Lakukan Restrukturisasi Dana Investasi, Aryo Ariotedjo Perkenalkan “Absolute Confidence”

Pengalaman sebagai investor sejak tahun 2013 memberikan inspirasi bagi Aryo Ariotedjo untuk menghadirkan sebuah pilihan pembiayaan baru ke bisnis di Indonesia. Mengusung nama Absolute Confidence, Aryo (sebagai Managing Partner) dan partner ingin memberikan pilihan baru ke bisnis tradisional untuk mengadopsi mindset  startup.

Kepada DailySocial, Aryo menegaskan, Absolute Confidence ingin fokus berinvestasi ke bisnis atau perusahaan yang memiliki pondasi kuat dari sisi cashflow dengan model bisnis yang scalable dan replicable. Ia menegaskan bisnis tersebut tidak harus memiliki latar belakang atau didukung teknologi terkini.

“Di Indonesia memang mimpinya adalah startup yang memiliki teknologi terkini, namun faktanya masih banyak bisnis di Indonesia yang masih tradisional. Dengan dukungan dan pemikiran ala startup, kami melihat [Absolute Confidence] bisa membantu bisnis untuk berkembang,” kata Aryo.

Aryo menyontohkan perkembangan Kopi Kenangan mengadopsi teknologi ke dalam bisnis yang selama ini berjalan secara tradisional. Menyematkan teknologi ke model bisnis yang sudah sangat umum dipercaya bisa meningkatkan value atau nilai dari bisnis tersebut.

Rencana investasi perusahaan

Meskipun saat ini sebagian besar tim, kantor, dan infrastruktur masih memanfaatkan entitas Grupara Ventures, Aryo menyebut dana yang dikelola menggunakan branding Absolute Confidence. Untuk melancarkan investasi ini, Aryo berencana melakukan penggalangan dana dalam waktu dekat.

Secara khusus Aryo menyebutkan proses “peleburan” Grupara ke Absolute Confidence sebagai restrukturisasi, bukan rebranding atau merger.

Beberapa bisnis dan kreator yang sudah didanai Absolute Confidence tahun ini adalah platform produk grosir Dagangan, kreator podcast Podkesmas Asia Network / Podkesmas, dan restoran Wanfan.

“Bisa dibilang kita sedang melakukan restrukrurisasi dengan nama baru yang lebih segar yaitu Absolute Confidence. Ke depannya kita ingin fokus kepada bisnis F&B atau bisnis lain yang profitable,” kata Aryo.

Perjalanan Aryo di bidang teknologi dimulai tahun 2010 silam dia bersama beberapa rekannya memulai bisnis di bidang pembayaran digital. Melalui Grupara Ventures, Aryo telah berinvestasi ke beberapa startup, termasuk  Fabelio, Wellspace, Andalin, Maskoolin, dan Seekmi.

Survei APJII: Penetrasi Internet di Indonesia Capai 73,7 Persen

Survei terbaru Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan jumlah pengguna internet di Tanah Air kembali naik. Selain kehadiran infrastruktur broadband yang makin merata, faktor pandemi yang mengharuskan orang-orang berkegiatan di rumah turut berkontribusi pada meningkatnya penetrasi internet.

Survei APJII untuk 2019 hingga kuartal kedua 2020 menemukan jumlah pengguna internet mencapai 196,7 juta atau 73,7 persen dari total populasi di Indonesia. Angka penetrasi itu naik 8,9% dibanding jumlah pengguna sebelumnya. Kendati begitu, tingkat pertumbuhan 2019 – Q2 2020 ini masih lebih rendah dibanding tingkat pertumbuhan pada 2018 yang mencapai 10,12 persen.

“Jika dibandingkan dengan riset pada 2018, kenaikan dari tahun sebelumnya adalah 10,12 persen atau 27,9 juta jiwa. Artinya tahun ini agak menurun secara absolut,” jelas Sekretaris Jenderal APJII Henri Kasyfi.

Pulau Jawa masih menjadi kontributor terbesar pengguna internet di Indonesia dengan 55,7 persen. Sumatera berada di posisi kedua dengan sumbangan 21,6 persen. Sulawesi (7%), Kalimantan (6,3%), Bali & Nusa Tenggara (5,2%), dan Maluku & Papua (3%) menyusul di belakang.

Internet rumah masih rendah

Salah satu temuan yang jadi sorotan dalam survei APJII kali ini adalah penggunaan ponsel cerdas untuk berinternet yang makin kuat. Survei memperoleh 73,2% responden sudah tidak menggunakan komputer pribadi (PC) untuk berselancar internet.

Sementara itu, mereka yang menggunakan laptop untuk berinternet hanya 15,4% saja. Kedua perangkat tadi kalah jauh dari smartphone yang digunakan oleh 95,4% responden.

Penggunaan smartphone yang dominan itu tentu berpengaruh pada jenis koneksi yang dipakai untuk berinternet. Itu sebabnya paket data dari operator seluler menjadi pilihan utama bagi 97,1% responden untuk terhubung ke internet. Dari survei diketahui hanya 14,5% responden pengguna internet yang berlangganan internet tetap di rumah.

“Sebanyak 97,1% mengakses internet dengan membeli paket data dari operator seluler. Ini tantangan bagi kita semua untuk meningkatkan penetrasi fixed broadband ke depan. Untuk itu, APJII siap bekerja sama dengan para pihak terkait,” ucap Ketua Umum APJII Jamalul Izza.

Survei juga mendalami efek pandemi terhadap gaya hidup berinternet responden. APJII menemukan ada sedikit pergeseran konsumsi konten hiburan internet di masa pandemi ini. Jamal menyebut menonton streaming video (49,3%), game online (16,5%), streaming musik (15,3%) sebagai kegiatan paling banyak dilakukan para responden.

