Tujuh Startup Sektor Pariwisata Ikuti Program Akselerasi Digitaraya dan tiket.com

Digitaraya dan tiket.com menggelar demo day untuk startup yang beririsan dengan industri pariwisata. Tujuh startup dari berbagai negara di Asia tercatat mengikuti akselerasi tersebut.

Tujuh startup yang mengikuti demo day tersebut adalah Bobobox (Indonesia), Frame a Trip (Indonesia), Hungry Hub (Thailand), Local Alike (Thailand), Zipevent (Thailand), Luxstay (Vietnam), dan ScoutMyTrip (India). Jumlah ini merupakan hasil kurasi puluhan startup yang mendaftar.

Demo day ini merupakan bagian rangkaian dari program akselerasi yang diusung Digitaraya dan tiket.com. Sejumlah pihak turut hadir dalam ajang itu, mulai dari regulator hingga venture capital.

“Kami berkomitmen untuk terus menghubungkan startup Indonesia dengan pemain global. Bersama tiket.com, kami beraharap program akselerasi ini dapat ikut berkontribusi mendorong industri pariwisata Indonesia lebih dikenal dunia,” ujar Managing Director Digitaraya Nicole Yap.

Turut hadir dalam acara itu adalah Staf Ahli Kementerian Pariwisata Priyantono Rudito. Priyantono menyebut, program akselerasi tersebut diperlukan untuk merangsang pertumbuhan sektor pariwisata yang didorong penggunaan teknologi. Ia mengatakan hal itu selaras dengan rencana strategis Kemenpar yang menitikberatkan paradigma teknologi dalam menggenjot industri pariwisata lokal.

The Travel and Tourism Competitiveness Report 2017 menyebut digitalisasi dalam sektor penerbangan, pariwisata, dan perjalanan, dapat menciptakan nilai keekonomian mencapai $305 miliar dan menghasilkan manfaat senilai $700 miliar untuk konsumen dan masyarakat lebih luas.

Dalam laporan itu juga disebut bahwa daya saing pariwisata Indonesia menempati peringkat 42. Posisi ini di bawah negara tetangga di kawasan, seperti Singapura (13), Malaysia (26), dan Thailand (34).

Banyaknya destinasi wisata menarik, keragaman budaya, dan keterjangkauan biaya wisata, menjadi unggulan Indonesia. Namun laporan tersebut menggarisbawahi Indonesia masih lemah dalam pelestarian lingkungan, infrastruktur pendukung pariwisata, dan ketersediaan kamar hotel. Pemerintah sendiri menargetkan 20 juta pengunjung pada tahun ini.

Meski berasal dari beragam negara, startup yang terpilih dalam program akselerasi ini mengusung ide yang berpotensi menjawab kebutuhan industri pariwisata Indonesia.

“Mereka yang tidak bisa mengintegrasikan teknologi ke dalam industri pariwisata pasti akan tertinggal,” ucap Priyantono.

Tiga Startup Bidang Pariwisata Umumkan Merger dan Bentuk Holding Baru

Industri pariwisata Indonesia dipercaya masih memiliki potensi yang begitu luas, banyak irisan di dalamnya yang belum tergarap maksimal meski sudah banyak pemain OTA hadir. Dari semangat tersebut, memutuskan para petinggi Travelingyuk, Lapaktrip, dan DeRegent untuk memilih langkah merger dan membentuk holding baru agar layanan semakin terintegrasi dengan fokus yang jelas dan terarah.

Ketiga perusahaan di atas beroperasi di bawah holding bernama PT Turisme Global Diginet (TGD Holding) secara resmi per Juli 2019. Natali Ardianto dan Khrisna Mokoginta menjadi komisaris untuk TGD holding. Mereka adalah beberapa nama dibalik dirintisnya Tiket.com.

Sebagai informasi, baik Travelingyuk, Lapaktrip, dan DeRegent ini lahir dari kalangan orang-orang Tiket.com. Natali dan Khrisna juga terlibat sebagai investor untuk pendirian Travelingyuk dan DeRegent.

Travelingyuk adalah portal berita khusus pariwisata yang dipimpin oleh Sa’atul Ihsan. Sementara Lapaktrip adalah marketplace khusus penjualan paket tour and activities. CEO-nya adalah Hendry Prianto, sebelumnya bekerja di Tiket sebagai Head of Product – Hotel Division.

Terakhir, DeRegent adalah pengelola tourist information center (TIC), memasarkan iklan offline di bandara internasional dalam bentuk videotron. DeRegent dipimpin oleh Jonggi Manalu, sebelumnya dia memimpin Tiket sejak 2014-2017 sampai akhirnya diakuisisi penuh oleh Blibli.

