DigiHackAction 2021 Resmi Mengumumkan Tiga Pemenang dengan Inovasi Terbaik di Bidang AdTech dan MarTech

Program hackathon yang digagas secara kolaboratif oleh Telkomsel DigiAds, TINC dan DailySocial.id memasuki tahapan akhir. Setelah melalui tahapan kurasi dan seleksi yang ketat dari ratusan peserta, kemudian rangkaian Demo Day dari 10 peserta yang terpilih, akhirnya DigiHackAction kini telah resmi mengantongi 3 nama pemenang hackathon dalam menghadirkan inovasi produk teknologi seputar Advertising Technology (AdTech) dan Marketing Technology (MarTech) khususnya bagi industri UMKM. Siapa saja ketiga pemenang DigiHackAction tersebut?

Sebelum membahasnya lebih lanjut, beberapa informasi terkait kriteria penilaian patut Anda perhatikan. Setelah menerima lebih dari 300 ide yang masuk, DigiHackAction menerapkan beberapa kriteria penilaian bersama dengan panel juri yang datang dari industri dan ahli bidang terkait. Kriteria penilaian pertama adalah menilai kelayakan tim yang dilihat berdasarkan kemampuan, dan pengalaman teknikal yang dimiliki oleh masing-masing tim. Poin ini cukup krusial mengingat kemampuan melakukan rekayasa komputasi menjadi aspek utama dalam ajang hackathon.

Kriteria penilaian kedua adalah mengukur tingkat kompetensi peserta, dalam menghadirkan solusi teknologi yang relevan di bidang AdTech dan MarTech. Kriteria penilaian ini juga cukup krusial. Pasalnya, kompetensi yang diukur tidak hanya berdasarkan pada rancangan teknologi saja, namun juga inovasi yang ditawarkan harus menjawab permasalahan yang dihadapi khususnya oleh industri UMKM menuju digitalisasi – sesuai dengan sasaran DigiHackAction.

Sementara itu, kriteria penilaian terakhir adalah mengukur kesiapan produk (prototipe) yang telah dibuat oleh peserta. Perlu diketahui, DigiHackAction menerima aplikasi atau produk yang masih baru memiliki fitur minimal (MVP) yang juga terhubung oleh API dari pihak penyelenggara. Pada kriteria ini, panel juri akan memastikan API yang disediakan oleh penyelenggara telah dimanfaatkan dan terhubung dengan optimal atau oleh peserta.

Sebagai tambahan, kriteria penilaian juri juga tidak luput dari penilaian potensi pengembangan dari inovasi yang dihasilkan oleh peserta. Sejalan dengan visi dan misi DigiHackAction yang ingin berkontribusi dalam transformasi digital khususnya bagi pelaku UMKM lewat AdTech dan MarTech, inovasi yang ditawarkan peserta juga wajib dapat direalisasikan dengan menyesuaikan situasi dan kondisi pasar yang membutuhkan.

Inilah ketiga pemenang DigiHackAction 2021!

1. Cek Toko Sebelah App

Sesuai namanya, inovasi teknologi AdTech dan MarTech yang diusung oleh Cek Toko Sebelah App berkisar pada platform komparasi harga pada layanan marketplace. Menariknya, inovasi yang hanya dimotori oleh satu orang ini hadir dalam bentuk web extension (add-on) yang tentu sangat mudah diimplementasi oleh pengguna.


2. Tim Deadliner

Dengan mengandalkan ide bertajuk “CoBo”, tim yang dibentuk oleh dua alumni ITB dan UGM ini mencoba menawarkan solusi teknologi content marketing bagi pelaku bisnis UMKM lewat teknologi Natural Language Processing Artificial Intelligence. Teknologi CoBo sendiri mencoba mengolah arus kolom komentar di sosial media yang dapat dimanfaatkan oleh pebisnis sebagai tools marketing yang jitu.

3. StoriAI

Tim yang digawangi oleh Dzakwan Silverdi dan Aimmatul ini punya teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) yang disematkan dalam produk inovasinya untuk AdTech dan MarTech bagi kebutuhan social media marketing. Dalam profilnya disebutkan, kedua co-founder yang berasal dari Universitas Gadjah Mada ini mengimplementasikan teknologi Generative Pretrained Transformer 3 (GPT-3) yang memungkinkan pengguna untuk menghasilkan narasi komersial baik itu untuk product copywriting, hingga caption media sosial tanpa perlu memiliki skill copywriting yang baik. Teknologi AI yang disematkan akan membantu pengguna menghasilkan hal tersebut.

