Wahyoo Luncurkan Langganan.co.id, Platform Online untuk Belanja Sembako

Wahyoo Group, startup yang memiliki fokus untuk membantu digitalisasi di warung-warung, meluncurkan Langganan.co.id. Yakni sebuah e-commerce groceries yang menargetkan masyarakat residential, seperti di area perumahan atau apartemen.

Founder & CEO Wahyoo Peter Shearer kepada DailySocial menceritakan, platform barunya tersebut menargetkan pasar yang berbeda dengan Wahyoo. Hanya saja Langganan.co.id hadir dan beroperasi menggunakan infrastruktur milik Wahyoo seperti inventori, gudang, dan logistik yang biasanya digunakan untuk melayani pemilik warung makan.

“Dengan adanya Langganan.co.id ini kami ingin menekan ongkos distribusi dan juga memberikan volume lebih besar kepada supplier kami,” tegas Peter.

Langganan.co.id yang baru mulai beroperasi Juni 2020 kemarin ini masih terus berusaha disempurnakan. Dengan fitur jual beli yang ada, hingga saat ini mereka sudah menjangkau beberapa perumahan atau apartemen, seperti Green Lake City, Alam Sutera, Cipondih, Taman Royal, Banjar Wijaya, Modernland, Gading Serpong, Karawaci, Metro Permata, Ciledug, Puri, hingga PIK.

Tampilan situs Langganan.co.id
Tampilan situs Langganan.co.id

Bisnis online groceries laku di masa pandemi

Kehadiran Langganan.co.id ini meramaikan inovasi sejenis yang juga dilakukan oleh beberapa startup Indonesia seperti Deliveree, UbIklan, Lazada, Travelio, dan lainnya. Di masa pandemi banyak pihak yang mulai menyesuaikan diri dan berinovasi, tujuannya untuk tetap bisa menjaga laju pertumbuhan bisnis atau untuk bertahan.

Selain dilakukan sendiri biasanya bisnis juga melakukan kolaborasi untuk menangkap peluang. Bukalapak misalnya, mulai menggandeng Happy Fresh untuk menyediakan layanan online groceries, ini demi memenuhi kebutuhan pengguna yang terbukti meningkat.

Penyesuaian kadang bisa dilakukan untuk model bisnis. Kedai Sayur misalnya, meningkatnya permintaan dari konsumen perorangan dan menurunnya permintaan dari resto dan hotel membuat mereka melakukan penyesuaian model bisnis atau pivot. Sekarang mereka hadir secara online untuk memenuhi permintaan perorangan.

Langganan.co.id memang tergolong baru, tetapi dengan infrastruktur, pengalaman, dan keahlian yang dimiliki Wahyoo membuat persaingan di pasar online groceries ini semakin menarik. Pengguna sekarang memiliki banyak pilihan, tinggal bagaimana masing-masing pemain online groceries ini mengelola pengalaman pengguna dan kualitas barang yang dimiliki.

“Harapannya agar bisa segera ekspansi ke wilayah yang lebih luas, karena saat ini masih terbatas di beberapa wilayah Jakarta Barat dan Tangerang saja. Targetnya adalah agar bisa menjadi pilihan berbelanja yang nyaman bagi ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di residential area,” tutup Peter.

Application Information Will Show Up Here

Startup “E-commerce Enabler” Asal India Perpule Mulai Hadir di Indonesia

Perpule, startup e-commerce enabler asal India membawa layanan mereka ECommerce+ masuk ke Asia Tenggara. Indonesia menjadi salah satu pangsa pasar utama yang menjadi tujuan. Perpule secara spesifik menargetkan peritel offline di bidang fesyen, kebutuhan sehari-hari, elektronik, dan makanan.

Perpule ECommerce+ sendiri merupakan sebuah layanan yang memungkinkan pelanggan bisnis membuat website e-commerce dan aplikasi sendiri. Dibangun dengan teknologi PWA, layanan ini diklaim mampu meningkatkan pengalaman pengguna hingga 70%. Perpule juga memiliki Perpule UltraPOS yang menawarkan pengelolaan arus kas di aplikasi.

Perpule juga cukup optimis dengan menargetkan bisa meraup 20% pangsa pasar e-commerce di Asia Tenggara dengan layanan yang membantu mentransformasikan peritel offline ke online. Data internal Perpule menyebutkan bahwa pasar ritel Asia Tenggara memiliki nilai lebih dari US$700 miliar dan perlahan mulai banyak yang mengadopsi teknologi, khususnya di e-commerce.

“Kami senang bisa terjun ke pasar Asia Tenggara dan akan berusaha melayani pelanggan dengan cara sebaik mungkin melalui platform berbasis teknologi. Kami sangat senang bisa secara resmi mengumumkan kehadiran di Indonesia, Malaysia, Vietnam, Thailand, Singapura dan Filipina dan akan melakukan apa pun untuk membantu ritel sukses di perjalanan online mereka.” ungkap CEO dan Co-founder Perpule, Abhinav Pathak.

Tim Perpule di kantor Bengaluru
Tim Perpule di kantor Bengaluru

Perpule melihat Indonesia

Pihak Perpule kepada DailySocial menceritakan bahwa mereka melihat Indonesia sebagai negara dengan transformasi digital yang berkembang dalam 5-10 tahun belakangan. Untuk itu mereka meyakini bahwa Indonesia adalah pasar yang tepat dalam investasi global mereka.

Perpule, dengan teknologi yang dimiliki, juga berusaha untuk membantu peritel offline yang masih cukup banyak di Indonesia. Industri e-commerce dan logistik yang semakin matang menjadi waktu yang tepat bagi Perpule untuk menawarkan teknologi mereka bagi para pebisnis ritel di Indonesia.

“Jujur, karena Indonesia adalah geografi yang sangat istimewa dan semua orang ingin mendapatkan pangsa pasar yang signifikan. Ada sejumlah besar pemain lokal dan raksasa internasional yang mencoba menembus pasar, tetapi kami sangat yakin dengan penawaran produk kami yang berdiri kuat dan dapat membantu kami menavigasi kompetisi,” terang Pathak.

Berada di segmen e-commerce enabler Perpule memang dihadapkan dengan nama-nama seperti Sirclo, Jubelio, EgogoHub Indonesia, 8Commerce, dan lainnya. Belum lagi ada beberapa layanan lain yang lebih spesifik seperti Qasir, Cashlez, Moka, Doku, dan iPaymu untuk POS dan Payment Gateway; Pakde dan Waresix untuk solusi pergudangan; hingga marketplace besar seperti Tokopedia dan Bukalapak yang saat ini juga memiliki banyak program untuk transformasi digital para pemilik bisnis.

“Kami selalu meluncurkan pasar baru dengan strategi yang sangat agresif untuk mempercepat pertumbuhan ambisi pertumbuhan global kami. Indonesia adalah geografi yang sangat dekat dengan hati kami dan kami ingin membantu peritel sebanyak mungkin di pasar ini untuk mempercepat perjalanan e-commerce mereka dan membuat mereka sukses,” imbuh Pathak.

Explore the Further Concept of “Cloud Kitchen” in Indonesia

In the past three years, food delivery services have become one of the fastest-growing sectors. Many SME’s success stories based on the food business pioneer, supported by a delivery service, one indicator. Grab and Gojek became the two companies that dominated the industry. Now the competition continues. Both are in a competition to bring the concept of cloud kitchen or kitchen together to accelerate the food delivery business.

Cloud Kitchen, also known as a ghost kitchen or virtual kitchen, is basically a shared kitchen concept that can combine several brands in one place or kitchen. This concept, if viewed from the point of view of the delivery order service, will be effective to improve user experience because users can order the desired food from the nearest shared kitchen.

As in the food business, the concept of a shared kitchen can make it easier for them to be present in more places than opening a new branch that is costly.

Research says that the global cloud kitchen market is to reach $ 2.63 billion by 2026. The greatest potential for growth occurs in countries that have a growing food delivery service market.

In India, the cloud kitchen concept works quite well and is accepted by the public. The potential for growth is predicted to reach five times in the next five years. This is also driven by pandemic situations that force restaurants to serve only takeaway orders. Cloud kitchen allows many aspects that can ultimately be suppressed, one of which is infrastructure costs.

“People are currently ordering online, it benefits us for our entire cost structure is built on that. There is no shop in front of the restaurant. Therefore, from the perspective of capital and operating expenses, we are in a position to maintain and grow,” the CEO of the Indian Rebel Food Business Unit Raghav Joshi explained.

While in China, food delivery services also reached $62 billion in 2018. This is predicted to double by the year 2021. One that adds up to the message service between eating in China is the presence of Panda Selected. The Beijing-based startup is a cloud kitchen service provider with 120 locations in various major cities, such as Beijing and Shenzhen.

Cloud kitchen in Indonesia

Gojek brought Rebel Food expertise from India to Indonesia to develop this cloud kitchen concept. Gojek calls it the GoFood Joint Kitchen. There is also Grab (GrabKitchen) and Hangry which carry the concept of one kitchen for many brands.

“To date, GoFood Dapur Bersama, which was launched in October 2019, has 27 locations and expanding across Greater Jakarta, Bandung, and Medan. 80 percent of business partners who benefit from Dapur Bersama are GoFood SME partners that also part of the GoFood ecosystem, for example Duck Dower, Martabak Pizza Orins Express, Bakso Jawir, etc. Next, referring to GoFood data in May 2020, 70% of transactions were recorded by MSMEs after joining the GoFood Joint Kitchen, “said VP Corporate Affairs Food Ecosystem Gojek Rosel Lavina.

Grab also presents GrabKitchen in many cities. As of last February they already had 40 cloud kitchen kitchens spread across several cities in Indonesia. GrabFood also has a GrabKitchen “All in One” feature that can make it easier for customers to order many dishes from several restaurants at once.

A similar concept is also applied by Hangry, a multi-brand restaurant developed with a digital approach. Although Hangry does not claim that they carry the concept of a cloud kitchen, the concept of one place with many brands is very close to the concept of a shared kitchen. The startup, which is headed by Abraham Viktor, utilizes a delivery service from Gojek and Grab and other technologies that support the company’s performance.

Last June Hangry successfully pocketed Rp42.7 billion in initial funding from Sequoia India and Alpha JWC Ventures. Currently, Hangry has dozens of outlets throughout Jabodetabek.

“During this pandemic, we still grow. Maybe because many people have not started eating out. From January to March the growth is 100%, while from March to June 30% per month,” Viktor explained then.

Gojek, Grab, and Hangry launched an expansion this year to encourage the presence of a more massive shared kitchen. Gojek decided to stop the GoFood Festival category and switch to the concept of a shared kitchen to continue with the delivery model.

“Gradually, through data and market demand, we are proceeding to develop GoFood Joint Kitchens in other cities in Indonesia as one of the comprehensive solutions to support the needs of culinary MSME businesses,” Rosel said.

The concern

As any other business model, the cloud kitchen concept raises several questions, both in terms of customers and business owners. For example the issue of cleanliness and quality.

There is also concern that expansion only benefits well-known brands, which makes it difficult for new businesses to grow and compete. At least those two are the concerns of the joint kitchen business that runs in several countries.

To date, the concept of shared kitchens is still an attractive option in Indonesia to encourage the expansion of restaurant chains that have proven to have a lot of interest. Time will prove whether there will be a new local restaurant network that is able to be national along with the growth of the cloud kitchen business in this country.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Quona Capital Led BukuWarung’s Pre-Series A Fundraising

BukuWarung, which provides a financial reporting application and management for micro-business credit transactions, announced a pre-series A fundraising led by Quona Capital. Several previous investors participate in this round, including East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, and Michael Sampoerna.

There is no detailed information on when the target to close this round, but BukuWarung claims to have raised funds up to 8-digit value.

BukuWarung’s Co-Founder, Abhinary Peddisetty said, “Limited access to banks and other financial institutions makes micro businesses rely on pens, paper, and calculators to report on cash and credit transactions in their stores. Our vision is to build a digital infrastructure for 60 million MSMEs in Indonesia, which began with a simple application for recording financial and digital payments.”

As a new startup arrived in Indonesia, BukuWarung is one that is quite fast in fundraising. Last April, they had just announced seed funding led by East Ventures, the nominal was not mentioned. However, they are confident enough as they have successfully trusted by 250 thousand stalls in 500 cities and districts in Indonesia.

To date, they claim to win the trust of 600 thousand stalls three months later with distribution reaching 750 cities and districts throughout Indonesia.

“We will use the new funds to improve our technology team, go deeper into our product roadmap, increase the number of our traders (users), and meet the initial monetization goals in Q3 2020,” BukuWarung’s Co-founder Chinmay Chauhan said.

BukuWarung also plans to launch digital payments and provide access to financial services to traders, especially access to capital as a further form of innovation.

“We are leading the market in this sector with the strong focus on building superior products and better addressing our traders’ needs. We want to activate more than 1 million traders in the next 2 months,” Chinmay continued.

SME Empowerment services

BukuWarung is one of many new services focused on SME sector. From Mitra Tokopedia, Mitra Bukalapak, GrabKios, PayFazz, BukuKas, WarungPintar, Wahyoo, until recently Ula, are currently focusing on the SME sector with each role. From the digital process and supply chain.

This is quite difficult for BukuWarung, considering the early phase with more innovations from its competitors. In addition, BukuWarung is not offering other services besides reporting, amid the fast-moving startup phase, BukuWarung should further improve.

The company alone is optimistic with the accounting app concept that helps micro-businesses to manage debit and credit transactions. The automatic debt notification is said to help the shop owners to receive payment three times faster.

“We’re both come from micro-business family, therefore, we do have experience the difficulty in cash flow management and loan to expand the business. We designed the product to be useful to business owners with low-end smartphones, storage, or limited connectivity,” Chinmay said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Quona Capital Pimpin Penggalangan Dana Pra-Seri A BukuWarung

BukuWarung startup yang menyediakan aplikasi pencatatan keuangan dan pengelolaan transaksi kredit usaha mikro mengumumkan penggalangan pendanaan pra-seri A yang dipimpin oleh Quona Capital. Beberapa investor terdahulu akan turut terlibat di putaran ini, termasuk East Ventures, AC Ventures, Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, dan Michael Sampoerna.

Belum ada informasi kapan target putaran ini ditutup, hanya saja pihak BukuWarung mengklaim telah kumpulkan dana menyentuh angka 8 digit.

Co-founder BukuWarung Abhinary Peddisetty menyampaikan, “Akses yang terbatas ke bank dan institusi keuangan lain membuat pelaku usaha mikro mengandalkan pulpen, kertas, dan kalkulator untuk mencatat transaksi tunai dan kredit di toko mereka. Visi kami adalah membangun infrastruktur digital untuk 60 juta UMKM di Indonesia yang diawali dengan aplikasi sederhana untuk pencatatan keuangan dan pembayaran digital.”

Sebagai startup baru yang muncul di Indonesia, BukuWarung termasuk salah satu yang cukup cepat dalam penggalangan dana. April silam mereka baru saja mengumumkan pendanaan awal yang dipimpin East Ventures, kala itu tidak ada nominal yang disebutkan. Hanya saja mereka sudah cukup percaya diri dengan perjalanannya karena sudah berhasil dipercaya 250 ribu warung di 500 kota dan kabupaten di Indonesia.

Kini tiga bulan setelahnya mereka mengklaim sudah berhasil mendapatkan kepercayaan dari 600 ribu warung dengan sebaran mencapai 750 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.

“Kami akan menggunakan dana baru untuk meningkatkan tim teknologi kami, masuk lebih dalam pada roadmap produk kami, meningkatkan jumlah pedagang (pengguna) kami, dan memenuhi tujuan monetisasi awal di Q3 2020″, ujar Co-founder BukuWarung Chinmay Chauhan.

BukuWarung juga berencana meluncurkan pembayaran digital dan memberikan akses layanan keuangan ke para pedagang, terutama akses ke permodalan sebagai bentuk inovasi selanjutnya.

“Kami memimpin pasar di ruang ini, karena fokus yang kuat pada membangun produk unggulan dan menyelesaikan kebutuhan pedagang kami dengan lebih baik. Kami ingin mengaktifkan lebih dari 1 juta pedagang dalam 2 bulan ke depan,” ujar Chinmay melanjutkan.

Banyaknya layanan untuk UKM

BukuWarung adalah satu dari banyaknya layanan baru yang fokus menggarap setor UKM. Mulai dari Mitra Tokopedia, Mitra Bukalapak, GrabKios, PayFazz, BukuKas, WarungPintar, Wahyoo, hingga yang terbaru Ula pun mulai menaruh fokus pada sektor UMKM dengan keunggulan masing-masing. Mulai dari digitalisasi proses hingga rantai pasokan atau supply chain.

Ini menjadi tugas berat bagi BukuWarung, mengingat mereka masih tergolong baru dan para pesaingnya yang sudah mulai banyak berinovasi. Ditambah lagi BukuWarung saat ini belum banyak meluncurkan layanan lain selain pencatatan, di tengah iklim startup yang serba cepat BukuWarung harusnya bisa dengan segera berbenah.

BukuWarung sendiri cukup optimis dengan konsep aplikasi akuntansi yang membantu pemilik usaha mikro untuk mengelola transaksi tunai dan kredit. Adanya fitur notifikasi utang yang dikirim secara otomatis diklaim mampu membuat pemilik usaha yang telah menggunakan BukuWarung menerima pembayaran utang tiga kali lebih cepat.

“Kami berdua berasal dari keluarga pemilik usaha mikro sehingga memahami kesulitan mereka dalam mengelola arus kas dan mengakses pinjaman untuk mengembangkan bisnis. Kami mendesain produk yang bisa digunakan dengan mulus oleh pelaku usaha pemilik ponsel low-end, kapasitas penyimpanan yang sedikit, atau konektivitas data terbatas,” terang Chinmay.

Application Information Will Show Up Here

TikTok for Business Hadir di Indonesia, Ingin Rangkul Pengguna di Kalangan UKM

TikTok, platform video singkat yang cukup booming di Indonesia memperkenalkan platform self-service TikTok for Business. Platform yang diklaim bisa digunakan untuk segala ukuran bisnis ini dihadirkan dengan harapan bisa membantu UKM di seluruh dunia, termasuk Indonesia

“Format video singkat dan komunitas TikTok yang terkenal akan kreativitas memberikan peluang bagi berbagai bisnis dan usaha, termasuk UKM, untuk menggaet pasar yang lebih dinamis serta pemasarannya yang lebih efektif dan interaktif,” terang Direct Sales Leader TikTok Indonesia Pandu Wiguna.

Pandu lebih jauh menjelaskan bahwa platform self-service yang diluncurkan TikTok ini merupakan evolusi dari TikTok sebagai solusi periklanan kekinian. TikTok menawarkan akses yang mudah fleksibel sehingga memungkinkan UKM bisa bangkit lagi di masa new normal.

TikTok sendiri saat ini tengah menjadi fenomena di Indonesia. Kehadirannya disambut baik masyarakat di Asia Tenggara. Dari data internal TikTok, mereka berhasil mendapatkan 30 miliar views per bulan dengan rata-rata 100 konten dilihat per hari oleh tiap pengguna di Indonesia. Sementara secara global setiap pengguna TikTok membuka aplikasi lima kai sehari dan secara global pengguna membuka aplikasi TikTok lima kali sehari.

TikTok sendiri mengenalkan TikTok for Business secara global pada akhir Juni lalu. Belum genap sebulan TikTok kemudian memboyongnya masuk ke Indonesia, memanfaatkan momen di mana TikTok mengalami lonjakan yang signifikan di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir.

TikTok dan UKM di Indonesia

Sebagai salah satu aplikasi yang popularitasnya sedang meroket TikTok cukup percaya diri menghadirkan layanan iklan mereka di Indonesia. Pemilik bisnis kecil dan menengah segala sektor menjadi sasarannya. TikTok juga optimis dengan komunitas penggunanya yang semakin berkembang kehadiran layanan pengiklan ini bisa dimanfaatkan untuk pemilik bisnis menjangkau lebih banyak penggunanya.

“TikTok for Business merupakan platform yang diperbarukan dari yang sebelumnya bernama TikTok Ads Manager, tentu dengan solusi dan produk yang lebih baru dan optimal. TikTok Ads ini memanfaatkan berbagai kemudahan, seperti creative tools, flexible budgets, performance targeting, dan business account,” terang Pandu.

Pandu juga menambahkan bahwa TikTok menyediakan serangkaian teknologi dan metode yang bisa membantu bisnis menemukan audiens baru. Di dalamnya termasuk kemungkinan melakukan kustomisasi target audiens dengan pilihan demografi, perangkat, dan beberapa pilihan lainnya. Platform iklan TikTok ini secara langsung akan berhadapan dengan layanan iklan sejenis dari layanan sosial media lainnya, seperti Facebook, Instagram, atau bahkan Google.

Tantangan TikTok di Indonesia tidak hanya hadir dari para penyedia layanan iklan serupa tetapi juga isu-isu negatif yang menerpa TikTok, salah satunya isu keamanan atau privasi data.

Menanggapi hal ini pihak TikTok Indonesia menjelaskan, “TikTok berkomitmen untuk menghormati privasi pengguna dan bersikap transparan terhadap komunitas serta ahli keamanan tentang bagaimana aplikasi ini bekerja. Kami terus berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam menghadapi tantangan keamanan apa pun, dan kami mendorong para pengguna untuk menggunakan versi terbaru dari TikTok, sehingga mereka dapat menikmati pengalaman terbaik.”

UKM sendiri merupakan kelompok bisnis yang cukup besar di Indonesia, jumlahnya mencapai 60 juta bisnis. Dengan potensi yang cukup besar kategori ini mulai dilirik banyak pihak, tidak hanya TikTok tetapi juga penyedia layanan lain.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Lebih Dekat Konsep “Cloud Kitchen”

Tiga tahun belakangan layanan pesan antar makanan menjadi salah satu sektor yang tumbuh dengan cepat. Banyak kisah sukses UMKM yang merintis bisnis makanan, didukung layanan pesan antar, yang jadi salah satu indikatornya. Grab dan Gojek menjadi dua perusahaan yang merajai industri ini. Kini persaingan berlanjut. Keduanya berlomba-lomba membawa konsep cloud kitchen atau dapur bersama untuk mengakselerasi bisnis pengantaran makanan.

Cloud Kitchen, atau juga dikenal dengan ghost kitchen atau virtual kitchen, pada dasarnya merupakan konsep dapur bersama yang bisa menggabungkan beberapa brand di satu tempat atau dapur. Konsep ini, jika ditengok dari segi pengelola layanan pesan antar, akan efektif untuk meningkatkan pengalaman pengguna karena pengguna bisa memesan makanan yang diinginkan dari dapur bersama terdekat.

Sementara bagi bisnis makanan, konsep dapur bersama bisa memudahkan mereka untuk hadir di lebih banyak tempat ketimbang membuka cabang baru yang memakan banyak biaya.

Sebuah riset menyebutkan bahwa pasar cloud kitchen secara global akan mencapai $2,63 miliar pada 2026. Potensi pertumbuhan paling besar terjadi di negara-negara yang memiliki pasar layanan pengantaran makanan yang sedang tumbuh.

Di India, konsep cloud kitchen bekerja cukup baik dan diterima masyarakat. Potensi pertumbuhan yang diprediksikan mencapai 5 kali lipat dalam lima tahun terdepan. Ini juga didorong kondisi pandemi yang memaksa restoran lebih aman melayani pembelian secara take away. Dengan cloud kitchen, ada banyak aspek yang akhirnya bisa ditekan, salah satunya biaya infrastruktur.

“Karena orang hanya memesan secara online, itu menguntungkan kami karena seluruh struktur biaya kami dibangun berdasarkan hal itu. Tidak ada toko di depan restoran. Jadi dari perspektif modal dan pengeluaran operasional, kami berada dalam posisi untuk mempertahankan dan tumbuh,” terang CEO India Business Unit Rebel Food Raghav Joshi.

Sementara di Tiongkok, layanan pesan antar makanan juga menyentuh angka $62 miliar pada tahun 2018 silam. Angka ini diprediksi terus tumbuh hingga dua kali lipat pada tahun 2021 mendatang. Salah satu yang mewarnai layanan pesan antara makan di Tiongkok adalah kehadiran Panda Selected. Startup yang bermarkas di Beijing ini merupakan penyedia layanan cloud kitchen dengan 120 lokasi di berbagai kota besar, seperti Beijing dan Shenzhen.

Cloud kitchen di Indonesia

Gojek membawa keahlian Rebel Food dari India ke Indonesia untuk mengembangkan konsep cloud kitchen ini. Gojek menyebutnya sebagai Dapur Bersama GoFood. Ada juga Grab (GrabKitchen) dan Hangry yang membawa konsep satu dapur untuk banyak brand.

“Hingga saat ini, Dapur Bersama GoFood, yang diluncurkan sejak Oktober 2019, memiliki 27 lokasi dan tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Medan. 80 persen mitra usaha yang mendapatkan keuntungan dari Dapur Bersama adalah mitra UMKM GoFood yang telah menjadi bagian dari ekosistem GoFood sejak dahulu, seperti misalnya Bebek Dower, Martabak Pizza Orins Express, Bakso Jawir, dan lain-lain. Selanjutnya, merujuk kepada data GoFood di bulan Mei 2020, tercatat transaksi sebesar 70% oleh UMKM setelah bergabung dengan Dapur Bersama GoFood,” ujar VP Corporate Affairs Food Ecosystem Gojek Rosel Lavina.

Grab juga menghadirkan GrabKitchen di banyak kota. Per Februari silam mereka sudah memiliki 40 dapur cloud kitchen yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. GrabFood juga memiliki fitur GrabKitchen “All in One” yang bisa memudahkan pelanggan memesan banyak menu hidangan dari beberapa restoran sekaligus.

Konsep serupa juga diusung Hangry, sebuah restoran multi-brand yang dikembangkan dengan pendekatan digital. Kendati Hangry tidak mengklaim bahwa mereka mengusung konsep cloud kitchen, konsep satu tempat dengan banyak brand sangat mendekati dengan konsep dapur bersama. Startup yang digawangi Abraham Viktor ini memanfaatkan layanan pesan antar dari Gojek dan Grab dan teknologi-teknologi lainnya yang menunjang kinerja perusahaan.

Juni kemarin Hangry berhasil mengantongi pendanaan tahap awal Rp42,7 miliar dari Sequoia India dan Alpha JWC Ventures. Saat ini Hangry tercatat memiliki belasan outlet di seluruh Jabodetabek.

“Selama pandemi ini, growth kami masih aman. Mungkin karena banyak orang yang belum mulai makan di luar. Dari Januari sampai Maret pertumbuhannya 100%, sementara dari Maret ke Juni 30% tiap bulannya,” terang Viktor kala itu.

Gojek, Grab, dan Hangry mencanangkan ekspansi sepanjang tahun ini untuk mendorong kehadiran dapur bersama yang lebih masif. Gojek memutuskan untuk menghentikan layanan pujasera GoFood Festival dan beralih ke konsep dapur bersama untuk tetap bisa melayani konsumen dengan model pesan antar.

“Secara bertahap, melalui data dan permintaan pasar, kami berproses untuk mengembangkan Dapur Bersama GoFood di kota-kota lain di Indonesia sebagai salahs atu solusi komprehensif untuk mendukung kebutuhan usaha UMKM kuliner,” terang Rosel.

Kekhawatiran

Layaknya model bisnis lainnya, model cloud kitchen atau dapur bersama menimbulkan beberapa pertanyaan, baik dari sisi pelanggan maupun pemilik bisnis. Misalnya isu kebersihan dan kualitas.

Ada juga kekhawatiran bahwa ekspansi hanya menguntungkan brand ternama, yang justru membuat bisnis baru sulit berkembang dan bersaing. Setidaknya dua itu yang menjadi kekhawatiran bisnis dapur bersama yang berjalan di beberapa negara.

Sejauh ini, di Indonesia, konsep dapur bersama masih menjadi opsi menarik untuk mendorong perluasan jaringan restoran yang terbukti memiliki banyak peminat. Waktu yang akan membuktikan apakah bakal muncul jejaring restoran lokal baru yang mampu menasional seiring dengan pertumbuhan bisnis cloud kitchen di negeri ini.

Setelah 4,5 Tahun Akhirnya Telkom Buka Blokir Netflix

Setelah kurang lebih 4,5 tahun diblokir, per hari ini Selasa 7 Juli 2020 layanan video on-demand Netflix akhirnya mulai bisa diakses melalui jaringan milik Telkom Group, yakni Indihome dan Telkomsel. Proses pembukaan blokir masih dilakukan secara bertahap, dari pantauan kami beberapa orang sudah bisa mengakses Netflix sepenuhnya, sebagian masih belum bisa. Yang jelas ini akan menjadi babak baru bagi bisnis Netflix, mengingat konektivitas Telkom adalah yang terluas cakupannya di Indonesia.

Netflix sendiri kendati diblokir oleh Telkom Group berhasil menjadi salah satu layanan VOD berbayar paling populer di Indonesia bersama dengan Viu. Suguhan beragam konten original dan film-film populer yang ada di dalamnya menjadi salah satu kekuatan Netflix.

Secara keseluruhan Netflix mengalami lonjakan pengguna baru di kuartal pertama 2020. Totalnya mereka mendapatkan 15,77 juta pelanggan berbayar baru selama kuartal pertama tahun 2020, lebih dari dua kali lipat angka yang mereka prediksi sebelum pandemi.

