Webinar #SelasaStartup How Edtech Startups Steal a Spotlight in the Pandemic

Webinar #SelasaStartup merupakan acara mingguan yang diadakan setiap hari Selasa dengan menampilkan tech founder dan pelaku industri untuk dapat memberikan insight kepada komunitas teknologi DailySocial.id. Selama pandemi covid-19, webinar #SelasaStartup diadakan secara online melalui youtube channel DailySocial.id secara live.

Pada sesi webinar #SelasaStartup kali ini DailySocial.id mengundang Tomy Yunus, Co-Founder & CEO Cakap dengan mengusung tema How Edtech Startups Steal a Spotlight in the Pandemic.

Cakap adalah sebuah perusahaan startup pengembang aplikasi edukasi teknologi asal Indonesia yang berfokus kepada pendidikan dua arah secara daring.

Webinar Selasa Startup
Tomy Yunus, Co-Founder & CEO of Cakap

Webinar ini akan membahas mengenai bagaimana kondisi pandemi dapat mendorong startup edtech untuk semakin berkilau, terutama yang menyediakan berbagai pelatihan untuk meningkatkan skill dan kemampuan penggunanya. Akan dibahas pula mengenai perubahan perilaku pengguna layanan edtech secara umum sejak pandemi berlangsung dan masyarakat lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, serta perubahan strategi seperti apa yang dilakukan Cakap untuk dapat mempertahankan bisnisnya.

Daftar segera di loket.com/event/dsxck

Button

Layanan Singgahsini Jadi Strategi Perluasan Bisnis Mamikos, Gandeng Mitra Pemilik Properti

Setelah sebelumnya dikenal dengan nama Mamirooms, salah satu layanan Mamikos yang diperuntukan kepada pemilik indekost, kini mengubah nama menjadi “Singgahsini”. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Mamikos Maria Regina Anggit mengungkapkan, perubahan nama dilakukan untuk memberikan nuansa lokal karena Singgahsini merupakan layanan manajemen properti yang berasal dari Indonesia.

“Kami ingin membantu lebih banyak lagi pemilik kos untuk mengoptimalkan okupansi kosnya, juga memberikan kenyamanan tempat tinggal yang lebih baik bagi pencari kos,” kata Anggit.

Singgahsini menawarkan pengelolaan properti end-to-end sehingga mitra (pemilik properti) tidak perlu khawatir mengenai operasional bisnis. Sejak diluncurkan pada bulan Januari 2019, kos Singgahsini telah tersebar di Jabodetabek, Bandung & Jatinangor, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, dan Malang.

Beberapa layanan yang disuguhkan ke mitra meliputi pemasaran kamar, pemasaran visual, standardisasi fasilitas dan re-touch/re-design, pre-conditioning, pelatihan kepada operator atau penjaga, pembuatan SOP, penjadwalan survei, hingga pengelolaan pemesanan.

“Singgahsini bekerja sama dengan mitra Mamikos untuk memenuhi okupansi kos dengan beberapa model kerja sama, yakni Bagi Hasil, Minimal Jaminan Pendapatan, atau Jaminan Pendapatan Penuh; tergantung dari hasil evaluasi properti. Untuk saat ini Layanan Singgahsini masih untuk kos, namun tidak menutup kemungkinan akan merambah ke apartemen,” kata Anggit.

Indekost yang dapat bergabung dengan Singgahsini yakni mereka yang memiliki fasilitas kamar isian serta fasilitas penunjang lainnya seperti kamar mandi dalam, Wi-Fi, TV, dan AC. Tim Transformasi Mamikos nantinya juga senantiasa mengecek/menyurvei kos-kos yang berminat bergabung dengan Singgahsini untuk memastikan standarnya sesuai dengan yang sudah ditentukan.

Keunggulan Singgahsini

Secara khusus layanan pengelolaan end-to-end kepada pemilik indekost juga telah ditawarkan oleh pemain serupa lainnya seperti RoomME. Namun Mamikos mengklaim memiliki keunggulan tersendiri yaitu, Singgahsini berkoordinasi secara transparan dengan mitra Mamikos terkait pengelolaan dan kebijakan.

“Kami menyediakan jasa konsultasi perawatan aset dan perbaikan fasilitas, manajemen komplain kos, serta pengelolaan kos yang terukur dan maksimal. Selain itu, listing kos kami pasarkan melalui Mamikos, yang memiliki 5 juta pengguna aktif dengan harga optimal serta foto dan video eksklusif. Dan yang terpenting, kami mengelola kos secara digital untuk semakin mengefektifkan industri properti,” kata Anggit.

Ke depannya, Singgahsini akan memperluas jaringannya hingga ke seluruh Indonesia untuk membantu lebih banyak mitra Mamikos dalam memaksimalkan potensi pendapatannya dan memberikan hunian eksklusif yang nyaman bagi pencari kos.

Di masa Pandemi, untuk mendukung mitra agar properti kosnya tetap aman dan diminati oleh calon penghuni, Singgahsini juga memiliki program “Kos SEHAT” yang merupakan salah satu upaya untuk membantu pemerintah dalam mencegah penyebaran Covid-19 dengan penerapan protokol kesehatan mulai dari penyediaan tempat cuci tangan dan hand sanitizer di depan kos, cek suhu, dan edukasi untuk penggunaan masker.

“Hadirnya Singgahsini diharapkan dapat memberikan layanan auto-pilot dalam pengelolaan kos, membuat bisnis kosnya stabil dan lancar serta membuka potensi bagi mitra Mamikos untuk terus mengembangkan bisnis kosnya,” kata Anggit.

