Resmi hadir di Indonesia, BookMyShow Luncurkan Aplikasi Mobile Android dan iOS

BookMyShow, startup asal India penyedia layanan penjualan tiket bioskop dan event, kemarin (1/6) secara resmi mengumumkan kehadirannya di Indonesia. Bersamaan dengan itu, BookMyShow juga meluncurkan aplikasi mobile mereka untuk platform Android dan iOS. BookMyShow mengklaim saat ini sudah bermitra dengan empat jaringan bioskop besar Indonesia dengan total jumlah kemitraan 200 layar bioskop di seluruh Indonesia.

BookMyShow sebenarnya telah berekspansi ke Asia Tenggara, khususnya Indonesia, sejak sejak akhir tahun 2015 lalu. Indonesia sendiri dipilih sebagai negara pertama dengan alasan klasik, yakni tingginya penetrasi internet dan smartphone, semakin maraknya e-commerce, dan kebiasaan masyarakat yang perlahan mulai nyaman dengan transaksi online. Di negara asalnya, India, BookMyShow sudah beroperasi selama 15 tahun.

Di Indonesia sendiri BookMyShow mengklaim telah bermitra dengan empat jaringan bioskop besar (CGV Blitz, Platinum Cineplex, Golden Theater, dan New Star Cineplex) dengan total kemitraan 200 layar bioskop di seluruh Indonesia. Jumlah ini dijanjikan akan terus bertambah ke depannya.

Co-Founder dan Managing Director BookMyShow Indonesia Sudhir Syal mengatakan, “Kami ingin membuat hiburan makin mudah diakses di Indonesia, ini harapan kami. Bukan hanya bioskop, tetapi juga acara music, olahraga, dan atraksi bagi keluarga.”

Co-Founder BookMyShow Indonesia Karan Khetan menambahkan, “Indonesia menjadi pasar prospektif bagi kami karena penetrasi internet dan penggunaan mobile yang tinggi. […] Kami ingin menjadi mitra bagi para pelaku bisnis [bioskop] untuk bantu meningkatan penjualan tiket mereka, bukan berkompetisi.”

“Kami telah bermitra dengan lebih dari 200 layar bioskop di Indonesia, ini di luar dari ragam pilihan acara hiburan dan atraksi keluarga. […] Di fase awal ini kami akan terus menambah kemitraan dengan jaringan bioskop lainnya. Kemudian secara bertahap kami akan menambah layanan lainnya, seperti sektor olahraga,” lanjut Karan.

Aplikasi mobile Android yang sudah bisa diunduh dan iOS yang akan segera hadir

Bersamaan dengan perkenalan layanannya ke publik yang berlangsung Rabu kemarin di CGV Blitz, Grand Indonesia, Jakarta, BookMyshow juga mengumumkan ketersediaan aplikasi mobile mereka untuk pasar Indonesia. Aplikasi ini bisa diunduh dan dipasang untuk platform Android, sedangkan iOS masih dalam status segera hadir.

Beberapa kelebihan yang ditawarkan adalah, antarmuka yang user-friendly dan kelengkapan konten seperti trailer film, rating, ulasan, biografi aktor, situs majalah digital, hingga informasi jadwal tayang film. Di samping itu, tersemat juga fitur yang memberikan kebebasan pada pengguna untuk memilih tempat duduk.

Fitur lainnya yang tersedia adalah untuk memfasilitasi pembayaran seperti M-Ticket, Mobile Wallet, kartu kredit, dan bank transfer melalui CIMB Clik dan Mandiri Click.

Fitur M-Ticket memungkinkan pengguna untuk langsung masuk ke studio bioskop tanpa harus menukarkan tiket fisik. Sementara itu fitur mobile wallet  dapat di top up untuk melakukan pembayaran digital.

Selain di Indonesia, BookMyShow juga telah beroperasi di India, Uni Emirat Abar, dan Selandia Baru. BookMyshow mengklaim saat ini telah mendapatkan pendapatan kotor sebesar $ 200 juta dan memperoleh pendanaan total lebih dari $ 50 juta dari Accel Ventures.

Application Information Will Show Up Here

Wajah Baru Maskoolin, E-Commerce Fashion untuk Pria

Maskoolin, e-commerce mode yang membidik kaum pria Indonesia, kini tampil dengan wajah baru lewat situs versi beta yang resmi diluncurkan pada Jum’at (27/5) kemarin di Freeware Space. Ini adalah peluncuran pertama Maskoolin yang berada di bawah naungan PT Rocktokom Ritel Busana sejak berdiri tahun 2012 silam. Harapannya, lewat situs baru ini pengguna akan menjadi lebih mudah mencari barang yang diinginkan karena Maskoolin juga menyematkan beberapa fitur baru di situs anyarnya.

