Kinesys Jalin Kerja Sama dengan The-Wolfpack, Fokus Perkuat Ekosistem D2C

Perusahaan modal ventura Kinesys Group menjalin kerja sama strategis dengan The-Wolfpack, yang merupakan fund management berbasis di Singapura. Didirikan oleh Jin Wei Toh dan Simon Nichols, firma investasi tersebut fokus kepada startup D2C.

Kepada DailySocial, Managing Partner Kinesys Group Steven Vanada mengungkapkan, D2C telah menjadi salah satu sektor fokus dari Kinesys Group. Hal tersebut yang turut mendorong kemitraan strategis ini terjalin dengan tujuan menggabungkan kedua jaringan agar dapat membawa nilai tambah ke ekosistem.

Dalam ulasan di laman Linkedin, Co-founder & Managing Partner The-Wolfpack Jin Wei Toh menyebutkan, Kinesys akan membawa fokus high-tech dan keahlian mendalam mereka di pasar Indonesia yang berkembang pesat ke pengalaman operasional perusahaannya dan koneksi di Asia Pasifik.

Sejak 2019 Kinesys telah berinvestasi ke 15 startup dan memiliki rencana menggelontorkan 5 pendanaan lagi sampai akhir tahun 2021. Ada lima sektor utama yang menjadi fokus meliputi D2C, entertainment, lifestyle, travel, dan education. Meski ditujukan untuk startup di kawasan Asia Tenggara, dana yang dikelola akan diprioritaskan untuk startup Indonesia, khususnya yang bergerak di segmen konsumer ritel.

“Di Kinesys kami telah melakukan kesepakatan sebagian besar pada teknologi konsumen dan beberapa B2B. Kami telah berinvestasi di berbagai sektor seperti Zenius, Wahyoo, Dailybox, Sabtu, dan banyak lainnya. Kami masih percaya ada banyak potensi di lifestyle, entertainment, D2C, healthtech, dan solusi yang mempercepat digitalisasi UMKM,” kata Steven

Diinisiasi Yansen Kamto di awal tahun 2019 dengan debut investasi di Wahyoo, Kinesys juga didukung Co-Founder & Managing Partner Northstar Group Patrick Walujo sebagai advisor.

“Memanfaatkan semua insight dari pengalaman yang dimiliki [Patrick], memberikan pandangan holistik tentang kondisi pasar,” kata Steven.

Investasi ke startup D2C

Menjamurnya startup D2C tidak lain karena terbukanya kanal penjualan yang efektif melalui digital. Pengembang merek dari berbagai jenis produk (fesyen, makanan, kosmetik, dll) bisa menjangkau pasar melalui berbagai medium, mulai dari situs pribadi, online marketplace, sampai media sosial (social commerce).

Penerimaan pasar yang besar dibuktikan dengan GMV yang dihasilkan dari layanan online tersebut. Sejauh ini Indonesia menjadi penyumbang nilai terbesar, didukung ekosistem yang semakin matang dan ukuran pasar dari populasi penduduk yang sangat besar.

Fenomena tersebut turut dilihat baik oleh para investor. Jika dalam gelombang sebelumnya investasi mereka banyak memfokuskan pada teknologi yang mendukung kegiatan consumer retail tersebut dalam menjalankan bisnis, kini tidak sedikit investor yang turut berinvestasi langsung kepada para pengembang brand.

Berikut ini beberapa daftar investor yang telah berinvestasi ke startup D2C di Indonesia:

Pemodal Ventura/Investor Portofolio D2C/New Economy
Kinesys Group Saturdays, Dailybox
East Ventures Mohjo, Greenly, Fore
Alpha JWC Ventures Hangry, Kopi Kenangan, Goola, Lemonilo, Mangkokku, Saturdays
AC Ventures Rose All Day, Segari, Fore, KLAR
SALT Ventures SYCA, Hangry, dr soap
Hypefast Boonels, Soleram, Nona, Noore, dll

Pandemi dan peluang startup

Salah satu pemicu inovasi startup dalam waktu satu tahun terakhir adalah pandemi. Meskipun di awalnya sempat mengganggu pertumbuhan bisnis, seiring berjalannya waktu pandemi telah menciptakan layanan dan inovasi baru. Hal ini dilihat baik oleh Kinesys, pandemi dinilai memberikan peluang lebih kepada berbagai jenis bisnis untuk tumbuh.

“Kami telah melihat beberapa portofolio mengalami pertumbuhan yang cepat selama pandemi. Dan kebanyakan proses akuisisi pengguna menjadi lebih teroptimasi, dengan adopsi pada end-user untuk menjelajahi berbagai layanan online, yang menjadi pilihan saat pandemi,” kata Steven.

Ke depannya Kinesys Group melihat kondisi ini menjadi titik balik untuk semua startup. Bagi para entrepreneur yang berniat untuk meluncurkan startup, saat ini menjadi waktu yang paling tepat, dilihat dari makin besarnya jumlah kapital yang masuk ke Indonesia.

Kinesys Group Tunjuk Steven Vanada Jadi Managing Partner, Siapkan 280 Miliar Rupiah untuk Startup Tahap Awal

Perusahaan modal ventura Kinesys Group (Kinesys) menunjuk Steven Vanada sebagai Managing Partner untuk mengukuhkan dan mendukung usaha perusahaan di ekosistem startup lokal. Steven berpengalaman selama delapan tahun sebagai investor bersama CyberAgent Capital dengan posisi terakhir sebagai Executive Director.

