Travelio Targetkan 20 Ribu Daftar Properti Pasca Perolehan Pendanaan Seri A 56 Miliar Rupiah

Travelio, platform online penyewaan properti pribadi lokal, mengumumkan putaran pendanaan seri A senilai $4 juta (atau setara dengan 56 miliar Rupiah). Nilainya dua kali lipat jika dibanding pendanaan terakhir pra-seri A yang didapat pertengahan tahun 2016 silam. Investasi kali ini dipimpin oleh Vynn Capital, didukung Insignia Ventures Partners, Fenox Venture Capital, IndoGen Capital, dan Stellar Kapital.

Pendanaan ini akan difokuskan untuk akselerasi pertumbuhan, akuisisi talenta, inovasi produk dan membuka peluang vertikal baru. Sejak memutuskan untuk fokus sebagai platform penyewaan aset properti pribadi di Indonesia (seperti Airbnb), Travelio mengaku lebih banyak fokus untuk meningkatkan fungsionalitas aplikasi mobile dan web yang saat ini dimiliki. Sejauh ini belum ada fitur baru, kecuali pengalaman berbasis Virtual Reality (VR) untuk pelanggan.

“Untuk fitur VR sangat membantu customer kami, terutama untuk customer yang ingin tinggal sampai berminggu-minggu hingga bulanan. Sangat membantu memberikan look and feel property yang kami tawarkan,” ujar Managing Director Travelio Hendry Rusli kepada DailySocial.

Hendry melanjutkan, bersama pendanaan baru ini pihaknya belum terbesit untuk melakukan ekspansi layanan. Fokusnya kini meningkatkan jumlah properti di dalam platform Travelio. Saat ini setidaknya sudah ada lebih dari 4 ribu daftar properti di platform tersebut, Hendry dan tim menargetkan tahun 2018 akan tumbuh sekurangnya lima kali lipat, atau setara dengan 20 ribu daftar properti.

Strategi lain yang juga akan mulai dikuatkan oleh Travelio ialah menjalin kemitraan strategis dengan komunitas, otoritas, asosiasi dan pengembang properti.

Tim Travelio di Indonesia saat ini / Travelio
Tim Travelio di Indonesia saat ini / Travelio

Travelio sendiri optimis dengan layanan daftar properti yang diusungnya. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Hendro Gonodkusumo selaku CEO PT Intiland Development Tbk. Perseroan tersebut bermitra dengan Travelio untuk meningkatkan kebergunaan properti yang dimiliki. Menurut Hendro industri properti memang membutuhkan teknologi inovatif untuk memungkinkan properti menganggur bisa dimanfaatkan dan menghasilkan arus kas.

“Travelio memecahkan masalah kekosongan yang dihadapi oleh pengembang properti sambil menyediakan akomodasi yang terjangkau bagi pelanggannya. Tim telah menunjukkan kemampuannya untuk menyediakan operasional dan teknologi secara baik. Kami percaya bahwa model bisnis inovatifnya akan muncul sebagai pemenang dalam lanskap accomodation-sharing di Indonesia,” sambut Founding Managing Partner Insignia Ventures Partners, Yinglan Tan.

Application Information Will Show Up Here

iPrice Umumkan Pendanaan, Optimis Layanan Perbandingan Harga Akan Terus Dibutuhkan

iPrice Group sebagai perusahaan penyedia platform pembanding produk e-commerce hari ini mengumumkan perolehan pendanaan baru dari LINE Ventures. Investor sebelumnya yakni Venturra turut serta dalam pendanaan ini, dengan dukungan investor baru Cento Ventures.

Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit dalam rilis yang dikirimkan, menurut sumber yang didapat Crunchbase pendanaan ini masuk ke putaran seri B dengan total nilai sama dengan pendanaan seri A yang didapat akhir 2016 lalu, yakni senilai $4 juta (atau setara dengan 53 miliar rupiah).

Saat ini layanan iPrice telah melenggang di tujuh negara, meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Hong Kong. Layanannya diklaim telah menjangkau lebih dari 50 juta pengguna dengan total katalog produk melebihi 500 juta unit.

iPrice optimis akan mencapai lebih dari 150 juta pengunjung di tahun ini, didukung oleh pertumbuhan pesat di pasar Indonesia – terutama segmen produk elektronik – yang tumbuh 30 kali lipat dalam 12 bulan terakhir. Pertumbuhan pesat ini sangat dipicu oleh fragmentasi pasar yang iPrice lakukan dan juga kesadaran berbelanja online konsumen Indonesia yang semakin meningkat.

“Yang membuat kami tetap bersemangat, hal ini hanyalah awal dari perjalanan kami. Sebagai gambaran, di Republik Ceko, negara saya berasal, masyarakat di sana mengunjungi platform perbandingan harga bernama Heureka sebanyak dua kali dalam sebulan. Dengan lebih dari 300 juta pengguna aktif bulanan dan 100 ribu pengunjung baru di setiap harinya, mudah bagi kami untuk melihat peluang tersebut di masa depan,” CEO iPrice Group, David Chmelař.

Untuk mendukung perkembangan selanjutnya, perusahaan yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia ini baru saja melakukan perombakan organisasi dengan menciptakan tiga unit bisnis utama (Electronic, Fashion, dan Commercial Content), untuk memberikan pengalaman belanja daring terbaik bagi konsumen.

“Saat ini, kami menyediakan platform yang memungkinkan konsumen daring untuk mencari ratusan juta produk, membandingkan harga, dan menghemat dengan katalog kupon yang kami miliki. Kami yakin dalam beberapa tahun ke depan, belanja daring akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari semua orang di Asia Tenggara.” tambah David.

CMO iPrice, Matteo Sutto, turut menambahkan soal kebutuhan layanan perbandingan harga produk e-commerce di masa mendatang. Menurutnya kehadiran pemain besar seperti Alibaba, Tencent, dan Amazon yang berjuang menjadi market leader di pasar Asia Tenggara, akibatnya terdapat pula peningkatan biaya pemasaran alternatif (seperti Google/Facebook). Dengan ini iPrice mengaku optimis tentang peran situs perbandingan harga dan penemuan produk di lanskap e-commerce, baik untuk konsumen maupun pemilik merchant itu sendiri.

David melanjutkan, “Ketika konsumen semakin tertarik pada e-commerce, mereka akan mencari cara termudah dan komprehensif untuk menemukan produk yang mereka inginkan dengan cepat. Visi kami adalah menjadi portal pertama yang mereka kunjungi saat mulai berbelanja daring,”.

Moka Terintegrasi dengan Layanan OVO, TCASH, dan DANA

Moka sebagai startup penyedia layanan point-of-sale (POS) berbasis cloud mengumumkan kerja sama strategis bersama OVO, TCASH dan DANA untuk integrasi sistem pembayaran. Kini merchant yang berlangganan Moka bisa memanfaatkan layanan penjualan sekaligus pembayaran terpadu di satu platform.

Kerja sama tersebut dinilai Co-Founder & CEO Moka, Heryanto Tanjo, sebagai langkah konkret bagi startupnya dalam memasuki babak baru di industri point-of-sale Indonesia. Implementasi e-payment diharapkan dapat memobilisasi pelanggan untuk lebih nyaman bertransaksi, sehingga memberikan dampak baik kepada merchant itu sendiri.

Dengan adanya pembaruan sistem, Moka juga berambisi untuk memperluas jangkauan pelayanan di seluruh Indonesia. Hingga saat ini Moka telah menjangkau lebih dari 10 ribu pengguna di berbagai wilayah di Indonesia. Pada tahun 2017 tercatat terdapat lebih dari 50 juta transaksi senilai $600 juta.

“Besar harapan kami agar integrasi inovatif ini bisa menjadi solusi bagi pelaku bisnis untuk terus meningkatkan skala bisnisnya. Kami berkomitmen agar selalu memberikan solusi teknologi terbaik bagi seluruh merchant, dan memperluas pelayanan lainnya agar pelaku bisnis dapat tumbuh bersama Moka,” ujar Heryanto.

Layanan e-payment yang digandeng Moka merupakan yang cukup bertumbuh saat ini. Sebaran pengguna OVO mencapai 9,5 juta pengguna, sementara TCASH sudah mencapai 20 juta pengguna tersebar di seluruh Indonesia.

Untuk saat ini yang sudah terintegrasi dan bisa digunakan secara penuh untuk pembayaran di Moka adalah layanan OVO, sementara untuk TCASH dan DANA akan segera menyusul dalam waktu dekat.

“Kemitraan dengan Moka adalah kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak, di mana dapat membantu kami memperluas jangkauan layanan OVO di gerai fisik serta meningkatkan transaksi. Selain itu, kami juga memiliki tujuan untuk mendukung para pemilik bisnis dengan memberi akses akan pelanggan berkualitas dan memungkinkan pembayaran elektronik, loyalty points, dan penawaran eksklusif secara lebih mudah,” ujar Adrian Suherman, Presiden Direktur OVO.

Layanan Moka sendiri sudah dihadirkan sejak tahun 2014 dalam bentuk SaaS (Software as a Services). Beberapa layanan yang disuguhkan untuk pelaku bisnis (khususnya UKM) meliputi fitur adubustrasu penjualan, inventaris, operasional, loyalty program untuk pelanggan, ingredient inventory, hingga fitur merchant intelligence yang dapat membantu merchant untuk menganalisis kinerja bisnis.

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Enters Content Business, Soon to Launch Go-Play

Go-Jek is entering video-based online content business on-demand, like Netflix or HOOQ. The expansion is triggered to secure Go-Jek position as all-in-one service for Indonesians, with Go-Pay as the primary e-wallet. The service will be named Go-Play with a subscription business model.

According to Go-Jek’s SVP of Acquisition and Development, Michy Gustavia, during Asia-Pacific Video Operators’ Summit, Go-Play will allow users to subscribe to digital content by daily, weekly, or monthly payment.

Go-Jek has made a special unit called “Go-Studio” to handle the content production, but also open for collaboration with other local creators and production house. Go-Jek will use the existing data to analyze users’ habit and produce content accordingly.

The 95% of contents are Indonesian films. Some of those are related to the activity inside Go-Jek’s ecosystem. For example, the first documentary film is about the high rate of canceled order for women’s drivers. The problem is to be analyzed through data and the study will be delivered through the film.

With a strong users’ penetration, company’s internal data shows there are 9.5 million active users per December, and the expanding payment system, Go-Jek aims to be a digital service accommodating various needs of the communities.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Squline Opens Online Course for Bahasa Indonesia

A developer of online course Squline announces new online class for Bahasa Indonesia (Indonesian). The product released due to a trend in 2018 that global markets are heading to Indonesia. Bahasa Indonesia has potential to be understood and learned by foreigners, particularly investors or businessman planning for expansion.

Tomi Yunus, Squline‘s CEO, said that it’s necessary for the creative industry and technology players planning for expansion to Indonesia, to learn the culture and the language. Therefore, it’ll be easier to decide the business steps.

The foreigners who want to join the course in Squline can access the class anywhere, anytime, using one-on-one Live Video Call method with the experts. By downloading the app and register, you can sign up for the online class with a flexible roster. The targets are those who are too busy to come to an actual class and not having much spare time.

Squline admits that the initiative is inspired by the training in Startup Grind Global Conference and Telkomsel NextDev event last March. In the biggest annual creative festival, South by Southwest (SXSW) in Austin, Texas, Squline is selected to be Indonesia’s representative and promote Bahasa Indonesia in its app.

As a local startup in education, Squline provides a portal for language learning. There are many similar services in Google Play includes Bahaso. The interesting part is its target market. While other players are targeting Indonesians to learn the foreign languages, Squline focused on covering global markets who have interest in Bahasa Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Konsistensi AMIKOM Business Park Menginkubasi Startup di Yogyakarta

Salah satu pendekatan yang banyak dilakukan berbagai pihak untuk menumbuhkan ekosistem startup ialah mendirikan inkubator. Pemerintah, korporasi, hingga kalangan edukasi berbondong-bondong membuat program inkubasi. Tak terkecuali Yayasan AMIKOM yang membawahi Universitas AMIKOM Yogyakarta dan beberapa unit perusahaan pendidikan lainnya. Program inkubator bertajuk “AMIKOM Business Park (ABP)” didirikan untuk mengakomodasi calon pengusaha digital di Yogyakarta.

“Untuk startup yang kami bina tidak harus dari mahasiswa AMIKOM. Kami terbuka membina startup yang berdomisili di Yogyakarta yang memiliki produk menarik serta memiliki tim yang mempuni. Berdasarkan pengalaman kami, rata-rata startup yang kami bina sudah lulus kuliah, atau tinggal skripsi,” cerita Donni Prabowo, General Manager Inkubator ABP kepada DailySocial.

ABP juga membantu startup binaannya untuk kebutuhan pendanaan. Pihaknya memfasilitasi pendanaan melalui grant pemerintah terkait startup dan kewirausahaan. Selain itu, melalui jaringan yang dimiliki yayasan, ABP juga menghubungkan startup dengan angel investor di area Yogyakarta. Saat ini pihaknya masih terus menggencarkan upaya kolaborasi dengan berbagai pihak untuk penguatan ekosistem digital di Yogyakarta yang lebih luas.

Strategi menjaring mahasiswa

Berada di lingkungan kampus, salah satu misi AMIKOM Business Park adalah meningkatkan awareness soal kewirausahaan digital untuk kalangan mahasiswa. Donni menceritakan ada beberapa hal yang dilakukan melalui program informal di luar kelas untuk hal tersebut. Secara rutin ABP menyelenggarakan program #StartupTalk untuk program inkubator.

“Melalui kegiatan #StartupTalk yang rutin kami selenggarakan dua minggu sekali, kami mencoba untuk mengedukasi tentang industri digital dengan cara mengundang praktisi-praktisi yang sudah lebih dulu terjun di dunia startup untuk sharing mengenai pengalamannya. Acara ini free dan terbuka untuk umum. Setelah selesai acara, para peserta kami masukkan ke dalam grup messenger agar mereka tetap saling dapat berbagi dan berdiskusi,” jelas Donni.

Pada awalnya inkubator ABP diinisiasi berdasarkan kerja sama antara AMIKOM dan Kominfo pada tahun 2011 dengan nama “Inkubator Industri Telematika Yogyakarta”. Seiring berakhirnya program Kominfo pada akhir tahun 2015, inkubator dikelola secara mandiri di bawah unit usaha Yayasan AMIKOM dan berganti nama menjadi AMIKOM Business Park.

Beberapa capaian program inkubator ini meliputi:

  • Pada tahun 2015, ABP menginkubasi satu startup dan memfasilitasi pendanaan Rp250 juta.
  • Pada tahun 2016, ABP menginkubasi dua startup, dan satu startup di antaranya memperoleh pendanaan Rp300 juta.
  • Pada tahun 2017, ABP menginkubasi 11 startup dan memfasilitasi pendanaan masing-masing kurang lebih Rp350-500 juta.
  • Pada tahun 2018, ABP menginkubasi empat startup dan memfasilitasi pendanaan kurang lebih Rp250-350 juta.

“ABP sendiri memiliki tagline ‘Transforming IT talent into successful startup IT companies’. Kami berambisi untuk mengantarkan startup binaan kami untuk naik level ke tahap berikutnya dengan cara memfasilitasi mereka dari berbagai hal, contohnya dari segi jaringan, dari segi peningkatan hard/soft skill, maupun akses funding. Kami berharap setelah 7-8 bulan masa inkubasi, mereka bisa lebih siap untuk naik level ke tahap berikutnya, misalnya masuk ke akselerator atau putaran pendanaan lanjutan,” lanjut Donni.

Founder di program inkubasi 2018: Bima (CEO Kawan Messenger), Ruslan (CEO Pigmi Mini 3D Printer), Angga (CEO Ichibot), Adji (CEO Lunasbos) / ABP
Founder program inkubasi 2018: Bima (CEO Kawan Messenger), Ruslan (CEO Pigmi Mini 3D Printer), Angga (CEO Ichibot), Adji (CEO Lunasbos) / ABP

Mekanisme pembagian ekuitas di program inkubator ABP

Program inkubasi di ABP memakan waktu 8 bulan untuk masing-masing sesi. Program tersebut meliputi:

Tahapan program inkubasi AMIKOM Business Park
Tahapan program inkubasi AMIKOM Business Park

Dalam rangkaian kegiatan tersebut, beberapa materi yang diberikan antara lain seputar idea validation, market validation, business model validation, funding strategy, lean startup, dan beberapa materi teknis yang dikemas dalam kegiatan #StartupTalk.

“Berkaitan dengan komitmen, sebagai timbal balik dari program inkubasi dan akses funding yang kami berikan, ABP akan mengambil sebagian kecil equity dari startup binaan. Besaran equity yang kami akan kami ambil tergantung dari negosiasi dan valuasi startup saat datang ke kami,” jelas Donni soal mekanisme inkubasi.

Donni menambahkan, ada beberapa hal yang selalu ditekankan untuk startup binaan ABP, salah satunya soal tim. Ia percaya bahwa produk yang hebat terlahir dari komposisi tim yang hebat, namun kenyataannya masih banyak startup yang ditemui belum matang soal penguatan tim. Permasalahan dari sisi tim yang sering ditemui di antaranya: (1) founder kesulitan merekrut anggota tim yang tepat; (2) tim bubar karena founder sudah tidak memiliki visi yang sama; (3) beberapa founder keluar karena mendapatkan pekerjaan yang lebih menjanjikan; dan (4) founder sulit menjaga komitmen anggota tim.

Ekosistem startup di Yogyakarta

Berada di lingkungan akademik, ABP juga mengamati ketertarikan mahasiswa terhadap startup digital. Menurutnya saat ini ketertarikan tersebut terpantau menurun jika dibandingkan dua tahun terakhir. Analisisnya karena mulai banyak yang menyadari bahwa membuat startup sukses bukan perkara mudah, sehingga butuh mengasah pengalaman lebih dalam.

“Tantangan yang masih perlu diperbaiki adalah membuat lebih banyak mahasiswa lebih aware untuk menghadiri kegiatan-kegiatan berkaitan dengan industri digital di luar kelas, sehingga mindset entrepreneur-nya dapat terbentuk lebih cepat. Di samping itu, menyadarkan mahasiswa bahwa membuat startup itu bukan hanya untuk keren-kerenan saja itu juga merupakan tantangan tersendiri,” ujar Donni.

Donni saat melakukan kegiatan sharing session sebagai salah satu agenda inkubasi / ABP
Donni saat melakukan kegiatan sharing session sebagai salah satu agenda inkubasi / ABP

Namun, jika melihat ekosistem startup di Yogyakarta secara umum, ABP melihat pertumbuhan konsisten dari tahun ke tahun. Indikasinya dari sisi raw material talent dengan supply lulusan yang cukup tinggi di bidang teknologi. Selain itu komunitas juga sudah banyak berkembang, seperti JogjaJS yang spesifik membahas teknologi Java Script, Dev-C, YAC, PhytonID dan sebagainya. Pun dari sisi program inkubator, beberapa mulai bermunculan.

“Hal yang menurut saya belum bertumbuh secara masif adalah local angel investor (dari Yogyakarta). Menurut saya masih banyak startup di Yogyakarta yang butuh dukungan funding di tahapan pre-seed agar mereka bisa mencapai round selanjutnya,” pungkas Donni.

Squline Luncurkan Kursus Bahasa Indonesia Online

Pengembang platform kursus online Squline mengumumkan peluncuran lini produk baru, yakni kelas bahasa Indonesia secara online. Varian produk ini secara dilahirkan karena melihat tren di tahun 2018, pasar global bergerak makin cepat mengarah ke Indonesia. Bahasa Indonesia dinilai memiliki potensi untuk dikenal dan dipelajari oleh warga negara asing, terutama investor atau pebisnis yang merencanakan ekspansi.

Menurut CEO Squline Tomy Yunus, para pelaku industri kreatif dan teknologi yang ingin melakukan ekspansi bisnis ke Indonesia perlu untuk mengenal budaya bangsa Indonesia dan bahasa Indonesia terlebih dahulu. Dengan begitu, langkah-langkah untuk menentukan keputusan bisnis yang tepat akan lebih mudah diambil.

Warga negara asing yang ingin kursus bahasa Indonesia di Squline dapat dengan mudah mengakses kelas kapan saja dan di mana saja melalui metode belajar one-on-one LIVE Video Call bersama pengajar profesional. Cukup dengan mengunduh aplikasi Squline dan melakukan registrasi kemudian pesan kelas online sesuai dengan jadwal yang diinginkan.

Squline mencoba mempersiapkan kursus online bahasa Indonesia bagi mereka yang ingin mempelajari bahasa Indonesia dengan mudah dan jadwal yang fleksibel tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu bersama dengan pengajar profesional, sesuai dengan karakteristik pangsa pasar yang ditargetkan, yakni kalangan yang cukup sibuk.

Pihak Squline mengaku inisiatif ini salah satunya didasarkan pada bekal yang diperoleh dari pelatihan yang diterima di acara Startup Grind Global Conference dan Telkomsel NextDev. Bulan Maret lalu, dalam festival kreatif tahunan terbesar, South by Southwest (SXSW) di Austin, Texas, Squline terpilih hadir mewakili Indonesia dan mempromosikan bahasa Indonesia melalui platform aplikasinya.

Squline merupakan startup lokal yang bergerak di bidang edukasi, tepatnya menyajikan portal belajar berbahasa asing. Sebenarnya layanan serupa sudah banyak ditemukan di Google Play, termasuk Bahaso. Yang menarik justru target pasarnya. Jika umumnya pemain lain menargetkan pengguna di Indonesia untuk belajar bahasa asing, Squline mencoba mulai fokus merangkul pasar global yang tertarik mempelajari Bahasa Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Konferensi BlockJakarta akan Kembali Dilaksanakan, Mengeksplorasi Peluang Blockchain

Acara konferensi BlockJakarta akan kembali diselenggarakan. Kali ini akan dibahas berbagai peluang dan mekanisme implementasi teknologi blockchain di berbagai bidang. Konferensi tersebut dijadwalkan pada 9 Mei 2018 mendatang, bertempat di Ritz Carlton Pacific Place Jakarta.

Penerapan blockchain di berbagai jenis sistem akan dibahas dalam acara ini, termasuk bagaimana merealisasikan sistem kontrak, transaksi dan pencatatan di berbagai lini bisnis. Visi yang diharapkan blockchain nantinya dapat menjadi salah satu peluang transformasi digital ekonomi di Indonesia.

Di Indonesia implementasi blockchain masih menjadi hal baru. Perlu adanya eksplorasi berbagai kemungkinan peluang dan tantangan penerapannya. BlockJakarta ingin menjadi wadah untuk kebutuhan eksplorasi tersebut.

Sejumlah pembicara yang mengonfirmasi kehadirannya termasuk:

  1. Riki Arif Gunawan –  Head of Sub Directorate Technology, Directorate Information Security, Ministry of Communications & Information
  2. I Nyoman Sastrawan – Group Head of Research PPATK, Govt of Indonesia
  3. I Made Wisnu Wardhana – Financial Crime Analyst
  4. Oscar Darmawan – CEO, INDODAX
  5. Steven Suhadi – Asosiasi Blockchain Indonesia
  6. Constantin Papadimitriou – President, Pundi X
  7. Santosh Sinha – Founder, OIX Global
  8. Michael Costache – Managing Partner, KrowdMentor
  9. Dan Gailey – CEO, Synapse AI
  10. Dr Walter Tonetto – VP ASEAN, Digital Town
  11. Senior Representative – IDACB

Informasi dan pendaftaran acara ini dapat dilakukan dengan mengunjungi https://www.blackarrowconferences.com/blockjakarta-partners.html


Disclosure: DailySocial merupakan media partner konferensi BlockJakarta

Memasuki Bisnis Konten, GO-JEK akan Luncurkan GO-PLAY

GO-JEK segera memasuki bisnis konten online berbasis video on-demand, seperti layanan Netflix atau HOOQ. Perluasan bisnis ini didorong dengan makin kuatnya posisi GO-JEK sebagai layanan “all-in-one” untuk pengguna di Indonesia, didukung GO-PAY sebagai e-wallet andalannya. Secara khusus layanan tersebut akan diberi nama “GO-PLAY” dengan skema berlangganan.

Menurut pemaparan SVP of Acquisition and Development GO-JEK, Michy Gustavia, dalam acara Asia-Pacific Video Operators’ Summit, nantinya layanan GO-PLAY akan memungkinkan pengguna melakukan langganan konten digital dengan pembayaran harian, mingguan, atau bulanan.

Menariknya Michy menyampaikan bahwa GO-JEK membuat unit khusus bernama “GO-STUDIO” untuk terlibat dalam produksi konten, kendati tidak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan content creator lokal dan studio film. Dengan data yang dimiliki, GO-JEK akan melakukan analisis kebiasaan pengguna, sehingga menghasilkan konten-konten sesuai dengan kriteria yang digemari.

Konten yang dihasilkan 95% berupa film Indonesia. Beberapa juga berhubungan langsung dengan aktivitas dengan aplikasi GO-JEK. Dicontohkan Michy, proyek film dokumenter pertama yang disusun adalah soal tingkat pembatalan order tinggi untuk pengemudi perempuan. Masalah tersebut coba didalami melalui data, lalu disampaikan edukasinya melalui film tersebut.

Dengan penetrasi pengguna yang cukup kuat –data internal perusahaan mengatakan per Desember ada 9,5 juta pengguna aktif—serta alat pembayaran yang makin luas, GO-JEK berambisi untuk menjadi layanan yang mengakomodasi berbagai kebutuhan masyarakat yang dilayani secara digital. Dari sisi GO-JEK sebagai pengembang layanan e-money, ekosistem layanan dan konten yang luas tentu dapat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan bisnis.

Application Information Will Show Up Here

Lima Startup Terpilih akan Unjuk Gigi di Asia Pacific Media Forum (APMF) 2018

Asia Pacific Media Forum (APMF) 2018 akan digelar di Bali pada 2-4 Mei 2018 mendatang. Salah satu yang menarik ialah ajang kompetisi BIG BREAK dalam forum tersebut. Kompetisi tersebut memilih lima startup terbaik di bidang pemasaran dan periklanan untuk mempresentasikan karya yang dikembangkan di depan ribuan delegasi APMF.

Setelah melalui serangkaian proses penilaian, tim komite seleksi yang terdiri dari pakar di berbagai bidang memilih lima startup terbaik dari Indonesia. Berikut kelima startup tersebut:

  1. GetVid – Startup pengembang Machine Intelligence untuk memudahkan brand membuat konten video.
  2. MailTarget – Startup SaaS lokal yang fokus di otomasi pemasaran email.
  3. Ubiklan – Startup lokal penyedia layanan car advertising.
  4. Adsvokat – Startup lokal yang mencoba mentransformasi advertising tradisional ke media digital.
  5. Boombastis – Startup media dan data yang menyajikan konten untuk generasi millennials.

Kelima startup dipilih berdasarkan beberapa kriteria. Pertama, startup bergantung pada iklan sebagai sumber pendapatan mereka. Kedua, startup tersebut mampu memecahkan permasalahan seputar periklanan dan pemasaran. Dan ketiga, mampu menghadirkan terobosan atau model solusi yang solid untuk menjangkau pasar global.

Tim komite seleksi untuk APMF BIG BREAK 2018 terdiri dari Head of Media Indonesia and SEA Unilever Eka Sugiarto, Direktur Grup Radio dan Digital Kompas Group Andy Budiman, CEO Wavemaker Indonesia Ajay Gupte, Direktur Capella Digital Sunilkumar Suvvaru dan Managing Partner Ideosource Andi Boediman.

Di ajang APMF nanti akan dihadiri oleh peserta dari berbagai kalangan, termasuk pemilik industri media, biro iklan hingga perusahaan pemasaran. Sebuah kesempatan emas bagi startup di bidang terkait untuk unjuk gigi, menampilkan apa yang sudah dikreasikan dalam produk digitalnya masing-masing.

“Di tengah pesatnya penerapan otomasi dan kecerdasan buatan, model bisnis dan keahlian-keahlian yang selama ini kita kenal terancam segera usang. Oleh karena itu, pelaku industri membutuhkan cara dan solusi baru dalam menulis ulang model bisnisnya sehingga dapat tetap relevan di era baru ini. Di sinilah terdapat peluang bagi para perusahaan startup untuk berinovasi menjawab kebutuhan tersebut,” ujar Ketua APMF Andi Sadha.

Tentang APMF 2018

Sejak pertama kali diadakan pada tahun 2005, APMF kini hadir setiap dua tahun sekali dalam tiga format utama: Konferensi, yang melibatkan seluruh delegasi dan dipandu oleh puluhan pembicara dalam sejumlah sesi pendek; Advance Class, yaitu kelas-kelas intensif yang masing-masing dipandu oleh satu pembicara terkemuka dan memiliki jumlah peserta terbatas, sehingga peserta dapat langsung belajar dari ahlinya dan menyusun rencana aksi untuk bisnisnya; serta Expo, yaitu sebuah pameran beragam solusi terkini di bidang teknologi, komunikasi, dan digital.

Tahun ini, APMF 2018 juga menghadirkan satu format baru, yaitu Braindates, peserta dalam jumlah terbatas berkesempatan bertemu secara 1-on-1 dengan pembicara untuk berdiskusi lebih lanjut setelah sesi Konferensi.

Para pembicara akan menyampaikan temuan dan masukan terkini mengenai perilaku konsumen, aplikasi teknologi disruptif seperti big data, blockchain, dan machine learning, serta pergeseran lanskap media.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Asia Pacific Media Forum 2018