Application Information Will Show Up Here

Inilah 3 Lulusan Terbaik Program DSLaunchpad 2.0

Babak Demo Day DSLaunchpad 2.0 telah selesai dilaksanakan. Dalam fase terakhir program akselerasi startup yang diselenggarakan oleh DailySocial.id dan didukung oleh Amazon Web Services (AWS) ini, terpilihlah 3 startup dengan predikat Best Graduate alias lulusan terbaik program akselerasi DSLaunchpad 2.0. Ketiga startup lulusan terbaik ini berhak menerima hadiah utama berupa uang tunai senilai total Rp 100 juta, dengan pembagian Rp 50 juta untuk Best Graduate I, Rp 30 juta untuk Best Graduate II, dan Rp 20 juta untuk Best Graduate III.

Dalam babak Demo Day yang diselenggarakan secara online pada hari Rabu, 9 Desember 2020 pukul 13.00 – 15.00 WIB, 10 peserta terbaik program DSLaunchpad 2.0 yang sebelumnya telah terpilih melakukan pitching di hadapan para juri yang terdiri dari Edy Sulistyo (CEO of Go-Play), Shinta Nurfauzia (Co-CEO dan Co-Founder of Lemonilo), Johnny Widodo (CEO of OLX Autos Indonesia), On Lee (CTO of GDP Venture), serta Budiman Wikarsa (Head of Startups Ecosystem – Indonesia, AWS).

Kriteria penilaian yang dijadikan acuan untuk memilih lulusan terbaik dalam babak Demo Day ini antara lain sebagai berikut: Problem are tried to figure out, The technology is used, Business model, UI/UX, dan The pitch presentation. Lewat proses penilaian yang tidak mudah, para juri akhirnya memilih 3 startup yang berhak menyandang predikat Best Graduate, hasilnya adalah sebagai berikut.

Best Graduate I – Schoters

Startup ini bergerak di bidang pendidikan yang model bisnisnya fokus untuk membantu penggunanya untuk mempersiapkan studi S1, S2, dan S3 ke luar negeri. Mulai dari persiapan bahasa, mencari kampus dan beasiswa, hingga pengurusan visa dan administrasi dokumen lainnya. Pada saat pitching di babak Demo Day DSLaunchpad 2.0, Radyum Ikono selaku Co-Founder dan CEO menyampaikan bahwa saat ini Schoters juga telah memiliki lebih dari 300 ribu pengguna, serta telah membantu para penggunanya untuk diterima di lebih dari 100 universitas di 26 negara. Dengan predikat Best Graduate I, Schoters berhak memenangkan hadiah uang tunai senilai Rp 50 juta.

Best Graduate II – Scrapiro

Startup asal Jakarta ini menyediakan layanan untuk menghubungkan antara pemilik sampah dengan pengumpul sampah yang ada di sekitarnya, untuk mempermudah transaksi daur ulang sampah. Dalam mengembangkan aplikasi, mereka juga menggunakan sistem geolokasi dan live chat bot, serta memanfaatkan WhatsApp sebagai sarana komunikasi untuk mempermudah pengguna dalam menggunakan layanannya. Dengan menjadi Best Graduate II, Scrapiro berhak memenangkan hadiah uang tunai senilai Rp 30 juta.

Best Graduate III – Tebengan Indonesia

Startup ini bergerak di bidang transportasi, dengan menjelaskan dirinya sebagai marketplace jual beli kursi kosong untuk perjalanan antar kota. Tebengan Indonesia adalah aplikasi ridesharing yang menemukan pengemudi dan penumpang di lingkungan yang sama yang pergi ke arah yang sama untuk mengatur perjalanan tebengan bersama. Dengan predikat Best Graduate III, Tebengan Indonesia berhak memenangkan hadiah uang tunai senilai Rp 20 juta.

DailySocial.id dan AWS selaku penyelenggara mengucapkan selamat kepada para lulusan terbaik program akselerasi DSLaunchpad 2.0. Semoga hadiah dan penghargaan yang diterima dapat menjadi pendorong untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas startup yang dimiliki agar dapat memberikan layanan yang lebih baik bagi para pengguna dan masyarakat secara umum. DailySocial.id dan AWS juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh founders yang telah berpartisipasi dalam program ini. Mulai dari 736 founders yang telah mendaftar, 118 startup yang berhasil menjadi peserta terpilih untuk mengikuti rangkaian program utama, hingga 10 peserta terbaik yang berhak melakukan pitching di babak Demo Day.

Semoga rangkaian program DSLaunchpad 2.0 yang telah diselenggarakan oleh DailySocial.id dan AWS dapat memberikan pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan manfaat yang baik bagi perkembangan startup para peserta ke depannya. Sampai jumpa dalam program DSLaunchpad batch selanjutnya!

Pentingnya Memahami Tujuan dan Strategi Marketing untuk Startup

Upaya pemasaran merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh setiap startup, terutama bagi startup yang masih berada di tahap awal. Selain membantu menciptakan awareness terkait produknya, kegiatan pemasaran juga dapat membantu startup tahap awal melakukan validasi ide dan model bisnis, serta menguji prototipe produk yang telah dibuat.

Hal tersebut membuat topik marketing juga tidak ketinggalan untuk menjadi pembahasan dalam kegiatan mentoring pada program akselerasi DSLaunchpad 2.0 yang didukung oleh Amazon Web Services (AWS). Untuk membantu para peserta lebih memahami strategi dan eksekusi marketing startupnya, turut hadir sebagai mentor Johnny Widodo (CEO OLX Autos Indonesia) dan Shinta Nurfauzia (Co-CEO and Co-Founder of Lemonilo), untuk berbagi pengalaman dan pengetahuannya pada rangkaian terakhir sesi mentoring pada program akselerasi ini.

