Kolaborasi Tamasia dan Grab, Pengguna Bisa Beli Emas Melalui Warung Mitra GrabKios

Tamasia dan Grab berkolaborasi untuk meluncurkan fitur pembelian emas. Kolaborasi ini merupakan tindak lanjut setelah terpilihnya Tamasia dalam program Grab Venture Velocity (GVV). Fitur ini memungkinkan pengguna untuk bisa membeli emas melalui warung mitra GrabKios (sebelumnya Kudo) mulai Rp10.000. Pembelian akan dikonversikan dalam bentuk gram sesuai dengan harga emas pada saat itu.

Untuk pembayaran, pengguna bisa memanfaatkan virtual account dari beberapa bank, menggunakan Ovo, dan juga gerai Alfamart. Pembelian atau tabungan emas yang dimiliki dapat dicetak secara fisik dengan bentuk logam mulia bersertifikasi Antam dengan pilihan mulai dari 1,5,10, 25,50, dan 100 gram. Emas tersebut juga bisa langsung dikirimkan langsung ke alamat pelanggan GrabKios.

“Dengan terintegrasinya sistem Tamasia ke dalam platform GrabKios, masyarakat akan semakin mudah berinvestasi emas dan membantu mitra GrabKios untuk semakin mengembangkan usahanya,” terang Co-founder & CEO Tamasia Muhammad Assad.

Saat ini kurang lebih terdapat 2,6 juta mitra GrabKios yang tersebar di lebih dari 500 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk Tamasia, 70% pengguna mereka adalah kaum milenial yang tinggal di perkotaan. Kolaborasi keduanya akan sama-sama menguntungkan, Grab menambah daftar panjang layanan finansial yang dimiliki, Tamasia bisa menjangkau lebih banyak pengguna.

“Mitra kami di daerah tentu terbantu dengan hadirnya Tamasia di aplikasi GrabKios, mereka bisa menjual tabungan emas dengan mudah dan terjangkau,” terang Head of GrabKios Agung Nugroho.

Tamasia sendiri resmi meluncur pada tahun 2017. Sejak awal kemunculannya Tamasia mengusung konsep jual beli emas berbasis syariah.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Berkolaborasi dengan ITB, Nodeflux Kembangkan Chip Berkemampuan “Deep Learning”

Nodeflux startup pengembang solusi teknologi berbasis AI mengumumkan kolaborasinya dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) bagian IC Lab Design. Kolaborasi ini merupakan langkah awal kedua belah pihak untuk melakukan riset dan pengembangan hardware Deep Learning Inference Chip (DLIC).

Dijelaskan DLIC ini didesain memiliki arsitektur deep learning yang diimplementasikan di level perangkat keras. Dengan itu diharapkan proses komputasi bisa lebih cepat dengan konsumsi daya yang lebih rendah. Algoritma yang akan diimplementasikan di dalam IC spesifik yang dikembangkan Nodeflux.

DLIC merupakan salah satu komponen dasar perangkat komputer berbentuk sirkuit terpadu yang bekerja dengan menggunakan serangkaian algoritma deep learning melalui data visual berupa foto, gambar, dan video. Perangkat dapat menghasilkan data yang terstruktur serta menghasilkan informasi yang bernilai sebagai bahan pemangku kepentingan dalam membuat keputusan strategis.

Proyek kolaborasi ini akan berjalan kurang lebih 12 bulan melalui pengembangan DLIC secara bertahap. Co-founder & CTO Nodeflux Faris Rahman menjelaskan bahwa pengembangan DLIC ini akan berlangsung dalam beberapa tahap. Untuk tahap awal seperti sekarang ini yang dilakukan adalah desain arsitektur, baik dari sisi algoritma yang diimplementasikan dan juga komponen-komponen hardware untuk bisa mengabstraksi algoritma tersebut.

Chip yang akan dikembangkan oleh tim Nodeflux bersama lab ITB / Nodeflux
Chip yang akan dikembangkan oleh tim Nodeflux bersama lab ITB / Nodeflux

Selanjutnya adalah synthetizing dan development. Fase untuk menentukan parameter-parameter ajuan yang ingin dicapai, seperti kapasitas operasi komputasi per satuan waktu, kecepatan komputasi, dan performa akurasi dari komputasi.

“Berikutnya adalah testing dan verification untuk memastikan semua parameter acuan tercapai. Dalam kerja sama ini kita akan coba lihat performa dari desain arsitekturnya yang akan di prototipe, dalam bentuk Single Board Computer. Selanjutnya, jika kita sudah memverifikasi kemampuan dari desain arsitekturnya, kita akan melakukan kerja sama lanjutan untuk bisa masuk ke tahap desain fabrikasinya,” terang Faris.

Saat ini penggunaan DLIC masih terbatas untuk solusi-solusi terkait produk Nodeflux di Vision AI melalui VisionAIre. Namun tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan secara masal, namun perjalanan masih panjang mengingat ini baru dalam tahap awal.

Kembali Mencoba Masuk ke Filipina, Gojek Gandeng Pengusaha Setempat

Gojek kembali mencoba peruntungan untuk bisa beroperasi di Filipina. Ini merupakan percobaan ketiga, dua upaya sebelumnya belum berhasil karena terganjal moratorium. Di upaya teranyarnya, perusahaan menggandeng pendiri e-commerce lokal Paulo Campos sebagai mitra strategis.

Dikutip dari Asia Nikkei, Paulo Campos adalah pemilik 35% saham Pace Crimson Ventures. Price Crimson sendiri adalah perusahaan yang mengakuisisi 60% saham afiliasi bisnis Gojek di Filipina, Velox Technology Philippines.

Agar dapat beroperasi Filipina, regulasi mensyaratkan kepada perusahaan terkait sahamnya harus dimiliki pihak lokal minimal 60%.

“Velox Filipina dengan demikian 60,01 persen sahamnya dimiliki oleh warga negara Filipina dan kini telah memenuhi batas kepemilikan asing,” kata Penasihat Umum SEC Camilo Correa seperti dikutip Nikkei Asian Review.

Sebelumnya di Filipina, Gojek mengakuisisi Coin.ph, perusahaan fintech blockchain. Kehadiran Gojek akan menjadi penantang Grab yang sudah mulai mendominasi pasar layanan on-demand di sana.

Kurang dari lima tahun terakhir Gojek telah menjelma menjadi perusahaan Indonesia yang dikenal baik di banyak negara Asia Tenggara, meski dengan membawa nama lokal di beberapa negara. Keputusan Gojek melebarkan sayapnya di beberapa negara Asia Tenggara meruncingkan kompetisinya dengan Grab.

Kekompakan Gojek dan Grab tak hanya soal negara tempat mereka beroperasi tetapi juga di berbagai inovasi yang dihadirkan. Seolah tak mau kalah, kedua-duanya mulai mentasbihkan diri menjadi “super app”, aplikasi yang siap menjadi pemenuh beragam kebutuhan pengguna. Ketika dua istilah ini dimunculkan ke publik, Gojek dan Grab secara bertahap melengkapi ekosistem layanannya.

Application Information Will Show Up Here

HaloJasa Hadir sebagai Aplikasi “On-Demand” untuk Berbagai Kebutuhan

Dinamika pasar dan kebutuhan pengguna memaksa HaloJasa mengubah model layanannya. Dikembangkan pertama kali pada awal 2017, semula mereka mengusung konsep marketplace. Lantas kini bertransformasi menjadi aplikasi on-demand untuk empat kategori kebutuhan jasa, meliputi Halo Auto (otomotif), Halo Clean (kebersihan), Halo Fix (perbaikan), dan Halo Massage (kebugaran).

CEO HaloJasa Hengky Budiman menjelaskan, banyaknya kategori yang semula ditawarkan berimbas pada biaya pemasaran yang tinggi dan terlalu berisiko untuk pertumbuhan. Pada April 2019 mereka bertemu dengan investor yang berpartisipasi dalam pendanaan awal, lantas mendapatkan masukan untuk merampingkan kategori dan mengubah bentuk menjadi aplikasi on-demand.

“Intinya kami berorientasi untuk menciptakan solusi dan meningkatkan kesejahteraan bagi kaum pekerja informal sehingga dapat menciptakan lebih banyak lagi lapangan pekerjaan. Saya yakin menciptakan sebuah dampak sosial bagi banyak orang merupakan hal yang luar biasa yang ingin kita rasakan bersama-sama,” terang Hengky.

Empat kategori yang menjadi fokus HaloJasa adalah jasa kebersihan untuk rumah, indekos, apartemen, dan kantor; diberi nama Halo Clean. Kemudian jasa pijat di bawah kategori Halo Massage, jasa perbaikan AC di bawah Halo Fix, dan Halo Auto berupa jasa perawatan kendaraan rumah.

Sejak perubahan model bisnis dan peluncuran aplikasi baru pada Oktober 2019 silam, HaloJasa sudah mendapatkan 2000 pengguna dengan 250 vendor tergabung.

Optimis menjadi pimpinan pasar

Salah satu hal yang dipertimbangkan HaloJasa dalam proses perubahan bisnisnya adalah peluang untuk menjadi pemimpin pasar di aplikasi on-demand untuk jasa. Hengky menilai saat ini belum ada nama yang mendominasi untuk industri ini, yang artinya masih terbuka peluang untuk di mana saja.

Kendati demikian kita tahu, decacorn Gojek juga memiliki konsep serupa yang disematkan pada GoLife. Tentu akan menjadi persaingan yang cukup berat.

“Ceruk pasar peluangnya masih terbuka lebar dan saya yakin ini akan menjadi kompetisi yang menarik agar seluruh pemain berusaha memberikan layanan dan menjadi yang terbaik. Kami yakin orientasi terhadap solusi yang kami tawarkan mengedepankan kepentingan kedua belah pihak antara pengguna kami dan juga vendor mitra yang bekerja sama dengan kami,” terang Hengky.

HaloJasa saat ini mengusung beberapa fitur untuk terus mendongkrak pertumbuhan bisnisnya, di antaranya fitur matchmaking yang akan memilihkan vendor sesuai dengan lokasi yang radius yang disesuaikan. Beragam kanal pembayaran juga diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi pengguna HaloJasa.

“Tahun depan kami memastikan bisnis masuk ke dalam product market fit. Setelah itu kami akan mengembangkan dan memperbanyak kategori-kategori baru pada bidang jasa. Termasuk membangun afiliasi dan kolaborasi pada pelaku industri jasa konvensional untuk memanfaatkan teknologi,” imbuh Hengky.

Transformasi bisnis serupa sebelumnya juga dilakukan pemain sejenis, Seekmi. Pada 2017 dengan alasan untuk fokus ke kepuasan pengguna, mereka juga merampingkan kategori jasa yang ditawarkan.

Application Information Will Show Up Here

Tokocrypto Resmi Terdaftar di BAPPEBTI

Tokocrypto resmi terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), sekaligus menjadi platform jual beli aset kripto pertama yang terdaftar.

BAPPEBTI merupakan badan pengawas yang mengatur perdagangan komoditas berjangka, termasuk emas dan kripto. Untuk platform aset kripto, otoritas miliki dua aturan yang harus dipenuhi, yakni tersaji pada Peraturan BAPPEBTI No. 5 tahun 2019 dan No. 9 tahun 2019.

“Ini merupakan pencapaian yang luar biasa bagi Tokocrypto, sekaligus membuat kami menjadi selangkah lebih dekat untuk mendapatkan izin penuh. Diharapkan memberikan kepercayaan bagi publik dan nasabah dalam melakukan transaksi jual beli aset kripto,” terang Kai.

Sementara itu kepada DailySocial COO Tokocrypto Teguh Kurniawan Harmanda menjelaskan, semua platform yang terdaftar wajib memberikan laporan rutin kepada BAPPEBTI.

“Dengan adanya regulasi pemerintah, ini semakin menimbulkan kepercayaan publik dan terasa pada pertumbuhan jumlah nasabah di Tokocrypto. Tren akan terus meningkat dengan bertambahnya kesadaran dan peran aktif dari pemerintah sebagai publik sektor, private sektor, pengembang blockchain proyek, dan juga pihak lain yang ada di dalam ekosistem aset kripto,” imbuh Teguh.

Di tahun 2019 ini Tokocrypto tercatat memperkenalkan beberapa inovasi, salah satunya adalah “Toko Launchpad“, sebuah platform yang disiapkan untuk menjembatani proyek blockchain dengan meknisme Initial Exchange Offering (IEO).

Tokocyrpto memulai debutnya di Indonesia pada tahun 2018 . Saat ini mereka berada di industri yang sama dengan beberapa pemain lokal dan internasional, sepeti Indodax, Luno, Coinone, dan lain sebagainya.

Bekerja Sama dengan Cermati, Kini Pengguna Bisa Ajukan Kartu Kredit via Bukalapak

Cermati, online marketplace produk keuangan, mengumumkan perluasan akses layanan. Kini pengajuan kartu kredit online bisa dilakukan melalui platform Bukalapak. Pihak cermati mengklaim, proses verifikasi dan pelengkapan dokumen maksimal memakan waktu 3 hari.

Pihak Cermati, melalui Chief Business Officer Carlo Gandasubrata menyampaikan bahwa kerja sama yang terjalin antara Cermati dengan Bukalapak selain memberikan kemudahan juga diharapkan mampu meningkatkan literasi keuangan pengguna.

“Ke depannya, kami ingin terus mengedukasi masyarakat tentang manfaat kartu kredit untuk mengatur keuangan yang lebih ekonomis dan terkontrol,” terang Carlo.

Sementara itu Co-founder & President Bukalapak Fajrin Rasyid menyambut baik kerja sama yang terjalin antara keduanya. Pihaknya disebut masih memiliki potensi besar untuk memperluas pasar pengguna kartu kredit melalui platform digital.

“Hingga saat ini terdapat 17 juga pengguna Bukalapak yang belum pernah bertransaksi menggunakan kartu kredit. Oleh karena itu, kemitraan Bukalapak dengan Cermati kami pandang sebagai langkah strategis dalam menghadirkan alternatif bertransaksi yang aman, nyaman dan menguntungkan,” terang Fajrin.

Ia menambahkan bahwa program yang mulai diluncurkan sejak 14 November 2019 ini menargetkan untuk bisa menambah nasabah hingga lima ribu pengguna pada kuartal pertama. Untuk menggenjot target pengguna itu dihadirkan sejumlah promo kredit sebesar Rp100.000 bagi pengguna yang telah mendapat persetujuan pengajuan kartu kredit. Kredit tersebut nantinya bisa digunakan untuk berbelanja di Bukalapak.

Cermati, pada September silam mengumumkan pendanaan seri B dari perusahaan investasi milik Djarum Group dengan total nilai yang tidak disebutkan. Setelah pendanaan tersebut investor terdahulu, seperti East Ventures, Beenos Partners, dan Finch Capital dipastikan exit dari perusahaan.

Bagi Bukalapak, kerja sama dengan Cermati ini melengkapi layanan keuangan di platformnya. Sebelumnya, di pertengahan tahun 2019 Bukalapak mengenalkan fitur BayarNanti, sebuah layanan paylater yang juga sedang menjadi fitur populer bagi penyedia layanan di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

A Singapore Based Startup Eatsy to Arrive in Jakarta, Promoting a Queue Booking App in Restaurants

Eatsy, a Singapore based startup stated itself as a “dining mobile app” announced to arrive soon in Jakarta. The firm was getting seed round from East Venture in January 2019 worth of $550 thousand.

The Eatsy app is to help users in booking queues and food in the restaurant. Therefore, when customers arrived, they don’t have to wait longer to queue for seating and ordering food.

“Using Eatsy, not only saving time but customers can also order their food peacefully. The restaurant, particularly those with small space but high demand, can cut the queue service and manage the order well,” Eatsy‘s Founder & CEO, Shaun Heng said.

To date, their team has reached hundreds of restaurants in Indonesia to join their system. They also have partnered up with Ovo for the payment system.

Meanwhile, to indulge restaurant merchants with the best experience, Eatsy also take Moka (also one of East Venture’s portfolio) for the point of sales service. The collaboration allows all orders to be integrated into a system. Meanwhile, Moka’s merchants will automatically be registered into the Eatsy app, including their menus.

In Singapore, Eatsy currently has partnered up with 400 merchants, the solution is said to increase sales by 1.5 times up.

“We’re glad to deliver Eatsy in Jakarta, furthermore, we aim to expand to the other first-tier cities in Southeast Asia,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Startup Asal Singapura Eatsy Siap Hadir di Jakarta, Tawarkan Aplikasi Pemesanan Antrean di Restoran

Eatsy, startup asal Singapura yang memosisikan diri sebagai “dining mobile app” mengumumkan kesiapan untuk segera beroperasi di Jakarta. Startup ini sebelumnya didukung East Ventures dalam seed round pada Januari 2019 lalu, dengan nilai $550 ribu.

Aplikasi Eatsy membantu pengguna untuk memesan antrean dan makanan di restoran. Sehingga saat sampai, tidak perlu lagi menunggu lama untuk antre tempat duduk dan memesan hidangan.

“Dengan Eatsy, pelanggan tidak hanya menghemat waktu, mereka juga bebas memilih makanan dengan tenang. Restoran, terutama yang hanya memiliki tempat kecil dan yang sedang diminati, dapat mengurangi antrean dan mengatur alur pemesanan dengan baik,” terang Founder & CEO Eatsy Shaun Heng.

Pihak Eatsy sejauh ini sudah menjaring ratusan restoran di Indonesia untuk bergabung dalam sistem mereka. Mereka juga menjajaki kerja sama dengan Ovo untuk sistem pembayarannya.

Sementara untuk memanjakan para merchant restoran dengan pengalaman terbaik, Eatsy juga menggandeng Moka (yang juga merupakan portofolio East Ventures) untuk layanan point of sales. Kolaborasi tersebut juga memungkinkan seluruh pesanan terintegrasi ke dalam sistem. Sementara itu merchant Moka juga akan otomatis terdaftar dalam aplikasi Eatsy, lengkap dengan informasi menu yang mereka miliki.

Saat ini di Singapura Eatsy sudah memiliki 400 rekanan merchant, solusi yang ditawarkan diklaim berhasil mendongkrak penjualan hingga 1,5 kali lipat.

“Kami sangat senang dapat menghadirkan Eatsy di Jakarta, dan ke depannya kami berharap Eatsy juga dapat hadir di kota-kota besar lainnya di Asia Tenggara,” tutup Shaun.

Application Information Will Show Up Here

Induk Perusahaan Mimopay dan Gamespark Resmi Jual Saham Melalui Bursa Swiss

Perusahaan teknologi finansial Achiko, yang merupakan induk perusahaan Mimopay dan Gamespark, resmi melantai di bursa saham Swiss. Perusahaan menawarkan 89,6 juta lembar saham dengan harga $0,70 per lembar.

Achiko melakukan direct listing atau menawarkan langsung kepada investor alih-alih menawarkannya kepada publik atau dikenal dengan IPO, mengikuti jejak perusahaan teknologi lainnya yakni Slack dan Spotify.  Dalam proses direct listing perusahaan tidak menerbitkan saham baru atau menambah modal baru.

“Keputusan kami untuk mendaftar di bursa efek Swiss SIX adalah pilihan strategis, diambil dengan pandangan jangka panjang. Swiss adalah pusat yang dinamis dan berkembang untuk inovasi fintech dengan lingkungan peraturan yang kuat dan mendukung,” terang Chairman Achiko Allen Wu.

Achiko didukung oleh perusahaan media MNC Corporation dan akselerator global MOX. Di Indonesia Achiko membawahi beberapa produk seperti Mimopay (e-money), MimoStore (marketplace untuk voucher game), dan Gamespark (kanal esports).

Pihak Mimopay juga mengklaim layanannya sudah dimanfaatkan oleh 2 juta pengguna di Indonesia dan berencana untuk memperluas ke pasar-pasar baru seperti Myanmar, Filipina, dan Vietnam.

Melantai di bursa saham tampaknya menjadi salah satu strategi beberapa perusahaan teknologi asal Indonesia untuk mendapatkan suntikan dana. MCash sudah tercatat di bursa efek Indonesia, sementara Cashlez merencanakan untuk IPO tahun depan. Ada juga Tokopedia yang kabarnya sudah melakukan Pre-IPO.

Indonesian Fintech Company Pintek Receives Pre Series A Funding from Global Founders Capital

Pintek, a fintech company with funds solution to education, announced Pre Series A funding without revealing the number led by Global Founders Capital (GFC). This was well received by Pintek’s parent company, SoCap. The company plans to use the fresh money to improve the technology platform and its commercial team.

In specific, they offered solutions for those in need of loans related to educational issues. GFC as the lead of this round sees something captivating on the company’s journey to grow in the future.

“We expect to work with Pintek team in their mission to facilitate better access for millions of Indonesian people. Pintek has identified holistic approach for educational costs, partners with academic institutions, and we’re glad to be able to support the new phase of the company’s growth,” GFC’s Partner, Tito Costa said.

Also participated in this round, the previous investors, Finch Capital and Amand Ventures. Finch Capital’s Managing Partner, Hans De Back said that they’re glad to be a part of Pintek, seeing the big potential it holds to bridge the gap between the formal and non-formal education.

“We find it equally important for education to be financially inclusive and accessible to public,” he added.

Pintek, valid since 2018, has partnered up with nearly 100 academic institutions and distributed educational loans in 22 Indonesian provinces.

“Pintek is having explosive growth, especially after the funding round earlier this year. From May to October, users are increasing 20 times up with default rate under 1%. We need to grow our team to keep up with the user’s demand and to expand our products. We’re going to double up our technology and commercial teams in the next quarter,” Co-Founder of SoCap and Pintek, Ioann Fainsilber said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian