ACV dan Bain: Tahun 2023 Volume Pendanaan Awal Masih Baik, Tahap Lanjut Alami Penurunan

Iklim pendanaan Venture Capital (VC) Indonesia mengalami naik-turun dalam beberapa tahun terakhir akibat ketidakpastian ekonomi makro global. Dalam laporan “Indonesia Venture Capital Report 2023” oleh AC Ventures dan Bain & Company, ketidakpastian ini dipicu kehati-hatian investor.

Situasi tersebut berdampak terhadap penurunan jumlah kesepakatan investasi pada paruh kedua 2022 sebanyak 344 menjadi 110 kesepakatan di paruh pertama 2023. Adapun, total pendanaan VC tercatat tumbuh flat (YoY) sebesar $3,6 miliar pada 2023. Jika dibandingkan, tren investasi di global (termasuk AS, Tiongkok, dan India) justru turun 20%-40%.

Indonesia Venture Capital Report 2023 / Sumber: Crunchbase

Pada investasi dengan ticket size di atas $50 juta, volumenya turun pada paruh kedua 2022 hingga 2023 (year-to-date), 72% putaran pendanaannya justru ditutup pada paruh pertama 2022 untuk menghindari situasi ekonomi makro yang dapat berdampak terhadap capital deployment.

Sebaliknya, pendanaan dengan ticket size tak sampai $10 juta (tahap awal) menunjukkan pertumbuhan sehat sejak tahun 2021, menunjukkan ketangguhan startup tahap awal. Terlihat pada, jumlah transaksi kurang dari $10 juta mendominasi pendanaan pada 2023 (year-to-date)–meski turun drastis dari 165 di 2022.

Pendanaan seri B tercatat menurun, baik jumlah transaksi maupun ticket size. Lalu, pendanaan seri C dan D+ menunjukkan tren kenaikan pada jumlah transaksi dan nilai. Beberapa notable funding dengan nilai signifikan pada 2022 mengalir ke sektor fintech, yaitu Xendit ($300 juta) dan DANA ($250 juta).

Sumber:

Terlepas dengan dinamika ini, Indonesia disebut tetap menjadi target kunci bagi VC. Sejumlah startup generasi awal yang telah berkembang signifikan menjadi bukti komitmen dan optimisme investor hingga saat ini.

“Riset kami dengan AC Ventures menyoroti optimisme dan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi jangka panjang. Tantangan makro dan situasi sulitnya pendanaan akan membentuk ekosistem yang lebih solid dan tahan lama. Pertumbuhan di masa depan dapat terwujud lewat peluang di sektor baru yang tengah berkembang, juga didukung investor yang semakin matang dan siap dengan modalnya,” ujar Partner Bain & Company Tom Kidd.

Tiga fase perkembangan VC

Dalam temuannya, laporan mengungkap lanskap investasi VC di Indonesia telah berkembang dalam tiga fase. Pertama, fase sebelum tahun 2020, investor banyak menyuntik pendanaan ke bisnis yang memiliki network effect, alias fenomena layanan menjadi berguna saat banyak orang yang memakainya. Sektor kunci bisnis ini antara lain e-commerce, fintech, hingga logistik.

Fase kedua (2020-2022) ditandai lewat tren pergeseran prioritas investasi sebagai dampak dari pandemi Covid-19. Pada periode ini, investor membidik sektor yang dapat dampak positif dari pembatasan mobilitas. Sejumlah sektor yang populer digunakan selama masa pandemi, misalnya e-commerce dan fintech (khususnya paylater, pinjaman, dan investasi), serta teknologi web3.

Sementara, fase selanjutnya (2023-seterusnya) kembali bergeser ke sektor ESG dan teknologi yang berkaitan dengan lingkungan/iklim. Contohnya, kendaraan listrik (EV) dan baterai. Sektor lain, seperti healthtech tetap memiliki posisi kuat di tengah iklim investasi yang sulit. Demikian pula, sektor D2C yang memanfaatkan media sosial dan ecommerce untuk memaksimalkan bisnisnya.

Berikut sorotan beberapa sektor kunci:

  • Total pendanaan ke consumer tech merosot ke $81 juta pada paruh pertama 2023, dibandingkan pendanaan pada paruh pertama 2022 yang sebesar $580 juta. Namun, sentimen investor tetap positif sejalan dengan meningkatnya segmen kelas menengah dan populasi pekerja di Indonesia.
  • Total pendanaan ke jasa keuangan anjlok dari $1 miliar pada paruh pertama 2022 menjadi $25 juta pada paruh pertama 2023. Adapun, pendanaan ke sektor ini sebagian besar mengalir ke insurtech, banking untuk rural, dan hipotek.
Indonesia Venture Capital Report 2023 / Sumber: Crunchbase, S&P Capital IQ, Preqin, AVCJ, literature search
  • Sebaliknya, pendanaan ke kendaraan listrik dan energi naik signifikan dari $3 juta pada paruh pertama 2022 menjadi $18 juta pada paruh pertama 2023. Peningkatan ini ikut didorong oleh dukungan kebijakan pemerintah terkait subsidi untuk pelanggan ritel dan opsi pembiayaan yang lebih terjangkau.
  • Agritech juga mendapat kucuran dana yang cukup signifikan pada 2023 di mana ikut terdorong dari perolehan investasi eFishery sebesar $200 juta. Adapun, sektor budidaya perairan mengalami pertumbuhan 1,2 kali lipat di 2022 hingga paruh pertama 2023.

Dalam laporan tersebut, Managing Director Northstar Group Carlson Lau menjelaskan bahwa sektor consumer di Indonesia siap menghadapi fase pertumbuhan signifikan selanjutnya. Potensi pertumbuhan ini ikut didorong oleh kenaikan pendapatan dan ketertarikan konsumen untuk menjajal produk baru. Infrastruktur logistik dan sistem pembayaran online yang semakin matang menjadi katalis kemunculan merek-merek baru dalam negeri.

Ia juga menyoroti bagaimana kisah sukses eFishery dapat menjadi bukti bagaimana pemanfaatan teknologi ke dalam model kerja tradisional dapat membantu bisnis berkembang secara signifikan. Kesuksesan eFishery dapat menjadi pedoman bagi startup sejenis di Indonesia.

“Terakhir, sektor UMKM masih sangat luas dan belum banyak dimasuki. Para founder tengah membangun solusi yang inovatif untuk membantu UMKM mencapai efisiensi operasional. Kami melihat ada peluang digitalisasi rantai pasokan, pemanfaatan agen berbasis AI ke dalam alur kerja internal dan eksternal, serta AI untuk memfasilitasi pengambilan keputusan dan perencanaan bisnis yang lebih baik.”

Luncurkan Roadmap P2P Lending, OJK Soroti Pencabutan Moratorium hingga Mekanisme Penagihan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru meluncurkan roadmap pengembangan fintech P2P Lending untuk periode 2023-2028 sekaligus menerbitkan Surat Edaran (SEOJK) No.19 Tahun 2023 tentang pelaksanaannya. Peta jalan ini akan menjadi panduan bagi seluruh pemangku kepentingan di sektor P2P Lending.

“Pertumbuhan outstanding pembiayaan dan tingkat kesehatan serta kontribusinya kepada peminjam, termasuk UMKM, akan semakin besar. Roadmap ini akan menjadi masa depan penentu apakah industri benar-benar kuat dan merespons dengan tepat terhadap kepercayaan, tanggung jawab, dan ekspektasi yang begitu besar dari masyarakat dan pemerintah,” ujar Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam keterangan resminya.

Roadmap Pengembangan dan Penguatan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis
Teknologi Informasi (LPBBTI/fintech P2P Lending) memuat sejumlah program strategis, termasuk pencabutan moratorium P2P di sektor produktif dan penataan mekanisme penagihan pinjaman.

OJK membentuk satuan tugas atau task force yang akan melaksanakan dan mengevaluasi roadmap, target, dan program kerja dalam lima tahun ke depan. Satuan tugas ini akan beranggotakan OJK, asosiasi, dan P2P Lending. Berikut rangkumannya:

Modal, penagihan, hingga moratorium

OJK menetapkan program strategis yang akan dijalankan dalam lima tahun mendatang dalam tiga fase implementasi, antara lain:

  1. Penguatan permodalan, tata kelola, manajemen risiko, dan SDM melalui pemenuhan ketentuan ekuitas minimum, pengembangan dan penguatan credit scoring, serta program sertifikasi SDM.
  2. Penguatan pengaturan, pengawasan, dan perizinan lewat penyusunan tindak lanjut UU Pengembangan dan Penguatan Sistem Perbankan (PPSK), relaksasi batas maksimum pembiayaan untuk mendukung sektor produktif, pengaturan manfaat ekonomi (suku bunga), dan pembukaan moratorium P2P Lending, khusus sektor produktif dan UMKM.
  3. Penguatan perlindungan konsumen melalui penataan mekanisme penagihan (debt collection), penertiban iklan menyesatkan, dan pemberantasan dan penegakan sanksi pidana terhadap P2P Lending ilegal.
  4. Pengembangan elemen ekosistem melalui penataan dan penguatan peran asosiasi, penguatan dukungan asuransi/penjaminan kredit, dan perluasan jalur distribusi penyaluran pembiayaan ke sektor produktif dan UMKM.
  5. Pengembangan infrastruktur data dan sistem informasi melalui pengembangan Pusdafil dan SLIK.

Suku bunga dan denda keterlambatan

Peluncuran roadmap P2P Lending ini diikuti dengan diterbitkannya Surat Edaran OJK Nomor 19/SEOJK.05/2023 pada 8 November 2023 yang menjadi tindak lanjut POJK Nomor 10/POJK.05/2022 tentang Layanan Pendanaan Berbasis Teknologi Informasi.

Salah satu aturan yang dimuat dalam Surat Edaran ini adalah terkait penetapan batas maksimum manfaat ekonomi (suku bunga) dan denda keterlambatan berdasarkan jenis pendanaan sektor produktif dan sektor konsumtif.

Diolah kembali oleh DailySocial.id / Sumber: OJK

Disebutkan juga, penetapan manfaat ekonomi dan denda keterlambatan tidak boleh melebihi 100% dari nilai pinjaman yang tercantum dalam perjanjian. Maka itu, penyelenggara P2P diminta untuk memerhatikan kemampuan bayar peminjam. Salah satunya memastikan peminjam tidak menerima pendanaan lebih dari tiga penyelenggara P2P Lending.

Langkah moratorium

Moratorium pendaftaran P2P telah berlangsung sejak Februari 2020. Langkah ini diambil oleh OJK karena pesatnya perkembangan fintech di Indonesia tak diikuti dengan pemenuhan persyaratan fintech, terutama maraknya P2P ilegal.

OJK mencatat kerugian masyarakat akibat investasi dan P2P ilegal mencapai Rp120,7 triliun di sepanjang 2022. Selain itu, industri P2P juga dihadapkan pada tantangan kredit macet sejak tahun lalu. Sebanyak 25 P2P tercatat memiliki kredit macet (TWP 90) melampaui 5% per Januari 2023.

Maka itu, moratorium ini diharapkan dapat memberikan waktu bagi OJK untuk menyempurnakan peraturan dan pengawasannya terhadap industri P2P. Di samping itu, pelaku P2P juga dapat meningkatkan kualitas dan layanan, terutama perihal manajemen risiko dan perlindungan konsumen.

Per September 2023, OJK melaporkan outstanding pembiayaan yang disalurkan oleh P2P Lending naik 14,28% (YoY) dengan total Rp55,7 triliun dan Tingkat Wanprestasi (TWP 90) sekitar 2,82%. Dari total penyaluran pinjaman, segmen UMKM mengambil porsi sebesar 36,57%. Terdapat 102 pemain P2P yang telah terdaftar dan berizin di OJK.

Perlahan Tapi Pasti, Startup B2B Digitalisasi Sektor Manufaktur

Digitalisasi industri manufaktur di Indonesia dikatakan belum secepat sektor lain, misalnya keuangan, ritel, atau transportasi. Lambatnya adopsi ini dipicu oleh faktor rantai proses yang kompleks, mulai dari produksi hingga distribusi.

Survei McKinsey pada 2020 menemukan bahwa baru 21% perusahaan di Indonesia yang mengadopsi industri 4.0, lebih rendah dari negara-negara lain yang disurvei, yakni Amerika Serikat (53%), Singapura (50%), dan Jepang (40%).

Karena proses yang berlapis itu, digitalisasi manufaktur dinilai menjadi lebih sulit dan memakan biaya besar. Belum lagi kekhawatiran akan risiko kegagalan. Pelaku industri pun ragu mengalokasikan anggarannya untuk digitalisasi. Faktor lainnya adalah kurangnya talenta digital di sektor ini.

Rendahnya rasio digitalisasi tersebut dimanfaatkan oleh sejumlah perusahaan rintisan untuk terlibat dalam transformasi manufaktur di Indonesia. Adalah Bababos, Imajin, dan Wifkain yang berupaya mensimplifikasi sebagian proses bisnis melalui platform tanpa menghilangkan aspek fisik dalam mempertemukan mitra manufaktur dengan pelaku bisnis.

Dengan traksi yang telah mereka peroleh, ketiga founder ini membagikan catatan penting terkait dinamikanya membangun platform rantai pasok manufaktur. Sebagai informasi, Bababos dan Imajin adalah platform penyedia rantai pasok material, seperti metal dan plastik, sedangkan Wifkain untuk bahan baku tekstil.

Memahami karateristik pelanggan

Baik Bababos, Imajin, dan Wifkain mengembangkan platform yang mempertemukan mitra manufaktur di Industri Kecil Menengah (IKM) dengan pemilik bisnis atau brand. Profil penggunanya berasal dari perusahaan skala menengah ke atas hingga korporasi.

Berangkat dari situ, mereka perlu memahami penggunanya karena kebutuhan segmen B2B dinilai lebih kompleks, dan terkadang membutuhkan komunikasi yang lebih intens dan personal sebelum memutuskan pembelian. Tak seperti pelanggan individu atau ritel.

Dengan karateristik ini, upaya digitalisasinya juga tidak bisa diimplementasikan 100% online. “Profil customer B2B kami adalah enterprise. Sulit untuk mengakuisisi customer kalau pure online. [Upaya] retensinya juga tidak sepenuhnya online,” tutur Co-Founder dan CEO Wifkain Sara Sofyan.

B2B memiliki kebutuhan kompleks / Sumber: Shutterstock

Dari sudut pandang Co-Founder dan CEO Bababos Fajar Adiwidodo, karateristik kebutuhan kebutuhan B2C disebut dapat cepat berubah–bisa jadi didorong karena faktor seasonal dan promosi harga. Namun, proses eksekusi di pasar B2C lebih simple dibandingkan B2B.

“Sementara, kebutuhan B2B akan selalu tetap sama; harga terjangkau, kualitas produk, dan pengiriman tepat waktu. Yang kami lakukan bukan mentransformasi apa yang mereka mau, tetapi mengirimkan apa yang dibutuhkan–yang mana sangat kompleks. Kami memiliki kemampuan untuk melakukan [delivery] tepat waktu. Setiap peningkatan yang kami lakukan, langsung ada direct impact.”

Mendigitalisasi proses, mempertahankan aspek fisik

Co-Founder dan CEO Imajin Chendy Jaya mengungkap ada banyak sekali rantai proses di manufaktur yang masih dilakukan secara manual. Misalnya, pengecekan mesin atau progres produksi. Ini membuat arus informasi menjadi terpecah-pecah, tidak melalui satu pintu yang sama dan berpotensi miskomunikasi.

Proses ini yang ingin disimplifikasi oleh pelaku startup dengan menghadirkan Dashboard di platformnya, memungkinkan mitra pabrikan atau pemilik bisnis memantau progres pekerjaan, mulai dari waktu pengerjaan hingga pengiriman. Contohnya, Dashboard Imajin di mana vendor dan pelanggan dapat memantau apabila ada perubahan ukuran produk.

Startup manufaktur tetap memiliki QC dan QA sendiri / Sumber: iStock

Sementara, Bababos menyoroti digitalisasi pada ‘dapur’ platformnya. Tak cuma mempertemukan vendor dan pemilik brand, pihaknya kini tengah mengembangkan engine yang memungkinkan pengguna untuk mendapatkan rekomendasi harga. Ada pula pengembangan fitur underwriting hingga collection pada credit engine. Menurut Fajar, fitur-fitur ini tidak akan ‘terlihat’, tetapi akan lebih terasa pada experience pengguna.

Meski sebagian proses manufaktur telah didigitasi, Chendy mengungkap aspek fisik tetap diperlukan bagi rantai pasok. Salah satunya adalah quality control (QC) dan quality assurance (QA), prosedur yang tak pernah luput dalam pengembangan sebuah produk.

“Model marketplace biasanya transaksi langsung. Bagi kami, ini akan sulit untuk kasih quality assurance karena customer terkadang khawatir dengan pesanannya. Makanya, kami ikut terlibat di tengah untuk mencarikan [mitra manufaktur], makanya kami tambahkan quality assurance. Jadi sebelum kirim ke customer, kirim ke Imajin dulu agar sesuai standar,” ujarnya.

Hal yang sama juga diterapkan Wifkain dalam menyuplai bahan baku tekstil. Sara menyebut memiliki QC sesuai standar global. Bahkan, ungkapnya, ada beberapa bahan baku yang harus melewati tingkat pengecekan lebih ketat untuk mencapai level tolerasi (rectification level). Klaimnya, Wifkain memiliki rectification level 0,5% dari rata-rata level global sebesar 3%. “Kami mendeteksi sedini mungkin agar barang yang dikirim memenuhi level toleransi tertentu.”

Seputar kendala

Sara mengungkap, pandemi telah memicu perubahan tren industri di mana pemilik merek fesyen kini mulai beralih ke manufaktur terdekat/domestik, termasuk Indonesia. Dengan memproduksi ke pabrikan terdekat, pelaku bisnis memiliki kejelasan dari sisi logistik.

Meski begitu, logistik tetap menjadi kendala yang kerap dihadapi pada rantai pasok, terutama bagi industri fesyen yang harus cepat mengejar tren. Isu yang ditemui biasanya terkait administrasi dan dokumentasi yang mengakibatkan pengiriman sample terlambat. Wifkain tengah menyiapkan fitur digital pattern sehingga pengguna dapat membuat pola sendiri dan mengurangi penggunaan bahan baku.

“Tantangan selanjutnya adalah akses pembiayaan syariah. Industri ini sangat padat modal, dan kami sudah bekerja sama dengan bank dan fintech agar brand bisa dorong produksi. Nah, Indonesia dan Malaysia adalah pasar terbesar kami, di mana permintaan produk modest wear (hijab) tinggi. Mereka strict untuk ambil pinjaman konvensional, sedangkan pembiayaan syariah di sini belum banyak. Ini membuat produksi mereka belum optimal,” jelasnya.

Sumber: Pexels

Sementara, Bababos enggan merinci soal tantangan pengembangan bisnisnya. Pihaknya menilai digitalisasi tak hanya sebatas soal simplifikasi saja, melainkan bagian dari sebuah proses. Meski sudah didigitalisasi, pihaknya berupaya menghadirkan proses semirip mungkin dengan biasa mereka lakukan.

“Pada setiap perubahan, kami ingin menghasilkan gain sebesar mungkin dan pain sekecil mungkin. Kami memastikan punya produk dan solusi yang tepat, serta strategi memiliki pasar, sumber daya, dan channel yang tepat. Kami ingin konsisten berikan harga, kualitas, pengiriman, dan transparansi.”

Wifkain Paparkan Tren Pasar Tekstil, Ekspansi, dan Digitalisasi Manufaktur

Sejak awal tahun ini, Wifkain mulai menggencarkan transformasinya menjadi platform Manufacturing-as-a-Service (MaaS). Sebelumnya, startup ini berawal sebagai marketplace untuk bahan baku tekstil yang berdiri sejak 2020.

Saat berbincang dengan DailySocial.id, Co-Founder dan CEO Wifkain Sara Sofyan mengatakan ada banyak proses manufaktur yang dapat diberdayakan melalui platform MaaS. Dalam menjalankan platform ini, Wifkain menggandeng sejumlah pabrikan di berbagai segmen, kapasitas produksi, dan lokasi di Indonesia.

Selain itu, secara bisnis, platform MaaS juga dinilai dapat menghasilkan gross margin lebih tinggi, yakni 7-8 kali lebih tinggi dibandingkan hanya menyuplai bahan baku saja. “Karena MaaS punya margin bagus, path to profitability kami cukup jelas. Kalau hanya suplai raw material, yang mana masuk komoditas, pricing tidak terlalu bagus. Margin menjadi tidak sehat,” tutur Sara.

Sara menyebut transaksi dari layanan MaaS belum berkontribusi signifikan saat ini. Namun, pihaknya tengah mendorong MaaS sejalan dengan upayanya mendorong realisasi keuntungan pada tahun depan.

Wifkain sempat mendapat pendanaan awal dipimpin oleh Insignia Ventures Partners dengan nominal yang tidak disebutkan pada 2022.

Adapun, sebesar 90% pendapatannya disumbang dari pasar domestik. Namun, sejak beberapa bulan terakhir, Wifkain telah melebarkan permintaan pasar ke Uni Emirat Arab (UEA) dan Malaysia yang telah berkontribusi terhadap total pendapatan sebesar 10%. “Ke depannya, kami ingin dorong ekspor, termasuk ke Australia dan Taiwan.”

Perubahan perilaku pasar

Lebih lanjut, Sara mengungkap industri rantai pasok tekstil pasca-pandemi mengalami perubahan selama tiga tahun terakhir. Ia melihat pelaku bisnis atau pemilik merek fesyen yang biasanya impor bahan dari Tiongkok, kini mulai beralih ke manufaktur terdekat/domestik.

Wifkain disebut baru mengantongi traksi nyata pada 2021 meski sudah berdiri secara legal sejak 2020. Hal ini dikarenakan Wifkain sempat kesulitan mengakuisisi pengguna akibat pembatasan sosial selama pandemi.

Baginya, perubahan tren ini berdampak terhadap pertumbuhan organik Wifkain karena pemilik bisnis mulai mengalihkan manufakturnya ke Indonesia dan Vietnam. “Manufaktur Tiongkok menguasai 50% dari pangsa manufaktur global. Pandemi membuat ketidakjelasan di sisi logistik sehingga manufaktur terdekat (nearshoring) menjadi opsi yang jelas dan fleksibel bagi mereka,” ujarnya.

Kemudian, mitra manufaktur dan pelaku bisnis yang terbiasa dengan cara konvensional sebelum pandemi, kini disebut sudah mulai mengadopsi proses kerja secara digital. Menurut Sara, ada banyak proses manufaktur yang dapat ditekan hingga 80% dengan memberdayakan teknologi.

Wifkain melayani pemilik bisnis fesyen skala menengah dengan klaim omset Rp2 miliar ke atas termasuk korporasi skala menengah ke atas yang memiliki kebutuhan pengadaan pada merchandise.

Peningkatan fitur

Dalam upayanya memenuhi kebutuhan rantai pasok tekstil, Sara mengaku tengah meningkatkan kemampuan platformnya lewat pengembangan sejumlah fitur baru pada dashboard mitra manufaktur maupun customer.

Fitur ini dapat memungkinkan mitra manufaktur untuk menginput target dan output produksi secara harian. Dengan demikian, Wifkain dapat memantau mitra yang kinerjanya agar dapat menjaga kecepatan produksi dan pengiriman barang tepat waktu.

Selain itu, Wifkain juga berupaya menekan penggunaan bahan baku dengan memberdayakan beberapa proses dengan teknologi. Salah satunya adalah pembuatan pola berbasis digital (digital pattern). Fitur ini diharapkan juga dapat menekan biaya dan menghemat waktu.

“Proses di manufaktur itu panjang sekali, kami enable pada bagian tertentu. Pola yang biasanya dibuat konvensional kini melalui digital di mana bisa plotting penempatannya. Ini dapat mengurangi penggunaan raw material hingga 20%,” ujarnya.

Untuk menjaga kualitas barang, Wifkain menetapkan standar quality checking (QC) sesuai SOP di internasional. Sara juga menyebut ada beberapa produk yang melalui pengecekan kualitas lebih ketat agar dapat mencapai batas tolerasi (rectification level) di level tertentu. Klaimnya, Wifkain memiliki rectification level sebesar 0,5% dari rata-rata tingkat global 3% per September 2023.

Startup Wellness Perempuan Yoona Mendapatkan Pendanaan Awal

Startup wellness Yoona menutup pendanaan awal yang dipimpin oleh CyberAgent Capital. Sejumlah investor lain yang berpartisipasi antara lain Amanda Cole dan Metha Trisnawati dari Sayurbox, Ardi Setiadharma dari Prasetia Dwidharma, MD Capital, konsorsium sejumlah founder, dan Altira.

Dana putaran awal ini akan dimanfaatkan untuk mendorong Yoona ke posisi yang lebih berpengaruh di industri kesehatan perempuan Indonesia. Pihaknya akan memberdayakan perempuan dengan pengetahuan dan dukungan komprehensif dari para investor untuk membentuk lanskap kesehatan perempuan di area ini.

Yoona didirikan oleh Susanna Angraini, Dina Hermawati, Adrianto Hermawi, dan Benny Sutandio dengan komitmen kuat untuk menetapkan standar baru terhadap kesejahteraan perempuan.

Sejalan dengan pertumbuhan Yoona di sektor D2C, perusahaan mengambil langkah signifikan untuk memperluas jaringan distribusi melalui kemitraan dengan peritel besar. Jaringan distribusi ini dipadukan dengan peluncuran produk barunya untuk mendorong pertumbuhan bisnis Yoona di masa depan.

“Keberhasilan Yoona dalam menutup putaran awal ini menjadi bukti dedikasi kami untuk merevolusi bidang kesehatan perempuan dan memberdayakan perempuan di seluruh Indonesia untuk merangkul kesehatan dan kesejahteraan mereka,” ujar Co-Founder & CEO Susanna Angraini dalam siaran resminya.

Produk debut Yoona adalah pembalut organik yang diklaim terbuat dari material ramah lingkungan dan teknologi untuk menghilangkan bakteri dan jamur. Produk Yoona telah dipasarkan di berbagai online marketplace dan jaringan outlet fisik Sociolla.

Selain Yoona, ada pula startup D2C lokal Filmore yang mengembangkan produk kewanitaan berupa menstrual cup. Produk ini tidak populer di kalangan perempuan Indonesia, dan kebanyakan produk di pasaran berasal dari Amerika Serikat dan Eropa. 

Penggunaan menstrual cup diharapkan dapat mengurangi limbah yang dihasilkan dari penggunaan pembalut. Adapun, riset menyebutkan rata-rata perempuan menghabiskan hampir Rp80 juta sepanjang hidupnya untuk membeli produk kewanitaan saat menstruasi.

Produsen EV Volta Dapat Suntikan Dana dari Twin Towers dan Rigel Capital

Twin Towers Ventures (TTV) dan Rigel Capital berpartisipasi pada putaran investasi ke produsen infrastruktur dan motor listrik Volta melalui induk usahanya PT Energi Selalu Baru (ESB). Tidak disebutkan berapa nominal pendanaan yang diterima.

Selain injeksi modal tahap awal, TTV dan Rigel juga akan mentransfer keahlian dan jaringan yang dimiliki untuk membangun transportasi berkelanjutan di Indonesia. Diketahui, ESB adalah anak usaha PT NFC Indonesia Tbk (IDX: NFCX), bagian dari M Cash Group.

TTV adalah lengan investasi Petronas Ventures yang berinvestasi pada perusahaan teknologi bidang transisi energi dan mobilitas di wilayah Asia Pasifik (APAC), Australia dan Selandia Baru, serta Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA). Sementara, Rigel adalah firma pengelolaan investasi yang fokus membangun ekosistem teknologi di Asia Tenggara dan India.

“Investasi dari TTV dan Rigel Star akan memberikan kami bahan bakar yang diperlukan bagi ESB untuk memperluas infrastruktur, meningkatkan teknologi, dan mempercepat penetrasi pasar,” ungkap Direktur Utama NFC Indonesia Abraham Theofilus dalam siaran resminya.

Sementara, CEO dan Managing Partner TTV Fariz Ali menambahkan, “Kemitraan ini mencerminkan komitmen kami terhadap dunia dekarbonisasi dan keyakinan kami pada dampak signifikan yang dapat dihasilkan oleh ESB pada masa depan mobilitas.”

3 juta transaksi pertukaran baterai

Sekilas mengenai Volta, ESB berupaya memimpin sektor motor listrik dan stasiun penukaran baterai (SGB). Sejauh ini, Volta telah bermitra dengan perusahaan biofarmasi global AstraZeneca untuk layanan sewa dengan opsi kepemilikan motor lewat anak usaha NFC lainnya, Semolis.

Klaimnya, perusahaan telah mengantongi total 3 juta transaksi pertukaran baterai di stasiun SGB. Selain itu, motor listrik Volta tercatat telah menghasilkan total akumulasi perjalanan lebih dari 212 juta km, yang disebut efektif mengurangi emisi karbon sebesar lebih dari 20.000 ton.

Adapun, upaya ESB untuk memimpin pasar meliputi pengembangan solusi sinergi teknologi, pembangunan infrastruktur penukaran baterai, dan penciptaan platform digital internal untuk memastikan pengalaman pengguna yang mulus dan terintegrasi.

MCASH memiliki jaringan anak perusahaan yang luas, dengan lebih dari 350.000 titik distribusi, termasuk koneksi utama di ritel, yang semuanya akan berperan penting dalam mendorong ekspansi ESB di seluruh Indonesia.

Saat ini ada 50 perusahaan pengembang EV di Indonesia dengan total investasi lebih dari Rp3 triliun, termasuk Alva One, MAKA Motors, dan Charged. Adapun, penjualan motor listrik di Indonesia tercatat naik hingga 13 kali lipat dalam dua tahun terakhir, dari 1.947 unit pada 2020 menjadi 25.782 unit pada 2022.

Application Information Will Show Up Here

Sektor Otomotif Akselerasi Bisnis Manufaktur Imajin

Tak seperti sektor keuangan dan perdagangan, digitalisasi manufaktur di Indonesia terbilang baru. Sejumlah rangkaian prosesnya masih dilakukan secara manual atau tradisional. Artinya, potensi digitalisasinya masih besar. Perlu diketahui, industri manufaktur berkontribusi paling besar terhadap PDB Indonesia dengan capaian 16,3% pada kuartal II 2023.

Pasca-pendanaan awal yang diterima tahun lalu, Imajin berbicara soal potensi pasar otomotif, solusi pengelolaan proyek, dan skalabilitas pasar. Imajin sejak lima tahun terakhir ikut berkontribusi mendigitalisasi sektor ini. Berawal dari konsultan manufaktur di 2014, kemudian menawarkan cara baru dengan mengembangkan platform untuk mempertemukan supply dan demand. 

Kendaraan listrik akselerasi pasar otomotif

Imajin adalah online marketplace bagi manufaktur industri kecil menengah (IKM) yang menawarkan jasa moulding, pengecoran, perakitan mesin, hingga pembuatan komponen otomotif. Imajin juga mengembangkan solusi manajemen proyek untuk membantu pengguna memantau pekerjaan.

Target pasarnya adalah pemilik manufaktur dan pemilik bisnis/brand dengan fokus utama menyuplai material metal dan plastik. Permintaan produksinya didominasi oleh sektor otomotif, elektronik, dan kemasan.

Tren kendaraan listrik (EV) yang sedang digenjot pemerintah beberapa tahun ini disebut membawa dampak terhadap bisnis Imajin. Co-Founder dan CEO Imajin Chendy Jaya menyebut lebih dari 20 brand EV tengah mengambil kue pasar di Indonesia, berlomba memberikan keunggulan produk.

“Ini sesuatu yang menurut kami potensial. Ada antusiasme tinggi terhadap brand baru. Tak cuma EV, brand otomotif besar juga banyak merilis model baru. Ini ikut mendorong produksi Imajin karena sebagian besar klien kami adalah otomotif,” ujarnya saat dihubungi DailySocial.id.

Produsen otomotif raksasa berinvestasi di EV / Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook

Mengutip CNN Indonesia, saat ini ada 50 perusahaan pengembang EV di Indonesia dengan total investasi lebih dari Rp3 triliun. Sejalan dengan upaya mendongkrak Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), brand baru yang masuk ke pasar Indonesia mau tak mau harus membangun atau bermitra dengan manufaktur lokal.

“Pemilik brand bisa bermitra dengan manufaktur kami supaya bisa produksi,” tambah Chendy. Nilai pasar kendaraan listrik di Indonesia ditaksir sebesar $20 miliar atau lebih dari Rp300 triliun. Adapun, TKDN kendaraan listrik ditarget dapat mencapai 40% pada 2026.

Standar kualitas

Dalam pengembangan platformnya, Imajin tak sekadar menghubungkan saja, tetapi juga menambahkan quality assurance dalam prosesnya. Hal ini untuk memastikan produksinya dapat memenuhi standar kualitas di setiap komponen.

“Tidak seperti marketplace, mencari mitra manufaktur, langsung ketemu dan lakukan transaksi, itu sulit untuk memastikan kualitasnya. Nah, customer kadang khawatir apakah pesanannya bisa dikerjakan dengan benar. Makanya, kami terlibat dalam proses itu. Kami tambahkan quality assurance, bangun quality center di Cikarang. Sebelum dikirim ke customer, produknya dikirim ke Imajin dulu [untuk pengecekan kualitas] sesuai standar,” jelasnya.

Kemudian, Imajin juga menambahkan sejumlah fitur untuk mempermudah pemesanan proyek. Misalnya, fitur Quick Note untuk mempermudah proses desain dan kalkulasi sebelum diproses ke mitra manufaktur. Saat ini, baru beberapa material yang dapat diproses lewat fitur Quick Note.

Ada pula Dashboard yang membantu pengguna memantau pengelolaan proyek, mulai dari waktu pengerjaan hingga saat produk siap dikirimkan. Chendy menyebut penambahan fitur selanjutnya akan disesuaikan dengan kebutuhan mitra/pengguna.

“Dulu tidak ada dedicated dashboard, aktivitasnya masih dilakukan secara manual. Ini bisa memicu miskomunikasi dari vendor maupun customer, seperti approval atau perubahan ukuran. Makanya, kami coba simplifikasi semua proses itu lewat Dashboard,” tuturnya.

Pasar Jawa masih luas

Jepang menjadi pasar empuk bagi Imajin untuk memulai ekspansinya di luar Indonesia. Terlebih, industri otomotif sangat besar di Negeri Matahari Terbit tersebut. “Kami sudah lama [punya] kemitraan di sana, tetapi sekarang ingin kami seriusi. Ada angel investor kami yang menjadi representatif Imajin di sana,” tambahnya.

Terdapat lebih dari 600 pabrikan lokal yang bermitra dengan Imajin, mulai dari mold maker, dies maker, injection, hingga fabrication. Lebih dari 100 pelanggan juga telah menggunakan jasanya, termasuk perusahaan Jepang di Indonesia.

Imajin merupakan startup pertama di Indonesia yang ditunjuk oleh Kemenperin sebagai hub manufaktur. Ekspansinya nanti juga akan mengikuti rekomendasi dari Kemenperin sebagaimana program manufaktur 4.0 berjalan.

Sumber: Imajin

“Kami masih lakukan riset untuk ekspansi ke Batam, semoga bisa terealisasi awal 2024. Kita juga riset di Kalimantan dan Sumatera. Namun, ekspansi nanti tergantung dari program Kemenperin.  Kalau arahnya ke sana, kami bakal masuk. Saat ini kebanyakan manufaktur ada di Pulau Jawa. Pasarnya masih sangat besar untuk kami masuki.”

Di tengah ramai tren profitabilitas di industri startup, Chendy enggan mengomentari lebih lanjut. Namun, ucapnya, Imajin berdiri hampir 10 tahun dan telah lama beroperasi dengan modal sendiri sebelum akhirnya dapat pendanaan dari East Ventures. Mengejar growth bukan menjadi goal bisnisnya.

“Kami terbiasa bootstrapping dengan apa yang kami miliki, it’s becoming our culture. Kami bertumbuh dengan responsibility.”

East Ventures Suntik Pendanaan ke Compawnion, Pengembang Layanan Kesehatan dan Nutrisi Hewan

East Ventures menyuntik pendanaan awal ke Compawnion, startup kesehatan dan nutrisi hewan peliharaan dengan nominal yang dirahasiakan. Dana segar akan dialokasikan untuk meningkatkan distribusi, penelitian, pengembangan, hingga memperluas portofolio produk.

“Seiring dengan perkembangan industri hewan peliharaan, dedikasi Compawnion terhadap kualitas, inovasi, dan kesejahteraan hewan peliharaan tidak tertandingi. Kami percaya Stephanie, Tania, dan Valerie akan membuat terobosan dan menetapkan standar baru pada industri makanan dan kesehatan hewan,” ucap Principal East Ventures Wesley Tay.

Compawnion didirikan pada 2020 oleh Stephani Herman (CEO), Tania Suganda (CMO), dan Valerie Amintohir (CPO) yang juga pemegang sertifikasi Advanced Canine Nutritionist pertama dari Indonesia. Ketiganya mengantongi pengalaman karier di bidang nutrisi anjing, trade marketing, strategi bisnis, dan branding.

“Dengan dukungan dari East Ventures, kami siap untuk memanfaatkan peluang besar pada pasar makanan hewan peliharaan yang berkembang secara pesat di Indonesia. Kami berkomitmen untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada ‘pawrents’ dengan menyediakan makanan yang sehat dan segar untuk hewan peliharaan mereka,” kata Co-Founder & CEO Compawnion Stephani Herman.

Para pendiri menyadari pasar makanan hewan peliharaan di Indonesia meningkatnya sejalan dengan populernya tren humanisasi hewan peliharaan. Pandemi Covid-19 juga ikut memicu peningkatan hewan peliharaan di mana banyak orang yang mencari pendamping peliharaannya selama pembatasan sosial.

Karena hal tersebut, permintaan terhadap produk hewan peliharaan, seperti makanan anjing yang sehat dan segar, ikut naik. Tren ini juga turut mengubah pasar makanannya karena para pemilik kini semakin memerhatikan kesejahteraan peliharaannya.

Compawnion mengawali perjalanannya dengan merilis produk makanan beku untuk anjing dengan brand Pawmeals. Makanan ini telah didistribusikan ke 13 kota di seluruh Indonesia, dan klaimnya telah mencapai pertumbuhan keuntungan lebih dari 10x lipat.

Menyusul kesuksesan Pawmeals, Compawnion kembali merilis brand baru UGO bagi pelanggan yang ingin mencari pilihan makanan anjing harian yang cepat dan sehat. UGO disebut sebagai salah satu pionir makanan anjing yang segar, bebas pengawet, dan tahan lama.

Adapun, Compawnion berkomitmen untuk menciptakan ekosistem hewan peliharaan yang komprehensif. Untuk itu, Compawnion akan memperluas portofolio produknya ke makanan anjing pada 2024. Saat ini, tim Compawnion tengah melakukan penelitian pasar secara mendalam dan melakukan pengembangan produk secara dinamis.

“Kami berkomitmen untuk memberikan standar baru dalam nutrisi hewan peliharaan, karena kami percaya hewan peliharaan kita pantas mendapatkan yang terbaik. Kami menciptakan diet segar yang sehat untuk hewan peliharaan, untuk mempromosikan kehidupan yang lebih sehat dan lebih bahagia bagi mereka.” Tutup Chief Product Officer Valerie Amintohir.

Mengutip survei dari Rakuten Insight Center terhadap 10.442 responden, sebanyak 67% memiliki hewan peliharaan, diikuti 23% tidak memiliki, dan 10% pernah memiliki. Survei ini juga mengungkap 42% pemilik hewan peliharaan menghabiskan pengeluaran lebih dari Rp100 ribu per bulan, lalu 38% menghabiskan Rp100-300 ribu per bulan, dan 14% menghabiskan Rp300-500 ribu per bulan.

Dari total pengeluaran tersebut, sebanyak 88% dialokasikan untuk makanan hewan peliharaan hingga camilan, sekitar 43% untuk barang yang berhubungan dengan kandang, dan 41% untuk produk perawatan dan kebersihan.

AC Ventures dan PwC Indonesia Terbitkan Pedoman ESG untuk Startup

AC Ventures dan PricewaterhouseCoopers (PwC) menerbitkan Pedoman Umum Indonesia untuk Tata Kelola Perusahaan (PUGKI) yang ditujukan bagi perusahaan rintisan atau startup di Indonesia.

Disampaikan lewat siaran resminya, investor diketahui mudah beralih ke metrik lingkungan, sosial, dan tata kelola atau ESG. Menurut data PwC di 2022, sebanyak 80% investor berhati-hati terhadap greenwashing. Sementara data terbaru PwC di 2023 menunjukkan 70% konsumen cenderung memilih produk berkelanjutan.

Di tengah dinamika bisnis yang cepat berubah, startup kini dituntut untuk memiliki pemahaman mendalam mengenai tata kelola perusahaan, terutama berkaitan dengan isu keberlanjutan. Startup perlu mengeksplorasi pendekatan baru tanpa melupakan model tata kelola tradisional yang sudah ada selama ini.

“Startup di Indonesia, termasuk portofolio kami, selalu menunjukkan semangat wirausaha yang kuat. Beberapa masalah dan contoh kasus menjadi pelajaran berharga dan menegaskan pentingnya pencegahan. AC Ventures dan PwC Indonesia membagikan pengetahuan untuk membimbing para founder dalam membangun fondasi yang kuat, membuat keputusan terarah, dan menghindari risiko umum terkait tata kelola perusahaan.” ujar Michael Soerijadji, Founder & Managing Partner AC Ventures.

Panduan dan rekomendasi

Sebagai penyegaran, tata kelola korporat mengacu pada struktur dan proses dalam mengarahkan dan mengelola usaha untuk mencapai kemajuan dan akuntabilitas. Tujuan akhirnya adalah menciptakan nilai korporasi dan kekayaan pemegang saham secara berkelanjutan.

Pedoman ini memuat kerangka kerja yang terdiri dari Front Line, Risk & Compliance, dan Internal Audit, dengan paparan mendalam tentang peran dan tanggung jawab Dewan Direksi (BOD), penentuan strategi, hingga kepatuhan perusahaan. Berikut beberapa poin yang kami ringkas:

1. Laporan Keuangan dan Keberlanjutan

Keuangan menjadi aspek terhadap keberlangsungan sebuah usaha. Dalam panduan ini, PUGKI menyarankan startup untuk menjaga cadangan dana selama dua tahun secara bijak, menuju profitabilitas, begitu juga mengelola arus kas dan investasi yang mereka terima.

Selain itu, pedoman ini menekankan pentingnya pelaporan keuangan secara teliti bagi startup untuk mendorong ketepatan hingga keteraturan pengungkapan keuangan pada elemen-elemen dasar, seperti penilaian aset.

Kemudian, PUGKI merekomendasikan startup untuk mengungkap sistem dan proses untuk memastikan laporan keuangan interim yang tidak diaudit oleh auditor eksternal dapat akurat dan lengkap. Startup juga perlu menampilkan informasi yang tepat bagi investor untuk membuat keputusan investasi yang tepat. Poin ini termuat dalam poin 6.2.1.

(Ki-ka) ACV Portfolio Advisor Community Herwan Ng, Founder ACV Michael Soerijadji, dan Partner PwC Indonesia Yuliana Sudjonno / Sumber: AC Ventures

2. Hak Pemegang Saham

Perjanjian ini memungkinkan startup untuk memantau kinerja perusahaannya, dan aktif berpartisipasi pada pengambilan keputusan yang signfikan, seperti persetujuan transaksi. Dengan demikian, startup dapat memiliki informasi yang memadai, akurat, dan tepat waktu di entitas anak.

Aspek penting lainnya yang dimuat dalam PUGKI adalah perihal kepemilikan saham. Dalam panduan yang tertulis pada 7.1.2.2, direksi perlu memastikan terdapat perjanjian pemegang saham atau perjanjian lainnya  apabila investasi di entitas anak signifikan, tetapimasih di bawah mayoritas. Contoh, kepemilikan antara 20%-50% saham.

3. Perlindungan terhadap Pemangku Kepentingan

Terkait tanggung jawab lingkungan sebagaimana melandasi terbitnya pedoman ini, PUGKI juga memberikan pedoman bagi pelaku startup untuk ikut berpartisipasi mencegah, mengurangi, dan mengelola hal-hal berdampak negatif dari semua aspek operasi korporasi.

Dimuat dalam poin 8.3.1.4, aspek ini mencakup penggunaan bahan baku, energi, penggunaan air, pemanfaatan sumber daya terbarukan, pemanfaatan serta rehabilitasi keanekaragaman hayati, pengelolaan limbah, serta penurunan dampak gas rumah kaca dan emisi karbon

Selengkapnya, PUGKI dapat diunduh lewat tautan ini.

Laporan keberlanjutan lainnya

Sebelumnya, East Ventures telah meluncurkan “Sustainability Report 2022” yang tak hanya memuat dampak yang berhasil diciptakan bersama ekosistemnya, tetapi juga memuat kerangka kerja dan praktik ESG.

Pihaknya juga sekaligus membentuk Komite Investasi untuk memperkuat kepemimpinan ESG dengan pengalaman global dan regional di multi industri. Komite ini berfungsi untuk mengawasi kepatuhan, kebijakan, investasi, hingga standar ESG.

East Ventures mengklaim ekosistemnya telah mencapai 16 tujuan dari 17 tujuan yang disusun PBB terkait Tujuan Pembangunan Keberlanjutan (SDG). Pada sektor e-commerce, portofolio yang telah memenuhi tujuan tersebut di antaranya Aruna, TreeDots, dan WarungPintar.

Tips Penggalangan Dana di Masa Sekarang dari Kacamata Eksekutif Startup

Penggalangan dana atau fundraising adalah bagian penting dalam perjalanan founder. Namun, aktivitas ini bisa menjadi sebuah tantangan yang rumit, dan sering kali membebani founder itu sendiri. Apalagi, penggalangan dana tak lagi semudah dulu.

Sebut saja proses pitching atau negosiasi persyaratan, yang mana menuntut keuletan dan pola pikir strategis dari para founder. Dari pengalaman ini, founder mengantongi pelajaran berharga yang dapat dimanfaatkan dalam mengambil keputusan bisnis selanjutnya.

DailySocial.id berbincang dengan tiga eksekutif startup yang tengah mengejar dan sudah mencapai profitabilitas tentang lika-liku penggalangan dana, dan menawarkan tips berharga yang dapat membantu calon founder selanjutnya menavigasi industri startup.

Strategi alokasi pendanaan

Sektor P2P Lending mendapat sorotan publik dan regulator sejak beberapa tahun ini. Kredit macet, memburuknya kinerja, hingga isu usang seperti pinjol ilegal, telah menjadi alarm bagi pelaku P2P untuk memperkuat fundamental bisnisnya.

Country Head Modalku Arthur Adisusanto bilang, potensi penyaluran pinjaman masih sangat besar. Sejak 2021, ia mencatat penyaluran pinjaman Grup Modalku, baik Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, terbilang cukup stabil dengan rata-rata pertumbuhan hampir 30% setiap tahunnya.

Namun, di situasi makroekonomi yang tidak menentu ini, pihaknya mengaku fokus mengejar profitabilitas untuk menunjukkan pertumbuhan yang positif. Ia juga berhati-hati mengelola pengeluaran untuk menjaga kesehatan keuangan perusahaan.

Tren Pendanaan Startup 2021-2023 / Sumber: Indonesia’s Startup Handbook 2023

“Kami melihat adanya peningkatan dry powder yang ditahan oleh banyak dana VC dikarenakan valuasi pasar semakin ketat. Di samping itu, di tengah situasi ekonomi global yang menantang saat ini, ekspektasi dari para investor pun mengalami perubahan, di mana banyak investor yang saat ini akan lebih fokus kepada profitabilitas,” ujar Arthur.

Langkah ini turut tercermin dari strategi Grup Modalku mencari pendanaan. Perusahaan menggalang dana dari sejumlah VC untuk pengembangan produk dan jangkauan bisnis. Sementara, debt funding yang diperolehnya baru-baru ini digunakan untuk meningkatkan fasilitas pinjaman untuk UMKM di Asia Tenggara.terutama UMKM yang masih underserved atau underbanked.

Untuk memastikan pinjaman bisa diterima oleh UMKM yang tepat, Modalku menerapkan prinsip responsible lending untuk melakukan penilaian terhadap penerima dana dan kemampuan finansial mereka melunasi pendanaan,

Pencapaian, bukan narasi

Sudah menjadi rahasia umum dulu mudahnya mendapatkan investasi dari VC. Tak sedikit startup yang mudah meyakinkan investor hanya berbekal ide. Setidaknya demikian diungkap oleh Co-Founder Eden Farm David Setyadi Gunawan saat bicara situasi fundraising startup satu dekade lalu.

Hal ini juga tak lepas dari fakta bahwa VC kala itu mengincar investasi di high growth company, dengan menggunakan metrik-metrik familiar, misalnya pendapatan atau GMV. Namun, sejak beberapa tahun terakhir, ada perubahan mindset di mana VC membidik startup yang punya arah profitabilitas yang jelas.

“Dulu, [startup] hanya menggunakan narasi, sedangkan sekarang harus ada clear and proven way, apa saja yang telah dicapai. Kami selalu memakai metrik data dari apa yang telah kami lakukan dan capai–dan terbukti hasilnya,” cerita David.

Itupun, ungkapnya, memakan waktu delapan bulan untuk menutup kesepakatan pendanaan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelum pandemi di mana startup dapat menggalang dana jutaan dolar AS dan memperolehnya dalam 1-2 bulan.

“Dulu persaingan VC ketat, siapa saja bisa mudah dapat modal. Kini VC mulai berkurang, dan investor mulai mengobservasi sebelum berinvestasi, apalagi setelah The Fed menaikkan suku bunga hingga 5%.”

Pentingnya due diligence

Melakukan penggalangan dana saat menjadi solo founder tidak mudah bagi Ryan Gondokusumo. Ada 80 VC yang ia jumpai sebelum mengamankan pendanaan dari Asteria Corporation pada 2014. Akunya, saat itu tak banyak opsi dari VC lokal, kebanyakan dari luar negeri.

Selain itu, rata-rata VC yang ia temui kurang tertarik dengan due diligence yang prosesnya kompleks dan panjang. Investor bahkan tidak memahami pasar dalam negeri karena tidak pernah turun ke lapangan. Padahal, ucapnya, proses ini justru sangat penting.

Meski menghabiskan banyak waktu, ia mengaku pengalaman tersebut membantunya untuk menghindari langkah ‘ranjau’ yang berisiko bagi bisnisnya.

“Begitu saya memutuskan ke profitabilitas, apalagi kue pasar [Sribu] tidak sebesar consumer, di situlah VC tidak begitu tertarik. Ini menjelaskan kenapa investor kami adalah korporat karena mereka menuntut profit.”

Pentingnya due diligence dan mencari VC yang memahami pasar / Sumber: Pixabay

Soal pengembangan bisnis, Ryan berpesan agar founder memperbanyak gali informasi di pasar, mengenali apa mereka butuhkan. Hal ini untuk menghindari biaya mahal yang keluar untuk pengembangan produk tanpa tahu pasarnya. “Coba tes pasar dengan secepat dan semurah mungkin. Misanya, Sribu Rekrutmen belum ada produk, tapi kami punya talentanya. Start with servicing, kita tidak coba jual, tetapi ingin tahu appetite dari pasar.”

Bottom line, pastikan ke mana arah bisnis, terutama apabila harus bakar uang. Pasalnya, penggalangan dana tidak akan ada habisnya. Fokus memperkuat fundamental bisnis yang bagus, nantinya investor akan datang sendiri.