Hepicar Sasar Layanan “On Demand” Perawatan Kendaraan

Hepicar merupakan layanan yang dikembangkan untuk memudahkan pengguna memesan jasa perawatan kendaraan, baik motor maupun mobil. Mengawali kiprahnya di Yogyakarta, tahun ini mereka mencoba untuk berkolaborasi dengan startup lain di Yogyakarta dan merencanakan ekspansi.

Ide awal Hepicar dirintis Nurhidayanto dan Yenni Octarina. Keduanya melakukan riset dan mengamati kecenderungan perubahan perilaku konsumen otomotif. Berikutya bergabung Arif Akbarul Huda dan Darmawan sebagai co-founder dengan mengisi posisi CTO dan CMO. Di awal 2019 ini, Hepicar berhasil mengamankan investasi dari investor privat yang rencananya akan digunakan untuk menggenjot penetrasi pasar dan mengakselerasi pertumbuhan.

“Sebagai aplikasi digital on demand service, Hepicar menyediakan beragam varian layanan yang dibutuhkan. Baik saat kondisi darurat maupun sebagai bagian gaya hidup berkendara yang praktis dan simple,” jelas Nurhadiyanto.

Saat ini Hepicar menawarkan beberapa fitur yang didesain untuk memudahkan para penggunanya, termasuk mendatangkan spesialis dari bengkel ke lokasi pengguna untuk melakukan perawatan. Secara total ada 44 varian layanan yang bisa dikerjakan mitra operator yang terlatih dan bersertifikat. Pihak Hepicar juga mengklaim layanan mereka sudah merata di seluruh Yogyakarta dengan harga yang transparan dengan layanan bergaransi.

Pihak Hepicar cukup optimis layanannya bisa diterima di masyarakat dan terus berkembang sebagai salah satu rujukan layanan untuk perawatan kendaran.

Nurhadiyanto menjelaskan, dalam dua bulan ke depan Hepicar akan fokus pada layanan untuk area Yogyakarta. Manajemen juga disebut telah menjalin komitmen kemitraan dengan beberapa tenant untuk saling memberikan nilai tambah layanan, termasuk menjalin kolaborasi dengan startup lainnya di Yogyakarta.

Perusahaan juga berencana mengembangkan layanan di beberapa kota baru, yang saat ini dalam fase pematangan riset.

“Pola layanan seperti ini bukan hal yang baru. Masyarakat sudah cukup teredukasi dengan model on-demand service. Beberapa kompetitor di field ini juga bisa mengindikasikan pasar yang terbentuk. Hepicar hadir menyempurnakan dengan menghadirkan value proposition yang signifikan. Pengalaman para founder Hepicar di field otomotif menjadi keunggulan untuk membentuk produk yang fit bagi pasar. Hasil riset pra-produksi yang dimiliki Hepicar menunjukan pola dan detail demand yang bagus,” imbuh Nurhadiyanto.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Fellacook Mungkinkan Pengguna “Pre-Order” Masakan dari Koki Rumahan

Berawal dari pengalaman salah satu founder yang mengalami kesulitan dalam mencari masakan khas rumahan, Fellacook dilahirkan. Aplikasi yang dikembangkan startup asal Yogyakarta ini memfasilitasi proses jual beli masakan rumahan dengan sistem pre-order.

Dengan mekanisme tersebut, mitra koki rumahan yang tergabung tidak perlu memiliki stok terlalu banyak seperti layaknya rumah makan, diharapkan dapat meminimalisir risiko pengembalian modal.

Aplikasi yang sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2016 ini sudah memiliki beberapa fitur. Selain pre-order, ada juga fitur lelang masakan. Fitur lelang memungkinkan pengguna untuk menuliskan makanan seperti apa yang diinginkan, lalu mitra koki dapat mengajukan diri untuk memasakkannya dengan penawaran harga.

Untuk memastikan proses transaksi berjalan baik, di fase awal ini seluruh pembayaran akan dilakukan melalui rekening Fellacook. Mereka bertindak sebagai perantara untuk pembayaran. Visi utama Fellacook adalah membantu meningkatkan perekonomian masyarakat dengan cara berjualan masakan via aplikasi, tanpa harus menyiapkan modal banyak.

Fellacook didirikan oleh tujuh orang co-founder dengan berbagai latar belakang. Untuk menyokong operasionalnya, saat ini Fellacook sudah mendapatkan pendanaan awal dengan detail yang tidak diinformasikan. Kendati demikian mereka mengaku juga sedang melakukan fundraising untuk pendanaan lanjutan guna mempercepat penetrasi pasar.

“Model bisnis Fellacook adalah B2C. Kami mendapatkan bagi hasil dari harga makanan yang diunggah koki ke aplikasi. Persentasenya kurang lebih 25% dari harga makanan. Selain itu kami juga menyediakan layanan Fellasend, yakni jasa pengirian makanan ke konsumen,” ujar Co-Founder & CMO Fellacook Andri Purwanto.

Kendati sudah didirikan sejak tahun 2016, Fellacook baru akan mulai beroperasi tahun ini. Menurut pemaparan Andri, ada beberapa kendala dalam pengembangan bisnis. Saat ini Fellacook masih terus mengeksplorasi pasar di Yogyakarta untuk mengumpulkan mitra koki sebanyak-banyaknya.

Fellacook
Tim Fellacook saat melakukan sosialisasi dengan mitra koki rumahan

Salah satu strategi yang dilakukan untuk melakukan akuisisi pengguna dan mitra ialah dengan mengadakan berbagai acara, termasuk melakukan sosialisasi melalui kegiatan arisan ibu-ibu.

“Target Fellacook tahun ini adalah publikasi dan mengedukasi masyarakat tentang mudahnya berbisnis makanan memanfaatkan teknologi. Fellacook juga menargetkan ekspansi ke beberapa kota di luar Yogyakarta,” imbuh Andri.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Titipku Didesain untuk Libatkan Masyarakat Bantu UKM “Go-Digital”

Penetrasi internet dan ponsel pintar membuat Indonesia menjadi pangsa pasar digital yang sangat menjanjikan. Ini menjadi kesempatan emas bagi para pebisnis untuk menjangkau konsumen yang lebih luas. Sayangnya kesempatan ini tidak serta merta bisa dinikmati oleh semua pemilik bisnis, khususnya para UKM yang belum memiliki literasi digital tinggi — mereka belum paham bagaimana konsep marketplace bekerja, pemasaran melalui layanan on-demand dan lainnya.

Melihat kondisi tersebut, Titipku hadir membawa misi untuk membantu UKM melakukan digitalisasi. Caranya menarik, yakni dengan melibatkan masyarakat berkontribusi langsung membantu UKM di sekitarnya. Aplikasi Titipku didesain layaknya media sosial, setiap pengguna dapat mengunggah informasi mengenai UKM yang telah ditemui. Setiap konten yang diunggah akan dikurasi dan diverifikasi.

Konten tersebut ditampilkan pada fitur Jelajah di aplikasi. Umumnya berisi foto dan cerita mengenai pedagang kecil atau UKM yang disorot. Tidak hanya itu, para pengunggah konten juga bisa membuatkan toko online di platform Titipku dan memberikan jasa titip (jatip). Sehingga pengguna lain bisa membeli barang yang disediakan UKM tadi. Proses transaksi difasilitasi melalui aplikasi Titipku.

“Misalnya di sekitar rumah ada seorang pedagang jajanan, pengguna Titipku bisa mengunggah profil dan cerita mengenai pedagang tersebut dan bertindak sebagai jatiper (orang yang dititipi untuk membelikan). Pengguna lain bisa menikmati cerita tersebut dan turut berpartisipasi membeli dagangan yang dimiliki. Kurang lebih seperti itu gambaran sederhana bagaimana Titipku membantu UKM di daerah-daerah yang belum tersentuh layanan online,” ujar Founder & CEO Titipku Henri Suhardja saat ditemui di sela-sela acara Australia Awards Startup Ecosystem 2019.

Aplikasi Titipku
Tim pengembang layanan Titipku / Titipku

Mekanisme bagi hasil ke pengguna

Henri turut menjelaskan mengenai nilai bagi hasil yang diberikan kepada pengguna untuk setiap transaksi yang terjadi melalui Titipku. Komisi yang diberikan kepada jatiper diambil dari biaya kirim ke tempat tujuan, sehingga UKM mendapatkan nominal penuh atas pembelian barang yang dilakukan. Titipku turut menyediakan rekening bersama untuk memastikan proses transaksi berjalan dengan baik.

Tidak hanya itu, untuk setiap transaksi yang berhasil diciptakan di aplikasi Titipku, pengguna akan mendapatkan voucher kepemilikan saham perusahaan Titipku (PT Terang Bagi Bangsa). Salah satu target Titipku adalah membawa perusahaan IPO. Konsep ini dinilai dapat meningkatkan rasa memiliki bagi para pengguna, sehingga dapat bersama-sama mewujudkan visi misi yang telah ditentukan.

“Kami sudah mendapatkan pendanaan awal dari angel investor. Belum ada rencana fundraising, pengennya bisa IPO,” ujar Henri.

Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 800 pengguna yang telah berkontribusi untuk membantu 6.000 UKM untuk go-digital. Aplikasi yang sudah diluncurkan juga telah diunduh lebih dari 15 ribu kali. Adapun kategori UKM yang sudah ada saat ini meliputi pengrajin, penjual makanan/minuman, pedagang sembako, pedagang produk fesyen, dan lain-lain.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Tukutu Fasilitasi Penjualan Sepatu Baru dan Bekas

Nama Tukutu merupakan akronim dari “Tuku Sepatu”, berasal dari Bahasa Jawa yang berarti beli sepatu. Sesuai namanya, aplikasi tersebut merupakan marketplace yang dapat dimanfaatkan penggunanya untuk titip jual produk sepatu — baik baru, bekas yang masih layak pakai, atau sepatu langka. Tukutu juga miliki misi untuk membantu sepatu merek lokal dalam menemukan pangsa pasar.

Peran aplikasi Tukutu adalah menjadi pihak ketiga untuk memastikan kualitas barang sebelum sampai ke tangan konsumen. Pada setiap transaksi pembelian, pihak Tukutu akan melakukan seleksi terlebih dulu di warehouse miliknya, termasuk melakukan pemeriksaan keasliannya. Dengan model bisnis tersebut, Tukutu tergolong cukup diminati. Sejak meluncur pada 14 November 2018, kini mereka telah membukukan 25 ribu pengguna dan 1500 merchant.

Di dalam aplikasi Tukutu terdapat fitur yang memungkinkan pembeli menawar sepatu dengan harga terendah yang diberikan oleh merchant. Mekanisme ini dinilai cukup penting, pasalnya mereka juga melayani penjualan sepatu bekas. Pemanfaatan rekening bersama turut diaplikasikan dalam sistem pembayaran, demi menjamin kelancaran transaksi dan kepercayaan pembeli.

“Saat ini Tukutu baru berfokus di dalam bidang sepatu. Ke depannya tidak menutup kemungkinan akan melebar ke kategori busana,” ujar Co-Founder & CEO Tukutu Husein Indra Kusuma.

Startup berbasis di Yogyakarta ini mengaku sudah melayani transaksi di berbagai kota di Indonesia. Untuk operasionalnya, saat ini masih bootstrapping alias menggunakan dana modal dari founder. Husein juga menyampaikan, startupnya tengah melakukan fundraising agar dapat mengakselerasi perluasan pangsa pasar.

“Visi kami membantu brand sepatu lokal agar dapat bersaing dengan brand terkenal. Selain itu juga ingin meminimalisir [transaksi penipuan] sepatu brand terkenal palsu. Tidak menutup kemungkinan kami juga akan membantu brand fashion lokal untuk bergabung ke dalam aplikasi Tukutu,” lanjut Husein.

Founder Tukutu
Beberapa founder Tukutu: Aditya Widayanto, Pulung Nutrtantion Andono, Gibran Rakabumi (tidak termasuk founder), Tirta Mandira Hudhi, Husein Indra Kusuma / Tukutu

Tukutu didirikan oleh enam orang founder. Selain Husen ada Tirta Mandira Hudhi, Ahmad Basir, Aditya Widayanto, Rizma Abdullah Hanif dan Ahmad Afifudin. Di awal pendiriannya, Husein dan Tirta dipertemukan oleh pengembang aplikasi Madhang Pulung Nurtantio Andono dan Gibran Rakabumi. Sementara dengan founder lainnya dipertemukan melalui komunitas di kampus UDINUS Semarang.

Tahun 2019 ini Tukutu memiliki beberapa target. Mereka ingin segera meluncurkan aplikasi di platform iOS. Perbaikan dan pengembangan fitur juga akan terus digencarkan, sembari terus merangkul merek lokal untuk tergabung ke dalam aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Restoku Jembatani Kebutuhan Pemilik Bisnis Kuliner UKM di Indonesia

Industri kuliner saat ini masih mengalami pertumbuhan yang positif di Indonesia. Restoran dan warung kaki lima bersaing menarik perhatian masyarakat yang semakin banyak menyukai pengalaman makan di luar rumah.

Laporan Kementerian Perindustrian mencatat pada triwulan II 2018 pertumbuhan industri makanan dan minuman mencapai 8,67%. Angka ini melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,27%. Sektor industri makanan dan minuman mampu memberikan kontribusi terhadap PDB industri pengolahan nonmigas hingga 35,87%.

Melihat peluang yang ada, Restoku, sebuah startup lokal yang berbasis di Yogyakarta, menghadirkan platform berbentuk aplikasi yang mempermudah kinerja para pelaku usaha kuliner.

“Sebenarnya saya mengawali ini dari sebuah masalah yang saya temui, bahwa perlu adanya sebuah aplikasi yang menyediakan ekosistem  menyeluruh untuk UKM kuliner. Saya perlu melakukan perubahan, karena saya pribadi juga seorang pelaku usaha kuliner,” kata CEO Restoku Ageng Sajiwo kepada DailySocial.

Cara kerja Restoku

Restoku didirikan oleh Ageng Sajiwo dan R. Dimas Agil Tedjo. Kedua pendiri tersebut mengklaim telah memiliki pengalaman di industri kuliner. Secara khusus ada tiga fitur yang tersedia di platform Restoku. Pertama adalah Point of Sale (POS). Fitur ini digunakan untuk mencatat uang masuk dan uang keluar. Fitur ini juga mempermudah untuk pengaturan stok dan pengelolaan pelanggan.

Kedua adalah Fitur Point of SDM, pada fitur ini pelaku usaha kuliner khususnya pemilik restoran bisa dengan mudah mendapatkan karyawan baru tanpa perlu melakukan seleksi. Mereka bekerja sama dengan perusahaan training center yang terstandarisasi.

Ketiga adalah fitur Point of Supply, fitur yang juga mudah diakses untuk para pelaku usaha kuliner yang ingin memperoleh harga bahan baku murah. Restoku juga sudah bekerjasama dengan para supplier yang sudah di seleksi berdasarkan lokasi, jenis produksi, jenis bahan yang di supply, higienitas, dan legalitas.

“Tiga fitur terintegrasi dalam aplikasi Restoku dan tersimpan dengan aman di cloud/server Restoku. Hanya dengan satu genggaman para pelaku usaha bisa dengan mudah untuk menjalankan usaha kuliner,” kata Ageng.

Saat ini Restoku mengklaim telah memiliki 500 pengguna aktif dan aplikasi Restoku sudah diunduh 5000 kali. Pengguna Restoku saat ini masih didominasi dari Yogyakarta. Selain itu ada juga pengguna dari Jakarta, Semarang, Batam dan kota-kota lainnya. Restoku juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahun ini.