“Sebanyak 61 persen responden sering mengakses YouTube untuk menonton konten film, musik, dan olahraga,” ujar Jamal.

Survei APJII 2019 – Q2 2020 ini digelar pada 2 – 25 Juni 2020. Biasanya survei digelar tiap awal tahun untuk menghitung penetrasi internet di tahun sebelumnya. Namun wabah Covid-19 memaksa APJII mengundur aktivitasnya hingga tengah tahun.

Metode survei menggunakan probability sampling, multistage random sampling, dan varian area random sampling. Adapun jumlah sampel yang mereka gunakan mencapai 7.000 responden di semua provinsi Indonesia dengan margin of error 1,27% dan level of confidence 95%.

“Karena itu wawancara dengan bantuan kuesioner dilakukan di kuartal II, pada 2-25 Juni, sehingga hasil survei ini dapat menggambarkan pengguna intenet di pertengahan 2020,” pungkas Jamal.

Portal Properti 99.co Akuisisi Platform Jual Beli dan Penyedia Data Properti di Singapura

99 Group, induk 99.co Singapura dan Indonesia, serta sejumlah portal properti di Asia Tenggara, mengumumkan akuisisi terhadap platform properti dan penyedia data real estate Singapore Real Estate Exchange (SRX) dengan nominal dirahasikan. Akuisisi ini diklaim menjadikan 99 Group sebagai pemimpin pasar properti di Singapura dalam kurun waktu 18 bulan.

Perjanjian jual beli telah diselesaikan pada 7 November 2020. 99 Group akan mengakuisisi semua saham SRX melalui Streetsine Singapore Pte Ltd. Transaksi diharapkan selesai pada awal kuartal pertama tahun tahun depan. Seluruh karyawan SRX akan bergabung bersama 99 Group, migrasi akan dimulai dalam beberapa pekan mendatang.

Bergabungnya SRX di bawah payung yang sama dengan 99.co dan iproperty.com.sg, kian menambah kekuatan dari segi kumpulan listing, informasi, dan berbagai perangkat untuk mendukung induk dalam memberikan nilai tambah dan layanan kompetitif kepada konsumen dan profesional real estate di Singapura.

Bagi bisnisnya di Indonesia, akuisisi ini juga membawa dampak positif pada masa mendatang untuk para pengembang, agen, hingga pencari properti. Di sini, pasca akuisisi UrbanIndo, 99.co membentuk perusahaan patungan bersama Real Estate Australia (REA). Dua situs properti milik REA, yakni iproperty.com.sg dan Rumah123.com, dikelola 99.co untuk memenangkan pasar Asia Tenggara.

CEO 99 Group Darius Cheung mengatakan kemampuan analisis data SRX sangat cocok untuk platform 99 Group yang saat ini sangat mengedepankan kualitas listing dan konten untuk para pengguna. Ia optimis, teknologi eksklusif dan terbaik di kelasnya, SRX dapat meningkatkan kemampuan 99 Group untuk meluncurkan inovasi yang berbeda.

“Data properti yang andal adalah hal yang sangat penting. Pasalnya, pencarian properti terus bergeser ke ranah online, meskipun kegiatan visit atau open house secara langsung telah kembali diizinkan. Ini menunjukkan suda ada perubahan dalam perilaku konsumen. Industri real estate tentu perlu melakukan digitalisasi yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang terus berkembang,” tuturnya dalam keterangan resmi, Selasa (10/11).

SRX didirikan pada 2009, dengan cepat mereka memproklamirkan dirinya sebagai penyedia data properti komprehensif di Singapura. Salah satunya inovasinya adalah algoritma AI X-Value, yang memberikan prediksi nilai dari sebuah properti secara akurat dan instan. Perangkat ini akrab di telinga agen properti dan konsumen.

Produk mereka lainnya adalah Analyzer dan Home Report juga dianggap sangat diperlukan dalam industri real estate saat ini.

Inovasi teknologi di tengah pandemi

Masih berkaitan dengan perubahan perilaku konsumen selama pandemi, Darius menuturkan pihaknya menjawabnya dengan mengembangkan teknologi yang telah disesuaikan dengan kebiasaan baru. Salah satu di antaranya adalah opsi meninjau properti idaman secara virtual dan menggunakan video.

Di samping itu, perusahaan menyelenggarakan Singapore Property Show pada bulan lalu. Pameran properti ini diselenggarakan secara online dan memiliki layanan yang memungkinkan masyarakat seolah tengah berada di unit contoh dari 18 proyek properti partisipan secara langsung. Dilengkapi pula dengan narasi untuk menambah pengalaman konsumen.

 

Dalam menjawab gencarnya transformasi digital dalam proses jual beli properti. Perusahaan telah mengumumkan pada September lalu mengenai rencana merekrut 100 staf teknologi selama setahun mendatang untuk mengembangkan tim produk dan tekniknya.

Application Information Will Show Up Here

Berkat ColorOS 7.2, OPPO Reno4 F Menghadirkan Keunggulan Personalisasi dan Keamanan

Dengan banderol Rp4.299.000 dan desain yang amat stylish – tidak ketinggalan juga kamera dengan fitur-fitur AI yang sangat menarik – cukup wajar apabila OPPO Reno4 F kemudian menjadi incaran konsumen muda. Namun di luar atribut-atribut umum seperti itu, Reno4 F juga tetap mengunggulkan aspek-aspek sekunder macam personalisasi dan keamanan.

Tentu saja hal ini tidak akan bisa terwujud tanpa bantuan software, dan di sini sistem operasi ColorOS 7.2 pada akhirnya berhasil menjadi tandem yang sangat harmonis bagi Reno4 F. Dari segi personalisasi misalnya, ColorOS 7.2 menawarkan kemudahan untuk mengganti iconicon aplikasi pihak ketiga secara mudah, sehingga dapat pengguna cocokkan dengan tampilan shiny matte milik Reno4 F.

