Babak Baru DOKU, Gencarkan Solusi Keuangan untuk UMKM

Penyedia payment gateway DOKU resmi memperkenalkan solusi keuangan Juragan DOKU untuk mengakselerasi bisnis pelaku UMKM. Juragan DOKU juga menjadi penanda fokus baru perusahaan untuk mengejar pertumbuhan lanjutan pada tahun ini.

Dalam acara peluncurannya, CEO DOKU Chris Yeo mengatakan bahwa selama 16 tahun perusahaan fokus melayani segmen korporasi. Ia menyebut, segmen UMKM adalah bagian dari transformasi bisnis DOKU dari payment gateway menjadi perusahaan teknologi pembayaran.

Di sepanjang 2022, DOKU mengklaim telah memproses 145 juta transaksi dengan volume transaksi tumbuh 80% dibandingkan tahun sebelumnya. DOKU telah bermitra dengan 150.000 merchant payment gateway dari 18 kategori bisnis dan lebih dari 5 juta pengguna e-wallet.

“DOKU selalu memposisikan diri [sebagai] beyond payment. Kami senang kalian semua telah mendukung DOKU dan menjadi bagian dari babak baru DOKU selanjutnya,” tutur Chris di Jakarta, Senin (3/7).

Juragan DOKU merupakan solusi berbasis aplikasi yang menawarkan cara terima pembayaran bagi pelaku usaha di media sosial atau social seller. Aplikasinya telah tersedia untuk perangkat Android dan iOS. Pihaknya menyebut  sudah ada 10.000 UMKM bergabung dengan Juragan DOKU.

Juragan DOKU memungkinkan pelaku UMKM untuk mengelola transaksi keuangan baik melalui pembayaran online maupun offline secara langsung dengan sejumlah fitur, antara lain payment link, E-Katalog, QRIS, hingga instant checkout. Pihaknya juga memberikan program pendampingan kepada mitra UMKM.

Kehadiran Juragan DOKU ditargetkan dapat memperluas basis pelanggan social seller dengan ragam ketersediaan metode pembayaran, tidak hanya mendorong jumlah transaksi sukses saja.

Dalam wawancara dengan DailySocial.id baru-baru ini, Chris mengungkap bahwa social seller menjadi target pertumbuhan perusahaan selanjutnya. Menurutnya, kebutuhan terhadap layanan keuangan untuk UMKM masih sangat besar, terutama mereka yang berjualan di lebih dari satu platform media sosial.

Selain ruang pertumbuhan besar, perluasan pasar juga menjadi bagian dari upaya DOKU untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin payment gateway di Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM tahun lalu, baru 26,5% dari total 65 juta UMKM di Indonesia yang telah terhubung ke ekosistem digital. Pemerintah tengah menggenjot digitalisasi UMKM sejalan dengan meningkatnya penetrasi belanja online.

Tren social commerce juga cukup diminati oleh masyarakat Indonesia. Pasalnya, sebanyak 55% pengguna internet di Indonesia menghabiskan rata-rata pengeluaran hingga $100 untuk belanja di platform social commerce berdasarkan laporan Cube Asia di 2022.

Filipina dan Vietnam Jadi Target Ekspansi DOKU Selanjutnya

Penyedia payment gateway DOKU bersiap untuk menambah cakupan pasar baru di Asia Tenggara di 2023. Setelah debut di Malaysia via akuisisi senangPay tahun lalu, perusahaan tengah menjajaki pasar baru di Filipina dan Vietnam.

Dalam wawancara dengan DailySocial.id, CEO DOKU Chris Yeo mengungkap ambisinya untuk memperluas solusi pembayarannya ke seluruh Asia Tenggara. Ekspansi ini menjadi strategi DOKU untuk memperkuat klaim posisinya sebagai pemimpin payment gateway di kawasan ini.

“Visi kami adalah menjadi pemimpin solusi pembayaran yang tumbuh di Indonesia, lalu memperluas cakupan pasarnya ke seluruh Asia Tenggara. Makanya, kami aktif menjajaki peluang merger and acquisition (M&A). Prioritas kami adalah negara yang memiliki karakteristik pasar serupa dengan Indonesia,” tutur Chris.

Sekadar informasi, tahun lalu DOKU mencaplok senangPay, penyedia payment gateway asal Malaysia. Pihaknya melihat potensi strategis lewat akuisisi ini yang mana perilaku pembayaran di Malaysia tak jauh berbeda dengan Indonesia. Selain itu, ada banyak pekerja migran dan pelajar asal Indonesia di Malaysia yang dapat menjadi target pasar potensial.

