PINA Kantongi Pendanaan Awal, Segera Luncurkan Aplikasi Pengelolaan Keuangan dan Investasi

Pengembang aplikasi pengelolaan keuangan personal PINA mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal dengan nominal dirahasiakan. Putaran ini dipimpin 1982 Ventures, dengan keterlibatan iSeed Asia, Prasetia Dwidharma, Oberyn Capital, dan sejumlah angel investor. Dana segar akan dimanfaatkan untuk mempercepat pengembangan dan pertumbuhan produk sebelum diluncurkan pada November 2021 depan.

Nantinya aplikasi PINA akan membantu orang mengelola dan mengembangkan uang mereka dengan menyediakan solusi pengelolaan dan investasi di satu aplikasi. Startup ini didirikan oleh mantan eksekutif Grab Daniel van Leeuwen dan veteran layanan keuangan Christian Hermawan.

“Misi kami adalah membantu setiap orang mencapai kemandirian finansial dengan menyediakan produk dan saran yang membuat keputusan keuangan yang rumit menjadi sederhana dan relevan. Wealth creating tools yang disediakan untuk individu dengan kekayaan bersih tinggi kini tersedia untuk semua orang. PINA memberdayakan orang untuk berinvestasi dan mengelola uang mereka dengan cara yang dapat dipahami,” ujar Daniel.

Kepada DailySocial.i,d Managing Partner 1982 Ventures Herston Powers mengungkapkan, meskipun platform belum diluncurkan, namun dilihat dari pengalaman para pendirinya yang cukup matang menjadi alasan kuat bagi investor untuk memberikan investasi.

“PINA merupakan aplikasi keuangan pribadi Indonesia pertama yang melayani semua orang Indonesia. Jalan menuju investasi pribadi bukanlah perdagangan saham atau pertukaran kripto, tetapi produk keuangan yang dibuat untuk orang banyak yang berfokus pada membangun kekayaan. Pendekatan dan nilai-nilai holistik PINA sepenuhnya selaras dengan misi kami untuk mengubah layanan keuangan dan memberdayakan jutaan orang Indonesia,” kata Herston.

1982 Ventures sendiri merupakan pemodal ventura yang fokus kepada startup fintech. Berbasis di Singapura, cakupan pendanaan mereka di tahap awal, untuk pebisnis di Asia Tenggara. Selain PINA, portofolio milik 1982 Ventures lainnya di Indonesia adalah Brick dan Wagely.

Sementara itu, CEO Prasteia Dwidharma Arya Setiadharma mengatakan, “Visi PINA adalah memberdayakan masyarakat Indonesia untuk mengejar dan mengamankan kebebasan finansial dengan cara yang sederhana dan lugas. Mengurangi hambatan untuk mengakses pasar sama pentingnya dengan mendidik mereka yang ingin mengaksesnya – literasi keuangan harus menjadi prioritas.”

Platform yang menawarkan layanan serupa seperti PINA di antaranya adalah Halofina, Finansialku, dan Fundtatstic. Tidak sekadar aplikasi pencatatan keuangan pribadi, mereka juga menyematkan layanan investasi dan edukasi keuangan di aplikasinya — misinya memudahkan setiap pengguna mencapai tujuan finansialnya.

Targetkan generasi muda

Misi PINA tidak hanya menyediakan cara yang lebih mudah untuk berinvestasi di pasar keuangan yang sedang berkembang di Indonesia, tetapi juga memberikan akses, kepercayaan, dan literasi keuangan untuk mengatasi rendahnya penetrasi investor ritel, khususnya segmen kelas menengah ke bawah, generasi muda, dan pemula.

Untuk memuluskan tujuannya, mereka telah bermitra dengan beberapa pihak, termasuk perusahaan BNI Sekuritas untuk  menawarkan berbagai produk investasi, Asli RI untuk e-KYC dan keamanan biometrik, dan perusahaan manajemen aset terkemuka lainnya. Saat ini PINA telah terdaftar dan berada di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Hingga Q2 2021, kami mencatat terdapat sejumlah startup wealthtech (pengelolaan keuangan dan investasi) yang mendapatkan pendanaan dari investor, antara lain:

Announcement Startup Round Amount Investor
January-2021 Zipmex Series A $ 6,000,000 Jump Capital
March-2021 Pluang Pre-Series B $ 20,000,000 Openspace Ventures, Go-Ventures
February-2021 FUNDtastic Series A $ 7,700,000 Ascend Capital Group, Indivara Group
January-2021 Ajaib Series A $ 25,000,000 Horizons Ventures, Alpha JWC Ventures, SoftBank Ventures Asia, Insignia Ventures, Y Combinator
January-2021 Bibit Series A $ 30,000,000 Sequoia Capital India, East Ventures, EV Growth, 500 Startups
March-2021 Ajaib Series A $ 65,000,000 Ribbit Capital, Y Combinator Continuity, ICONIQ Capital, Bangkok Bank PLC, angel investors
May-2021 Pintu Series A $ 6,000,000 Coinbase, Blockchain Ventures, Castle Island Ventures, Intudo Ventures, Alameda Ventures, Angel Investor
May-2021 Bibit Series B $ 65,000,000 Sequoia Capital India, Prosus Ventures, Tencent, Harvard Management Company, AC Ventures, East Ventures

Proyeksinya ke depan masih akan terus meningkat, seiring peluang pasar layanan pengelolaan keuangan yang terus diminati pasar. Menurut sebuah studi, ukuran pasar solusi wealthtech akan mencapai $54,62 miliar pada tahun 2021; dan akan terus bertumbuh hingga $137,44 miliar pada 2028 mendatang dengan CAGR 12,1%.

Makmur Investment Platform Secures Seed Funding

Online investment platform Makmur secures seven-figure seed funding led by BEENEXT. A number of VCs and angel investors participated in this round, including Kinesys Group, Trihill Capital, Yiping Goh (Partner at Quest Ventures), Edward Tirtanata via Kenangan Kapital, Vidit Agrawal (CEO of GajiGesa), and Andrew Lee.

