengan fitur Donasi dan Digital Wallet. Menarik, menggabungkan Digital Wallet, memungkinkan pengguna dapat melakukan transaksi langsung dari platform media sosial tersebut. Namun demikian layanan ini belum resmi diluncurkan.

Berbincang tentang media sosial lokal, mungkin di benak kita langsung terbesit sebuah pertanyaan, “apa iya kita masih butuh inovasi berbasis media sosial tatkala Facebook, Twitter dan sebagainya sudah sangat mendominasi pasar di sini?”. Untuk itu kami berbincang dengan pengamat media sosial.

Pertama kami menghubungi Wiku Baskoro selaku pengamat media sosial. Ia mengungkapkan, bahwa pada dasarnya masih ada kesempatan untuk inovasi media sosial baru.

“Semua masih tergantung tujuan, bila lebih spesifik kemungkinan untuk scalling bakal besar peluangnya,” ujar Wiku.

Tujuan spesifik bisa jadi menghadirkan tren baru, karena uniknya memang pengguna di Indonesia bisa dengan mudah mengadopsi cara-cara baru dalam mengonsumsi konten digital.

Kami juga menghubungi pakar dari ICT Institute, Heru Sutadi. Ia menjelaskan kehadiran media sosial lokal sesungguhnya juga dapat menjadi antisipasi bilamana media sosial mainstream diblokir pemerintah atau mereka “ngambek” tidak memberikan layanan di Indonesia. Dengan alternatif, masyarakat bisa memilih mana media sosial yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan karakter lokal.

Oorth ingin menghadirkan layanan yang sistematis

CEO Oorth Krishna Adityangga menjelaskan, dirinya sangat optimis aplikasi ini dapat dinikmati dengan fitur terbaik yang dimilikinya. Selain memanfaatkan kapabilitas e-wallet –sesuatu yang cukup baru untuk pengguna media sosial di Indonesia—pendekatan ke komunitas juga dinilai akan menjadi nilai plus, karena konsep bermedia sosial yang ingin disajikan sebisa mungkin sesuai dengan kearifan budaya lokal. Akan ada inovasi yang segera dihadirkan.

Meski terlihat baru sebagai media sosial, Oorth ternyata memiliki keunikan dibanding aplikasi media sosial yang sudah ada. Menggunakan fitur E-Wallet dan Organize, kegiatan komunitas dapat mengatur keuangan secara sistematis yang dapat terlihat lengkap rekapitulasi semua arus keuangan.

“Sejak diumumkan secara perdana, saat ini user dalam aplikasi Oorth sudah lebih dari 7 ribu pengguna dan memiliki 200 lebih komunitas yang dibentuk oleh pengguna itu sendiri. Kami berharap dengan pembaharuan secara berkala melalui memantapkan fungsi dan fitur, akan semakin menambah pengguna Oorth dalam waktu dekat ini,” jelas Krishna.

Saat ini Oorth baru bisa digunakan di platform Android dan akan rilis di awal tahun 2018 untuk versi iOS, sekaligus fitur yang lebih kompleks pada sistem Android.

Application Information Will Show Up Here

BelanjaBekas Hadirkan Marketplace untuk Jual Beli dan Lelang Barang Bekas

Situs marketplace BelanjaBekas pada awalnya muncul di tahun 2016 untuk mengakomodasi penjualan barang bekas atau limbah elektronik dari dan untuk perusahaan. Startup yang berdiri di bawah naungan PT Sachihiro Digitama Indonesia ini bertekad untuk mencoba mematangkan bisnis, salah satunya dengan menyempurnakan platform dan opsi penjualan. Melebar ke kategori produk lain, kini BelanjaBekas menjual berbagai jenis barang bekas mulai dari pakaian, otomotif sampai properti.

Dari proses bisnis, BelanjaBekas masuk ke layanan C2C (Customer-to-Customer) dan C2B (Customer-to-Business). Target spesifik ke dua segmentasi tersebut juga akan menjadi perhatian serius, mengingat persaingan bisnis e-commerce dan online marketplace di Indonesia sudah sangat riuh.

Menurut CEO BelanjaBekas Daniel Siswanto tujuan utama platformnya supaya konsumen yang memiliki barang bekas namun mereka kesulitan mencari pembeli bisa langsung dijual dengan penawaran terbaik.

Tampilan situs BelanjaBekas

“Ada beberapa fitur yang tidak dapat diakses dari akun reguler, seperti halnya akun premium, pelanggan dapat menikmati fasilitas yang lebih baik dengan mencantumkan identitas diri. Hal ini juga untuk mengantisipasi user yang sedikit nakal,” ujar Daniel.

Saat ini BelanjaBekas memiliki dua tipe keanggotaan yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, yaitu akun reguler dan premium. Dengan menggunakan fitur akun reguler, pengguna dapat melakukan transaksi jual beli sesama pengguna. Berbeda dengan akun berbayar premium yang memiliki fitur lebih unggul dan jaminan keamanan dalam transaksi.

Selain pengguna premium juga dapat menjual langsung ke BelanjaBekas, mereka juga dapat membuka lelang harga barang sesuai keinginan, sekaligus yang memiliki kios dapat dipromosikan oleh situs BelanjaBekas.