Diinisiasi Yansen Kamto di awal tahun 2019 dengan debut investasi di Wahyoo, Kinesys juga didukung Co-Founder & Managing Partner Northstar Group Patrick Walujo sebagai Advisor.

Sepanjang tahun ini, selain Wahyoo, ada empat startup lainnya yang sudah mendapatkan kucuran dana dari perusahaan, yakni Zenius, Recharge, Umma, dan Goola. Kinesys menargetkan bisa berinvestasi ke tiga startup lagi hingga Januari mendatang.

Sektor yang diminati

Kepada DailySocial, Yansen dan Steven menceritakan visi-visi investasi perusahaan. Ada lima sektor utama yang menjadi fokus, meliputi new retail, entertainment, lifestyle, travel, dan education. Meski ditujukan untuk startup-startup di kawasan Asia Tenggara, dana yang dikelola Kinesys ini akan diprioritaskan untuk startup Indonesia, khususnya yang bergerak di segmen konsumer ritel.

Bukan tanpa alasan, Steven mengatakan saat ini infrastruktur utama dalam ekosistem internet di Indonesia sudah terbentuk dengan baik. Layanan marketplace, edukasi pengguna, hingga pembayaran sudah dibentuk di era awal selama satu dekade terakhir.

“Infrastruktur sudah ada fondasinya [platform], misalnya pembayaran sudah ada GoPay dan sebagainya. Dari situ banyak vertikal baru yang siap untuk diinvestasi. Kalau dulu kita masih berpikir, untuk meyakinkan orang buat beli online, pembayarannya belum efisien dan lain sebagainya, lalu bagaimana mau beli konten (digital). Sekarang sangat berbeda, banyak peluang baru yang mungkin lima tahun lalu belum ada,” ujar Steven.

Ia melanjutkan, digitalization of existing sectors menjadi prinsip besar yang dipegang Kinesys. Mereka ingin mendukung produk inovatif startup digital yang dapat membantu model bisnis (konvensional) yang sudah ada sebelumnya untuk diakselerasi dengan pendekatan digital.

“Kita melihat adanya peningkatan consumer confidence, purchasing powers, the rise of middle class. Dari sana ada sektor spesifik yang bisa dikembangkan. Misalnya untuk mendukung pariwisata; sekarang banyak sekali jalan tol dan bandara baru yang memudahkan, kita tinggal mengisi dengan solusi yang membuat pengguna lebih efisien dan membuat pengalaman menjadi lebih personal,” tambah Yansen.

Kelola dana 280 miliar Rupiah

Di putaran perdananya, perusahaan menargetkan dana kelolaan $20 juta atau setara lebih dari 280 miliar Rupiah. Sasaran investasinya adalah startup tahap awal (early stage) dengan penyaluran ticket size mencapai $500 ribu (sekitar 7 miliar Rupiah) per startup. Sejauh ini sudah 70% dana terkumpul yang secara keseluruhan berasal dari LP lokal. Yansen menargetkan dana ini bisa ditutup di bulan Maret 2020.

“Hampir semua startup punya model bisnis yang bagus, tapi startup yang akan diberi pendanaan harus memiliki rencana menuju profitabilitas yang jelas. Jadi bukan cuma tentang growth and scale, tapi benar-benar tentang bisnis yang berkelanjutan,” tegas Yansen.


Amir Karimuddin berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Digitaraya Prepares to be Passpod’s Strategic Investor during IPO

PT Yeloo Integra Datanet (Passpod) announces its plan to enter Indonesia’s Stock Exchange (BEI) by the end of this year. Digitaraya has declared its commitment to support this IPO. The accelerator company, created by Kibar and Google Developer Launchpad, is ready to be Passpod’s standby buyer.

Passpod is a startup engaged in portable modem rental for tourists, particularly locals who travel abroad. This company is under IDX Incubator’s initial batch which claims to have 58,500 customers per June 2018. Passpod is said to provide 4G access to 68 destinations (outbound).

“The enthusiasm of strategic investors is a form of external validation for Passpod business model. We positioned ourselves as travel assistance during tourists stay abroad, from the internet connection, event tickets, attraction, and others through the app. It is valued as one aspect for strategic investors in making the decision to allocate investment to Passpod,” Hiro Whardana, Passpod’s CEO, said.

Yansen Kamto, Kibar’s Chief Executive, said the investment consideration to invest in Passpod is based on a potential business model and market size. The trend of traveling abroad is growing every year.

Whardana ensured, with some shares allocated to certain investors, it’s still proportionally allocated to the retails. “There’s no need to worry for retail investors because the opportunity is still open for Passpod shares,” he said.

In this IPO, Passpod targets to raise a IDR 40 billion fresh money. Later, 70% of the funding will be used for research and development. One of the plans is to develop technology to facilitate customer’s connectivity in more destinations. The rest 30% will be used for business capital.

Currently, Passpod has relied on imported modem devices, however, it has obtained the government-based certification and standard to produce its own devices.

“Through a fairly long process, in May 2018, we obtained and became the only company with TKDN and Postel (Post and Telecommunication) A/B certification,” he explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Digitaraya Siap Jadi Investor Strategis Passpod Saat IPO

PT Yeloo Integra Datanet (Passpod) mengumumkan rencana untuk melantai di Bursa Efek Indonesia pada akhir tahun ini. Salah satu yang mengungkapkan komitmennya untuk mendukung IPO ini adalah Digitaraya. Digitaraya, perusahaan akselerator bentukan Kibar dan Google Developers Launchpad,  bakal menjadi pembeli siaga saham Passpod.