“Ada lebih dari 300 submission yang kita terima selama periode. Dan hari ini kita sudah melakukan judges dari top 10 dan akhirnya dapat 3 pemenang. Kami sangat senang sekali melalui ajang ini bisa membuka pintu masuk untuk inovasi di bidang digital advertising dan juga bagi industri UMKM,”  ujar Ronny Sugiadha selaku Senior Vice President Digital Advertising, Banking and Data Solutions Telkomsel.

“Kami menyadari untuk membesarkan industri digital tidak bisa dilakukan sendiri, untuk itu kami kolaborasi dengan startup digital kami rasa penting untuk tidak hanya mengakselerasi bisnis telkomsel, namun juga melalui kolaborasi ini bisa membesarkan industri startup digital, dan industri lain secara keseluruhan” tambah Andi Kristianto, selaku Pj. SVP Corporate Strategy and Strategic Investment of Telkomsel.

Hadirnya program DigiHackAction 2021 ini telah membuka peluang bagi para talenta digital untuk terus berkembang di bidang AdTech dan MarTech di Indonesia, sekaligus memperluas keterbukaan kolaborasi bersama Telkomsel dan antarstartup. Tidak hanya bagi ketiga pemenang dalam program hackathon bidang AdTech dan MarTech pertama di Indonesia, namun bagi 100+ peserta yang telah mengikuti program ini juga menjadi langkah awal perjalanan baru dalam mengakselerasi bisnis startup  mereka.

Menantang Inovator dan Founder Bantu UMKM Memasarkan dan Mengiklankan Produknya Secara Efektif

Hadirnya layanan digital seperti online marketplace dan social media telah terbukti membuka ruang yang semakin lebar bagi pelaku UMKM untuk merangkul pangsa pasar yang lebih luas. Namun di balik itu, kemudahan akses yang diberikan juga memberikan tantangan tersendiri, yakni kompetisi yang semakin sengit. Di ranah online, ada ribuan hingga jutaan pelaku usaha yang menyajikan produk atau layanan serupa, maka selain unique selling point yang kuat, pebisnis juga harus memikirkan secara matang strategi pemasaran dan pengiklanan yang tepat.

Sayangnya dengan kondisi pasar yang sangat beragam mengharuskan pelaku bisnis untuk memiliki cara-caranya sendiri agar kegiatan pemasaran dan iklannya mendapati perhatian dan konversi maksimal. Dan kenyataannya tidak semua pebisnis memiliki kecakapan tersebut, dan kelas-kelas ala digital marketing membutuhkan biaya dan waktu yang relatif panjang.
Dari permasalahan tersebut kemudian munculah terminologi advertising technology (adtech) dan marketing technology (martech). Pada dasarnya kedua inovasi teknologi tersebut ditujukan untuk memudahkan pebisnis dalam merencanakan, merancang, mengeksekusi, dan mengukur kegiatan pemasaran dan iklan yang dilakukan agar lebih tepat sasaran dan efektif. Peran teknologi di dalamnya membantu pelaku UMKM dalam melakukan pemasaran digital modern.

Cakupannya dapat dimulai dari aspek yang paling dasar, misalnya, di tahap perencanaan. Teknologi seperti kecerdasan buatan dapat membantu pebisnis menentukan kanal pemasaran yang efektif didasarkan pada tipe bisnis dan persona konsumen yang ingin disasar. Atau di tingkat eksekusi inovasi ala omnichannel yang dapat memudahkan pebisnis dalam mengelola iklan digital di berbagai kanal dalam satu dasbor terpusat.

Melalui berbagai kanal pemasaran tersebut, industri UMKM dapat menerapkan beragam solusi kreatif tersebut dalam bisnis mereka. Mengingat menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga kini, tercatat lebih dari 60 juta pelaku UMKM, sayangnya hanya sebesar 8 persen jumlah pelaku UMKM yang baru mengadopsi digital. Melihat jumlah tersebut potensi masif jelas terpampang lebar, terlebih pada kebutuhan mendorong industri UMKM lewat pemasaran digital.