Bila dilihat, ketiga perusahaan ini bidangnya saling beririsan satu sama lain dan dipercaya bisa memberikan sinergi untuk kemajuan industri pariwisata.

“Sinergi antara Travelingyuk, DeRegent, dan Lapaktrip saling berkaitan. Lapaktrip butuh promosi secara online lewat Travelingyuk, lalu DeRegent untuk offline-nya. Karena kita semua bermain di industri pariwisata, akhirnya memutuskan untuk bentuk perusahaan holding, ketiganya akan beroperasi di bawah holding,” terang Komisaris TGD Holding Khrisna Mokoginta kepada DailySocial.

Natali turut menambahkan, kondisi industri tour and activities ini tak jauh bedanya seperti industri OTA dimulai yang ditandai dengan kelahiran Tiket. Penyedia jasa tour and activities masih belum tersentuh dengan dunia digital, makanya proses booking masih sangat manual. Namun semua masalah tersebut seperti tidak terlihat.

“Kita percaya tour and activities ini akan sangat besar karena sekarang orang beli kamar hotel dan perjalanan dengan sangat murah. Yang kita offer adalah value added, bisa dapat makan malam gratis atau pick up dari airport. Makanya dari pengalaman kita ini, transaksi average ke depannya akan jauh lebih besar dari OTA karena value-nya lebih besar.”

Dari keputusan bisnis ini, Lapaktrip akan menjadi platform utama sebelum mengarahkan kebutuhan konsumen yang ingin beriklan lewat DeRegent atau mencari informasi pariwisata melalui artikel yang dipublikasi oleh Travelingyuk. Database paket wisata dari agen tour and activities pun akan diperbanyak di Lapaktrip agar konsumen punya banyak pilihan.

Oleh karena itu, Khrisna menjelaskan secara bertahap akan perkuat sistem internal agar pelayanan ke konsumen makin baik dan sistem pembayaran agar opsi konsumen bisa lebih banyak untuk bertransaksi di Lapaktrip.

Rencana bisnis berikutnya

CEO Lapaktrip Hendry Prianto menjelaskan ke depannya Lapaktrip akan menyediakan paket tour and activities untuk kegiatan di luar negeri, tidak hanya di dalam negeri saja. Perusahaan melihat peluang yang belum disentuh meski Traveloka lewat Traveloka Xperience dan Klook, bahkan Tiket sendiri sudah merambahnya.

Perusahaan besar tersebut belum merambah hingga paket wisata yang menyeluruh dan tiket atraksi wisata yang disediakan oleh UKM. Kebanyakan pemain OTA baru menyentuh penyedia yang banyak dikenal wisatawan.

“Misi kita cukup beda, kami ingin bantu agen tur konvensional untuk go digital dengan Lapaktrip agar mereka bisa berkompetisi dengan yang lainnya. Lapaktrip bisa menjadi channel penjualan mereka yang baru,” kata Hendry.

Dari segi transaksi, Hendry menyebut perusahaannya telah menghasilkan transaksi, namun dianggap belum begitu besar. Lantaran belum melakukan kegiatan promosi apapun sejak awal berdiri.

Dia menyebut Lapaktrip telah bermitra dengan 80 operator tur dan 1200 paket wisata yang ditawarkan. Pasca bergabungnya perusahaan ke dalam holding, Hendry akan perbanyak kemitraan dengan 1000 operator tur sampai akhir tahun ini.

Agen tur yang ingin bergabung harus memenuhi beberapa persyaratan umum, mereka harus sudah berbadan hukum dan punya alamat kantor yang jelas demi meminimalisir potensi penipuan.

Seluruh produk yang dipajang di Lapaktrip kemungkinan besar juga akan tersedia di videotron DeRegent yang delapan bandara internasional. Seperti di Bandara Soetta (Cengkareng), Sultan Mahmud Badaruddin (Palembang), Silangit (Medan), dan Minangkau (Padang).

Tak hanya itu, videotron ini bisa jadi ajang promosi untuk para UKM agar semakin dikenal para wisatawan. Juga memasarkan informasi yang dipublikasi lewat Travelingyuk. Secara pencapaian, situs media online ini diklaim telah dikunjungi oleh 195 juta kali sejak Januari 2018-April 2019. Dari angka itu, pembaca loyalnya mencapai 33 juta orang.

Agar ketiga startup ini makin tumbuh pesat, Natali menyebut pihaknya sedang melakukan penggalangan dana untuk Seri A. Prosesnya masih berlangsung dan diharapkan akan segera selesai pada akhir Agustus 2019.

Targetkan Milenial dan Keluarga, Umroh.com Hadirkan Marketplace Travel Umroh Terpercaya

Besarnya minat masyarakat melakukan perjalanan umroh menjadi salah satu alasan Umroh.com didirikan. Platform marketplace yang secara khusus menghadirkan berbagai pilihan paket umroh dari 100 perusahaan travel tersebut resmi meluncur tahun 2018 lalu. Kepada DailySocial, Commercial Manager Umroh.com Lia Firdausy mengungkapkan, Indonesia merupakan negara penyumbang jamaah umroh kedua terbesar setelah Pakistan.

Umroh.com juga hadir untuk memberikan jaminan travel yang terpercaya, setelah kasus penipuan yang merugikan banyak masyarakat Indonesia beberapa waktu lalu. Berkaca dari pengalaman pribadi dan keluarga dekat yang menjadi korban penipuan travel umroh, para pendiri yaitu Ridho Irawan dan Lia Firdausy mulai membangun platform. Mereka juga mendapat dukungan dari founding team yang telah berpengalaman membangun online marketplace dan memiliki expertise di sektor teknologi yakni Arthur Pello dan Riyanto Wibowo.

“Jamaah umroh harus dilayani dan dilindungi hak-haknya. Masih melekat trauma masyarakat atas maraknya kasus penipuan oleh travel umroh yang tidak bertanggung jawab, bahkan total mencapai ratusan ribu jamaah yang gagal berangkat, meskipun telah membayar lunas biaya umroh-nya,” kata Lia.

Secara khusus Umroh.com menyediakan 3 kategori paket umroh, antara lain paket umroh reguler yang berangkat setiap bulannya. Paket umroh plus wisata ke negara Islam lainnya seperti Turki, Mesir, Palestina, India. Serta paket umroh spesial bersama ustadz atau selebriti pilihan.

“Dan kami menargetkan keluarga dan millenials sebagai potential customers sehingga mereka bisa dengan mudah mencari paket umroh sesuai waktu dan budget yang dimiliki,” kata Lia.

Menambah kemitraan

Sebagai marketplace, Umroh.com tidak berperan sebagai penyelenggara, mereka juga mengklaim bisa memberikan jaminan kepada pelanggan kepastian transaksi, dana jamaah hanya akan dicairkan kepada travel umroh apabila sudah ada kepastian tanggal keberangkatan berupa kode booking pesawat.

Apabila travel umroh tidak memberikan kode booking tersebut dalam kurun waktu tertentu, maka jamaah dapat menarik kembali 100% biaya umroh yang telah dibayarkan atau memilih paket dari travel umroh lainnya.

“Kami terus fokus mengembangkan produk dan teknologi kami. Ke depannya kami berharap segala persiapan dan transaksi ibadah umroh dapat dilakukan dari genggaman smartphone seluruh masyarakat muslim Indonesia,” kata Lia.

Saat ini Umroh.com sudah bisa diakses di situs dan aplikasi versi Android. Untuk versi iOS rencananya akan diluncurkan akhir tahun 2019 mendatang. Di tahun 2019 ini, perusahaan juga akan meluncurkan fitur-fitur terkait persiapan dan transaksi ibadah umroh sehingga memudahkan masyarakat muslim di Indonesia dalam memilih paket umroh yang terbaik sesuai kebutuhan. Dari 100 mitra travel yang sudah bergabung, sekitar 40 sudah live di situs statusnya, sisanya masih dalam proses administratif.

Salah satu kemitraan yang baru-baru ini diumumkan Umroh.com adalah bersama dengan platform OTA Tiket. Melalui kampanye ramadan Tiket, Umroh.com menyediakan hadirah berupa paket umroh untuk pemenang yang beruntung. Disebutkan pula Umroh.com sebelumnya telah mendapatkan mentoring dari para founder Tiket.

“Ke depannya kami juga ingin sekali bekerja sama dengan berbagai perusahaan hingga brand untuk mengadakan kontes serupa berhadiah paket umroh. Atau bisa juga untuk kebutuhan internal umroh karyawannya,” kata Lia.

Selain Umroh.com, ada juga layanan PergiUmroh yang menghadirkan platform dan jasa sejenis.

Application Information Will Show Up Here

Tiket Announces Business Growth, Launching Customer Service via WhatsApp

Entering the holiday season, Tiket has claimed an increased traffic for all services. Starts from flight booking, hotel and trains. The current rising price for flight does not lessen people’s enthusiasm in traveling using airplane. The price increases for about 150% from the previous season.

In terms of train ticket, it increased by 52% this year.  It’s in line with Transportation Ministry’s prediction, for the land transportation to be increased by 30 per cent in this year’s mudik period.

“Currently, we are yet to offer bus ticket in the platform. Our focus is still around the flight, train and hotel reservation,” Gaery Undarsa as Tiket’s CMO said.

Customer service via WhatsApp, PayLater and activity

In order to provide better service to the customers, Tiket launches 24-hours customer service using WhatsApp. The strategic partnership by Tiket using WhatsApp is to facilitate customers to have direct interaction with 100 CS team specially prepared.

The customers are getting engaged with this feature due to the fast response and easy access, compared to the call center or email.

“We can make sure in 5 minutes, the CS team will make direct response and help customers. Currently we’re still using CS team, furthermore we also plan to implement AI and machine learning technology for general question,” he added.

To date, Tiket has been offering various payment options to users, from bank transfer to installment without credit card in partnership with Kredivo. Being mentioned about the plan for PayLater, they confirmed, and when it’s done, it’ll be launched this year.

The app with 16 million downloads also claimed to provide additional feature in activity category for business players. The event sale to the concert ticket in the platform also has significant increase.  The latest feature is expected to help users and the business players. Previously, Tiket is reportedly focused on B2B segment.

“When the PayLater’s ready supported by Tiket and product in the activity category targeting B2B segment will also be launched this year,” he said.

Increase partnership

The strategic partnership is also formed between Tiket and Gojek through Go-Travel. Using the service in Go-Jek’s platform, users can now purchase Tiket’s travel products. The latest collaboration is expected to reach more users and supported Gojek’s ambition to become the super app.

“Although Tiket and Gojek are under GDP Venture, the strategic partnership has become our focus in Tiket as local app, just like Gojek. We believe in this collaboration to give positive result,” Gaery said.

Previously, Grab has collaborated with Booking.com and Agoda to provide hotel reservation in Grab app. Shopee on the other hand, has partnered up with Traveloka.

The other strategic partnership by Tiket is formed with Umroh.com marketplace. The startup under Tiket’s founder guidance provides free umrahwithin Tiket’s special promo. In order to build up ecosystem, Tiket routinely held mentoring session to the related startups.

“In addition, we also have other startups which receives education also direct mentoring from us. Furthermore, we also plan to add new mentoring program for the relevant startups,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Tiket Klaim Pertumbuhan Bisnis, Luncurkan Layanan Pelanggan via WhatsApp

Jelang libur lebaran, Tiket mengklaim mengalami peningkatan dari sisi trafik untuk semua layanan yang dimiliki. Mulai dari pemesanan tiket pesawat, hotel hingga kereta api. Adanya kenaikan harga tiket pesawat yang terjadi saat ini ternyata tidak menurunkan animo masyarakat untuk melakukan perjalanan menggunakan moda transportasi udara. Pemesanan tiket pesawat mengalami kenaikan 150% dibandingkan dengan periode mudik 2018.

Sementara untuk pemesanan kereta api untuk mudik 2019 meningkat hingga 52% dibandingkan periode tahun lalu. Kenaikan ini sejalan dengan prediksi dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), yaitu arus mudik di jalur darat akan meningkat sekitar 30 persen pada lebaran 2019.

“Saat ini kami belum memiliki rencana untuk menghadirkan pembelian tiket bus dalam platform. Fokus kami masih seputar tiket pesawat terbang, kereta api dan tentunya hotel,” kata CMO Tiket Gaery Undarsa.

Layanan pelanggan via WhatsApp, PayLater dan aktivitas

Bertujuan untuk memberikan pelayanan lebih kepada pengguna, Tiket meluncurkan layanan pelanggan 24 jam memanfaatkan WhatsApp. Kemitraan strategis yang dilancarkan oleh Tiket dengan WhatsApp ini, memberikan kemudahan kepada pengguna untuk berinteraksi langsung dengan 100 orang tim Customer Service (CS) yang secara khusus disiapkan oleh Tiket.

Fitur WhatsApp ini sudah mulai diminati oleh pengguna, karena sifatnya yang cepat dan tentunya lebih mudah diakses, dibandingkan layanan pelanggan memanfaatkan telepon atau email.

“Kita bisa pastikan dalam waktu 5 menit, tim CS langsung menyapa pengguna dan memberikan bantuan yang dibutuhkan. Saat ini kita masih memanfaatkan tenaga tim CS, ke depannya kita juga berencana untuk menerapkan teknologi AI hingga machine learning untuk pertanyaan yang umum,” kata Gaery.

Saat ini Tiket sudah menghadirkan beragam pilihan pembayaran kepada pengguna, mulai dari bank transfer hingga cicilan tanpa kartu kredit bermitra dengan Kredivo. Disinggung apakah Tiket memiliki rencana untuk meluncurkan PayLater, disebutkan rencana tersebut memang ada, dan jika persiapan sudah final PayLater akan diluncurkan tahun 2019 ini.

Aplikasi yang sudah diunduh 16 juta orang ini mengklaim juga bakal menghadirkan fitur tambahan dalam kategori aktivitas, yang bisa dimanfaatkan oleh pemilik bisnis. Penjualan acara hingga tiket konser dalam platform Tiket juga saat ini mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan diluncurkannya fitur baru ini, diharapkan bisa membantu pengguna sekaligus pemilik bisnis. Sebelumnya dikabarkan Tiket mulai fokus merambah segmen B2B.

“Jika sudah siap PayLater yang didukung langsung oleh Tiket dan produk dalam kategori aktivitas yang menyasar segmen B2B akan kami hadirkan juga tahun ini,” kata Gaery.

Menambah kemitraan

Kerja sama strategis juga sudah dilakukan oleh Tiket dengan Gojek melalui Go-Travel. Memanfaatkan layanan yang tersedia di platform Tiket, kini pengguna Go-Jek bisa melakukan pembelian produk travel milik Tiket. Kolaborasi yang baru diresmikan awal bulan Mei ini, diharapkan bisa menjangkau lebih banyak pengguna dan mendukung tujuan dari Gojek untuk menjadi Super App.

“Meskipun Tiket dan Gojek berada dalam naungan yang sama yaitu GDP Venture, namun kemitraan strategis ini sudah menjadi perhatian kami di Tiket yang juga merupakan aplikasi karya anak bangsa, sama halnya dengan Gojek. Kami optimis kolaborasi ini bisa memberikan hasil yang positif,” kata Gaery.

Sebelumnya Grab juga telah menggandeng Booking.com dan Agoda menyediakan pilihan pemesanan hotel dalam aplikasi Grab. Sementara Shopee telah menggandeng Traveloka.

Kerja sama strategis lainnya yang diperkenalkan oleh Tiket adalah dengan platform marketplace Umroh.com. Startup yang secara khusus merupakan binaan dari para founder Tiket ini, menyediakan hadiah umroh gratis dalam promo spesial Tiket. Untuk memperkuat ekosistem, Tiket secara rutin memberikan mentoring kepada startup terkait.

“Selain Umroh kita juga masih memiliki startup binaan lainnya yang telah mendapatkan edukasi hingga mentoring langsung dari kami. Ke depannya kami juga berencana untuk menambah mentoring program ini untuk startup yang relevan dengan kami,” kata Gaery.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Adds Go-Travel Feature for Easier Booking Through Tiket.com

After Shopee’s partnership with Traveloka and Grab with Booking Holdings, Gojek has taken similar step with Tiket.com. It started off with Go-Travel menu to “redirect” consumers to Tiket.com mobile page. Currently, it’s only available for hotel reservation.

Tiket.com is one of the leading local OTA which is fully acquired by GDP Venture through Blibli in 2017. Considering Blibli involved as Gojek’s investor, both are having the same investors.

During this year, Gojek has introduced some features or the third party services in its app, including Go-News which curates content from Kumparan, Go-Mall which partners with Blibli and JD.id, and Go-Komik which collaborates with local comics.

Go travel is here as part of Gojek’s desire to be the super app by partnering with various local services.


Amir Karimuddin contributes in the making of this article.
Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gojek Sematkan Fitur Go-Travel, Permudah Beli Tiket Melalui Tiket.com

Setelah Shopee menggandeng Traveloka dan Grab bermitra dengan Booking Holdings, Gojek melakukan langkah serupa dengan Tiket.com. Langkah awal adalah menyematkan menu Go-Travel yang bakal “melempar” konsumen ke laman mobile Tiket.com. Untuk saat ini, baru reservasi kamar hotel yang bisa dilakukan melalui menu ini.

Tiket.com adalah salah satu layanan OTA lokal terdepan yang telah diakuisisi penuh GDP Venture melalui Blibli pada tahun 2017 silam. Mengingat Blibli juga merupakan investor Gojek, ini artinya kedua perusahaan memiliki investor yang sama.

Sepanjang tahun ini Gojek sudah memperkenalkan sejumlah fitur atau layanan pihak ketiga di aplikasinya, termasuk Go-News yang mengkurasi berita dari Kumparan, Go-Mall yang bekerja sama dengan Blibli dan JD.id, dan Go-Komik yang bekerja sama dengan para komikus lokal.

Hadirnya Go-Travel menjadi bagian ambisi Gojek untuk menuju super app dengan menjalin kemitraan dengan berbagai layanan lokal.


Amir Karimuddin berkontribusi untuk penulisan artikel ini.

Application Information Will Show Up Here

Tiket Enters Travel Planning Industry for Corporate

Tiket is adding travel planing service for corporate customers. The new product makes the corporate market more attractive for business.

There is no official statement from Tiket until the news revealed.

Tiket provides special website for business customers to handle all their needs. All tickets from flight, hotel, train, car rental, and entertainment can be ordered through corporate account. The required documents to make corporate accounts include establishment license, company’s TIN, domicile certificate (SKDP), business trading license (SIUP), company registration (TDP), ID representative, and others.

In the explanation, the corporate account can be made into several sub accounts to make it easier for some divisions to make a booking. Each corporate account will be given online access to make a booking and purchasing via website and app.

In terms of payment system, sub account member don’t have to worry about the limit, they’re free to submit as needed. Reservation can be made in advance. Consumers only need to discuss with Tiket team regarding invoice date for company to be issued and paid.

This type of order is highly attractive for big corporate which holding routine events, such as business trip or outing. Each division should be flexible to plan their trip without having to use travel agent.

On the other side, travel agent business cake is predicted to be more challenging due to OTA’s players targeting corporate consumers. Aside from Tiket, participated also in this market other OTAs, such as Via and Bhinneka. Through partnership with Loket, Bhinneka provides ticketing service for entertainment, theme park, and MICE for B2B consumers in large numbers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Tiket Rambah Pemesanan Perjalanan untuk Korporat

Tiket merambah layanan pemesanan perjalanan untuk nasabah dari korporat. Kehadiran produk baru ini menjadikan pasar korporat semakin menarik untuk diseriusi.

Belum ada keterangan resmi yang diberikan oleh pihak Tiket hingga berita ini diturunkan.

Tiket menyediakan situs khusus yang dapat digunakan konsumen bisnis untuk memesan semua kebutuhannya. Semua produk Tiket mulai dari tiket pesawat, hotel, kereta, sewa mobil, dan hiburan dapat dipesan, cukup membuat akun korporat.

Dokumen yang dibutuhkan dalam membuat akun korporat di antaranya akta pendirian, NPWP perusahaan, surat keterangan domisili perusahaan (SKDP), surat ijin usaha perdagangan (SIUP), tanda daftar perusahaan (TDP), KTP penanggungjawab atau direksi, dan sebagainya.

Dalam penjelasannya, akun korporat ini dapat dibuat menjadi beberapa sub akun untuk memudahkan berbagai divisi di perusahaan dalam melakukan pemesanan. Setiap anggota akun korporat akan diberikan akses online untuk melakukan pemesanan dan pembelian via situs dan aplikasi.

Sistem pembayarannya, setiap anggota sub akun tidak perlu khawatir dengan batas penggunaan, bebas mengajukan plafon penggunaan sesuai kebutuhan. Pemesanan dapat dilakukan di muka. Konsumen tinggal mendiskusikan dengan pihak Tiket terkait tanggal invoice yang pas untuk diterbitkan dan dibayar perusahaan.

Model pemesanan seperti ini tentunya menarik untuk korporat besar yang rutin mengadakan perjalanan dinas atau outing rutin tiap tahunnya. Setiap divisi dapat merencanakan perjalanan secara fleksibel tanpa harus mengandalkan lagi jasa agen perjalanan.

Di sisi lain, kue bisnis dari agen perjalanan diprediksi akan semakin tertantang karena pemain OTA mulai melirik potensi dari konsumen korporat. Selain Tiket, pemain OTA lainnya yang turut meramaikan pasar ini adalah Via dan Bhinneka. Lewat kemitraan dengan Loket, Bhinneka menyediakan penjualan tiket hiburan, theme park, dan MICE untuk nasabah B2B dalam jumlah besar.

Application Information Will Show Up Here

Gambaran Persaingan Bisnis Digital di Empat Sektor Terpopuler di Indonesia

Dilihat dari geliat bisnis –meliputi nilai pangsa pasar dan putaran investasi—ada beberapa sektor digital yang tumbuh signifikan di Indonesia. Salah satunya merujuk pada hasil riset Google dan Temasek tahun ini, empat sektor utama yang mendominasi adalah e-commerce, online travel, online media, dan ride-hailing. Selain empat di atas sektor lain juga turut bertumbuh, salah satu yang menggeliat adalah fintech.

Pada tulisan ini, kami coba menghadirkan gambaran persaingan terkini industri digital yang sedang memanas dan menjadi sorotan di Indonesia. Terdiri dari bisnis ride-hailing, fintech, e-commerce, dan online travel. Masing-masing telah diisi oleh pemain besar dengan basis pengguna dan dukungan pendanaan yang sangat besar juga.

Ride-hailing masih tentang Go-Jek vs Grab

Berbicara tentang persaingan ride-hailing di Indonesia, maka masih mengerucut pada dua unicorn Go-Jek dan Grab. Keduanya terus mendominasi pangsa pasar dengan porsi yang berbeda. Sejauh ini dari sisi kelengkapan, aplikasi Go-Jek jauh lebih unggul karena menawarkan varian yang lebih banyak.

Namun dari total statistik unduhan di Play Store, angka Grab lebih banyak –karena hanya menggunakan satu aplikasi di seluruh wilayah operasional, sementara Go-Jek memisahkannya; seperti di Vietnam menggunakan Go-Viet atau bahkan layanan sekunder dengan Go-Life.

Go-Jek vs Grab
Go-Jek dan Grab masih terus bersaing menjadi yang terbaik

Di sisi lain, fitur e-wallet menjadi salah satu model bisnis layanan. Go-Jek bermanuver sendiri melalui Go-Pay, sementara Grab masih bergantung pada pihak lain, dalam hal ini Ovo dari Lippo Group. Untuk perluasan bisnis keduanya juga sama-sama memiliki unit investasi, merangkul pemain lain memperkuat ekosistem layanan –ada Go-Ventures dan Grab Ventures.

Mapan, Promogo, Findaya, Dana Cita dll adalah startup digital yang kini bermitra strategis dengan Go-Jek, dijalin melalui pendanaan dan/atau akuisisi. Kudo, HappyFresh, StickEarn, Karta dan beberapa pemain lainnya ada di sudut Grab. Dari sepak terjang yang ada, keduanya seakan-akan mengarah pada satu titik yang sama dalam kaitannya dengan tujuan bisnis.

Tahun ini nilai pangsa pasar ride-hailing di Indonesia diperkirakan mencapai $3,7 miliar. Angka tersebut diproyeksikan akan terus meningkat hingga menyentuh minimal $14 miliar di tahun 2025 mendatang. Sehingga babak demi babak persaingan masih akan sangat menarik disaksikan dari kedua startup besar tersebut.

Fintech tumbuh pesat, e-money miliki potensi terbesar

Di Indonesia ada dua sub-sektor fintech yang terlihat tumbuh subur, yakni lending dan e-money. Dari sisi jumlah pemain, fintech lending jauh lebih banyak, pun yang sudah berizin dari regulator. Sementara e-money cenderung lebih sedikit dan didominasi oleh pemain besar.

Ada alasan yang sangat mendasar mengapa e-money akan menjadi sub-sektor fintech yang paling berpotensi. Seperti layaknya uang di dompet, saldo e-money didesain untuk membantu pengguna bertransaksi kebutuhan sehari-hari.

Tak ayal kini pemain e-money makin gencar melakukan akuisisi pengguna dengan memperluas ekosistem layanan. Di Indonesia ada beberapa layanan populer untuk e-money, mulai dari Dana, Go-Pay, Paytren, Tcash dan lain-lain. Namun yang paling mendominasi pemberitaan akhir-akhir ini ada tiga layanan, yakni Dana, Go-Pay, dan OVO.

Dominasi pemberitaan tak lain terkait upaya perluasan integrasi layanan. Kini ketiga layanan populer tersebut sudah terintegrasi dengan platform berpopulasi pengguna besar. Dari survei yang dilakukan oleh DailySocial melibatkan 825 pengguna layanan, secara peringkat pengguna Go-Pay berada di urutan pertama, disusul oleh OVO, Tcash, dan Dana.

E-money di Indonesia
Layanan e-money terus perluas integrasi layanan untuk perkaya ekosistem

Pasca integrasi yang dilakukan besar-besaran tahun ini, artinya genderang persaingan baru saja dimulai. Beberapa pemain memang sudah terlihat meredup – misalnya PayPro yang akhirnya mencoba keberuntungan di ritel kecil tradisional.

Beberapa pemain baru juga bermunculan ditandai dengan rilis lisensi penyelenggara e-money oleh Bank Indonesia. Sebut saja BluePay, Duwit, hingga E2Pay yang segera memantapkan debutnya.

Sektor travel lengang namun menjanjikan

Menurut data Google dan Temasek, saat ini sektor online travel memiliki pangsa pasar yang paling besar di Asia Tenggara, yakni $30 miliar. Di Indonesia sendiri tahun ini diperkirakan akan menyumbang perputaran uang mencapai $8,6 miliar, dan diproyeksikan akan mencapai $25 miliar di tahun 2025 mendatang. Pemain di online travel sebenarnya juga banyak, sebut saja Airy, Pegipegi, Tiket.com, Traveloka, dan lain-lain.

Jika ditarik pemain dengan peringkat teratas, maka merujuk pada dua pemain besar – kebetulan keduanya didirikan pengembang lokal – yakni Tiket.com dan Traveloka. Pasca exit, Tiket.com saat ini berada dalam naungan Djarum Group melalui unit usaha Blibli. Sementara Traveloka masuk dalam jajaran unicorn di Indonesia dengan valuasi saat ini diperkirakan melebihi $2 miliar.

Traveloka vs Tiket
Traveloka pimpin bisnis OTA di Indonesia

Tampaknya modal besar membuat akuisisi pengguna oleh Traveloka cukup berhasil –diimbangi dengan inovasi layanan yang terus digencarkan. Secara statistik Traveloka saat ini masih mengungguli Tiket.com, kendati dari sisi varian layanan keduanya hampir memiliki kesamaan. Di sudut inovasi Traveloka juga banyak meluncurkan gebrakan, misalnya fitur PayLater melalui TravelokaPay bermitra dengan layanan pinjaman Danamas.

Secara khusus DailySocial juga pernah merilis laporan bertajuk “Online Travel Agencies Survey 2018”. Hasil survei menempatkan urutan layanan paling populer ada Traveloka, Tiket.com, Pegipegi, Airy, Blibli, Jd.id, Nusatrip dll. Besarnya pangsa pasar online travel membuat e-commerce juga berbondong-bondong menyajikan layanan penjualan tiket pesawat dan hotel. Beberapa e-commerce bekerja sama dengan pengembang OTA, sisanya mendesain sistem secara mandiri.

E-commerce di Indonesia bergerak dinamis

Sektor digital yang paling ramai sejak beberapa tahun terakhir, pun dengan pertumbuhannya terlihat paling mengesankan. Jika dikemas dalam anekdot, perjalanan digital society di Indonesia dimulai dari penggunaan media sosial, lalu e-commerce, baru ke layanan lainnya.

Saat ini lanskap e-commerce di Indonesia didominasi empat pemain besar, yakni Bukalapak, Lazada, Shopee dan Tokopedia. Pembeda antara e-commerce dan online marketplace pun semakin melebur.

Sementara itu di luar empat pemain tersebut masih banyak platform lain yang juga terus memperkuat keberadaannya, sebut saja Blibli, Bhinneka, Mataharimall dll. Pemain dengan segmen khusus seperti Sale Stock, Hijub, Berrybenka dll juga masih memiliki pangsa pasar. Belum lagi yang di segmen khusus B2B, ada Bizzy, Mbiz dll.

Beberapa penelitian menyebutkan, bahwa e-commerce akan menjadi bisnis digital paling berpengaruh dalam beberapa tahun mendatang. Per tahun 2018, nilai pangsa pasar e-commerce di Indonesia sudah mencapai $18 miliar, terbesar di regional.

Menjelang akhir tahun, di tengah hajatan akbar e-commerce beberapa lembaga survei merilis laporan terkait popularitas layanan e-commerce. Salah satunya MarkPlus, mereka mengatakan bahwa saat ini Shopee berada di urutan pertama, bersaing ketat dengan Tokopedia. Sebelumnya di kuartal kedua DailySocial juga pernah melakukan survei popularitas layanan e-commerce, menempatkan Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak di urutan teratas.

E-commerce di Indonesia
Empat layanan e-commerce unggulan terus bersaing ketat

Persaingan belum usai sampai di sini. Masing-masing pengembang platform terus memaksimalkan berbagai strategi untuk memperkuat kehadirannya di pangsa pasar. Strateginya juga memiliki pendekatan berbeda antar pemain.

Misalnya Bukalapak memilih memaksimalkan biaya iklan – per kuartal ketiga tahun 2018, Bukalapak menjadi startup yang paling banyak beriklan. Beda lagi dengan Shopee yang mencoba memperkuat branding dengan menggaet tokoh terkenal Asia dan mengadakan pagelaran besar.