The money will be used to drive business growth by developing product features and portfolios. Makmur will also increase the number and develop the quality of its human resources.

“Currently, Indonesia’s capital market investors are experiencing significant growth, but only represent 2% of the total population in Indonesia. We expect this funding to support our efforts to close the financial inclusion gap and encourage literacy in Indonesia,” Sander said in his official statement.

Edward Tirtanata through his angel investment fund, Kenangan Kapital said that Indonesia is currently experiencing an unprecedented surge in investment from the retail market. Using this growth, Makmur focuses on financial advisory and goal-based investing to help assist novice investors. He considered this to provide different values ​​compared to wealthtech startups in Indonesia.

“Non-professional investors like me need financial advisors, and Makmur democratizes financial advisor services,” Edward told DailySocial.id in separate occation.

In general note, Makmur allows investors to invest with a minimum value of IDR 10,000. Makmur offers a number of features to strengthen the added value of its products. First, technology-based human advisors and Makmur Recipe to make it easier for novice investors to compare the right mutual funds. Users can also place mutual funds in different pockets according to their needs or investment goals (goal based investing).

Currently, Makmur provides eight investment managers, BNI Asset Management, Bahana TCW Investment Management, Trimegah Asset Management, Avrist Asset Management, Capital Asset Management, RHB Asset Management, FWD Asset Management, and Syailendra Asset Management.

Strengthen its position

In fact, Makmur is backed by a series of team work experiences at well-known technology and financial companies in Silicon Valley and Wall Street. Sander previously had an internship as a Facebook Software Engineer who was responsible for the algorithm for sorting posts on the News Feed and a Software Engineer at Motorola Solutions.

He has also held various positions in the financial industry, from KCG Holdings to Head of Quantitative Trading at Virtu Financial, one of the largest stock trading companies on Wall Street.

As DailySocial.id reached, Sander based his thought on a number of strategies in blending Makmur’s superior features, therefore, users can experience investing like having a personal wealth manager

For example, Makmur Recipe’s superior features were developed in several options, such as Makmur Recipe for emergency funds, retirement funds, and passive income. In addition, there is also a tech-enabled human advisor feature to design strategies according to the user’s investment goals. The recommended investment strategy will also follow the user’s risk profile.

Sander said this feature was designed by experts in their fields with the support of research and data-based investment technology. He considered that human advisors better understand the investment needs of users than robo advisors that have been circulating on similar platforms.

“We see that Indonesia has a quite low investment literacy. Most people invest because they join in or are attracted to sweet returns. In fact, a good investment must be based on data and research, not just feeling or simply following. Therefore, we made a quantitative investment strategy which draws on decades of data and research results used by Wall Street, not just academic theory,” Sander said.

Business development

This year, Sander revealed that his team will increase the mutual funds options by adding investment manager partners with good reputation and track record. His team will also collaborate with several mutual fund sales outlet partners

“We strictly select investment manager partners. In terms of mutual fund products, we consider some factors, such as performance, top holding, managed funds, and management fees for similar mutual funds,” he said.

In terms of products, Makmur will add new features to make it easier for users to invest, such as payment methods. According to Sander, the GoPay and Direct Debit payment methods are in the process of being integrated and are targeted for release in the next two months.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Platform Investasi “Makmur” Mengamankan Pendanaan Tahap Awal

Platform investasi online Makmur mengamankan pendanaan tahap awal dengan nominal tujuh digit yang dipimpin oleh BEENEXT. Sejumlah VC dan angel investor turut berpartisipasi pada putaran ini, antara lain Kinesys Group, Trihill Capital, Yiping Goh (Partner di Quest Ventures), Edward Tirtanata via Kenangan Kapital, Vidit Agrawal (CEO GajiGesa), dan Andrew Lee.

Pendanaan ini akan digunakan untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya dengan mengembangkan fitur dan portofolio produk. Makmur juga akan menambah jumlah dan mengembangkan kualitas SDM-nya.

“Saat ini, investor pasar modal di Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan, tetapi baru mewakili 2% dari total populasi di Indonesia. Kami harap pendanaan awal ini dapat mendukung upaya kami menutup gap inklusi keuangan dan mendorong literasinya di Indonesia,” ungkap Sander dalam keterangan resminya.

Edward Tirtanata melalui angel investment fund miliknya di Kenangan Kapital mengatakan saat ini Indonesia tengah mengalami lonjakan investasi dari pasar ritel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dengan pertumbuhan ini, Makmur berfokus pada financial advisory dan goal-based investing yang dapat membantu mendampingi investor pemula. Ia menilai fokus tersebut memberikan nilai berbeda dibandingkan startup wealthtech yang ada di Indonesia.

“Investor non-profesional seperti saya membutuhkan financial advisor, dan Makmur mendemokratisasi layanan financial advisor,” ungkap Edward dihubungi terpisah oleh DailySocial.id.

Sekadar informasi, Makmur memungkinkan investor untuk berinvestasi dengan nilai minimal Rp10.000. Makmur menawarkan sejumlah fitur untuk memperkuat nilai tambah produknya. Pertama, human advisor berbasis teknologi dan Makmur Recipe untuk mempermudah investor pemula dalam membandingkan reksa dana yang tepat. Pengguna juga dapat menempatkan reksa dana pada kantong berbeda sesuai kebutuhan atau tujuan investasi (goal based investing).

Saat ini Makmur menyediakan delapan manajer investasi, yaitu BNI Asset Management, Bahana TCW Investment Management, Trimegah Asset Management, Avrist Asset Management, Capital Asset Management, RHB Asset Management, FWD Asset Management, dan Syailendra Asset Management.

Memperkuat posisi Makmur

Sebagai informasi, Makmur diperkuat deretan pengalaman kerja tim di perusahaan-perusahaan teknologi dan keuangan ternama di Silicon Valley dan Wall Street. Sander sebelumnya pernah magang sebagai Software Engineer Facebook yang bertanggung jawab atas algoritma pengurutan postingan di News Feed dan Software Engineer di Motorola Solutions.

Ia juga pernah menduduki berbagai posisi di industri keuangan, mulai dari KCG Holdings hingga menjadi Head of Quantitative Trading di Virtu Financial, salah satu perusahaan trading saham terbesar di Wall Street.

Dihubungi DailySocial.id, Sander berpatokan pada sejumlah strategi dalam meracik-racik fitur unggulan Makmur agar pengguna dapat merasakan pengalaman berinvestasi layaknya memiliki wealth manager pribadi

Contohnya, fitur unggulan Makmur Recipe yang dikembangkan dalam beberapa opsi, yaitu Makmur Recipe untuk dana darurat, dana pensiun, dan penghasilan pasif. Selain itu, ada pula fitur tech-enabled human advisor yang dapat merancang strategi sesuai tujuan investasi pengguna. Strategi investasi yang direkomendasikan juga akan mengikuti profil risiko pengguna.

Sander mengatakan, fitur ini dirancang oleh para ahli di bidangnya dengan dukungan teknologi investasi berbasis riset dan data. Ia menilai human advisor lebih memahami kebutuhan investasi pengguna daripada robo advisor yang telah banyak beredar di platform sejenis.

“Kami melihat literasi investasi di Indonesia masih sangat rendah. Kebanyakan orang berinvestasi karena ikut-ikutan atau kepincut imbal hasil yang manis. Padahal, investasi yang baik harus berdasarkan data dan riset, bukan sekadar feeling atau following. Maka itu, kami membuat quantitative investment strategy yang mengacu pada data puluhan tahun dan hasil riset yang digunakan oleh Wall Street, bukan sekadar teori dunia akademis,” papar Sander.

Rencana pengembangan Makmur

Pada tahun ini, Sander mengungkap pihaknya akan menambah pilihan reksa dana dengan menambah partner manajer investasi yang memiliki reputasi dan rekam jejak yang baik. Pihaknya juga akan menggandeng beberapa partner gerai penjualan reksa dana

“Kami selalu menyeleksi partner manajer investasi dengan ketat. Untuk produk reksa dana, kami mempertimbangkan sejumlah faktor, seperti kinerja, top holding, dana kelolaan, dan management fee reksa dana sejenis,” ungkapnya

Dari sisi produk, Makmur akan menambah fitur-fitur baru untuk mempermudah pengguna berinvestasi, seperti metode pembayaran. Menurut Sander, metode pembayaran GoPay dan Direct Debit sedang dalam proses integrasi dan ditargetkan rilis dalam dua bulan mendatang.

Application Information Will Show Up Here

Ajaib Dikabarkan Tengah Galang Pendanaan 2,1 Triliun Rupiah, Berpotensi Jadi Unicorn Berikutnya

Platform wealthtech Ajaib dikabarkan akan segera menyandang status unicorn berikutnya dari Indonesia. Perusahaan kini sedang merampungkan pendanaan berikutnya, ditargetkan nilainya mencapai $150 juta (lebih dari 2,1 triliun Rupiah). Menurut pemberitaan DealStreetAsia, DST Global telah memimpin pendanaan ini.

DailySocial.id sudah menghubungi salah satu investor dan manajemen Ajaib untuk dimintai konfirmasinya. Jawabannya kompak bahwa mereka menolak berkomentar atas rumor tersebut.

Bila mengacu dari kabar burung tersebut, dengan menghitung total pendanaan yang diterima Ajaib sebelumnya sebesar $92 juta, maka total pendanaan yang telah dikantongi perusahaan menjadi $242 juta.

Ada yang menghitung, secara kasarnya valuasi $1 miliar itu bisa dicapai dengan 4,1x-4,2x dari total pendanaan. Angka tersebut sedikit jauh lebih tinggi dari total perolehan Xendit sebesar $238 juta untuk mengantarkan mereka ke status unicorn.

Pada tahun ini saja, Ajaib sudah dua kali mengumumkan pendanaan untuk putaran seri A. Pertama pada Januari 2021 yang dipimpin Horizons Ventures dan Alpha JWC sebesar $25 juta. Selang dua bulan kemudian di Maret 2021, kembali mengumumkan pendanan tambahan sebesar $65 juta yang dipimpin Ribbit Capital.

Antusiasme investor baru yang tinggi selama pandemi, turut mendongkrak kinerja Ajaib secara signifikan. Semenjak masuk ke kelas aset saham sejak Juni 2020 – melalui akuisisi PT Primasia Unggul Sekuritas, memboyong Ajaib sebagai broker saham terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan frekuensi perdagangan di Maret 2021 dengan total lebih dari 10 juta transaksi. Disebutkan Ajaib telah memiliki pengguna lebih dari 1 juta orang.

Selain didukung iklim investasi saham yang bergairah, perusahaan juga memiliki strategi growth hacking yang kencang. Terbukti lewat aktif menggandeng berbagai selebritas dari lokal maupun luar negeri sebagai brand ambassador untuk menarik perhatian.

Kompetitor terdekat Ajaib, Stockbit, juga didukung dengan pendanaan yang kencang. Pada Mei 2021 kemarin, mereka mengumumkan tambahan pendanaan senilai $65 juta yang dipimpin Sequoia Capital India, setelah sebelumnya memimpin putaran sebelumnya sebesar $30 juta pada awal tahun ini.

Daftar unicorn dari Indonesia

Melihat dari kencangnya investasi yang dikucurkan untuk berbagai startup Indonesia, kemungkinan besar kita masih akan terus menyambut generasi unicorn berikutnya. Pasalnya, startup bervaluasi centaur jumlahnya sudah puluhan.

Dalam catatan DailySocial, ada Akulaku, Ruangguru, SiCepat, dan Kopi Kenangan yang sudah mencapai centaur tahap akhir. Artinya, apabila ada satu putaran pendanaan yang mereka umumkan, otomatis akan masuk sebagai unicorn berikutnya.