Untuk menyambut potensi tersebut, inovator di bidang teknologi mesti mampu melihat celah yang dapat dimanfaatkan untuk sama-sama bertumbuh. Dalam mendukung modernisasi pemasaran digital, salah satu operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, Telkomsel menyelenggarakan Digihackaction, sebuah wadah kolaboratif di bidang teknologi yang menargetkan lahirnya inovasi baru di bidang advertising technology dan juga marketing technology, untuk mendukung industri UMKM lewat pemasaran digital.

Guna merealisasikan ide ataupun solusi yang Anda miliki untuk UMKM Indonesia, Telkomsel DigiAds, Tinc, berkolaborasi dengan DailySocial.id dalam membuka kesempatan tersebut melalui program hackathon Digihackaction 2021, yang menjadi perhelatan hackathon pertama di Indonesia pada bidang pemasaran digital modern. Program tersebut memberikan peluang bagi para inovator yang memiliki ide untuk memperkuat UMKM melalui berbagai kanal pemasaran digital, yang bisa diaplikasikan langsung oleh para pelaku usaha mikro.

Inovasi yang dapat Anda tawarkan dalam bidang ini sangat terbuka lebar. Misalnya saja, jika Anda memiliki ide untuk mengkombinasikan omnichannel dengan permasalahan di dunia periklanan, Anda dapat mengimplementasikannya ke dalam inovasi Digital Advertising Omnichannel. Inovasi lain yang mungkin dapat menjadi inspirasi, Anda bisa mencoba di ranah analisis data bagi industri periklanan, dengan mengkombinasikan fungsi Business Intelligence untuk ranah marketing yang akan menghasilkan strategi pemasaran berbasis data. Masih banyak lagi inspirasi dan inovasi lainnya yang dapat Anda telusuri untuk menghasilkan solusi di dunia pemasaran digital. Ranah seperti SEO, programmatic ads, hingga Software-As-A-Service (SaaS) juga dapat Anda jajaki.

Setiap orang maupun tim bisa mendaftarkan lebih dari satu ide di Digihackaction. Yang nantinya akan diimplementasikan untuk mengembangkan industri UMKM, sekaligus Anda juga berkesempatan untuk mengembangkan prototype tersebut menjadi sebuah startup yang bisa dibangun ke depannya, dibantu dengan teknologi yang didukung oleh Telkomsel DigiAds dan Tinc, serta berkesempatan mendapatkan pendanaan dari Telkomsel.

Tidak hanya itu, Telkomsel DigiAds dan Tinc menyediakan akses API sandbox berupa, API ‘Adtag’ dan ‘Adscript’ yang dapat dimanfaatkan para pengembang sebagai “playground” atau “testing environment” untuk menghasilkan prototipe (purwarupa) terkait solusi bagi AdTech dan juga MarTech. Secara teknis, akses API ini akan diberikan secara eksklusif bagi peserta Digihackaction yang berhasil memasuki fase 100 besar. Keuntungan lain yang akan didapatkan oleh para peserta adalah memperluas network bisnis startup bersama Telkomsel DigiAds, Tinc, dan jejaring mereka, hingga mendapatkan kesempatan hadiah ratusan juta rupiah.

Untuk bisa mengikuti program hackathon ini, para peserta diminta untuk mengisi formulir registrasi yang ada di laman resmi Digihackaction 2021. Peserta bisa mendaftarkan diri secara perseorangan maupun tim dan mendaftarkan beragam ide yang berbeda dengan formulir yang berbeda. Bagi Anda yang belum memiliki link video bisa melewati persyaratan tersebut dan melanjutkan mengisi kolom yang tersedia. Sedangkan untuk contoh portofolio bisa diunduh dan mengikuti template yang telah disediakan oleh panitia.

Advertorial ini didukung oleh Digihackaction

Telkom Launches Ad-Inventory Platform “Tanah Air Digital Exchange”

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) officially launched the Indonesia Digital Exchange (TADEX) advertising inventory platform. This is the collaboration between two of Telkom’s subsidiaries, Telkomsel and Metranet, along with the Press Council, Task Force Media Sustainability, and the Advertising Association.