Di Filipina dan Vietnam, inklusi keuangannya juga tengah berkembang. Menurut laporan World Bank di 2021, tingkat inklusi keuangan di Filipina mencapai 51,37%. Negara tetangga, Malaysia, Singapura, dan Thailand, mengantongi indeks inklusi keuangan tertinggi, masing-masing sebesar 88,37%, 97,55%, dan 95,58%.

Di sepanjang 2022, DOKU menyebut telah memproses total keseluruhan 145 juta transaksi pembayaran, atau tumbuh 80% (YoY). Pertumbuhan ini didongkrak dari metode pembayaran Virtual Account (VA), yang diklaim meningkat tiga kali lipat (YoY). Mitra merchant DOKU tercatat lebih dari 150 ribu.

Per sekarang (year-to-date), DOKU telah mengantongi volume transaksi sebesar Rp330 triliun dan 360 juta transaksi dengan lebih dari 4 juta pengguna, DOKU membidik pertumbuhan transaksi pembayaran yang sama untuk tahun ini. Tanpa menyebut angkanya, menurut Chris, TPV dan GTV DOKU sudah mencapai target di kuartal I 2023.

Social seller

Selain kesamaan karateristik inklusi keuangan, lanjut Chris, kawasan Asia Tenggara juga lekat dengan segmen UMKM. Segmen ini memanfaatkan platform digital dan media sosial untuk menjangkau konsumen sehingga memunculkan kebutuhan terhadap solusi pembayaran digital.

Chris juga bilang, UMKM menjadi target pertumbuhan perusahaan dalam jangka pendek. Kategori UMKM yang dibidik adalah social seller, terutama mereka yang kesulitan mengelola transaksi pembayaran dari penjualan di berbagai media sosial. Saat ini, DOKU baru fokus melayani segmen korporasi, perusahaan skala besar, hingga perusahaan teknologi.

Lewat Juragan DOKU, social seller bisa menerima pembayaran online dan offline dengan registrasi lebih cepat dalam lima menit. “Kami ingin enable para social seller untuk menjual produk dan menerima pembayaran secara mudah dan cepat. Solusi yang ditawarkan bisa lewat Instant Checkout di Instagram Story, Payment Link, atau e-Katalog. Kalau pembelian offline, bisa memakai fitur QRIS.”

Mengacu laporan Cube Asia tentang “Social Commerce in Southeast Asia 2022“, sebanyak 55% pengguna internet di Indonesia menghabiskan rata-rata pengeluaran sebesar $100 untuk belanja di platform social commerce.

Indonesia juga tercatat sebagai pasar live shopping dan community group buy terbesar di Asia Tenggara dengan estimasi nilai GMV masing-masing hampir $5 miliar dan $2 miliar di 2022. Tingginya penggunaan media sosial di Tanah Air ikut memicu perilaku belanja online.

Ia menekankan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggunakan pembayaran tunai dalam bertransaksi sehingga ruang pertumbuhannya masih sangat besar.

“Bagi kami, edukasi pasar masih menjadi tantangan utama. Sudah banyak orang tahu dengan metode pembayaran QRIS. Namun, memperkenalkan konsep pembayaran baru engan link dan memperluas peluang penjualan dengan menambah channel pembayaran juga membutuhkan waktu. Itulah mengapa kami berkolaborasi dengan banyak pihak untuk memperluas jangkauan kami.” Tutupnya.

DOKU merupakan pengembang payment gateway pertama di Indonesia yang berdiri sejak tahun 2007. Hingga saat ini, DOKU memiliki enam lisensi layanan pembayaran. Beberapa produk yang ditawarkan berupa payment, fund transfer/payout, hingga e-money/ wallet untuk white label. 

Seiring berkembangnya penetrasi internet dan penggunaan layanan digital, kebutuhan terhadap pembayaran online ikut meningkat di Indonesia. Solusi di bidang payment gateway mulai banyak dilirik. Selain DOKU, ada Xendit, Midtrans, hingga Espay yang meramaikan pasar ini.

