Agate Perkuat Lini B2B, Bentuk Unit Khusus Pengembangan Game 3D

Startup game developer asal Bandung Agate mengumumkan Vertx Break, sub-brand khusus pengembangan game 3D. Sub-brand ini merupakan yang kedua, setelah Level Up yang diumumkan Agate pada 2019.

Langkah ini merupakan bagian dari strategi Agate memperdalam bisnis B2B2C yang menjadi fokus utama perusahaan, mengingat kontribusinya yang signifikan sebesar 90% dibandingkan segmen B2C dari total bisnis per tahun lalu.

Dalam konferensi pers yang digelar Agate di kantor pusatnya di Bandung pada hari ini (16/1), Co-founder & CEO Agate Shieny Aprilia menyampaikan pembentukan Vertx Break dilatar belakangi oleh naiknya kebutuhan dari perusahaan pengembang game global yang makin bergantung pada pihak ketiga dalam membantu percepat produksi sebuah game.

Demand yang nature paling dicari itu bagian art, sebab dalam lifecycle produksi game butuh partner untuk memenuhi kebutuhan tersebut karena mereka tidak bisa bergantung dari internal saja. Kami melihat kebutuhan tersebut makin besar, terutama untuk 3D dan high quality, ditambah game ready,” ujarnya.

Chief Strategy Officer Agate Cipto Adiguno menambahkan, perkembangan industri game yang pesat secara global, turut menuntut tingginya kualitas konten dari konsumen. Membuat IP (Intellectual Property) baru pun diprediksi makin sulit karena risikonya yang besar. Makanya alternatif tersisa adalah mengembangkan dari IP lama atau membuat sekuel.

Agar mencapai ekspektasi tersebut, perusahaan biasanya membutuhkan kehadiran mitra bisnis dengan kapabilitas dan reputasi baik. Agate menjawab kebutuhan tersebut dengan membentuk Vertx Break yang berfokus pada 3D Stylized Art berkualitas tinggi dan game ready. Layanannya meliputi: 3D Character, 3D Equipment & Outfit, 3D Environment Props, dan 3D Hard Surface.

Kombinasi ini memungkinkan karya yang dihasilkan tidak hanya menawan secara visual, namun juga siap diaplikasikan ke produk game secara keseluruhan. Kelebihan dari Agate ini dinilai belum banyak bisa dihadirkan oleh perusahaan global kebanyakan.

“Umumnya banyak perusahaan yang tidak punya pipeline yang rigid untuk suatu game baru. Harus multi test dan tidak ada struktur untuk memasukkan art secara rigid. Dalam situasi ini kita sudah punya experience yang bisa di-adapt dan di-costumized sesuai kebutuhan mereka,” imbuh Cipto.

Target pengguna yang dibidik adalah perusahaan pengembang game skala AA di Eropa. Menurut Cipto, karakteristik pengembangan dan genre game di kawasan tersebut selaras dengan portofolio game yang selama ini Agate kerjakan, yakni fokus di konsol dan PC.

Sudah ada beberapa klien dari Eropa dan Asia Tenggara yang sedang menggunakan jasa tim Vertx Break. Tim ini terdiri dari delapan orang dengan keahlian teknis dan visi artistik yang memanfaatkan pengalaman Agate dalam membuat sejumlah game menggunakan Unreal Engine dan Unity. Beberapa portofolio game yang telah dikerjakan tim Vertx Break, seperti Street Fighter, Marvel vs Capcom Infinite, World of Tanks, Final Fantasy XIV, dan World Warcraft.

Model bisnis yang dipakai di Vertx Break ini adalah beli putus, paling umum di industri game untuk sebuah external game development. “Namun kami juga sangat terbuka memasukkan services lain milik Agate ke Vertx Break.”

Head of Vertx Break Agate Ar Cahyadi Indra menuturkan, “Fokus ini memungkinkan kami membangun percakapan yang lebih relevan dengan strategi bisnis art outsourcing kami. Melalui pendekatan unik kami sebagai game art development partner yang resourceful dan adaptable untuk kebutuhan 3D Art Development, partner kami dapat menghemat banyak waktu penyesuaian dan perbaikan jika berkolaborasi dengan Agate.”

Rencana Agate

Sebagai bagian dari rencana Agate yang ingin perkuat B2B2C, selain memperkenalkan Vertx Break, perusahaan juga akan melanjutkan ekspansi regionalnya ke pasar Amerika dengan membentuk tim perwakilan di sana untuk perbanyak portofolio bisnisnya (co-development). Sejauh ini, Agate telah hadir di empat negara, yakni Kanada, Jerman, Korea Selatan, dan Jepang.

Di saat yang bersamaan, perusahaan juga terus meningkatkan proses pengembangan internal dan meningkatkan kualitas output melalui inisiatif proyek R&D bersama para mitra sebelumnya yang telah sukses dilaksanakan. Mereka adalah Naver Z, PQube, dan Freedom Games.

Terakhir, Agate berkomitmen mengembangkan keahlian para talenta lokal serta kualitas kepemimpinannya untuk mendorong percepatan pertumbuhan industri game di tanah air melalui Agate Academy. Saat ini karyawan Agate berjumlah 248 orang dengan kantor pusat di Bandung, Jawa Barat.

Pada tahun lalu, Agate secara konsisten berperan aktif dalam mempromosikan industri game lokal. Tercatat ada lebih dari 35 acara di ranah internasional, yang sebagian besar diselenggarakan di Eropa dan Amerika telah dihadiri.

Selain itu, Agate juga menjalin kemitraan baru dengan 5 perusahaan global, yaitu ISKRA, Naver Z (ZEPETO), PQube, Ifland, dan Sekuya. Agate juga merilis 14 proyek global dan memulai 4 proyek game baru, pencapaian ini naik dibandingkan tahun sebelumnya.

Mengutip dari data Statista, memasuki tahun 2024, pasar video game global diproyeksikan akan mencapai pendapatan sebesar $282,30 miliar dengan peningkatan 13%, serta diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,76% (YoY) antara tahun 2024 dan 2027, menghasilkan volume pasar yang diproyeksikan sebesar $363,2 miliar pada tahun 2027.

Selain itu, Agate memprediksi beberapa aspek yang akan tumbuh dalam sektor industri game tahun ini, di antaranya franchise games yang akan terus mendominasi; kemungkinan adanya konsol baru yang akan memasuki pasar, sehingga dapat membuka banyak peluang baru bagi para pengembang game di seluruh dunia; serta penggunaan Artificial intelligence (AI) yang dapat membantu mempercepat proses pengembangan game.

GetPlus Perkenalkan “Retail Media Network”, Papan Iklan Video Berbasis AI

Startup penyedia platform loyalitas GetPlus meluncurkan Retail Media Network, layanan papan iklan video berbasis AI. Teknologi ini hadir berkat kerja sama dengan perusahaan teknologi asal Jepang, AWL.Inc.

Dalam peresmiannya, Co-founder & COO/CMO GetPlus Indonesia Adrian Hoon menjelaskan, papan iklan ini dapat dikostumisasi dan dipersonalisasi berdasarkan jenis kelamin, usia, dan durasi pelanggan melihat iklan video yang ditempatkan di jaringan ritel dengan memanfaatkan kamera.

Ketika pelanggan melewati papan iklan GetPlus, mereka akan melihat iklan yang sudah dipersonalisasi sesuai kategori tersebut. Kamera tersebut bahkan mampu mendeteksi sekalipun pelanggan tidak melihat ke kamera.

“Dalam sekejap, kurang dari satu detik kamera akan langsung mendeteksi beberapa muka sekaligus. Dan iklan yang dipersonalisasi akan muncul hanya dalam waktu kurang dari satu detik,” terangnya, Senin (15/1).

Menurutnya, solusi GetPlus Retail Media Network yang ditempatkan di jaringan ritel terkemuka, memungkinkan para mitra ritel mendapatkan first party data yang lebih akurat dari platform iklan berbasis AI yang dapat dipersonalisasi secara real time dan terukur.

“Misi kami adalah bekerja dengan mitra ritel kami dan merek untuk sepenuhnya mengelola strategi loyalitas mereka, mengidentifikasi wawasan dan tren pelanggan utama, memaksimalkan ROI pemasaran mereka untuk meningkatkan penjualan.”

Inovasi ini sudah diterapkan di Ranch Market Grand Indonesia dan Farmers Market Summarecon Mall Kelapa Gading. Ranch Market dan GetPlus merupakan portofolio dari Grup Djarum.

Teknologi AI milik AWL.Inc disebutkan memiliki akurasi hingga 70%. Di negara asalnya, sejak pertama kali beroperasi di 2016, solusi AWL telah diterapkan luas oleh berbagai global ritel modern, seperti AEON, Lawson, Family Mart. Sebanyak 15 ribu kamera di 3 ribu lokasi telah di-install oleh AWL.

President Representative Director and CEO AWL.Inc Muneharu Kitade menambahkan, teknologi yang disiapkan untuk GetPlus mampu mengenali wajah, usia, jenis kelamin, serta durasi pelanggan melihat iklan video secara real time dan akurat. “Sehingga dapat memberikan wawasan mendalam tentang demografi dan perilaku pelanggan yang terukur,” katanya.

Walau teknologi ini masih sangat baru di Indonesia, lanjut Adrian, dalam lanskap ritel yang dinamis saat ini, pelaku industri membutuhkan solusi yang melebihi periklanan tradisional dan dapat diukur efektivitasnya. Ia berharap, keberadaan saluran ini tidak hanya sebagai solusi, namun juga berkontribusi pada pertumbuhan ekosistem industri ritel di Indonesia.

Pemilik brand dapat menerima manfaat berupa engagement dari pelanggan yang memicu konversi dan penurunan preferensi terhadap merek tertentu. Sedangkan bagi ritel, dapat menghasilkan lebih banyak pendapatan dan meningkatkan pengalaman berbelanja pelanggan. Terakhir, keuntungan bagi pelanggan sendiri adalah mendapatkan iklan yang telah dipersonalisasi sehingga lebih relevan.

“Kami menawarkan Retail Media Network yang canggih yang dapat menciptakan audiens yang sesuai dengan menggunakan data pihak pertama, sehingga memungkinkan brand untuk menargetkan pesan yang tepat kepada audiens yang tepat di lokasi yang juga tepat, sehingga dapat menghasilkan ROAS yang optimal,” pungkasnya.

Satu tahun sebelumnya, GetPlus bermitra dengan Mil.k, startup sejenis GetPlus asal Korea Selatan yang memanfaatkan teknologi blockchain dan mengintegrasikan dengan berbagai perusahaan jasa, seperti industri perjalanan, rekreasi, mode, budaya, dan gaya hidup lainnya.

Sejak beroperasi di 2019, diklaim kini GetPlus memiliki lebih dari 1 juta pengguna dan lebih dari 500 merchant yang terdaftar. Sebagai program loyalitas, pengguna GetPlus bisa mendapatkan poin dari kegiatan berbelanja sehari-hari baik secara online dan offline di berbagai kategori merchant.

Poin tersebut dapat ditukar dengan banyak pilihan, misalnya voucher belanja, jasa, atau produk fisik dari berbagai partner. Startup ini beririsan dengan Shopback dan Snapcart.

GetPlus menggunakan model coalition yang berbeda dengan program loyalitas yang ada sejauh ini, misalnya model single-brand (contoh: Starbucks Card) atau close-loop (contoh: MAP Club). Model ini dirancang untuk memberikan value berkelanjutan untuk merchant, konsumen, dan operator. Di saat yang sama, membantu merek memperoleh pelanggan baru, mendorong retensi, dan meningkatkan pengeluaran belanja.

Application Information Will Show Up Here

Startup Insurtech Lifepal Diakuisisi Roojai Group

Startup insurtech asal Thailand Roojai Group mengumumkan telah mengakuisisi Lifepal, portal pembanding asuransi online asal Indonesia. Kekuatan masing-masing perusahaan akan disinergikan demi menawarkan produk asuransi yang lebih beragam untuk masyarakat Indonesia.

Pengumuman ini disampaikan pada pekan lalu (12/1) melalui keterangan resmi yang disampaikan Roojai. Perwakilan Roojai menuturkan akuisisi ini menandai sinergi kekuatan, Lifepal akan menyediakan akses ke saluran distribusi online di Indonesia, sementara Roojai akan meningkatkan kinerjanya dengan harga premi, underwriting, dan pengalaman pelanggan yang lebih baik secara keseluruhan.

“Akan berupaya memperluas penawaran produk dan distribusi online dan offline, memastikan pendekatan layanan asuransi yang komprehensif dan berpusat pada pelanggan,” tulisnya seperti dikutip dari Technode Global.

Desas-desus akuisisi Lifepal sebenarnya sudah berlangsung sejak satu tahun terakhir. Startup yang didirikan salah satunya oleh Benny Fajarai ini mencari investor baru dengan pengetahuan asuransi yang mendalam.

Kedua perusahaan akan terus berinovasi dalam menawarkan layanan asuransi terbaik yang berpusat pada pelanggan di Indonesia dan negara lainnya di kawasan ini.

Disampaikan lebih lanjut, pasca-akuisisi operasional Lifepal akan tetap independen dari Roojai Indonesia. Lifepal tetap melanjutkan bisnisnya sebagai platform pembanding produk asuransi mobil dan kesehatan, dengan dukungan teknologi Roojai.

Para pelanggan Lifepal akan mendapatkan keuntungan yang signifikan dari kemampuan Roojai, seperti akses terhadap harga premi yang kompetitif dan pengalaman pelanggan yang unggul, demi mereplikasi kesuksesan Roojai yang telah dicapai di Thailand.

Sementara itu, mitra asuransi Lifepal akan mendapatkan manfaat dari keahlian Roojai dalam transformasi digital proses asuransi, seperti inspeksi mobil, dukungan klaim, dan strategi keberlanjutan portofolio.

Roojai Group beroperasi di Thailand sejak 2016, cakupan bisnisnya meliputi: Roojai Thailand (asuransi digital); MrKumka (portal pembanding asuransi online di Thailand); dan Roojai Indonesia yang diluncurkan pada 2022 untuk memberikan produk kompetitif dan pengalaman pelanggan yang sama kepada konsumen Indonesia.

Di Indonesia, Roojai (PT Roojai Insurance Agent) masuk di bawah bendera insurtech dan bermitra dengan PT Sompo Insurance Indonesia sebagai agen resminya. Perusahaan ini menyediakan beragam asuransi, seperti: asuransi mobil all risk, penyakit kritis, kanker, penyakit jantung, penyakit akibat gigitan nyamuk, kecelakaan diri, hospital cash plan.

Sementara itu, Lifepal (PT Lifepal Technologies Indonesia) beroperasi di Indonesia dengan lisensi sebagai penyelenggara inovasi keuangan digital (IKD) di bawah OJK. Lifepal merupakan bagian dari PT Anugrah Atma Adiguna, perusahaan broker asuransi. Diklaim ada lebih dari 2 juta pengunjung unik per bulan mengunjungi situs Lifepal.

Startup ini terakhir kali mengumumkan pendanaan putaran Seri A sebesar $9 juta pada Agustus 2021. Putaran tersebut dipimpin oleh ProBatus Capital dengan keterlibatan Cathay Innovation, Insignia Ventures Partners, ATM Capital, dan Hustle Fund.