Bukan cuma tampilan visualnya saja yang dapat dipersonalisasi, ColorOS 7.2 bahkan juga mempersilakan pengguna untuk membuat ringtone-nya sendiri jika mau. Proses pembuatannya tentu saja sudah dirancang seintuitif mungkin, dan total ada sepuluh ringtone berbeda yang dapat disimpan. Semua ini sejalan dengan prinsip utama Reno4 F yang memang diciptakan untuk menjadi medium berekspresi.

OPPO Reno4 F

Beralih ke aspek keamanan, ada fitur Private Safe yang sangat berguna untuk menyimpan foto, video, dan berbagai konten lainnya secara aman. Dokumen-dokumen pekerjaan pun juga bisa dimasukkan ke dalam Private Safe, dan yang dapat mengakses folder ini tentu saja hanyalah yang tahu kata sandinya. Lebih lanjut, demi semakin memaksimalkan keamanan informasi, perangkat sama sekali tidak dapat digunakan untuk mengambil screenshot selagi sedang membuka folder Private Safe.

Penguncian pun juga dapat diterapkan per aplikasi pada ColorOS 7.2 berkat fitur bernama App Lock. Cukup pilih aplikasi-aplikasi yang hendak diamankan, maka semua itu hanya bisa diakses setelah mencantumkan password yang tepat. Aplikasi-aplikasi media sosial seperti Instagram atau Twitter tentu merupakan kandidat yang tepat untuk fitur ini, sebab keduanya mungkin adalah yang paling sering menjadi korban keisengan teman ketika sedang nongkrong.

Sekali lagi, fitur-fitur yang mendukung aspek personalisasi dan keamanan mungkin cukup sering dikesampingkan oleh konsumen, akan tetapi hal itu tidak mencegah OPPO menyuguhkannya di Reno4 F. Ke depannya, kedua aspek ini juga akan semakin disempurnakan lagi ketika ColorOS 11 sudah tersedia buat Reno4 F.

OPPO Reno4 F

Ketika semua itu dikawinkan dengan spesifikasi yang mumpuni, maka kita bisa mendapatkan ponsel yang sangat layak dibeli di rentang harga 4 jutaan rupiah. Sekadar mengingatkan, Reno4 F hadir mengusung layar dual punch-hole Super AMOLED dengan ukuran 6,43 inci dan resolusi 2400 x 1080 pixel, lengkap beserta lapisan kaca Gorilla Glass 3+ dan sertifikasi TÜV Rheinland.

Performanya pun tergolong sangat baik untuk kebutuhan sehari-hari berkat penggunaan chipset MediaTek Helio P95, RAM 8 GB, dan kapasitas penyimpanan internal 128 GB yang dapat diperluas dengan bantuan kartu microSD. Di balik rangka Reno4 F yang tebalnya cuma 7,48 mm, bernaung baterai berkapasitas 4.000 mAh yang mendukung fast charging 18 W.

Urusan fotografi dan videografi, Reno4 F mengandalkan kamera utama 48 megapixel f/1.8 dengan sensor berukuran besar (1/2 inci), kamera ultra-wide 8 megapixel f/2.2, dan sepasang kamera monokrom 2 megapixel. Lubang pada layarnya sendiri dihuni oleh kamera 16 megapixel dan depth sensor 2 megapixel.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

LinkAja Umumkan Perolehan Pendanaan Seri B 1,4 Triliun Rupiah yang Dipimpin Grab

Platform uang elektronik LinkAja mengumumkan perolehan pendanaan Seri B dengan nilai sekitar $100 juta (1,4 triliun Rupiah) yang dipimpin oleh Grab. Di putaran juga berpartisipasi investor terdahulu, yaitu Telkomsel, BRI Ventures, dan Mandiri Capital. Tidak disebutkan berapa valuasi LinkAja saat ini. Pendanaan ini adalah yang pertama untuk LinkAja dari perusahaan di luar BUMN.

Pendanaan ini sepenuhnya akan dimanfaatkan untuk mengakselerasi pertumbuhan LinkAja menjadi pemimpin teknologi finansial nasional yang berfokus pada konsumen kelas menengah dan UMKM di Indonesia.

Investasi strategis dari Grab meliputi berbagai sinergi dan potensi kolaborasi yang luas bagi kedua belah pihak. Sinergi dan kolaborasi baik dalam hal akses ekosistem maupun teknologi ini akan mempercepat inklusi keuangan bagi masyarakat Indonesia.

Dalam keterangan resmi, Direktur Utama LinkAja Haryati Lawidjaja menuturkan pihaknya antusias atas bergabungnya Grab sebagai salah satu pemegang saham di perusahaan. Ia yakin kerja sama strategis yang didukung oleh investasi dan kekuatan teknologi Grab ini akan memperkuat layanan LinkAja dalam menghadirkan solusi yang efektif untuk memberikan akses keuangan dan ekonomi bagi masyarakat Indonesia.

“Kami juga sangat berterima kasih atas kepercayaan dan dukungan dari seluruh pemegang saham dan Kementerian BUMN. Investasi tahapan Seri B dari Grab, Telkomsel, BRI Ventures, dan Mandiri Capital ini merupakan wujud kepercayaan atas model bisnis dan pencapaian awal yang telah diraih LinkAja dalam satu sejak berdirinya,” ujarnya, Selasa (10/11).

Managing Director of Grab Indonesia Neneng Goenadi menambahkan perusahaan memilih untuk berinvestasi di LinkAja karena secara bersama kedua perusahaan dapat mengakselerasi tujuan dalam mempercepat inklusi finansial di Indonesia.

“Kolaborasi strategis antara LinkAja dan ekosistem digital kami di dalamnya termasuk OVO dan Tokopedia memungkinkan kami untuk menyediakan beragam layanan cashless bagi semua lapisan masyarakat Indonesia dengan aman, nyaman, dan mudah diakses,” kata Neneng.

Sebelumnya, pada November tahun lalu LinkAja telah tersedia sebagai salah satu opsi pembayaran di aplikasi Grab dan juga kompetitornya Gojek.

Capaian LinkAja sepanjang 2020

Haryati melanjutkan keberhasilan penggalangan investasi di tengah pandemi ini merupakan bukti kepercayaan investor terhadap bisnis LinkAja yang ditopang oleh banyak keunggulan.

Dari sisi pemegang saham dari jajaran BUMN; model bisnis unik hasil kemitraan strategis dengan BUMN, pemerintah lokal, pusat, maupun swasta, yang datang dari multi industri; basis pengetahuan hiperlokal dan jaringan distribusi dengan cakupan luas di kota-kota lapis dua dan tiga, ditambah lebih dari 1 juta titik penerimaan cash in/cash out.

“Produk inovatif dengan merek kuat yang dengan cepat berkembang menjadi platform fintech lokal yang ikonik, dan penyedia kebutuhan sehari-hari dengan metode pembayaran yang dapat diterima di ribuan mrechant, dengan beragam e-commerce, dan berbagai alat transportasi.”

LinkAja diklaim mampu meningkatkan nilai transaksi bruto (GTV) dan jumlah transaksi di kuartal tiga tahun ini sebesar 3 kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Disebutkan LinkAja kini memiliki 58 juta pengguna terdaftar dengan lebih dari 80% di antaranya berasal dari kota lapis dua dan tiga. Pada April kemarin, perusahaan meresmikan layanan syariah dan telah mendapat izin sertifikasi Kesesuaian Syariah dari DSN MUI dan Bank Indonesia. Layanan Syariah ini diklaim memiliki lebih dari satu juta pengguna, sejak enam bulan diluncurkan.

Application Information Will Show Up Here

Cara Beli Reksadana di Tokopedia, Investasi untuk Masa Depan

Minggu lalu, kita sudah belajar cara membuat akun Tokopedia Reksa Dana sebagai tahapan awal yang harus dilakukan sebelum melakukan pembelian. Setelah akun Anda disetujui – biasanya dalam waktu 1 x 24 jam – selanjutnya Anda sudah bisa melakukan investasi ke Reksadana dengan modal hanya Rp 20.000.

Continue reading Cara Beli Reksadana di Tokopedia, Investasi untuk Masa Depan

Tak Perlu Dijual, PS4 Bisa Dipakai untuk Streaming Game PS5 dari Ruangan Lain

Kedatangan PlayStation 5 sudah di depan mata, dan yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, mau diapakan PS4 lama maupun PS4 Pro yang Anda punyai? Menjualnya tentu bisa menjadi salah satu opsi. Namun opsi lain yang mungkin lebih menarik adalah memakainya untuk streaming game PS5.

Ya, Anda tidak salah baca. PS4 lama yang Anda miliki nantinya bisa dipakai untuk memainkan game PS5 via aplikasi PS5 Remote Play, yang akan tersedia secara otomatis di dashboard PS4. Syaratnya tentu saja Anda harus punya console PS5-nya terlebih dulu, lalu kedua perangkat juga harus terhubung ke jaringan Wi-Fi yang sama.

Tentu saja ini merupakan kabar baik bagi konsumen yang, misalnya, mempunyai TV di ruang keluarga sekaligus di kamar tidur. Saya membayangkan mereka bisa menempatkan PS5 di ruang keluarga, lalu PS4 lamanya di kamar. Jadi saat malam sudah tiba, mereka bisa melanjutkan sesi bermainnya di kamar selagi bersantai dengan memanfaatkan aplikasi Remote Play itu tadi.

Sony sendiri telah mengonfirmasi hal ini melalui laman FAQ yang sangat lengkap. Dijelaskan bahwa mereka sudah memperbarui aplikasi Remote Play agar pengguna tak hanya bisa mengakses PS5-nya dari PC atau perangkat mobile (Android atau iOS) saja, melainkan juga lewat PS4 maupun unit PS5 lain.

Aplikasi PS5 Remote Play di dashboard PS4 / VGC
Aplikasi PS5 Remote Play di dashboard PS4 / VGC

Secara teknis ini termasuk streaming, dan itu berarti resolusi maksimumnya terbatas di 1080p, bukan 4K. Khusus buat yang mengakses Remote Play via PC, mereka juga bisa menikmati game PS5 dalam format HDR, tapi tentu saja dengan catatan monitor yang dipakai memang mendukung HDR.

Laman FAQ yang sama itu juga mengonfirmasi bahwa controller DualSense tidak dapat digunakan di PS4. Lucunya, ini berarti kita bisa streaming game PS5 menggunakan PS4 dan controller DualShock 4. Padahal, Sony sendiri menegaskan bahwa controller DualShock 4 di PS5 hanya bisa digunakan untuk bermain game PS4.

Apakah ini berarti Sony secara tidak langsung memaksa konsumen PS5 untuk membeli controller DualSense ekstra mengingat paket penjualannya hanya mencakup satu controller saja? Anda boleh menganggapnya demikian, tapi toh ini bukan berita baru, sebab PS4 sendiri juga tidak bisa dioperasikan dengan controller DualShock 3 milik PS3. Dan lagi, banyak reviewer yang memuji controller DualSense sebagai salah satu keunggulan utama PS5, terlebih jika dibandingkan dengan Xbox Series X.

Terlepas dari itu, setidaknya Anda sekarang bisa mendapat gambaran lebih jelas terkait masa depan PS4. Kalau memang tidak memungkinkan untuk dijual, paling tidak console itu dapat Anda pakai untuk streaming game PS5 dari ruangan lain di rumah.

Sumber: VGC dan The Verge.

Headset Wireless Razer Kaira Pro Diciptakan untuk Xbox Sekaligus Perangkat Mobile

Menjelang kedatangan console next-gen tidak lama lagi, produsen periferal seperti Razer langsung tanggap merilis sejumlah produk baru. Kali ini, mereka memperkenalkan dua headset gaming wireless baru yang didedikasikan buat para konsumen Xbox Series X dan Series S, yaitu Razer Kaira dan Razer Kaira Pro.

Kedua headset ini tentu saja mengandalkan konektivitas Xbox Wireless sehingga dapat disambungkan ke console Xbox secara nirkabel tanpa bantuan dongle, atau ke PC dengan bantuan dongle Xbox Wireless Adapter. Namun khusus untuk Kaira Pro, tersedia pula opsi untuk menghubungkannya ke berbagai perangkat via Bluetooth 5.0.

Juga unik buat Kaira Pro adalah, mikrofonnya dapat dilepas-pasang, dan ketika dilepas, ada mikrofon internal yang mengambil alih secara otomatis sehingga ia dapat berfungsi layaknya headphone Bluetooth pada umumnya.

Belakangan ini memang semakin banyak headset gaming yang turut menawarkan konektivitas Bluetooth. Idenya adalah, konsumen hanya memerlukan satu headset saja untuk menemani sesi gaming sekaligus rutinitasnya yang lain (kecuali mungkin saat berolahraga), dan Kaira Pro sejatinya merupakan jawaban Razer terhadap tren tersebut.

Dalam sekali pengisian, baterai milik Kaira Pro diyakini mampu bertahan hingga 15 jam, atau sampai 20 jam kalau pencahayaan RGB-nya dimatikan. Kaira di sisi lain tidak punya lampu warna-warni sama sekali.

Di luar konektivitas, mikrofon dan pencahayaan RGB, Kaira dan Kaira Pro ibarat pinang dibelah dua. Keduanya sama-sama mengemas rangka berbahan stainless steel dan dilengkapi sederet tombol pengoperasian di earcup sebelah kiri sekaligus kanannya. Masing-masing earcup-nya yang dapat berputar juga dibekali bantalan memory foam yang dilapisi kain breathable demi mencegah telinga kepanasan meski perangkat dipakai cukup lama.

Terkait kualitas suaranya, Kaira dan Kaira Pro mengunggulkan driver TriForce Titanium berdiameter 50 mm yang sama persis seperti milik Razer BlackShark V2. Satu hal yang mungkin agak disayangkan adalah absennya active noise cancellation (ANC), termasuk pada Kaira Pro, meskipun ia sebenarnya cukup ideal untuk konteks mobile.

Di Amerika Serikat, Razer Kaira dan Kaira Pro saat ini sudah dipasarkan masing-masing dengan harga $100 dan $150.

Sumber: Razer.

What is a Clutch Moment in Esports?

For you who like to consume gaming content may have heard or seen the term “Clutch Moment”. Roughly interpreted, a clutch moment is an extraordinary event that can unexpectedly occur in a game. In the FPS game, for example, the 1vs5 moment was won by the one player. Or if in a MOBA game, stealing a large objective monster like Lord, Roshan/Aegis, or Baron alone, can be called a clutch moment.

How could that happen? Some say the clutch moment is just luck. That opinion may not be wrong, but that does not mean it is completely correct. Even though the term clutch moment is often circulating in the gaming community, this phenomenon and the term actually started from a sports competition. Because the clutch concept has been around for a long time, so many researchers are trying to explain why an athlete can sometimes move or react more than a normal human being, in a pinched state.

Let’s discuss more deeply about the clutch moment, starting from the meaning of the word, how this phenomenon occurs in sports and esports, to the debate in determining the clutch moment.

 

What Is Clutch Moment

In terms of language, the Merriam-Webster dictionary defines the word “clutch” in several ways. The most important meaning is to hold something in hand, or by pinching it firmly, tightly, or suddenly. But that’s not what we’re looking for. The Merriam-Webster Dictionary also defines a clutch as successfully doing something in a crucial situation.

In esports, one of the most familiar moments for Indonesian esports audiences is probably the bright moments in Dota 2. Do you remember the origin of the words “patience from Zhou”? This moment is quite old because it happened in Dota 2 The International 2012, during Navi’s match against IG.

Apakah lemparan 3-poin yang masuk di akhir quarter 4 selalu bisa dikatakan sebagai Clutch? Sumber: Twitter NBA
Source: Twitter @NBAcom

At minute 17, IG tried to do a smoke gank towards Dendi and his friends who were hanging out on Lower Lane. Zhou, an IG player, managed to capture five Navi players. They were made motionless, all the heroes of the Navi team could not move, fell asleep because they were hit by the Song of the Siren. Normally, this fight should be won by IG, right? They just need to prepare their position and use all their skills to destroy the Hero from the Navi team.

Unfortunately, it wasn’t the case. In a state of turmoil, Faith was too hasty to let Ravage go. Dendi and LightofHeaven take the situation. Dendi and Rubick fled using Force Staff, LightofHeaven and Enigma used BKB and took out a Black Hole to catch 3 IG players. Dendi, who is released from the chaos, steals Ravage and uses it to destroy the IG team hero. As a result, Navi survived, while IG wasn’t.

Was this phenomenon called clutch moment? Or just luck? One thing for sure, do not equate The International stage with your experience when playing MMR. In this situation, the pressure came from various sides, whether it was the fear of defeat, the nervousness of competing on a grand stage, the noise of the audience, and various other factors, affecting the player’s mind.