Maskoolin, startup Indonesia yang bergerak di industri e-commerce mode untuk pria, didirikan oleh Ilham Syafriadi, Kristian Harahap, Errol Widhavian, dan Mustafa Kemal pada tahun 2012. Awalnya, mereka hadir dengan konsep flash sale yang menjual produk diskon dari brand lokal. Namun dengan dinamika dunia startup yang terus berubah, kini Maskoolin berkembang dengan mengadopsi konsep aggregator yang mengumpulkan dan mengkurasi produk dari brand yang memiliki situs e-commerce.

Total ada 20 brand lokal yang sekarang bekerja sama, beberapa supplier tersebut di antaranya adalah Brodo, Fabelio, Monstore dan Goods Dept. Meski sempat menyediakan produk internasional, namun kini Maskoolin lebih fokus kepada produk dari brand lokal saja.

CEO Maskoolin Ilham Syafriadi menjelaskan bahwa selama empat tahun bediri, pihaknya berupaya untuk terus berjalan, mengejar target, dan juga melakukan riset terhadap pasar yang terus berkembang. Hasil dari riset itulah yang akhirnya membawa Maskoolin ke posisinya sekarang ini.

“Dari riset yang kami lakukan itulah, keluar Maskoolin yang sekarang ini. Ini lebih dari sekedar commerce, […] ada konten di dalamnya. Konten itu untuk mengedukasi konsumen, mengenai produk apa yang cocok dengannya, atau kenapa dia harus beli produk tersebut,” kata Ilham.

Wajah dan fitur baru yang tersemat di Maskoolin

Situs baru Maskoolin mengutamakan konten untuk menjadi penghubung antara konsumen dengan supplier / DailySocial
Situs baru Maskoolin mengutamakan konten untuk menjadi penghubung antara konsumen dengan supplier / DailySocial

Tujuan diluncurkannya situs versi baru ini adalah untuk memudahkan pengguna dalam mencari barang yang dibutuhkan dalam waktu sesingkat mungkin. Perbedaan wajah baru Maskoolin ini dapat dilihat dari tampilan website, content yang lebih bervariasi dan terstruktur, dan fitur baru yang disebut custom personalisation. Lewat fitur tersebut, Maskoolin dapat membantu konsumennya untuk mencari produk yang sesuai.

Ilham mengatakan, “Kami menggunakan personalisation engine sehingga setiap user yang sign up di Maskoolin mendapatkan pengalaman unik yang berbeda sesuai dengan style dan karakter mereka masing-­masing.”

Tampilan yang lebih segar pun kini diberikan untuk membantu konsumen berselancar mencari konten dan juga barang yang diinginkan. Di sini, Maskoolin mencoba lebih menonjolkan konten mereka dan berupaya untuk menjadi penghubung  antara supplier dan customer.

Ilham menjelaskan, “Kami melihat hal inilah yang selama ini menjadi missing link antara supplier dan customer. Kami berupaya menjadi penghubung dengan mengedukasi pengguna dan memberikan alasan kenapa mereka harus membeli suatu barang atau produk.”

“Menurut data kami retensi dari pengguna Maskoolin tidak hanya berasal dari diskon yang diberikan, namun lebih kepada user experience di mana Maskoolin menjadi personal curator mulai dari pilihan gaya berpakaian, kurasi konten berdasarkan kesukaan, dan menampilkan produk yang sesuai dengan budget mereka,” lanjut Ilham.

Saat ini Maskoolin mengklaim memiliki 220 ribu kunjungan ke situsnya dengan 380 page views dan 165 ribu unique user per bulannya. 90 persen dari kunjungan ke Maskoolin adalah pria di rentang usia 18-35 tahun.

Sebagi informasi, Maskoolin telah mendapatkan pendanaan dari Grupara Inc tidak lama setelah berdiri. Selain itu, pendanaan dari shareholder dan pemilik Blue Bird Group Indra Djokosoetono juga berhasil dibukan Maskoolin pada Oktober 2015 silam.

Masuk Tahun Kedua GandengTangan Hadirkan GandengTangan 2.0

Menutup bulan Mei 2016, GandengTangan menghadirkan GandengTangan 2.0. Platform digital untuk tempat masyarakat dapat memberikan pinjaman tulus dengan bunga 0% kepada wirausaha sosial dan pengusaha UMKM ini menghadirkan sejumlah fitur baru yang diharapkan dapat memberikan manfaat dengan menggandeng para UMKM untuk dapat mendaftarkan usahanya.

Sejak pertama kali diluncurkan pada 15 Maret tahun lalu GandengTangan sudah berhasil menggalang dana pinjaman lebih dari Rp300 juta yang dikumpulkan dari lebih 600 pemilik dana individu. Dana tersebut telah mendanai 12 usaha sosial yang memberikan manfaat kepada kurang lebih 3.320 orang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari Jakarta, Tanggerang hingga Kutai-Kalimantan dan Desa Adonara, NTT.

Dalam peluncuran GandengTangan versi 2.0 yang dilangsungkan Sabtu(28/5) Mei CEO GandengTangan Jezzie Setiawan menjelaskan bahwa transformasi yang dilakukan Gandengtangen ini menitikberatkan pada perluasan manfaat dengan menggandeng UMKM untuk dapat bergabung dengan GandengTangan.