Passpod merupakan startup yang bergerak di penyewaan modem portabel yang ditujukan untuk para wisatawan, khususnya wisatawan lokal yang bepergian ke luar negeri. Perusahaan merupakan startup binaan IDX Incubator batch awal yang mengklaim telah memiliki 58.500 pelanggan per Juni 2018. Passpod disebut telah memberikan akses modem 4G ke 68 negara tujuan (outbound).

“Minat yang tinggi dari para investor strategi ini merupakan bentuk validasi eksternal atas model bisnis Passpod. Kami memposisikan diri sebagai travel assistance selama wisatawan berada di luar negeri, dimulai dari penyediaan koneksi internet, penjualan tiket event, atraksi dan lainnya lewat aplikasi. Hal tersebut kami nilai menjadi salah satu faktor para investor strategis ketika menentukan alokasi investasinya kepada Passpod,” terang CEO Passpod Hiro Whardana.

Sementara Chief Executive Kibar Yansen Kamto menjelaskan, pertimbangan berinvestasi pada Passpod didasarkan pada model binis dan market size yang potensial. Tren berwisata ke luar negeri dari tahun ke tahun semakin bertumbuh.

Meskipun ada saham yang dialokasikan ke investor tertentu, Hiro menegaskan bahwa porsi untuk investor ritel telah dialokasikan secara proporsional. “Tidak perlu khawatir bagi investor ritel karena kami tetap membuka kesempatan untuk bisa membeli saham Passpod,” jelas Hiro.

Passpod sendiri dalam IPO ini  menargetkan perolehan dana Rp40 miliar. Nantinya dana yang didapat 70% akan digunakan untuk riset dan pengembangan. Salah satu yang direncanakan adalah melakukan pengembangan teknologi untuk bisa memudahkan konektivitas pengguna di lebih banyak negara tujuan wisata. Sedangkan 30% lainnya akan digunakan perseroan untuk modal kerja.

Passpod saat ini masih mengandalkan impor perangkat modem, namun Passpod telah mendapatkan sertifikasi dan standar yang telah ditetapkan pemerintah untuk memproduksi perangkatnya sendiri.

“Melalui proses yang lumayan panjang, pada Mei 2018 kami mendapatkan dan menjadi satu-satunya perusahaan yang mendapatkan sertifikasi TKDN dan Postel A/B,” terang Hiro.

Application Information Will Show Up Here

Google Developers Launchpad and Kibar Introduce “Digitaraya” Acceleration Program

Google Developers Launchpad and Kibar on Monday (5/14), launches an accelerator program called Digitaraya. It is expected to boost the startup ecosystem growth in Indonesia. Yansen Kamto, CEO of Kibar, said to the media that the world-class accelerator program is focusing on the new local startup development.

“We want to work and learn from the best. Google believes in Indonesia [startups] and intend to help.”

This program, supported by Google Indonesia, will present local and global mentors with Google’s study material and opportunity for networking with Google.

Through partnership with Google Developers Launchpad, Digitaraya and Indonesia will join the best independent accelerator network in South America, Africa, Europe, and Asia.

“Partnership with Kibar is Google’s effort to connect the accelerator programs in all countries. In addition, Google wants to give an opportunity for select startups to meet Silicon Valley’s VC and other countries,” Sami Kizilbash, Google SEA’s Ecosystem Developer, said.

Digitaraya acceleration program

Located in Menara Kibar, Digitaraya accelerator program focused on recruiting qualified startups that have reached product/market fit, also to acquire more customers and increasing retention.

Select categories for Digitaraya are agriculture, academic, health, tourism, logistics, and energy. Any startups engaging in one of the six categories can register as a participant in the first batch of Digitaraya accelerator program.

Ensuring the accelerator program run effectively, Digitaraya selects only eight startups to join the program. It will take three months, and there will be two batches every year.

Digitaraya will be supported by global mentors, such as Steven Vanada (VP of CyberAgent Ventures), Yohan Totting (Google’s Developer Advocate), Borrys Hasian (Google Developer Expert), and Eunice Sari (Co-Founder of UXiD)

“Not only training and mentoring with experts, Digitaraya will partner up with corporates and banking. Currently, it’s on the preliminary stage with one of the banks to be Digitaraya’s partner,” Nicole Yap, Digitaraya’s VP Strategy, said.

Digitaraya’s to-be-launched program is Design Sprint to be held in August 2018, followed by Business Model and Go-To-Market in September 2018, and will be finished with Management Skills and Pitch Refinement in October 2018.

“In the end, we’ll be hosting a Demo Day for the startups completing the accelerator program in three months,” Alyssa Maharani, Digitaraya’s Head of Startup Relations, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Google Developers Launchpad dan Kibar Luncurkan Program Akselerasi “Digitaraya”

Google Developers Launchpad dan Kibar pada Senin, (14/05), meluncurkan program akselerator Digitaraya. Diharapkan program akselerasi ini bisa mendorong pertumbuhan ekosistem startup di Indonesia. Kepada media, CEO Kibar Yansen Kamto mengungkapkan, program akselerator kelas dunia ini, fokus ke pengembangan startup baru di Indonesia.

“Kita ingin bekerja dan belajar dari yang terbaik, karena Google percaya dengan Indonesia dan Google memiliki niat baik untuk membantu.”