Application Information Will Show Up Here

Flip Tempuh PHK Dalam Rangka Reorganisasi Internal

Startup fintech khusus pembayaran Flip mengumumkan telah memberhentikan sebagian karyawannya (PHK). Tidak disebutkan berapa banyak karyawan yang terdampak dari keputusan tersebut.

Dalam keterangan resmi, Co-founder & CEO Flip Rafi Putra Arriyan menyampaikan kondisi ekonomi global yang masih tidak menentu, jadi dalang di balik keputusan ini ditempuh. “Demi menjamin keberlangsungan bisnis Flip, manajemen dengan berat hati melakukan reorganisasi internal,” ujarnya.

Dia melanjutkan, seluruh pihak yang terdampak akan menerima kompensasi secara adil dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia. Selain itu, sejumlah benefit akan diberikan, seperti: asuransi kesehatan, pemberian laptop, serta memanfaatkan jaringan perusahaan untuk mempermudah akses mencari pekerjaan baru.

Data terakhir perusahaan

Sebelumnya dalam tulisan yang dimuat DailySocial.id, Flip berawal dari tiga orang sejak pertama kali berdiri di 2015. Data terakhir yang diungkap, total karyawannya mencapai 400 orang yang hampir sepenuhnya adalah talenta lokal. Tim engineer dan operasional menempati posisi terbesar dari struktur perusahaan.

Flip memiliki dua target konsumen: individu dan bisnis (Flip for Business). Flip for Business merupakan solusi B2B yang membantu bisnis dan perusahaan untuk manajemen keuangan melalui layanan Money Transfer dan International Transfer melalui platform web dashboard atau integrasi API (Application Programming Interface).

Sementara itu, solusi B2C dapat digunakan melalui aplikasi Flip yang terdiri atas layanan transfer uang ke luar negeri (Flip Globe), transfer uang domestik, isi ulang (top-up) e-money, dan produk digital (pulsa, paket data, token listrik, tagihan listrik, dan tagihan air/PDAM).

Berdasarkan data internal perusahaan, total pengguna individu mencapai 13 juta orang dan lebih dari 1.000 pengguna bisnis. Transaksi yang diproses Flip diklaim mencapai miliaran per bulannya. Flip telah terhubung dengan lebih dari 100 bank dan transfer internasionalnya dapat terhubung ke lebih dari 50 negara.

Pengguna individu ini memiliki demografi usia rentang 25-35 tahun yang tersebar di seluruh Indonesia. Sesuai dengan kondisi ekonominya, rentang usia tersebut adalah kelompok yang baru mulai bekerja dan punya banyak kebutuhan. Berkaitan dengan itu, layanan yang paling sering mereka gunakan adalah transfer dana antar bank dan produk digital.

Sementara untuk pengguna bisnis cukup beragam skala bisnisnya, ada yang level UMKM hingga skala besar. Wajar saja, sebab kebutuhan transfer dana itu adalah kebutuhan semua bisnis. Produk untuk bisnis ini berbentuk dasbor dengan fitur yang sudah terhubung ke sistem user dengan direct API. Fitur yang tersedia adalah transfer dana (domestik dan internasional) dan penerimaan pembayaran.

Application Information Will Show Up Here

Kuncie Cetak Kinerja Positif di 2023, Pelanggan Korporasi Kontributor Utamanya

Startup edtech Kuncie mengungkapkan kinerja positif sepanjang 2023, segmen pelanggan korporasi disebutkan jadi kontributor utamanya. Pencapaian ini akan dilanjutkan dengan inovasi dalam menghadirkan produk yang relevan bagi konsumen.

CEO Kuncie Hendra Saputra menyampaikan, nilai transaksi bisnis mereka pada 2023 meningkat hingga 3,5x lipat yang diikuti dengan pertumbuhan pendapatan sebesar hampir 2x lipat. Hanya saja ia tidak merinci lebih jauh kontribusi masing-masing dari tiap produknya.

Menurutnya, pertumbuhan ini disumbang oleh kinerja positif di segmen pelanggan korporasi melalui program Corporate Training Solutions, beragam pembelian modul video belajar, dan rangkaian kelas belajar self-paced yang dipersonalisasi.

Kemudian, disusul oleh program yang dikhususkan untuk pengguna individu, seperti program Kuncie Executive, hasil kolaborasi bersama SBM ITB (School of Business Management Institut Teknologi Bandung) dan UGM (Universitas Gadjah Mada).

“Bagi kami, pencapaian ini bukan hanya mencerminkan pertumbuhan finansial yang solid, tetapi juga sebagai validasi terhadap value yang dihadirkan oleh Kuncie sebagai platform yang meningkatkan kompetensi dan kapasitas para penggunanya. Capaian ini juga menjadi fondasi kuat bagi kami untuk terus memperkuat eksistensi di industri edtech serta terus memberikan pengalaman pembelajaran eksklusif dan berkualitas kepada berbagai lapisan masyarakat di Indonesia,” ujar Hendra dalam keterangan resmi.

Dia melanjutkan, program Corporate Training Solutions milik Kuncie telah dipercaya oleh berbagai perusahaan multi industri karena punya nilai lebih dibanding pemain sejenisnya. Yakni:

  1. Memiliki platform management system untuk pengelolaan proses dan progres pelatihan karyawan secara efektif. Serta, dapat dipersonalisasi dipilih dan menggabungkan program yang dimiliki Kuncie ke dalam kurikulum yang dirancang ulang secara khusus.
  2. Menyediakan layanan produksi video yang dikhususkan untuk massive open online course (MOOC) yang digunakan oleh beberapa perusahaan untuk media pembelajaran karyawan mereka.
  3. Mengintegrasikan berbagai program unggulan Kuncie, mulai dari kolaborasi dengan SBM ITB (Mini MBA General Management, Data Analytics, dan Political Marketing) dan UGM (Human Capital Management), hingga program in-house training untuk meningkatkan hard skills dan soft skills karyawan.

Sepanjang tahun ini, Kuncie berencana untuk mengintegrasikan layanannya dengan aset komersial Telkomsel, seperti layanan Halo+, Ilmupedia, dan Indihome. Integrasi tersebut diharapkan dapat mendorong pengembangan inovasi yang berkontribusi terhadap pertumbuhan bisnis Kuncie ke depannya.

Di samping itu, akan menghadirkan lebih banyak kelas Kuncie Executive dengan berbagai institusi pendidikan di Indonesia, lebih intensif memperluas kemitraan bisnis dengan lebih banyak perusahaan dalam rangka mendukung kemajuan melalui peningkatan potensi dan produktivitas karyawan.

Hendra meyakini, meskipun industri ini dinilai akan menghadapi tantangan yang semakin kompleks, pihaknya meyakini bahwa edtech masih memiliki prospek cerah, terutama yang menyasar segmen kalangan profesional

“Kami juga optimis bahwa kami akan mampu bertahan dan tumbuh di tahun ini. Inovasi-inovasi ini juga kami lakukan untuk mewujudkan inklusivitas akses pendidikan yang sesuai dengan berbagai lapisan masyarakat di Indonesia,” tutup Hendra.

Beda nasib

Dalam tulisan sebelumnya yang dipublikasi DailySocial.id, nasib pemain edtech di non-K12 lebih “beruntung” dari pemain K-12, mengingat tantangan yang dihadapi keduanya pun juga berbeda. Cakap dan PINTAR adalah beberapa yang tumbuh subur.

Co-founder & CEO Cakap Tomy Yunus mengungkapkan per kuartal III 2023, Cakap mampu menjaga tren pertumbuhan positif dengan kenaikan jumlah pengguna dan pendapatan lebih dari 100% secara year-on-year, serta membukukan EBITDA positif.

Sebanyak 50% dari total pendapatan Cakap berasal dari pilar bisnis Bahasa, lalu sisanya dari pilar Business dan Upskill (kelas vokasi dan keterampilan, seperti hospitality, perkantoran, dan kewirausahaan). Sepanjang semester I 2023, kursus bahasa Inggris masih menjadi kontributor terbesar. Para penggunanya berasal dari usia produktif, sekitar 20-29 tahun yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Lampung.

Demand terhadap edukasi terus berkembang, tercermin dari performa Cakap yang terus bertumbuh dengan adanya inovasi yang relevan dengan minat market, baik selama dan sesudah pandemi Covid-19,” kata Tomy.

Sementara itu, Co-founder dan CEO PINTAR Ray Pulungan menyampaikan PINTAR memiliki empat pilar produk: PINTAR Skills (pelatihan keterampilan), PINTAR Degrees (pendidikan tinggi), PINTAR Enterprise (pembelajaran dan pengembangan karyawan), serta PINTAR Opportunity (penempatan individu ke pasar kerja dan pembukaan akses pasar bagi pemilik UMKM).

Kombinasi dari empat segmen ini memungkinkan perusahaan untuk melayani kebutuhan pelatihan dan pengembangan yang beragam, baik untuk organisasi maupun individu. Diklaim sebagian besar bisnisnya kini berfokus pada pasar B2B, dengan kontribusi sekitar 70% dari total bisnis perusahaan.

Application Information Will Show Up Here

WasteX Ingin Alihkan Limbah Organik Jadi Biochar Guna Mitigasi Perubahan Iklim

Sebuah laporan menyebutkan, secara global sebanyak 3,5 miliar ton limbah pertanian yang dibuang, dibakar, atau dijual dengan harga murah. Limbah tersebut sebenarnya dapat diolah jadi komoditas yang memiliki nilai ekonomi. WasteX mencoba menyelesaikan masalah tersebut dengan pendekatan baru dengan biochar.

Startup yang dirintis oleh Pawel Kuznicki ini merupakan perusahaan pertama di bawah Wavemaker Impact (WMi), venture builder khusus impact milik Wavemaker Partners. Dalam tulisan sebelumnya, DailySocial.id menuliskan secara rinci mengenai WMi.

Rekam jejak Kuznicki pernah memegang berbagai posisi, mulai dari konsultan, venture builder, hingga pengusaha. Ia bergabung dengan WMi sebagai bentuk kontribusinya dalam membantu mitigasi perubahan iklim.

Kepada DailySocial.id, Kuznicki menceritakan proses pendirian WasteX bersama WMi memakan waktu cukup lama, namun komprehensif. Mereka sama-sama mengidentifikasi terlebih dulu berbagai permasalahan dan peluang di Asia Tenggara untuk mencari satu permasalahan yang secara potensial memiliki dampak paling besar, baik dari segi finansial maupun dalam pengurangan emisi karbon.

Dari beberapa ide yang terkumpul, ada benang berah yang dapat ditarik bahwa ternyata ada peluang yang belum dimanfaatkan dalam rantai nilai (value chain) pengolahan industri pertanian, dari sisi hulu (petani/peternak) dan hilir (industri pengolahan hasil pertanian).

“Dari sinilah lahir ide untuk mendirikan WasteX. Kami mencoba mengidentifikasi bagaimana WasteX dapat menciptakan nilai tambah yang besar bagi produsen pertanian dan peternakan baik dalam bentuk manfaat operasional, ekonomi (pendapatan), maupun lingkungan (membantu mitigasi perubahan iklim). Jawabannya adalah menyediakan suatu solusi terpadu untuk mengolah limbah pertanian menjadi biochar,” ujar dia.

Apa itu biochar

Biochar adalah bahan padat kaya karbon hasil konversi dari limbah organik (biomas pertanian) melalui pembakaran tidak sempurna atau suplai oksigen terbatas (pyrolysis). Bentuknya seperti arang, namun punya banyak kegunaan dan dapat menyimpan karbon dengan aman (>70% karbon setelah pirolisis).

Biochar bukan pupuk, tetapi berfungsi sebagai pembenah tanah. Potensi penggunaan biochar sangat besar mengingat bahan bakunya sangat melimpah, seperti tempurung kelapa, sekam padi, kulit buah kakao, tempurung kelapa sawit, tongkol jagung, dan bahan organik sejenis lainnya.

Ada tiga manfaat dari menggunakan biochar:

  1. Peningkatan kualitas tanah: bila ditambahkan ke tanah dapat meningkatkan pH tanah, kadar air, dan retensi unsur hara; dapat meningkatkan hasil panen sebesar 10%-20%;
  2. Suplemen pakan ternak: bila ditambahkan ke pakan ternak mampu meningkatkan kesehatan hewan, efisiensi pakan dan iklim kandang ternak;
  3. Aditif semen: ditambahkan ke semen untuk meningkatkan kekuatan tekan, sifat insulasi termal, dan waktu pengerasan saat digunakan dalam beton.

Selain WasteX, startup lain yakni Neutura juga bermain dengan memproduksi biochar sebagai hasil akhir pengelolaan limbah.

Model bisnis WasteX

Dari segudang potensi yang ditawarkan biochar, selama ini implementasinya di lapangan masih minim karena mahalnya harga alat dan risiko penerapan biochar. Peternak/petani perlu menginvestasikan sejumlah besar uang, dan sumber biomassa berkualitas tinggi terbatas. Informasi umum mengenai biochar dan manfaatnya juga masih kurang.

WasteX memosisikan dirinya sebagai penyedia solusi biochar yang menyeluruh, dimulai dengan peralatan modular berskala kecil yang dapat mengubah biomassa apa pun menjadi biochar. Pengguna dapat menggunakan biochar tersebut atau menjualnya ke pelanggan lain.

Serta, menyediakan insentif kredit karbon kepada produsen pertanian (klien). Dalam hal ini, WasteX memfasilitasi penawaran/penjualan kredit karbon kepada pembeli/atau investor.

Mesin biochar WasteX / WasteX

Target pengguna WasteX cukup luas, di antaranya: petani tanaman pangan, peternak unggas, pabrik penggilingan mandiri, perusahaan pertanian terpadu, produsen pupuk, perusahaan bahan konstruksi, penyaringan air, dan pengelolaan limbah.

Alat biochar yang diproduksi WasteX disebutkan ramah pengguna karena sudah dibuat otomatis. Dengan menggunakan aplikasi WasteX, pengguna dapat mencatat produksi biochar mereka dan menerima rekomendasi khusus mengenai cara menggunakan biochar.

WasteX menjual alat tersebut seharga $4.950, angka ini disebutkan harga kompetitif. Lantaran, keuntungan bersih bagi pengguna diestimasi mencapai dua kali lipat dari nilai investasi dalam satu tahun.

“Saat ini kami bekerja sama dengan manufaktur lokal di Filipina dan Indonesia untuk memproduksi mesin penghasil biochar, dengan begitu kami dapat meminimalisir biaya overhead dan lebih responsif terhadap permintaan pasar lokal baik di Filipina maupun Indonesia.”

Menurutnya, ada beberapa nilai tambah yang diberikan WasteX, yakni:

  • Memanfaatkan limbah biomassa pertanian/peternakan
  • Menghemat biaya produksi/operasional (contoh: pupuk dan media litter atau bedding untuk peternakan)
  • Meningkatkan pendapatan dari hasil produksi dan operasional yang lebih baik (contoh: hasil panen lebih tinggi atau angka kematian ternak lebih rendah)
  • Pendapatan tambahan melalui insentif kredit karbon
  • Pemanfaatan panas buang dari carbonizer (mesin penghasil biochar).

Sebagai perusahaan yang berfokus pada mitigasi perubahan iklim, berikut solusi yang ditawarkan WasteX kepada produsen/pelaku pertanian dapat memberikan dampak lingkungan yang luas sekaligus manfaat ekonomi:

  • Setiap satu ton biochar yang dihasilkan setara dengan pengurangan karbon sebesar 1.5 ton CO2 (net)
  • Satu unit carbonizer dapat menghasilkan hingga 100 ton biochar per tahun atau setara dengan pengurangan 150 ton CO2 ekuivalen. Alat ini cocok digunakan di peternakan skala menengah/besar atau di penggilingan skala kecil.
  • Jaminan kredit karbon sebesar $50 kepada klien untuk setiap ton biochar yang diproduksi dan diaplikasikan, atau setara dengan $5,000 per unit alat per tahun.
  • Selain manfaat ekonomi dari kredit karbon, pemanfaatan biochar di sektor pertanian dan peternakan juga memberikan manfaat operasional, antara lain meningkatkan hasil panen (20-50%), penghematan pemakaian pupuk (hingga 40%), penurunan angka kematian hewan ternak (hingga 25%), dan lainnya.

Jajaran investor

Sebagai portofolio di bawah WMi, WasteX telah mengantongi pendanaan sebesar $525 ribu. Kemudian, penggalangan berikutnya diperoleh dari Norinchukin Innovation Fund sebesar $250 ribu pada Maret 2023. Norichukin adalah CVC milik The Norinchukin Bank, salah satu bank pertanian asal Jepang terbesar di dunia.

Sejak berdiri, dengan berkantor pusat di Singapura, perusahaan telah meluncurkan uji coba dengan produsen, peternakan, dan platform teknologi pertanian di Filipina, Indonesia, dan Thailand di bidang penggilingan padi, jagung, tebu, unggas, singkong, dan kakao. Mengawali tahun 2024 ini, perusahaan berencana untuk membangun fasilitas biochar skala besar pertama dengan pabrik jagung di Indonesia.

Pengembangan alat WasteX kini sudah memasuki versi 2.2, diklaim memiliki performa dan harga paling optimal di pasar carbonizer (mesin penghasil biochar). Serta, didukung dengan dikantonginya sertifikat-sertifikat pendukungnya.

“Fokus utama kami saat ini adalah memastikan keberhasilan implementasi project dengan setiap klien sehingga project yang dikembangkan akan dapat memberikan manfaat maksimal kepada semua klien,” pungkasnya.

Cetak Laba Pada Tahun Ketiga, Youtap Bersiap Dominasi Solusi SaaS untuk Semua Skala Bisnis

Berkat pandemi dan faktor global lainnya, founder startup kini dituntut untuk kembali fokus pada fundamental bisnis. Sama seperti perusahaan pada umumnya yang berorientasi pada keberlanjutan dengan mencetak laba. Semakin telat memperbaikinya, semakin berat pula tanggung jawab mereka terutama ke investor.

Walau berbentuk startup, Youtap Indonesia (PT Mitra Digital Sukses) lebih beruntung dari startup kebanyakan. Karena berada di bawah induk konglomerasi Salim Group, mereka sedari awal sudah diarahkan membangun fundamental yang tepat agar menjadi perusahaan yang berkelanjutan.

Pantauan intens tersebut membuat Youtap dapat mencetak laba pada September 2023, hampir tiga tahun setelah pertama kali berdiri pada Februari 2020.

“Shareholder kita cukup berpengalaman di dunia ritel dan secara profil, setiap buat perusahaan [di bawahnya] untuk jangka panjang dan harus sustain. Dari awal sudah diperhitungkan antara cost dan revenue yang akan didapat. Ini approach yang bagus karena valuasi akan mengikuti pada akhirnya,” ucap CEO Youtap Indonesia Herman Susanto dalam wawancara bersama DailySocial.id.

Dia melanjutkan, “Walau shareholder pakai cara lama, tapi kita implement di dunia baru [startup]. Ini berat di awal-awal jadi memaksa kita untuk ke arah yang lebih baik. Lebih wise dalam menggunakan uang, setiap spending harus benar-benar bawa sesuatu [margin] buat perusahaan.”

Herman tidak bersedia merinci lebih jauh dengan angka detil. Menurutnya, kontribusi ketiga produk di atas berimbang karena saling terintegrasi satu lain.

“Margin dari supply chain itu tipis, jadi kita main volume [transaksi]. Lalu [margin] di-cover oleh biaya berlangganan POS, pemasukan MDR (merchant discount rate) dari pembayaran non-tunai, dari enterprise juga ada service fee yang kita kenakan. Itu semua bantu kita mengejar revenue yang dibutuhkan untuk running company ini.”

Sebagai startup SaaS, Youtap memiliki tiga solusi yang mampu mewadahi seluruh skala bisnis go digital, mulai dari enterprise sampai UMKM, di antaranya:

  1. Agregator pembayaran non-tunai;
  2. Aplikasi POS (Youtap POS): mencatat pembukuan, analisa penjualan, pengelolaan inventori;
  3. Rantai pasok (Youtap BOS): platform B2B marketplace yang menghubungkan penyuplai dengan pengusaha untuk belanja grosir.

Menurut data terakhir, sebanyak lebih dari 300 penyuplai lokal hingga nasional yang bergabung di Youtap BOS. Beberapa namanya seperti: Sosro, Indomarco Adi Prima, Campina, BreadLife, Sari Roti, Dima, Diamond Fair – Bintaro, dan Best Meat. Adapun jumlah merchant Youtap disebutkan ada lebih dari 500 ribu penguna yang tersebar di 510 kota di Indonesia, terdiri dari merchant UMKM dan enterprise. Salah satu merchant enterprise Youtap adalah McDonald’s Indonesia.

Youtap Indonesia merupakan sebuah perusahaan teknologi joint venture antara PT Graha Kencana Maju, PT Kreasi Sentosa Makmur, dan Youtap Mobile Money Asia Private Limited yang berasal dari Auckland, New Zealand.

Herman mengungkapkan, selain pantauan yang intens, Youtap mampu mencetak laba dalam waktu yang singkat berkat dukungan teknologi inti milik Youtap Global. Perusahaan tidak perlu membangun teknologi dari nol dan dapat lebih cepat masuk ke pasar. Hal ini sedikit berbeda dengan startup kebanyakan.

Walau demikian, teknologi yang terus berkembang membuat perusahaan harus adaptif. Saat ini ada tim teknologi yang khusus direkrut untuk mengembangkan solusi sesuai kebutuhan merchant di sini. “Secara core system [Youtap Global] ada yang sama, tapi layanan di sekitar core system banyak yang beda dan banyak yang kita sesuaikan dengan kebutuhan di Indonesia.”

Belanja Stok Youtap / Youtap

Tumbuh organik

Menurut Herman, sedari awal Youtap didorong Salim Group sebagai perusahaan independen yang tidak mengandalkan pasar captive untuk menjalankan bisnisnya. Terlihat dari mayoritas pengguna bisnisnya datang dari non-captive, malah baru perkuat dengan grup pada pertengahan tahun lalu untuk solusi rantai pasok bersama PT Indomarco Adi Prima, distributor produk-produk sembako keluaran produk Indofood.

Mindset yang ditanamkan di jajaran manajemen Youtap adalah mereka harus mampu mencetak pendapatan walaupun kecil. Hal ini diterjemahkan langsung ke dalam semua aspek organisasi dan operasional.

Solusi pertamanya, aggregator pembayaran non-tunai, sudah menetapkan biaya MDR hingga akhirnya Bank Indonesia memberlakukan standarisasi besaran MDR yang dapat dikutip oleh issuer, sebesar 0,7% untuk transaksi reguler yang terdiri dari usaha kecil, menengah, dan besar.

