OnlinePajak Dapatkan Pendanaan Seri B Senilai 379 Miliar Rupiah

OnlinePajak mengumumkan baru saja membukukan pendanaan seri B senilai $25 juta (setara dengan 379.6 miliar Rupiah). Pendanaan tersebut dipimpin oleh Warburg Pincus, dengan dukungan Global Innovation Fund (GIF) dan Endeavor Catalyst. Investor OnlinePajak sebelumnya, Alpha JWC Ventures, Sequoia India, dan Primedge juga turut berpartisipasi dalam pendanaan lanjutan ini.

Charles Guinot selaku Founder & CEO OnlinePajak mengatakan bahwa pendanaan ini menjadi validasi model bisnis yang dijalankan. Pendanaan akan difokuskan untuk mewujudkan revolusi kepatuhan pajak dengan teknologi berbasis kecerdasan buatan dan blockchain.

“Kami berencana untuk mempercepat perluasan kemampuan kami untuk terus membantu wajib pajak. Kami akan mentransformasikan kemudahan berbisnis di negara ini, dengan membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas mereka, dan juga mendukung Direktorat Jenderal Pajak mengelola pajak yang dibutuhkan negara,” ujar Charles.

Didirikan pada 2015, OnlinePajak menghadirkan aplikasi terintegrasi berbasis web yang dapat digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan hitung, setor, dan lapor pajak. Aplikasi ditujukan untuk penggunaan pribadi maupun institusi. Sebelumnya, OnlinePajak juga telah berhasil meraih pendanaan Seri A di akhir 2017 dipimpin oleh Alpha JWC Ventures.

“Kami percaya bahwa OnlinePajak memiliki potensi pertumbuhan yang luar biasa, tidak hanya dalam membantu dunia bisnis di Indonesia agar dapat  beroperasi lebih efisien, tetapi juga dalam memainkan peran penting demi mewujudkan visi pemerintah Indonesia untuk memperluas basis pajak negara,” kata Head of Southeast Asia dari Warburg Pincus, Jeffrey Perlman.

OnlinePajak menjadi startup perpajakan pertama yang telah mengimplementasikan teknologi blockchain. Sejak diluncurkan pada 2015, OnlinePajak telah dipercaya lebih dari 900 ribu pengguna.

Akan Ada Lebih dari 70 Sesi Workshop di IDEAFEST 2018

Acara tahunan untuk industri kreatif lokal IDEAFEST 2018 akan kembali diselenggarakan. Ada banyak sesi yang akan ditawarkan, mulai dari IDEAEXPERIENCE (pameran karya kreatif), CONFERENCE (pemaparan keynotes tentang tren industri kreatif), hingga IDEATALKS (seminar dan workshop kreatif).

IDEATALKS menjadi salah satu acara yang menarik, akan ada puluhan pemateri yang akan menjelaskan mengenai 16 sub sektor industri kreatif di Indonesia. Saking banyaknya pemateri yang dihadirkan, akan ada lebih dari 70 sesi yang diadakan secara paralel. Sehingga pengunjung dapat memilih sesi yang sesuai dengan bidangnya.

Adapun pemateri yang sudah mengonfirmasi kehadirannya untuk IDEATALKS di antaranya:

  1. Mark Francis, Head of Original Programming iFlix
  2. Andien Aisyah, Musician Lifestyle Influencer
  3. Agung Hapsah, Film Maker & Vlogger
  4. Ayla Dimitri, Content Creator & Style Influencer
  5. Christian Sugiono, Founder of MBDC Media
  6. Dian Sastrowardoyo, Artist & Entrepreneur
  7. Laila munaf, Co-Founder Sana Studio
  8. Fathia Izzati, Content Creator, Vocalist of Reality Club
  9. Andanu Prasetyo, Founder of Kopi Tuku
  10. Ria Sarwono, Founder, Brand & Marketing Director of Cottonink
  11. Carline Darjanto, Founder, CEO, & Creative Director of Cottonink
  12. Riesky Vernandes, Co-Founder Eatlah
  13. Aries Lukman, Founder of Iphonesia
  14. Anggie Rassly, Founder of Brow Studio
  15. Santhi Serad, ACMI Chairwoman & Food Scientist
  16. Almira Bastari, Novelist & Financial Analyst
  17. Hardian Eko Nurseto, Lecturer Anthropology Department Padjajaran University
  18. Ade Putri Paramadita, Culinary Story Teller
  19. Citra Marina, Illustrator
  20. Luthfi Hasan, Owner of Jakarta Vintage
  21. Jansen Ongko, Nutrition Consultant & Fitness Educator; dan masih banyak lagi.