Program yang didukung Google Indonesia ini akan menghadirkan mentor lokal dan asing, materi dan pengajaran Google, serta kesempatan networking dengan jaringan Google.

Melalui kolaborasi dengan Google Developers Launchpad, Digitaraya dan Indonesia akan bergabung dengan jaringan akselerator independen terbaik dari Amerika Latin, Afrika, Eropa dan Asia.

“Kemitraan dengan Kibar ini merupakan upaya Google untuk mempertemukan program akselerator dari seluruh negara. Selain itu, Google juga ingin memberikan kesempatan kepada startup terpilih kesempatan bertemu dengan VC dari Silicon Valley dan negara lainnya,” kata Developer Ecosystem Google Asia Tenggara Sami Kizilbash.

Program akselerasi Digitaraya

Berlokasi di Menara Kibar, program akselerasi Digitaraya fokus merekrut startup berkualitas yang telah mencapai product/market fit, sekaligus ingin menjangkau lebih banyak pengguna serta meningkatkan retention.

Kategori startup yang dipilih Digitaraya adalah agriculture, pendidikan, kesehatan, pariwisata, logistik, dan energi. Startup yang menyasar salah satu dari enam kategori tersebut bisa mendaftar menjadi peserta program akselerasi Digitaraya batch pertama.

Untuk memastikan program akselerasi berjalan efektif, Digitaraya hanya memilih delapan startup untuk masuk ke dalam program. Program akselerasi bakal berjalan selama tiga bulan. Setiap tahunnya Digitaraya bakal menggelar dua batch program akselerasi.

Digitaraya didukung mentor global seperti VP CyberAgent Ventures Steven Vanada, Developer Advocate Google Yohan Totting, Google Developer Expert Borrys Hasian, dan Co-founder UXiD Eunice Sari.

“Selain memberikan pelatihan dan mentoring dari mentor yang memiliki pengalaman, Digitaraya juga akan membina kemitraan dengan korporasi dan sektor perbankan. Saat ini sudah memasuki tahap penjajakan dengan salah satu bank yang bakal menjadi mitra Digitaraya,” kata VP Strategy Digitaraya Nicole Yap.

Program yang akan dilancarkan Digitaraya adalah Design Sprint yang berlangsung bulan Agustus 2018, disusul dengan Business Model dan Go-To-Market pada bulan September 2018, dan diakhiri dengan Management Skills dan Pitch Refinement pada bulan Oktober 2018.

“Di akhir program nantinya akan kami gelar Demo Day bagi startup yang telah melalui program akselerasi selama tiga bulan,” kata Head of Startup Relations Digitaraya Alyssa Maharani.

Google Developer Launchpad Fokus Matangkan Produk Startup di Tahap Awal

Sebagai upaya tindak lanjut dari pendirian Google Lounge di Menara by Kibar beberapa waktu lalu sebagai wadah komunitas dan ekosistem startup Indonesia, Google mengumumkan program barunya yang diberi nama “Google Developer Launchpad Indonesia”. Program ini akan didesain untuk inline dengan agenda pemerintah –dalam hal ini oleh Kominfo—untuk membentuk 1000 startup di tahun 2020 mendatang.

Nama “Launchpad” cukup akrab di telinga penggiat startup di Indonesia, sebelumnya program akselerasi Google yakni Launchpad Accelerator telah dikenalkan. Beberapa startup juga telah terlibat dalam program tersebut, untuk dibina langsung secara intensif oleh mentor dari Google, di markas pusat Google. Sedangkan untuk program Launchpad lokal ini bisa dikatakan levelnya di bawah program akselerasi yang ada sebelumnya, karena fokus pada pematangan konsep startup untuk masuk di tahap early stage.

Program ini akan berisi serangkaian kegiatan mentoring, berupa pelatihan dan diskusi, dengan menghadirkan lebih dari 22 mentor berkelas global. Program ini akan berjalan intensif selama tiga hari fokus pada pematangan produk –guna mencapai product-market fit. Nantinya para startup dengan produk yang sudah matang, akan diarahkan untuk berlanjut di program Google Launchpad Accelerator.

Head of Policy Google Indonesia Shinto Nugroho menyampaikan pada saat meresmikan program ini, bahwa fokus Google Developer di Indonesia untuk membantu pertumbuhan startup –termasuk UMKM, pengembang dan content creator untuk mengoptimalkan kinerjanya menggunakan sumber daya yang dimiliki Google. Dan menurutnya program 1000 Startup Digital milik pemerintah sejalan dengan visinya.

CEO Kibar Yansen Kamto yang terlibat langsung dalam program tersebut turut mengutarakan bahwa program ini sangat penting untuk menjadi bagian dari agenda yang sudah dibentuk bersama pemerintah, karena saat ini butuh banyak dukungan untuk meningkatkan kualitas pengembang lokal.

“Dengan banyak dukungan untuk program ini [1000 Startup] seperti dari pemerintah, mentor dan media, kemungkinan besar akan membantu para startup berkembang lebih cepat dalam penyiapan untuk terjun,” ujar Yansen.

Di sesi pembukaan kemarin, sudah disebutkan beberapa nama yang akan mengisi jajaran mentor di program Google Developer Launchpad Indonesia, di antaranya:

  1. Organization Development Tech Google APAC Martin Gonzalez; akan fokus memberikan pengetahuan tentang manajerial tim dan penguatan bisnis dari sisi finansial.
  2. CEO & Co-Founder UX Indonesia Eunice Sari; akan fokus membantu pengembang dalam menciptakan antar muka dan pengalaman pengguna pada rancangan aplikasi, sehingga lebih bisa diterima oleh pengguna.
  3. Mastermind MOB Makers Barcelona Cecillia Tham; akan fokus membantu penyusunan strategi dalam menjangkau masyarakat dalam menggunakan produk.
  4. CEO Growth Mechanics Emil Lamprecth; akan fokus membantu startup dapat tumbuh melalui pendekatan pengembangan produk.
  5. Co-Founder Agrahyah Tecnologies Sreeraman Thiagarajan; akan fokus membantu pengembang lokal untuk membangun teknologi baru sesuai dengan kultur dan kebutuhan pasar lokal.
  6. Global Program Manager Google Launchpad Mark Masterson; akan fokus untuk membangun leadership yang kuat bagi para punggawa startup.

Melalui kolaborasi dengan program ini, pemerintah dan Kibar menargetkan akan ada pelatihan di 50 kota untuk menjangkau lebih banyak pengembang. Harapannya dalam sesi tiga hari yang akan diadakan di masing-masing wilayah, dapat menghasilkan persembahan ide produk, prototipe hingga susunan tim yang berpotensi untuk mendapat pembinaan lanjutan dari Google.

Memaknai Kemerdekaan, Refleksi Perjalanan Startup Indonesia

Tanggal 17 Agustus selalu menjadi hari yang istimewa bagi seluruh rakyat Indonesia. Di momen tersebut, semangat memajukan bangsa selalu terpupuk kembali, bersamaan dengan curahan rasa hormat kita atas jasa pahlawan yang telah memerdekakan bangsa ini. Setelah merdeka, tugas kita tak lain untuk mengisinya dengan berbagai hal positif yang mampu membawa Indonesia pada tingkat kemakmuran yang lebih baik.

Banyak hal yang bisa dilakukan, tak terkecuali berkarya melalui startup digital

Sekitar 8-9 tahun yang lalu tren startup digital mulai beranjak populer di Indonesia. Beberapa produk inovasi mulai hadir, bersama dengan internet yang kala itu merangkak jadi komoditas konsumsi publik. Mengenang awal pergerakan bisnis digital, kami berbincang dengan Nicko Widjaja dari MDI Ventures. Karier di bisnis venture capital telah ia jalani sejak tahun 2010 silam.

“Saat itu industri startup mulai terlihat arahnya, seperti Koprol diakuisisi oleh Yahoo! pada bulan Mei 2010, Kaskus oleh Djarum di tahun berikutnya, dan beberapa akuisisi kecil berdatangan setelahnya. Dari pandangan pemodal ventura, tentunya hal ini menjadi perhatian karena terlihat ‘jalan’ exit, meskipun pasar modal di Indonesia (sampai sekarang pun) belum mempersiapkan platform untuk IPO bagi startup,” ujar Nicko bercerita.

Trennya berkembang pesat, bahkan hingga saat ini beragam inovasi baru berbasis teknologi terus bermunculan, dibungkus dengan proses bisnis yang khas ala startup digital. Nicko juga menyampaikan, perkembangan cukup membawa dampak yang signifikan bagi kepercayaan pemodal untuk bertaruh –tidak hanya pemodal ventura tetapi pihak permodalan lain baik private equity maupun konglomerat holding pun ingin ikut ke dalam rancah startup digital di Indonesia.

Kemajuan sektor bisnis digital tersebut juga diamini oleh Willson Cuaca dari East Ventures. Proposisi tren positif lebih mendominasi di kalangan startup. Menurutnya Indonesia menjadi salah satu negara yang beruntung dapat menyaksikan dan terlibat dalam bisnis digital, mengawal pertumbuhan pengguna internet dari 22 juta pengguna hingga saat ini lebih dari 100 juta pengguna.

“Tidak ada negara lain di dunia yang mungkin akan mengalami hal ini selain Tiongkok, Amerika Serikat atau India. Indonesia sedang menuju ke era keemasan digital. Tidak ada yang terlambat untuk berbenah untuk menjadi lebih baik, kita berkembang terus dan mencoba untuk selalu relevan terhadap pangsa pasar,” ujar Willson.

Jeffri Sirait dari Amvesindo turut memberikan tanggapan tentang kondisi lanskap startup digital Indonesia saat ini. Baginya, ini adalah fase terbaik dalam transformasi digital yang telah melakukan terobosan di berbagai sektor industri, bahkan mengubah gaya hidup yang membuat berbagai hal menjadi lebih mudah dan efisien. Perubahan digital bukan saja sudah dekat, melainkan tengah terjadi, dan proses ini menjadi bagian penting. Berbagai komponen telah berperan, termasuk para pemain dan regulator.

Startup Indonesia sebagai masa depan generasi muda

Optimisme menjadi salah satu bahan bakar untuk memajukan bangsa. Termasuk untuk industri startup digital yang tengah berkembang saat ini. Namun menurut CEO Kibar Yansen Kamto, optimis saja tidak cukup, Indonesia butuh lebih banyak pihak yang bersama-sama berkontribusi membangun fondasi ekosistem yang lebih kuat.  Komunitas, universitas, media, korporasi, dan pemerintah adalah pilar-pilar yang berperan penting untuk terus bersama-sama mendorong lebih banyak future startup founders. Ia percaya kolaborasi yang kuat akan melahirkan startup yang makin tangguh dan bermanfaat.

Dari kaca mata Ery Punta, Managing Director Indigo Creative Nation, saat ini ekosistem startup digital walaupun banyak yang mengatakan masih tahapan pematangan namun perkembangannya sangat signifikan. Dari pengamatannya, pertumbuhan startup yang berkualitas juga terus berlangsung, ditandai dengan diterimanya kehadiran aplikasi dan solusi dari startup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Industri, pemerintah dan berbagai pihak lainnya juga kian semangat bahu-membahu untuk turut serta dalam penumbuhan kewirausahaan digital di negeri ini.

Mengenai masa depan startup digital, Jeffri Sirait berpendapat, “Perubahan digitalisasi bukan sudah dekat, tapi sudah terjadi dan menjadi bagian penting. Regulator sudah berperan lebih baik dan perlu adanya insentif yang diberikan kepada para pelaku, baik untuk startup, investor, inkubator dan komponen lain. Ekosistemnya sendiri juga perlu diperkuat dan dibukakan akses. Di sisi pelaku kreatif dan startup juga harus selalu mau untuk meningkatkan kapabilitas untuk menang dalam kecepatan dan kompetisi. Sinergi sangat dibutuhkan untuk akselerasi sektor startup digital, supaya jangan sampai kehilangan momentum.”

Ada hal yang perlu dibenahi dalam proses pertumbuhan ini

Sebelumnya di awal sudah disinggung tentang kepercayaan pemodal yang sudah mulai meningkat terhadap startup lokal. Nicko Widjaja juga memotret bahwa masih ada hal yang mestinya bisa diperbaiki kulturnya. Ia melihat sesuatu yang disayangkan, saat ini para pemodal banyak yang tidak siap untuk bermain di pendanaan berikutnya untuk startup Indonesia. Selain pemodal ventura, tidak banyak yang mengerti industri startup. Industri startup bukan UKM yang hanya sekali dua tiga kali diinvestasi lalu akan menghasilkan ‘dividen’.

“Yang terjadi saat ini yaitu ‘Series A Crunch’, di mana startup yang ‘laku’ saat seed, tidak laku ketika menawarkan growth runway berikutnya.  Series A Crunch terjadi karena overvaluation. Ini disebabkan karena banyak pemodal ventura yang ingin ‘menggoreng’ valuasi bagi keuntungan mereka. Pada akhirnya tidak banyak institusi modal ventura yang siap Series A percaya dengan valuasi sebelumnya. Series A Crunch bukan terjadi karena tidak ada modal, tetapi tidak ada startup yang ‘valid’ dengan valuasi yang diinginkan,” jelas Nicko.

Nicko menambahkan, “Jika Anda berbicara dengan top-tier investor di luar sana, mereka akan berkomentar yang sama. Bahwa Indonesia memiliki demand (dana) yang besar tetapi tidak dipenuhi dengan supply (startup) yang mencukupi. Sekali lagi saya tekankan, bukan berarti tidak memiliki banyak startup, tetapi tidak memiliki startup yang mampu berkompetisi dan melakukan scaling-up dengan cepat.”

Terkait dengan tren pertumbuhan startup yang sempat dikatakan menurun beberapa waktu terakhir oleh beberapa pihak, menurut Ery Punta hal tersebut terjadi lantaran adanya potensi diserapnya para calon founder oleh para startup yang telah menjadi unicorn, namun sebagai penggerak inkubator startup, ia tetap optimis mengingat market Indonesia yang sangat unik dapat menjadikan peluang untuk tumbuhnya startup lokal yang memiliki kelebihan dalam memahami kearifan lokal dan secara demografi penduduk Indonesia. Sangat penting untuk terus melakukan pembinaan digital talent, penyiapan infrastruktur digital dan keberpihakan lokal yang terbuka dengan kolaborasi global.

“Model pengembangan startup Indonesia harus end-to-end, mulai dari nurturing talent, inkubasi, akselerasi sampai dengan bridging market access antara startup dengan perusahaan yang telah mapan, agar dapat meningkatkan tingkat keberhasilan dan daya tahan serta kemampuan untuk melakukan scaling,” tambah Ery.

Memaknai kemerdekaan dengan terus berkarya

Setiap warga negara memiliki cara tersendiri dalam memaknai dan mengisi kemerdekaan. Kepada DailySocial, CEO Kudo Albert Lucius memaparkan arti mengisi kemerdekaan Indonesia. Baginya mengisi kemerdekaan dengan semangat muda adalah terus berusaha menjadi lebih baik dan jangan pernah putus asa. Karena dengan semangat ini kita bisa semakin produktif memberikan kontribusi yang nyata bagi Indonesia. Kemerdekaan merupakan sebuah pilihan dan artinya adalah sebuah kebebasan. Bebas yang bertanggung jawab tentunya.

“Kita sebagai pemuda akan selalu bersemangat untuk memberikan yang terbaik  melalui kontribusi dari setiap apa yang kita lakukan. Indonesia tahun ini merayakan kemerdekaan yang ke-72, meskipun angka ini tidak muda, jiwa dan semangat kita selaku pemuda bangsa harus senantiasa ada,” ujar Albert.

Semangat sama ditunjukkan CEO Bukalapak Ahmad Zaky. Ia menyebutkan bahwa merdeka di era sekarang adalah tentang kemandirian bangsa. Mengisi kemerdekaan tidak bisa hanya bicara, atau beretorika, kita juga tidak hanya bisa berpikir, tidak pula cukup hanya bekerja. Semua jiwa, raga, dan tenaga harus dicurahkan untuk berkarya.

“Karena bidang saya teknologi. Mari kita lihat apa sudah mandiri alias merdeka. Artinya kita menggunakan karya bangsa kita sendiri. Mungkin masing-masing dari kita perlu menjawab pertanyaan ini dalam bidang masing-masing. Generasi muda harus berpikir, bagaimana di masa depan anak cucu kita menggunakan produk kita sendiri. Itu baru merdeka. Saya tidak bisa memberikan tips yang lebih baik selain: Buktikan! Tunjukkan!” ujar Zaky.

Bagi Zaky, bukti akan menginspirasi generasi selanjutnya. Bukti kekal abadi antar generasi. Kita butuh banyak orang yang bekerja dibalik layar dan membuktikan. Bukti lebih besar pengaruhnya daripada yang lain.

Hal ini turut ditegaskan Kevin Mintaraga, CEO Bridestory. Ia menyampaikan bahwa sebagai generasi muda yang berkarya, jangan selalu berpikir untuk melakukan suatu hal demi mengejar uang atau kesuksesan (pribadi) semata, lakukanlah sesuatu demi kesuksesan orang lain, maka uang dan kesuksesan yang akan balik mengejar.

Dare to be different and true to yourself, but remain accountable, tegas Kevin.

Tanggung jawab berat sekaligus kesempatan ada di tangan kita

Melalui kesempatan ini, DailySocial turut mengucapkan selamat hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Semoga momentum ini benar-benar membawa perubahan yang lebih baik di berbagai bidang. Startup digital mulai menunjukkan eksistensinya dalam membangun ekonomi bangsa, urun tangan inovasi pengembang dalam negeri sudah selayaknya menjadi tonggak kemakmuran bangsa ini.

“Lebih dari setengah populasi Indonesia adalah pemuda-pemudi di bawah 30 tahun, artinya dalam 10 tahun ke depan nasib Indonesia benar-benar ada di tangan pemuda-pemudi Indonesia. Hal ini bisa diartikan sebagai beban berat yang ada di pundak kita, namun juga bisa diartikan sebagai kekuatan kita untuk membentuk masa depan bangsa. Jadi, tanyakan kepada diri Anda masing-masing, apa kontribusimu untuk Indonesia?” sambut CEO DailySocial Rama Mamuaya.

Dalam keyakinan kami, anak muda Indonesia adalah penggerak utama inovasi digital di Indonesia. Dengan pangsa pasar yang muda dan luar biasa besar, Indonesia punya aset yang tidak dimiliki negara-negara lain. Semua analis pasar global setuju bahwa Indonesia akan menjadi salah satu pemimpin ekonomi terbesar di Indonesia, terutama di industri digital. Kembali lagi, kita punya kemampuan untuk membentuk pasar, diberikan kesempatan untuk berkontribusi ke pasar global.

Sekali lagi, selamat ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Merdeka!

Google for Entrepreneur Gaet Kibar Dirikan Google Lounge di Jakarta

Google resmikan kerja sama dengan tech-startup ecosystem builder Kibar dengan mendirikan Google Lounge yang berada di lantai 2 kantor baru Kibar di Jakarta. Tempat ini akan difokuskan sebagai wadah untuk membentuk komunitas dan memperkuat ekosistem startup di Indonesia.

Anggota Google Lounge Jakarta juga berkesempatan untuk mendapatkan akses ke program Google for Entrepreneurs Pasport yang berada di 20 tempat di seluruh dunia, mulai dari Seoul sampai San Francisco. Kibar pun akan bergabung dengan 50 organisasi yang lebih dulu berkarya dalam kancah global di lebih dari 135 negara, termasuk enam kampus yang dimiliki dan dioperasikan Google untuk para pengusaha.

“Kami sangat bangga dengan langkah awal ini karena bisa memberikan kesempatan pada startup lokal untuk berkembang bersama startup lainnya di seluruh dunia,” terang Managing Director Google Indonesia Tony Keusgen, Rabu (19/7).

Dalam peresmian, turut dihadiri Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, APAC Partnership Manager Google for Entrepreneurs Michael Kim, dan Direktur ICT Infrastruktur Bekraf Neil EL Himam.

Menurut Keusgen, kehadiran Google Lounge turut memperkuat komitmen perusahaan terhadap pengembangan startup digital di Indonesia agar menjadi negara dengan perekonomian digital terbesar di Asia Tenggara. Di kancah global, Google for Entrepreneurs pernah membuat program Campus Exchange Fintech di Sao Paolo, Google Demo Day, pelajaran programming khusus pengusaha perempuan, dan lainnya.

Bersama Kibar, nantinya Google for Entrepreneurs akan mengadakan serangkaian program untuk para anggotanya di Indonesia. Salah satu program edukasi yang saat ini dijalankan Google adalah melatih 100 ribu pengembang seluler melalui tiga komponen. Yakni, kurikulum universitas offline untuk para mahasiswa jurusan ilmu komputer, menerjemahkan berbagai kursus online dalam bahasa Indonesia, dan kombinasi workshop coding online/offline yang dipandu oleh pengajar dengan nama Indonesia Android Kejar.

“Kami bersemangat lewat kemitraan bersama Google for Entrepreneurs. Kami yakin, kemitraan ini bisa menghasilkan generasi inovator, kreator, dan entrepreneur selanjutnya di Indonesia,” ujar CEO Kibar Yansen Kamto.

Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Gelar Demo Day untuk 13 Startup Batch Pertama

Setelah mengikuti kegiatan bootcamp selama 3 bulan, hari ini batch pertama Gerakan Nasional 1000 Startup Digital mengadakan kegiatan Demo Day. Dari 16 startup asal Jogja, Surabaya dan Jakarta yang berhasil masuk ke tahap Bootcamp terpilih 13 startup yang berhak melakukan pitching kepada 5 dewan juri, yang terdiri dari Thomas Diong dari Sale Stock, Vishnu Mahmud dari Ogilvy, Steven Vanada dari CyberAgent Ventures, Widyawan dari UGM, dan Herbet Ang dari Acer Indonesia.

Selama 3 menit, masing-masing perwakilan dari startup wajib menyampaikan informasi lengkap seputar model bisnis hingga strategi monetisasi yang bakal dilancarkan.

Dalam sambutannya Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyampaikan apresiasinya kepada Gerakan Nasional 1000 Startup Digital dan kepada 13 startup yang beruntung masuk dalam tahap Demo Day.

“Sesuai dengan harapan dari Presiden Jokowi, semoga startup yang berhasil masuk dalam tahap ini bisa memberikan produk dan layanan terbaik untuk mendukung ekonomi digital di Indonesia.”

Kegiatan Demo Day juga menjadi acara kelulusan bagi 13 startup yang telah mendapatkan mentoring intensif selama 3 bulan terakhir. Selanjutnya Gerakan Nasional 1000 Startup Digital gelombang kedua, akan dimulai kembali di Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta.

“Kami optimis mereka yang lulus mampu berperan sebagai role model bagi pendiri startup dari kota lainnya yang belum masuk ke tahap inkubasi,” kata Chief Executive Kibar Yansen Kamto.

Layanan on demand hingga event discovery

Dari 13 startup yang mendapatkan kesempatan untuk melakukan pitching di hadapan dewan juri, kebanyakan menawarkan layanan on demand yang saat ini masih menjadi favorit di Indonesia. Diantara mereka juga berusaha menghadirkan layanan edukasi, olahraga hingga tutoring untuk calon mahasiswa yang bersiap untuk memilih jurusan paling tepat di universitas. Berikut adalah 13 startup yang berhasil masuk ke tahap Demo Day:

Jahitin

Startup yang berasal dari Surabaya ini, mencoba untuk menghadirkan layanan on demand untuk masyarakat yang membutuhkan tenaga penjahit. Platform yang mengkhususkan kepada pakaian kebaya dan dress ini berupaya menghadirkan fahionpreneur yang mudah dengan harga yang terjangkau

Xparring

Startup yang berasal dari Jakarta ini, merupakan platform yang dapat mencari lawan tanding untuk berolahraga khususnya bulutangkis. Xparring ingin mempertemukan pecinta dan komunitas olahraga.

Karapan

Startup yang satu ini cukup agresif dalam penyampaian pitching-nya di hadapan dewan juri. Startup yang berasal dari Surabaya ini, merupakan online community dan partnership platform yang mempertemukan peternak sapi rakyat dalam pengelolaan manajemen peternakan, manajemen pemasaran sapi dan daging serta permodalan peternakan.

Kooliah

Startup asal Yogyakarta ini merupakan platform terpadu yang bisa membantu calon mahasiswa menentukan jurusan yang ideal dan sesuai minat. Aplikasi ini memungkinkan calon mahasiswa belajar mata kuliah sesuai jurusan secara online dan bimbingan mendapatkan beasiswa.

Panggilin

Startup yang berasal dari Jakarta. Panggilin adalah marketplace jasa on-demand (C2C) yang mempertemukan antara pengguna dan penyedia jasa di sekitar (location based).

Fataway

Startup asal Jogjakarta ini ingin menghadirkan pilihan menu sehat sekaligus katering yang bisa disesuaikan untuk memantau program diet pengguna.

Goodjob

Layanan marketplace jasa khusus untuk perbaikan AC, dengan target pasar B2B. Goodjob memastikan harga serta kualitas dari mitra yang ada bisa dijamin hanya yang terbaik. Goodjob berasal dari Jakarta.

Adsiconic

Startup yang berasal dari Jogja ini merupakan sebuah platform interaktif dalam periklanan kendaraan dengan memanfaatkan teknologi QR Code dan tracking untuk kampanye iklan.

Agenda kota

Startup asal Surabaya yang menghadirkan discovery event untuk acara di seluruh Indonesia. Agenda Kota juga platform yang mempertemukan penyelenggara event dengan pengguna untuk berbagi informasi.

Qtaaruf

Startup asal Surabaya yang merupakan platform pencarian pasangan dengan cara taaruf sesuai dengan ajaran agama islam. Selain memanfaatkan kecocokan antar pengguna, Qtaaruf juga menggunakan ustadz untuk menentukan pilihan yang tepat.

Sweep

Startup asal Jogjakarta yang merupakan aplikasi last-minute-deals untuk promo instan yang menghubungkan bisnis F&B dengan calon pelanggan secara real time.

Roo

Aplikasi monitoring kesehatan untuk anak di bawah usia enam tahun. Aplikasi ini diciptakan untuk orang tua agar dapat terus memantau tumbuh kembang anak. Roo adalah startup asal Jakarta.

Ajarin

Startup yang berasal dari Jakarta yang menghadirkan layanan aplikasi mobile untuk membantu orang tua dalam menemukan, mengembangkan, dan menyalurkan bakat anak umur 4 – 15 tahun.