Spacemob Buka Co-Working Space di Jakarta Juli Mendatang

Tujuh bulan lalu, startup co-working space Spacemob yang berbasis di Singapura mengumumkan perolehan pendanaan senilai 74 miliar Rupiah, salah satunya dari Alpha JWC yang berbasis di Indonesia. Bulan Juli mendatang, Spacemob rencananya akan membuka co-working space pertamanya di Jakarta yang bakal berlokasi di Gama Tower, Kuningan.

Spacemob didirikan oleh Turochas ‘T’ Fuad, seseorang berkebangsaan Indonesia yang telah lama menetap dan berbisnis di Singapura. Dalam wawancara terdahulu, Fuad kepada DailySocial mengatakan:

Spacemob didirikan berdasarkan pemahaman tentang kemitraan pengelola hotel dan pemilik properti saat mengelola Travelmob. Saya melihat peluang untuk membawa model seperti ini ke industri co-working. Spacemob lahir dengan premis bahwa ruang adalah “hal terpenting kedua”. Yang utama adalah dukungan dan ekosistem yang disediakan untuk anggota.

Sebagai sebuah co-working space, Spacemob bisa dikatakan unik karena memiliki tim teknis lengkap, dari full stack developer, front end engineer, designer, hingga product manager. Disebutkan tim ini membangun sistem pembayaran untuk pemesanan makanan dan ruangan melalui QR code, membangun sistem administrasi ruang (misalnya untuk mengunci ruangan) secara nirkabel, dan memiliki sistem keanggotaan yang memberikan berbagai benefit.

Spacemob berlokasi di dua tempat di Singapura dan cabangnya di Jakarta menjadi lokasi ketiga.

Jakarta adalah pusat pertumbuhan

Melanjutkan diskusi ini, kami berbincang dengan Head of Marketing Spacemob Daren Goh tentang kenapa memilih Indonesia, khususnya Jakarta, sebagai ekspansi berikutnya.

Menurut Daren, Jakarta adalah tujuan alami bagi banyak perusahaan untuk berekspansi karena memiliki audience terbesar di Asia Tenggara. Ada begitu banyak startup di sini dan Daren tidak heran jika dalam 2 tahun ke depan bakal muncul 10 startup unicorn di sini.

“Itu sebabnya kami ingin menempatkan diri di tengah-tengah pertumbuhan ini dan berpartisipasi di tempat yang bakal menjadi tempat paling menarik berbisnis dekade ini.”

Daren percaya industri co-working bukanlah kategori “winner-takes-all”. Dibutuhkan usaha semua pihak untuk tumbuh bersama. Dengan semakin banyaknya startup menemukan keuntungan co-working space, Daren yakin akan semakin banyak startup yang pindah dari ruang kantor tradisional ke co-working space untuk memenuhi kebutuhan mereka.

“Kami hanya satu dari berbagai opsi yang tersedia dan kami fokus untuk memberikan nilai-nilai [lebih] bagi anggota yang memilih kami.”

Strategi mencapai keuntungan

Kami sempat berbincang dengan beberapa pengelola co-working space soal kesulitan mereka mencari keuntungan dan bagaimana tujuan yang dicapai dengan pembentukan co-working space ini.

Soal ini, Daren mengatakan pihaknya sudah menemukan win-win formula yang tidak hanya bertujuan menjalankan bisnis yang sehat, tetapi juga membantu anggotanya mengurangi biaya sambil memberikan fleksibilitas jika mereka perlu menambah atau mengurangi kebutuhannya.

Selain startup, Daren menyebutkan Spacemob juga bisa digunakan klien korporasi yang membutuhkan kantor privat dan jumlah meja dalam jumlah besar.

“Tujuan kami adalah membantu perusahaan-perusahaan ini pindah ke ruangan baru dalam hitungan minggu atau hari, tidak perlu berinvestasi dalam jumlah besar dan waktu yang lama untuk mengisi kantor. Kami tidak berada di sini sekedar untuk menjual ruangan, kami di sini untuk membangun komunitas inklusif startup, freelancer, dan perusahaan berukuran menengah dan besar,” pungkas Daren.

