SociaBuzz Pro Jadi Wadah Pamer Karya bagi Pekerja Kreatif

Mengusung konsep online marketplace untuk memudahkan mencari dan memesan jasa kreatif, SociaBuzz meluncurkan fitur baru yang dinamai SociaBuzz Pro. Fitur ini memungkinkan para pekerja kreatif membuat laman profil untuk bisa terhubung satu sama lain.

Pihak SociaBuzz menyebut fitur baru ini sebagai “LinkedIn” bagi para pekerja kreatif. SociaBuzz bukanlah yang pertama membangun produk seperti ini. Sebelumnya HAHO juga menyasar irisan yang serupa.

Secara spesifik SociaBuzz Pro akan menargetkan mereka yang aktif berkecimpung di industri kreatif seperti para profesional di bidang konten kreator, Blogger, Youtuber, influencer, fotografer, make up artist, penyanyi, MC, penulis hingga stand up comedian.

“Untuk para profesional kantoran, sudah ada LinkedIn yang bisa menjadi wadah untuk menampilkan CV secara online. Namun berdasarkan pengamatan kami, LinkedIn kurang cocok untuk para profesional kreatif. Oleh karena itu kami hadirkan SociaBuzz Pro, di mana para kreator dan pekerja kreatif bisa menampilkan profil dan portofolio hasil karaya terbaik mereka dalam satu wadah,” terang CEO SociaBuzz Rade Tampubolon.

Selain halaman profil yang dikemas selayaknya CV bagi para pekerja kreatif, SociaBuzz Pro memiliki fungsi memudahkan penggunanya menawarkan jasa. Klien bisa menawarkan kerja sama atau pekerja kreatif menawarkan jasa mereka. Sehingga fitur ini bisa membantu para pekerja kreatif untuk lebih mudah terhubung dengan klien, begitu pula sebaliknya.

SociaBuzz sendiri percaya bahwa tren profesi kreatif akan terus tumbuh di kemudian hari. Dan saat ini SociaBuzz ingin menjadi wadah bagi semua profesional kreatif untuk “memajang” karya mereka dan memberikan kesempatan untuk terhubung dengan lebih banyak klien.

“Kami percaya tren ke depan akan semakin banyak masyarakat yang memilih profesi kreatif sebagai pekerjaan utama mereka. Tidak jarang juga kita dengar anak muda, bahkan anak kecil, yang bercita-cita menjadi konten kreator atau youtuber. SociaBuzz ingin menjadi wadah bagi semua profesional kreatif untuk bisa menampilkan karya terbaik mereka dan sekaligus mendapatkan tambahan job dan klien baru, agar profesi yang mereka jalankan bisa terus tumbuh dan berkembang,” tutup Rade.

Kata.ai Tawarkan Solusi Layanan Pelanggan Manfaatkan WhatsApp Business API

Kata.ai, yang selama ini dikenal sebagai startup yang fokus pada pengembangan solusi Artificial Intelligence (AI) dan Natural Language Processing (NLP), kembali mengumumkan solusi terbarunya yakni solusi layanan pelanggan melalui WhatsApp. Solusi ini ditawarkan bagi para perusahaan yang ingin menyederhanakan proses pelayanan pelanggan.

Solusi terbaru Kata.ai ini akan memanfaatkan keahlian mereka di bidang chatbot, AI, dan pemrosesan bahasa natural dan dikombinasikan dengan WhatsApp Business API .

Ada tiga jenis layanan pelanggan berbasis WhatsApp yang dikembangkan. Yang pertama adalah layanan customer support 24/7 yang memungkinkan pelanggan menyampaikan keluhan atau pertanyaan terkait jasa dan produk perusahaan melalui satu nomor akun WhatsApp. Percakapan nantinya bisa dilayani oleh chatbot atau agen-agen customer service.

Layanan kedua yang dikembangkan adalah notifikasi. Layanan ini memungkinkan perusahaan dapat mengirimkan pemberitahuan terkait status pemesanan, konfirmasi order hingga termasuk kode otentik kepada setiap pelanggannya.

Layanan terakhir yang disiapkan adalah layanan purna jual. Layanan yang memungkinkan perusahaan dapat memantau kepuasan pelanggan mereka sekaligus membangun hubungan yang lebih baik dengan konsumen yang ada.

“Kami telah melakukan integrasi dengan WhatsApp Business API untuk menawarkan solusi bagi para perusahaan yang ingin berinteraksi langsung dengan para konsumen melalui aplikasi WhatsApp. Saat ini, masih sangat sedikit perusahaan yang memiliki akses ke layanan WhatsApp Business API di Indonesia, padahal data menunjukkan WhatsApp adalah aplikasi perpesanan yang dipilih oleh paling banyak masyarakat Indonesia. Dengan adanya integrasi ke WhatsApp Business API, kini semua perusahaan di Indonesia dapat memiliki akun WhatsApp Business dan menjawab kebutuhan konsumen dengan lebih cepat dan lebih efektif,” ujar CEO Kata.ai Irzan Raditnya.

Semua solusi yang ditawarkan oleh Kata.ai akan dilengkapi dengan AI dan NLP sehingga chatbot dapat memberikan jawaban otomatis sesuai dengan format yang ditentukan sebelumnya. Sistem AI juga akan dapat mendeteksi jawaban konsumen dan memberikan respon yang sesuai dengan kata kunci tertentu. Semua solusi ini akan menawarkan fleksibilitas waktu, karena sistem akan berjalan 24/7 tanpa dibatasi jam operasional tertentu.

Irzan menambahkan, ia berharap dengan menghadirkan solusi baru ini Kata.ai dapat membantu lebih banyak perusahaan untuk meningkatkan kepuasan konsumen dengan interaksi dan hubungan yang lebih efektif.

“Di satu sisi, pelanggan akan lebih mudah mendapatkan jawaban dan bantuan dari perusahaan. Mereka tidak perlu repot masuk ke website, hanya perlu membuka aplikasi WhatsApp di ponsel dan mengetikkan keluhan atau pertanyaan. Di sisi lain, perusahaan juga dapat berkomunikasi dengan konsumen secara langsung. Kapan pun dibutuhkan. Risiko kekecewaan pelanggan karena respons yang lama bisa berkurang secara signifikan,” tutup Irzan.

AFPI Ditunjuk OJK sebagai Asosiasi Resmi Penyelenggara Layanan P2P Lending

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi menerbitkan surat penunjukan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) sebagai badan resmi yang mewadahi penyelenggara layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi (p2p lending) di Indonesia.

Dengan keluarnya surat dari OJK dan sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 77/POJK.01/2016 Bab XIII Pasal 48, maka seluruh p2p lending di Indonesia wajib mendaftarkan diri sebagai anggota AFPI. Sejauh ini, per tanggal 18 Januari 2019 tercatat ada 88 penyedia layanan telah terdaftar.

“Kami sangat mengapresiasi pihak OJK yang telah mendengarkan aspirasi para penyelenggara mengenai pentingnya kehadiran asosiasi untuk menjalankan fungsi pengawasan dan pengaturan kepada anggota. Hal ini sangat penting untuk menjaga industri agar dapat bertumbuh dengan sehat dan berkesinambungan, serta membawa manfaat bagi masyarakat Indonesia yang selama ini belum memiliki akses jasa keuangan konvensional,” kata Ketua Umum AFPI Adrian Gunadi.

Setelah penunjukan ini, AFPI akan menjadi mitra strategis OJK dalam menjalankan fungsi pengaturan dan pengawasan para penyelenggara yang menjadi anggotanya dan berperan dalam mendukung berbagai kegiatan edukasi dan perlindungan konsumen perusahaan fintech di Indonesia.

AFPI sendiri saat ini sudah memiliki beberapa agenda dan program kerja yang telah ditetapkan para pengurusnya, di antaranya program sertifikasi internal terhadap proses bisnis yang terkait dengan pelayanan kepada nasabah. Selain itu asosiasi juga akan melakukan pembentukan pusat data p2p lending sebagai inovasi yang mendukung kebutuhan manajemen dan penilaian risiko kredit.

Pusat data tersebut nantinya akan memiliki sistem kerja yang serupa dengan Sistem Layanan Informasi Keuangan yang sebelumnya ada di OJK.

“Beberapa program kerja telah kami siapkan, namun prioritas kami saat ini adalah menyelenggarakan sertifikasi internal untuk menjaga standar minimum pelayanan kepada nasabah dan juga pembangunan pusat data tekfin pinjam meminjam uang.”

“Ini menjadi bentuk solusi nyata yang inovatif dari para penyelenggara atas banyaknya keluhan masyarakat yang merasa terjebak oleh pinjaman dari beberapa perusahaan tekfin sekaligus mencegah terjadinya praktik gali lubang tutup lubang oleh masyarakat,” terang Ketua Harian AFPI Kuseryansyah.

Bukalapak Closes 706 Billion Rupiah Fresh Funding From Mirae Asset and Naver Corp

After the rumor spread about Bukalapak receiving funding from Naver Corp, they finally announced to secure fresh funding from Asia Growth Fund initiated by Mirae Asset and Naver Corp.

Bukalapak didn’t mention the value, but Mirae Asset revealed the funding worth up to $50 million or at least Rp706 billion.

As one of four unicorns in Indonesia, Bukalapak is said to be supported by EMTEK, GIC, and Ant Financial (Alipay management) as the major shareholders. Bukalapak, through these new investors, plans to innovate more and help Indonesian SMEs grow the business.

“We appreciate the support of Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund to Bukalapak. We expect this partnership can accelerate us to make innovation through technology in taking small business in Indonesia to the next step,” Fajrin Rasyid, Bukalapak’s President and Co-Founder said.

In the official release, Bukalapak is said to make a significant improvement in 2018. In the 4th quarter of 2018, their transaction revenue exceeded their one-year income in 2017.

However, Mirae Asset team said the investment was a form of partnership between financial and technology company in development. They also committed to keep supporting Bukalapak through its development

“This investment is a co-investment fund between financial and technology company developing rapidly in Southeast Asia with strong characteristic. Through the strategic partnership, we’ll support Bukalapak to develop better,” Jikwang Chung, Head of New Growth Investment Mirae Asset Capital said.

Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund plans to invest more on the company with rapid growth, new innovation, and long-term development. The observation are Including some industries, such as e-commerce, consumption products, distribution, health, internet platform, and logistics.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Kantongi Pendanaan Baru 706 Miliar Rupiah dari Mirae Asset dan Naver Corp

Setelah santer diberitakan akan mendapat pendanaan dari Naver Corp, akhirnya Bukalapak mengumumkan telah mengantongi dana segara dari Asia Growth Fund yang diprakarsai Mirae Asset dan Naver Corp.

Bukalapak tidak menyebutkan berapa besaran dana yang dikucurkan melalui Fund tersebut, tapi pihak Mirae Asset menyebutkan dana yang dikucurkan mencapai $50 juta atau setara dengan Rp706 miliar.

Sebagai satu dari empat unicorn yang dimiliki Indonesia saat ini, Bukalapak disebut didukung EMTEK, GIC, dan Ant Financial (pengelola Alipay) sebagai pemegang saham utama. Dengan investor baru ini Bukalapak berencana terus berinovasi dan membantu UKM Indonesia memajukan bisnisnya.

“Kami menyambut baik dukungan dari Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund kepada bisnis Bukalapak. Kami berharap dengan adanya dukungan kemitraan ini dapat semakin mempercepat langkah kami untuk berinovasi melalui teknologi untuk mendorong usaha kecil di Indonesia semakin naik kelas,” terang Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid.

Dalam keterangan resminya dijelaskan bahwa Bukalapak mengalami peningkatan yang cukup signifikan di 2018. Di kuartal ke-4 2018 jumlah pendapatan transaksi mereka melampaui apa yang mereka raih selama satu tahun pada periode 2017.

Sementara itu pihak Mirae Asset menyebutkan bahwa investasi yang mereka berikan merupakan bentuk kerja sama antara perusahaan finansial dan perusahaan teknologi yang sedang berkembang. Mereka juga berkomitmen untuk terus mendukung Bukalapak untuk terus berkembang.

“Investasi kali ini merupakan bentuk kerja sama co-investment fund antara perusahaan finansial dan salah satu perusahaan teknlogi yang sedang berkembang sangat pesat di Asia Tenggara yang memiliki karakteristik kuat. Melalui program kolaborasi strategis kami akan mendukung Bukalapak agar dapat terus berkembang,” ujar Head of New Growth Investment Mirae Asset Capital Jikwang Chung.

Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund berencana untuk terus berinvestasi pada perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi, terus berinovasi dan memberikan pertumbuhan jangka panjang. Industri yang masuk dalam pantauan seperti e-commerce, platform internet, kesehatan, distribusi, barang konsumsi, dan logistik.

Application Information Will Show Up Here

Bahaso Coba Konten Edukasi Baru di Luar Kategori Bahasa (UPDATED)

Terkenal sebagai layanan pembelajaran online, Bahaso menjalani tahun 2018 dengan cukup baik. Selain mengalami pertumbuhan pengguna, Bahaso juga menjajaki sejumlah kerja sama strategis dan meluncurkan beberapa fitur untuk terus menyempurnakan sistem mereka.

Di 2018 Bahaso mengklaim sudah memiliki 500.000 pengguna. Setelah lulus dari program akselerasi Indigo, yang juga memberikan mereka pendanaan, Bahaso terus mendapatkan pengguna baru, termasuk klien dari korporasi dan pemerintahan, seperti Moratelindo dan Kominfo, melalui program Bakti.

Melalui program Bakti ini, Bahaso terjun lanjut ke daerah terdepan, terluar, terbelakang (T3) bersama dengan Pustekom untuk memberikan pembelajaran Bahasa Inggris sesuai standar.

“Jadi ini program Bakti memberikan pelatihan gratis untuk guru-guru dan murid di daerah T3. Bahaso sebagai pemilik lisensi yang dibeli oleh pihak Bakti juga menyediakan tim untuk narasumber untuk pelatihan pemakaian platform Bahasa Inggris Bahaso,” terang CEO Bahaso Allana Abdullah.

Bahaso juga menambahkan sejumlah fitur di sepanjang tahun 2018. Antara lain adalah fitur offline mode, IELTS & TOEFL Preparation, corporate dashboard, dan Bahasa Mandarin (beta).

Terkait pendanaan, tahun lalu Bahaso hampir mendapatkan investor baru, namun karena disebutkan adanya perbedaan visi di tengah proses negosiasi, kesepakatannya urung terjadi. Di tahun 2019 ini Bahaso, ujar Allana, tengah mencari investor strategis dengan visi yang sesuai.

Allana lebih jauh menjelaskan, di tahun 2018 Bahaso mengalami beberapa tantangan, di antaranya kurangnya pengetahuan mengenai e-learning di Indonesia dan pengetahuan tentang platform-nya itu sendiri. Oleh karena itu perusahaan berupaya untuk terus mengenalkan Bahaso di masyarakat umum.

Kendati masih bermasalah dengan pengetahuan mengenai sistem pembelajaran online, Allana cukup optimis dengan pertumbuhan minta pengguna di Indonesia. Mengingat infrastruktur yang membaik dan generasi yang semakin dekat dengan internet.

“Untuk sekarang menurut saya masyarakat Indonesia belum 100% percaya dengan keberhasilan belajar online. Tetapi untuk generasi sekarang sudah meningkat. Dengan program-program pemerintah yang sangat mendukung pendidikan dan juga infrastruktur internet, itu sangat membantu. Indonesia top 5 buyer untuk mobile learning dan top 8 untuk e-learning growth (25%),” ujar Allana optimis pada pertumbuhan industri e-learning di Indonesia.

Menapaki tahun 2019 ini, Bahaso sudah menyiapkan sejumlah rencana untuk terus tumbuh. Salah satu rencananya adalah menjajaki segmen edukasi online di luar bahasa. Belum jelas kategori atau segmen apa yang diambil.

“Di 2019 Bahaso akan menjajaki edukasi online di luar bahasa. Target Bahaso satu tahun ke depan adalah memberikan standardized education to rural areas dan meningkatkan kualitas sumber daya melalui online learning and certification,” jelas Allana.

Update: CEO Bahaso Allana Abdullah mengonfirmasi soal penggalangan dana tahun lalu yang belum rampung dan kini mereka mencari investor strategis baru yang memiliki visi sesuai.

Application Information Will Show Up Here

Invita Kantongi Pendanaan dari Denali Mitra, Berencana Perbanyak Kolaborasi di Tahun 2019

Undangan pernikahan secar digital seringnya dirasa tidak mewakili sifat personal atau private jika dibandingkan dengan undangan berbentuk fisik. Hal ini coba diubah oleh Invita dengan menghadirkan layanan undangan digital dengan sentuhan berbeda. Membuat undangan tetap personal atau private namun memanfaatkan banyak elemen teknologi dalam prosesnya.

Meski sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2017 startup yang digawangi Dikent Jingga, Wildiyanto Yawin, dan Erlinda ini baru mulai fokus dan serius pada pertengahan tahun lalu. Startup asal Medan ini secara bertahap menghadirkan solusi undangan digital yang tetap membawa sentuhan personal.

Sebagai penyedia layanan undangan digital, Invita juga menyematkan beberapa teknologi pendukung, seperti QR Code check-in yang memudahkan tamu undangan mengisi buku tamu. Tidak perlu menulis, hanya perlu memindai QR Code yang didapat otomatis kehadiran akan dicatat di sistem Invita.

“Untuk Paket Free kami memberikan kebebasan kepada penguna untuk memilih tema sendiri yang sesuai dengan tema wedding-nya sendiri. Untuk paket premium, QR Code check in akan sangat membantu untuk mengurangi antrian panjang pada saat registrasi. Hana membutuhkan 2-3 detik untuk tamu dapat check-in tanpa mengisi buku tamu secara manual,” terang Dikent.

Disampaikan Dikent, fitur DIY Digital Invitation tersebut berhasil menarik minat pengguna, kurang lebih Invita mendaptkan 200 desain dalam tiga bulan terakhir.

“Saat ini kami baru saja me-launching fitur untuk DIY Digital Invitation dimana user dapat dengan sendirinya membuat Digital Invitation sesuai dengan selera masing-masing. Untuk traction yg kami dapat sekitar 40 lebih/bulan untuk Digital Invitation yang telah dibuat oleh user,” imbuhnya.

Mengawali tahun 2019, Invita berhasil mendapatkan pendanaan dari PT Denali Mitra Investama. Dalam putaran pendanaan kali ini (angel round), pihak Invita tidak menyebutkan dana yang didapat. Hanya saja Dikent menjelaskan bahwa pendanaan kali ini akan digunakan Invita untuk melakukan gebrakan untuk mengembangkan Invita ke level selanjutnya.

Beberapa yang sudah menjadi rencana di tahun 2019 adalah memperbanyak kolaborasi dengan para vendor-vendor khususnya untuk pernikahan sehingga bisa bersama-sama memberikan manfaat lebih bagi para pengguna.

“Tujuan kami untuk membentuk Invita dari awal adalah to bring positive impact through innovative technology dan juga mengangkat startup Medan sehingga semakin banyak entrepeneur di Medan yang juga membuat impact positif di Medan,” terang Dikent.

The Government Applies Discretion to Control Online Transportation

The Indonesian government will issue a regulation regarding two-wheeler as public transportation. Particularly, two-wheeler will be the main focus. The regulation includes safety, rate, suspension, and partnership aspects.

The government is said to perform discretion to boost action, because the two-wheeler is not included in public transportation under Law No. 22 in 2009 of Road Traffic and Transportation.

Discretion is a term for actions determined by government officials (related to the regulation issue) to solve concrete problems in government administration. The legal based on Law No. 30 in 2014. Discretion in the government is common. It usually applied to overcome crucial issue immediately.

In article 22 verse 2 under Law No. 30 in 2014 is explained that every discretion taken has several objectives, such as launching the government administration, occupying the legal vacuum, providing legal certainty, and overcome government stagnation to provide benefits and public interests.

Due to the two-wheeler wasn’t regulated as part of public transportation, it’s getting difficult. In fact, their communities are becoming essential part of mobility.

Through the discretion, the government is trying to occupy the regulation vacuum. The rules is in discussion, the government has been actively communicating with related parties for feedback since early 2019.

“To date, it’s as if online transportation weren’t protected. In this discretion, I decided to give one thing for them as a guarantee,” Budi Karya, Minister of Transportation said, quoted from Tirto.

Competition and welfare of Two-wheeler transportation

The regulation to be issued by the government of two-wheeler online transportation will adjust many aspects. Some important issues are highlighted, including rate management to avoid price wars. It’s currently issued by app or service providers, both are considered too low for the driver partners.

Another aspect is to be adjusted related to safety, including trip insurance. The regulation is expected to solve the current polemics while increasing driver’s welfare and protecting consumers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pemerintah Tempuh Jalan Diskresi Atur Ojek Online

Pemerintah Indonesia akan mengeluarkan aturan penggunaan kendaraan bermotor roda dua sebagai transportasi publik. Secara khusus, ojek online akan menjadi objek utama yang disorot. Adapun regulasi yang disusun meliputi aspek keselamatan, tarif, pembekuan dan kemitraan.

Untuk mempercepat aksi, pemerintah disebut akan melakukan diskresi, karena pada dasarnya kendaraan bermotor roda dua tidak termasuk dalam angkutan umum berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Diskresi sendiri merupakan istilah untuk tindakan yang ditetapkan oleh pejabat pemerintahan (dalam kaitannya dengan peluncuran aturan) untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Landasan hukumnya pada UU No. 30 Tahun 2014. Diskresi dalam pemerintah sudah lazim dilakukan. Biasanya untuk mengatasi isu krusial yang sifatnya segera.

Di dalam pasal 22 ayat 2 UU No. 30 Tahun 2014 dijelaskan bahwa setiap diskresi yang diambil memiliki beberapa tujuan, seperti melancarkan penyelenggaraan pemerintahan, mengisi kekosongan hukum, memberikan kepastian hukum, dan mengatasi stagnasi pemerintahan dalam keadaan tertentu guna memberikan kemanfaatan dan kepentingan umum.

Karena dari awal tidak diregulasi sebagai bagian dari transportasi publik, posisi ojek memang jadi sulit. Sementara di kalangan masyarakat ojek sudah menjadi bagian penting dalam mobilitas.

Melalui diskresi ini pemerintah mencoba mengisi kekosongan regulasi. Aturan masih digodok dan sejak awal tahun 2019 pemerintah aktif berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mendapatkan masukan.

“Selama ini seolah-olah ojek online tidak mendapatkan perlindungan. Dengan diskresi ini, saya sudah putuskan kami akan memberikan satu hal agar mereka ada suatu jaminan,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya dikutip dari Tirto.

Persaingan dan kesejahteraan ojek

Regulasi yang akan dikeluarkan pemerintah terkait ojek online ini nantinya akan mengatur banyak aspek. Beberapa hal penting yang disorot termasuk mengenai penetapan tarif untuk menghindari perang harga. Sejauh ini tarif ojek online dikeluarkan sepihak oleh penyedia layanan atau aplikasi. Harga yang dikeluarkan keduanya pun sempat dinilai terlalu murah bagi mitra pengemudi.

Aspek lain yang rencananya akan diatur mengenai keamanan, di dalamnya termasuk asuransi perjalanan. Regulasi yang akan dikeluarkan diharapkan mampu mengatasi polemik yang selama ini muncul, sekaligus meningkatkan kesejahteraan mitra driver dan melindungi konsumen.

Dilengkapi Chatbot, TokoTalk Sederhanakan Proses Pembuatan Situs Jual Beli

Kanal online menjadi tempat yang efektif untuk berjualan atau mempromosikan produk. Peluang ini ditangkap oleh CodeBrick, sebuah perusahaan teknologi asal Korea Selatan yang fokus pada pasar Asia Tenggara. Mereka menghadirkan TokoTalk, yakni layanan yang memungkinkan pemilik toko membuat website pribadi untuk tokonya dengan teknologi dan fitur yang disesuaikan.

TokoTalk menyediakan nama domain dan desain website toko dengan berbagai pilihan tema. Untuk memudahkan penelusuran atau pengamatan, pengguna TokoTalk dihubungkan dengan Facebook Pixel.

Kehadiran TokoTalk bukan untuk bersaing marketplace yang sekarang banyak menjadi primadona berbelanja. Namun justru menyediakan pilihan bagi pemilik toko online untuk melengkapi bisnis online mereka dengan segala fitur yang ditawarkan.

“Kami menawarkan website berbasis mobile yang dibuat berdasarkan pasar di Indonesia. Kebanyakan pembeli online menggunakan chat untuk memesan produk di toko online. Kami tidak ingin mengubah kebiasaan ini, justru kami mencari solusi dengan menyesuaikan TokoTalk berdasarkan kebiasaan itu,” terang Direktur Operasional TokoTalk Nesya Vannesa.

Dukungan teknologi terkini

TokoTalk, dijelaskan Nesya, merupakan sebuah layanan yang menyederhanakan proses membangun toko online yang lengkap. Selain integrasi dengan beberapa layanan seperti media sosial, TokoTalk juga dikembangkan untuk mampu memproses transaksi dengan otomatis. Salah satunya adalah hadirnya chatbot yang terintegarsi.

Chatbot tersebut diklaim mampu menangani semua pesanan yang masuk ke toko TokoTalk. Pembeli dapat melihat katalog, membayar pesanan, menerima konfirmasi pesanan dan pengiriman dan memfasilitasi layanan pelanggan hanya dengan berkirim pesan dengan chatbot yang sudah disiapkan.

Dukungan teknologi terkini juga dihadirkan TokoTalk untuk smart dashboard mereka. Sebuah laman yang disebut mampu menghadirkan laporan terukur sehingga bisa memonitor penjualan-penjualan yang didapat.

Smart dashboard membantu penjual mengambil keputusan dengan berbasis data. Ada dua macam dasbor yang disediakan, untuk penjualan dan konsumen. Smart dashboard penjualan memberikan insight mengenai kinerja bisnis online dalam kurun waktu dan menangkap fenomena yang terjadi dalam periode tertentu. Sementara satunya, memungkinkan seller memantau tingkat konversi penjualan dan efektivitas setiap platform yang digunakan seperti media sosial dan marketplace,” jelas Nesya.

Di tahun 2019 ini TokoTalk masih fokus pada peningkatan pertumbuhan penjualan pengguna di media sosial. Sejauh ini beberapa penjual yang bergabung dengan TokoTalk pada periode Juni-juli 2018 mengalami peningkatan yang cukup signifikan hingga mencapai 300-400 pesanan perhari.

“Kami tumbuh bersama [pengguna]. Kami melakukan pengujian UI/UX dan terus berupaya memperbaikinya untuk meningkatkan tingkat konversi. Di tahun 2019 tujuan kami adalah memimpin social commerce di Indonesia dengan membantu penjual di media sosial untuk membuat dan mengelola toko online dengan mudah. Setelahnya, kami akan ekspansi ke negara Asia Tenggara lainnya di tahun 2019 ini,” tutup Nesya.

Application Information Will Show Up Here