In the virtual launch, President Joko Widodo believes TADEX will add up value into the Indonesian digital advertising industry. TADEX is also expected to open up new opportunities for advertisers, publishers, marketers, and other stakeholders.

“TADEX’ launching is an important momentum to deliver new leaps to encourage a better Indonesian digital ecosystem and become the largest in Southeast Asia,” he said.

Meanwhile, Telkom’s President Director Ririek Adriansyah believes that advertising will not lost its market even though people’s purchasing power is weakening in the current economic situation. In fact, she notices shifting in the need for advertising through digital platforms.

“We are committed to supporting various ecosystems through optimizing digital technology. This is all in line with our efforts to transform into a digital telecommunications operator (digico) in Indonesia,” Ririek said.

On the other hand, the Chairman of the Indonesian Press Council, Mohammad Nuh, considered that TADEX can raise awareness of data as an essential asset this generation should manage properly. “We expect that TADEX can create a healthy digital advertising industry, therefore, it can contribute to a national press ecosystem that is friendly to readers, especially in terms of content experience,” she said.

Supported by big data analytic

The TADEX platform is said to be the first platform to present the premium programmatic advertising publisher in Indonesia. The company mentioned, there are three excellent features offered.

First, this platform is connected to Telkom Group’s big data analytics, which is said to be able to boost advertising effectiveness. Second, TADEX provides a wide selection of digital advertising medium categories, ranging from SMS, MMS, applications, and websites from trusted publishers.

Third, TADEX allows users to personalize ads extensively. All of these features are expected to drive targeted advertising and reach a broader range of users and ad recipients.

Supported by Telkom Group’s big data analytic system, TADEX is claimed to be able to offer great scalability and impact as it provides various kinds of inventories that allow advertising content to be broadcast widely and on target.

Brand owners or media agencies can find the services they need with a variety of quality inventory. All inventories are owned by media publishers who have been verified by the Press Council.

“We are trying to create access and optimizing digital potential in various industrial sectors. This is a continuation of Telkomsel’s business transformation which is our basis for presenting products and services to meet people’s digital lifestyles,” Telkomsel’s President Director, Hendri Mulya Syam said.

Hendri said, TADEX can help advertisers optimize their ad campaigns, from traffic, placement, to delivery time , therefore, they can connect with the right segments. By leveraging data, TADEX generates comprehensive insights that advertisers can use for target profiling.

Previously, Nielsen said that the digital advertising prospect in Indonesia is expected to increase in 2021. Referring to the data in 2020, advertising in the digital space increased by four times compared to the previous year. One of the factors is said that advertisers have shifted their budget to digital during the Covid-19 pandemic.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Telkom Meluncurkan Platform Inventori Iklan “Tanah Air Digital Exchange”

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) resmi meluncurkan platform inventori periklanan Tanah Air Digital Exchange (TADEX). Platform ini merupakan hasil kolaborasi dua anak usaha Telkom, yakni Telkomsel dan Metranet, bersama Dewan Pers, Task Force Media Sustainability, dan Asosiasi Periklanan.

Dalam peluncuran TADEX yang digelar virtual, Presiden Joko Widodo meyakini TADEX akan memberikan angin segar bagi industri periklanan digital Indonesia. TADEX juga diharapkan dapat membuka peluang baru bagi advertiser, publisher, marketer, dan para pemangku kepentingan lainnya.

“Kehadiran TADEX menjadi momentum penting untuk melahirkan lompatan-lompatan baru sehingga dapat mendorong ekosistem digital Indonesia yang lebih baik dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara,” ujarnya.

Sementara, Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah meyakini bahwa kebutuhan beriklan tidak akan hilang meskipun daya beli masyarakat sedang melemah di situasi perekonomian saat ini. Malahan, pihaknya melihat adanya pergeseran kebutuhan beriklan melalui platform digital.

“Kami telah berkomitmen untuk mendukung berbagai ekosistem melalui optimalisasi teknologi digital. Ini semua sejalan dengan upaya kami bertransformasi menjadi operator telekomunikasi digital (digico) di Indonesia,” ucap Ririek.

Di sisi lain, Ketua Dewan Pers Indonesia Mohammad Nuh menilai bahwa TADEX dapat membangkitkan kepedulian terhadap data sebagai aset luar biasa yang harus dikelola dengan baik oleh anak bangsa. “Kami harap TADEX dapat menciptakan industri periklanan digital yang sehat sehingga bisa berkontribusi terhadap ekosistem pers nasional yang ramah bagi pembaca, khususnya pada pengalaman menikmati konten,” jelasnya.

Dukungan big data analytic

Platform TADEX diklaim sebagai platform pertama di Indonesia yang menghadirkan premium publisher programmatic advertising pertama di Indonesia. Perusahaan menyebut, ada tiga fitur unggulan yang ditawarkan.

Pertama, platform ini terhubung dengan big data analytic milik Telkom Group yang diyakini dapat mendorong efektivitas iklan. Kedua, TADEX menyediakan berbagai pilihan kategori medium iklan digital, mulai dari SMS, MMS, aplikasi, hingga website dari para publisher terpercaya.

Ketiga, TADEX memungkinkan penggunanya untuk melakukan personalisasi iklan secara luas. Seluruh fitur ini diharapkan dapat mendorong iklan tepat sasaran serta menjangkau pengguna dan penerima iklan secara luas.

Dengan dukungan sistem big data analytic milik Telkom Group, TADEX diklaim dapat menawarkan skalabilitas dan impact yang besar karena menyediakan berbagai macam inventori yang memungkinkan konten iklan ditayangkan secara luas dan tepat sasaran.

Para pemilik merek atau media agency dapat menemukan layanan yang dibutuhkan dengan beragam inventory berkualitas. Seluruh inventori dimiliki oleh media publisher yang sudah terverifikasi oleh Dewan Pers.

“Kami berupaya membuka akses dan potensi digital secara optimal di berbagai sektor industri. Ini merupakan lanjutan dari transformasi bisnis Telkomsel yang menjadi landasan kami untuk menghadirkan produk dan layanan untuk memenuhi gaya hidup digital masyarakat,” papar Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam.

Menurut Hendri, TADEX dapat membantu para pengiklan mengoptimalkan kampanye iklan, baik dari hal trafik, penempatan, hingga waktu tayang sehingga dapat terhubung dengan segmen yang tepat. Dengan memanfaatkan data, TADEX menghasilkan insight menyeluruh yang dapat dimanfaatkan pengiklan untuk melakukan profiling target.

Sebelumnya, Nielsen menyebutkan bahwa prospek belanja iklan digital di Indonesia di 2021 diperkirakan bakal terus meningkat. Jika mengacu pada data 2020, belanja iklan di ruang digital naik hingga empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satu faktornya adalah pengiklan mengalihkan bujet iklan ke digital selama pandemi Covid-19.

Babak Baru Transformasi Digital Telkomsel, Masuki Ranah Edtech dan Healthtech

Pada Jumat, 18 Juni 2021 lalu, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) resmi mengganti logo lamanya yang sudah berusia 26 tahun dengan identitas baru. Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam menyebutkan, langkah ini menjadi babak selanjutnya untuk melanjutkan roadmap transformasi digital secara komprehensif.

“Ini menjadi simbol perubahan di mana Telkomsel ingin memperkuat visi dan misinya kepada masyarakat dengan memaksimalkan peluang di segala aspek kehidupan. Kami berkomitmen untuk melanjutkan transformasi sehingga Telkomsel dapat menjadi pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan gaya hidup digital mereka,” ungkap Hendri dalam keterangan resminya.

Menurut Hendri, pihaknya akan mengembangkan banyak terobosan dan kolaborasi lintas industri. Salah satunya adalah memperkuat kemitraan strategis bersama Gojek dengan fokus mengembangkan industri mobile gaming. Menariknya, di babak baru ini, Telkomsel turut memperkenalkan solusi berbasis aplikasi Kuncie sebagai salah satu terobosan terbaru.

Kuncie merupakan platform edtech yang menyediakan layanan pembelajaran pengembangan bisnis di berbagai macam kategori dengan mentor berpengalaman. Edtech merupakan vertikal bisnis yang mungkin belum pernah menjadi diversifikasi lini bisnis operator telekomunikasi, baik dikembangkan sendiri maupun lewat skema investasi atau kemitraan strategis.

Operator telekomunikasi umumnya mengembangkan solusi digital yang masih relevan dengan bisnis utama mereka. Misalnya, IoT, big data, dan hiburan (musik, video, games). Apa yang menjadi hipotesis besar Telkomsel masuk ke kategori baru ini?

Kuncie dan Fita

Beberapa tahun terakhir, Telkomsel memperluas cakupan solusi digitalnya melalui divisi inkubasi dan akselerasi internal Telkomsel Innovation Center (TINC) dan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) sebagai perusahaan perpanjangan investasi di luar ekosistem perusahaan. Ini menjadi salah satu langkah strategis untuk mencari model bisnis yang tepat bagi bisnis telekomunikasinya.

Sebagaimana diketahui, perjalanan industri telekomunikasi dalam mengembangkan solusi digital sejak awal tidak selalu berjalan mulus. Salah satu tantangannya adalah telekomunikasi tidak memiliki ekspertis untuk mengembangkan solusi digital yang product-market fit. Sulit juga untuk berkomitmen investasi jangka panjang demi mengembangkan bisnis yang sustainable.

Menurut informasi yang dihimpun DailySocial dari sumber internal, pengembangan solusi digital Telkomsel berfokus pada dua hipotesis besar. Pertama, hipotesis “inside-out“, Telkomsel berpotensi melepas (spin off) solusi ini untuk membesarkan valuasinya apabila sukses di pasar.

Ambil contoh, dompet digital Tcash yang dilepas dan berganti nama menjadi LinkAja di 2020. Hipotesis ini dapat berlaku pada platform Kuncie dan Fita yang merupakan platform edtech dan healthtech. Kedua, hipotesis “outside-out” berfokus dalam mencari ide atau use case yang punya keterkaitan erat dengan business unit Telkomsel. Misalnya, kolaborasi B2B.

Lebih lanjut, Telkomsel menilai bahwa edtech dan healthtech memiliki potensi besar untuk berkembang di masa depan. Jika mengacu laporan e-Conomy SEA 2020 oleh Google, Temasek and Bain & Company, edtech dan healthtech berkontribusi signifikan selama masa pandemi Covid-19.

Laporan tersebut juga menyebutkan, untuk layanan telemedicine saja, penggunaannya naik empat kali lipat selama pandemi. Sementara, jumlah instal aplikasi edtech naik tiga kali lipat pada periode Januari-Agustus 2020 dibandingkan periode sama di tahun sebelumnya.

Perusahaan telah melakukan analisis pasar pada kedua vertikal ini dengan melihat tren investasi, pasar, dan kebutuhan di global dan lokal. Telkomsel mendapati bahwa kebutuhan street learning atau pendidikan nonformal di Indonesia masih tinggi. Ini menjadi starting point Kuncie dengan mempertimbangkan sejumlah aspek, seperti market size, pemain, dan masalah yang ada di pasar. Apabila Kuncie mendapat respons positif di pasar, tidak menutup kemungkinan cakupan layanan Kuncie diperluas.

Demikian juga Fita, Telkomsel juga menemukan bahwa sebagian besar sub-vertikal healthtech yang cukup banyak diadopsi di Indonesia adalah layanan yang bersifat post-treatment, seperti medical. Namun, belum banyak platform healthtech yang masuk ke layanan pre-treatment, seperti layanan wellness.

Memang ada beberapa platform wellness dari luar negeri yang digunakan pengguna. Namun, kontennya kurang terlokalisasi sesuai kebutuhan pasar Indonesia. Telkomsel juga membeberkan, sub vertikal layanan semacam Fita sudah 70% product-market fit di pasar global. Kebalikannya, di Indonesia sebanyak 70% justru berasa dari layanan medical.

Model bisnis

Kuncie memungkinkan penggunanya untuk upskill dan re-skill lewat konten pembelajaran dan melakukan sesi mentoring berbasis on demand melalui aplikasi. Sementara, Fita menawarkan sejumlah layanan kesehatan yang lebih personal, seperti program olahraga dan resep makanan sehat. Keduanya sudah dapat diunduh di Google Play Store dan App Store.

DailySocial sempat menjajal kedua aplikasi ini. Untuk platform Kuncie, konten yang tersedia sudah cukup banyak. Pelaku bisnis, konten, dan mentor yang dihadirkan juga beragam. Pengguna juga dapat membuat learning plan sesuai topik yang diinginkan.

Untuk menikmati konten baru, pengguna mendapatkan reward tiga token setiap harinya. Apabila ingin menambah token unlimited, pengguna bisa bergabung menjadi pengguna premium. Pengguna juga dapat mengumpulkan poin dari setiap konten yang ditonton di mana poin ini bisa dipakai untuk membeli token. Sayangnya, kami belum menemukan cara menjadi anggota premium, maupun kemungkinan untuk membeli token dengan metode pembayaran digital.

Adapun, kami belum dapat mengeksplorasi lebih banyak di platform Fita. Yang baru bisa kami nikmati adalah program olahraga, tutorial olahraga, serta tutorial dan tutorial resep makanan sehat.

Terlepas dari itu semua, Telkomsel memiliki banyak resource untuk dapat mengeksplorasi model bisnis Kuncie dan Fita. Ini sekaligus membuktikan apakah kedua layanan ini dapat menjadi model percontohan sukses di luar vertikal bisnis yang biasa digarap oleh telekomunikasi.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Kehadiran Teknologi 5G Diyakini Mempercepat Transformasi Digital Indonesia

Kehadiran dukungan jaringan 5G beberapa hari yang lalu menjadi kabar gembira bagi pengguna smartphone yang memang sejak awal support jaringan tersebut. Hal senada dirilis oleh Ericsson ConsumerLab yang melaporkan bahwa pengguna smartphone di Indonesia khususnya yang sudah mendukung jaringan 5G menilai teknologi generasi kelima ini akan 10 kali lebih cepat ketimbang 4G.

Continue reading Kehadiran Teknologi 5G Diyakini Mempercepat Transformasi Digital Indonesia

Telkomsel Mitra Inovasi Reportedly Involved in the Funding of EVOS Esport

Telkomsel Mitra Innovation (TMI) is reportedly involved in the series B round for the local esports team “EVOS Esports”. This is TMI’s debut to invest outside tech-based service startups.

DailySocial has contacted TMI and EVOS representatives to confirm, but they neither willing to comment on the issue.

In a general note, EVOS Sports is a Jakarta-based esports organization founded by Ivan Yeo, Hartman Harris, and Wesley Yiu in 2016. Apart from Indonesia, EVOS has esports teams in Singapore, Thailand, Malaysia, and Vietnam. In addition, EVOS has entered the content, merchandise, event, and Head of Talent (KOL) business under WHIM Management.

Meanwhile, Telkomsel Mitra Innovation is an investment arm founded by Telkomsel in 2019. The company focuses on investments in the IoT, big data, and entertainment (music, games and video) verticals. The goal is none other than to improve the digital business ecosystem, especially in the telecommunications industry. Some of TMI’s portfolios include PrivyID, Qlue, Roambee, Sekolahmu, and TADA.

Community as the new target user

EVOS ha received funding from venture capital several times, both domestic and foreign. Based on Hybrid data, Attention Holdings Pte. Ltd., EVOS’ parent company, raised $12 million in series B funding in October 2020.

The funding round was led by Korea Investment Partners and several other investors, including Mira Asset Ventures, Woowa Brothers, and IndoGen Capital. Also involved are Insignia Ventures Partners, which previously led the EVOS series A funding round in 2019.

IndoGen Capital’s Managing Partner Chandra Firmanto said, Indonesian esports fan base is very large that it attracts companies to enter this industry. “The Indonesian esports team will be successful as we have strength in the community. This is also due to the number of young Indonesians and their quite large spending,” he said.

In the context of TMI, Telkomsel already has its own esports team, Dunia Games (DG) Esports. However, referring to the above thesis, and if Telkomsel confirms this investment, there is a chance that the cellular market leader intend to target a wider new market segment.

Telkomsel can expand its telco business by targeting EVOS’ large community base. Quoting Kompas.com, Esports Charts data named EVOS as the most popular esports team in Southeast Asia. EVOS’ high reputation is reinforced by a total of 6.4 million followers on various social media platforms, including TikTok, Instagram, YouTube, Twitter, and Facebook.

In addition, EVOS also provide membership programs, both free and subscription, which have been released since mid 2020. EVOS Esports’ Co-founder & CEO, Ivan Yeo said this program is the company’s strategy to win the millennial and gen Z market. EVOS is also known to collaborate with TikTok to grow their influencer business.

In fact, the Newzoo report states that the value of the global esports industry is estimated to reach $1.1 billion or Rp15.4 trillion in 2020. Meanwhile, the largest esports market is still controlled by China with a value of $385.1 million, followed by North America at $252.8. million.

In Indonesia, the mobile esports market continues to grow rapidly. Newzoo 2019 data states that 52 million of the total 82 million smartphone users are mobile game players. Revenue from the mobile game industry in Indonesia is estimated to contribute $624 million or equivalent to Rp8.7 trillion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Podcast Inspigo Dapat Investasi dari Telkomsel Mitra Inovasi

Platform podcast Inspigo dikabarkan mendapat investasi tahap awal dari Telkomsel Mitra Inovasi (TMI). Dari sumber yang kami peroleh, ini merupakan bagian dari putaran pendanaan awal. Unit CVC yang dinakhodai Andi Kristianto tersebut masuk lewat Signific Digital Asia Pte Ltd.

Pada April 2021, sebagaimana diberitakan Bisnis.com, perusahaan berbasis di Singapura, Signific Digital Asia Pte Ltd mencaplok saham Inspigo. Namun, Inspigo tidak menyebutkan besaran nilai yang dibayarkan Signific Digital Asia atas pengalihan saham tersebut.

DailySocial telah mengonfirmasi hal ini ke Founder Inspigo dan perwakilan TMI, namun berita ini diterbitkan belum ada pernyataan resmi dari keduanya. Kendati demikian, Inspigo justru sudah muncul di jajaran portofolio TMI pada website resminya.

Inspigo atau “Inspiration on the Go” merupakan platform podcast on-demand yang didirikan oleh Tyo Guritno, Yoris Sebastian, dan Eva Ditasari. Platform ini menghadirkan konten podcast dengan ragam topik dan speaker, mulai dari kesehatan, keuangan, musik, hingga gaya hidup. Konten-konten ini dapat dinikmati secara gratis maupun berbayar.

Perkembangan konten podcast Indonesia

Diberitakan juga baru-baru ini, TMI dikabarkan terlibat dalam pendanaan awal team esports lokal EVOS Esports. Masuknya TMI ke vertikal bisnis baru, yakni esports dan podcast, memperkuat anggapan bahwa Telkomsel tengah memperluas cakupan portofolionya.

Sejak awal berdiri di 2019, TMI telah memfokuskan investasinya pada vertikal big data, IoT, dan hiburan (musik, game, dan video). Investasi ini diharapkan dapat meningkatkan ekosistem bisnis digital, terutama yang dapat disinergikan ke bisnis utamanya di telekomunikasi.

Di sisi lain, industri konten berbasis suara memang tengah berkembang pesat di Indonesia. Karena hanya berbasis suara, ini menjadi salah satu faktor podcast mudah diterima di berbagai lanskap media di dunia. Terlebih, masa pandemi Covid-19 mendorong peningkatan konsumsi konten podcast di sejumlah platform digital, misalnya Spotify dan Google Podcast.

Podcast User Research in Indonesia di 2018 menyebutkan Spotify (52,02%) sebagai platform terpopuler untuk mendengarkan konten podcast. Namun, rupanya ada Inspigo yang masuk sebagai satu-satunya pemain lokal di jajaran 10 besar. Ini menandakan awareness terhadap platform podcast lokal sudah mulai terbangun.

Sumber: Podcast User Research in Indonesia 2018 / DailySocial
Sumber: Podcast User Research in Indonesia 2018 / DailySocial

Di 2020, Indonesia mendominasi konsumsi podcast terbanyak se-Asia Tenggara menurut data Spotify. Sebanyak 20% dari total pengguna Spotify di Indonesia mendengarkan podcast setiap bulan, dan jumlah tersebut lebih tinggi dari persentase rata-rata global.

Application Information Will Show Up Here