Dari data DailySocial, Indonesia memiliki 10 startup yang terkonfirmasi sebagai unicorn. Mereka adalah:

Perusahaan Est. Valuasi
Gojek-Tokopedia $18 miliar
Traveloka ~$3 miliar
Bukalapak ~$3 miliar
OVO ~$2,9 miliar
JD.id (dikonfirmasi perusahaan) undisclosed
Blibli (dikonfirmasi perusahaan) undisclosed
Tiket.com (dikonfirmasi perusahaan) ~$1 miliar
Kredivo* $2,5 miliar
Xendit ~$1 miliar

*dengan asumsi telah menyelesaikan proses merger untuk selanjutnya go-public via SPAC

Application Information Will Show Up Here

Pluang to Offer New Asset Class Micro E-mini Nasdaq 100 Index Futures

Pluang wealthtech platform will offer the Micro E-mini Nasdaq 100 Index Futures investment asset class, a derivative futures product traded on the Chicago Merchantile Exchange (CME). This investment product adds up to the range of asset classes available in Pluang, from gold, mutual funds, crypto assets, and Micro E-mini S&P Index Futures released in November 2020.

Pluang’s Co-Founder, Richard Chua said, the Nasdaq 100 Index is an index that tracks the stock performance of the 100 largest non-financial companies on the Nasdaq exchange and is dominated by leading global technology companies. The Nasdaq 100 currently has a stock market capitalization of $15 trillion.

“Many of our customers are familiar with the brands of tech companies such as Microsoft (MSFT), Facebook (FB), Amazon (AMZN), Apple (AAPL), and Alphabet (GOOG/GOOGL). They also familiar with its product, brand and business model. Our Nasdaq 100 Index product now allows investors to directly invest,” he said in an official statement, Monday (20/9).

The Pluang Nasdaq 100 opens up opportunities for investors who want to invest in company stocks concentrated in the technology sector. The Nasdaq 100 and S&P 500 performance can also be compared to each other.

In the same period, Nasdaq value has increased by 88.4%, far outperforming the of the S&P 500 index performance. One of the triggering factors is the increase in the technology companies income as demand for tech products increases during the pandemic.

“The Nasdaq 100 exposure provides important diversification for all Indonesian investors as it consists of 102 shares issued by the 100 largest non-financial companies listed on the Nasdaq stock market. Instead of buying individual US stocks, this index helps you automatically diversify your portfolio.”

All transactions for the Micro E-Mini Nasdaq 100 Index Futures product in the Pluang application are regulated and supervised by the Commodity Futures Trading Regulatory Agency (CoFTRA), the same as the Micro E-Mini S&P 500 Index Futures product in Pluang.

The Pluang application, through PT PG Berjangka, had obtained permit for the Distribution of Customer Mandates to Foreign Exchanges (PALN) from BAPPEBTI. It is the authority to offer contracts and channel customer orders for these contracts using the system provided by the exchange.

Investors can buy Micro E-mini Nasdaq 100 Index Futures in Pluang both in Rupiah and US Dollars through wallet in the Pluang Application. Since Pluang offers the Nasdaq 100 index in the form of Micro E-mini Nasdaq 100 Index Futures, investors can start investing from IDR 300,000. This can help users to invest in the US stock market as well as diversify their portfolios with easy access and affordable prices.

Aside from Pluang, investment app players have begun to expand its asset classes to various portfolios, therefore, more users will have access to investments. Here’s the list:

Aplikasi wealthtech Emas Reksa Dana Saham atau derivatif Uang kripto Securities crowdfunding
Bareksa
Pluang
Tanamduit
Raiz Invest
E-mas
Lakuemas
Treasury
Indogold
Tamasia
Bibit
Ajaib
Ipot
Invisee
XDana
Stockbit
Halofina
Fundtastic
Santara
Bizhare
LandX
Crowddana
Indodax
Tokocrypto
Pintu
Luno

Wealthtech platform has quite large opportunities to reach new users. As only 2% of the total productive age population in Indonesia has access to investment products in the capital market. Further detailed, the number of SID is at 5.6 million investors as of June 2021, while crypto investors reach 6.5 million people. as of May 2021.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pluang Tambah Kelas Aset Investasi Micro E-mini Nasdaq 100 Index Futures

Platform wealthtech Pluang menambah kelas aset investasi Micro E-mini Nasdaq 100 Index Futures, produk berjangka derivatif yang ditransaksikan pada Chicago Merchantile Exchange (CME). Produk investasi ini melengkapi jajaran kelas aset yang tersedia di Pluang, mulai dari emas, reksa dana, aset kripto, dan Micro E-mini S&P Index Futures yang telah dirilis pada November 2020.

Co-Founder Pluang Richard Chua menerangkan, Indeks Nasdaq 100 merupakan indeks yang melacak kinerja saham 100 perusahaan non-keuangan terbesar di bursa Nasdaq dan didominasi oleh perusahaan teknologi global terkemuka. Saat ini Nasdaq 100 memiliki nilai kapitalisasi pasar saham sebesar $15 triliun.

“Banyak pelanggan kami sudah mengetahui merek perusahaan teknologi seperti Microsoft (MSFT), Facebook (FB), Amazon (AMZN), Apple (AAPL), dan Alphabet (GOOG/GOOGL). Mereka sudah akrab dengan produk, merek, dan model bisnis mereka. Produk Indeks Nasdaq 100 kami sekarang memungkinkan para investor berinvestasi langsung ke dalamnya,” terangnya dalam keterangan resmi, Senin (20/9).

Kehadiran Pluang Nasdaq 100 membuka kesempatan bagi investor yang ingin menanamkan modal di saham-saham perusahaan yang terkonsentrasi di sektor teknologi. Performa Nasdaq 100 dengan S&P 500 juga dapat disandingkan satu sama lain.