Sesi IDEATALKS akan berlangsung pada tanggal 26 Oktober 2018, mulai jam 10 pagi sampai 10 malam. Adapun rangkaian acara IDEAFEST 2018 akan berlangsung pada 26 – 27 Oktober 2018 di Jakarta Convention Center, Senayan. Informasi lebih lanjut dan tiket dapat disimak di situs resminya melalui http://www.ideafest.id.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner IDEAFEST 2018

Application Information Will Show Up Here

Menelaah Revisi Aturan Pusat Data di Indonesia

“Kita kan lagi gencar untuk mendorong ekonomi digital melalui startup. Banyak startup juga sedang jalan, sedangkan ada kebijakan yang ada di PP Nomor 82 Tahun 2012 (PP 82/2012) bahwa data center harus di Indonesia. Kalau data center untuk startup semuanya ada di Indonesia juga tidak bisa optimal prosesnya nanti,” ujar Rudiantara usai Rapat Koordinasi Revisi PP Nomor 82 Tahun 2018 di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, di Jakarta, Kamis (27/9) sore.

Menkominfo menganggap ada kebutuhan menggunakan platform cloud asing yang tidak memiliki pusat data di Indonesia. Belum lagi rencana para pemain besar untuk menancapkan kukunya di Indonesia.

Setelah Alibaba Cloud menyasar pasar Indonesia, Google memastikan akan berinvestasi dalam bentuk cloud region. Sementara Amazon Web Services, yang menjanjikan dana masuk sebesar $1 miliar dalam 10 tahun ke depan, tetapi tidak ada rencana membangun pusat data di Indonesia.

Penggunaan pusat data oleh beberapa layanan digital di Indonesia
Penggunaan pusat data oleh beberapa layanan digital di Indonesia

Menggunakan tools yang disediakan Bulitwith.com, terlihat ada kecenderungan sejumlah layanan digital di Indonesia lebih memilih layanan pusat data yang disediakan layanan asing.

Keterangan dedicated server biasanya merujuk kepada pusat data yang dibangun perusahaan secara mandiri atau dari penyedia layanan lokal. Dari gambar di atas, IDN Times dan Traveloka memanfaatkan Cloudflare Hosting, ini merupakan mekanisme proxy untuk menyembunyikan peletakan cloud server mereka dan umumnya digunakan karena perusahaan menggunakan lebih dari satu cloud server. Namun semua mitra integrasi Cloudflare yang ada saat ini rata-rata layanan asing seperti IBM Cloud, AWS, Azure dll.

Kondisi “ideal” berdasarkan PP 82/2012

Beleid yang terdiri dari 90 pasal tersebut secara umum mengatur tentang banyak hal, mengatur ketentuan penyelenggara transaksi elektronik, mekanisme perangkat lunak, perangkat keras, hingga sanksi administratif atas pelanggaran yang terjadi. Dari poin-poin yang ada, pasal 17 ayat 2 memuat hal-hal yang menjadi acuan saat ini. Bunyinya adalah sebagai berikut:

“Penyelenggara Sistem Elektronik untuk pelayanan publik wajib menempatkan pusat data dan pusat pemulihan bencana di wilayah Indonesia untuk kepentingan penegakan hukum, perlindungan, dan penegakan kedaulatan negara terhadap data warga negaranya.”

Di bagian penjelasannya disebutkan penyelenggara wajib memperoleh Sertifikasi Kelaikan Sistem Elektronik dari Menteri dan wajib terdaftar di Kemenkominfo. Pusat data (data center) didefinisikan sebagai suatu fasilitas yang digunakan untuk menempatkan sistem elektronik dan komponen terkait untuk keperluan penempatan, penyimpanan, dan pengolahan data.

Sementara pusat pemulihan bencana (disaster recovery center) didefinisikan sebagai fasilitas yang digunakan untuk memulihkan kembali data atau informasi serta fungsi-fungsi penting sistem elektronik yang terganggu atau rusak akibat bencana yang disebabkan oleh alam atau manusia.

Poin rancangan revisi

Dalam melakukan revisi, Kemenkominfo bersinergi dengan beberapa kementerian lain untuk harmonisasi regulasi. Harapannya aturan baru yang lahir nantinya dapat mengakomodasi dan merangkul kebutuhan sesuai dengan perkembangan yang ada. Dari draf yang pernah disampaikan, ada beberapa hal menarik, salah satunya dipaparkan dalam pasal 1 ayat 27. Pokok pembahasannya tentang klasifikasi data elektronik menjadi 3 bagian, yakni strategis, berisiko tinggi, dan berisiko rendah.

Menurut pemaparan Dirjen Ditjen Aplikasi Informatika Semuel Abrijani Pangerapan, penyimpanan data akan diatur berdasarkan klasifikasi tersebut. Masing-masing memiliki sub bagian dan penjelasan. Sebagai contoh data strategis, dibagi menjadi tingkat tinggi, menengah, dan rendah. Hanya data strategis tingkat tinggi yang pusat datanya wajib berada di Indonesia.