Application Information Will Show Up Here

Ambisi Chris Yeo Bawa DOKU dan Bisnis “Payment Gateway” ke Pertumbuhan Selanjutnya

Pada akhir Juli kemarin, platform payment gateway DOKU mengumumkan penunjukkan Chris Yeo sebagai CEO baru perusahaan. Pengalamannya yang ekspansif di industri keuangan diharapkan dapat menjadi amunisi yang baik dalam membawa DOKU ke pertumbuhan selanjutnya.

Yeo sebelumnya menjabat sebagai Managing Director dan Head of GrabPay dan
GrabRewards di Grab Financial Group, dan pernah menjadi bagian di PayPal. Ia menggantikan CEO sebelumnya, Thong Sennelius, yang tetap anggota Direksi DOKU.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Yeo menyampaikan optimismenya bagi perkembangan bisnis DOKU sebagai pionir payment gateway lokal sejak 2007 dengan segudang pengalaman jatuh bangunnya.

Saat ia bekerja untuk PayPal selama 10 tahun untuk kawasan Asia Pasifik, dirinya banyak memantau para champion dari lokal di Asia dan perkembangannya dari masa ke masa. DOKU termasuk di dalam radar.

“DOKU diisi oleh orang-orang yang punya pengalaman mendalam, yang sangat penting dalam membangun bisnis berkelanjutan di industri pembayaran. Terlebih mengutip dari laporan e-Conomy 2021, Indonesia berada jalur terdepan dengan potensi pertumbuhan tiga kali lebih tinggi dari Vietnam. DOKU berada di posisi yang tepat untuk mengambil posisi di tengah pertumbuhan pesatnya ekonomi digital,” ucapnya.

Pengalaman manajemen di lingkup regional dan internasional, serta didukung kondisi ekonomi makro yang positif, memantapkan langkah DOKU memulai ekspansi regional. Malaysia adalah negara pertama yang dijajal, lewat akuisisi SenangPay, pemain sejenis dari Negeri Jiran.

Yeo menuturkan, langkah ekspansi DOKU dimaksudkan untuk masuk ke area yang belum menjadi keunggulan perusahaan. Saat ini DOKU diklaim merupakan pemimpin segmen payment gateway dengan lebih dari 150 ribu merchant, mayoritas dari korporasi besar menjangkau 18 industri, termasuk marketplace, fintech, dan layanan publik.

Produk DOKU, selain payment gateway, telah menjelma menjadi platform pembayaran terlengkap, dari online, offline, serta layanan bernilai tambah (value-added services).

Dia mencontohkan salah satu inovasi yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pembayaran yang kompleks. Tidak seperti kebanyakan pemain pembayaran yang menawarkan waktu penyelesaian (settlement) “T+1” dalam model agregator, DOKU mengklaim dirinya sebagai satu-satunya platform pembayaran di Indonesia yang menawarkan fitur “T+0 untuk waktu penyelesaian di hari yang sama” yang disesuaikan dengan kebutuhan merchant reksadana. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan OJK untuk pembelian reksadana secara online.

Ada pula inovasi pembayaran berulang di bidang insurtech. Untuk menjaga pembayaran premi tetap terbayar nasabah, dibutuhkan pembayaran berulang (recurring). Dengan demikian, perusahaan tetap menjaga bisnisnya dan nasabah tetap terlindung dengan asuransi.

Mengapa Malaysia?

Yeo percaya diri dengan klaim DOKU sebagai pemimpin industri payment gateway di Indonesia. Disebutkan perusahaan telah menyediakan 40 metode pembayaran yang mencakup transaksi online dan offline. Ruang pertumbuhan masih tetap ada, terutama di area UKM yang belum maksimal digarap dan bagi konsumen existing tentunya banyak inovasi lanjutan yang bisa dikembangkan.

Bagi DOKU, cara berpikir untuk berinovasi di bisnis payment gateway adalah memindahkan uang secara efisien. Dari titik A ke titik B, dari orang satu ke orang kedua, dan seterusnya. Solusi yang ada saat ini, mungkin sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, tapi bagi sebagian besar bisnis masih banyak friksi.

“Itulah bagaimana bisnis pembayaran berjalan dan inilah inovasi pembayaran berasal. Jadi jika Anda memikirkannya hari ini Anda tahu beberapa, beberapa metode, beberapa kasus penggunaan tampaknya baik-baik saja, tetapi banyak metode pembayaran itu bagi orang lain masih banyak friski. Dan dengan friksi ini, ada peluang dan kami pikir masih banyak peluang untuk menyelesaikan masalah di Indonesia.”