“Fokus kami adalah upaya untuk penuntasan kemiskinan dan UMKM memiliki peran besar dalam penuntasan masalah sosial ini,” terangnya lebih lanjut.

Peluncuran GandengTangan 2.0
Peluncuran GandengTangan 2.0

Di versi 2.0 kali ini GandengTangan menyematkan beberapa fitur baru, seperti, kanal interaksi antara pemilik dana dengan peminjam, riwayat transaksi, dan laporan usaha yang lebih terperinci. Fitur-fitur tersebut dihadirkan dalam rangka untuk membuat semua transaksi pinjaman antara kedua belah pihak menjadi lebih transparan dan para pemberi dana dapat memantau seberapa besar dampak sosial yang mereka dapatkan setelah membantu para pemilik usaha.

Selain itu, GandengTangan versi 2.0 ini juga dilengkapi dengan fitur  “Host Event” dan “Kampanye Versi Kamu” sebagai bentuk perwujudan aksi gotong royong untuk membantu para UMKM dan wirausahawan sosial. Dengan fitur ini, masyarakat bukan hanya menjadi pemberi dana usaha saja, tetapi juga dapat menggalangkan dana pinjaman untuk usaha-usaha yang ada di GandengTangan.

Komunitas Startup Makassar dan Geliat Industri Digital di Makassar

Startup Makassar berdiri di akhir 2014 dari inisiatif segelintir pebisnis startup digital di sana yang merasa perlu ada satu wadah khusus untuk membangun ekosistem digital kreatif di ibu kota Sulawesi Selatan itu. Kami berkesempatan berbincang dengan Wakil Ketua Startup Makassar Fordyta Abubakar (Dhyto) dan pendiri LeanSkill yang juga inisiator awal Startup Makassar Fajar Assad untuk mengetahui aktivitas dan peranan Startup Makassar dalam menumbuhkan ekosistem industri digital di Makassar.

Latar belakang berdirinya Startup Makassar

Fajar menceritakan, pada tahun 2014 ia menjadi satu-satunya startup terpilih dari Makassar untuk mengikuti event business connect di Jakarta yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI. Di sana ia bertemu dengan peserta pelaku startup lain dari beberapa kota besar di Indonesia.

Setelah melewati proses kegiatan selama tiga hari, Fajar bertemu dengan mentor, startup dari berbagai daerah, angel investor, hingga venture capital di Jakarta. Ia juga berkunjung ke beberapa co-working space, kantor startup, venture capital, hingga mendatangi event startup lokal.

“Pulang dari sana, saya mencoba mendeteksi siapa saja developer, freelancer, pelaku startup, dan web designer di Kota Makassar dengan cara mengadakan meet-up setiap hari Minggu,” ujarnya.

Di meet-up pertama, terkumpul lima orang. Jumlah itu terus meningkat pada meet-up kedua dan meet-up selanjutnya, hingga mereka mengadakan rapat untuk menentukan nama dan kepengurusan dari komunitas yang mulai terbentuk.

Startup Makassar merupakan komunitas informal para pelaku startup digital di Makassar yang didirikan berdasarkan kebutuhan dari para pelaku startup digital Makassar untuk saling berbagi ilmu, keterampilan dan informasi yang berhubungan dengan dunia startup digital. Di awal kepengurusannya, Startup Makassar diketuai oleh Fachrie Lantera, lalu diganti Ammi, dan sekarang diketuai oleh Dedy Triawan.

Visi dan misi Startup Makassar

Visi dari Startup Makassar adalah untuk membentuk ekosistem startup digital di kota Makassar. Untuk mewujudkan visi tersebut mereka mempunyai misi merangkul para pendiri startup digital (tech enthusiast), freelancers, dan komunitas digital yang telah ada di Makassar untuk saling bertemu dan saling berkolaborasi.

[Baca juga: Makassar Creative Network Ajak Pengembang Berkompetisi dalam Hackathon Makassar]

Anggota komunitas Startup Makassar kini berjumlah 40-50 pelaku startup digital yang sebagian besar masih dalam tahap costumers dan product validation. Startup Makassar juga selalu menjalin sinergi dan komunikasi dengan pemerintah daerah setempat.

Tujuan berdirinya Startup Makassar adalah untuk mendeteksi para pelaku startup di Makassar. Selain itu, Startup Makassar juga menjadi wadah berkumpul bersama para pelaku startup di kota Makassar untuk saling berbagi ilmu kepada sesama anggota komunitas dan masyarakat luas.

Cakupan Startup Makassar

Saat ini, lingkup Startup Makassar masih fokus di kota Makassar saja, namun tidak menutup kemungkinan ke depannya juga menerima para pelaku startup digital dari seluruh kabupaten atau kota di Sulawesi Selatan. Dhyto bahkan menargetkan agar startup digital di Makassar dapat go national bahkan go global. Dengan adanya sinergi antar pelaku startup digital di Makassar, ia berharap semoga target yang ia inginkan dapat segera tercapai.

Sebagi informasi, industri kreatif digital di kota Makassar sendiri saat ini secara perlahan mulai terlihat geliatnya. Beberapa startup yang telah muncul dan berasal dari ibu kota Sulawesi Selatan ini di antaranya adalah sistem tender elektronik Eproc, aplikasi GetHere yang dikembangkan DNS Studio, aplikasi pesan antar makanan Wamau, dan asisten pribadi TanyaBudi.

Program kerja Startup Makassar

Dhyto menjabarkan beberapa program kerja yang telah diadakan oleh Startup Makassar adalah mengadakan pertemuan rutin yang dirangkai dengan sharing session seperti business talk, tech talk, dan design talk. Selain itu, dalam waktu dekat mereka juga akan mengadakan Startup Makassar Expo 2016 yang bertujuan untuk memasyarakatkan startup ke masyarakat umum, para developer, dan stakeholder yang ada di Makassar.

Startup Makassar Expo 2016 ini diharapkan Dhyto dapat berlangsung meriah dan bisa membantu para pelaku startup digital untuk dapat bertemu langsung dengan calon konsumen mereka. Ia juga ingin ada startup dan investor yang “berjodoh” lewat event ini.

“Saya berharap, semoga suatu saat nanti akan lahir ‘The Big Player’ dari Indonesia bagian timur,” ujar Dhyto mengakhiri perbincangan.

Qraved Resmi Hadir untuk Kota Bandung

Layanan reservasi dan direktori restoran di Indonesia, Qraved, Sabtu (28/5) kemarin secara resmi mengumumkan ekspansinya ke kota Bandung. Langkah ekspansi Qraved ke Bandung ini merupakan tindak lanjut dari pendanaan seri B sebesar $ 8 juta yang diterima pada Oktober 2015 silam. Saat ini Qraved mengklaim telah memiliki lebih dari 3.500 direktori tempat makan di kota Bandung.

Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Bandung adalah kota metropolitan dengan jumlah populasi mencapai delapan juta jiwa. Dari total populasi tersebut, berdasarkan laporan pemerintah kota Bandung tahun 2015, ada 68,4 persen penduduk yang berusia di bawah 40 tahun dan 80 persennya adalah pengguna ponsel pintar. Ini yang menjadi salah satu alasan ekspansi Qraved ke Bandung.

Di samping itu, pesatnya perkembangan industri kreatif adalah alasan lain Qraved melebarkan sayapnya ke kota Bandung. Bandung sendiri saat ini masuk dalam daftar kota kreatif dunia versi UNESCO bersama dengan 47 kota lain dari 33 negara di dunia dan Industri kreatif adalah menjadi penyumbang 11 persen pertumbuhan ekonomi kota di Bandung. Dengan eskpansi ini Qraved berharap dapat turut membantu pertumbuhan ekonomi kota di bidang kuliner.

CEO Qraved Steven Kim mengatakan, “Hingga saat ini Qraved telah memiliki lebih dari 3,500 direktori tempat makan di Bandung. Setelah meluncurkan Qraved di Bandung, kami yakin akan memiliki direktori restoran lebih banyak lagi. Kami juga akan melakukan berbagai macam aktivitas di kota Bandung agar lebih memahami kebutuhan masyarakat Bandung akan kuliner dengan mengandeng restoran dan komunitas.”

Sebelum melakukan perluasan wilayah ke Bandung, Qraved telah membukukan pendanaan seri B sebesar $ 8 juta pada Oktober 2015 silam. Sejak pendanaan tersebut Qraved mengklaim telah mengalami peningkatan signifikan dari berbagai aspek.

Qraved mengklaim sejak Oktober 2015 hingga April 2016 tercatat ada peningkatan jumlah pengunjung sebesar 66 persen. Jumlah pengguna baru juga diklaim meningkat sebesar 100 persen dan jumlah pengunduh aplikasi tercatat meningkat hingga 50 persen. Kini, sebanyak 1,5 juta pengguna aktif dan 4 juta pengunjung diklaim terhubung dengan Qraved setiap bulannya.

Qraved adalah startup Indonesia yang memberikan layanan reservasi dan direktori restoran. Startup ini didirikan pada tahun 2013 oleh tiga mantan petinggi Roket Internet. Setelah hampir tiga tahun beroperasi, Qraved mengklaim telah memiliki lebih dari 35 ribu direktori restoran untuk wilayah Jabodetabek, Bandung, dan Bali.

Application Information Will Show Up Here

Transformasi Menjadi Peer to Peer Lending Marketplace, Amartha Beri Pendekatan Offline to Online

Geliat bisnis peer to peer (P2P) lending terus terlihat berkat mulai diliriknya sektor financial technology (fintech) oleh beberapa kalangan, termasuk pemerintah. Amartha, sebuah lembaga keuangan mikro yang berdiri sejak tahun 2010 silam, tahun lalu secara resmi bertransformasi menjadi layanan P2P lending marketplace. Transformasi tersebut memungkinkan individu atau kelompok berinvestasi untuk UKM-UKM yang mencari pinjaman.