Mengerti Makna dan Tujuan dari Upaya Marketing yang Ingin Dilakukan

Secara pengertian, ada banyak sekali pengertian marketing yang bisa kita temukan di buku, internet, maupun sumber lainnya. Namun, menurut Johnny Widodo, dari berbagai versi pengertian marketing, secara kesimpulan ada beberapa hal yang dilakukan oleh marketing dalam perannya mendukung perkembangan bisnis.

Yang pertama, marketing dilakukan untuk mencari dan mengerti unfulfilled needs dan desire para konsumen. “Marketing has to think how it can help to profitably translate that consumer needs into revenue or even profit.” ujar Johnny. Kedua, marketing merupakan upaya untuk membangun hubungan dengan konsumen. Terakhir, untuk membangun hubungan tersebut, marketing dapat dilakukan dengan menciptakan pesan yang dapat mendorong konsumen untuk mengambil satu action.

Setelah itu, hal pertama yang harus dilakukan oleh startup untuk memulai upaya pemasarannya adalah dengan menentukan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Johnny, ada dua objektif utama dalam upaya marketing, yang pertama adalah membangun brand lalu yang kedua adalah mendukung growth dari bisnis yang dimiliki. Senada dengan Johnny, dalam presentasinya, Shinta Nurfauzia mengungkapkan secara umum ada beberapa marketing objectives yang biasa digunakan, yaitu:

  • Melakukan promosi produk baru
  • Membangun brand awareness
  • Meningkatkan penjualan
  • Membidik market dan konsumen baru
  • Menjaga hubungan dengan konsumen lama
  • Meningkatkan brand loyalty;

Selain marketing objectives yang disebutkan di atas, tentunya masih banyak lagi pilihan lainnya dalam menentukan tujuan pemasaran, tergantung kebutuhan brand masing-masing. “Pertanyaan pertama kalau kita mau melakukan marketing, apa dulu nih tujuannya, harus jelas, karena tujuan yang berbeda maka cara dan usahanya bisa berbeda pula.” jelas Shinta.

Membangun Strategi dan Eksekusi Marketing di Tahap Awal

Dalam membangun suatu brand, strategi marketing dapat difokuskan untuk memenuhi berbagai marketing funnel yang dimiliki. Hal ini dilakukan untuk mengonversi konsumen potensial mulai dari tahap awareness hingga advocacy, dimana konsumen akan menjadi sosok brand evangelist untuk startup. “Bagaimana sebenarnya kalau kita lihat dari awareness orang yang pernah dengar brand kita sampai dia mengconsider untuk memakai, sampai dia coba, sampai dia beli lagi, sampai dia akhirnya bilang I’m just gonna use that brand.” tambah Johnny. Selain itu, dari dua sesi yang berbeda, ada dua hal utama yang perlu diperhatikan dalam penyusunan strategi dan eksekusi marketing di tahap awal menurut kedua mentor, yaitu bagaimana startup dapat memilih channel marketing yang tepat dan memulai upaya pemasaran secara organik lewat peran digital marketing.

a. Memilih Chanel Marketing yang Tepat

Untuk membuat strategi marketing yang tepat, startup juga perlu mengandalkan data dan insight. Peran kedua hal tersebut disini sangat penting untuk membantu startup dalam membangun strategi di awal, serta mengevaluasi strategi tersebut di akhir kampanye. Termasuk dalam menentukan channel marketing apa yang akan digunakan untuk menjangkau konsumen.

Bagi startup di tahap awal, mengetahui channel marketing yang tepat tentunya dapat membantu mereka menghemat tenaga dan biaya dalam melakukan kegiatan marketing. Salah satu caranya dengan mengetahui siapa target konsumen utama kita, lalu memilih channel apa yang efektif untuk menjangkau mereka. “Kalau budget kita tidak banyak, sebenarnya akan sangat membantu jika kita tahu dulu low-hanging fruit consumen kita siapa atau main target market kita siapa, kemudian kita fokuskan energy dan juga cost untuk marketing ke satu target itu.” tambah Shinta.

b. Memulai dari Upaya Organik lewat Digital Marketing

Dalam sesinya, Shinta menyarankan kepada para pelaku startup tahap awal untuk memulai upaya marketing secara organik, salah satunya melalui digital marketing. “Always start with organic channel, always start with organic digital marketing.” ujarnya. Saat ditanya kapan seharusnya startup mulai melakukan upaya berbayar dalam strategi marketing, Shinta menjawab salah satu indikatornya adalah saat kurva perkembangan saat melakukan upaya organik mulai stagnan. “At one point growthnya stagnan curve-nya, disitulah dibutuhkan paid marketing.” ucapnya.

Pada akhirnya, tujuan dan strategi marketing yang diterapkan oleh masing-masing startup harus kembali disesuaikan dengan kebutuhan brand dan juga karakteristik konsumen. Selain itu, startup juga harus terus menganalisis data yang dimiliki untuk dapat dijadikan bahan menyusun strategi marketing berikutnya. Dengan penyusunan strategi yang tepat, startup dapat menjangkau konsumennya dengan lebih efektif dan efisien.

Prototyping, Cara Startup Mengembangkan Produk dengan Lebih Efisien

Selain melakukan validasi ide bisnis dan pembuatan business model yang tepat bagi startupnya, seorang founder juga perlu memikirkan bagaimana produk maupun layanannya bisa diuji kepada pengguna di awal pengembangannya. Salah satu cara melakukannya adalah dengan membuat prototipe dari platformnya. Melalui prototipe, startup dapat menguji dan mendemonstrasikan produknya dengan lebih cepat, simpel, dan efisien. Dengan begitu, startup dapat mengukur apa yang berjalan baik dan bergerak cepat untuk memperbaiki kekurangan yang dimiliki berdasarkan feedback pengguna.