Yeo melanjutkan, “Selama kami terus permudah pembayaran untuk bisnis semakin efisien, inovasi terus berlanjut. Dengan posisi kami di market leader, jadi sangat memungkinkan bagi kami untuk mulai berpikir perbesar pertumbuhan di area lainnya yang belum kami kuasai. Bagi kami masuk ke segmen UMKM adalah terpenting untuk pertumbuhan selanjutnya. Akuisisi SenangPay adalah salah satu contohnya.”

SenangPay, sambungnya, adalah salah satu pemain terdepan payment gateway yang kuat dengan merchant UMKM-nya. Diklaim jumlahnya mencapai lebih dari 15 ribu merchant. Hal ini jadi nilai tambah yang akan berguna dalam mengembangkan rangkaian produk yang lebih beragam di mana mereka (DOKU dan SenangPay) beroperasi. Terlebih lagi, Malaysia dan Indonesia punya latar belakang sosial dan budaya yang mirip.

SenangPay dikelola SimplePay Gateway Sdn Bhd yang didirikan pada 2015. Perusahaan tersebut telah terdaftar di Bank Negara Malaysia sebagai penyedia Layanan Merchant Acquiring. Perusahaan juga bekerja sama dengan Mastercard International sebagai Fasilitator Pembayaran (FP) untuk wilayah Asia Pasifik.

Solusi yang disediakan perusahaan untuk membantu pebisnis Malaysia mencakup metode pembayaran kartu kredit/debit, internet banking (FPX), dan bekerja sama dengan semua pemain besar e-wallet di Malaysia. Diklaim, SenangPay adalah satu dari lima penyedia layanan payment gateway terbaik di Malaysia yang telah melayani lebih dari 15 ribu merchant, dengan tim berjumlah lebih dari 45 orang.

“Kami akan transfer pengetahuan, bagaimana melayani pedagang kecil di Indonesia ke mereka, begitupun sebaliknya, sehingga SenangPay bisa memperluas [bisnis] ke segmen usaha yang lebih besar di Malaysia.”

SenangPay berencana memperkuat dan memperluas layanan di luar payment gateway online, yakni mengadopsi layanan baru, seperti e-wallet, remittance, dan transaksi offline seperti Tap On Glass, M2M (mobile to mobile). Dengan penawaran baru ini, SenangPay memungkinkan para merchant melakukan transisi dari model toko fisik ke versi digital, sejalan dengan inisiatif “Malaysia Digital” yang dibentuk Pemerintah sana.

Hal ini menjadi kesempatan bagi DOKU membawa teknologinya ke Malaysia, akibat timpangnya inovasi fintech di sana dibandingkan Indonesia yang jauh lebih dinamis.

“Jadi saya pikir untuk setiap pemain [fintech] perlu tahu apa fokus yang mereka kuasai. Dan untuk DOKU, kami selalu memikirkan beberapa hal. Hal pertama menyediakan produk menyeluruh untuk pembayaran online dan offline.”

Ia pun memercayai kolaborasi dengan pemain lainnya akan membantu meningkatkan inklusi produk keuangan di Indonesia. Di dunia keuangan, tidak berlaku konsep winner takes all.

“Justru sebenarnya kebalikannya karena pasar pembayaran sangat besar di pasar [Indonesia] yang begitu besar ini.”

Bahkan, lanjutnya, di negara maju pun bisnis pembayaran dikuasai beberapa pemain karena ada banyak segmen yang bisa jadi fokus. “Jadi, kemitraan antara pelaku pembayaran sangat penting.”

Yeo sejauh ini tidak bersedia menuturkan rencana ekspansi perusahaan berikutnya setelah Malaysia.

Perdalam UKM

Seiring dengan adanya transfer ilmu dengan SenangPay, DOKU akan mendalami fokusnya di bidang UMKM. Yeo menjelaskan, dalam menyasar segmen tersebut, DOKU benar-benar memulainya dari fundamental kebutuhan UMKM sebagai fokus awal.

“Jika Anda berpikir tentang self-served sign up atau self-onboarding, yang sangat penting bagi UMKM, sejujurnya, ini adalah area yang belum pernah kami fokuskan sebelumnya. [Selama ini] Kami fokus perusahaan skala besar, yang mana mereka tidak akan datang ke situs web kami untuk mendaftar sendiri karena mereka punya tim TI yang mendaftar untuk mereka kan.”