Amartha didirikan oleh seorang alumnus Harvard University Andi Taufan Garuda Putera. Ia dibantu oleh beberapa tim profesional di belakangnya dan juga didukung oleh technical assistance lembaga keuangan, baik dari dalam maupun luar negeri untuk pendekatan pembiyaan bagi masyarakat piramida. Beberapa di antaranya adalah Grameen Foundation, Microsave, dan mitra riset Bank Indonesia.

Andi mengatakan, “Kami percaya kemampuan individu dan UMKM untuk mendapatkan pembiayaan itu penting untuk menstimulasi dan mewujudkan keberlanjutan ekonomi yang sehat, diverse, dan inovatif. Sehingga di tahun 2015 kami berupaya memperluas jangkauan dengan bertransformasi menjadi penyedia layanan fintech melalui Peer-to-Peer Lending marketplace.”

Lebih jauh Andi menjelaskan bahwa tujuan transformasi tersebut adalah untuk memberdayakan bisnis di sektor informal economies, dengan memungkinkan masyarakat bisa berinvestasi langsung ke UKM. Dengan demikian, sumber pendanaan akan menjadi lebih terversifikasi mulai dari perbankan, institusi investor, investor pribadi, hingga kalangan masyarakat umum (retail investor). Dampaknya, pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih inklusif.

Sebagai lembaga keuangan mikro, pendanaan Amartha didukung oleh berbagai pihak bank seperti Bank Muamalat, Bank Sampoerna, BJB, Bank Woori Saudara, dan BNI. Semenjak bertransformasi menjadi P2P lending marketplace kini Amartha juga didukung oleh beberapa investor, baik perorangan ataupun venture capital. Sayangnya tidak ada nilai pasti yang disebut Andi untuk jumlah investasi tersebut.

Hingga hari ini Amartha mencatat sudah melayani lebih dari 20.000 orang dengan total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 37 miliar dan total kredit macet 0%. Fakta itu menjadi salah satu menjadi pertimbangan Amartha untuk terus mempercayai UKM-UKM yang mengajukan pinjaman.

“Kami telah berada di bisnis pembiayaan mikro selama lebih dari lima tahun. Selama itu pula kami membuktikan bahwa kalangan pebisnis UMKM yang terbatas terhadap layanan perbankan adalah peminjam yang baik, dengan tingkat gagal bayar 0% hingga hari ini. Kami berupaya untuk meningkatkan pengusaha mikro menjadi credity-worthy borrowers,” terang Andi.

Pun begitu, Andi juga tidak memungkiri risiko gagal bayar akan tetap ada. Tapi dengan pendekatan yang tepat dan disiplin yang dibangun, baik dari sisi peminjam atau tim di lapangan, risiko tersebut bisa dikelola dengan baik. Selain itu Amartha juga menerapkan skorsing kredit untuk memastikan risiko dapat dikelola dengan baik.

Amartha dan keunikannya

Diterangkan Andi, sebagai sebuah bisnis Amartha memiliki sejumlah keunikan jika dibanding dengan P2P lending marketplace yang ada di Indonesia. Pertama, adalah pendekatan offline to online. Kedua, adalah automated dan Dynamic Credit Intelligence System yang dibangun.

Dengan pendekatan offline to online, Amartha dapat membantu memfasilitasi pengajuan proposal dan pembiayaan ke dalam marketplace bagi peminjam yang memiliki keterbatasan akses internet. Kemudian data pembayaran angsuran diproses secara real time masuk ke akun peminjam atau investor. Ada tim lapangan yang dilengkapi perangkat Android untuk pendekatan ini.

Sementara itu melalui automated dan Dynamic Credit Intelligence System yang dibangun, marketplace Amartha memiliki proprietary risk algorithm. Ini memungkinkan Amartha membuat credit scoring berdasarkan behavioral data dan data transaksi untuk melakukan penilaian terhadap risk profile calon peminjam.

Andi mengatakan, “Kami terus berfokus di proprietary technology platform untuk membangun analytical tools sehingga memastikan lenders / investors untuk memiliki informasi yang lengkap dalam membuat keputusan dan menilai portofolio.”

Tanggapan pihak Amartha mengenai bisnis P2P lending di Indonesia

Menurut Andi hadirnya para pemain P2P lending marketplace seperti sekarang ini dapat melengkapi sistem perbankan untuk menjangkau para investor perorangan maupun peminjam dari UKM. Andi percaya dengan adanya transparansi dan keterbukaan pasar yang memungkinkan peminjam dan investor memiliki akses terhadap informasi yang dilengkapi dengan teknologi dan perangkat analisis dapat membuat pembiayaan menjadi lebih terjangkau, redirecting aset yang selama ini dipendam dalam bank, dan menarik sumber-sumber modal baru untuk asset class baru seperti usaha mikro dan kecil.

“Kami percaya lending marketplace memiliki kekuatan untuk memfasilitasi penyebaran pendanaan yang lebih efisien, meningkatkan daya saing UMKM, dan menjembatani pemerataan ekonomi di Indonesia,” imbuh Andi.

Salah satu hal yang harus dihadapi para pemain P2P lending adalah regulasi. Mengenai hal ini Andi optimis mereka akan mendapat dukungan, termasuk juga dari para pemain konvensional, seperti pihak bank.

“Kami telah berbicara dengan para pemain perbankan konvensional dan juga regulator. Secara umum mereka antusias terhadap kehadiran P2P. Beberapa bank rekanan Amartha bahkan telah menyatakan komitmen mereka untuk bekerja sama di platform P2P ini,” ujar Andi.

“Sementara itu bagi OJK sebagai regulator, dukungan mereka terlihat dari dibentuknya Focus Group Discussion dan desk khusus untuk membahas kehadiran P2P ini. Sementara aturan yang baku masih dalam proses penyusunan. Amartha senantiasa berkomitmen untuk mematuhi ketentuan regulator dan memantau perkembangan arah kebijakan P2P di Indonesia,” tutup Andi.

STEM Luncurkan Aplikasi Point of Sale Versi Berbayar iReap POS Pro

Perusahan pengembang solusi teknologi informasi dan manajemen infomasi, PT Sterling Tulus Cemerlang (STEM), Rabu silam (25/5) meluncurkan aplikasi point of sale berbayar iReap POS Pro untuk industri ritel. Bersamaan dengan itu, STEM juga merayakan pencapaian unduhan aplikasi iREAP POS Lite mereka yang melampaui 100.000 unduhan. Jumlah tersebut diklaim tidak berasal dari Indonesia saja, tetapi juga dari 200 negara lain seperti USA, Perancis, Rusia, Malaysia, Kamboja, dan Vietnam.

iReap POS adalah aplikasi sistem kasir yang dikembangkan oleh STEM untuk perangkat ponsel pintar Android. Aplikasi ini diklaim dapat memberikan kemampuan dan fleksibilitas penggunanya dalam mengatur usaha ritel yang dimiliki. Beberapa fitur yang tersemat di antaranya, pengaturan artikel, pengaturan harga barang, mengontrol persediaan, dan pencatatan transaksi kasir penjualan.

Sebagai informasi, iReap POS tidak sendirian bermain dalam ranah point of sales di Indonesia. Beberapa startup Indonesia yang memberikan layanan serupa adalah MokaPOS, Olsera, Kazir, dan Pawoon.

CEO dan Co-Founder STEM Andy Djojo Budiman mengatakan, “Industri ritel dikenal sebagai industri yang memerlukan perhatian yang rinci. […] Mencatat nilai penjualan dan pembelian, menghitung stok barang, hingga perencanaan pembelian dan pengelolaan agar keluar masuk barang terekam adalah tantangan pelaku usaha ritel. Bagi ritel berskala kecil, hal ini tidak terlalu menjadi tantangan. Namun, ceritanya jadi berbeda jika [ritel] telah memiliki banyak jaringan dan berada di berbagai kota dan pulau berbeda.”

“Saat mengembangkan aplikasi iReap POS, yang kami pikirkan adalah bagaimana memberikan solusi pengelolaan administrasi melalui teknologi informasi yang mudah dilakukan dari manapun dan kapanpun. Selain itu bisa dilakukan oleh para pelaku usaha mikro sekalipun. […] Latar belakang kami di bidang aplikasi bisnis sebagai SAP Gold Partner dan dukungan kemitraan dengan SAP Indonesia memberikan keuntungan bagi kami saat merancang iReap POS,” lanjur Andy.

Aplikasi iReap POS Pro dirancang untuk pengguna yang memiliki dan mengelola jaringan toko besar. Lewat versi Pro ini, konsolidasi transaksi dapat terjadi secara otomatis, dan laporan dapat dilihat melalui situs resmi iReap. Penggunaan pertama akan diberikan masa percobaan gratis selama tiga bulan, namun ke depannya akan dikenakan biaya berlangganan sebesar Rp 49.900 per bulan/perangkat.

iReap POS sendiri kini tersedia dalam dua versi, yakni versi gratis atau iReap POS Lite dan versi berbayar atau iReap POS Pro yang baru resmi diluncurkan. Kedua aplikasi tersebut saat ini tersedia untuk pengguna Android dan dapat diunduh secara gratis melalui Google Play.

Application Information Will Show Up Here

Sukawu Ingin Mudahkan Masyarakat untuk Dapatkan Pendidikan Non-Formal

Platform edukasi menjadi salah satu yang paling banyak dikembangkan startup lokal. Berbagai jenis layanan yang kian terfokus pada suatu hal kian hari kian bertambah. Belum lama ini juga santer muncul di permukaan startup edukasi (edutech) bernama Sukawu. Diinisiasi oleh Dr Teddy Tjandra (Founder dan CEO) seorang lulusan Doctor of Philosophy dari University of Oxford, Sukawu menghadirkan solusi untuk mempermudah masyarakat menemukan layanan kursus dalam pendidikan non-formal untuk berbagai keterampilan.

Startup yang masih berjalan dengan skema bootstrapping ini mencoba mengajak orang-orang untuk memaksimalkan segala potensi yang dimiliki oleh tiap individu dengan cara memberikan inspirasi dan akses untuk mengembangkan sumber daya manusia dalam hal pengembangan diri baik dari segi akademik, karier maupun keterampilan hidup (life skills).

Sejak Sukawu berdiri pada tahun 2015, berbagai fitur telah di rilis sampai saat ini. Salah satu yang menjadi fitur utamanya adalah online marketplace. Online marketplace tersebut memberikan akses kepada pengguna untuk mendapatkan informasi mengenai beragam pilihan kursus di segala bidang seperti kursus fotografi, media kreatif, seni dan desain, sampai bahasa, musik, memasak dan bahkan kelas vokal.

Selain itu, pengguna dapat melakukan pembelian kursus yang diminatinya secara instan, aman dan terpercaya melalui pembayaran online gateway yang didukung oleh berbagai bank di Indonesia. Di samping itu, Sukawu juga membantu lembaga penyedia kursus untuk dapat mencapai pelajar yang lebih luas dan menjangkau lokasi di seluruh Indonesia serta membangun reputasi dan visibilitas online mereka dengan cara lebih efisien.

Tak hanya itu, Sukawu juga memperluas layanan dengan program Continuous Training Programme (CTP) atau Program Pelatihan Berkelanjutan. Program ini diberikan untuk siswa, guru maupun orang tua melalui berbagai kegiatan seperti pelatihan, workshop dan seminar yang dilakukan di sekolah. Dengan program ini, Sukawu meyakini akan dapat memberikan wawasan dan informasi mengenai bakat, passion, keterampilan dan karakter anak yang melibatkan orang tua dan guru. Program ini diberikan oleh pakar profesional yang ahli di bidangnya seperti psikolog, konselor dan trainer.

“Kami akan terus melakukan inovasi mengembangkan platform Sukawu sebagai satu-satunya marketplace di Indonesia dengan fitur-fitur dan aplikasi mobile yang canggih untuk memudahkan pencarian dan pemesanan program kursus dan pelatihan serta produk dan layanan kami lainnya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Kami juga akan meluaskan program serta layanan dengan ekspansi di luar kota Jakarta dalam setahun ke depan,” ujar Teddy Tjandra.

Keyakinan Sukawu terhadap ekosistem edutech di Indonesia

Nama “Sukawu” ini berasal dari dua kata yaitu “Suka” dan “Wujudkan” karena Teddy percaya bahwa setiap orang perlu mengeksplorasi bakat minat sedini mungkin dan mencari apa yang kita sukai untuk mewujudkan impian masing-masing. Semangat tersebut juga yang menjadi keyakinan Sukawu terhadap ekosistem startup edutech di Indonesia.

“Saya rasa ekosistem edutech di Indonesia masih dalam tahap perkembangan awal. Sudah ada beberapa startup yang menyediakan platform yang memfasilitasi metode pembelajaran secara online dengan konten yang tentunya memudahkan murid untuk mengakses informasi dengan mudah di mana pun mereka berada. Akan tetapi, untuk menyikapi era globalisasi yang terus berkembang, masih banyak hal yang harus dikembangkan agar Indonesia terus maju dan siap bersaing dengan negara asing terutama Asia,” ungkap Teddy.

Bagi Sukawu ini adalah saatnya untuk merangkul dan menerapkan teknologi modern di sektor pendidikan Indonesia dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Namun itu akan sia-sia jika tidak didukung oleh infrastruktur jaringan internet yang maksimal di seluruh Indonesia baik di kota kecil maupun kota besar. Sukawu berharap agar teknologi dan internet lebih dapat maksimal agar dapat menunjang pelaksanaan pendidikan secara online maupun offline.

Anterin Siap Jadi Marketplace untuk Armada Transportasi, Pergudangan, dan Logistik

Logistik adalah salah satu segmen yang turut terkena imbas naiknya jumlah transaksi online, baik itu melalui situs-situs e-commerce maupun layanan on-demand. Peluang yang cukup besar dan masih berpotensi untuk tumbuh itulah yang menjadi salah satu alasan PT Anterin Digital Nusantara menghadirkan layanan Anterin.

Pihak Anterin menjelaskan, “Anterin adalah sebuah marketplace [berbasis aplikasi mobile] untuk logistik, pergudangan, dan penyedia layanan transportasi. Anterin menawarkan biaya untuk layanan pengiriman, transportasi, dan pergudangan berdasarkan sistem lelang yang dilakukan oleh mitra terdaftar dan begitu juga sebaliknya untuk pengguna.”

Konsep yang diusung Anterin yakni berbentuk marketplace. Tujuannya, untuk memudahkan tiga isu utama yang coba dipecahkan, yaitu biaya pengiriman, real time tracking, dan ketersediaan sumber daya armada.

Mitra yang bergabung nantinya dapat menyewakan armada angkut maupun gudang mereka untuk digunakan oleh pengguna. Semua transaksi yang terjadi dijanjikan akan dimudahkan dengan hadirnya aplikasi mobile Anterin yang telah meluncur pada bulan Mei 2016 dalam versi Alpha di Google Play.

Co-Founder Anterin Rahmat Efendi mengungkapkan bahwa pihaknya menargetkan menjadi salah satu platform terdepan untuk kebutuhan pergudangan dan transportasi, dengan menyediakan solusi terintegrasi dan biaya yang terjangkau berkat sistem lelang yang ada di Anterin.

Rachmat menjelaskan, “Kami mengusung auction based service, [jadi] biaya setiap jasa yang ditawarkan berasal dari mitra. [Untuk] Revenue didapat dari service fee sebesar 5-10% dari setiap jasa yang ditawarkan dan melalui advertising kendaraan yang dimiliki oleh mitra.”

Dengan sistem yang coba dibangun Anterin salah satu isu pertama dan utama yang harus dihadapi adalah tentang kepercayaan. Terlebih dalam hal logistik, pergudangan dan transportasi yang membutuhkan kepercayaan dari pengguna.

Kini Anterin sendiri tengah fokus untuk merangkul sebanyak mungkin mitra yang akan menyediakan armada atau gudang untuk disewakan. Harapannya, sistem dan layanan yang dibangun menjadi lebih matang dan dapat menumbuhkan kepercayaan pengguna.

Application Information Will Show Up Here

Cozora Sediakan Pengalaman Belajar Online Interaktif

Cozora merupakan sebuah portal “live cast” yang dapat dimanfaatkan untuk menggelar acara secara online. Dibekali dengan kemampuan live audio, live presentation dan live chat, seseorang dapat menyelengarakan acara yang diikuti oleh banyak audience. Dalam beberapa kali percobaan, bahkan Cozora juga berhasil meng-online-kan sebuah acara dengan mode live streaming interaktif.

Untuk berpartisipasi dalam sebuah live cast, peserta diwajibkan memiliki akun Cozora. Platform yang dikembangkan di atas platfrom ASP.NET dan Microsoft Azure ini saat ini masih dalam fase beta, akan tetapi sudah terdapat rangkaian acara rutin yang dapat diikuti oleh penggunanya, untuk berbagai jenis tema bahasan.

Menurut pemaparan Co-founder Cozora Riza Herzego, Cozora diambil dari kata “ozora”, dalam Bahasa Jepang artinya langit.

“Kita sengaja tidak membuat nama yang artinya jelas, karena kami tidak mau menentukan produk kita dari nama kita. Sehingga seandainya produknya berubah, nama tidak harus berubah.” ujar Zego.

Tim Cozora sampai saat ini terdiri dari 3 orang, semua berasal dari Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia angkatan 2011. Mereka bertiga telah memulai Cozora sejak tahun 2015, namun awal idenya adalah online course. Melihat hasilnya yang kurang baik, akhirnya Zego dan tim melanjutkan riset dan memutuskan untuk pivot ke ide live broadcasting. Cozora launch live session pertama tanggal 1 Januari 2016.

Saat ditanya terkait dengan investasi, Zego menjawab:

“Kita sudah memiliki angel investor, cukup untuk makan sehari-hari.”

Cozora sendiri masih belum bisa menyebutkan kapan versi full akan launch. Sekarang tim Cozora sedang melakukan banyak eksperimen untuk memilih fitur dan use-case baru yang bisa difokuskan di Cozora. Salah satunya sedang menyiapkan fitur video untuk melengkapi experience live session itu sendiri.

“Sebenarnya kami fokus ke masalah. Masalah kami yang ingin kami selesaikan adalah masalah pendidikan. Awalnya kami pikir, dengan membuat video bagus saja kita bisa menggantikan pendidik di kelas, kita bisa langsung mendorong orang untuk belajar. Namun itu ternyata salah. Pendidik itu tidak bisa digantikan, karena pendidik itu yang memberi motivasi, yang membimbing social process of learning dari para murid. Maka dari itu, kami ingin memfasilitasi pendidik untuk berinteraksi dengan murid. Cara yang kita pilih adalah live broadcasting, dengan suara, karena kita melihat itu bisa lebih efektif dan nyaman dibanding hanya menggunakan teks,” ungkap Zego.

Untuk tahun ini, target Cozora bukan angka pengguna, namun kualitas manfaat yang diberikan oleh produk. Zego dan rekan sadar tantangan Cozora ini banyak, mulai dari teknologi live streaming yang dibilang terlalu dini melihat kesiapan infrastruktur internet di Indonesia, sampai fokus Cozora ke arah pendidikan yang mungkin minatnya tidak sebesar bidang entertainment. Cozora masih mengejar product market fit serta mencari model bisnis yang cocok. Karena tim Cozora yakin, hal tersebut yang perlu diraih sebagai amunisi, agar bisa berkembang pesat ke depannya.