“Dengan mengandalkan ketersediaan baik barang maupun jasa yang dibutuhkan para pelaku UKM kuliner didalam sebuah aplikasi yang saling terintegrasi. Nantinya Restoku dapat menjadi enabler teknologi yang mudah, murah, dan sekaligus bersifat edukatif,” kata Ageng.

Application Information Will Show Up Here

ABP Incubator Sukses Adakan “Jogja Startup Sprint”, Bina Komunitas Startup di Yogyakarta Kembangkan Produk

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan ekosistem startup di suatu wilayah. Salah satunya dengan banyak melakukan pembinaan melalui kanal komunitas. Hal ini yang coba dilakukan oleh inkubator Amikom Business Park (ABP) Incubator berkolaborasi dengan Amikom Computer Club dengan mengadakan rangkaian acara bertajuk “Jogja Startup Sprint“.

Jogja Startup Sprint terdiri dari tiga jenis acara, yakni Kickoff, Founders Dating, dan Design Sprint. Menurut pemaparan VP Business & Partnership ABP Donni Prabowo acara ini bertujuan untuk membangun ekosistem secara berkelanjutan di Yogyakarta.

Rangkaian acara pertama, yakni Kickoff diadakan pada Sabtu, 8 Desember 2018 bertempat di Ruang Cinema Universitas Amikom. Berisi talkshow mengenai startup, melibatkan kalangan pemain dan investor. Hadir dalam sesi ini Fathin Naufal (Founder Gifood), Adjie Purbojati (Founder Lunasbos), Gisneo Pratala Putra (CEO Wideboard) dan Budi Wasito (angel investor).

Salah satu hal yang ditekankan dalam sesi ini bahwa membangun startup perlu kolaborasi antar bidang. Tidak hanya memprioritaskan pada talenta teknis saja, karena di beberapa startup ada yang dimulai dari founder non-teknis.

Acara berikutnya adalah Founders Dating, diadakan pada Sabtu, 22 Desember 2018 bertempat di kantor PrivyID di Yogyakarta. Acara ini berupa kegiatan speed dating yang dilakukan untuk mendapatkan anggota baru untuk tim startupnya. Dalam acara ini turut ada sesi diskusi seputar pengembangan talenta di startup, diisi oleh Guritno Adi Saputro (CTO & Co-Founder PrivyID), Donni Prabowo (ABP), dan Anggoro (Staf Ahli MIKTI).

Terakhir ada acara Design Sprint yang diadakan pada tanggal 29-30 Desember 2018 di Universitas Amikom. Ada 16 tim startup yang diajak untuk memahami masalah, memberikan solusi, dan membuat purwarupa produknya. Acara ini dipandu oleh Korniawan Prabowo (Founder Jerseybali.com) dan Fathin Naufal.

Amikom Business Park adalah inkubator dan pembangun ekosistem startup yang bertempat di Yogyakarta. ABP dimiliki oleh Universitas Amikom Yogyakarta. Saat ini, ABP sudah memiliki 15 startup yang telah diinkubasi dengan total pendanaan sebesar $206,000 serta 18 mitra strategis di Indonesia maupun luar negeri.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara Jogja Startup Sprint yang diadakan Amikom Business Park.

BCTN 1.0 Summit Segera Digelar di Yogyakarta, Ulas Manfaat Blockchain untuk Masyarakat

Menyikapi perkembangan digital yang terus berkembang pesat, Hacklab.rocks! berkolaborasi dengan Nakka akan menyelenggarakan summit bertajuk Blockchain and Cryptocurrency Talks and Networking (BCTN). Acara tersebut akan berlangsung di Yogyakarta, tepatnya di Sahid Jaya Hotel and Conference pada tanggal 7 Desember 2018 mendatang.

BCTN memiliki tujuan untuk memperkenalkan teknologi dan aktor-aktor penggiat blockchain yang telah berhasil mengubah hidup banyak orang. BCTN akan menghadirkan pemain nasional dan internasional dari industri blockchain dan cryptocurrency dalam bentuk seminar, diskusi panel, pameran, dan networking.

Masing-masing pembicara akan berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang produk atau proyek blockchain yang sedang mereka kerjakan. Tema untuk BCTN 1.0 ini adalah “akar” yang berarti pertama sekaligus memiliki manfaat terhadap grassroot. Diharapkan masyarakat semakin terbuka dalam menghadapi perkembangan teknologi cukup ada.

Saga Iqranegara selaku ketua panitia acara ini menyampaikan, “Blockchain dan cryptocurrency adalah teknologi baru yang akan mengubah wajah dunia di masa depan. Namun banyak pihak yang belum memahami manfaatnya. Dan juga banyaknya informasi negatif yang beredar dalam beberapa waktu terakhir turut memberi citra negatif pada teknologi ini. Kami merasa perlu memberikan wawasan dan membangun komunitas yang antusias dengan teknologi ini.”

Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari ADITIF selaku asosiasi industri kreatif di Yogyakarta dan beberapa komunitas blockchain. Untuk informasi lebih lanjut mengenai acara ini, kunjungi laman resminya melalui tautan http://bit.ly/BCTN1-Dailysocial.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner BCTN 1.0

Layanan Coworking Space CoHive Hadir di Yogyakarta

Hari ini (22/11) jaringan coworking space CoHive (sebelumnya bernama Cocowork) melakukan soft-launching di Yogyakarta. Ekspansi ini menambah daftar ruang kerja yang dimiliki oleh CoHive, yakni 22 lokasi di Jakarta, 1 lokasi di Medan, dan sekarang tambah 1 di Yogyakarta.

Di Yogyakarta, CoHive terletak di lantai 3 Hartono Mall. Kehadirannya ingin coba memfasilitasi startup, UMKM, dan komunitas kreatif yang banyak bermunculan di Yogyakarta akhir-akhir ini.

Dalam acara soft-launching turut diadakan sesi presentasi, salah satunya memaparkan capaian CoHive sejauh ini. Disampaikan hingga kuartal keempat 2018, CoHive sudah memiliki lebih dari 5000 anggota dengan 500 perusahaan — 80% perusahaan adalah startup digital yang bergerak di beragam sektor.

Turut hadir dalam acara CEO & Co-Founder CoHive, Carlson Lau, menyampaikan alasan CoHive melakukan ekspansi ke Yogyakarta. Menurutnya masyarakat di sana dikenal memiliki semangat untuk berkelompok dan berkolaborasi. Harapannya layanan coworking space yang dihadirkan dapat memfasilitasi berbagai kegiatan kolaboratif tersebut.

“CoHive mengedepankan nilai-nilai komunitas, kolaborasi, pembelajaran, dan kesinambungan dan tentunya untuk tumbuh bersama. Selain itu, CoHive melihat Yogyakarta merupakan tempat ideal untuk tumbuh bersama. Image sebagai kota pendidikan yang diisi oleh individu gemar belajar dan memiliki talenta kami anggap sebagai peluang untuk tumbuh bersama,” ujar Carlson.

CoHive turut menyampaikan target perluasan selanjutnya. Bali, Bandung, dan Makassar adalah tiga kota yang akan segera disinggahi. Ekspektasinya sebelum Desember 2019 sudah akan ada 40 lokasi ruang kerja yang dikelola.

Di Yogyakarta, CoHive menyediakan ruang kerja kolaboratif, ruang kerja privat, ruang rapat dan ruang untuk mengadakan acara. Totalnya akan ada 25 ruang privat yang disediakan, dengan ruang kerja kolaboratif yang dapat menampung hingga 62 orang.

Portofolio Sajikan Kanal Belajar dan Praktik Investasi Forex bagi Pemula

Ada beragam jenis pilihan investasi berbasis finansial, salah satunya di pasar valuta asing atau biasa disebut foreign exchange (forex). Nilainya yang sangat fluktuatif biasanya membuat orang awam enggan untuk berinvestasi pada forex. Namun kesempatan tersebut justru dilihat sebagai kesempatan oleh startup asal Yogyakarta bernama Portofolio. Platform tersebut mencoba hadir sebagai kanal edukasi terpadu bagi para trader pemula melalui cara yang unik, yakni dengan mempertemukan dengan trader yang sudah piawai.

Portofolio memiliki sejumlah fitur interaktif, seperti bertukar wawasan dengan pengguna, menyalin aktivitas perdagangan, dan membuat aktivitas perdagangan bayangan. Model ini dinilai efektif oleh Mahar Indra Adityawarman selaku founder, pasalnya investasi valuta asing masih dianggap berisiko tinggi. Dengan mendekatkan trader pemula dengan ahli, selain ilmu diharapkan dapat memberikan keyakinan lebih terhadap prospek investasi forex.

“Perlu digarisbawahi bahwa Portofolio bukan broker. Kami hanya menyediakan platform yang mempertemukan pemula dapat pakar untuk bisa saling berbagi hasil analisis trading mereka. Tidak hanya itu, bagi pemula yang belum mengerti trading, dapat mengakses fitur edukasi yang ada,” jelas Indra.

Perimbangan berinvestasi pada valuta asing

Berbagai faktor menyebabkan investasi valuta asing cenderung dihindari oleh masyarakat, terutama oleh mereka yang tidak begitu mengerti seperti apa bentuk investasinya. Faktor lainnya karena kurangnya alat untuk memantau pergerakan mata uang volatil yang sangat mudah berubah. Namun demikian Indra menjelaskan, bahwa ada beberapa keunggulan yang dapat dipertimbangkan dalam investasi forex.

Menurut Indra, forex tidak seperti saham yang keuntungan hanya bisa didapat dari kenaikan harga. Tapi bisa dua arah, dari naik dan turunnya harga mata uang.  Jam operasional pasar forex juga lebih lama, yaitu jam 5 pagi sampai jam 4 pagi setiap hari kecuali akhir pekan. Perputaran uang di forex diperkirakan mencapai $53 triliun per hari, mengingat forex adalah perdagangan yang dilakukan seluruh dunia.

Trading forex adalah yang paling komplit. Namun mengingat bahwa prosesnya tidak mudah, maka Portofolio hadir untuk membantu para trader baru dengan membagikan kemampuan dari para trader yang sudah berpengalaman,” lanjut Indra.

Melalui Portofolio, Indra juga memiliki visi menyediakan akses ke aplikasi keuangan yang dianggapnya masih relatif asing di Indonesia. Ia juga berharap bahwa platform buatannya dapat memberikan dorongan untuk proses pendidikan seputar strategi investasi dalam masyarakat yang menurutnya masih di bawah harapan.

“Asumsi saya bahwa melek finansial yang rendah merupakan masalah yang cukup rumit di masyarakat. Kondisi ini merupakan salah satu alasan mengapa kasus penipuan investasi bisa mendatangkan kerugian besar,” terang Indra.

Fitur “Auto-Copy” menyederhanakan proses

Contoh halaman profil trader yang dapat diikuti
Contoh halaman profil trader yang dapat diikuti

Portofolio diluncurkan pada Desember 2017 sebagai platform sosial interaktif untuk menyatukan pengguna agar dapat berkolaborasi dan berbagi kiat. Dengan memanfaatkan platform Portofolio, pengguna dapat menyalin aktivitas perdagangan pedagang lain, baik secara otomatis atau secara manual, untuk mencapai hasil yang maksimal.

Keseluruhan alur kerja platform didasarkan pada pemikiran Indra saat memberikan pelatihan di komunitas trader. Ia menangkap adanya keterbatasan dalam menduplikasi isi pemikiran dan strategi perdagangan untuk pengguna, terutama yang tidak memiliki pengalaman dalam kegiatan tersebut.

Dalam operasionalnya, Portofolio diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Pihaknya juga tengah berkonsultasi dengan Otoritas Jasa Keuangan untuk legalitas bisnis berkelanjutan mereka. “Karena regulator Indonesia tidak akrab dengan bisnis sub-vertikal ini, kita perlu meyakinkan regulator sampai akhirnya mereka memberi kita lampu hijau sambil mengawasi perkembangan selanjutnya,” jelas Indra.

Dengan ratusan pengguna, Portotolio telah membukukan transaksi pada platform ini mencapai US$37.000 (atau 513 juta Rupiah). Portofolio juga mulai berkomunikasi dengan startup di luar negeri di sub vertikal yang sama untuk membangun kerja sama strategis.

Dengan ratusan pengguna, Portotolio telah membukukan transaksi pada platform ini mencapai US$37.000 (atau 513 juta Rupiah). Portofolio juga mulai berkomunikasi dengan startup di luar negeri di sub vertikal yang sama untuk membangun kerja sama strategis.

“Kami akan fokus memperbaiki ekosistem forex di Indonesia. Akhir tahun kami akan hadirkan paling tidak 100 trader terbaik di Indonesia untuk berbagi pengalaman dan kemampuan trading mereka. Kami juga akan menjalin kerja sama penyedia e-wallet sebagai mitra untuk memudahkan pengguna dalam melakukan transaksi,” tutup Indra.

UMG Myanmar “All Out” Bantu Perkembangan Teknologi Pertanian di Indonesia

UMG Idealab yang diinisiasi konglomerat Myanmar asal Indonesia (UMG Myanmar), Kiwi Aliwarga, meluncurkan aplikasi terpadu RiTx yang mengusung tema pertanian.

Kepada DailySocial, Head of Digital Marketing Ritx Indonesia Jefry Pratama mengungkapkan, aplikasi ini diharapkan bisa membantu petani memanfaatkan fitur dan artikel terkait pertanian. Aplikasi RiTx sudah tersedia di Google Play dan telah diunduh lebih dari 1000 orang di bulan pertama peluncuran.

Dengan memanfaatkan smartphone, petani bisa mendapatkan informasi seperti prediksi cuaca, identifikasi hama, artikel seputar pertanian, forum tanya jawab hingga harga komoditas paling anyar.

“RiTx juga memiliki fitur marketplace yang menyediakan platform untuk jual-beli bibit, pestisida hingga mesin dengan harga yang kompetitif,” kata Jefry.

Untuk memperluas kegiatan pemasaran dan kegiatan akuisisi petani, tim pengembang RiTx kerap menggelar kegiatan offline, mengunjungi petani di kawasan Jawa Tengah dan Jogjakarta.

“Target kami di tahun 2018 ini adalah menyebar lima ribu agen untuk mengakuisisi petani. Diharapkan RiTx bisa merangkul sebanyak 250 ribu petani.”

Selanjutnya RiTx berencana untuk meluncurkan aplikasi mobile versi kedua yang nantinya dilengkapi sejumlah fitur tambahan, seperti laporan panen, fitur chat, dan lainnya.

UMG Center of Excellence

Pertengahan bulan April 2018 lalu Kiwi Aliwarga mengumumkan bakal membangun UMG Center of Excellence di Indonesia. Rencananya fasilitas ini akan dibangun di daerah Bangunkerto, Kec. Turi, Sleman. Fasilitas ini diklaim menjadi yang pertama di Indonesia.

Fasilitas ini akan difungsikan sebagai laboratorium berbagai kegiatan penelitian Agro-Biotech, riset alat-alat pertanian, perikanan dan peternakan, serta penelitian berbagai hal terkait teknologi sektor pertanian.

“Kami pun berencana membangun laboratorium pusat untuk melakukan penelitian dan produksi seperti, Agro-Biogtech, IoT dan Agrivision, Drone dan Electric Vehicle,” kata Kiwi.

Selain RiTx, UMG Idealab juga telah meluncurkan FisTx dan LiTx. Melalui UMG Idealab, tercatat sudah 14 startup yang didanai di Indonesia dan lebih dari 20 startup didanai di Asia Tenggara dengan mayoritas tersebar di Myanmar, Thailand, dan Vietnam.

Application Information Will Show Up Here