“Memang dari awal sudah di-amplify [oleh shareholder] untuk mencetak revenue stream. Semua line of traction kita sudah ada margin. Walau kecil, tapi harus komitmen bahwa harus ada revenue stream agar bisnis tetap sehat.”

Strategi organik juga diterapkan penuh dalam setiap kampanye pemasarannya. Perusahaan selalu mengajak mitra, baik dari perusahaan keuangan (bank/e-wallet) dan penyuplai untuk membuat program bersama.

“Susahnya jadi perusahaan tech itu jadi penengah, bukan pemilik seluruh bisnis. Misal, kita berhasil jual Indomie ke merchant, kita dapat sebagian kecil margin, tapi margin besarnya buat yang punya produknya. Makanya kita harus hati-hati buat program [marketing] yang enggak burn money, main di level of margin yang kita dapat.”

Walau berorientasi pada keberlanjutan usaha, Youtap diamanatkan untuk membantu UMKM. Oleh karenanya, aplikasi Youtap POS dapat digunakan secara gratis untuk semua kalangan usaha. Fitur-fitur seperti: kasir, QRIS, analisa pintar, riwayat transaksi, e-menu, dan sebagainya dapat mereka digunakan. Hanya saja, untuk fitur-fitur yang lebih kompleks dan perlu personalisasi diharuskan berlangganan terlebih dahulu.

“Rasio pengguna free dan berbayar cukup baik. Dari total pengguna, sekitar 20% adalah berbayar. Kita charge kompetitif, ada bulanan dan tahunan. [..] Setelah puas dengan POS subscription, kita fulfil kebutuhan mereka dengan penuhi stock. Ini kekuatan yang kita jual ke supplier, mereka bisa jual produk yang relevan ke merchant secara lebih tepat.”

Keuntungan dari menanamkan mindset ini begitu terasa ketika pandemi terjadi. Di saat banyak perusahaan akhirnya harus merelakan karyawannya, Herman mengaku Youtap tidak perlu mengambil langkah ekstrem tersebut. “Kita lebih ekstra hati-hati, stream down beberapa investasi yang cost-nya enggak bisa diukur.”

Struktur organisasi Youtap tergolong ramping dibandingkan kebanyakan startup lain. Tim inti hampir mencapai 80 orang dengan kantor pusat di Jakarta Pusat. Sementara tim lapangan, direkrut secara outsource, jumlahnya sekitar 200 orang.

Untuk mendorong bisnis, kini Youtap bekerja sama dengan perusahaan sales force yang memiliki ratusan tenaga penjual dan individu yang memiliki jaringan besar, bergabung dalam program kemitraan. “Kemitraan ini jadi mitra sales Youtap yang menjual seluruh produk kami. Ada insentif yang diberikan untuk mereka.”

Perkuat rantai pasok

Sepanjang tahun ini, Youtap akan meluncurkan inisiatif-inisiatif baru dalam rangka mendongkrak kontribusi dari lini rantai pasoknya. Beberapa yang akan diumumkan adalah paket usaha untuk permudah orang menjadi pengusaha baru. Barang-barangnya akan disuplai langsung oleh penyuplai yang sudah bekerja sama dengan Youtap.

Contohnya, paket usaha jualan roti siap makan dan buat roti bakar yang disuplai oleh Sari Roti, anak usaha dari Salim Group juga. Dengan penyuplai non-grup juga ada, seperti paket usaha ayam goreng, warung tegal, es krim, dan sebagainya.

“Kita bisa menjual produk-produk supplier yang relevan dengan kebutuhan merchant. Ekspektasi kita besar di sini, tapi memang untuk membangunnya butuh waktu. Supply chain ini juga terjadi pricing war yang dikontrol oleh trader. Ini harus kita hadapi. Tapi karena setengah merchant kita itu F&B, sensitive price-nya lebih sedikit dari toko kelontong.”

Terkait hal ini, Youtap segera merilis produk pembiayaan paylater bekerja sama dengan perbankan. Nantinya para merchant dapat menggunakan limit kredit yang disetujui untuk membeli stok dari penyuplai. Selama ini, karena tidak ada pencatatan yang rapi, usaha kecil tidak bisa mengambil pinjaman dari bank untuk mendukung usahanya.

“Nanti merchant yang bisa pakai ini hanya yang kita tahu [rekam historis] lewat aplikasi POS yang mereka pakai.”

Sejauh ini, Youtap masih didukung pemegang saham utamanya. Herman mengaku sejumlah investor eksternal mulai mendekati Youtap, namun belum mendapat restu. Kilahnya belum ada urgensi yang mengharuskan Youtap menggalang pendanaan.

“Belum ada rencana [external funding] tapi sudah dibicarakan dan shareholder juga sudah aware soal ini. Mungkin akan lebih mencari strategic value, tidak cuma kapitalnya saja,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Wavemaker Impact dan Tesis 100×100, Formulasi Percepat Lahirnya Startup Berdampak

Meningkatnya krisis iklim global membuat Asia Tenggara menghadapi kerentanan yang lebih besar, terutama terhadap kenaikan permukaan air laut. Studi menunjukkan bahwa lebih dari 100 juta orang, atau 15% dari populasi di kawasan ini, menghuni daerah yang diperkirakan akan berada di bawah air pada tahun 2050.

Di sisi lain, kawasan ini juga menawarkan beberapa habitat alami dan wastafel karbon terbesar di dunia, seperti hutan hujan yang luas di Papua dan Kalimantan, depositoal lahan gambut yang signifikan di Indonesia, dan beberapa cadangan bakau terbesar di dunia.

Sebanyak 50% dari emisi kawasan ini berasal dari produksi pangan dan perubahan penggunaan lahan, terutama ditandai oleh pertanian petani kecil, maka dari itu solusi lokal sangat penting. Semangat ini yang ingin diteruskan oleh Wavemaker Impact, bagian dari VC asal Asia Tenggara Wavemaker Partners, yang didirikan pada 2021.

DailySocial.id berkesempatan untuk berbincang lebih jauh dengan Founding Partner Wavemaker Impact Marie Cheong secara tertulis.

Tesis 100×100

Cheong menuturkan Wavemaker Impact (WMi) merupakan bagian dari strategi Wavemaker Partners yang sedang bertransisi dari dana kelolaan strategi tunggal ke multi-strategi. WMi berfokus pada teknologi iklim dan pengembangan usaha yang diklaim telah menarik berbagai LP dan dana kelolaan berdampak memiliki proses dan struktur investasi yang berbeda dengan dana kelolaan di Wavemaker Partners.

“Kedua strategi ini berkontribusi pada visi Wavemaker untuk menjadi VC tahap awal yang paling tepercaya di Asia Tenggara dan misinya untuk berinvestasi pada wirausahawan terbaik di kawasan ini, serta memimpin komunitas terpercaya untuk membantu mereka sukses dan memberikan dampak positif pada dunia,” ucapnya.

Dia melanjutkan, misi yang diemban WMi adalah membangun portofolio perusahaan teknologi iklim yang dapat mengurangi 10% anggaran karbon global. Untuk itu, pihaknya bermitra dengan wirausahawan berpengalaman untuk membuat konsep dan berinvestasi di 100×100 perusahaan – perusahaan yang skalabel dengan kemampuan mengurangi 100 juta ton setara karbon dioksida dan menghasilkan bisnis dengan pendapatan sebesar $100 juta.

Tim WMi / WMi

Ia dan tim berfokus pada inovasi model bisnis – mengembangkan insentif yang mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan yang tersedia secara komersial atau mengubah perilaku. Setiap bisnis yang dibangun diamanatkan untuk meningkatkan pendapatan atau menurunkan biaya bagi pelanggan melalui teknologi ramah lingkungan.