Di kesempatan yang sama, Samuel memberikan penjelasan tentang klasifikasi data. Data strategis adalah data sensitif yang disimpan dan dikelola pemerintah, contohnya data intelijen, data ketahanan pangan, dan lain-lain. Data strategis tingkat tinggi bahkan aksesnya tidak melalui internet, namun jalur intranet yang terbatas. Sementara data strategis tingkat menengah boleh tersambung internet dengan dalih perlu diketahui publik. Sementara yang rendah boleh diletakkan di mana saja demi keterbukaan informasi.

Data risiko tinggi didefinisikan sebagai data sensitif berkaitan dengan pengguna. Untuk peletakan pusat data tidak wajib di Indonesia, namun pemerintah harus mendapatkan jalur akses untuk keperluan tertentu. Kewajiban bagi penyedia hanya menambahkan poin akses (misalnya berbentuk Cloud Delivery Network) di Indonesia, sehingga tidak perlu meminta otorisasi pemerintahan negara lain untuk akses data.

Data berisiko rendah cenderung berisi data dengan tingkat sensitivitas rendah, sehingga dapat dikelola di mana saja secara lebih bebas.

Kualifikasi Data PP 82/2012
Klasifikasi data sesuai revisi PP 82/2012

Selain berkaitan dengan data, revisi juga mengatur beberapa hal lain. Dalam pasal 5 tentang penyelenggara sistem elektronik, revisi menegaskan bahwa setiap penyelenggara wajib melakukan pendaftaran. Ini dapat diinterpretasikan penyedia layanan pusat data wajib terdaftar atau memiliki badan usaha legal.

Tanggapan industri

Chairman Asosiasi Cloud dan Hosting Indonesia (ACHI) Rendy Maulana berpendapat, “Awalnya kami sempat nyaris sepakat dengan usulan tersebut dengan catatan pemerintah bisa mengklasifikasikan data. Namun setelah kami berdiskusi ulang dengan anggota asosiasi dan beberapa rekan penegak hukum, hal ini tidak baik jika kami setujui.”

Menurutnya, data adalah “tambang emas” di era digital seperti sekarang. Berbekal data, berbagai tindakan bisa dilakukan, bahkan di ranah penegakan hukum. Pengelolaan data yang kurang terkontrol dapat memberikan ancaman untuk kedaulatan, terutama ancaman dari luar.

“Misalnya data pembelanjaan, itu bisa dimanfaatkan orang lain. Sebagai contoh data yang diambil dari marketplace, berbekal data tersebut pemain asing bisa meniru produk UKM kita dan membuat produk mirip dan whitelabel, lalu menjual harga yang lebih murah. Bisa menghancurkan perkembangan UKM.”

“Data browsing kita (log/timestamp) pun juga bisa berpengaruh banyak jika polisi ingin menemukan siapa pelaku kejahatan cyber, atau terjadi kasus bunuh diri, atau pembunuhan atau pencurian. Di tingkat lanjut, log pengguna layanan seperti Google bisa merekam aktivitas sehari-hari.” terang Rendy.

Menurut pemaparan ACHI, pada intinya data adalah sesuatu yang sangat sensitif. Perlu ada pengelolaan yang sangat ketat. Kelonggaran regulasi berkaitan dengan data bisa dimanipulasi dan dimanfaatkan untuk sesuatu yang akan merugikan kita sendiri.

ACHI merupakan organisasi nirlaba yang memiliki visi mengembangkan industri cloud dan hosting di Indonesia. Anggota dari ACHI merupakan perusahaan pelaku industri cloud dan hosting di Indonesia, serta organisasi terkait partisipan industri. Beberapa anggotanya termasuk Qwords, Rumahweb, BiznetGio, CBNCloud, Jogjacamp, Infinys dan Masterweb.

Negara lain makin ketat meregulasi data

Pernyataan tidak setuju juga dilayangkan Indonesia Data Center Provider Organization (IDPRO). Dalam rilis resminya, IDPRO mewanti-wanti pemerintah agar kedaulatan data nasional dipegang penuh oleh otoritas setempat. Organisasi juga memberikan contoh studi kasus, bagaimana negara lain memberikan aturan ketat berkaitan dengan data.

“Di bulan September 2017, Facebook dikenakan Denda oleh Pemerintah Spanyol melalui AEPD (Agencia Espanola de Proteccion de Datos/Spanish Data Protection Agency) sebesar USD$1.44 juta atas pelanggaran memanfaatkan data informasi personal dari pengguna Facebook di Spanyol untuk keperluan advertising. AEPD mendapati Facebook mengumpulkan data detail tentang gender, agama, kegemaran individu, hingga data situs halaman yang di-browsing oleh jutaan pengguna Spanyol tanpa seizin pemilik data-data tersebut. Selain Spanyol, Hongkong pun menerapkan kebijakan yang ketat dalam hal data warganya melalui aturan Personal Data Privacy Ordinance.”

Untuk kebijakan penempatan pusat data di dalam negeri bagi layanan publik atau layanan yang menyimpan data strategis, Indonesia tidak sendirian. Berdasarkan laporan Oxford University, Rusia dan Tiongkok telah menerapkan kebijakan serupa. Brazil berencana menerapkan kebijakan yang mirip. Jerman juga memiliki Privacy Laws yang sangat ketat dan rigid, menyebabkan Microsoft pada bulan November 2105 memutuskan menempatkan pusat data layanan cloud mereka di Jerman.

CEO Biznet Gio Dondy Bappedyanto berpendapat, sebelum laporan ini disahkan ada beberapa pertanyaan mendasar yang masih belum terjawab. Pertama, apakah PP 82/2012 yang sebelumnya ada sudah pernah dijalankan 100%? Sejauh ini ia melihat belum ada enforcement untuk penegakan regulasi tersebut. Kini revisi akan menjadi lebih kompleks, mekanisme pelaksanaannya belum dipaparkan oleh pihak regulator.

Kemudian pertanyaan kedua Dondy berkaitan dengan klasifikasi data. Bagaimana kita menilai data tersebut menjadi data personal, mekanismenya seperti apa, yang melakukan audit siapa? Tanpa prosedur teknis yang jelas dan terukur, dinilai akan banyak melahirkan celah yang dapat dimanfaatkan pihak berkepentingan. Memang, untuk menilai klasifikasi data harus ada standardisasi ketat, mengingat jenis data berevolusi cepat.

Dondy menekankan, efektivitas juga harus diukur dari beberapa aspek, misalnya kecepatan internet dan bandwidth.

“Semua yang ada di internet itu kan data. Video misalnya, kalau dinilai itu data yang strategis atau enggak, menurut saya pasti enggak ya karena hiburan. Video adalah kontan yang memakan bandwidth paling banyak, kalau video yang diproduksi dari sini ditaruh di luar, ya jangan harap internet bisa murah dan cepat. Kalau semua konten ada di luar, belum pasti penyedia layanan mau exchange bandwidth ke sini,” terang Dondy.

Revisi untuk mendukung industri

Ditemui di sela-sela IMF-WB Annual Meeting di Bali, Menkominfo memberikan penjelasan lain tentang rencana revisi PP 82/2012. Salah satunya untuk memberikan fleksibilitas startup digital lokal untuk berkembang. Menurutnya jika semua data diwajibkan diletakkan di dalam negeri, akan sulit jika nantinya ada kebutuhan untuk ekspansi atau sejenisnya.

Di kesempatan yang sama Rudiantara juga menegaskan, revisi aturan ini tidak ada hubungannya dengan dinamika industri komputasi awan, misalnya terkait rencana kehadiran pemain asing di Indonesia. Murni sebagai perbaikan berlandaskan kondisi dan kebutuhan yang ada.

Be realistic saja, sekarang berapa banyak startup lokal yang sudah melayani pasar regional. Coba sebutkan, baru GO-JEK dan Traveloka saja kan yang masif,” ujar Dondy menanggapi pernyataan Menkominfo tersebut.

Rendy menambahkan, saat ini sudah ada banyak sekali pusat data lokal. Untuk yang kelas publik dan carrier neutral, sudah ada di lebih dari 50 lokasi. Sedangkan untuk yang kelas privat, jumlahnya sudah ratusan dan lokasinya tersebar di banyak tempat.

“Publik ini maksudnya lokasi peletakan data center, semisal di Cyber, Duren Tiga, Cibitung, Bogor, dll. Sementara yang private lebih banyak lagi. Misalnya Qwords memiliki private data center di Gedung Cyber, begitu pula dengan Telkom memiliki di gedungnya sendiri. Tersebar mulai dari yang Tier 1 sampai Tier 4. Tidak hanya di Jabodetabek, bahkan ada di Papua dan Ternate. Lembaga pemerintah sendiri juga banyak bangun data center,” jelas Rendy.

Rendy dan Dondy secara percaya diri mengisyaratkan bahwa pemain lokal dengan pusat datanya di sini sudah sangat siap memfasilitasi kebutuhan startup digital lokal.

Creative Executive Walt Disney Akan Berbagi dalam Sesi Konferensi IDEAFEST 2018

IDEAFEST 2018 akan kembali diselenggarakan, tepatnya pada tanggal 26 – 27 Oktober 2018 di Jakarta Convention Center. Akan ada agenda menarik seputar industri kreatif yang disajikan, salah satunya ialah sesi konferensi bersama para pemateri andal. Konferensi akan berlangsung dalam 14 sesi berturut-turut membahas sesuatu yang tengah menjadi tren dalam industri kreatif.