Prototyping ini juga menjadi topik lanjutan dalam mentoring program akselerasi DSLaunchpad 2.0 yang didukung oleh Amazon Web Services (AWS). Pada topik ini, Ivan Arie (Co-Founder & CEO of Tanihub), Agung Bezharie Co-Founder & CEO of Warung Pintar, Mehr Vaswani (Startup Business Development Associate of AWS), dan Andrew Wangsanata (Solution Architect of AWS) hadir untuk berbagi pengalaman dan insight terkait prototyping kepada para peserta.

Kurangi Risiko dan Percepat Inovasi lewat Prototyping

Tujuan utama dari membuat prototipe bagi startup adalah mengurangi risiko produk yang dibuat di awal tidak cocok dengan kebutuhan dan keinginan pengguna saat produk dalam versi yang lebih lengkap diluncurkan. Melakukan prototyping juga membantu startup mempercepat inovasi dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan dalam pengembangan produknya.

Prototipe dapat dibuat dengan simpel namun tetap representatif dengan fitur dan bentuk yang minimalis. Menurut Andrew Wangsanata, startup dapat membuat prototipe yang simpel sebelum membuat platform yang lebih kompleks agar dapat melakukan banyak iterasi. “Kita selalu mau simple prototype sebelum yang kompleks, jadi kita bisa mulai kecil, kita bisa gagal dengan cepat, kita bisa iterasi dengan lebih banyak.” ujarnya.

Selain itu, Andrew juga menambahkan bahwa dengan membuat prototipe, startup dapat melakukan pengembangan produk yang bagus dengan lebih efisien. “Sebenarnya kalau kita prototyping, itu akan membuat produk yang lebih bagus, harga yang  lebih rendah, dan lebih efisien. Kenapa? Karena waktu kita prototyping, kita mulai dari kecil atau yang simple dan kita iterasi banyak.” tambahnya.

Lewat prototipe, startup juga dapat secara langsung melihat bagaimana pengguna merespon fitur-fitur esensial di versi awal produknya. Berbagai respon, baik positif maupun negatif, harus diperhatikan oleh founder. Hal ini berguna untuk benar-benar memvalidasi bagaimana produk yang dihadirkan dapat diterima dengan baik oleh calon pengguna ketika secara resmi diluncurkan. Tidak hanya itu, adanya prototipe juga memberikan kesempatan startup untuk membangun reputasi di kalangan pengguna.

The point of prototype is to validate certain ideas, jadi ideas apa sih yang mau di-validate. Mau gak sih orang untuk spend their time disini, mau gak sih orang menggunakan tools ini untuk membantu bisnisnya, atau misalnya (calon pengguna) mau gak sih orang pake tools ini untuk bisa connect ke supplier atau consumernya.” jelas Agung Bezharie.

Pentingnya Mindset Agile dan Open-Minded dalam Prototyping

Guna mendukung proses prototyping yang cepat, startup juga memerlukan mindset dan framework yang mendukung, salah satunya dengan menerapkan sistem kerja yang agile. Melalui Agile ways of working, tim dapat bekerja dengan lebih cepat untuk menyelesaikan bagian-bagian kecil, serta saling terintegrasi dengan tim lain untuk mewujudkan pengembangan produk yang lebih cepat. Teknik kerja yang erat dikaitkan dengan sistem ini juga dikenal sebagai design sprint. “How you build software quickly and fast and instead of building everything upfront, you break it into smaller pieces.” ujar Mehr Vaswani saat menjelaskan tentang cara kerja yang agile.

Mindset lainnya yang juga wajib dimiliki oleh para founder adalah keterbukaan pemikiran terkait pengembangan produk. Seorang founder bisa saja memiliki ide untuk membuat aplikasi dengan kompleksitas fiturnya, akan tetapi bila hal tersebut tidak dibutuhkan oleh pengguna maka solusinya akan sia-sia dan tidak maksimal. Menurut Ivan Arie, dalam fase ini startup harus terbuka dengan pilihan berbagai opsi channel pengembangan produknya. “Keterbukaan dan open-minded dari tim co-founder itu penting banget untuk menentukan channel apa yang mau dipakai pertama kali.” jelas Ivan Arie.

Hal ini juga berkaitan dengan pemilihan bentuk prototipe yang akan digunakan. Anda bisa membuat prototipe dalam bentuk sebuah landing page, aplikasi sederhana, slide presentasi, atau bahkan dengan video penjelasan mengenai fitur yang dimiliki produk Anda. “There is no one best or only channel that is right.” ujar Ivan.

Bila menemukan kegagalan dalam proses prototyping, founder juga harus terus siap dan fokus pada perbaikan yang bisa dilakukan berdasarkan feedback dari konsumen yang didapatkan. “Kegagalan itu adalah bagian dari inovasi, kita gak bisa berinovasi tanpa kegagalan pastinya kita akan mengalami kegagalan yang besar. Yang kita mau kita bisa mengontrol bagaimana kegagalan itu terjadi.” tambah Andrew Wangsanata.

Proses prototyping ini tentunya bukan perjalanan yang mudah dan cukup dilakukan sekali saja. Feedback yang didapatkan dari konsumen, harus menjadi dorongan untuk melakukan iterasi secara terus menerus. Hal ini penting untuk dilakukan agar saat diluncurkan, platform yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan dan kemauan pengguna. “Prototype itu gak cuma terjadi sekali, it’s a constant process that you have to do over and over again inside your startup.” tutup Agung Bezharie.