“Kami sangat senang karena saat ini Netflix telah dapat diakses melalui jaringan Telkom, artinya sekarang masyarakat Indonesia dapat menikmati tayangan Netflix yang beragam, mulai dari serial TV, dokumenter, serta film lokal, dan internasional berkualitas di semua jaringan. Kami akan terus memberikan layanan terbaik bagi seluruh penggemar hiburan di Indonesia dengan menambahkan lebih banyak film-film Indonesia di Netflix, meningkatkan pengalaman pengguna, serta mengembangkan kerja sama dengan mitra-mitra di Indonesia,” ujar Business Development Manager Netflix Tizar Patria.

Diterangkan pihak Telkom, mereka membuka blokir karena Netflix sudah melakukan sejumlah perubahan pendekatan seperti fitur parental kontrol, berkomitmen untuk mendengar keluhan dan masukan dari regulator dalam waktu 24 jam atau sesuai yang dengan kurun waktu yang ditentukan oleh pemerintah.

Selain itu Netflix juga disebut telah berkomitmen untuk patuh pada “Self Regulatory Code for Subscription Video on Demand Industry in ASEAN” yang mengatur larangan menayangkan konten yang mengandung pornografi anak, terorisme, melanggar Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), dan konten yang mendiskreditkan kelompok masyarakat tertentu.

“Telkom mengapresiasi perubahan pendekatan yang dilakukan Netflix untuk pasar Indonesia dan karenanya memberi kesempatan pada pelanggan Telkom Group untuk dapat mengakses beragam konten hiburan,” ujar VP Corporate Communication Telkom Arif Prabowo seperti dikutip Kompas.

Pembukaan blokir Netflix ini juga berbarengan dengan aturan pemungutan pajak untuk layanan OTT seperti Netflix, Steam, Spotify, dan samacamnya. Setelah beberapa kali diwacanakan, akhirnya pemungutan pajak untuk layanan digital ini diresmikan pada awal 1 Juli 2020.

Namun di tagihan terbaru Netflix beberapa tim kami, belum dikenakan beban pajak, sementara untuk platform Steam sudah mulai mengenakan pajak PPn 10% untuk setiap transaksi. Di sisi lain, penyedia layanan OTT tersebut juga belum memiliki kantor atau entitas lokal (PT) di Indonesia.

Diakui atau tidak inovasi yang dilakukan Netflix telah menginspirasi banyak layanan sejenis hadir di Indonesia. Sekarang muncul banyak sekali nama pemain di sektor VOD yang hadir untuk pasar Indonesia, seperti iflix, Hooq, Viu, Catchplay, Genflix, atau GoPlay. Beberapa nama pada akhirnya harus menyerah karena kehabisan bahkan bakar atau berdarah-darah merebut hati penonton di Indonesia.

Sementara itu, secara konsisten Netflix terus gencar “mendekat” ke pasar Indonesia dengan sejumlah inovasi. Langkah yang diambil antara lain menghadirkan film-film Indonesia ke dalam platform mereka, kerja sama dengan kreator dalam negeri hingga kerja sama dengan pihak-pihak terkait, seperti kerja sama dengan Kemendikbud.

Update: Siaran Pers Direktur Jendral Pajak pada Selasa (7/7/2020) menyebutkan enam perusahaan digital termasuk Netflix akan dikenai PPN sebesar 10% dari harga sebelum pajak mulai 1 Agustus 2020.

Application Information Will Show Up Here

Setelah Empat Tahun Beroperasi, Urbanhire Luncurkan Aplikasi Mobile

Tahun 2020 merupakan tahun ke empat Urbanhire beroperasi. Sebagai salah satu penyedia solusi rekrutmen karyawan, Urbanhire mengklaim sudah berhasil membantu lebih dari 12 ribu perusahaan di Indonesia. Nama-nama besar seperti BPJS Kesehatan, Pertamina EP Cepu, Pegadaian, Angkasa Pura Supports, MRT Jakarta, Kompas, Tiket, diklaim menjadi beberapa klien Urbanhire. Inovasi teranyar mereka hadir dalam bentuk aplikasi mobile.

CEO Urbanhire Benson E. Kawengian menjelaskan, dalam empat tahun perjalanannya mereka sudah dipercaya jutaan pencari kerja untuk menghubungkan mereka dengan perusahaan yang diimpikan.

“Hingga saat ini, total pencari kerja yang menggunakan platform kami sudah mencapai lebih dari 1,5 juta pencari kerja. Dan saat ini kami sudah mengeluarkan dua aplikasi. Yang pertama aplikasi Urbanhire Employer, aplikasi ini hanya untuk klien kami yang sudah berlangganan. Yang kedua aplikasi Urbanhire Jobseeker, bisa di-download di Google Play Store, tujuannya agar para pencari kerja lebih mudah dan praktis mencari pekerjaan,” terang Benson.

Sejauh ini Urbanhire sudah melakukan beberapa inovasi dan langkah strategis sepanjang perjalanannya. Seperti membangun kolaborasi dan integrasi dengan startup lainnya, hingga mengeluarkan fitur Employee Refferal.

Urbanhire juga tercatat pernah mengumumkan pendanaan Pra-Seri A pada tahun 2017 silam yang dipimpin oleh Convergence Ventures dan turut serta pula Social Capital, 500 Startups, Tortola Capital, Denali Capital, dan Intrafood Group.

Di Indonesia sendiri penyedia solusi rekrutmen berbasis teknologi mulai banyak bermunculan. Nama-nama seperti Kalibrr, Ekrut, dan TechinLabs termasuk di dalamnya kendati memiliki fokus masing-masing.

Penggunaan teknologi dalam proses rekrutmen juga tampaknya akan terus tumbuh seiring dengan inovasi yang ada. Salah satu yang jadi banyak pertimbangan adalah penggunaan AI untuk mengoptimalkan proses dan mempersingkat waktu.

Urbanhire di saat pandemi

Diakui Benson, pandemi berdampak pada berkurangnya perusahaan yang membuka lowongan kerja. Kendati demikian, masih ada beberapa perusahaan yang masih membuka lowongan dan aktif membuka kandidat.

“Pandemi ini akan melahirkan kebiasaan baru yaitu rekrutmen virtual berbasis teknologi. Proses rekrutmen dari penilaian sampai wawancara akan dilakukan secara virtual. Rekrutmen virtual berbasis teknologi ini mau tidak mau akan mulai digunakan oleh perusahaan maupun para pencari kerja. Dan Urbanhire bisa mengakomodir kebutuhan rekrutmen virtual berbasis teknologi tersebut,” terang Benson.

Ia juga melanjutkan saat ini fokus Urbanhire adalah untuk membantu para pencari kerja atau mereka yang terimbas PHK untuk bangkit dan kembali mendapat pekerjaan. Termasuk di dalamnya membantu pekerja teknologi informasi untuk mendapatkan pekerjaan remote, khususnya selama masa pandemi.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Proyek Konektivitas Facebook di Indonesia

Facebook saat ini tidak hanya menjadi sebuah situs media sosial yang digunakan banyak masyarakat di Indonesia, namun mereka juga mulai mengembangkan berbagai inovasi yang turut dibawa ke pasar tanah air. Salah satu inovasi dan solusi yang dibawa Facebook adalah proyek-proyek konektivitas.

Beberapa proyek di antaranya adalah, bekerja sama dengan Alita untuk membangun 3000 kilometer kabel fiber untuk menghubungkan lebih dari 1000 titik jaringan di Bali, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Pihak Facebook juga mengklaim bahwa investasi kabel fiber terbesar Facebook di Asia untuk saat ini.

Ketika pembangunannya rampung, diharapkan bisa menyediakan akses internet cepat ke lebih dari 10 juta pengguna. Alita akan berperan untuk memiliki, membangun, memelihara, dan mengoperasikan jaringan dan menyediakan kapasitas grosir untuk MNO dan ISP. Sejak diumumkan pada awal tahun fase awal pembangunan sebesar 1100 kilometer telah dilaksanakan di Bali, Pasuruan, Manado, dan Solo.

“Walaupun Indonesia telah membuat peningkatan signifikan dalam beberapa tahun terakhir untuk menciptakan koneksi internet yang inklusif, masih banyak penduduk Indonesia yang belum terjangkau internet. Kami ingin menyediakan akses internet yang cepat kepada masyarakat luas, dan karean itu Facebook Connectivity bekerja dengan beberapa mitra di Indonesia untuk mengembangkan teknologi-teknologi baru, model bisnis, dan kemitran yang memberikan suara bagi masyarakat, memperkuat komunitas, dan menciptakan peluang-peluang ekonomi yang baru,” jelas Kepala Konektivitas dan Kebijakan Akses untuk APAC Facebook Tom Varghese.

Selain proyek fiber optik, Facebook juga memiliki kemitran untuk Wi-Fi Express. Yang pertama dengan D-Net sejak tahun 2016, sejauh ini sudah menyediakan 170 titik akses di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur menggunakan Platform Wifi Express. Yang kedua dengan Bali Tower sejak awal tahun 2020. Menyediakan Platform Wi-fi Express  untuk mendukung hotspot Wi-Fi yang tersedia di lebih dari 100 bangunan komersial.

Facebook juga memiliki Terragraph. Sebuah teknologi yang diklaim bisa meningkatkan kualitas akses untuk kabel serat optik maupun Wi-Fi untuk kota-kota padat penduduk. Teknologi ini menggunakan pita 60GHz yang tidak berlisensi di sejumlah negara di dunia.

Proyek konektivitas Indonesia

Di Indonesia sendiri upaya untuk memperluas akses konektivitas dan peningkatan kualitas layanan sudah direncanakan melalui proyek Palapa Ring. Sebuah proyek infrastruktur telekomunikasi untuk pembangunan serat optik sepanjang 36 ribu kilometer melintasi wilayah-wilayah Indonesia, terbagi menjadi 7 lingkar kecil untuk wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Papua, Sulawesi, dan Maluku dan satu backhaul untuk menghubungkan semuanya. Pembangunannya pun sudah selesai.

Yang paling baru, beberapa perusahaan telekomunikasi sedang menguji coba layanan 5G mereka. Dengan demikian, dalam 10 tahun terakhir kecepatan akses internet di Indonesia mengalami perluasan dan perbaikan kualitas yang cukup signifikan.