Beberapa pemateri yang akan hadir termasuk Luc Mayrand (Creative Executive Walt Disney), Jaeson Ma (Founder of East West Artists & Co-Founder of 88Rising), Najwa Shihab (Journalist & Founder Narasi TV), Ferdy Nandes (Head of Emerging Markets & SMB-Indonesian & Philippines), Axton Salim (Director & CMO Indofood), dan masih banyak lainnya.

IDEAFEST sendiri merupakan acara tahunan festival kreatif yang menghubungkan dan menginspirasi komunitas untuk berkembang. Acara kreatif ini membawa komunitas untuk bertemu langsung, berbagi, dan saling menginspirasi. Diharapkan dalam menjadi ajang untuk membentuk aksi nyata dalam industri kreatif di Indonesia.

Pertama kali IDEAFEST diadakan adalah pada tahun 2011 sebagai festival dua tahunan. IDEAFEST memiliki visi menciptakan dan membentuk keseimbangan dan keberlanjutan industri kreatif. IDEAFEST diharapkan dapat membawa filmmakers, content creators, tech experts, musicians, C-Levels, founders, dan semua pemain dalam industri kreatif dari semua jenis untuk bersama-sama membuat IDEAFEST tidak hanya untuk kesenangan, namun juga memiliki arti untuk perkembangan semua sektor kreatif industri.

Untuk informasi lebih lanjut seputar acara ini, kunjungi laman resminya: http://www.ideafest.id.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner IDEAFEST 2018

Application Information Will Show Up Here

Alpha JWC Ventures Raises 121 Billion Rupiah Funding for Kopi Kenangan

Alpha JWC Ventures pours $8 million (equiv. with 121,6 billion Rupiah) funding for Kopi Kenangan. Been operating in 16 locations in Jakarta, Kopi Kenangan is a coffee chain with “grab and go” concept which growth is rapid. It was founded in August 2017 by Edward Tirtanata and James Prananto.

After fundraising, Kopi Kenangan will expand retails to 30 locations before the end of 2018. Next year, they continue for 100 locations all over Indonesia. Founders are confident with the target, of the average sales has reached 175 thousand glasses per month. In addition, funding will be distributed to research and app development activities.

Founder Kopi Kenangan, Edward Tirtanata and James Prananto / Kopi Kenangan
Founder Kopi Kenangan, Edward Tirtanata and James Prananto / Kopi Kenangan

Edward Tirtanata, the Co-Founder & CEO, said that the secret is not only the number of locations/shops, but the quality of its products and recipes. Kopi Kenangan also breaks the foreign brands’ domination with relatively expensive prices for local coffee in town.

Alpha JWC Ventures will support in technology to accelerate business. Jefrey Joe, Alpha JWC Ventures’ Co-Founder and Managing Partner thought technology plays an important role to build a sustainable consumer sector.

“Kopi Kenangan is a good example of technology potential in helping coffee chain which grows rapidly into the bigger scale and create a better experience for customers,” he said.

“We consider Kopi Kenangan not only as a small coffee business but also a thing that can grow into the bigger business with the New Retail concept through technology. Therefore, we decided to partner with Alpha JWC Ventures with an expertise in technology and scale-up,” Tirtanata explained.

The New Retail concept, according to the Co-Founder and COO James Prananto, will be implemented in mobile app development. Some features have been planned are include store search, pre-order, payment support, and many more. The point is to be focused on the more modern user experience.

Previously, East Ventures was doing similar steps. They invested in Fore Coffee. Aside from providing funding, they will also provide incubation, especially to start a digital approach in the sales process.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Alpha JWC Ventures Berikan Pendanaan 121 Miliar Rupiah untuk Kopi Kenangan

Alpha JWC Ventures mengucurkan pendanaan senilai $8 juta (setara dengan 121,6 miliar Rupiah) untuk jaringan Kopi Kenangan. Telah beroperasi di enam belas titik di Jakarta, Kopi Kenangan menjadi coffee chain dengan konsep “grab-and-go” yang cukup bertumbuh pesat. Bisnis tersebut didirikan Agustus 2017 oleh dua orang founder, yakni Edward Tirtanata dan James Prananto.

Pasca pendanaan, Kopi Kenangan menargetkan perluasan kedai menjadi 30 lokasi sebelum akhir tahun 2018. Dan tahun depan akan melakukan ekspansi lanjutan untuk melahirkan 100 kedai di berbagai wilayah. Founder cukup percaya diri dengan target tersebut, pasalnya saat ini rata-rata penjualan sudah mencapai 175 ribu gelas per bulan. Selain itu, pendanaan juga akan difokuskan untuk kegiatan riset dan pengembangan aplikasi.

Kopi Kenangan
Founder Kopi Kenangan, Edward Tirtanata and James Prananto / Kopi Kenangan

Co-Founder & CEO, Edward Tirtanata, menyampaikan bahwa rahasia bisnisnya bukan hanya sekadar pada lokasi/jumlah kedai, melainkan pada kualitas bahan produk dan resep yang disajikan. Hadirnya Kopi Kenangan juga untuk mematahkan dominasi merek asing dengan harga yang relatif mahal untuk produk kopi di perkotaan.

Hadirnya Alpha JWC Ventures juga akan memberikan dukungan dari sisi teknologi untuk mengakselerasi bisnis. Menurut Co-Founder & Managing Partner Alpha JWC Ventures, Jefrey Joe, teknologi dalam berperan untuk membangun sektor konsumen secara berkelanjutan.

“Kopi Kenangan adalah contoh yang baik tentang bagaimana teknologi berpotensi membantu rantai kopi yang berkembang pesat untuk skala lebih besar dan menciptakan pengalaman yang lebih baik bagi pelanggan,” ujar Joe.

“Kami melihat Kopi Kenangan bukan hanya sebagai bisnis kedai kopi kecil, tetapi sesuatu yang dapat tumbuh menjadi usaha besar dengan konsep New Retail melalui dukungan teknologi. Oleh karena itu, kami memutuskan bermitra dengan Alpha JWC Ventures yang memiliki keahlian dalam teknologi dan peningkatan skala,” terang Edward.

Konsep “New Retail” tadi, menurut Co-Founder dan COO James Prananto, akan diajawantahkan dalam pengembangan aplikasi mobile. Beberapa fitur yang telah direncanakan termasuk untuk pencarian toko, pre-order, dukungan pembayaran, dan sebagainya. Intinya akan memfokuskan pada pengalaman pengguna yang lebih modern.

Dengan pendekatan yang hampir sama, sebelumnya East Ventures juga melakukan sepak terjang serupa. Mereka berinvestasi untuk startup kopi Fore Coffee. Selain memberikan pendanaan, mereka juga akan memberikan inkubasi, khususnya guna memulai pendekatan digital dalam proses penjualan.

IDEAFEST 2018 Agendakan “IDEAXPERIENCE”, Sajikan Pengalaman Menikmati Produk Kreatif

IDEAFEST didesain menjadi festival tahunan yang menghubungkan dan menginspirasi komunitas kreatif untuk berkembang. Tahun ini, IDEAFEST 2018 akan berlangsung pada 26 – 27 Oktober 2018 di Jakarta Convention Center, Senayan. Acara ini membawa komunitas kreatif untuk bertemu langsung, berbagi, dan saling menginspirasi. Ini adalah salah satu cara untuk membentuk aksi nyata dalam industri kreatif di Indonesia.

Salah satu agenda di IDEAFEST 2018 adalah IDEAXPERIENCE, yakni menjadi tempat bagi IdeaFriends (pengunjung) mendapatkan banyak pengalaman seputar industri kreatif dengan mencoba langsung berbagai inovasi yang dipamerkan. IDEAXPERIENCE dari 3 program utama yaitu (1) Lyfe!Fest by DBS, (2) Telkomsel Experience Zone by NextDev, dan (3) O2O Market.

Selain itu IDEAFEST 2018 juga memiliki program lainnya, seperti lebih dari 14 sesi konferensi yang berjalan terus menerus, Spice Up! Boothcamp, hingga Awarding Night.

Pertama kali IDEAFEST diadakan pada tahun 2011 sebagai festival dua (2) tahunan. IDEAFEST bertujuan untuk menciptakan dan membentuk keseimbangan dan keberlanjutan industri kreatif. Diharapkan berbagai pihak di industri kreatif bersama-sama membuat IDEAFEST tidak hanya untuk kesenangan, namun juga memiliki arti untuk perkembangan semua sektor kreatif industri.

Informasi lebih lanjut tentang acara dan tiket dapat mengunjungi situs resminya melalui http://www.ideafest.id.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner IDEAFEST 2018

Application Information Will Show Up Here

Bayar SIM di Gresik Kini Bisa Gunakan GO-PAY

Satlatas Polres Gresik bekerja sama dengan GO-JEK melahirkan inovasi baru untuk masyarakat Gresik berupa CPS (Cashless Payment System). Kini pembayaran PNBP SIM (Penerimaan Negara Bukan Pajak – Surat Izin Mengemudi) bisa dilakukan dengan layanan uang elektronik GO-PAY. Hasil inisiatif tersebut sudah efektif beroperasi sejak 17 Oktober 2018.

“Dengan dana hibah 35 miliar Rupiah yang kami dapatkan belum lama ini, kami berkomitmen untuk terus berbenah diri dan meningkatkan layanan publik bagi masyarakat Gresik. Peningkatan kualitas kerja serta kualitas layanan publik ini telah tercermin dari beragam inovasi yang bermuara pada pelayanan publik yang mudah, cepat dan transparan,” sambut Kapolres Gresik AKBP Wahyu Bintoro.

Selain dengan GO-PAY, Polres setempat juga telah bekerja sama dengan Telkomsel dan BRI untuk inovasi berikutnya demi efisiensi layanan publik. AKBP Wahyu turut menambahkan, dengan proses digital dapat meminimalisir praktik pungli dari petugas pelayanan, khususnya saat mengurus pembayaran SIM dan SKCK.

“Ini menjadi kolaborasi GO-PAY (dengan Kepolisian) yang pertama. Melalui inovasi ini GO-PAY mendukung Satlantas Polda Gresik untuk mengimplementasikan layanan yang transparan sekaligus meningkatkan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat Gresik,” ujar Head of Sales GO-PAY Arno Tse.

Pengguna yang ingin membayar BNPB SIM menggunakan GO-PAY cukup membuka aplikasi GO-JEK dan melakukan scan kode QR yang tersedia pada loket pembayaran SIM dan memasukkan jumlah yang ingin dibayarkan dan melakukan konfirmasi pembayaran.

Application Information Will Show Up Here

Melihat Besarnya Peluang Kebutuhan Teknisi Data, Skystar Ventures Lahirkan DQLab

Salah satu tren digital yang dibawa revolusi industri 4.0 adalah optimasi data — dalam artian mencoba memanfaatkan data yang ada di bisnis untuk dikonversi menjadi pengetahuan. Tak heran jika saat ini hampir setiap perusahaan membutuhkan tim data, baik dari sisi analis, teknisi, hingga pemrogram. Melihat peluang tersebut, DQLab hadir memberikan wadah berupa kanal pembelajaran soal data. Program-programnya memberikan pengajaran komprehensif tentang pengelolaan data dengan studi kasus industri.

Untuk mengetahui lebih dalam tentang program DQLab, DailySocial telah berbincang Yovita Surianto selaku Program Director. Ia mendefinisikan DQLab sebagai program pembelajaran data science yang dikemas dengan metode praktik dan aplikatif berbasis proyek. Pendekatan tersebut diambil untuk membawa pengalaman dan kompleksitas riil terkait pengolahan data di perusahaan, khususnya di Indonesia. Program ini diinisiasi Universitas Multimedia Nusantara (dalam hal ini melalui Skystar Ventures) dan PHI-Integration.

“Visi kami menciptakan talenta data yang dapat berkontribusi secara tepat bagi perusahaan tempat mereka bekerja. Dengan terciptanya banyak talenta data yang dapat memberikan impact, akan menciptakan ekosistem data yang kuat untuk menuju Indonesia yang lebih data-driven,” terang Yovita.

Kebutuhan talenta data masih sangat besar

Mengutip hasil penelitian Microsoft dan IDC yang diterbitkan awal 2018 ini, dari 79% perusahaan di Indonesia yang tengah menjalankan proses transformasi digital, hanya 7% memiliki strategi digital secara menyeluruh. Dalam tulisan sebelumnya, DailySocial juga pernah membahas tentang transformasi digital, dua aspek berkaitan langsung dengan data, yakni data-driven strategy dan data analytics. Industri 4.0 yang mengarah ke digitalisasi dan otomasi, menuntut pelaku industri untuk cepat beradaptasi dengan perubahan.

“Banyaknya program edukasi teknis di Indonesia untuk membangun talenta transformasi digital adalah inisiatif yang tepat. Edukasi di bidang data science yang terstruktur dan tepat dapat membantu mengoptimalkan proses pengolahan dan analisis data. Kami percaya, exposure ke beragam studi kasus dan penanganan data akan membantu pemahaman para praktisi data, bukan hanya dalam penggunaan tools melainkan mengasah problem solving dan analytical skills,” lanjut Yovita.

Kondisinya saat ini perusahaan memiliki banyak sekali data, seiring dengan komputerisasi di berbagai segmen. Sayangnya, menurut Yovita, hingga saat ini masih banyak sekali permasalahan pada data sehingga belum layak untuk diolah menjadi pengetahuan yang berguna dan menyebabkan hasil analisis menjadi kurang terpercaya. Isu-isu seperti struktur hingga redudansi data masih banyak dijumpai. Sementara di tengah kompetisi global, perusahaan perlu menjadi tangkas dan memutuskan sesuatu dengan cepat, tentu tidak hanya berdasarkan asumsi, melainkan analisis yang terukur.

“Pengolahan data yang tepat dapat memunculkan insight menarik untuk membantu pengambilan keputusan bagi bisnis. Contoh studi kasusnya: untuk menentukan paket produk yang tepat dan berdampak pada penjualan, melakukan proses segmentasi konsumen untuk membantu aktivitas pemasaran yang tertarget, menentukan variabel untuk memprediksi credit scoring, dan masih banyak lainnya,” jelas Yovita.

DQLab dengan pendekatan berbasis komunitas

DQLab
Salah satu kegiatan komunitas di DQLab / DQLab

Saat ini sudah banyak program edukasi yang secara khusus mengajarkan tentang data science. Selain DQLab, ada juga Algoritma yang secara khusus menyelenggarakan workshop terpadu tentang data science. Pendekatan berbasis komunitas dinilai relevan oleh DQLab. Dengan pendekatan tersebut, DQLab menghubungkan berbagai pihak, mulai dari industri, praktisi, dan pengajar; untuk saling mengisi satu dengan lainnya. PHI-Integration sebagai mitra strategis DQLab adalah konsultan data di Indonesia. PHI-Integration fokus ke pengembangan konten, dan platform.

“Program DQLab terbuka untuk umum. Saat ini kami bekerja sama dengan beberapa perusahaan untuk memberikan rekomendasi data talents yang memenuhi kriteria. Untuk memberikan pemahaman proses dan teknik pengolahan data secara tepat, secara berkala kami melakukan sesi bedah kasus mengundang pakar data di industri,” tutup Yovita.

Baca juga seri tulisan tentang data science dari DailySocial:

  1. Bagian 1 – Dasar Data Science
  2. Bagian 2 – Big Data
  3. Bagian 3 – Business Intelligence
  4. Bagian 4 – Machine Learning

SIX Network Ekspansi ke Indonesia, Bawa Sejumlah Produk Blockchain untuk Industri Kreatif

Pengembang teknologi blockchain dan smart contract SIX Network hari ini (17/10) mengumumkan ekspansinya ke Indonesia. Perusahaan asal Thailand ini akan membawakan sejumlah produk terdesentralisasi andalannya, meliputi SIX Digital Asset Wallet, Decentralized Financial Services, dan Wallet-to-Wallet (W2W) Decentralized Commerce.

Platform tersebut dapat menyimpan aset-aset digital seperti cryptocurrencies secara online dan dapat dikirimkan ke pengguna lain tanpa perantara. SIX Network sebelumnya telah berhasil meluncurkan Innitial Coin Offering (ICO) pada Maret 2018 dan telah menjual semua tokennya (520.000.000 token) kepada publik Juni 2018.

“Setelah Jepang dan Tiongkok, kami ingin memperkenalkan produk ke Indonesia karena cryptocurrency telah diterima dan mengalami pertumbuhan yang mengejutkan. Kami berharap dengan masuk ke Indonesia dapat menjangkau investor yang tertarik untuk berinvestasi di cryptocurrency melalui platform kami,” ujar Co-founder & Co-CEO SIX Network, Natavudh Pungcharoenpong.

Dalam keterangannya, SIX Network juga akan memberikan perhatian pada masalah transaksi aset digital pelaku industri kreatif. Beberapa contoh permasalahan yang diungkapkan di antaranya tentang biaya transaksi yang tinggi, likuiditas keuangan yang rendah dari perantara dan pekerja kreatif, ketidakmampuan dalam memodernisasi aset digital, hingga distribusi konten dengan hak kepemilikan yang tidak jelas.

SIX Network memiliki platform SIX Token dan SIX Aplication yang dirancang untuk menjadi token bisnis yang memecahkan masalah likuiditas untuk industri kreatif. Aplikasi SIX bertujuan untuk menjadi lebih dari sekedar dompet untuk menyimpan token, tetapi akan menjadi solusi lengkap untuk semua kebutuhan dalam transaksi digital.

SIX Network juga memiliki SIX Blockchain Startup Fund yang bertujuan untuk mengakselerasi pembaruan ekonomi digital. Tujuan dari Blockchain Startup Fund adalah untuk menjadi dana tahap awal dengan program inkubasi untuk pengembang dan pendiri startup, karena para startup akan menjadi pemain penting di era revolusi digital ini.

SIX Network
Inisiatif pembiayaan startup melalui blockchain / SIX Network

“Sebagai salah satu negara terbesar pengguna internet, beberapa pelaku industri kreatif digital Indonesia masih belum mampu dalam memodernisasi aset digital. Oleh sebab itu, kami hadir untuk menetapkan standar global pada aset digital untuk menyimpan, menghubungkan dan memperdagangkan semua aset digital secara terdesentralisasi dengan teknologi blockchain,” tambah Natavudh.

SIX Network merupakan perusahaan joint venture antara OOKBEE U (salah satu portofolio Tencent) dengan Yello Digital Marketing dan Computerlogy, grup perusahaan yang berbasis di Thailand dan Korea.