Pada periode yang sama, nilai Nasdaq telah meningkat 88,4% jauh mengungguli kinerja indeks S&P 500. Salah satu faktor pemicunya adalah meningkatnya pendapatan perusahaan teknologi seiring maraknya permintaan produk-produk teknologi di masa pandemi.

“Eksposur Nasdaq 100 memberikan diversifikasi penting bagi semua investor Indonesia karena terdiri dari 102 saham yang diterbitkan oleh 100 perusahaan non-keuangan terbesar yang terdaftar di pasar saham Nasdaq. Alih-alih membeli satu per satu saham AS, indeks ini membantu Anda mendiversifikasi portofolio secara otomatis.”

Seluruh transaksi produk Micro E-Mini Nasdaq 100 Index Futures di aplikasi Pluang diatur dan diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), sama seperti produk Micro E-Mini S&P 500 Index Futures di Pluang.

Aplikasi Pluang, melalui PT PG Berjangka, sebelumnya telah mengantongi izin Pendistribusian Amanat Nasabah ke Bursa Luar Negeri (PALN) dari BAPPEBTI. Yakni, kewenangan untuk menawarkan kontrak dan menyalurkan pesanan pelanggan atas kontrak tersebut menggunakan sistem yang disediakan oleh bursa.

Investor bisa membeli Micro E-mini Nasdaq 100 Index Futures di Pluang baik dengan mata uang Rupiah maupun Dollar AS pada wallet yang ada di Aplikasi Pluang. Karena Pluang menawarkan indeks Nasdaq 100 dalam bentuk Micro E-mini Nasdaq 100 Index Futures, maka investor dapat mulai berinvestasi pada kisaran Rp300.000. Hal ini bisa membantu pengguna untuk berinvestasi di pasar saham AS sekaligus diversifikasi portofolio dengan akses yang mudah dan harga terjangkau.

Selain Pluang, para pemain aplikasi investasi mulai memperluas kelas asetnya ke berbagai portofolio agar semakin banyak pengguna yang mendapat akses investasi. Berikut daftarnya:

Aplikasi wealthtech Emas Reksa Dana Saham atau derivatif Uang kripto Securities crowdfunding
Bareksa
Pluang
Tanamduit
Raiz Invest
E-mas
Lakuemas
Treasury
Indogold
Tamasia
Bibit
Ajaib
Ipot
Invisee
XDana
Stockbit
Halofina
Fundtastic
Santara
Bizhare
LandX
Crowddana
Indodax
Tokocrypto
Pintu
Luno

Kesempatan platform wealthtech masih luas dalam menjangkau pengguna baru. Sebab, baru 2% dari total penduduk usia produktif di Indonesia yang mengakses produk investasi di pasar modal. Dengan rincian, jumlah SID sebanyak 5,6 juta investor per Juni 2021, sementara investor kripto mencapai 6,5 juta orang. per Mei 2021.

Application Information Will Show Up Here

Platform “Makmur” Tawarkan Kemudahan Berinvestasi Reksa Dana bagi Pemula

Pasar investasi online (wealthtech) di Indonesia kembali diramaikan pemain baru. PT Inovasi Finansial Teknologi resmi meluncurkan platform Makmur yang membidik segmen anak muda. Calon investor dapat mulai berinvestasi dengan nilai minimal Rp10.000.

Saat ini Makmur menyediakan delapan manajer investasi, yaitu BNI Asset Management, Bahana TCW Investment Management, Trimegah Asset Management, Avrist Asset Management, Capital Asset Management, RHB Asset Management, FWD Asset Management, dan Syailendra Asset Management.

Perusahaan telah mengantongi izin Agen Penjual Reksa Dana (APERD) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 5 Februari 2021. Platform ini sudah tersedia untuk perangkat Android dan iOS.

Makmur menawarkan beberapa produk reksa dana, mulai dari reksa dana saham, campuran, pasar uang, hingga reksa dana dalam mata uang dolar AS. Platform ini menyeleksi kembali reksadana berdasarkan kinerja masa lalu, top holding, dan biaya manajemen.

“Kami menyediakan resep investasi untuk semua tipe investor di platform Makmur, mulai investasi dengan risiko sangat rendah hingga yang memiliki potensi keuntungan besar. Ada pula resep investasi yang memberikan pengguna dividen secara rutin bagi yang ingin mendapatkan penghasilan pasif,” tutur Founder dan CEO Makmur Sander Parawira dalam keterangan resminya.

Makmur juga menawarkan sejumlah fitur unggulan untuk memperkuat nilai tambah produknya. Pertama, human advisor berbasis teknologi dan Makmur Recipe untuk mempermudah investor pemula dalam membandingkan reksa dana yang tepat. Pengguna juga dapat menempatkan reksa dana pada kantong berbeda sesuai kebutuhan atau tujuan investasi (goal based investing).

Selain itu, Makmur dibekali Optical Character Recognition (OCR) yang memampukan sistem membaca tulisan di KTP sehingga calon investor tidak perlu memasukkan data satu per satu. Ada pula teknologi face recognition untuk mempermudah perbandingan wajah dengan foto KTP. Dengan teknologi ini, Makmur mengklaim dapat menyelesaikan proses pendaftaran dalam 5 menit.

Dari sisi keamanan, Makmur juga menyediakan otentikasi dua faktor (OTP dan PIN) dan biometrik (fingerprint dan face identification) untuk memastikan perlindungan data sehingga hanya pemilik rekening sah yang bisa mengakses aplikasi.

“Dalam waktu dekat, kami akan merilis metode pembayaran virtual account dan GoPay. Ke depannya, Makmur juga akan menambahkan opsi pembayaran lainnya, seperti OVO, DANA, dan Direct Debit dari bank investor untuk memudahkan transaksi,” tambahnya.

Pengalaman di industri keuangan dan teknologi

Makmur diperkuat deretan pengalaman kerja tim di perusahaan-perusahaan teknologi dan keuangan ternama di Silicon Valley dan Wall Street. Sander sebelumnya pernah magang sebagai Software Engineer Facebook yang bertanggung jawab atas algoritma pengurutan postingan di News Feed dan Software Engineer di Motorola Solutions.