“Karena kami tidak fokus pada risiko teknologi, perusahaan-perusahaan ini memiliki kemampuan untuk mencapai skala dalam jangka waktu dana VC yang umumnya 10 tahun. Dengan demikian, kami menargetkan pengembalian 3-5x untuk LP kami,” ucap Cheong.

Proses yang dilakukan WMi, sebagai venture builder, dimulai dengan mencari pengusaha berpengalaman yang terdorong untuk memecahkan masalah besar secara mendesak dan meluncurkan bisnis baru yang berdampak. Setiap pendiri dalam portofolio WMi sebelumnya telah terbukti memiliki rekam jejak exit yang berhasil. Dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa mereka tahu cara menciptakan nilai, membangun tim, mengembangkan produk, membangun jaringan pelanggan, dan meningkatkan modal.

Setelah orang tersebut menunjukkan komitmennya untuk bekerja sama, WMi akan menyediakan tim yang terdiri dari tiga venture builders untuk bekerja bersama dengan sang pendiri selama tiga hingga enam bulan untuk menemukan peluang 100×100 yang sesuai dengan ambisi dan keahlian mereka.

Telah disusun pula pedomannya, dimulai dengan menemukan founder-problem fit: sebuah ruang permasalahan yang cukup besar dari sudut pandang ‘pasar total yang dapat diatasi’ dari sudut pandang karbon dan nilai (dalam dolar) yang ingin ditangani oleh para pendiri.

Cara ini merupakan hasil diskusi dengan 80-200 pelanggan potensial, pakar di bidang ini, dan mitra ekosistem untuk mencari wawasan dan insentif yang menghubungkan kantong nilai karbon dan dolar.

“Setelah memiliki [playbook], kami mengembangkan model bisnis dan mengujinya di pasar. Pada titik ini kami yakin bahwa ini adalah peluang 100×100 dan yang lebih penting, sang pendiri bersemangat membangun bisnisnya. WMi berinvestasi dan sang pendiri meluncurkan perusahaannya. Kami bekerja dengan para pendiri secara individual, bukan secara kelompok.”

Dicontohkan, kemitraan dengan salah satu pengusaha Indonesia, Benny Batara, untuk meluncurkan BumiBaru yang memulihkan lahan terdegradasi di Indonesia dengan mengubahnya menjadi kawasan pertanian yang menguntungkan.

Karena berfokus pada inovasi model bisnis dibandingkan teknologi mendalam, lewat tesis 100×100 ini para pendiri tidak perlu memiliki latar belakang bidang tersebut atau keahlian di bidang tertentu. Sebaliknya, WMi melihat bagaimana mereka dapat mengatasi inefisiensi pasar melalui penerapan teknologi ramah lingkungan.

Misalnya, salah satu portfolionya, Rize, merupakan perusahaan patungan antara Temasek, Breakthrough Energy Ventures, dan GenZero. Rize melakukan dekarbonisasi budidaya padi -pendorong emisi pertanian terbesar kedua secara global− dengan menawarkan input yang lebih murah (pupuk, benih, dan lainnya) demi menciptakan insentif bagi petani untuk mengadopsi praktik pertanian berkelanjutan.

Portofolio lainnya, Helios, berambisi ingin mempercepat penerapan energi surya untuk perumahan, melalui penciptaan hipotek tenaga surya pertama di Asia Tenggara. Helios memberikan pelanggan akses terhadap hipotek yang lebih murah dengan memasang panel surya di atap rumah mereka.

Tutup fund pertama

Pada Desember 2023, WMi mengumumkan telah mengumpulkan fund pertama sebesar $60 juta. Raihan ini disebutkan melampaui target awal sebesar $25 juta. Modal tambahan ini akan memungkinkan perusahaan untuk memperluas portofolio perusahaannya dan terus melakukan investasi lanjutan pada usaha dengan kinerja terbaik hingga putaran pendanaan Seri B.

LP yang bergabung dalam fund ini, yakni United States Development Finance Corporation (DFC), British International Investment (BII), dan Triple Jump / DGGF, Beacon Capital, lengan ventura KBank, dan Autodesk Foundation, perusahaan filantropi Autodesk Inc.,

Hingga saat ini, WMi telah meluncurkan dan berinvestasi di enam perusahaan, ada tambahan empat lainnya sedang dalam pengembangan, serta dalam proses meluncurkan perusahaan pertamanya di India dan Australia. Portofolionya saat ini meliputi:

  • Agros – platform pertanian berkelanjutan untuk petani hortikultura
  • WasteX – perusahaan teknologi biochar terdistribusi yang menyerap emisi limbah pertanian
  • Rize – sebuah platform bagi petani untuk mengurangi emisi metana dalam budidaya padi
  • Helios – perusahaan hipotek tenaga surya residensial pertama di Asia Tenggara
  • BumiBaru – perusahaan pembalikan lahan terdegradasi di Indonesia
  • RegenX – platform pertanian regeneratif yang berfokus pada komoditas tanaman seperti kopi dan kakao

Portofolio awal WMi telah mengumpulkan pendanaan dari investor terkemuka, seperti Norinchukin Bank, Schneider Electric, dan Gaia Impact Fund, sementara sebagian besar portofolionya bersiap untuk mengumpulkan putaran Seed dan Seri A selama 12 bulan ke depan.

“Kami fokus berinvestasi pada para pendiri yang telah melalui proses venture build bersama kami.”

Cheong berpendapat startup berdampak di Asia Tenggara masih dalam tahap pertumbuhan, sehingga sebagian besar mereka berfokus pada skalabilitas komersial dengan dampak sebagai pertimbangan sekunder atau dampak dengan pertumbuhan yang lebih lambat.

Hanya saja, ada beberapa pengecualian, seperti eFishery di Indonesia yang telah memberikan dampak luar biasa terhadap penghidupan para petani ikan di Indonesia sembari membangun unicorn dari agritech.

“Tesis kami adalah membangun startup yang sangat skalabel dan memiliki dampak signifikan terhadap iklim adalah hal yang mungkin dilakukan,” pungkas dia.

Startup Agritech Semaai Kantongi Pendanaan Pra-Seri A Rp73 Miliar

Startup agritech Semaai mengumumkan perolehan pendanaan pra-Seri A senilai $4,7 juta (sekitar Rp73 miliar) dalam bentuk ekuitas dan utang. Putaran ini dipimpin CyberAgent Capital, dengan partisipasi dari investor baru, seperti Sumitomo Corporation Equity Asia, Ruvento, MyAsiaVC, dan Heracles Ventures. Investor lama, yakni Surge bagian dari Peak XV, Accion Venture Lab, dan Beenext, turut serta dalam putaran tersebut.

Total raihan pendanaan yang diperoleh Semaai sejak pertama kali berdiri di Agustus 2021 mencapai $7,6 juta (sekitar Rp118 miliar). Putaran sebelumnya diraih pada Februari 2023.

Semaai akan akan memanfaatkan injeksi untuk memperluas layanan konsultasi pertanian yang menyasar toko tani dan petani, bekerja sama dengan institusi keuangan untuk menyediakan solusi fintech, dan perluasan layanan Semaai di Jawa Tengah yang memiliki lebih dari 8.200 desa. Ditargetkan Semaai akan jangkau 75% desa hingga akhir 2024.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan perusahaan pada hari ini (8/1), Co-founder dan CEO Semaai Muhammad Yoga Anindito menyampaikan, “Ini adalah bagian dari target kami untuk menyediakan ekosistem digital terintegrasi dalam mengatasi tantangan rantai pasok pertanian dan mengatasi kesenjangan pengetahuan toko tani dan petani kecil di Indonesia.”

Direktur Kantor CyberAgent Indonesia Kevin Wijaya menuturkan, “[..] Melihat rekam jejak para founder Semaai di sektor pertanian, kami yakin bahwa Semaai dapat merevolusi sektor pertanian Indonesia melalui pendekatan offline-to-online, terutama dalam rantai pasokan bahan baku pertanian.”