Menentukan Business Model yang Tepat di Awal Perjalanan Startup

Memiliki ide bisnis yang tervalidasi dengan baik memang dapat menjadi bekal yang bagi suatu startup untuk menjalankan bisnisnya. Akan tetapi, ide bisnis tersebut akan menjadi sia-sia bila tidak dieksekusi dengan business model yang tepat. Business model merupakan aspek yang menjelaskan bagaimana startup dapat mengoperasikan dan menghasilkan value dan revenue pada bisnisnya.

Menyusun business model yang tepat di awal perjalanan startup bukan lah hal yang mudah.  Founder tidak hanya perlu memikirkan bagaimana solusinya sesuai dengan kebutuhan pengguna, tetapi juga harus memikirkan bagaimana solusi tersebut juga dapat menghasilkan pemasukan untuk keberlangsungan dan pengembangan bisnisnya. Demi mencapai hal tersebut, founder harus terus bereksperimen untuk menemukan komposisi business model yang tepat bagi startupnya.

Untuk itu, penyusunan business model ini menjadi topik dalam kegiatan mentoring program akselerasi DSLaunchpad 2.0 yang berkolaborasi dengan Amazon Web Services (AWS). Melalui topik ini, para peserta mendapatkan kesempatan untuk mempelajari pembuatan business model yang tepat bagi bisnisnya bersama Edy Sulistyo (CEO of Go-Play), Markus Liman Rahardja (VP of Investor Relation & Strategy BRI Ventures), dan Steve Patuwo (Business Development Manager of AWS).

Menyusun dan Memvisualisasikan Business Model Canvas (BMC)

Dalam membuat sebuah business model, kerangka umum yang cukup banyak digunakan oleh startup adalah business model canvas (BMC). Melalui kanvas ini, startup dapat menyusun, memvisualisasikan, serta menjelaskan elemen-elemen bisnis yang saling memiliki keterkaitan.

Founder dapat menggunakan BMC untuk mengembangkan ide atau membuat sebuah business model baru. Menyusun business model canvas dengan baik juga dapat memperlihatkan kekuatan yang dapat dimanfaatkan dan kekurangan yang perlu diperbaiki dari sebuah bisnis. “Business model itu menunjukkan kemampuan kalian (startup) berelasi dengan customer dan juga bagaimana Anda mendatangkan revenue untuk bisnis Anda.” jelas Markus Liman Rahardja.

Ada sembilan elemen yang perlu dicantumkan dalam BMC, yaitu: Key Activities, Key Partners, Key Resources, Channels, Value Proposition, Customer Segments, Customer Relationships,  Revenue Streams, dan Cost Structure. “This structure enables you to basically set out what elements needed to operationalize your business, elemen-elemen ini yang penting untuk diperhatikan sebelum Anda mengeksekusi your startup.” ujar Steve Patuwo terkait penggunaan BMC.

business model startup
Business Model Canvas (strategyzer)

Business Model juga Harus Divalidasi

Di awal perjalanan bisnisnya, bukan hanya ide bisnis yang harus divalidasi oleh para startup, melainkan juga business model yang mereka usung. Pada awalnya, founder mungkin perlu sedikit melakukan eksperimen untuk berhasil menemukan formula yang tepat terkait ide dan business model startupnya. “Business model itu sebetulnya harus divalidasi juga, gak bisa kita asal asumsi karena just because competitor doing it, berarti artinya kita bisa doing it, belum tentu juga.” terang Edy Sulistyo.

Pada proses validasi ini, penting bagi startup untuk dapat melibatkan pengguna secara langsung. Hal ini penting dilakukan untuk mengetahui apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh user ketika mereka menggunakan produk yang dimiliki.

“Bagaimana kita mau get our hands dirty, trying to understand from the customer directly, trying to understand apa yang benar-benar mereka butuhkan atau problem apa yang mereka punya instead of apa yang kita pikirkan mereka punya problem.” tambah Edy Sulistyo.

Terkait validasi ide dan model bisnis ini, Edy menjabarkan bahwa salah satu indikator yang dapat dilihat apabila problem yang disasar benar-benar ada dan dirasakan pengguna adalah adanya pengguna yang mau membayar untuk produk ataupun jasa yang disediakan oleh startup kita. “If the customer is actually willing to pay, then we know there is a real problem.” ujarnya.

Menerka Business Model yang Baik untuk Startup

Saat ditanya terkait seperti apa business model yang dikatakan baik untuk suatu startup, Steve Patuwo mengatakan bahwa apabila business model tersebut selaras dengan apa yang ingin dicapai oleh para founder melalui startupnya. “The one that is true to your heart, what you really want to solve, what you passionate about.” jelas Steve.

Menurut Edy, tidak ada sebuah business model yang benar dan salah, namun apakah business model tersebut tepat atau tidak untuk startup kita. Baginya, business model terbaik adalah yang memberikan keuntungan bagi setiap pihak yang terlibat. “There is no such thing as right or wrong business model, tapi sebetulnya yang jelas business model yang baik pastinya customer berasa happy, dari bisnis kita merasa customer willing to pay, and the same time secara market juga growing, I think that is the best Business Model, everybody win-win.” tutup Edy.

Dari sudut pandang investor, Markus menilai business model yang baik juga bisa dilihat dari profitabilitasnya. Hal ini juga bisa menjadi indikator apakah suatu startup dapat dikatakan gagal atau tidak, bukan dari apakah startup tersebut dapat menghadirkan produk atau tidak. “Buat saya startup yang fail itu bukan berarti startup yang tidak berhasil menciptakan produk, tapi startup yang tidak bisa menciptakan business model yang baik untuk mencapai profitability. Sehingga perlu dipikirkan masak-masak, sebelum kita mempersiapkan startup kita kepada customer.” ujar Markus.