Ia juga pernah menduduki berbagai posisi di industri keuangan, mulai dari KCG Holdings hingga menjadi Head of Quantitative Trading di Virtu Financial, salah satu perusahaan trading saham terbesar di Wall Street.

Dengan pengalaman ini, Sander berupaya meningkatkan awareness investasi di Indonesia dengan mengembangkan platform investasi yang mudah digunakan. Terutama bagi generasi muda yang selama ini berkontribusi besar terhadap peningkatan investor pasar modal dalam beberapa tahun terakhir.

Sebagaimana diketahui, fintech merupakan salah satu vertikal bisnis yang mengalami pertumbuhan pesat di Indonesia dalam beberapa terakhir. Berdasarkan Fintech Report 2020, investasi merupakan sub sektor fintech yang mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan sub sektor lain, yakni 116%.

Total investor pasar modal di Indonesia tercatat mencapai 5,89 juta investor per 6 Agustus 2021 atau naik empat kali lipat dari 2017 berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Sebanyak 99% investor merupakan individu lokal, sedangkan 80% di antaranya berasal dari generasi muda.

Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo mengatakan, kehadiran teknologi Robo Advisor memberikan kontribusi signifikan dalam mendorong investor pemula. Robo Advisor memiliki kemampuan untuk menyesuaikan pola investasi berdasarkan umur, penghasilkan, level risiko, dan target tujuan hidup sang investor.

Robo Advisor banyak diimplementasikan pada layanan wealth management karena dapat membantu investor pemula yang minim pengetahuan atau kesulitan memahami investasi. Robo memberikan manfaat dalam merancang portofolio investasi atau mengelola keuangan mereka.

Application Information Will Show Up Here

[Video] Melihat Tren Investasi Emas Digital di Indonesia

Pandemi menyadarkan banyak masyarakat untuk lebih jeli dalam mengelola keuangannya, termasuk dalam berinvestasi. Dari sekian banyak instrumen yang ada di Indonesia, investasi emas masih jadi pilihan banyak masyarakat sebagai alat pelindung nilai.

Di video ini, DailySocial bersama Anang Samsudin dari Treasury membahas tentang tren dan popularitas investasi emas digital selama 2021 dan seperti apa proyeksinya di masa depan.

Untuk video menarik lainnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.

Platform Wealthtech Roketkan Jumlah Investor Pemula

Tren peningkatan jumlah investor retail diprediksi terus berlanjut, mengingat baru 2% dari total penduduk usia produktif di Indonesia yang mengakses produk investasi di pasar modal. Momentum tersebut dimanfaatkan banyak pemain wealthtech, istilah yang kini digunakan untuk mendeskripsikan platform terkait investasi berbasis digital, untuk saling konsolidasi kemitraan agar semakin banyak investor baru yang bergabung.

Mengutip OJK, jumlah SID (Single Investor Identification / Identifikasi Investor Perorangan) mencapai 5,6 juta investor per Juni 2021, naik 44,2% secara year-to-date (YTD) sebesar 3,88 juta investor. Dirinci lebih jauh, SID saham sebanyak 2,5 juta investor (naik 48,32% YTD), SID reksa dana sebesar 4,9 juta (naik 55,27% YTD), dan SID SBN sebesar 538 ribu investor (naik 17,03% YTD).

Peningkatan di aset kripto jauh lebih fantastis. Kemendag mencatat investor di instrumen ini tembus ke angka 6,5 juta orang dengan nilai transaksi Rp370 triliun hingga Mei 2021. Dibandingkan sebulan sebelumnya, tercatat ada 4,8 juta orang dengan nilai transaksi sekitar Rp237,3 triliun.

Penambahan jumlah investor ini, selain didukung momentum, juga turut dipengaruhi inovasi yang dilakukan pemain wealthtech. Dalam catatan DailySocial, mayoritas pemain masih terfokus pada satu instrumen investasi saja, misalnya di reksa dana saja, atau emas saja.

Belakangan para pemain mulai berkolaborasi satu sama lain agar platform-nya semakin kaya dan dapat menjaring lebih banyak pengguna dari beragam profil risiko.

Tren tersebut, menurut Ekonom Indef Nailul Huda, akan terus berlanjut karena wealthtech di Indonesia termasuk masih sangat baru. Bila mengacu pada grafik non-linier, masih dalam masa akselerasi pertumbuhan bersama dengan industri fintech lainnya.

Pada industri fintech yang memasuki akselerasi pertumbuhan, investor-investor biasanya akan menaruh perhatian lebih besar karena nilai valuasinya semakin tinggi. “Kesempatan bagus bagi investor, dengan begitu biasanya semakin banyak pemain di wealthtech,” ujarnya kepada DailySocial.

Hal tersebut berdampak pada pasar yang akan terbentuk menuju persaingan monopolistik, yang mana tidak ada pemain yang dominan. Namun demikian, ia menyoroti kemungkinan platform-platform ini akan mengembangkan ekosistem sendiri.

Salah satu caranya adalah merger dengan sesama pemain wealthtech ataupun dengan platform fintech lainnya semacam fintech payment ataupun bank digital. Cara tersebut relatif lebih murah dibandingkan mengembangkan ekosistem sendiri. “Jika strategi ini dilakukan, maka lambat laun biasanya akan terbentuk pasar yang lebih oligopoli.”

Di sisi lain, bermitra dengan banyak lintas industri wealthtech sebenarnya adalah langkah dalam mengatasi berbedanya regulator yang berlaku di Indonesia. Ada yang diawasi oleh Bank Indonesia, OJK, maupun Bappebti, menimbulkan kesan sebagai hambatan bagi para pemain untuk bergerak lebih cepat.

Cost regulasi ini bisa disiasati dengan merger. Mungkin platform A sudah punya izin OJK, platform B punya izin Bappebti, bisa merger biar menghemat biaya.”

Berikut ini adalah jenis-jenis investasi yang disajikan oleh masing-masing platform wealthtech:

No

Aplikasi wealthtech Emas Reksa Dana Saham atau derivatif Aset kripto

Securities crowdfunding

1 Bareksa

2 Pluang

3 Tanamduit

4 Raiz Invest

5 E-mas

6 Lakuemas

7 Treasury

8 Indogold

9 Tamasia

10 Bibit

11 Ajaib

12 IPOT

13 Invisee

14 XDana

15 Stockbit

16 Halofina

17 Fundtastic

18 Santara

19 Bizhare

20 LandX

21 Crowddana

22 Indodax

23 Tokocrypto

24 Pintu

25 Luno

Aplikasi wealthtech satu pintu

Salah satu pemain wealthtech yang kini makin lengkap kelas asetnya adalah Pluang. Dari awalnya, saat masih menggunakan brand EmasDigi, perusahaan menyediakan produk investasi komoditas emas sebagai produk pertamanya kini sudah melengkapi diri, mulai dari indeks S&P 500, aset kripto, dan reksa dana.

Pengembangan tersebut berjalan relatif singkat sejak rebrand pada Juli 2019. Perusahaan bermitra dengan para pemain di industri terkait, hingga membentuk anak usaha untuk memperoleh lisensi APERD bernama Pluang Grow (PT Sarana Santosa Sejati) agar dapat bermitra dengan perusahaan manajer investasi.

Co-Founder Pluang Claudia Kolonas menyampaikan rebrand adalah langkah perusahaan untuk sampai pada cita-citanya yang ingin menyediakan sebuah platform yang memudahkan pengguna berinvestasi.

“Pengembangan ini sesuai dengan cita-cita kami untuk menyediakan sebuah platform yang memudahkan penggunanya untuk investasi. Melalui nama Pluang, menjadi semangat baru kami untuk terus mengembangkan produk-produk investasi lainnya pada platform kami,” ucapnya.

“Mulai dari perubahan nama, memberikan edukasi secara organik kepada masyarakat hingga akhirnya berbagai macam produk baru yang kami luncurkan, itu juga yang “melepaskan” branding dari hanya 1 aset jadi ke beragam aset investasi,” sambungnya.

Dengan posisi sebagai one stop investment app, Pluang ingin merangkul semua calon pengguna yang datang dari beragam profil risiko. “Untuk saat ini, mayoritas user kami memang masih memilih emas sebagai portofolio mereka, untuk S&P 500, aset kripto, dan reksa dana dapat dibilang kelas aset yang baru saja booming. Pluang sendiri baru meluncurkan untuk reksa dananya.”

Kondisi tersebut cukup terfleksi dengan profil risiko pengguna yang dicatat perusahaan saat KYC, yakni mayoritas berada di moderat. Meski tidak dirinci lebih jauh, Claudia menyebut pertumbuhan bisnis Pluang pada tahun lalu tumbuh 20 kali lipat. Ia berharap tren kinerja tersebut setidaknya dapat dipertahankan perusahaan pada tahun ini.

“Pluang tetap bermisi untuk memberikan nasabah: akses ke kelas aset yang beragam dengan harga yang terjangkau. Di setiap kelas aset kami akan/sudah menawarkan produk yang menarik dan distinctive di kelasnya masing-masing.”

Tren teknologi robo advisor

Sebelum pemain wealthtech hadir, industri wealth dikuasai pengguna yang datang kelompok tertentu, yakni High-Net-Worth-Individual (HNWI) dan Ultra-High-Net-Worth-Individual (UNHWI). Kelompok ini merasakan layanan portofolio yang dipersonalisasi secara eksklusif dari para wealth manager.

Tapi eksklusivitas tersebut kini dapat dirasakan pengguna dari semua latar belakang ekonomi berkat teknologi robo-advisor yang dikembangkan para wealthtech. Teknologi ini menganalisis data berdasarkan berdasarkan jawaban kuesioner klien, lalu merekomendasikan solusi investasi sesuai dengan tujuan dan kebutuhan klien.

Dibandingkan manusia, robo-advisor dapat menganalisis ribuan variabel secara bersamaan dan efisien. Beberapa variabel yang dipertimbangkan antara lain demografi, waktu, tren historis, analisis teknikal, analisis fundamental, sentimen pasar, dan lainnya.

Dan yang tak kalah penting, nilai jual yang menonjol dari robo-advisor adalah biaya yang rendah dibandingkan dengan penasihat tradisional yang mengenakan biaya manajemen 2% – 3% dari AUM, menurut laporan dari Bambu, startup penyedia teknologi robo-advisor dari Singapura.

Bukan berarti tenaga manusia tidak lagi dibutuhkan pada saat ini. Dengan data yang dikumpulkan oleh robo-advisor, wealth manager berada dalam posisi tepat untuk memahami klien mereka dengan lebih baik – Apa gaya hidup mereka; Ke mana arah tren; Apa kebutuhan dan tujuan mereka?. Lalu mereka kemudian dapat menyusun strategi dan menemukan cara untuk mengatur keputusan investasi, manajemen risiko, dan meningkatkan hubungan penasihat-klien mereka.

Para ahli memperkirakan aset AUM dari industri robo-advisor ini tembus pada angka $1,4 triliun pada 2020 kemarin, tumbuh 47% dan 70,5 juta pengguna baru secara global. Pemanfaatan robo-advisor sudah sampai tahap mature di negara maju, di Inggris misalnya, nilai pasarnya mencapai $24 miliar. Sementara itu, di Singapura dan Hong Kong, mencatat pertumbuhan AUM yang kuat sebesar 400% selama lima tahun terakhir.

Di Singapura, kompetisi wealthtech semakin sengit karena perusahaan keuangan petahana mulai memanfaatkan teknologi robo-advisor. Mengutip dari Fintechnews, persaingan ini hanya akan meningkat karena perusahaan non keuangan terus masuk ke industri wealth.

Salah satunya adalah UOB Asset Management (UOBMA) yang bermitra dengan perusahaan telekomunikasi Singtel untuk meluncurkan layanan robo-advisory di Singapura. Layanan tersebut akan diintegrasikan ke dalam dompet seluler Dash Singtel dan akan memungkinkan pelanggan Dash untuk berinvestasi dalam ETF, managed funds, atau kelas aset lainnya secara langsung melalui aplikasi.

Statista memperkirakan bahwa pada 2020, AUM di Singapura untuk segmen robo-advisor mencapai $1,06 miliar. Diproyeksikan pada 2024 menjadi $2,62 miliar tumbuh 25,3%. Pengguna di segmen ini diperkirakan akan meningkat lebih dari 83% menjadi 192.500 pada 2024 dari sebelumnya dari sekitar 104.900 pada 2020.

Di Indonesia sendiri, teknologi robo-advisor sudah mulai banyak diimplementasikan banyak pemain wealthtech. Bibit menjadi salah satu pengusungnya terutama saat mereka pertama kali berdiri.

CEO Bibit Sigit Kouwagam menjelaskan, teknologi robo-advisor yang mereka kembangkan terbukti secara ilmiah dapat memetakan profil risiko tiap pengguna. Kemudian, dilanjutkan dengan diversifikasi portofolio sehingga pengguna dapat berinvestasi pada berbagai kelas aset berdasarkan profil risiko, kondisi keuangan, dan tujuan finansialnya.

“Lebih dari 50% pengguna Bibit berinvestasi untuk jangka waktu lebih dari 24 bulan dan mereka terus meningkatkan investasinya,” ucap Sigit.

Disebutkan pengguna Bibit telah tembus lebih dari satu juta orang, sebanyak 91% di antaranya adalah investor pemula. Total AUM yang dikelola Bibit mencapai lebih dari Rp5 triliun. Sepanjang tahun lalu, pertumbuhan pengguna baru Bibit melonjak hingga 10 kali lipat.

Sigit menyebutkan tak hanya robo-advisor untuk menjaring lebih banyak investor baru, pihaknya juga melakukan banyak sejumlah penyesuaian, baik itu dari segi biaya transaksi yang lebih rendah, transparansi biaya dan informasi. “Biaya itu jadi enemy terbesar untuk mengajak orang-orang sebelum sukses berinvestasi jangka panjang.”

Tak menutup kemungkinan Bibit memperluas kelas asetnya di luar reksa dana. Sigit bilang, selain mendengarkan pengguna untuk menghadirkan pengalaman yang lebih baik, juga memiliki semangat kolaborasi untuk menghadirkan konektivitas di dalam ekosistem digital. Sister company Bibit, Stockbit, fokus pada kelas aset saham.

“Kami secara konsusten memantau produk-produk investasi tambahan untuk portofolio jangka panjang pengguna kami. Intinya produk-produk tersebut harus dipastikan agar sesuai dengan profil risiko pengguna, serta kejelasan regulasinya agar kami tetap dapat melindungi seluruh investor.”

Perjalanan edukasi masih panjang

Baik Claudia dan Sigit sama-sama menyadari bahwa edukasi adalah strategi yang harus terus dilakukan secara berkesinambungan dalam upaya mengembangkan wealthtech lebih jauh. Pluang aktif mengadakan program edukasi Pluang Talks dalam bentuk webinar melalui berbagai channel digital di Clubhouse, Instagram Live, dan Telegram Discussion.

“Selama program edukasi ini, memang terlihat antusiasme dari peserta yang hadir dengan banyaknya pertanyaan yang mereka lontarkan.”

Sigit menambahkan, pengetahuan mengenai investasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengalaman berinvestasi seorang pengguna. “Kami berkolaborasi dengan fund managers dan key opinion leaders untuk mengedukasi masyarakat lewat berbagai forum seperti webinar YouTube, Telegram audio chat, dan strategi konten di kanal-kanal media sosial. Ini kami lakukan secara cuma-cuma,” tutupnya.


Foto header: Depositphotos.com

Kevin Aluwi and Some VCs Participate in GoTrade’s Seed Funding

Last Friday (6/25) Singapore-based equity investment platform Gotrade announced a $7 million seed funding led by LocalGlobe. In this round, Gojek’s Co-Founder & CEO, Kevin Aluwi participated as an angel investor.

Some local venture capitalists were involved, including Amand Ventures, Prasetia Dwidharma, and Brama One Ventures. Also, a Surabaya-based venture capitalist who has invested in a number of startups, including Ayoconnect, Halodoc, NalaGenetics, and others.

Gotrade offers a seamless experience of trading from the United States stock exchange. Currently, this service has been accessible for users in Indonesia on a limited basis. Since its launch, until now, it’s still using the invitation model for new users.

The model requires potential users to first get an invitation from the previous user. It is due to the early stage of the application. Gotrade’s statistic have shown more than 100 thousand users 13 weeks since the application’s launch.

This startup was founded in 2019 by David Grant, Norman Wanto, and Rohit Mulani. They are currently participating in the Y Combinator accelerator program [YC being one of the initial investors].

One of the value propositions Gotrade offers is to break down geographic restrictions for investments, by not charging commissions and removing the minimum deposit size. Users from 150 countries can buy fractional shares in the Dow Jones, S&P 500, and NASDAQ starting at $1.

Investment platforms or wealthtech are getting quite popular in Indonesia, along with increasing young people (millennials and Gen Z) interest to start investing. Several local startups developing related services received lots of support from investors. For example, Ajaib just completed the series A funding round last March 2021 with a total value of 1.3 trillion Rupiah. It is after Sequoia’s announcement of IDR 938 billion additional funding in May 2021.

Apart from that, there are many other platforms offering investment services with various instruments. Those that also provide access to the US stock exchange are Pluang – limited to the S&P 500; they are also supported by Go-Ventures as investors and currently integrated in the Gojek service ecosystem.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian