Blitz Mobility Pacu Industri Logistik Lewat Solusi Terpadu dan Kendaraan Listrik

Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2022, output karbon yang dihasilkan dari kanal digital sebetulnya bisa lebih rendah dibandingkan bisnis dengan kanal penjualan tradisional apabila dioptimalkan. Salah satunya lewat penggunaan kendaraan listrik.

Laporan ini mengungkap, untuk mengurangi jejak karbon e-commerce, pelaku logistik yang menjadi salah satu tulang punggung utama industri ini, dapat memanfaatkan kendaraan listrik untuk mengelola pengiriman last-mile serta mengonsolidasikan operasional ke model satellit distribution.

Skenario di atas tengah direalisasikan oleh Blitz Electric Mobility, startup pengembang solusi manajemen logistik yang didukung armada motor listrik untuk segmen B2B. Blitz didirikan oleh Saivya Chauhan pada 2019 dan beroperasi pada awal 2022. Lewat solusi yang dikembangkan, Blitz berupaya menjawab tuntutan ESG dari para mitra bisnisnya.

Solusi logistik dan kendaraan listrik

Blitz Electric Mobility adalah penyedia layanan 4PL yang menawarkan jasa logistik terpadu, baik penjadwalan kurir maupun pengiriman. Model bisnis utamanya ada dua. Pertama, mengembangkan solusi logistik end-to-end untuk membantu klien meningkatkan efisiensi operasional dan pengiriman barang.

Dalam memastikan pengoperasian yang efisien, Blitz mengimplementasikan teknologi AI agar dapat mengoptimalkan kinerja pengemudi dan armada. Selain itu, solusi ini juga disebut dapat mengoptimalkan rute, melakukan smart scheduling, dan menghasilkan insight berbasis data yang didukung dengan management tool.

Kedua, Blitz juga menyediakan kendaraan listrik yang dipasok dan dibiayai oleh mitra OEM. Kendaraan listrik ini dapat dimiliki oleh kurir dengan skema lease-to-own dalam jangka waktu 3-4 tahun. Pembayarannya pun diambil langsung dari pendapatan kurir. Adapun, kendaraan listrik ini didukung dengan solusi manajemen armada dan data telematic SaaS.

“Kami memiliki value proposition pada kemampuan untuk menjamin margin per pengiriman lebih tinggi. Caranya melalui logistic tech stack kami, digabungkan dengan machine learning, AI, dan modeling algoritma prediktif. Kami tidak berkompetisi dengan perusahaan logistik lain. Fokus kami adalah kemitraan B2B, integrasi seamless dengan operasional mereka sehingga bisa memberikan pengiriman dengan margin rendah ke kami. Ini menguntungkan kedua pihak dan dapat mendorong pertumbuhan industri,” ungkap Founder dan CEO Blitz Electric Mobility Saivya Chauhan.

Dalam mengintegrasikan solusinya ke operasional klien, Blitz membidik peningkatan volume pengiriman atau pengurangan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengiriman.

Ia mencontohkan salah satu klien dari farmasi yang melakukan rata-rata 5.000-7.000 pengiriman per bulan. Setelah bekerja sama dengan Blitz, klaimnya perusahaan telah meningkatkan volume pengiriman per bulan menjadi 10.000-12.000. Pada contoh lainnya, salah satu perusahaan teknologi mampu menghemat waktu hingga 16% menjadi 2,5 jam pada pengiriman daging beku dari waktu pengiriman semula selama 3 jam.

Strategi penetrasi

Merujuk pada laporan terbaru AC Ventures dan Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML), pasar kendaraan listrik dalam negeri tercekal sejumlah tantangan mulai dari keterbatasan ekosistem produksi, infrastruktur baterai, hingga rantai pasok lokal.

Saat ini, jaringan charging station dan battery swap kendaraan listrik belum banyak dikarenakan biaya investasi infrastruktur pengisian/penukaran baterai masih mahal. Harga kendaraan listrik juga tidak murah, sedangkan opsi pembiayaannya belum banyak. Spesifikasinya terbatas sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan banyak pengendara. Per 2022, baru ada 439 high-powered general charging station di 328 titik lokasi dan 961 BSS di Indonesia.

Isu di atas dialami Blitz dalam memperkenalkan konsep mobilitas listrik dan logistik berkelanjutan kepada calon pengguna. Ia mengaku kebanyakan klien lebih memprioritaskan aspek kecepatan dan biaya murah pada pengiriman, tak peduli metode pengirimannya.

Selain itu, ungkapnya, keterbatasan teknologi baterai menyulitkan setiap merek kendaraan listrik untuk beroperasi di seluruh kota karena ketersediaan jenis baterai dan stasiun pengisian daya yang berbeda. Dan ini menjadi isu yang paling dikhawatirkan oleh calon pembeli/pengguna.

“Mereka tidak dapat menggunakan stasiun pengisian daya yang ada dan lebih memilih yang kompatibel dengan kendaraan mereka. Kurangnya infrastruktur serta desain yang belum sesuai membuat pasar kendaraan listrik sulit berkembang,” tuturnya.

Beberapa strategi telah disiapkan oleh perusahaan di antaranya adalah bekerja sama dengan ekosistem OEM lewat skema sewa. Dengan strategi ini, Blitz mengaku dapat memilih model kendaraan yang sesuai dengan kebutuhan mengingat tidak semua model dapat memenuhi persyaratan, seperti tipe baterai hingga pengiriman kargo. Saat ini, terdapat lebih dari 100 manufaktur motor listrik yang berbeda di Indonesia.

Kemudian, pihaknya memberikan insentif kepada pengemudi, termasuk memberi dukungan dalam bentuk BPJS, pelatihan, hingga program kepemilikan dengan skema lease-to-own. Dengan memanfaatkan tech stack internalnya, Blitz dapat menetapkan jumlah pengemudi kepada klien dalam sehari.

“Kurang dari 30.000 unit kendaraan listrik terjual di 2015, jauh dibandingkan kendaraan berbahan bakar gas yang terjual sebanyak 5,52 juta unit di 2022. Mitra OEM kami mengakui kesulitan dengan penjualan di pasar, makanya mereka setuju untuk bekerja sama dengan kami lewat skema sewa untuk menyebarkan unit kendaraan mereka di lapangan.”

Blitz telah bekerja sama dengan 35 klien, termasuk Grab, Lazada, dan Paxel, dari berbagai sektor antara lain logistik, e-commerce, F&B, transportasi, ritel, grocery dan pertanian, cold storage, farmasi, hingga perbankan.

Raih EBITDA

Saat ini, ungkap Saivya, Blitz masih mengandalkan pendanaan internal untuk beroperasi karena sudah mencapai keuntungan. Blitz beroperasi sejak Februari 2022 dan mengklaim telah meraih EBITDA setahun setelahnya.

Perusahaan mengantongi pertumbuhan pendapatan per bulan sebesar 16% dengan tingkat retensi dan konversi masing-masing 100%. Artinya, Blitz melakukan pilot tentang cara kerja sebelum bekerja sama dengan klien. Rata-rata pengiriman per bulan mencapai 300 ribu dengan tingkat performa kinerja kurir hingga 50% lebih baik.

Total pengiriman 1,7 juta
Total pengemudi 1200
Total klien 35
Emisi CO2 per kg yang dicegah 3.863.399 
Pemangkasan waktu pengiriman 16%
Pengurangan biaya pengiriman bagi klien 42%

“Kami tidak bergantung pada pendanaan eksternal untuk beroperasi. Fokus kami sejak awal adalah membangun model bisnis yang berkelanjutan. Pendekatan ini memampukan kami mengejar pertumbuhan tanpa bakar uang,” ungkapnya.

Menurutnya, pelaku startup sulit memperoleh kesepakatan pendanaan dari VC sehingga perlu tetap resilien, dan menghindari keputusan yang berujung pada tech winter pada tahun lalu.

Pendapatan Bersih Blibli Naik 16%, Bukukan Rp7,7 Triliun di H12023

PT Global Digital Niaga Tbk (IDX: BELI) atau Blibli membukukan total pendapatan bersih sebesar Rp7,7 triliun di semester I (H1) 2023. Perolehan ini tumbuh 16% dari Rp6,7 triliun pada periode yang sama tahun di sebelumnya. Transaksi lini B2C berkontribusi terbesar terhadap total pendapatan perusahaan.

Dalam siaran kinerja keuangan perusahaan, pendapatan Ritel 1P mengambil porsi terbesar dengan Rp3,9 triliun di semester I 2023, tetapi turun 6% (YoY) dari Rp4,1 triliun. Pertumbuhan tertinggi justru berasal dari segmen Ritel 3P sebesar 710% meski kontribusinya terendah dengan Rp567 miliar.

Total pendapatan Blibli juga didorong pertumbuhan tahunan dari segmen Institusi dan Toko Fisik, masing-masing sebesar 67% menjadi Rp1,2 triliun dan 18% menjadi Rp2 triliun. Secara keseluruhan, perusahaan menyebut pertumbuhan pendapatan bersih mendorong kenaikan marjin laba bruto konsolidasi sebanyak 690-bps (YoY) menjadi 15,3%.

Perlu diketahui, Ritel 1P adalah segmen platform perdagangan B2C untuk berbagai produk dan layanan dari pihak pertama (1P). Sementara, Ritel 3P adalah segmen penjualan produk dan layanan dari pihak ketiga (3P) mencakup platform e-commerce dan agen perjalanan online (OTA).

Alami rugi bersih Rp1,7 triliun, menyusut 29,7%

Blibli masih mengalami rugi sebesar Rp1,7 triliun di semester I 2023, tetapi menyusut 29,7% (YoY) dari rugi Rp2,4 triliun di periode sama tahun 2022. Adapun penyusutan ini terjadi karena ada penurunan beban penjualan dan struktur biaya membaik.

Total Processing Value (TPV) di semester I 2023 tercatat Rp36,7 triliun atau naik 52% dari Rp24,1 triliun di periode sama tahun sebelumnya. Segmen Ritel 3P menyumbang TPV terbesar dengan Rp25,8 triliun atau naik 81% (YoY) dari Rp14,2 triliun, diikuti Ritel 1P Rp4,4 triliun atau turun 3% (YoY).

Beban operasional terhadap TPV tercatat turun menjadi 7,9% (YoY) di semester I 2023. Penurunan ini mendorong kinerja EBITDA konsolidasi sebesar 520-bps (YoY) menjadi -4,3%.

Co-Founder dan CEO Blibli Kusumo Martanto mengungkap kinerja keuangan di semester I 2023 telah memperlihatkan tren positif. Namun, ia tetap memastikan akan terus mengimplementasikan berbagai strategis yang mengarah pada peningkatan kinerja profitabilitas.

“Peningkatan kinerja yang kuat pada kategori gaya hidup didukung dengan pemulihan bisnis perjalanan online setelah pembukaan kembali pembatasan akibat pandemi di Indonesia. Kami akan mengarahkan fokus pada kebutuhan pelanggan dengan pilihan kategori produk yang membedakan kami dari kompetitor,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Penguatan strategi omnichannel

Sejumlah faktor lain juga disebut berkontribusi terhadap perbaikan kinerja perusahaan yang baru IPO akhir 2022, di antaranya penguatan strategi omnichannel melalui penambahan 14 gerai consumer electronic selama paruh tahun 2023. Blibli juga memulai pembangunan gudang baru yang dirancang menjadi gudang all-in-one-tech-powered dalam mendukung manajemen rantai pasok dan logistik yang pintar.

Hingga sekarang, Blibli telah mengoperasikan  156 gerai consumer electronic dan 70 gerai supermarket premium. Jumlah pengguna yang menyelesaikan setidaknya satu transaksi pada platform Blibli dan/atau Tiket.com, mencapai 3 juta atau naik 9% dari 2,8 juta pengguna.

Blibli juga telah melepas kepemilikan sahamnya di Halodoc melalui PT Polinasi Iddea Investama agar dapat kembali fokus pada bisnis inti dan mempercepat target kinerja di tahun ini. Dengan aksi divestasi tersebut, perusahaan mengantongi nilai transaksi sebesar Rp538 miliar lewat PT Global Investama Andalan (GIA).

Ketatnya persaingan industri e-commerce mendorong sejumlah pemain besar untuk memperluas vertikal dan strateginya agar dapat memperkuat posisinya di pasar, mulai dari masuk ke segmen e-grocery, food delivery, hingga fulfillment. 

Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2022, nilai industri e-commerce ditaksir mencapai $59 miliar di 2022 dan diperkirakan akan menjadi industri pendorong ekonomi digital di Indonesia. meski aktivitas belanja offline sudah mulai meningkat. Adapun. e-commerce menyumbang 77% dari keseluruhan ekonomi digital di tanah air.

Mengulas Awal Dekade Perjalanan Industri Internet Indonesia

“Passion isn’t enough, you always have to deliver your best. When we talk about business, even if you don’t love it, you can still be incredible at it.”

Petikan kalimat oleh Founder dan CEO DailySocial.id Rama Mamuaya, kala berbagi ceritanya dengan Co-Founder dan CEO Ketitik Bipin Mishra.

Di sesi podcast Startups Simplified, Rama kilas balik perjalanannya selama lebih dari satu dekade dalam berkarier di industri teknologi, melahirkan media DailySocial.id, hingga memperluas spektrumnya lewat unit modal ventura DS/X Ventures.

Internet

Rama napak tilas perjalanannya menyaksikan perkembangan industri internet dan teknologi dalam negeri yang saat itu belum semasif sekarang. Kala itu, internet masih dianggap sebagai destinasi hiburan virtual, belum menjadi peluang serius untuk berbisnis. 

Namun, anggapan ini retak ketika Kaskus hadir, portal komunitas terbesar, yang juga disebut sebagai tonggak sejarah industri e-commerce tanah air. Kaskus membawa internet ke level selanjutnya, usai ‘membersihkan’ platformnya dari hal ilegal, termasuk mengedukasi basis penggunanya.

“Banyak yang mulai menyadari bahwa bisa menghasilkan uang dari internet, dan ini terjadi ketika Kaskus mematahkan barrier itu. Investor mulai mengguyur investasi ke sejumlah bisnis internet.”

Pada momentum tersebut, Rama mendirikan DailySocial.id tepat 15 tahun lalu, berawal dari sebuah blog yang awalnya mengulas pemberitaan mengenai industri teknologi dan turunannya.

Integritas

Antonny Liem dan Didi Nugrahadi adalah dua sosok jempolan yang disebut memegang peran penting dalam perjalanan Rama membangun bisnis media. Antonny adalah Partner GDP Venture, sedangkan Didi adalah salah satu pendiri Detik.com, pionir media online.

Rama menyebutnya sebagai dua mentor yang telah mentransfer ilmu dan nilai pada dirinya. “Antonny Liem adalah mentor dan investor yang luar biasa, super knowledgeable, yang sudah lama membantu saya. Whatever we are doing good, he stays out of the way. Kalau sebaliknya, dia akan tanya bagaimana bisa bantu. Dia mempercayai para founder,” tuturnya.

Ia pun mengapresiasi Didi yang telah mendampinginya di masa awal membangun DailySocial.id dan membangun nilai integritas dalam berbisnis, terutama di industri media. “Integritas tidak dapat dibeli dengan uang. If you have integrity, they will trust you.”

“Lalu, apa hal terburuk dalam menjalankan perusahaan media?” tanya Bipin lagi.

Rama berujar bisnis media seharusnya bukan tentang menghasilkan uang karena media punya peran membuka akses terhadap informasi, pengetahuan, dan jejaring. Kalaupun itu tujuannya, media bukanlah opsi yang tepat untuk berbisnis.

Pencapaian

“Apa pencapaian penting Anda? And please don’t be humble,” tanya Bipin.

Rama mengungkap ada dua hal yang menandai pencapaian signifikan sebagai founder dan CEO, yakni (1) DailySocial.id mengamankan pendanaan awal dari Merah Putih Incubator dan (2) pertama kalinya perusahaan menembus pendapatan sebesar $1 juta di 2018.

“Ini merupakan pencapaian luar biasa karena saya benar-benar bisa menjual ide saya, yang mana kini sudah berbentuk situs berita. Pencapaian kedua justru enable another milestone yang menjadi puncaknya, di mana tim kami menjadi sangat solid,” katanya.

Berinvestasi

Lebih lanjut, Rama mengungkap tonggak pencapaian terbaru tahun lalu di mana ia bersama Amir Karimuddin memutuskan untuk mendirikan DS/X Ventures sebagai kendaraan investasi tahap awal di Indonesia.

Selain karena sudah lama menjadi angel investor dan terlibat sebagai mentor, Rama menyebut saat ini DailySocial.id memiliki posisi kuat di industri karena memiliki jaringan ke berbagai pemangku kepentingan di industri startup, termasuk kapabilitas, dan informasi.

Everything goes to us. We see that as values. Kita coba do more. Ditambah, kita bisa bantu karena we’ve done that before. Ini menjadi value proposition kami, bukan cuma soal capital.”

Disclosure: DailySocial.id merupakan print partner dari program “Startups Simplified, a Ketitik Podcast”

Strategi Telkomsel Lewat Konvergensi Mobile dan Fixed Broadband

Beberapa hari lalu, Telkomsel resmi memperkenalkan Telkomsel One sebagai wajah baru penggabungan layanan mobile broadband dan IndiHome. Peresmian ini menandai langkah awal operator pelat merah ini masuk ke layanan fixed-mobile convergence (FMC).

FMC merupakan perpaduan antara layanan telekomunikasi berbasis mobile dan fixed broadband. Sebelum diresmikan, penyatuan unit bisnis IndiHome ke Telkomsel ditandatangani lewat Perjanjian Pemisahan Bersyarat (Conditional Spin-Off Agreement) pada 6 April 2023.

Per kuartal I 2023, IndiHome tercatat punya 9,5 juta pengguna, naik 7% dari periode sama tahun lalu. IndiHome mengklaim telah menguasai 75,2% pangsa pasar broadband di Indonesia.

Pengalihan ini menandai strategi Telkom Group untuk menata bisnis. Telkom akan fokus pada layanan B2B, sedangkan anak Telkomsel mengelola penuh layanan telekomunikasi untuk B2C. Adapun, integrasi Telkomsel dan IndiHome mencakup pengelolaan layanan fixed broadband, fixed line, IPTV, dan bundling layanan digital lainnya.

Dalam keterangannya waktu itu, Direktur Utama Hendri Mulya Sjam mengungkap bahwa langkah FMC ini dapat memperkuat posisi Telkomsel sebagai perusahaan telekomunikasi digital terdepan di tanah air,  konvergensi ini dapat mengakselerasi pengalaman masyarakat menikmati layanan digital yang setara.

Strategi akuisisi baru

Industri telekomunikasi dihadapkan pada tantangan untuk mendongkrak pertumbuhan bisnis seiring dengan penetrasi pengguna seluler yang sudah melampaui 100%. Hal ini membuat ruang untuk akuisisi pelanggan baru menjadi sulit.

Laporan Capital IQ, Telkom, dan Kearney di 2021 menyebutkan bahwa industri telekomunikasi berdasarkan pendapatan 30 perusahaan telekomunikasi global teratas di periode 2011-2021 hanya tumbuh rata-rata sebesar 2%.

Kendati pasar seluler sudah jenuh, menurut analisis McKinsey Oxford Economic, ada peluang pendapatan baru yang dapat diciptakan lewat konvergensi layanan telekomunikasi mengingat penetrasi fixed broadband di Indonesia baru 14%.

Perlu diketahui, pelanggan Telkomsel menyusut signifikan hingga 20 juta menjadi 156 juta di 2022, dari posisi tahun sebelumnya yang sebesar 175 juta. Pihaknya menyebut bahwa penyusutan tersebut adalah upaya ‘bersih-bersih’ Telkomsel untuk menyisihkan pelanggan pasif yang tidak berkontribusi terhadap bisnisnya.

Churn rate

Sementara, dalam laporan analisis Oliver Wyman, konvergensi mobile dan fixed broadband diperkirakan bakal menjadi senjata ampuh bagi operator telekomunikasi untuk memaksimalkan retensi pelanggan, meningkatkan ARPU, menurunkan tingkat perpindahan pelanggan ke kompetitor (churn rate), hingga mendapatkan pangsa pasar baru.

Di sisi operasional, konvergensi memungkinkan operator untuk menyatukan seluruh prose berkaitan dengan layanan customer, mulai dari marketing, penjualan, aktivasi, hingga customer care. Demikian juga integrasi di back-end.

Sumber: Oliver Wyman

Laporan ini menyebut bahwa pengguna layanan konvergensi menunjukkan penurunan tingkat churn rate hingga 50% dibandingkan pengguna yang tidak terkonvergensi. Operator layanan FMC di Prancis tercatat telah mencapai penetrasi mobile tertinggi di atas 60% dengan layanan fixed broaband.

Application Information Will Show Up Here

Orderfaz Tutup Putaran Pendanaan Pra-Awal Dipimpin oleh 1982 Ventures

Startup fintech untuk social commerce Orderfaz menutup putaran pendanaan pra-awal dalam bentuk financing, dipimpin oleh 1982 Ventures. Modal awal ini digunakan untuk penambahan jumlah tim, pengembangan produk, dan ekspansi jangkauan pasar. 

Beroperasi pada Maret 2023, jajaran pendiri Orderfaz terdiri dari Reynaldi Gandawidjaja (CEO), Mohamad Iqbal (Chief Commercial Officer), and Jessica Alvina (Chief Product Officer) yang juga mantan eksekutif senior di Evermos.

Tim manajemen Orderfaz sebelumnya mendirikan platform logistik Popaket yang juga dicaplok Evermos, serta penyedia dropshipping UKM, Bandros. Mereka mendirikan Orderfaz karena melihat pasar marketing digital di Indonesia masif, tetapi belum dipertemukan dengan solusi yang tepat.

Orderfaz mengembangkan solusi pembayaran dan penjualan yang membantu pelaku usaha dan pemilik brand meningkatkan konversi penjualan online. Solusi ini dirancang untuk mengoptimasi penjualan dan operasional dengan biaya transaksi lebih rendah, serta memampukan pemilik brand mengontrol bisnisnya secara online.

Co-Founder dan CEO Orderfaz Reynaldi Gandwidjaja mengatakan, “social commerce di Indonesia telah menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa, tetapi terhambat dengan jumlah kanal penjualan yang terbatas, yang mana utamanya adalah retail dan e-commerce. Kami menciptakan Orderfaz sebagai one-stop shop bagi bisnis social commerce untuk mendorong pendapatan, operasional, dan mencapai tingkat konversi yang efisien,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Pihaknya menilai potensi social commerce masih sangat besar dengan estimasi nilai pasar $90 miliar pada 2028. Berdasarkan laporan “The Social Commerce Landscape in Indonesia” oleh Populix, sebanyak 86% responden di Indonesia pernah berbelanja di media sosial di mana TikTok Shop (45%) menjadi platform yang paling sering digunakan, diikuti WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%), dan Instagram Shop (10%). 

Sementara, Managing Partner di 1982 Ventures Scott Krivokopich menambahkan, “Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi paling terhubung secara digital, memiliki adopsi social commerce yang luar biasa. Yang sedang kami coba atasi di sini adalah bagaimana Orderfaz mencoba sesuatu yang berbeda di pasar. Kami bersemangat bekerja dengan tim Orderfaz sambil membangun solusi inovatif untuk social commerce di Indonesia.”

Konversi penjualan dan omnichannel

Dalam wawancara terpisah dengan DailySocial.id, CEO Orderfaz Reynaldi Gandawidjaja mengungkap, salah satu masalah utama yang sering dialami oleh pelaku social commerce di Indonesia adalah konversi penjualan yang spesifik.

Menurutnya, ada dua cara agar pelaku usaha social commerce dapat mengonversi calon pembeli menjadi penjualan, yakni melalui kanal WhatsApp dan order form. “Kami menyediakan kedua solusi ini untuk mempermudah deal closing dari digital market atau penjual social commerce. Jadi, lead yang masuk tidak gagal terkonversi,” ungkap Reynaldi.

Orderfaz menghadirkan fitur Smart WhatsApp Keyboard bagi penjual untuk menyelesaikan pemesanan pembeli dengan mudah, yang disesuaikan karakter unik pasar Indonesia di mana transaksi online diselesaikan lewat WhatsApp. Fitur ini mencakup rincian pemesanan, invoice, dan tautan product checkout untuk pembeli di WhatsApp.

Pihaknya mengklaim tingkat konversi penjualan penggunanya sudah terlihat dengan persentase bervariasi, dari 30% sampai 200%. Saat ini, sudah ada 600 penjual bergabung ke Orderfaz dalam dua bulan pertama usai peluncuran. Targetnya, jumlah pengguna naik dua kali lipat dalam beberapa bulan ke depan.

Lebih lanjut, Orderfaz berencana mengembangkan marketplace omnichannel untuk mengelola pemesanan di Orderfaz maupun mitra e-commerce pihak ketiga, seperti Shopee, Tokopedia, dan TikTok. Orderfaz juga akan membuat program customer loyalty untuk reward reliable buyers.

“Tidak semua penjual di e-commerce, seperti Tokopedia atau Shopee) juga social media seller. Namun, hampir semua social commerce seller merupakan e-commerce seller juga. Untuk itu, kami sedang mengintegrasikan e-commerce, seperti TikTok Shop, Shopee, Tokopedia) agar manajemen order user kami dapat terintegrasi di satu tempat.”

Orderfaz berupaya menyederhanakan proses pembelian lewat One-Click Checkout melalui plug-in browser di mana penjual melacak rekam jejak transaksi pembeli untuk menghindari risiko penipuan. Orderfaz juga menyediakan wadah berjejaring bagi pemilik brand agar dapat saling berbagi pengalaman, tips, dan trik berjualan sebagai digital marketer atau melalui media sosial 

Pasar Kendaraan Listrik Indonesia Ditaksir Capai Lebih dari Rp300 Triliun

AC Ventures dan Asosiasi Ekosistem Mobilitas Listrik (AEML) baru saja merilis laporan bertajuk “Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility” yang mengulas berbagai topik kunci terkait kendaraan listrik, mulai dari pelaku industri, infrastruktur, produksi lokal, rantai pasok, hingga kebijakan dan regulasi.

Laporan ini menyoroti potensi kendaraan listrik di Indonesia dengan proyeksi nilai sebesar $20 miliar atau lebih dari Rp300 triliun secara keseluruhan yang didukung sejumlah faktor kunci, antara lain peningkatan permintaan konsumen, kebijakan pemerintah, dan perkembangan teknologi baru yang mendorong performa dan mengurangi biaya secara keseluruhan.

Per 2020, pemakaian kendaraan listrik di Indonesia baru mencapai 26.000 unit roda dua dan 7.600 unit roda empat. Pemakaian ini utamanya didorong dari kemitraan B2B dan pembelian langsung. Secara persentase, saat ini motor listrik tercatat baru menyumbang 0,2% dari total pasar sepeda motor di Indonesia. Persentase ini dapat meningkat hingga 10% dalam lima tahun mendatang apabila pemangku kepentingan publik dan swasta bekerja sama untuk mendorong kendaraan listrik lokal.

Ekosistem pendukung, seperti cell manufacturing and battery management system ditaksir mengantongi nilai pasar sebesar $3 miliar-$4,5 miliar hingga 2030. Sementara, auto R&D and manufacturing diproyeksi menembus $12,5 miliar-$15 miliar. Kendati begitu, sejumlah tantangan ikut menyelimuti pengembangan kendaraan listrik di tanah air, mulai dari mahalnya biaya produksi kendaraan dan komponen baterai hingga rantai pasok.

Pemangku kepentingan di Tanah Air telah mengeluarkan sejumlah kebijakan di sisi permintaan, suplai, hingga infrastruktur untuk memberikan subsidi financing/insentif ke manufaktur, pengembang infrastruktur, hingga pengguna.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Sebagai perbandingan, penetrasi penggunaan kendaraan listrik roda dua di Vietnam sudah mencapai 9,7% di 2021. Ini tidak termasuk penggunaan sepeda listrik. Tiongkok dan negara-negara di Eropa mencatat penetrasi lebih besar, masing-masing 15% dan 16,1% untuk kendaraan listrik roda empat di 2021. Adapun, Tiongkok mendominasi penggunaan kendaraan listrik roda dua dengan 19,7%.

Tantangan, sentimen, dan ekosistem lokal

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membidik sebanyak 1,76 juta kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) dan 400 ribu unit untuk roda empat dapat mengaspal pada 2025. Dalam realisasinya, pemerintah tercekal sejumlah tantangan karena keterbatasan ekosistem untuk mendukung produksi, infrastruktur, hingga rantai pasok secara lokal.

Salah satunya adalah jaringan stasiun pengisian (charging station) dan penukaran baterai (BSS) pada kendaraan listrik. Per 2022, baru ada 439 high-powered general charging station yang terdapat di 328 titik lokasi dan 961 BSS di Indonesia.

Keterbatasan ini dikarenakan biaya investasi untuk membangun infrastruktur pengisian/penukaran baterai kendaraan listrik masih mahal. Tantangan lainnya adalah harga kendaraan listrik tidak murah, sedangkan opsi financing kendaraan listrik belum banyak. Di samping itu, spesifikasi yang terbatas juga belum dapat memenuhi kebutuhan pengendara.

Selain itu, minat terhadap kendaraan listrik juga dinilai belum tinggi. Berdasarkan survei terkait sentimen atau persepsi masyarakat terhadap kendaraan listrik, sebanyak 95% dan 84% responden masing-masing memiliki impresi positif pada aspek fuel efficiency dan biaya pemeliharaan yang rendah. Namun, impresi negatif terbesar tertuju pada aspek model kendaraan listrik (84%), infrastruktur pengisian baterai (81%), dan ukuran kendaraan listrik (79%).

“Banyak yang berminat switch ke kendaraan listrik karena merasa terlalu banyak menghabiskan biaya untuk bahan bakar. Namun, bagi kami, ini bukan hanya persoalan penghematan biaya, tetapi bagaimana mengembangkan produk yang punya kinerja yang sama dan dapat diandalkan seperti kendaraan yang sudah mereka miliki. Makanya, kami merancang produk dari pengalaman kami yang disesuaikan dengan pengguna Indonesia. Kami kembangkan kapabiitas R&D dengan tim yang kami miliki,” Founder dan CEO Maka Motors Raditya Wibowo saat sesi panel paparan laporan ini, Senin (3/7).

Lebih lanjut, laporan ini menyoroti inisiatif sektor pemerintahan dan swasta dalam mendukung ekosistem kendaraan listrik dalam negeri. Pemerintah mendirikan holding Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun industri baterai kendaraan listrik dari hulu ke hilir.

Di sektor swasta, raksasa manufaktur baterai kendaraan listrik Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL) asal Tiongkok rencananya menggelontorkan investasi sebesar $5,6 miliar untuk mengembangkan bahan baku baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Dari sisi penggunaan, perusahaan teknologi besar, seperti Grab dan Gojek, ikut ambil bagian dengan memperkenalkan pemakaian kendaraan listrik melalui layanan ride-hailing dan logistik sebagai entry point mereka. Grab Indonesia mengoperasikan 14.000 armada motor listrik, sedangkan Lazada Logistics menggunakan kendaraan listrik yang diproduksi PT Smoot Motor Indonesia untuk keperluan logistik.

Berdasarkan data yang kami himpun, ekosistem kendaraan listrik dalam negeri saat ini diisi oleh berbagai startup produsen motor listrik maupun pengembang baterai yang melibatkan sejumlah pemangku kepentingan. Beberapa di antaranya adalah Alva One, Charged Indonesia, ION Mobility, hingga Swap Energi.

Sumber: Indonesia’s Electric Vehicle Outlook: Supercharging Tomorrow’s Mobility

Korporasi dan pemodal ventura juga ikut terlibat dengan mendirikan perusahaan patungan (joint venture/JV) untuk menggarap kendaraan listrik, di antaranya ada Electrum (GoTo dan PT TBS Energi Utama Tbk) dan Ilectra Motor Group (PT Indika Energy Tbk, Alpha JWC Ventures, dan Horizons Ventures.

Sementara, anak usaha BUMN, Pertamina NRE ikut menggelontorkan dana kelolaan sebesar Rp7,7 triliun pada tahun lalu. Dana kelolaan bernama Energy Fund ini disiapkan untuk investasi pada inovasi di sektor energi.

Babak Baru DOKU, Gencarkan Solusi Keuangan untuk UMKM

Penyedia payment gateway DOKU resmi memperkenalkan solusi keuangan Juragan DOKU untuk mengakselerasi bisnis pelaku UMKM. Juragan DOKU juga menjadi penanda fokus baru perusahaan untuk mengejar pertumbuhan lanjutan pada tahun ini.

Dalam acara peluncurannya, CEO DOKU Chris Yeo mengatakan bahwa selama 16 tahun perusahaan fokus melayani segmen korporasi. Ia menyebut, segmen UMKM adalah bagian dari transformasi bisnis DOKU dari payment gateway menjadi perusahaan teknologi pembayaran.

Di sepanjang 2022, DOKU mengklaim telah memproses 145 juta transaksi dengan volume transaksi tumbuh 80% dibandingkan tahun sebelumnya. DOKU telah bermitra dengan 150.000 merchant payment gateway dari 18 kategori bisnis dan lebih dari 5 juta pengguna e-wallet.

“DOKU selalu memposisikan diri [sebagai] beyond payment. Kami senang kalian semua telah mendukung DOKU dan menjadi bagian dari babak baru DOKU selanjutnya,” tutur Chris di Jakarta, Senin (3/7).

Juragan DOKU merupakan solusi berbasis aplikasi yang menawarkan cara terima pembayaran bagi pelaku usaha di media sosial atau social seller. Aplikasinya telah tersedia untuk perangkat Android dan iOS. Pihaknya menyebut  sudah ada 10.000 UMKM bergabung dengan Juragan DOKU.

Juragan DOKU memungkinkan pelaku UMKM untuk mengelola transaksi keuangan baik melalui pembayaran online maupun offline secara langsung dengan sejumlah fitur, antara lain payment link, E-Katalog, QRIS, hingga instant checkout. Pihaknya juga memberikan program pendampingan kepada mitra UMKM.

Kehadiran Juragan DOKU ditargetkan dapat memperluas basis pelanggan social seller dengan ragam ketersediaan metode pembayaran, tidak hanya mendorong jumlah transaksi sukses saja.

Dalam wawancara dengan DailySocial.id baru-baru ini, Chris mengungkap bahwa social seller menjadi target pertumbuhan perusahaan selanjutnya. Menurutnya, kebutuhan terhadap layanan keuangan untuk UMKM masih sangat besar, terutama mereka yang berjualan di lebih dari satu platform media sosial.

Selain ruang pertumbuhan besar, perluasan pasar juga menjadi bagian dari upaya DOKU untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin payment gateway di Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM tahun lalu, baru 26,5% dari total 65 juta UMKM di Indonesia yang telah terhubung ke ekosistem digital. Pemerintah tengah menggenjot digitalisasi UMKM sejalan dengan meningkatnya penetrasi belanja online.

Tren social commerce juga cukup diminati oleh masyarakat Indonesia. Pasalnya, sebanyak 55% pengguna internet di Indonesia menghabiskan rata-rata pengeluaran hingga $100 untuk belanja di platform social commerce berdasarkan laporan Cube Asia di 2022.

JULO Rilis Fitur Akses Kilat untuk Transaksi Kredit Digital

Startup fintech lending JULO resmi memperkenalkan fitur bertransaksi sekali klik “KliKilat” pada layanan Kredit Digital. Fitur ini memungkinkan nasabah untuk meningkatkan pengalaman transaksi menjadi lebih cepat dan praktis tanpa memasukkan informasi berulang kali.

KliKilat dapat digunakan saat proses transaksi di mana nasabah dapat mengakses transaksi favoritnya dari halaman utama. Dengan fitur ini, nasabah tidak perlu lagi menginput besaran nilai hingga periode tenor pinjaman karena informasi kredensialnya sudah tersimpan. Nasabah tinggal menginput PIN, persetujuan pada surat perjanjian, dan ringkasan tagihan.

Disampaikan dalam keterangan resminya, Chief Technology Officer JULO Manoj Awasthi mengatakan bahwa KliKilat memprioritaskan faktor keamanan nasabah dari risiko transaksi tidak berizin lewat identifikasi PIN dan persetujuan surat perjanjian.

“Jika limit kredit tidak mencukupi, nasabah dapat menyesuaikan jumlah transaksi dengan mudah sehingga mereka tetap memiliki kontrol atas pengeluaran mereka dan terhindar dari penggunaan melebihi limit yang tersedia,” ungkap Awasthi.

Sebagai informasi, Kredit Digital diluncurkan pada 2021 untuk memperluas fungsional plafon pinjaman sehingga dapat dipakai untuk berbagai jenis transaksi. Awalnya, plafon pinjaman JULO hanya berlaku untuk pinjaman tunai yang ditransfer ke rekening peminjam.

Fungsi ini kemudian diperpanjang untuk seluruh layanan tunai dan nontunai JULO, mulai dari tarik dana, kirim dana, top up dompet digital, pembayaran e-commerce dan tagihan, hingga biaya pendidikan.

Dikutip dari situs resminya, total akumulasi pinjaman yang telah disalurkan JULO sejak didirikan adalah sebesar Rp9,87 triliun dengan total peminjam sebanyak 1,4 juta dan 1 juta peminjam aktif. Total pinjaman outstanding tercatat sebesar Rp1,06 triliun. JULO mengklaim 70% penggunaan kreditnya digunakan untuk keperluan produktif.

Pasar paylater

Paylater adalah salah satu layanan keuangan yang banyak digunakan masyarakat Indonesia. Kemudahan pengajuan hingga keterjangkauan di berbagai merchant online menjadi salah satu faktor tingginya penggunaan layanan ini. 

Berdasarkan laporan Kredivo dan Katadata Insight Center (KIC), paylater menjadi stimulus daya beli masyarakat dalam berbelanja online dengan persentase 16,2%, mengungguli metode transfer bank (10,2%) di urutan keempat. Urutan teratas diisi oleh e-wallet (46,8%) dan tunai/cod (22,6%). 

Laporan ini juga menemukan adanya konsistensi peningkatan transaksi di kota tier 2 dan tier sejak 2020. Ini menandakan daya beli masyarakat di kawasan ini mulai tumbuh dan penetrasi e-commerce ke daerah semakin meluas pasca-pandemi.

Selain JULO, sejumlah platform paylater yang lekat dengan layanan e-commerce adalah Shopee Paylater, Kredivo, Akulaku, hingga Atome. Adapula GoPay Later yang banyak digunakan untuk layanan on-demand, seperti transportasi dan pemesanan makanan.

Meski tak sedominan platform paylater di ekosistem e-commerce, JULO juga memungkinkan pinjaman tunai, bersaing dengan platform sejenis, seperti Kredivo, Akulaku, Indodana, hingga Kredit Pintar.

JULO juga baru-baru ini memperluas pangsanya ke fasilitas student loan terlepas beberapa pemain menyetop layanannya, yakni KoinPintar dan Pintek. Kini menyisakan Danacita, CICIL, Danadidik, dan Edufund yang menyediakan pinjaman pendidikan.

Application Information Will Show Up Here

Filipina dan Vietnam Jadi Target Ekspansi DOKU Selanjutnya

Penyedia payment gateway DOKU bersiap untuk menambah cakupan pasar baru di Asia Tenggara di 2023. Setelah debut di Malaysia via akuisisi senangPay tahun lalu, perusahaan tengah menjajaki pasar baru di Filipina dan Vietnam.

Dalam wawancara dengan DailySocial.id, CEO DOKU Chris Yeo mengungkap ambisinya untuk memperluas solusi pembayarannya ke seluruh Asia Tenggara. Ekspansi ini menjadi strategi DOKU untuk memperkuat klaim posisinya sebagai pemimpin payment gateway di kawasan ini.

“Visi kami adalah menjadi pemimpin solusi pembayaran yang tumbuh di Indonesia, lalu memperluas cakupan pasarnya ke seluruh Asia Tenggara. Makanya, kami aktif menjajaki peluang merger and acquisition (M&A). Prioritas kami adalah negara yang memiliki karakteristik pasar serupa dengan Indonesia,” tutur Chris.

Sekadar informasi, tahun lalu DOKU mencaplok senangPay, penyedia payment gateway asal Malaysia. Pihaknya melihat potensi strategis lewat akuisisi ini yang mana perilaku pembayaran di Malaysia tak jauh berbeda dengan Indonesia. Selain itu, ada banyak pekerja migran dan pelajar asal Indonesia di Malaysia yang dapat menjadi target pasar potensial.

Di Filipina dan Vietnam, inklusi keuangannya juga tengah berkembang. Menurut laporan World Bank di 2021, tingkat inklusi keuangan di Filipina mencapai 51,37%. Negara tetangga, Malaysia, Singapura, dan Thailand, mengantongi indeks inklusi keuangan tertinggi, masing-masing sebesar 88,37%, 97,55%, dan 95,58%.

Di sepanjang 2022, DOKU menyebut telah memproses total keseluruhan 145 juta transaksi pembayaran, atau tumbuh 80% (YoY). Pertumbuhan ini didongkrak dari metode pembayaran Virtual Account (VA), yang diklaim meningkat tiga kali lipat (YoY). Mitra merchant DOKU tercatat lebih dari 150 ribu.

Per sekarang (year-to-date), DOKU telah mengantongi volume transaksi sebesar Rp330 triliun dan 360 juta transaksi dengan lebih dari 4 juta pengguna, DOKU membidik pertumbuhan transaksi pembayaran yang sama untuk tahun ini. Tanpa menyebut angkanya, menurut Chris, TPV dan GTV DOKU sudah mencapai target di kuartal I 2023.

Social seller

Selain kesamaan karateristik inklusi keuangan, lanjut Chris, kawasan Asia Tenggara juga lekat dengan segmen UMKM. Segmen ini memanfaatkan platform digital dan media sosial untuk menjangkau konsumen sehingga memunculkan kebutuhan terhadap solusi pembayaran digital.

Chris juga bilang, UMKM menjadi target pertumbuhan perusahaan dalam jangka pendek. Kategori UMKM yang dibidik adalah social seller, terutama mereka yang kesulitan mengelola transaksi pembayaran dari penjualan di berbagai media sosial. Saat ini, DOKU baru fokus melayani segmen korporasi, perusahaan skala besar, hingga perusahaan teknologi.

Lewat Juragan DOKU, social seller bisa menerima pembayaran online dan offline dengan registrasi lebih cepat dalam lima menit. “Kami ingin enable para social seller untuk menjual produk dan menerima pembayaran secara mudah dan cepat. Solusi yang ditawarkan bisa lewat Instant Checkout di Instagram Story, Payment Link, atau e-Katalog. Kalau pembelian offline, bisa memakai fitur QRIS.”

Mengacu laporan Cube Asia tentang “Social Commerce in Southeast Asia 2022“, sebanyak 55% pengguna internet di Indonesia menghabiskan rata-rata pengeluaran sebesar $100 untuk belanja di platform social commerce.

Indonesia juga tercatat sebagai pasar live shopping dan community group buy terbesar di Asia Tenggara dengan estimasi nilai GMV masing-masing hampir $5 miliar dan $2 miliar di 2022. Tingginya penggunaan media sosial di Tanah Air ikut memicu perilaku belanja online.

Ia menekankan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggunakan pembayaran tunai dalam bertransaksi sehingga ruang pertumbuhannya masih sangat besar.

“Bagi kami, edukasi pasar masih menjadi tantangan utama. Sudah banyak orang tahu dengan metode pembayaran QRIS. Namun, memperkenalkan konsep pembayaran baru engan link dan memperluas peluang penjualan dengan menambah channel pembayaran juga membutuhkan waktu. Itulah mengapa kami berkolaborasi dengan banyak pihak untuk memperluas jangkauan kami.” Tutupnya.

DOKU merupakan pengembang payment gateway pertama di Indonesia yang berdiri sejak tahun 2007. Hingga saat ini, DOKU memiliki enam lisensi layanan pembayaran. Beberapa produk yang ditawarkan berupa payment, fund transfer/payout, hingga e-money/ wallet untuk white label. 

Seiring berkembangnya penetrasi internet dan penggunaan layanan digital, kebutuhan terhadap pembayaran online ikut meningkat di Indonesia. Solusi di bidang payment gateway mulai banyak dilirik. Selain DOKU, ada Xendit, Midtrans, hingga Espay yang meramaikan pasar ini.

Application Information Will Show Up Here

Survei Hypefast: Tren Belanja Offline Kembali, Aksesibilitas di Daerah Jadi Perhatian

Startup rollup e-commerce Hypefast mengungkap terjadi tren channel shifting atau peralihan penggunaan kanal belanja oleh pembeli produk brand lokal sejak beberapa tahun terakhir.

Dalam sesi paparan “Mengupas Tren Brand Lokal 2023” yang diambil dari 5.000 sampel brand lokal di Indonesia, terungkap konsumen mulai kembali berbelanja di toko offline karena sejumlah marketplace mulai menaikkan platform fee pada transaksi hingga mengurangi subsidi gratis ongkos kirim. Menurut surveinya, strategi tersebut ditempuh karena marketplace tengah mengejar profitabilitas.

“(Konsumen) berpotensi shifting ke marketplace kompetitor atau belanja di toko offline. Konsumen di daerah pun enggan belanja online. Makanya, toko offline tengah dilirik brand lokal untuk masuk ke kota tier 2 dan tier 3. Begitu mulai masuk distribusi offline, masuk ke convenient store, aksesibilitas menjadi jauh lebih luas dibanding online presence,” tutur Founder dan CEO Hypefast Achmad Alkatiri (Mad), Rabu (21/6).

Tren ini juga terlihat pada pendapatan akumulasi grup Hypefast. Mad menyebut pendapatan dari penjualan online Hypefast menyumbang porsi 88% pada sepuluh bulan lalu. Namun, sekarang pendapatan online dan offline perusahaan masing-masing mengambil porsi 50%. “Kami melihat tren belanja offline kembali lagi,” tumbuhnya.

Sebagai tambahan, saat ini Shopee disebut masih menjadi kanal utama penjualan brand lokal, terutama brand lokal yang sejak awal memasarkan produknya lewat kanal online. Shopee disebut memiliki basis pembeli loyal bagi brand lokal.

Lantas, lanjut Mad, pihaknya tak serta-merta akan menambah toko offline. Untuk saat ini di level grup, Hypefast belum berencana menambah toko baru. Namun, pemilik brand berpotensi untuk membuka toko offline apabila menunjukkan kinerja penjualan yang baik di toko flagship.

Saat ini, Hypefast punya multibrand store sebagai toko flagship untuk berbagai portofolio brand. Toko flagship dibidik sebagai branding channel, bukan revenue channel. Adapun, Hypefast telah memiliki lebih dari 15 portofolio brand lokal, termasuk di segmen fashion dan beauty.

Tak hanya channel shifting, survei ini juga menemukan tren transisi brand atau brand shifting sejak 3-4 tahun lalu. Brand lokal yang utamanya didorong oleh segmen fashion, kini mulai beralih ke health & beauty. Pemilik brand menilai persaingan di fashion semakin ketat. Berbeda dengan segmen beauty yang punya barrier-to-entry besar karena butuh modal usaha yang besar juga.

Menurutnya, pelaku usaha bisa membangun brand fashion dengan modal Rp3 juta. Di segmen ini, potensi pembeli berulang mencapai 32% dengan laba kotor rata-rata sebesar 32%. Namun, pergerakan tren fashion sangat cepat yang mana perlu ada SKU baru setiap dua minggu.

Sementara, produk beauty perlu modal sekitar Rp50 juta dengan potensi pembeli berulang sebesar 58% dan laba kotor rata-rata 65%. Produk beauty juga memiliki expiration date lebih lama. Segmen ini tengah berkembang pesat karena manufakturnya mulai banyak dibuka di Indonesia. Situasinya berbeda dengan dulu di mana riset produk kecantikan bisa memakan waktu dua tahun.

Melihat tren ini, ia bilang bahwa perusahaan akan fokus ke segmen health & beauty karena menyumbang EBITDA terbesar ke kinerja perusahaan. Hypefast mengklaim sudah EBITDA positif sejak 2021, serta mencapai EBITDA positif dan net income positif di 2022. Pendapatan akumulasinya (semua brand di bawah entitas Hypefast) diklaim mencapai Rp1 triliun, mayoritas dari organik, bukan acquired revenue.

“Untuk strategi top line dan bottom line kami, lini fashion menyumbang top line paling besar, sedangkan beauty berkontribusi paling besar ke EBITDA dan bottom line Hypefast–yang mana ini normal karena gross margin profile berbeda,” ungkapnya.

Tahun ini, Hypefast membidik pertumbuhan double digit sambil melihat potensi akuisisi brand, terutama di kategori health & beauty dan mom & kids. Untuk memperkuat posisinya sebagai house of brand, ia juga mengungkap minatnya untuk masuk ke ekosistem penunjang, tidak hanya di ekosistem brand saja.

Disinggung soal rencana penggalangan dana baru, ia menutup, “we’re lucky enough to be a profitable business. Ini belum urgent sekarang. Kami masih menunggu.”