Pencapaian Semaai

Aplikasi Semaai / Semaai

Sektor pertanian, bersama dengan sektor kehutanan dan perikanan, tumbuh 1,46% secara tahunan dan 1,61% secara kuartal. Data Badan Pusat Statistik 2023 menunjukkan sektor pertanian menyumbang Rp397.291,202 miliar terhadap PDB Indonesia, atau 12,71% dari total PDB.

Walaupun merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian nasional, sektor ini masih menghadapi beberapa tantangan, seperti terbatasnya akses pembiayaan, rantai pasokan yang panjang, dan rendahnya adopsi teknologi.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Semaai menyediakan tiga layanan utama yang banyak digunakan oleh para petani dan peritel pertanian, yaitu:

  1. Marketplace digital bagi B2B untuk input pertanian seperti benih dan pupuk,
  2. Layanan konsultasi pertanian untuk meningkatkan praktik pertanian, dan
  3. Layanan keuangan melalui kerja sama dengan institusi keuangan dan penyedia fintech tepercaya.

Menurut Yoga, perpaduan unik antara perdagangan dan logistik yang terintegrasi ke dalam layanan konsultasi Semaai akan memberikan nilai dan manfaat yang besar bagi para pedagang eceran pertanian dan petani.

Untuk mendukung ketiga produk di atas, Semaai telah meluncurkan fitur klinik pertanian. Fitur ini berisi konten edukasi yang disusun berdasarkan jenis tanaman, fokus hama dan penyakit yang berhubungan dengan tanaman. Konten yang dirancang dengan jelas dan sederhana ini membantu pengguna untuk memahami secara menyeluruh kompleksitas masalah tanaman.

“Setelah tahap edukasi, pengguna diberikan rekomendasi, membantu mereka untuk mengatasi dan memitigasi masalah tersebut secara efektif di masa depan.”

Diklaim, Semaai berhasil mencetak kenaikan pendapatan bersih (net revenue) hingga 15 kali lipat sepanjang 2023 dan kenaikan pengguna marketplace Toko Tani tumbuh dua kali lipat. Penggunaan fitur konsultasi pertanian naik 8 kali lipat sepanjang enam bulan terakhir dan disebutkan sebagian besar pengguna aktif Semaai memanfaatkan fitur tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Mengurai Pertanyaan di Balik “Tutup Sementara” Zenius

Startup edtech Zenius mengumumkan tutup untuk sementara waktu. Kendala operasional jadi alasan utama di balik keputusan ini.

“Saat ini Zenius sedang mengalami tantangan operasional, dan kami sangat menyesal atas ketidaknyamanan yang akan ditimbulkan bagi para pengguna kami. Kami mengambil langkah strategis untuk menghentikan operasi secara sementara, tetapi kami menjamin bahwa kami tidak akan berhenti berusaha untuk menjalankan dan mewujudkan visi untuk merangkai Indonesia yang cerdas, cerah, asik,” tulis Founder & CEO Zenius Sabda PS dalam keterangan resmi.

Sabda melanjutkan, “Kami menyadari bahwa keputusan ini akan mengecewakan banyak pihak, terutama para pengguna setia kami, yang telah mendukung dan mempercayai kami selama ini. Untuk itu, kami meminta maaf dan berterima kasih kepada para pengguna dan mitra atas kepercayaan yang telah diberikan.”

Hanya saja, dalam pernyataan tersebut, Sabda tidak merinci lebih lanjut dampak dari keputusan “sementara ini”. Pertanyaan-pertanyaan yang tersisa belum terjawab oleh publik seperti:

  1. Kapan Zenius akan kembali?
  2. Bagaimana nasib pengguna dan uang yang telah dibayarkan?
  3. Bagaimana nasib pegawai Zenius? Apakah ada pembayaran pesangon?
  4. Bagaimana dengan kelanjutan nasib Primagama?

Dikonfirmasi lebih lanjut oleh DailySocial.id, perwakilan Zenius hanya menyampaikan, “Zenius belum bisa memberikan informasi lebih lanjut untuk saat ini. Nanti akan ada informasi lagi untuk para pengguna dan cabang-cabang Primagama.”

Perjalanan Zenius

Zenius memasuki umur 20 tahun sejak pertama kali didirikan pada 2004. Para pendirinya adalah Sabda PS, Wisnu Subekti, dan Medy Suharta. Sebelum bergaya ala startup, produk awal Zenius adalah meluncurkan materi pembelajaran dalam bentuk CD dan buku. Kemudian badan hukum didirikan pada 2007 di bawah Zenius Education.

Sebelumnya dalam sesi SelasaStartup, Sabda pernah bercerita dana operasional Zenius pertama kali diperoleh dari menggesek kartu kredit. Belum ada investor, semisal dari modal ventura, yang berminat mendanai. Model bisnis pertama yang diambil adalah membuat bimbingan belajar offline. Di sana perputaran bisnis di ranah ini sangat jelas.

Ada pembayaran yang rutin diterima di muka dan dia bisa langsung mengajar murid. Penghasilan ini dia putar untuk merekrut tambahan guru dan membuat rekaman saat guru-guru tersebut tidak mengajar. “Kita buat konten di awal-awal dan menjual CD-nya. Internet belum terpikir sama sekali,” katanya.

Setahun berikutnya, tim semakin giat memproduksi CD berisi pembahasan soal-soal. Bahkan hingga 2008, variasi CD yang dijual semakin lengkap. Ada yang berbentuk paket lengkap CD, sehingga tidak perlu beli satuan. Pada tahun itu juga mereka mulai memanfaatkan internet, tapi baru sebatas berjualan CD.

“Ini momen historical kita tanggal 4 April 2008, kita launch di pameran pertama di Jakarta dan kita launch website untuk jualan CD doang.”

Tahun pertama berjualan online, diklaim Zenius sudah cek untung. Dia pun mantap pada tahun berikutnya untuk mengembangkan bisnis Zenius secara online karena masih banyak anak Indonesia yang belum mengenal Zenius, kendati pada saat itu akses internet cenderung terbatas.

“Zenius bisa bertahan karena kita ada elemen, tidak hanya yang penting laku saja, tapi impact yang benar. Ketika mereka beli konten, memang beneran bikin cerdas atau enggak. Selama yang kita deliver itu bisa mengubah pola pikir, kayanya sih umur Zenius bisa terjamin [lebih lama].”

Aplikasi Zenius sendiri baru ada pada Juli 2019 dan melakukan kampanye besar-besaran, yakni menggratiskan lebih dari 80 ribu video materi pembelajarannya. Lalu setahun berikutnya, perusahaan melakukan rebranding, baik logo, visual, dan tagline untuk menandai evolusi merek.

Pada 2022, didukung pengaruh efek pasca-pandemi, Zenius mengakuisisi Primagama dan di-rebrand dengan New Primagama. Secara total, terdapat 264 cabang Primagama yang tersebar di seluruh Indonesia. Lalu pada Juni 2023, perusahaan mengumumkan audit menyeluruh. Hasilnya ada cabang yang setop kerja sama dan membuka waralaba untuk Primagama kepada yang berminat.

Pada tahun yang sama pula, Zenius mulai terseok-seok. PHK besar-besaran ditempuh dalam tiga gelombang.

Zenius telah didukung oleh jajaran investor besar, seperti MDI Ventures, Northstar Group, Alpha JWC Ventures, Openspace Ventures, Beenext, dan lainnya. Pendanaan terakhir diumumkan pada Maret 2022, tidak disebutkan nominal yang diperoleh. Dalam catatan, secara total Zenius telah mengumpulkan pendanaan lebih dari $40 juta.

Application Information Will Show Up Here