Ubah Model Bisnis, Alfacart Kembali Jadi Unit Digital Alfamart (UPDATED)

Setelah Indosat Ooredoo menutup Cipika dan XL Axiata mempertimbangkan keikutsertaannya di Elevenia, satu layanan e-commerce lagi harus merestrukturisasi model bisnis dan kembali fokus ke layanan intinya. Alfacart, layanan e-commerce Alfamart, tidak lagi mengembangkan layanan marketplace dan fokus di bisnis grocery online (barang sehari-hari) dan toko virtual Alfamind.

Menurut informasi yang kami peroleh, sekitar 50% karyawan Alfacart bakal di-layoff.

Sekitar 3 bulan lalu, CEO Alfacart Catherine Hindra Sutjahyo mengatakan pihaknya sedang menyiapkan Alfacart 2.0 yang akan menggandeng warung, toko tradisional dan ritel offline lainnya sebagai jaringan O2O (online-to-offline).

Sebelumnya COO dan CMO Alfacart Haryo Suryo Putro sempat menyebutkan pihaknya masih kesulitan mengintegrasikan Alfacart dengan berbagai gerai Alfamart di seluruh Indonesia, karena kebanyakan gerai berbentuk franchise yang dimiliki perseorangan.

Alfacart adalah hasil transformasi Alfaonline yang resmi beroperasi mulai bulan Mei 2016. Premis awal Alfacart adalah menjadi marketplace terlengkap dengan jaringan luas di seluruh Indonesia yang memanfaatkan gerai Alfamart yang berjumlah lebih dari 10 ribu buah.

Bisa dipastikan masa depan Alfacart kini tidak sesuai dengan harapan awal.

Update (23/6): Haryo dan Catherine dalam pertanyaan resminya mengungkapkan:

“Adanya perbedaan visi ini mendasari keputusan para eksekutif pimpinan untuk mengundurkan diri dari sisi operasional bisnis perusahaan.”

Disebutkan tidak ada layoff terhadap jajaran manajemen Alfacart. Mereka tidak lagi terlibat untuk kegiatan operasional, tapi akan terus membantu beberapa proyek strategis grup Alfamart, meskipun tidak dijelaskan dalam kapasitas apa.

 

Application Information Will Show Up Here

Deals@DS Minggu Ini (16 – 22 Juni 2017)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS terus diperbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

Penjelasan Bukalapak tentang Mitra BukaEmas

Bukalapak memastikan bahwa produk BukaEmas yang baru saja diluncurkan memang belum bekerja sama dengan Antam yang membuat (dan memberi sertifikat keaslian) emas batangan. Meskipun demikian, pihak Bukalapak tidak berkomentar lebih jauh apakah ke depannya ada kemungkinan bermitra dengan Antam untuk produk investasi ini.

Sebelumnya, seperti dikutip dari Kompas, Presiden Direktur Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan pihaknya “menemukan” penjualan emas Antam di Bukalapak. Ia mengatakan emas yang dijual di situ memang memiliki cap Antam dan memiliki sertifikat Antam. Meskipun demikian, Arie menyebutkan kerja sama di BukaEmas tidak dilakukan dengan Antam.

“Tapi kerja samanya bukan dengan Antam. Kami sudah komplain ke pihak-pihak terkait, terkait hal ini,” ungkap Arie.

Arie sendiri menyebutkan Antam sedang menjajaki potensi menjual emas secara online.

Bukalapak menggandeng IndoGold

Kepada DailySocial, CEO Bukalapak Achmad Zaky menjelaskan BukaEmas dibuka atas kemitraan dengan PT Sinar Rezeki Handal, pengelola IndoGold. Zaky mengakui adanya kesalahpahaman seolah-olah BukaEmas menggandeng Antam secara langsung.

Sistem yang diterapkan di BukaEmas memang serupa dengan apa yang sudah diaplikasikan IndoGold. Konsumen bisa “menabung” dan mencicil emas dengan harga murah, mulai dari 3000-an Rupiah, tidak perlu harus membeli utuh dengan kelipatan 1 gram. Setelah mencapai 0,5 gram, konsumen bisa mengajukan pengiriman produk secara fisik.

Layanan BukaEmas adalah layanan investasi kedua yang dikembangkan Bukalapak setelah BukaReksa. Tiga bulan sejak diluncurkan, BukaReksa yang mempermudah kepemilikan Reksadana Pasar Uang, sudah berhasil memiliki 30 ribu nasabah. Keduanya menggunakan BukaDompet sebagai basis dompet elektronik dan sementara ini hanya bisa diakses melalui desktop

Application Information Will Show Up Here

Mario Gaw Jadi CEO Dimo yang Baru

PT Dimo Pay Indonesia (Dimo) mengumumkan penunjukkan Mario Gaw sebagai CEO menggantikan Brata Rafly yang telah mengundurkan diri. Dalam pernyataan yang kami terima, Mario akan bertanggung jawab membawa Dimo ke level selanjutnya, meningkatkan landasan yang dimiliki Dimo, dan momentum yang telah dibangun kepemimpinan sebelumnya. Saat ini disebutkan Dimo memiliki lebih dari 4000 merchant dan 15 mitra penerbit pembayaran.

Mario bukanlah muka baru bagi Dimo. Mario bergabung dengan ekosistem startup fintech yang dibangun SMDV sejak Agustus 2015 dan aktif membantu pengembangan Uangku, platform e-money yang dibangun bersama Smartfren.

Dimo yang mengandalkan solusi Pay by QR sudah menjalinkan kerja sama dengan sejumlah penerbit pembayaran besar, seperti BRI, BNI, dan Indosat Ooredoo. Meskipun demikian, cara pembayaran baru ini memerlukan waktu agar lebih dikenal dan lebih umum digunakan konsumen untuk bertransaksi, baik secara online maupun offline.

Kita tunggu kiprah Mario menahkodai kapal Dimo mengarungi tren fintech di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Kofera Umumkan Perolehan Pendanaan Pra-Seri A

Platform otomasi pemasaran berbasis AI Kofera mengumumkan perolehan pendanaan Pra-Seri A dengan nilai yang tak disebutkan dari sejumlah investor yang dipimpin MDI Ventures. Juga terlibat dalam pendanaan ini IndoSterling Capital, Discovery Nusantara Capital, dan Gunung Sewu. Disebutkan dana yang diperoleh akan digunakan untuk pengembangan produk, riset, dan ekspansi pasar.

Kofera diklaim sebagai satu-satunya startup Indonesia yang menyediakan layanan SaaS otomasi marketing berbasis Artificial Intelligence (AI) dan machine learning. Tujuan otomasi pemasaran digital yang disediakan Kofera untuk membantu perusahaan mengeluarkan biaya pemasaran yang efisien dan menjalankan kampanye pemasaran yang efektif.

“Saat ini lebih dari 5,000 akun dengan berbagai jenis bisnis model telah terdaftar di platform Kofera. Pendanaan Pra-Seri A ini akan membantu kami untuk product development, riset dan ekspansi pasar untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata CEO Kofera Technology Bachtiar Rifai.

MDI Ventures memberikan dukungannya untuk Kofera sebagai salah satu startup yang memiliki solusi dan eksekusi terbaik. CEO MDI Ventures Nicko Widjaja kepada DailySocial menyebutkan:

“Kofera adalah salah satu alumni Indigo terbaik yang kami miliki tahun lalu. Kami telah mendapatkan banyak pujian dari anak perusahaan [Telkom Group] untuk kolaborasi bersama tim Kofera. Partisipasi kami adalah bentuk dukungan berkelanjutan untuk membangun ekosistem startup yang lebih sehat di Indonesia: membangun fundamental yang kuat (traksi penerimaan, keuntungan, dan lain-lain), membangun metode valuasi yang tepat, dan membangun konsep scaling melalui kolaborasi yang sinergis dengan Telkom Group.”

Masalah kampanye pemasaran digital

Keterbatasan talenta untuk mengelola pemasaran digital saat kebutuhannya sedang meningkat membuat lonjakan biaya untuk merekrut atau membentuk tim in-house. Kofera mengklaim solusinya menutup celah ini menggunakan platform otomasi yang membantu perusahaan mengoptimalkan penggunaan budget dengan algoritma yang cerdas.

“Dengan adanya Kofera, maka pelaku bisnis yang awam sekalipun dapat beriklan secara online dengan mudah karena sudah dibantu oleh otomasi Kofera. Pembuatan campaign, monitoring dan optimisasi sudah terintegrasi dengan teknologi machine learning sehingga pelau usaha kecil dan menengah cukup memberikan data produk dan goal bisnis untuk beriklan secara online,” papar Bachtiar dalam wawancara terdahulu.

Nicko sendiri mengundang investor strategis lain untuk berpartisipasi dalam pendanaan lanjutan perusahaan-perusahaan di bawah naungan Indigo, seperti saat pendanaan ke Kofera kali ini.

“Kami terus mengundang investor strategis untuk berpartisipasi [berinvestasi] di perusahaan [asuhan] Indigo. Mereka sejauh ini adalah sumber terbaik untuk mendapatkan perusahaan tahap awal di Indonesia. Jika Anda adalah [pendiri] startup yang baru memulai, saya menyarankan Anda untuk bergabung dengan program [Indigo] jika ingin membangun traksi yang riil. Tidak lagi sekedar vanity metrics [misalnya jumlah pengguna terdaftar, jumlah penggunduh], tetapi benar-benar menjalankan bisnis,” tutup Nicko.

Layanan Tutor Online Hong Kong SnapAsk Optimis Masuki Pasar Indonesia

Seminggu yang lalu, Kejora Ventures mengumumkan penambahan portofolio dengan berpartisipasi di pendanaan Pra-Seri A senilai total lebih dari 65 miliar Rupiah untuk startup teknologi pendidikan Hong Kong SnapAsk. DailySocial berkesempatan bertemu langsung dengan pendiri dan CEO SnapAsk Timothy Yu dan berdiskusi tentang bagaimana rencananya berekspansi di pasar Indonesia.

Kepada DailySocial, Managing Partner Kejora Ventures Eri Reksoprodjo menjelaskan bahwa pihaknya memiliki “niat mulia” dengan berinvestasi di ranah pendidikan dengan harapan bisa membantu pemerintah meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan ke seluruh pelosok negeri. Khusus soal investasinya, SnapAsk dianggap sebagai startup yang tepat untuk menjawab soal isu scalability.

SnapAsk sudah tersedia di Hong Kong, Taiwan, Singapura, dan dengan ambisius ingin berada di 30 negara yang terletak di 5 benua pada tahun 2020.

SnapAsk sendiri adalah layanan tutor online, dalam bentuk aplikasi mobile berbasis messaging, yang membantu siswa menyelesaikan permasalahan soal-soal pendidikan yang dihadapinya. Seperti layaknya berkomunikasi menggunakan platform messaging, pengguna dapat menggunakan SnapAsk untuk memilih tutor dan meminta mereka membantu memecahkan soal-soal sekolah yang dihadapi. Berdasarkan data yang mereka miliki, diklaim bahwa setiap pertanyaan bakal mendapatkan respon jawaban dalam waktu 8 detik.

Timothy yakin terhadap platform-nya karena biasanya di kelas siswa Asia cenderung malu untuk bertanya. Mereka bakal lebih nyaman untuk bertanya soal hal yang tidak dimengerti karena pengalaman one-on-one yang diberikan, layaknya chatting dan berdiskusi dengan teman.

Strategi ekspansi ke Indonesia

Meskipun belum mengenal pasar Indonesia, SnapAsk yakin produknya diterima siswa Indonesia. Kejora Ventures, sebagai bagian dari investasinya, membantu SnapAsk mengembangkan layanan dan tim lokal di sini.

Setelah memulainya dengan bertemu stakeholder penting, SnapAsk akan fokus merekrut tutor terverifikasi sebanyak-banyaknya. Diharapkan dalam 2-3 bulan ke depan SnapAsk bisa digunakan di sini.

Indonesia jelas merupakan pasar penting karena populasinya yang besar. Menurut data Kemendikbud, data siswa SMA (yang menjadi sasaran utama SnapAsk) adalah lebih dari 4 juta siswa. Secara berangsur-angsur mereka akan meningkatkan layanan dengan menjangkau siswa SMP.

Di Indonesia target SnapAsk adalah mendapatkan pengguna sebanyak-banyaknya. Mereka memiliki konsep langganan freemium, dengan disebutkan pelanggan berbayar saat ini mencapai 4% dari total pengguna di musim tertentu (terutama saat ujian).

SnapAsk bersama dengan sejumlah startup teknologi pendidikan lokal diharapkan bisa membantu meningkatkan taraf pendidikan nasional yang relatif masih tertinggal dibanding negara tetangga. Menurut data PISA tahun 2015, Indonesia berada di ranking 62 dari 72 negara yang disurvei. Sebagai perbandingan, di metrik yang sama Singapura berada di posisi puncak.

Tak sekedar platform tutor

SnapAsk memahami platform-nya bisa dimanfaatkan tidak hanya sekedar sebagai platform tanya jawab bersama tutor. Data yang dikumpulkan bisa menjadi evaluasi bagi guru, sekolah, dan di skala besar Kementerian Pendidikan untuk memahami permasalahan riil yang dihadapi siswa.

Deals@DS Minggu Ini (9 – 15 Juni 2017)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS terus diperbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

MDI Ventures Terlibat Pendanaan Seri B Senilai 108 Miliar Rupiah untuk Startup Komunikasi Berbasis Cloud Singapura Wavecell

Qualgro dan MDI Ventures memimpin pendanaan Seri B untuk startup komunikasi berbasis cloud Singapura Wavecell senilai $8,15 juta atau lebih dari 108 miliar Rupiah. Wavecell saat ini sedang memperkuat kehadirannya di sejumlah negara, termasuk Indonesia, dan telah menggaet Traveloka dan Tokopedia sebagai kliennya. MDI Ventures adalah corporate venture capital milik Telkom Group.

Perolehan pendanaan kali ini lebih besar dibanding yang diharapkan, terutama karena Wavecell telah secara signifikan meningkatkan basis konsumen korporasinya sebanyak lebih dari 300%.

Didirikan tahun 2010, secara umum solusi messaging Wavecell terdiri dari SMS OTP (untuk verifikasi dan otentikasi) dan notifikasi untuk berbagai kampanye. Wavecell juga menawarkan solusi interaksi live video. Layanan di segmen ini disebut sebagai CPaaS (Communication Platform as a Service). Selain di Jakarta, Wavecell secara global telah membangun 6 kantor lainnya.

Co-Founder dan CEO Wavecell Olivier Gerhardt dalam rilisnya mengatakan, “Kami siap untuk terus meningkatkan aktivitas penjualan dan pemasaran dan mengembangkan tim engineer kami. Mengakui bahwa Indonesia adalah salah satu pasar kunci kami, Wavcell juga akan berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan di bawah naungan Telkom Group untuk membangun sinergi dan kolaborasi.”