Dia melanjutkan, “Jadi yang dibutuhkan UMKM adalah proses onboarding yang cepat dan sederhana. [..] Ada peluang untuk memperbaiki alur onboarding yang ada saat ini. Tapi berbicara tentang UMKM, kami sebenarnya hari ini sudah memiliki beberapa produk untuk membuat tautan pembayaran yang dapat mereka kirim melalui saluran apa pun dengan mudah.”

UMKM juga biasanya membutuhkan e-katalog sederhana untuk permudah promosi barang-barang mereka dan tentu saja menerima pembayaran. “Kami berpikir bagaimana DOKU dapat lebih meningkatkan beberapa produk yang ada di pasar dengan memberikan nilai tambah bagi merchant.”

“Dan pada akhirnya, kami ingin menyediakan produk yang benar-benar menambah nilai bagi UMKM. Dari apa yang kami dengar, mereka pada dasarnya mencari tiga hal, yakni kenyamanan, sederhana, dan hemat biaya. Dan itu, itu masih menjadi filosofi kami,” tutupnya.

10 Startup Peserta “Grab Ventures Velocity” Angkatan Kedua

Grab mengumumkan 10 startup terpilih sebagai peserta Grab Ventures Velocity (GVV) angkatan kedua. Program flagship ini memilih dua fokus tema, yakni pemberdayaan petani dan usaha kecil.

Dari 10 startup tersebut, 7 datang dari Indonesia, 2 di antaranya dari Singapura, dan sisanya dari Malaysia. Secara berurutan, mereka adalah Eragano, PergiUmroh, Porter, Sayurbox, Tanihub, Tamasia, Qoala, Treedots, GLife, dan MyCash Online. Diklaim ada 150 startup yang mengajukan, mayoritas datang dari Asia Tenggara tapi ada juga datang dari luar Asia Tenggara.

“Menjadi decacorn pertama di Asia Tenggara merupakan perjalanan yang sangat kami syukuri dan kali ini kami ingin berkontribusi kembali dan membagikan apa yang telah kami pelajari untuk juga berkontribusi pada kemajuan negara,” terang President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, kemarin (17/6).

Pada pengumuman ini, turut dihadiri Menteri Kominfo Rudiantara, Staf Ahli Kemenkeu, serta mitra eksklusif Grab (Ovo, Kudo, Microsoft, dll). Dalam sambutannya, Rudiantara memberikan dukungannya terhadap program ini. Menurutnya, secara bersama-sama dapat membangun Asia Tenggara yang lebih kuat sebagai rumah dan ekosistem bagi banyak startup.

“Melalui program GVV ini saya berharap agar startup Indonesia juga mampu berkompetisi secara global dan mengharumkan nama bangsa,” tambahnya.

Ridzki melanjutkan pemilihan tema ini dilatarbelakangi oleh komitmen keberlanjutan kepada pemerintah Indonesia untuk mengambil peran utama dalam mengembangkan ekosistem agritech, tidak hanya di Indonesia tapi juga di Asia Tenggara. Dua fokus ini secara tidak langsung juga berkaitan dengan fokus perusahaan yang ingin memberdayakan usaha kecil dan menengah.

Mengenai update dari batch pertama, Grab dalam waktu dekat akan segera menghadirkan layanan Sejasa dalam aplikasinya. Sebelumnya, layanan pesenan film dari BookMyShow berbentuk tile dinamai “Tiket” sudah resmi dihadirkan.

“Sejasa tahun ini akan datang ke aplikasi Grab dan bisa segera digunakan untuk jutaan pengguna Grab.”

Pada batch pertama yang digelar akhir tahun lalu, memilih tiga startup dari Indonesia dari lima peserta untuk dibantu scale up. Mereka adalah BookMyShow, Sejasa, dan Minutes. Pihak BookMyShow menyebut pada bulan pertama uji coba berlangsung, bisnisnya tumbuh hingga 70%.

Program GVV batch kedua

Head of Grab Ventures Chris Yeo menjelaskan, batch ini memiliki dua jalur, pemberdayaan petani dan usaha kecil. Keduanya direpresentasikan oleh ada lima startup. Jalur pertama ada GLife, Tanihub, Treedots, Sayurbox, dan Eragano. Jalur kedua ada PergiUmroh, Porter, Tamasia, Qoala, dan MyCash Online.

Bila dihitung keseluruhan, ada 30 ribu petani dan 5500 pengusaha kecil yang sudah terbantu dengan total GMV lebih dari US$110 juta. Prospek ke depannya, masih ada 35 juta petani di Indonesia saja yang bisa berpeluang terbantu oleh teknologi, potensi GMV-nya sekitar US$136 miliar. Lalu ada 46 juta pengusaha kecil di Indonesia yang siap terhubung dengan teknologi.

Pengangkatan tema untuk batch kali ini, juga dilatarbelakangi oleh beberapa pembelajaran yang diambil dari batch pertama. Chris menjelaskan dari pilot project, pihaknya mendapat proof of concept dari para peserta.

Ada data nyata yang berhasil diperlihatkan, semisal dari pencapaian BookMyShow pasca bergabung. Data tersebut dimanfaatkan untuk menggali lebih dalam sinergi yang bisa dilakukan kedua perusahaan agar tetap selaras dengan kebutuhan pengguna Grab.

“Tapi di sisi lain, pada batch pertama tidak ada tema spesifik yang diangkat. Makanya startup yang mendaftar itu dari berbagai sektor. Kali ini mau kita fokuskan agar lebih spesifik dan targeted,” terangnya.

Peserta batch kedua ini akan menguji proyek awal mereka dalam ekosistem Grab, menyesuaikan dengan layanan yang ditawarkan. Ada beberapa channel yang disediakan, melalui aplikasi Grab itu sendiri, basis merchant GrabFood, atau jaringan agen Kudo. Dibandingkan batch sebelumnya, hanya ada integrasi ke aplikasi Grab.

Akan tetapi, Chris mengaku pihaknya belum menetapkan ada berapa banyak startup yang bakal dipilih dan nominal investasi yang disiapkan. Dia hanya memastikan besaran nominal investasi yang disiapkan adalah post-seed stage. Berbeda dengan fokus Grab Ventures yang mengincar pendanaan ke startup mulai dari tahap seri B ke atas.

Seluruh peserta ini akan mengikuti pelatihan selama 16 minggu, diisi berbagai kegiatan dari mentoring hingga kelas bertema khusus. Pada akhir sesi, startup akan pitching di hadapan Grab. Mereka yang berhasil, akan mendapat kesempatan untuk berkolaborasi dengan Grab dalam bentuk pendanaan atau kemitraan strategis.

Seluruh kegiatan program akan berlangsung di kawasan Digital Hub BSD City, sehubungan dengan kemitraan strategis antara perusahaan dengan Sinar Mas Land.

“Program ini banyak membahas soal isu dasar untuk bantu founder saat scale up. Dari situ, kami harapkan mereka bisa memberikan solusi yang lebih berani dan inovatif meski berangkat dari layanan marketplace.”

Chris juga menyebut pihaknya mulai mempersiapkan GVV batch ketiga, namun belum ditentukan tema apa yang akan dipilih. Kemungkinan besar akan digelar menjelang akhir tahun ini.

Grab Ventures Velocity Umumkan Peserta Batch Pertama Program Akselerasi Startup Asia Tenggara

Setelah sebelumnya telah membuka pendaftaran untuk batch pertama program Velocity, akselerator startup Asia Tenggara yang diinisiasi Grab Ventures, Grab mengumumkan 5 startup terpilih yang berhak mengikuti program selama 16 minggu.

Tiga di antaranya adalah startup Indonesia atau startup yang memiliki bisnis di Indonesia. Mereka adalah Sejasa, Minutes, dan BookMyShow. BookMyShow sejatinya adalah startup asal India yang melebarkan sayapnya di Indonesia.

Dua startup lainnya adalah Tueetor dan Helpling dari Singapura. Lima startup terpilih akan mendapatkan mitra dan akses secara regional. Grab juga mendukung pertumbuhan startup terpilih dalam bentuk kegiatan pemasaran.

Kepada DailySocial, Head of Grab Ventures Chris Yeo menyebutkan, bersama dengan tim profesional di Grab serta dukungan dari perusahaan swasta dan pemerintah, Grab akan bekerja sama melancarkan program.

“Selain memperluas jaringan, kami juga ingin menghubungkan startup terpilih dengan pemain yang relevan dari jaringan partner kami yang luas agar bisa memberikan kesempatan lebih untuk sukses,” kata Chris.

Grab Ventures Velocity merupakan program pengembangan startup yang didukung ekosistem teknologi di Asia Tenggara. Amazon Web Service (AWS) akan menyediakan beragam manfaat bagi startup yang terpilih melalui paket AWS Activate Portfolio Plus dan technical mentoring terkait keamanan platform, pengembangan startup, dan best practice. MDI Ventures, yang memiliki jaringan di Singapura dan Silicon Valley, akan memberikan keahlian lokal dan akses kepada jaringan mentor mereka.

Program pengembangan Grab Ventures Velocity di Indonesia melengkapi program BEKRAF dan Kominfo melalui berbagai inisiatif, seperti Go Digital Vision 2020 dan Go Startup Indonesia.

Tidak ada kategori pilihan

Bisa dibilang tidak ada kategori tertentu untuk mengikuti program Grab Ventures Velocity. Hal tersebut diklaim Grab menyesuaikan target  program yang ingin dicapai.

“Kami mengevaluasi startup berdasarkan beberapa faktor kunci. Termasuk di dalamnya kekuatan tim dan manajemen, teknologi yang diterapkan, dan nilai layanan kepada end user. Kami juga melihat lebih banyak tren makro seperti keberadaan pasar saat ini dan posisi pasar serta ukuran pasar hingga skalabilitas model bisnis perusahaan,” kata Chris.

Sebelumnya Grab sudah berinvestasi dan melakukan M&A terhadap startup di kawasan regional, salah satunya Kudo di Indonesia. Usai pengumuman batch pertama program Velocity, Grab Ventures segera mengumumkan pembukaan batch kedua.

Grab Ventures Kini Miliki Saham Minoritas di HappyFresh

Grab Ventures mengonfirmasi telah memberikan pendanaan untuk HappyFresh dengan nominal yang tidak disebutkan. Dikutip dari DealStreetAsia, Head of Grab Ventures Chris Yeo menuturkan investasi tersebut membuat mereka kini memiliki saham minoritas di HappyFresh.

Grab dan HappyFresh telah meresmikan kehadiran GrabFresh di Indonesia untuk memudahkan berbelanja kebutuhan sehari-hari di dalam aplikasi Grab.

Grab Ventures merupakan lembaga investasi yang diluncurkan Grab sebagai jalur untuk masuk ke startup yang berpotensi. Menurut Yeo, Grab Ventures mengincar penempatan saham minoritas dengan pendanaan senilai US$5-15 juta untuk startup seri A ke atas.

“Berbicara tentang startup di tahap seri A dan B, yang terbaik bagi kami dan mereka adalah pendanaan untuk saham minoritas terlebih dahulu. Lalu kami akan support mereka melalui platform kami baik dari sisi jaringan dan kapital. Seiring berjalannya waktu, apabila berjalan baik, maka kami bisa mengambil lebih banyak saham,” ujar Yeo.

Sebelumnya CEO HappyFresh Guillem Segarra dalam wawancara terdahulu mengatakan, perusahaan tengah mempersiapkan penggalangan dana segar untuk pendanaan Seri C akhir tahun ini. Saat itu dia tidak mengiyakan ataupun membantah mengenai kemungkinan Grab akan turut berpartisipasi dalam pendanaan ini.

Dia menyebut dana segar tersebut akan dipakai untuk ekspansi ke negara baru dan perluasan layanan ke kota-kota baru di Indonesia pada tahun depan. Di samping itu, HappyFresh akan memperbaiki tampilan UI/UX dalam aplikasi agar lebih personal bagi pengguna.

Bukan untuk diakuisisi

Selain HappyFresh, Grab telah mengambil saham minoritas untuk perusahaan fintech di Vietnam Moca. Grab juga telah menjalin beberapa kemitraan lain dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan, berita, dan pembayaran.

Dalam kesempatan yang sama, President Grab Ming Maa mengatakan tujuan akhir berinvestasi lewat Grab Ventures itu bukan untuk diakuisisi. Grab ingin menjadikan Grab Ventures sebagai jembatan startup untuk terus berkembang, bukan dengan mengontrol mereka. Apalagi biaya yang harus dikeluarkan untuk akuisisi saat ini relatif tinggi.

“Apa yang ingin kita lakukan adalah menemukan cara untuk menurunkan biaya seminim mungkin untuk terus tumbuh.”

Yeo mengklaim, sejak pertama kali Grab Ventures diresmikan, mereka telah menerima aplikasi dari lebih dari 300 startup. Rencananya angka tersebut akan direalisasi menjadi 8-10 investasi dalam dua tahun ke depan.

Di Indonesia, MDI Ventures menjadi mitra lokal Grab Ventures.

Application Information Will Show Up Here