Membuat business model memang hal yang menantang bagi para founder baru. Namun, bila seorang founder dapat menyusun dan menjelaskan business model yang dimiliki dengan baik, nantinya tidak hanya berguna untuk perkembangan perusahaan, tetapi juga dapat menarik hati para investor saat melihat startup Anda.

Kerja.io Connects Companies to Recruit Indonesian Students in the US for Internship

With the aim to bridge the needs of startups and companies in Indonesia to recruit/provide internship opportunities to Indonesian students studying in the United States, Timothy Sam Wijaya then founded Kerja.io.

The platform officially launched this November and already has around 800 students from more than 150 universities on the waiting list, spread across the United States. Kerja.io has also established strategic partnerships with 40 companies in Indonesia ranging from Ovo, Tokopedia, Bukalapak, to Payfazz.

Timothy revealed to DailySocial that he currently sees most opportunities for internships in companies are still limited to recommendations or a small scope between partners and insiders. There are still many students who find it difficult to get internship opportunities at well-known startups and companies in Indonesia. After doing some testing, Timothy then validated the hypothesis and started building Kerja.io.

“Of all the companies that have had conversations with us, most of them are very enthusiastic about the opportunities we provide to reach more Indonesian talents who study abroad. With our approach, we have a fairly good existence in the best universities with Indonesian communities. with our relationship with PERMIAS Nasional (the Indonesian Student Association in the United States), it allows us to expand our network and reach more than 8 thousand students,” Timothy said.

Within 24 hours of the platform being launched, many Indonesian students from the Ivy League such as UCLA, UC Berkeley, Stanford, MIT immediately registered to join the Kerja.io platform. About the business model and monetization strategy, Timothy emphasized that currently the platform can be accessed for free. Kerja.io has not yet launched a monetization strategy for both users and companies at this time.

Fulfilling the needs of digital talents

Kerja.io
Kerja.io to connect students with companies open for internships

The increasing number of startups in Indonesia is not supported by the number of digital talents with the required skills and abilities. Seeing these opportunities, it is hoped that platforms such as Kerja.io can be an option for Indonesian companies to recruit fresh digital talents, graduates from well-known universities in the United States.

Timothy said, the current enthusiasm of students studying abroad for internships in Indonesia is also increasing, along with the growth of mature startups and the presence of technology companies in Indonesia.

“I see that now is a very good time. The pandemic has caused most students who are continuing their studies in the United States to rethink their plans, and we are seeing more students returning to their homeland after graduation. But not only because of the pandemic, most of them are they are very enthusiastic about the potential offered in this country, “said Timothy.

In particular, Kerja.io claims that most of the users on the platform are young talents who are quite tech-savvy who are then being targeted by many companies and startups in Indonesia.

There are still many targets that Kerja.io wants to achieve, besides focusing on growth, it also wants to add more companies from various industries. Kerja.io also wants to strengthen its position in the United States and strengthen the foundation to be able to expand into other markets.

What Kerja.io wants to highlight is that all people who are part of the team are undergraduate students aged 19-21 years with the exception of Alvin Salim who is a Magistrate student.

“We started our journey by helping companies recruit the best talent and helping students find the job opportunities of their dreams, and we will continue to help them. Kerja.io is a product of the goodwill of a group of students who want to help their peers,” Timothy said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Perkuat Upaya Digitalisasi Usaha Mikro, BukuWarung Gandeng Warung Pintar

Memasuki akhir tahun 2020, pengembang aplikasi pengelola arus kas pengusaha mikro BukuWarung mengklaim telah mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Pandemi juga tidak terlalu mengganggu jalannya bisnis.

Kepada DailySocial, Co-Founder BukuWarung Chinmay Chauhan mengungkapkan, secara keseluruhan pertumbuhan bisnisnya justru bergerak positif selama pandemi ini, dengan semakin banyak pedagang yang bersedia melacak arus kas mereka dan mengadopsi perangkat digital untuk menjalankan bisnis mereka.

“Faktanya hanya dalam dua bulan setelah meluncurkan pembayaran digital, kami telah mencapai total nilai transaksi sebesar $200 juta atau setara 2,8 triliun Rupiah (total payment value/TPV tahunan). Adanya pandemi ini mendorong lebih banyak UKM untuk melakukan digitalisasi.”

Beberapa bisnis seperti warung makan dan warteg terlihat mengalami penurunan transaksi, namun outlet lainnya seperti warung pulsa, warung barang eceran, dan sembako mengalami pertumbuhan bisnis yang baik.

Banyak pemilik bisnis saat ini memutuskan untuk menjual produknya secara online dan menggunakan aplikasi BukuWarung untuk melakukan pembukuan. Secara khusus BukuWarung menawarkan solusi untuk membantu mereka mengatasi periode sulit ini, di antaranya peluncuran Tokoko dan Solusi Pembayaran Digital.

BukuWarung didirikan oleh Chinmay Chauhan dan Abhinay Peddisetty pada tahun 2019. Akhir bulan September lalu BukuWarung mengumumkan perolehan pendanaan lanjutan dengan nilai yang tidak dikemukakan.

Pendanaan ini didapat setelah mereka melakukan demo day dalam rangkaian agenda program akselerator Y Combinator. Sejumlah pemodal ventura yang turut andil meliputi Partners of DST Global, GMO Venture Partners, Soma Capital, HOF Capital, dan VentureSouq. Sebelumnya di bulan Juli 2020 lalu, BukuWarung tengah menyelesaikan pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh Quona Capital.

Jalin kerja sama strategis dengan Warung Pintar

Bertujuan untuk membangun solusi digital yang dapat mengakomodasi kebutuhan khusus para pelaku UKM di Indonesia, seperti warung-warung kecil, BukuWarung meresmikan kerja sama strategisnya dengan Warung Pintar akhir bulan Oktober lalu. Kerja sama ini meliputi penerapan pembukuan secara digital dan penyediaan layanan ketersediaan barang.

Sebagai informasi, BukuWarung dan Warung Pintar sama-sama portofolio East Ventures.

“Kami melakukan kerja sama ini mengingat kebutuhan untuk memberdayakan sektor UKM di Indonesia semakin penting. Pemerintah Indonesia baru saja memasang target untuk membantu 10 juta UKM mengalihkan usahanya ke ranah digital pada akhir 2020. Guna memberikan dukungan terhadap
upaya pemerintah dalam mendorong produktivitas dan daya saing UKM Indonesia, kami menjalin kolaborasi dengan Warung Pintar untuk membantu pelaku UKM dalam memenuhi kebutuhan digital yang masih belum terpenuhi dan terus menerus menjadi tantangan yang dihadapi UKM Indonesia,” kata Chinmay.

Kolaborasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan akses 60 juta UKM di Indonesia untuk mengadopsi solusi digital di tengah tren ekonomi digital yang diprediksi bisa mencapai $150 miliar pada 2025. Ke depannya diharapkan  bersama Warung Pintar bisa meningkatkan ekosistem yang inklusif, pedagang dapat memperoleh manfaat dari kapasitas supply chain yang memadai milik Warung Pintar.

Disinggung apa rencana jangka pendek BukuWarung dan Warung Pintar melalui kerja sama ini, dengan kapasitas rantai pasokan yang kuat, pedagang yang merupakan pengguna aplikasi BukuWarung akan mendapatkan berbagai keuntungan. Di antaranya kesempatan untuk mendapatkan barang dengan harga lebih kompetitif dan kenyamanan mendapatkan barang dagangannya, sebab barang akan diantarkan langsung ke warung mereka. Sementara itu, pedagang Warung Pintar akan mendapatkan eksposur tentang solusi pembukuan yang ditawarkan oleh BukuWarung.

Aplikasi BukuWarung saat ini telah melayani hampir 2 juta pedagang di 750 lokasi di Indonesia, sementara Warung Pintar memiliki hampir 60 ribu pedagang yang menggunakan platformnya untuk memesan barang dagangan hingga saat ini.

“Visi BukuWarung adalah untuk memberdayakan UKM di Indonesia untuk menjadi lebih melek secara finansial dan membantu mereka untuk mengelola serta menumbuhkan bisnisnya menggunakan platform teknologi, dimulai dari pembukuan dan pembayaran digital. Sementara Warung Pintar berfokus pada kebutuhan pedagang untuk mendapatkan akses yang mudah dan nyaman dalam memperoleh barang dagangan dengan harga lebih terjangkau,” kata Chinmay.

Application Information Will Show Up Here

Mekari Mulai Optimalkan Lini Bisnis Edukasi, Sasar Pelaku UKM dan Profesional

Bertujuan untuk memberikan akses online learning kepada UKM dan pegawai kantoran, khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan software berbasis cloud, Mekari meluncurkan Mekari University. Sebenarnya program ini sudah mulai diinisiasi sejak tahun 2018 lalu. Seiring berjalannya waktu, platform tersebut diklaim telah mengalami pertumbuhan positif dan sudah melakukan ekspansi kerja sama dengan institusi pendidikan di berbagai kota besar Indonesia.

Hingga saat ini, Mekari University sudah memiliki lebih dari 6000 pengguna dari berbagai kalangan dengan lebih dari 800 kelas.

Kepada DailySocial Head of Learning Centre Mekari Sally Devina Kie mengungkapkan, tingginya minat dan antusiasme peserta, ditambah dengan kondisi pandemi saat ini, mendorong Mekari University menghadirkan platform edukasi online secara khusus yang bisa diakses melalui web, dengan harapan bisa menjangkau lebih banyak peserta yang ingin mendapatkan edukasi komprehensif baik dari akademisi atau profesional.

“Di masa pandemi ini, kami melihat potensi besar dalam dunia teknologi pendidikan, namun sekarang kami masih membangun awareness dulu dan masih dengan semangat sepenuhnya untuk edukasi, bukan hanya untuk kalangan akademisi tapi professional juga,” kata Sally.

Konsep online learning yang menyasar UKM hingga perusahaan sudah banyak ditawarkan oleh beberapa startup saat ini. Bukan hanya pelatihan terkait dengan HR dan perpajakan, namun juga belajar hukum oleh Hukum Online hingga startup edutech B2B Codemi.

Targetkan segmen B2C dan B2B

Melalui Mekari University diharapkan bisa menjadi channel bagi Mekari untuk menyediakan platform edukasi online maupun berbagai program edukasi lainnya, yang bisa diakses dan dimanfaatkan oleh semua kalangan baik akademisi, profesional dan pemilik bisnis, juga para pengguna dari produk Mekari.

Untuk segmen B2C, saat ini terdapat berbagai kursus online yang bisa diakses secara gratis oleh peserta (akademisi, profesional dan lainnya) melalui platform. Ada juga kursus online berbayar yang bisa diakses oleh berbagai kalangan untuk tujuan sertifikasi di bidang penggunaan software.

Sementara untuk B2B, Mekari mengembangkan kerja sama dengan berbagai institusi pendidikan dan entitas usaha di Indonesia untuk menghadirkan seminar, workshop, sesi training to trainer, dan kelas sertifikasi software akuntansi Jurnal, software HRIS Talenta, dan software administrasi pajak Klikpajak yang berbasis cloud bagi kalangan akademisi maupun profesional.