Although, when you think about it logically, what Dendi and LightofHeaven did was actually easy. Just pressed BKB quickly, then hit Dark Hole. Dendi was also facing out when the turmoil occurred. So, he just hastily presses Force Staff, uses Spell Steal on Tidehunter, then Ravage.

But under such stressful circumstances, logic seems invalid, making easy tasks unthinkable. Do not believe it? Just look at the IG team. As professional players, they should be responsive to the smallest information. But in fact, IG might forget that there are BKB, Force Staff, and their positions are too tight which makes it an easy target for the Dark Hole.

Turning to the fighting game scene, one of the most iconic clutch moments of all time is Evo Moment #37, which is also called the Daigo Parry moment. That moment occurred in the Semi-Final round of the Street Fighter III: 3rd Strike tournament at EVO 2004. The match brought together Daigo Umehara and Justin Wong, two players who are often considered rivals by the community because they have different points of view in understanding Street Fighter.

At the moment of a decisive victory, Daigo was in a desperate need. The amount of Ken’s HP that he played was only a pixel. While on the other hand Justin Wong still has a lot of HP and a full Gauge Meter. Out of wits, Chun Li from Justin then issued “Super Art” to finish off Ken. Shouldn’t Ken from Daigo lose? Daigo’s HP is one pixel left, even if he deflects, Chun-Li’s attack damage still goes through, and Daigo loses.

But no, Daigo who was still 23 years old acted beyond normal humans. Daigo blocked the attack with Parry, which keeps the enemy’s attack damage unable to enter.

Doing one-time Parry in Street Fighter is difficult because Parry is not just holding back like Blocking. But, in a very desperate state, Daigo performed Parry FIFTEEN TIMES on Justin Wong’s movements perfectly, nullify all of Justin Wong’s Super Art damage.

Not only that, after Parry, Daigo counterattacked with a perfect combination of moves. Justin Wong’s Chun-Li was finally defeated. Thanks to this moment, Daigo Umehara qualified for the Final EVO 2004 for Street Fighter III: 3rd Strike.

From a sports point of view, since I don’t really follow football, the only clutch play I remember most came from American football. This moment occurred during the 2014 season. A rookie player named Odell Beckham Jr. (OBJ) from the New York Giants managed to surprise the audience thanks to his one-handed catch. Even though his condition is being closely guarded, even his shirt is pulled, which is a form of violation for defenders in American football.

Sumber: Al Bello - Getty Images
Source: Al Bello – Getty Images

So, is it a clutch moment? It’s a little outrageous if you still have doubts about the one-handed catch moment. Why? First, catching a football ball standing still is difficult enough, especially if the throw is hard.

Second, catching the ball while running unattended is also difficult. Now, you just have to imagine, how difficult it is to catch the ball with two hands, in such tight guard as that moment. But interestingly, in a state of stress, OBJ acted beyond normal human reasoning, reached for the ball with one hand, caught it, and scored a Touchdown. Unfortunately, the New York Giants lost at the end of the match.

 

How the Clutch Moment in Esports Can Happen

Before we argue from external factors (whether it’s the opponent’s carelessness due to witchcraft or a breakup), we must see how a clutch moment can occur based on the athlete’s internal factors.

For this matter, I also discussed with Yohannes Paraloan Siagian, who was a Principal of SMA 1 PSKD, and also had the position of Vice President of EVOS Esports.

Prior to this article, I also had a conversation with “Mas Joey” when discussing the struggles of athletes from the perspective of esports psychology. When discussing the clutch play, Joey said that there are indeed many factors to determine whether a moment is a clutch or not. However, most of these other factors come from external, which we will discuss in the last subsection.

But one thing is for sure, there are at least three internal factors of an athlete/player that make this possible. The three factors are, confidence and mental toughness, the player’s skills, and the player’s experience.

Experience and skills, arguably come from cognitive abilities (reading situations, reasoning, logic, and processing information) and motor skills (moving the muscles of the hands, feet, fingers, or the body as a whole) of a player. Meanwhile, the mental toughness factor comes from a player’s psychological ability.

“Even though a clutch moment can be debated from the external side, the main component of the clutch in my opinion is confidence and knowledge of self. First of all, he was confident that he could win in a stressful situation. Second, that self-confidence comes from knowing his level of ability, and awareness of what he can do in the situation. So, in the clutch concept, oftentimes, who can show clutch performance is someone who feels that he is in control at some point in the match”, Joey explains about the clutch concept.

In terms of skills, one theory that could explain the clutch phenomenon might be the concept of Muscle Memory. I already explained this concept when discussing aiming tips in FPS games, the point is that the longer and more often you do repetitions of an activity, the more flexible your motor or body movements will be for these activities.

There is an interesting phenomenon that was explained by a neuroscientist from the Oxford University named Ainslie Johnstone in an article published in Medium.

She tells about the phenomenon of a patient named H.M, who suffered from amnesia and lost the ability to learn and create new memories. Interestingly, H.M still had the ability and was adept at drawing, even though he had these conditions. However, because of his condition, H.M could not remember that he had ever practised drawing and could not even remember what equipment he needed to draw. But when he was asked to draw with the drawing tool already in hand, he could draw almost unconsciously and automatically.

From Joey’s explanation and the Muscle Memory phenomenon, it becomes increasingly clear how the clutch moment can occur. When talking about skills and experience, Joey also emphasized that these two things were created through continuous repetition or repetition of one activity.

This is the reason why training for an athlete or esports player is in the form of repetition. An esports player can play for 8 hours a day, only to repeat the same things. Dota 2 players may have spent hundreds, thousands, maybe hundreds of thousands of hours just playing on the same map and facing various kinds of hero combinations. Likewise, with CS: GO players, who have probably faced the same long hallway hundreds of thousands of times in De_Dust2 and also with Street Fighter players like Daigo Umehara, who has issued a Hadouken command hundreds of thousands of times.

This repetition makes the clutch moment sometimes could not be explained by the player himself. My colleagues, fellow esports journalists, are probably the ones who understand the conditions of esports players best. Usually, when we ask questions about what is on a player’s mind during the clutch moment, sometimes esports players can only answer with one word… Reflex.

If we base on the Muscle Memory concept, that is not the wrong answer. After hundreds, thousands, even millions of repetitions, the clutch moment that we think is complicated, can be done almost automatically by the player, even it feels like a reflex.

Coming back to Sports, this also explains why OBJ, the rookie player of the New York Giants, could catch with one hand in a pinch.

He told that he had deliberately included the catch of one hand in the exercise and the warm-up he did. In fact, the one-handed catch was debated by the coaches of the American Football team, because it was considered too showy and useless. So, OBJ can do one-handed clutch catch because he is practising. If OBJ never once practised catching the ball with one hand, surely that Catch of the Year moment will never happen.

Okay, that was about muscle memory, skills, and experiences that a player or athlete has. The second factor comes from psychological factors, namely the mental toughness of the player. Mental matters are indeed important in competition, including esports. Ellavie Ichlasa Amalia, Hybrid Senior Writer, briefly discussed the mental burden of an esports athlete, and various ways to overcome it. Citing a statement from Mia Stellberg, Astralis team and OG psychologist, the article explains how stress can negatively impact the performance of esports players.

Interestingly, on the other hand, stress can actually have a positive impact on player performance. Linking stress, mental endurance, and the clutch phenomenon, there is one old theory to explain this. The theory is called the Yerkes-Dodson Law which was coined by two psychologists, Robert Yerkes and John Dillingham Dodson, through a study they conducted in 1908.

In this theory, they tested how the impact of pressure on rats’ ability to create a habit. They observed 40 mice who were instructed to choose between black or white boxes. The mouse that chooses the black box will be electrocuted, while the one that chooses the white box will be fine. The experimental mouse will be considered successful through the test if it succeeds in selecting the white box in 10 consecutive tests for 3 days.

From these experiments, it was found that if the stun black-box level is increased to a certain level, more mice will become more adept at choosing the white box. However, if the stunning level is too high or too low, the number of mice that select the white box will be less and less.

This research is often to be a basis for the explanation that a person’s work performance can improve if he is under a certain level of mental stress. So, using this theoretical basis, it is more or less explained why in a state of pressure, an athlete or esports player sometimes appears more brilliant.

In the esports scene, the best figure to be an example of this theory might be Andreas Hojsleth, a CS: GO Astralis team player who is better known by the nickname Xyp9x. This player may not be the type of star player like Coldzera, but in recent years he has become known as the Clutch Minister by the community. This nickname was given because of the Xyp9x’s consistently improved performance when the situation was under pressure.

Andres Bulme, one of the famous Shoutcasters in the CS: GO scene, gave his comment on Xyp9x. “We sometimes call him a robot. This is because he seems to always be able to provide solutions in stressful situations when there is very little time left, but many options are available that can be done.”, said Andres.

The Xyp9x phenomenon explains more or less how the Yerkes-Dodson Law works. It explains that it turns out that there are some esports players who actually shine when they are under pressure.

I also discussed with Joey regarding this Yerkes-Dodson Law.

Joey then explained, “it is true that the YD (Yerkes-Dodson) concept explains that the higher the pressure, the higher one’s performance. But you could say that is normal because the law of YD applies to everyone. Honestly, the majority of people just perform or work when there is pressure. Chased by a deadline for example, or like you who are being billed for an article by Mas Yabes,” he said jokingly.

“But when it comes to train athletes, I believe that YD has a point, but there’s an addition. The more we develop the athlete’s ability to cope with (mental) stress, the more external pressure he will receive. The more resilient he is, mentally, the more he can perform above optimally when under pressure; so he will be able to clutch more often.” Explained Joey, who has 20 years of experience as a sports training practitioner with a background in psychology, as well as experience in fostering and training youth athletes to become Indonesia’s representative at the national team level.

 

The Debate about Clutch Moments

As I had touched before, that clutch moment is often debated, especially by sports analysts. Rob Goldberg, sports journalist from BleacherReport, which is one of the top media’s sports in the United States, makes a bold statement that the clutch is actually a short-term memory product of the human brain among fans and analysts.

Why is that? Rob Goldberg does question the clutch from a sports analyst’s point of view and is trying to dig deeper into how one moment can impact the team’s overall outcome.

“For example, we talk about 1vs5 moments in the Valorant game. If it happens in round 1 when the score is still 0-0, is that a clutch? If it happens at 12-12, is it a clutch? If the score of the team with the one-person left is 0, then the enemy team with 5 remaining scores 8, is that a clutch? Lots of situations, conditions, and the timing too,” Joey explains from his point of view what a clutch moment is from a wider perspective.

Sumber: Riot Games
Valorant. Source: Riot Games

There may be a point. If we talk about FPS games, players who left alone will have a very difficult time facing a 1vs5 situation with the enemy coming from opposite angles simultaneously. Players who left alone with AR weapons can also win 1vs5 easily if the enemy is eco, and only has a gun. Players with Global Elite Rank can also win 1vs5 situations easily if the opponent is only Rank Silver.

But that doesn’t mean we have to forget the internal factors of the players themselves. The audience might feel that a 1vs5 FPS clutch game moment happened because of luck because players who face their enemies by himself one by one from an angle that they can win.

However, it could also because of that player really understands the map being played. With years of experience and repetition of a map, he knows, in a moment, which angle allows him to be superior to one enemy.

Not to mention about mental endurance and aiming abilities. If the players are not mentally strong, the player’s hand may already be shaking or weak, making the shot unstable. The commitment to target practice that he has been doing for years, so aiming at the enemy’s head area becomes as easy as whistling or riding a bicycle.

I myself think that indeed we can see the clutch moment from two points of view.

Hoki bisa jadi sebenarnya datang dari level kemampuan, serta pengalaman sang atlet esports menghadapi suatu skenario pertandingan. Sumber: Liquidpedia CS:GO. Sumber: Liquidpedia CS:GO
Source: Liquidpedia CS:GO

From a micro perspective, we are narrowing the clutch moment at one game at a time, and at that moment alone. Regardless of how that moment impacts the team, from a micro perspective, I still feel that the bright moments of an esports athlete can still be called a clutch. Why? Because these moments show the quality of the internal factors of an athlete. This brilliant moment is a testament to the esports athlete’s training, repetition, and mental resilience to pressure, so that he can appear extraordinary when under pressure.

The second point of view is from a macro point of view. From this point of view, we now question the clutch moment from external aspects. As discussed by Joey, if it turns out that you can win 1vs5 but your team loses, that moment may not be called a clutch because it doesn’t have an impact on the team as a whole.

In the end, the luck factor actually also has a role in a match. But after the luck factor, the internal factor of the esports player will still be the key to opening the clutch moment gate. However, the clutch moment will not occur if the player is not ready.

During the discussion, Joey closed the conversation with a quote from actor Samuel Goldwyn who said “The harder I work, the luckier I get.”

Feat Image via: Redbull

Jumlah Pengguna Naik, Flip Fokus Perbanyak Mitra Perbankan

Flip mengumumkan Bank DBS sebagai mitra transfer bank terbaru untuk mengakomodasi lebih banyak penggunanya yang ingin transfer gratis antar bank. Selain DBS, sejauh ada 15 bank lainnya yang telah lebih dahulu bekerja sama dengan Flip.

Dalam keterangan resmi, Co-Founder & CEO Flip Rafi Putra Arriyan menuturkan terjadi peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap ketersediaan teknologi untuk memfasilitas mereka dalam melakukan transaksi keuangan secara online. Di Flip, layanan transfer gratis antar banknya mengalami kenaikan pengguna hampir 100% atau dua kali lipat selama pandemi, dibandingkan sebelum terjadi pandemi.

“Sebelumnya lebih banyak didominasi penggunaan ATM. Selain itu, pandemi juga membuat banyak orang memperketat pengeluaran mereka, sehingga layanan transfer antar bank gratis yang ditawarkan Flip bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi pengeluaran,” tuturnya, pekan lalu (5/11).

Dalam menjawab peningkatan permintaan ini, Flip menggaet Bank DBS sebagai mitra bank yang terbaru buat melayani nasabah individu dan bisnis di Flip. Dengan memanfaatkan API bernama DBS RAPID, memungkinkan Flip dapat menjalankan proses transfer antar bank dengan lancar dan tanpa hambatan.

DBS RAPID mengintegrasikan pemrosesan secara real time terkait pembayaran, dan mempermudah transaksi bisnis di ekosistem DBS. Pemenuhan transaksi real time tidak hanya meningkatkan efisiensi untuk nasabah korporasi Bank DBS dan penghematan biaya, tapi juga memberikan pengalaman dan menempatkan nasabah korporasinya sebagai pemimpin pasar di industrinya.

“Kami selalu berupaya untuk membantu nasabah korporasi kami dalam melakukan bisnisnya, salah satunya Flip. DBS RAPID memungkinkan koneksi langsung antara sistem Flip dengan DBS, sehingga Flip dapat memberikan instruksi untuk transaksi langsung dari sistem tanpa harus login ke portal internet banking,” tambah Head of Sales Global Transaction Services Bank DBS Indonesia Husin Hartono.

Secara global, rekam jejak DBS RAPID sudah digunakan untuk lebih dari 200 contoh kasus. Transfer dana lebih lancar dan cepat adalah salah satunya, lebih dari 6 ribu integrasi dengan berbagai mitra untuk pengumpulan pembayaran instan.

Secara terpisah, kepada DailySocial, Marketing & Communication Manager Flip Asriana Septari tidak merinci bagaimana bentuk kerja sama antara kedua perusahaan, termasuk dengan mitra bank lainnya yang sudah terkoneksi, mengingat Flip tidak membebankan biaya administrasi untuk nasabah individu dengan nominal transfer di bawah Rp5 juta dalam sehari.

Ia hanya menyebutkan, perusahaan senantiasa memprioritaskan kenyamanan pengguna dan menjalin kerja sama strategis dengan berbagai pihak yang dapat membantu proses transaksi di Flip menjadi lebih baik. “Flip merupakan salah satu perusahaan yang mengkoneksikan sistemnya dengan sistem API Bank DBS Indonesia.”

Setelah Bank DBS, penambahan mitra bank yang lain akan terus dilakukan melihat kebutuhan para pengguna Flip. Untuk rencana lainnya seperti pertimbangan mengajukan lisensi uang elektronik juga DailySocial tanyakan.

Astari hanya menerangkan perusahaan senantiasa berusaha mengembangkan layanan dan proses transaksi yang seamless karena itu menjadi prioritasnya. “Saat ini kami selalu menjajaki berbagai kemungkinan yang ada untuk dapat mencapai hal tersebut,” pungkasnya.

Flip menggunakan kode unik yang harus dimasukkan pengguna saat transfer ke rekening tujuan. Setelah transfer berhasil, kode tersebut masuk ke saldo e-wallet Flip pengguna yang dapat digunakan untuk berbelanja produk digital, seperti isi paket data, beli pulsa, token listrik, atau ditarik lagi ke rekening.

Sejauh ini, saldo e-wallet dapat diisi ulang tapi penggunaannya terbatas untuk kegiatan di atas saja.

Application Information Will Show Up Here