CEO dan Direktur Investasi MDI Ventures Nicko Widjaja mengatakan, “Kami sangat senang menyambut Wavecell sebagai bagian portofolio MID Ventures. Mereka memiliki posisi unik sebagai layanan API komunikasi berbasis cloud pertama di Asia Pasifik, memimpin di kawasan di depan Twilio dan Nexmo. Wavecell telah meredefinisi telekomunikasi dengan menambah lapisan digital ke komunikasi, meskipun tidak secara keseluruhan menggantikan rantai nilai (value chain) yang sudah ada. Layanannya mentransformasi [bisnis] telekomunikasi, tanpa menggantikan produk dan servis yang sudah ada.”

“Kami juga dengan bangga mengumumkan bahwa Wavecell telah bekerja sama dengan Telkomsel dan memberikan nilai sinergi yang baik untuk Telkom Group,” lanjutnya.

Bukalapak Resmikan Layanan Investasi Baru BukaEmas

Layanan marketplace Bukalapak meresmikan kehadiran layanan investasi baru BukaEmas. Dengan dana minimal 3000-an Rupiah, konsumen bisa “mencicil” kepingan emas yang bisa mulai ditarik setelah nilainya setara 0,5 gram (sekitar 300 ribuan Rupiah dengan harga 1 gram emas kini hampir 600 ribu Rupiah). Bukalapak menjamin kepingan emasnya berasal dari Antam, sebagai bagian kerja sama kedua belah pihak, dan terakreditasi LBMA (London Bullion Market Association).

Layanan BukaEmas adalah layanan investasi kedua yang dikembangkan Bukalapak setelah BukaReksa. Tiga bulan sejak diluncurkan, BukaReksa yang mempermudah kepemilikan Reksadana Pasar Uang, sudah berhasil memiliki 30 ribu nasabah. Keduanya menggunakan BukaDompet sebagai basis dompet elektronik dan sementara ini hanya bisa diakses melalui desktop.

Co-Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky dalam rilisnya mengatakan, “Kami melihat bahwa masyarakat Indonesia banyak yang ingin memiliki logam mulia, namun kepingan yang dijual umumnya harganya cukup tinggi. Dengan adanya BukaEmas ini, masyarakat dari berbagai kalangan bisa membeli emas dengan harga yang terjangkau.”

Sebagai layanan derivatif, platform BukaEmas mempermudah urusan jual beli produk emas. Secara sistem, konsumen tidak harus menyimpan sendiri produk fisik emas miliknya karena disimpan di “virtual box” Antam. Semua transaksi, baik saat membeli atau menjual, bisa dilakukan secara digital.

Jika konsumen ingin menyimpan emasnya secara fisik, BukaEmas memberikan fasilitas pengantaran barang ke alamat pembeli. Jaminan asuransi penuh diberikan jika ada kesalahan dari pihak logistik dalam proses pengiriman.

Diversifikasi layanan untuk pemberdayaan agen

Sebelumnya dalam acara temu media sekaligus buka puasa, Zaky menyampaikan beberapa hal terkait perkembangan bisnis Bukalapak. Secara umum kini pendapatan yang diperoleh Bukalapak mencapai 20 miliar Rupiah dari berbagai lini bisnis. Ia juga mengklaim fitur top up pulsa yang disediakan pihaknya adalah salah satu yang terbesar untuk Telkomsel.

Terhadap diversifikasi layanan yang kini menjadi bermacam-macam, Zaky menegaskan pihaknya tidak ingin berkompetisi dengan layanan digital lain. Ia menyebutkan strategi ini sebagai pemberdayaan 100 ribu agen Bukalapak yang tersebar di pelosok Nusantara.

Melalui agen, konsumen yang tidak punya akses langsung ke konektivitas internet bisa membeli berbagai barang, tiket kereta, dan berinvestasi. Strategi ini mirip dengan yang dilakukan Kudo, yang baru saja diakuisisi Grab, dan hal ini dirasa efektif untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas.

Emas adalah alat investasi tradisional yang sudah lama dikenal masyarakat. Kehadiran BukaEmas bakal menambah kemudahan berinvestasi, bahkan dengan nominal sangat kecil sekalipun.

Application Information Will Show Up Here