Memasuki kuartal ke empat Mekari tengah mengupayakan untuk scale-up proses produksi kursus di dalam platform pembelajaran untuk menghadirkan konten berkualitas sebanyak-banyaknya guna menjangkau lebih banyak pengguna dan memenuhi ekspektasi mereka. Pilihan kursus yang diambil mayoritas pengguna dari berbagai kalangan merata di setiap topik, yaitu akuntansi, HR, perpajakan, manajemen dan software.

“Namun, memang spesifik mulai di Q4 ini, kami lebih menargetkan audience professional, di mana kami melihat semakin banyaknya kebutuhan course yang disajikan secara online di masa pandemi ini,” kata Sally.

Kerja.io Jembatani Perusahaan Rekrut Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat untuk Kerja Magang

Bertujuan untuk menjembatani kebutuhan startup dan perusahaan di Indonesia merekrut/memberikan kesempatan kerja magang kepada mahasiswa Indonesia yang studi di Amerika Serikat, Timothy Sam Wijaya kemudian mendirikan Kerja.io.

Platform resmi meluncur bulan November ini dan telah memiliki sekitar 800 pelajar dari 150 lebih universitas yang masuk dalam daftar tunggu, tersebar di Amerika Serikat. Kerja.io juga telah menjalin kerja sama strategis dengan 40 perusahaan di Indonesia mulai dari Ovo, Tokopedia, Bukalapak, sampai Payfazz.

Kepada DailySocial Timothy mengungkapkan, saat ini dirinya melihat kebanyakan di Indonesia kesempatan untuk kerja magang di perusahaan masih terbatas pada rekomendasi atau ruang lingkup kecil di antara rekanan dan orang dalam saja. Masih banyak pelajar yang kesulitan untuk mendapatkan kesempatan kerja magang di startup dan perusahaan ternama di Indonesia. Setelah melakukan beberapa uji coba, Timothy kemudian memvalidasi hipotesis tersebut dan mulai membangun Kerja.io.

“Dari semua perusahaan yang telah melakukan perbincangan dengan kami kebanyakan sangat antusias dengan peluang yang kami berikan untuk menjangkau lebih banyak talenta Indonesia yang studi di luar negeri. Dengan pendekatan yang kami lakukan yaitu memiliki eksistensi yang cukup baik di universitas terbaik yang memiliki komunitas Indonesia. Didukung dengan relasi kami dengan PERMIAS Nasional (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat), memungkinkan kami untuk memperluas jaringan dan menjangkau lebih dari 8 ribu pelajar,” kata Timothy.

Dalam waktu 24 jam sejak platform diluncurkan, pelajar Indonesia yang berasal dari Ivy League seperti UCLA, UC Berkeley, Stanford, MIT banyak yang langsung mendaftarkan diri bergabung dalam platform Kerja.io. Disinggung seperti apa model bisnis dan strategi monetisasi yang diterapkan, Timothy menegaskan saat ini platform bisa diakses secara gratis. Kerja.io belum melancarkan strategi monetisasi baik untuk pengguna maupun untuk perusahaan saat ini.

Memenuhi kebutuhan talenta digital

Kerja.io
Kerja.io hubungkan mahasiswa dengan perusahaan yang membuka lowongan magang

Makin bertambahnya jumlah startup di tanah air, tidak didukung dengan jumlah talenta digital dengan skill dan kemampuan yang dibutuhkan. Melihat peluang tersebut, diharapkan platform seperti Kerja.io bisa menjadi pilihan bagi perusahaan Indonesia untuk merekrut talenta digital segar, lulusan universitas ternama di Amerika Serikat.

Menurut Timothy, antusiasme dari para pelajar yang belajar di luar negeri saat ini untuk kerja magang di tanah air juga makin bertambah, seiring dengan makin besarnya pertumbuhan startup dan kehadiran perusahaan teknologi di Indonesia.

“Saya melihat saat ini merupakan waktu yang sangat tepat. Pandemi telah menyebabkan sebagian besar pelajar yang melanjutkan studi di Amerika Serikat untuk memikirkan kembali rencana mereka, dan kami melihat mulai banyak pelajar kembali ke tanah air setelah lulus. Namun tidak hanya karena pandemi, kebanyakan dari mereka sangat antusias dengan potensi yang ditawarkan di tanah air,” kata Timothy.

Secara khusus Kerja.io mengklaim kebanyakan pengguna di platform adalah talenta muda yang terbilang sangat tech-savvy yang kemudian banyak diincar oleh perusahaan dan startup di Indonesia.

Masih banyak target yang ingin dicapai oleh Kerja.io, selain fokus kepada pertumbuhan juga ingin menambah lebih banyak perusahaan dari berbagai industri. Kerja.io juga ingin memperkuat posisi mereka di Amerika Serikat dan memperkuat fondasi untuk bisa melakukan ekspansi ke pasar yang lainnya.

Yang kemudian ingin di garisbawahi oleh Kerja.io adalah, semua orang yang tergabung dalam tim adalah mereka mahasiswa sarjana yang masih berusia 19-21 tahun dengan pengecualian Alvin Salim yang merupakan merupakan mahasiswa Magister (Masters student).

“Kami memulai perjalanan kami dengan membantu perusahaan melakukan perekrutan talenta terbaik dan membantu pelajar mendapatkan kesempatan kerja magang impian mereka, dan kami akan terus membantu mereka. Kerja.io merupakan produk dari niat baik sekelompok mahasiswa yang ingin membantu rekan-rekan mereka,” kata Timothy.