Bidik Indonesia dan Vietnam, Startup Agritech Rize Ingin Dekarbonisasi Budidaya Padi

Rize membidik Indonesia dan Vietnam sebagai pasar pertama dalam menghadirkan solusi terpadu untuk mendekarbonisasi budidaya padi. Rize merupakan startup agritech yang baru saja diluncurkan oleh Temasek, Wavemaker Impact, Breakthrough Energy Ventures (BEV), dan GenZero.

Saat ini, Rize dipimpin oleh Dhruv Sawhney selaku CEO. Ia sebelumnya sempat menjadi COO di nuture.farm, platform digital yang memfasilitasi pertanian berkelanjutan di India. Klaimnya, nurture.farm telah mengajak lebih dari 2,5 juta petani dan 100.000 pedagang, serta memimpin salah satu program terbesar di India untuk menghentikan pembakaran sisa tanaman.

Selain memiliki pengalaman langsung dalam mendekarbonisasi rantai nilai padi, Dhruv adalah pendiri startup yang membangun dan menjual bisnis rantai pasokan makanannya kepada Zomato pada 2018.

“Setelah emisi enterik, padi adalah penyumbang emisi pertanian terbesar kedua secara global. Teknologi untuk mendekarbonisasi budidaya padi sudah ada, tetapi membutuhkan perubahan perilaku petani,” kata Dhruv.

“Kekayaan pengalaman Dhruv sangat penting dalam mendorong visi Rize sebagai platform yang dapat ditingkatkan dan berkelanjutan untuk mendekarbonisasi budidaya padi,” kata Board Member Rize dari Wavemaker Impact Marie Cheong.

Sedikit informasi, Wavemaker Impact adalah perusahaan pengembang teknologi iklim yang didukung oleh perusahaan modal ventura di Asia Tenggara. eFishery adalah startup asal Indonesia yang pernah didanai oleh Wavemaker Impact.

Sementara, BEV didirikan oleh Bill Gates dan didukung oleh sejumlah pemimpin bisnis terkemuka dunia. BEV telah mengumpulkan lebih dari $2 miliar dalam modal yang terikat untuk mendukung perusahaan-perusahaan inovatif yang memimpin dunia menuju emisi net-zero.

Bidik Indonesia dan Vietnam

Rize membidik kawasan Asia dan Asia Tenggara dengan Indonesia dan Vietnam sebagai target pasar pertamanya. Pihaknya menyebut telah memiliki tim lokal. Rize mengklaim telah melakukan uji coba di kedua negara dengan hasil awal yang positif.

Sebagai tanaman pokok untuk lebih dari setengah populasi dunia, permintaan padi di global diperkirakan meningkat sebesar 50% pada 2050, Rize tengah membangun platform untuk mengidentifikasi, dan menerapkan strategi paling efektif untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dalam budidaya padi. Rize juga berupaya memberikan insentif ekonomi yang tepat untuk mendorong adopsi teknik budidaya yang berkelanjutan.

“Beras juga merupakan sumber utama emisi metana di Asia Tenggara, bertanggung jawab atas hingga 33% emisi metana di kawasan itu. Metana memiliki potensi pemanasan global 80 kali lebih banyak daripada karbon dioksida,” katanya.

Di seluruh Asia tercatat mata pencaharian 400 juta orang di 144 juta petani kecil bergantung pada beras, dengan ukuran rata-rata pertanian berkisar antara 0,5 hingga 2 hektar. Namun, hingga kini masih ada kesenjangan hasil yang signifikan, dan di Asia Tenggara, dengan produksi beras per hektar tertinggal dari negara-negara penghasil tinggi sekitar 40%.

Dalam beberapa tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia mengalami transformasi cukup signifikan dengan kemunculan platform agritech. Platform ini menggabungkan teknologi, data, dan inovasi untuk merevolusi pertanian tradisional dan meningkatkan produktivitas dalam lanskap pertanian.

Pemanfaatan solusi teknologi diyakini dapat membantu memberdayakan petani, meningkatkan efisiensi rantai pasok, dan mendorong praktik pertanian yang berkelanjutan. Sejauh ini, startup agritech yang sudah hadir di Indonesia saat ini di antaranya adalah, Semai, Eratani, Elevarm, PasarMikro, Beleaf, Jaring Pangan, Koltiva, Glife, Agridesa, dan Gokomodo.

Application Information Will Show Up Here

Iklim Investasi Aset Digital Membaik, Nanovest Catat Pertumbuhan Positif Awal Tahun Ini

Platform wealthtech merupakan salah satu segmen yang meroket popularitasnya selama pandemi. Platform investasi aset digital Nanovest, yang memberikan peluang konsumen Indonesia berinvestasi di aset kripto dan saham perusahaan asing, mengklaim pertumbuhan 20% dibandingkan Q4 2022 lalu.

Kepada DailySocial.id, CMO Nanovest Jovita Widjaja mengungkapkan kondisi perusahaan tahun ini.

Pertumbuhan pengguna

Ada beberapa faktor yang menjelaskan mengapa platform investasi aset digital masih belum luas adopsinya di Indonesia. Faktor terbesar adalah ketakutan karena modal yang dibutuhkan cukup besar. Didominasi segmen konsumen berusia muda, layanan seperti ini dituntut memberikan tampilan yang user friendly. Selain itu literasi finansial masyarakat secara umum masih menjadi momok.

Nanovest, yang mulai bisa dinikmati publik sejak akhir 2021, mencoba mengatasi poin-poin tersebut dengan solusinya yang memberikan kemudahan investasi mulai dari Rp5000.

Secara demografi pengguna Nanovest adalah generasi muda yang tersebar di berbagai daerah, khususnya seperti Jabodetabek, Bandung, dan Sukabumi.

“Hasil SNLIK 2022 menunjukkan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia masih belum begitu besar, karena persentasenya masih di angka 49,68 persen. Nanovest turut berkontribusi dalam mengajak para anak muda untuk semakin melek akan pentingnya manfaat berinvestasi untuk dapat mencapai kebebasan finansial dari dini,” kata Jovita.

Di Q1 2023 ini, diklaim kenaikan jumlah pengguna Nanovest mencapai lebih dari 20% dibanding kuartal sebelumnya.

Menurut data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) Kementerian Perdagangan, pada akhir tahun 2022 telah tercatat jumlah pengguna aset kripto mencapai 16,55 juta orang. Angka itu meningkat 48% dibandingkan akhir November 2021, yaitu sebanyak 11,2 juta orang.

“Target ke depannya, Nanovest berusaha memperkuat posisi sebagai marketplace investasi yang aman, mudah dan dipercaya oleh semua orang, khususnya untuk para generasi muda,” kata Jovita.

Nanovest menyediakan program perlindungan cybercrime yang disediakan  Asuransi Sinar Mas guna untuk melindungi setiap aktivitas transaksi. Perusahaan adalah peserta Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator tahun 2022 lalu.

Lanskap investasi aset digital di Indonesia

Platform investasi membuka pintu bagi individu untuk berpartisipasi dalam berbagai jenis aset digital. Di sisi lain, platform investasi aset digital memiliki potensi meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.

Rangkaian “Bulan Literasi Kripto” awal tahun ini diselenggarakan BAPPEBTI, Kementerian Perdagangan, dan Asosiasi Perdagangan Aset Kripto Indonesia (ASPAKRINDO) yang menandai keseriusan pemerintah dan pelaku industri untuk mengembangkan ekosistem perdagangan aset kripto.

“Potensi ekonomi digital Indonesia dalam beberapa tahun ke depan akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, yaitu sebesar $146 miliar. Hingga saat ini, aset digital merupakan salah satu media investasi yang cukup besar diminati, terutama kalangan anak muda,” ungkap Direktur Utama Nanovest Billy Surya Jaya.

Amir Karimuddin berkontribusi untuk penulisan artikel ini

Application Information Will Show Up Here

Rosé All Day Siap Lebarkan Bisnis ke Global Usai Capai Profitabilitas

Seiring meningkatnya belanja produk online, pemilik merek kosmetik D2C memainkan peran signifikan dalam mendorong industri kecantikan di Indonesia. Dengan fokus pada inovasi, transparansi, dan keterlibatan konsumen, platform D2C siap mengubah standar industri kecantikan.

Rosé All Day Cosmetics (RADC) merupakan merek kecantikan Indonesia yang menghadirkan produk -produk yang disesuaikan dengan target pengguna. RADC mendapatkan suntikan pendanaan dari AC Ventures pada 2020.

Dalam wawancaranya dengan DailySocial.id,  para pendiri RADC mengungkap rencana ekspansinya usai bisnisnya mencapai profitabilitas pada tahun lalu.

Eskpansi mancanegara

RADC didirikan di 2017 oleh Cindy Nyoto Gunawan, Tiffany Danielle, dan Samantha Wijaya. RADC mengklaim telah mencapai profitabilitas dengan pertumbuhan tahunan yang signifikan sejak 2021.

Pendapatannya mengalami peningkatan tahunan sebesar 4 kali lipat pada 2022, dan berada di jalur untuk mencapai pertumbuhan sebesar 6 kali lipat pada 2023. Pertumbuhan ini disebut menjadi kombinasi dari traksi produk, peningkatan jalus distribusi online dan offline, serta retensi pelanggan yang baik.

“Kami memulai dengan modal awal sebesar $10.000 (sekitar Rp148 juta). Selama tiga tahun pertama, RADC mengalami pertumbuhan organik dengan pengeluaran pemasaran yang minimal. Bahkan selama pandemi di 2020-2022, RADC mengalami pertumbuhan pesat dengan menjaga pengeluaran pemasaran di bawah 20% dari pendapatan,” kata CEO dan Co-Founder RADC Cindy Nyoto Gunawan.

Selanjutnya, RADC berencana memperluas distribusi ke seluruh Indonesia dan kehadiran omnichannel, serta melakukan rebranding pada koleksi perawatan kulitnya sebagai bagian dari strategi ekspansi. Untuk rencana jangka panjang, perusahaan berharap bisa membawa RADC ke tingkat global.

RADC juga akan melakukan perekrutan di berbagai bidang, termasuk pemasaran, media sosial, operasi, keuangan, supply chain, pengembangan produk, membangun komunitas, dan pengembangan kreatif. Saat ini, jumlah karyawannya sebanyak 50 orang.

“Kami percaya ada potensi besar yang belum dimanfaatkan dalam menempatkan brand Indonesia, seperti milik kami, di peta dunia. Ini bukan hanya tentang melebarkan sayap, tetapi membuktikan bahwa kami sebagai brand Indonesia, dapat berdiri tegak di samping nama-nama besar di global. Ini bukan hanya sekadar ide, tetapi juga menjadi bahan bakar yang mendorong setiap keputusan kami menuju ambisi kami,” kata Co-Founder, CMO & Head of Product Development RADC Tiffany Danielle.

Produk terjangkau dan berkualitas

Sumber: Rosé All Day Cosmetics

Dalam beberapa tahun terakhir, perilaku konsumen kecantikan telah mengalami pergeseran yang signifikan dengan munculnya platform Direct-to-Consumer (D2C). Pendekatan inovatif ini mendisrupsi jalur distribusi tradisional dengan memberdayakan akses yang mudah ke produk kecantikan berkualitas tinggi. Indonesia, dengan pasar kecantikannya yang beragam dan populasi tech-savvy yang ada saat ini, telah memberikan peluang bagi pertumbuhan kosmetik D2C.

Sejak awal, RADC telah mengidentifikasi kenaikan permintaan untuk produk kecantikan yang terjangkau dan berkualitas tinggi, yang belum terpenuhi di Indonesia. Terinspirasi oleh kesuksesan merek internasional, para pendirinya memutuskan untuk menciptakan Rosé All Day Cosmetics (RADC), merek kecantikan premium yang mudah diakses untuk wanita modern. Saat ini RADC telah memiliki sertifikasi halal sebagai merek kecantikan di Indonesia.

“Meskipun gaya hidup kami berbeda-beda, kami semua mengakui serangkaian ‘kebutuhan sehari-hari’ dalam rutinitas makeup kami. Wawasan ini mendorong kami untuk menciptakan produk-produk serba guna yang dapat menyederhanakan dan meningkatkan rutinitas kecantikan harian setiap wanita,” ujar Tiffany.

RADC meluncurkan lip and cheek duo, produk perawatan kulit yang multifungsi, mendukung tren lipstik matte yang tahan lama. Tujuan perusahaan adalah mendorong tampilan “no makeup” yang mendukung kecantikan alami. RADC kemudian mulai memperluas produk untuk perawatan kulit, memimpin tren skincare-infused makeup di Indonesia.

“Kami selalu mengutamakan transparansi, clean beauty, dan formulasi vegan, dengan komitmen yang kuat terhadap keterlibatan pelanggan. Tujuan kami adalah menawarkan produk inovatif, user-friendly yang dapat menjadi produk kecantikan sehari-hari bagi semua orang,” kata Tiffany.

Menurut Tiffany, yang membedakan RADC dari pemain lainnya adalah, komitmen mereka terhadap inklusivitas, transparansi, kesederhanaan, kemudahan, dan harga terjangkau. Terkait dengan warna kulit masyarakat Indonesia, inovasi produk dan kualitas RADC diklaim tercermin dalam penawaran, seperti realest lightweight skin tint, skin tint vegan pertama di Indonesia yang juga melindungi dari polusi.

“Kami menawarkan kemudahan belanja online melalui berbagai platform dan saat ini sedang memperluas keberadaan offline kami di seluruh Indonesia. Kami menjaga harga terjangkau dengan memastikan produk berkualitas tinggi,” Tutupnya.

Tercatat saat ini sudah ada beberapa merek kosmetik hingga perawatan kulit wajah dan rambut lokal yang menawarkan pendekatan serupa. Di antaranya adalah NAMA Beauty, pemilik merek D2C produk perawatan kulit dan kecantikan.

Diri Care juga hadir menawarkan solusi perawatan kesehatan pribadi sesuai permintaan (on-demand) serta terjangkau kepada para pelanggan di seluruh Indonesia, Base dikenal sebagai brand skincare yang menawarkan personalisasi rekomendasi perawatan kulit dengan teknologi eksklusif .

Eten Technologies Fokus Hadirkan Platform Manajemen Bisnis F&B Skala Kecil-Menengah

Industri F&B di Indonesia sedang mengalami pertumbuhan yang luar biasa, didorong oleh kombinasi berbagai faktor seperti kelas menengah yang berkembang pesat, perubahan preferensi konsumen, dan budaya kuliner yang makin hidup.

Salah satu platform yang ingin memberikan solusi kepada bisnis F&B di Indonesia adalah Eten Technologies. Startup ini didirikan dengan tujuan mengatasi permasalahan yang dialami oleh para pengusaha F&B, terutama UMKM. Platform digital ini mencoba merevolusi cara bisnis F&B beroperasi, menghubungkan konsumen, pemasok, dan pengusaha dalam ekosistem yang seamless.

Kepada DailySocial.id, Co-founder & CEO Eten Technologies Debbie Winardi mengungkapkan alasan diluncurkannya startup tersebut bersama Co-founder Fakhri Guniar.

Perluas kesadaran tentang pengelolaan inventori

Tercatat saat ini sekitar 80% usaha F&B gagal dalam jangka waktu kurang dari 5 tahun karena masalah profitabilitas. Salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya efisiensi dan pengetahuan tentang pengelolaan inventori. Banyak orang melihat keuntungan usaha F&B sangat besar, karena mereka berasumsi jika mereka menjual nasi goreng, maka mereka hanya perlu membeli nasi, daging ayam, dan bumbu dapur.

Menurut pantauan Eten Technologies, masih banyak komponen lainnya yang harus dipertimbangkan. Misalkan modal mereka Rp10.000 dan mereka jual dengan harga Rp20.000, maka mereka akan untung Rp10.000 atau 50%. Yang seringkali dilupakan adalah biaya lain-lain seperti gas, listrik, tenaga kerja, pemasaran, biaya jasa pengantaran online dan lainnya.

“Keuntungan bersih rata-rata usaha F&B sebenarnya hanya 5%-15%. Dengan kurangnya efisiensi, keuntungan bersih ini bisa berkurang sehingga usaha F&B mengalami kerugian. Ada beberapa usaha F&B yang bahkan mengalami lebih banyak kerugian walaupun penjualannya bertambah,” kata Debbie.

Melihat fakta tersebut, Eten Technologies meyakini bahwa efisiensi pengaturan inventori adalah kunci untuk profitabilitas dan bertujuan untuk menyediakan solusi supply chain management untuk bisnis F&B skala kecil dan menengah. Perusahaan mengklaim mampu menangani 60% dari Profit and Loss (P&L) bisnis F&B dan bertujuan untuk meningkatkan keuntungan hingga 2-3x lipat.

“Kami membantu bisnis F&B untuk memonitor status, perpindahan, dan penggunaan ratusan inventori bahan baku yang dimiliki oleh bisnis F&B sehingga mereka dapat mengetahui area-area yang kurang efisien,” kata Debbie.

Ditambahkan olehnya, saat ini kebanyakan bisnis F&B hanya menggunakan spreadsheet, kertas catatan, dan aplikasi chat untuk mengatur inventori mereka. Akibatnya, sulit bagi mereka untuk mengetahui status inventori secara real time dan juga kebutuhan inventori mereka.

Persoalan lain yang juga kerap terjadi adalah, seringkali terjadi staf kelupaan untuk memesan bahan baku sehingga terjadi out of stock. Akibatnya mereka tidak dapat menjual menu yang menggunakan bahan tersebut.

Dengan memanfaatkan teknologi Eten, mereka akan mengetahui bahan-bahan yang sudah hampir habis dan mendapatkan rekomendasi jumlah yang harus mereka pesan secara otomatis tanpa perlu menghitung secara manual lagi. Eten juga dapat membantu untuk memonitor perpindahan dan penggunaan bahan baku.

Misalnya saja untuk bisnis F&B yang memiliki beberapa outlet, Eten akan membantu mereka untuk memonitor apakah bahan baku sudah dikirim dari pusat ke outlet dan status inventori akan diperbarui secara otomatis.

“Pelaku bisnis F&B juga dapat mengetahui nilai inventori yang mereka miliki dengan mudah sehingga mereka dapat melakukan analisa untuk mengoptimalkan High Pressure Processing,” kata Debbie.

Fokus mendapatkan product-market fit

Secara khusus Eten Technologies memiliki filosofi produk yaitu sederhana dan spesifik. Sederhana karena Eten dibuat dengan mempertimbangkan pekerja lapangan sehingga siapa saja harus dapat menggunakan platform tersebut dengan mudah. Spesifik karena industri F&B memiliki kebutuhan berbeda dengan industri barang jadi lainnya, sehingga solusinya juga harus spesifik.

“Misalnya, jika kita menjual sampo 1 botol, stok di gudang akan berkurang 1 botol. Namun di F&B, menjual 1 porsi ayam geprek tidak selalu berarti hanya 1 porsi daging ayam mentah yang berkurang di dapur. Jika ayamnya hangus, maka menjual 1 porsi ayam geprek sama dengan mengurangi 2 porsi daging ayam mentah di dapur. Oleh sebab itu, platform general tidak selalu dapat menjawab permasalahan di F&B,” kata Debbie.

Dalam jangka waktu singkat, Eten Technologies sudah berhasil mendapatkan Letters of Intent dari 40 lebih brand dengan lebih dari 500 lokasi. Saat ini Eten Technologies juga telah didukung oleh dua program akselerator yaitu Antler dan Iterative, serta mendapatkan dukungan pendanaan pre-seed di akhir 2022 dan awal 2023.

“Kami sudah menyelesaikan Minimum Usable Product dan saat ini kami sedang fokus untuk mendapatkan Product-Market Fit sembari mendapatkan lebih banyak early adopters,” kata Debbie.

Pemain yang menawarkan solusi untuk industri F&B saat ini, kebanyakan masih fokus di front-end atau order management, namun Eten Technologies akan fokus ke back-end atau supply chain untuk saat ini. Platfom Eten Technologies sudah bisa diakses oleh pengguna yang sudah terdaftar melalui situs. Eten dapat digunakan di seluruh Indonesia dan akan segera tersedia di Google Play Store.

Industri F&B menyumbang lebih dari sepertiga GDP non-migas Indonesia dan diprediksi untuk terus berkembang di tahun-tahun mendatang. Untuk lanskap F&B tech sendiri, Indonesia masih berada di tahap awal karena kebanyakan bisnis F&B masih melakukan operasional secara manual.

Platform yang menawarkan layanan serupa di antaranya adalah startup SaaS Malaysia Food Market Hub (FMH) penyedia platform yang menyederhanakan dan mengautomatisasi operasi back-end untuk bisnis makanan dan minuman (F&B). Platform lainnya yaitu Esensi Solusi Buana (ESB) yaitu penyedia operasional bisnis end-to-end di industri F&B yang terdepan.

Evermos Bukukan Pendanaan Rp584 Miliar, Perkuat Kehadiran di Kota Tier-2 dan 3

Setelah mengantongi pendanaan seri B senilai $30 juta tahun 2021 lalu, startup social commerce Evermos kembali merampungkan pendanaan seri C senilai $39 juta atau setara 584 miliar Rupiah. Putaran pendanaan ini dipimpin International Finance Corporation (IFC).

Investor lainnya yang terlibat di antaranya Jungle Ventures, Shunwei Capital, UOB Venture Management, dan Telkomsel Mitra Inovasi. Putaran pendanaan ini juga melibatkan investor mitra baru seperti SWC Global, Endeavour Catalyst, dan Uni-President Asset Holdings.

Selanjutnya Evermos akan menggunakan dana segar untuk memperkuat jaringan reseller dengan memperdalam penetrasi di pulau Jawa dan melakukan ekspansi ke Sumatera, agar bisa mempercepat brand menjangkau lebih banyak lagi kota tier 2 dan tier 3.

Memberdayakan para reseller

Selain mengembangkan jaringan reseller-nya, Evermos akan terus memberdayakan keterampilan pengecer untuk memperluas pelanggan mereka melalui iklan digital. Perusahaan mencatat penjualan 18x lebih tinggi untuk reseller yang memanfaatkan digital tools, dibandingkan dengan yang mengandalkan jaringan pribadi saja. Evermos rencananya juga akan menerapkan teknologi yang didukung oleh AI.

“Kami tetap berpegang pada komitmen kami untuk mendukung brand lokal sejak hari pertama. Dalam proses memecahkan masalah logistik yang dihadapi brand Indonesia akibat tantangan geografis dan ekonomi yang unik di negara ini, kami menyadari brand menghadapi berbagai tantangan selain distribusi. Oleh karena itu, kami akan terus memanfaatkan inovasi untuk menghubungkan brand lokal dan pelanggan di kota-kota tingkat rendah dengan lebih efisien,” kata Co-founder & CEO of Evermos Ghufron Mustaqim.

Ditambahkan olehnya, prestasi ini mencerminkan kepercayaan investor Evermos dalam menjalankan misi dan dedikasi mereka untuk memberdayakan komunitas, dengan memberikan sumber pendapatan yang berkelanjutan dan fleksibel melalui jaringan distribusi terhubung dan layanan commerce Evermos.

Sejak awal berdirinya, mereka telah berkomitmen untuk mengatasi tantangan logistik, dengan tujuan memastikan adanya kesempatan yang adil bagi seluruh masyarakat Indonesia, tanpa memandang lokasi geografis, tingkat pendapatan, atau gender.

Ini termasuk menjalin hubungan langsung dengan brand lokal untuk mendekatkan mereka dengan konsumen dan menawarkan solusi komprehensif untuk kebutuhan perdagangan khusus setiap brand. Dengan bergabung ke dalam ekosistem Evermos, brand dapat memanfaatkan 500 kota.

Didirikan pada bulan November 2018 oleh Ghufron Mustaqim, Arip Tirta, Iqbal Muslimin, dan Ilham Taufiq, Evermos mengklaim telah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Sejak pandemi, bisnis mereka telah menunjukan pertumbuhan GMV sebesar 17x lipat dari tahun keuangan 2020 hingga 2022. Tercatat sebanyak 160 ribu reseller yang melakukan transaksi setiap bulannya per Januari 2023.

Produk yang disediakan kebanyakan adalah komoditas busana muslim, produk kesehatan/kecantikan halal, makanan dan minuman, dan lain-lain — sebagian besar mengutamakan produk bernuansa halal. Namun Ghufron menegaskan, tersedia juga kategori fesyen, home & living, herbal & health. Menjadikan produk mereka inklusif untuk semua.

“Investasi kami di Evermos tidak hanya akan mendorong kemakmuran bersama, inklusi keuangan dan digital, tetapi juga akan memberikan kontribusi signifikan dalam memajukan ekonomi digital yang terus berkembang pesat di Indonesia,” kata Country Manajer IFC untuk Indonesia dan Timor-Leste, Randall Riopelle.

Application Information Will Show Up Here

Fokus Riliv Perluas Akses Kesehatan Mental di Indonesia

Masalah kesehatan mental merupakan tantangan universal yang mempengaruhi orang-orang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dengan populasi lebih dari 270 juta orang, Indonesia menghadapi beban masalah kesehatan mental yang signifikan.

Meskipun demikian, kesehatan mental tetap menjadi topik yang terabaikan, sering distigmatisasi dan disalahpahami. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, telah tumbuh kesadaran dan upaya untuk mengatasi masalah kesehatan mental di Indonesia.

Salah satu platform yang menghadirkan layanan berupa konsultasi hingga meditasi secara personal kepada masyarakat Indonesia untuk kesehatan mental adalah Riliv. Kepada DailySocial.id, Co-founder & CEO Riliv Audrey Maximillian mengungkapkan rencana perusahaan tahun ini setelah mendapatkan pendanaan tahun lalu dari East Ventures.

Perluas kesadaran kesehatan mental

Stigma kesehatan mental di Indonesia hingga saat ini masih berakar kuat pada kepercayaan budaya dan masyarakat. Banyak individu dan keluarga sering memandang masalah kesehatan mental sebagai tanda kelemahan, rasa malu, dan lainnya. Stigma ini menciptakan hambatan untuk mencari bantuan dan dukungan, mencegah individu menerima perawatan dan pengobatan yang diperlukan yang mereka butuhkan.

Melihat kondisi tersebut, para pendiri yaitu Audrey dan saudaranya Audy Christopher Herli, mengembangkan ide tersebut menjadi Riliv, sebuah startup yang menawarkan layanan konseling dan kesehatan mental. Sebelumnya Riliv juga sempat bergabung dengan program inkubator lokal dan akselerator yang diselenggarakan oleh pemerintah kota setempat.

Menurut Audrey, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, saat ini penggunaan aplikasi Riliv terus meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Hal ini terjadi karena banyaknya masyarakat Indonesia yang mulai sadar untuk merawat kesehatan mentalnya.

Ditambahkan olehnya dengan meningkatnya kesadaran kesehatan mental masyarakat Indonesia, membuat banyaknya layanan-layanan baru yang bermunculan untuk memberikan solusi soal kesehatan mental. Baik bentuknya layanan penyedia konten meditasi atau konseling.

“Namun, Riliv adalah satu-satunya aplikasi yang mengintegrasikan keduanya, sehingga solusi yang Riliv berikan tidak hanya kuratif tetapi juga preventif untuk merawat kesehatan mental setiap orang,” kata Audrey.

Riliv mencatat kota-kota di Pulau Jawa, antara lain Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah menjadi kota teratas terkait penetrasi pengguna Riliv. Hingga bulan Maret 2023, tercatat lebih dari 900 ribu orang di seluruh Indonesia telah mengunduh aplikasi Riliv, dan lebih dari 100 psikolog profesional bermitra dengan Riliv.

Pandemi COVID-19, serta peningkatan pendidikan dan kesejahteraan di Indonesia telah berkontribusi pada peningkatan kesadaran kesehatan mental. Pasca pandemi, Riliv mengalami lonjakan permintaan konsultasi online sebesar 800%.

Platform yang menawarkan layanan serupa dengan Riliv saat ini di antaranya adalah, Kalbu yang menyediakan platform yang menawarkan berbagai layanan untuk pemulihan serta pemeliharaan kesehatan mental; Bicarakan.id platform yang menyediakan layanan konseling online; dan Kalm, aplikasi ini menyediakan layanan konseling online berbasis chat yang sifatnya unlimited dan berkesinambungan.

Strategi monetisasi Riliv

Terdapat tiga fitur favorit di Riliv, seperti Counseling, Journal, dan Meditation, untuk pengguna individu dan karyawan perusahaan. Tercatat layanan di aplikasi Riliv yang paling sering digunakan adalah konseling. Dalam hal ini, Riliv memberikan kemudahan untuk masyarakat dalam mengakses layanan psikolog secara online dan dapat mengatur jadwal konseling secara fleksibel. Hal ini tentunya membantu masyarakat agar mereka tidak perlu datang langsung dan menghindari antrian panjang.

Untuk layanan meditasi, Riliv menerapkan strategi monetisasi freemium, pengguna bisa mengakses beberapa konten guided meditation secara gratis. Untuk mengakses keseluruhan kontennya, Riliv menerapkan subscription plan dan untuk layanan konseling, Riliv menggunakan strategi monetisasi pay per use/session. Tersedia juga subscription plan dengan benefit harga sesi satuan yang akan lebih murah daripada membeli per sesi.

Terkait dengan jumlah komisi yang diberikan oleh Riliv kepada mitra mereka yaitu para psikolog, Audrey enggan untuk mengungkapkan lebih lanjut. Namun, saat ini Riliv mengklaim telah memiliki kurang lebih 100 psikolog dan akan terus bertambah seiring berjalannya waktu.

“Riliv menargetkan tahun ini untuk memperbanyak kerja sama dengan institusi-institusi untuk memberikan layanan kesehatan mental yang lebih luas dan signifikan kepada individu yang membutuhkan di dalamnya,” kata Audrey.

Dukungan East Ventures untuk Riliv

Pembicaraan seputar kesehatan mental di Indonesia berangsur-angsur berubah, dengan meningkatnya kesadaran, inisiatif pemerintah, dan upaya masyarakat. Salah satu venture capital (VC) yang kemudian memiliki upaya untuk memberikan solusi terbaik seputar masalah kesehatan mental adalah East Ventures.

Setelah memberikan pendanaan tahap awal (seed round) tahun 2022 lalu, East Ventures melihat dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran akan pentingnya kesehatan mental terus meningkat di Indonesia, dan permintaan akan layanan yang relevan turut mengalami peningkatan. Dalam hal ini, Riliv memiliki potensi yang signifikan untuk menghadirkan layanan kesehatan mental yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.

Dari sisi East Ventures, tentunya selain memberikan dukungan dari sisi pendanaan, East Ventures juga turut membantu perusahaan portofolio mereka, termasuk Riliv, dalam memberikan ‘value’, baik secara langsung mau pun tidak langsung.

“East Ventures saat ini mendukung beberapa startup kesehatan mental, termasuk Riliv, karena kami percaya bahwa menjaga kesehatan mental sama dengan menjaga kesehatan fisik. Melalui digitalisasi, kami berharap semakin banyak masyarakat yang dapat mengakses layanan kesehatan di setiap provinsi dan kota yang mungkin belum terakomodasi secara offline,” kata Operating Partner East Ventures David Fernando Audy.

East Ventures merupakan salah satu VC paling aktif berinvestasi di Indonesia. Dalam paparan sebelumnya, disampaikan hingga kuartal I 2023, sebanyak 20 startup yang telah didanai. Sebesar $6,7 miliar masuk ke dalam kategori investasi lanjutan (follow-on funding).

Application Information Will Show Up Here

Riset JustWatch: Netflix dan Disney+ Jadi Platform SVOD Paling Laris Sepanjang Q1 2023

Maraknya layanan Subscription Video on Demand (SVOD) telah mengubah perilaku konsumen di Indonesia. Kini pengguna dapat mengakses berbagai konten di berbagai genre, memungkinkan mereka menjelajahi acara, film, dan dokumenter baru dari seluruh dunia.

Beberapa platform SVOD besar yang beroperasi di Indonesia adalah Netflix, iFlix, Disney+ Hotstar, Vidio, HBO Go, Prime Video, WeTV, hingga Viu. Platform-platform ini bersaing untuk menangkap permintaan konten SVOD yang terus meningkat di kalangan konsumen Indonesia.

Baru-baru ini JustWatch, merilis laporan SVOD untuk kuartal pertama tahun 2023, memberikan wawasan tentang layanan streaming yang terus berkembang. Laporan ini menawarkan pemahaman mendalam tentang tren, preferensi, dan dinamika pasar platform SVOD, menyoroti kebiasaan streaming pemirsa di seluruh dunia.

Persaingan Netflix dan Disney+ Hotstar

Secara umum laporan JustWatch menampilkan lanskap layanan streaming, memeriksa kehadiran pasar, konten, dan keterlibatan pengguna dari berbagai penyedia SVOD. Dengan basis data ekstensif di lebih dari 70 negara, JustWatch menganalisis data dari jutaan pengguna untuk menawarkan pemahaman mendalam tentang industri streaming.

Di Indonesia sendiri tercatat, saat ini ada 7 layanan SVOD yang paling banyak diakses oleh pengguna dan secara khusus diamati secara detail antara lain Netflix, Disney+hotstar, iFlix (+ WeTV), Viu, Vidio, Prime video dan HBO Go.

Dalam laporan tersebut terungkap, market share untuk Indonesia di kuartal I tahun 2023, Netflix dan Disney+hostar masih menjadi platform SVOD terbanyak yang diakses oleh pengguna di Indonesia sebanyak 22%. Disusul oleh iFlix sebanyak 16%, Viu 12%, Vidio platform lokal sebanyak 10%, kemudian Prime Video dari Amazon sebanyak 9%, dan yang terakhir adalah HBO Go sebanyak 6%.

Dari laporan tersebut juga terungkap Netflix, iflix, dan Viu menunjukkan pertumbuhan positif dengan masing-masing pertumbuhan hingga +1%. Sementara itu Prime Video dan Disney+hotstar masih berjuang untuk mengikuti pasar, dengan penurunan market share masing-masing sebesar -1%.

Dengan memahami variasi regional dan pola keterlibatan pengguna, penyedia dapat menyesuaikan penawaran mereka untuk memenuhi permintaan pasar tertentu dan memaksimalkan basis pelanggan mereka.

Sementara di laporan JustWatch tahun 2022 lalu tercatat, Disney+ Hotstar mendominasi pasar OTT dengan persentase pangsa pasarnya mencapai 23%. Kemudian, secara berurutan disusul Netflix (21%), iflix (15%), Viu (12%), Vidio (10%), Prime Video (9%), HBO GO (7%), dan lainnya (3%). Vidio kembali menjadi satu-satunya platform OTT lokal, dengan angka dua digit melesat dari tahun sebelumnya.

Strategi SVOD menjangkau pengguna

Dalam laporan yang dirilis oleh Media Partners Asia terungkap, pertumbuhan pendapatan Netflix pada tahun 2023 berasal dari pasar Australia yang menguntungkan namun tersaturasi, di mana kinerja Netflix secara bertahap akan didukung oleh pertumbuhan iklan. Sementara itu tingkat pertumbuhan Netflix yang kuat di Jepang dan Korea Selatan, telah menghasilkan pendapatan per pengguna yang tinggi, didukung dengan keuntungan materi dan kontribusi dari negara India, Indonesia, Filipina, dan Thailand.

Pada Februari 2023, perusahaan juga mengumumkan penyesuaian harga di Asia Tenggara. Hal ini diklaim dapat menambah jumlah pengguna di Asia Tenggara, dan dapat bersaing dengan platform SVOD lainnya.

Semantara itu Vidio sebagai satu-satunya platform SVOD lokal yang masuk dalam laporan JustWatch, berambisi dapat mendorong pertumbuhan dan memperkuat posisinya sebagai OTT lokal terkemuka. Menurut laporan dari Media Partner Asia, pada kuartal I 2022, Vidio menjadi platform OTT posisi teratas berdasarkan pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) dan total durasi menit streaming (minute streamed). Perusahaan terus menambah katalog kontennya di bidang olahraga dan diklaim sebagai terlengkap di Indonesia.

Daftarnya mulai dari Piala Dunia FIFA 2022 Qatar, English Premier League, Liga sepak bola Indonesia (Liga 1, Liga 2, dan Liga 3), Liga Champions UEFA dan UEL, NBA, Liga sepakbola Eropa (Serie A, La Liga, Ligue 1), FA Cup, Formula One, Liga bola voli profesional Indonesia (ProLiga), Liga Bola Basket Indonesia (IBL), Women’s Tennis Association (WTA), dan ragam pilihan konten olahraga premium lainnya. Tak hanya itu, Vidio terus aktif merilis konten original hingga tiga judul setiap bulannya.

Kopi Kenangan Bidik Ekspansi ke Lima Negara di Asia Tenggara

Kopi Kenangan (Kenangan Brands) gencar ekspansi ke Asia Tenggara hingga 2030. Rencananya, perusahaan akan memperluas jangkauannya ke lima negara baru dan menambah 100 outlet di Malaysia yang sudah masuk sejak tahun lalu.

Disampaikan saat acara halal bihalal bersama media (17/5), Group CEO of Kenangan Brands Edward Tirtanata menargetkan dapat membuka sekitar 50 outlet lewat ekspansi baru pada tahun ini jika proses riset dan eksplorasi sudah selesai. Secara keseluruhan, totalnya ada 150 outlet di Asia Tenggara.

“Kita tidak berencana ekspansi ke Eropa, tapi tidak menutup kemungkinan kita lakukan. Kita ingin Kopi Kenangan menjadi global brand. Pertama, kita fokus ekspansi di lima negara di Asia Tenggara, yang pada akhirnya kita akan masuk ke Eropa dan Amerika,” kata Edward.

Tahun lalu, Kopi Kenangan mengawali ekspansi pertamanya di Asia Tenggara dengan membuka sepuluh gerai di Malaysia. Menurut Edward saat itu, ekspansi Malaysia seharusnya ditargetkan dapat terealisasi pada 2020, tetapi tertunda karena pandemi Covid-19.

Persiapan IPO

Edward juga bicara persiapan Kopi Kenangan melantai di bursa saham. Startup coffee chain yang sudah menyandang status unicorn ini tengah fokus melakukan restrukturisasi perusahaan, baik tata kelola hingga urusan legal. Edward menilai, jika melihat pengalaman perusahaan lain, banyak yang menunda IPO karena kurang persiapan.

Perusahaan juga masih melihat kondisi makroekonomi dan pertumbuhan perusahaan sehingga IPO dapat dilakukan di waktu yang tepat dan fundamental sudah mencapai titik yang baik. “Restrukturisasi perusahaan saat ini sudah on the way. Harusnya akhir tahun ini sudah selesai semua persiapan tersebut. Namun, kapan waktu kita untuk IPO masih belum kita pastikan,” tuturnya.

Perusahaan juga belum memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan lanjutan tahun ini. Pendanaan terakhir yang mereka peroleh adalah, pendanaan seri C senilai $96 juta atau setara Rp1,3 triliun tahun 2021 lalu.

Sebagai informasi, pada 2020, Kenangan Brands mulai merambah ke kategori makanan seperti roti dan soft-baked cookies, dan juga Chigo x Flip yang menyajikan makanan gurih, seperti fried chicken dan burger. Pada 2022, perusahaan masuk ke pasar FMCG melalui peluncuran produk siap minum Kopi Kenangan Hanya Untukmu.

Menjadi perusahaan F&B berkelanjutan

Lebih lanjut, Kenangan Brands juga ingin mendukung prinsip Environment, Social, dan Governance (ESG). Pihaknya menyadari bahwa perusahaan yang berkelanjutan harus sehat secara finansial sehingga dapat mendukung ESG. Maka itu, Kenangan Brands memiliki target untuk menjadi perusahaan sustainable sekaligus profitable pada 2030.

Beberapa strategi, seperti ekspansi gerai, inovasi produk, hingga
pemasaran yang intensif telah dilakukan untuk menjalankan bisnis yang sehat dan membangun profitabilitas. Termasuk juga menerapkan eco-friendly operations dengan fokus utama untuk mencapai zero waste tolandfill.

Saat ini, Kenangan Brands telah menjalin kemitraan dengan pelaku UMKM hingga startup yang memiliki layanan dan produk berdampak kepada lingkungan. Mulai dari melancarkan proses daur ulang bermitra dengan Octopus hingga startup cleantech yang menawarkan jasa pengelolaan sampah, termasuk di dalamnya pengumpulan, pemilahan, serta daur ulang, yaitu Rekosistem.

“Kami sangat terbuka untuk membuka kolaborasi dengan pihak terkait. Kita membuka kesempatan kerja sama dengan UMKM hingga startup yang memiliki layanan dan produk berdampak pada lingkungan.” Tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

Telah Terhubung, Kini Bisa Transaksi dengan QRIS di Malaysia

Bank Indonesia (BI) dan Bank Negara Malaysia (BNM) meresmikan kerja sama strategis untuk interkoneksi pembayaran lintas negara (cross border) dengan menggunakan QR Code.

Peluncuran ini merupakan tindak lanjut dari fase uji coba yang sukses dilakukan sejak 27 Januari 2022 untuk mendorong interkoneksi pembayaran. Sebelumnya, pembayaran lintas negara sudah diimplementasi di Thailand pada tahun lalu.

Kerja sama bilateral ini melibatkan sejumlah lembaga keuangan di masing-masing negara. Masyarakat Indonesia yang berkunjung ke Malaysia dapat memindai QR Cross Border atau DuitNow QR Code, baik di merchant ofline maupun online. Saat ini, DANA menjadi platform dompet digital pertama untuk bisa bertransaksi dengan QR Indonesian Standard (QRIS) di Malaysia.

“Kerja sama ini akan memberikan lebih banyak pilihan bagi pengguna layanan transaksi pembayaran lintas batas sekaligus kunci untuk meningkatkan efisiensi, mendorong inklusi ekonomi dan keuangan digital di kawasan, serta mendukung stabilitas makroekonomi dengan mendorong penggunaan mata uang lokal secara lebih luas untuk transaksi bilateral dalam ‘Kerangka Transaksi Mata Uang Lokal’,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.

Diketahui, QR Code semakin banyak diterapkan dalam transaksi lintas batas sehingga memungkinkan bisnis dan individu mengirim dan menerima pembayaran. Agenda standardisasi pembayaran lintas negara melalui interkoneksi QR Code antarnegara merupakan salah satu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia 2022 dan Pertemuan Gubernur Bank Sentral ASEAN pada April 2022.

Seiring perkembangan teknologi, QR Code kemungkinan akan memainkan peran yang semakin signifikan dalam lanskap pembayaran global. QR Code diyakini menjadi alat yang ampuh dalam merevolusi transaksi lintas batas dengan kemampuannya menyederhanakan pembayaran, mengurangi biaya, meningkatkan keamanan, dan meningkatkan aksesibilitas.

“Guna memberikan pengalaman bertransaksi digital yang optimal di negara-negara penyelenggara QR Cross Border, kami akan senantiasa membekali dompet digital DANA dengan teknologi yang aman dan tepercaya,” kata Co-Founder & CEO DANA Indonesia Vince Iswara dalam keterangan resminya.

Ia mengungkap partisipasi DANA dalam mendorong adopsi QRIS, misalnya proses onboarding mitra. Sejak diluncurkan pada Desember 2018, DANA kini telah menjangkau lebih dari 130 juta pengguna di Indonesia. DANA juga telah dipercaya oleh lebih dari 24,9 juta merchant yang tergabung dalam jaringan QRIS nasional, termasuk 500.000 UMKM mitra DANA Bisnis.

Dorong adopsi QRIS

Berdasarkan laporan terakhir, BI juga tengah memperluas kerja sama implementasi QR Cross Border dengan bank sentral di Singapura dan Jepang yang kini tengah dalan proses pengembangan/inisiasi.

Penyedia jasa keuangan di Indonesia yang telah berpartisipasi, baik sebagai issuer maupun acquirer, untuk pembayaran lintas negara adalah PermataBank, LinkAja, Ottocash,  OVO, DOKU, Bank Mandiri, ShopeePay.

BI mencatat jumlah pengguna QRIS di Indonesia mencapai 28,75 juta pengguna hingga Desember 2022, atau bertambah 15,95 juta dibandingkan 2021. Total merchant yang telah memakai QRIS ada sebanyak 22,7 juta. Tahun ini, BI menargetkan sebanyak 45 juta pengguna dengan satu miliar volume transaksi.

Omnichannel Semakin Populer Dorong Pemasyarakatan Beauty Tech

Pandemi mempercepat pertumbuhan industri beauty tech, termasuk di Indonesia. Salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan platform beauty tech di Indonesia adalah penutupan toko dan salon kecantikan (gerai fisik) selama masa social distancing.

Brand D2C (direct-to-consumer) semakin marak. Model D2C populer karena memungkinkan brand menjual produk langsung ke konsumen melalui saluran sendiri maupun platform pihak ketiga. Mereka memotong perantara dan

Menurut data Tokopedia, kategori kecantikan menjadi salah satu kategori dengan peningkatan jumlah transaksi paling tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya di periode Januari-Maret 2023.

Di tahun 2023, pandemi melandai. DailySocial.id mencoba melihat bagaimana strategi omnichannel, kehadiran secara online dan offline/gerai fisik, dihadirkan para pemain beauty tech.

D2C semakin populer

Menurut President & CEO PT Social Bella Indonesia Christopher Madiam, dibandingkan produk kecantikan konvensional, startup kecantikan/marketplace D2C cenderung memiliki pendekatan yang lebih customer-centric approach, dengan fokus pada memberikan pengalaman belanja yang personal dan seamless.

Perusahaan seperti ini memanfaatkan kehadiran media sosial dan saluran pemasaran digital lainnya untuk membangun kesadaran terhadap brand dan mencapai audiens target mereka. Di sisi lain, brand kecantikan konvensional biasanya mengandalkan metode pemasaran yang lebih tradisional, seperti iklan cetak dan TV.

Selama perjalanan bisnis, Sociolla mengklaim telah mempelajari pentingnya beradaptasi dengan perilaku digital yang terus berkembang.

“Di Sociolla, kami mengutamakan pemahaman terhadap pelanggan kami dan preferensi mereka. Kami tahu bahwa menjaga fleksibilitas dan fokus pada kebutuhan konsumen serta merespons dengan cepat perubahan di pasar sangat penting. Pendekatan kami selalu mengutamakan pengalaman pelanggan, memungkinkan kami untuk membangun loyalitas pelanggan dan mencapai pertumbuhan bisnis,” kata Christopher.

Menurut Founding dan Managing Partner Creative Gorilla Capital Benz  Budiman, segmen beauty tech menjadi bisnis yang menjanjikan. Hal ini terlihat dari besarnya penjualan dan pemasaran yang dilakukan oleh para pemain memanfaatkan berbagai platform media sosial.

“Namun demikian saat ini beauty industry juga sangat kompetitif dan sangat tersaturasi. Karena semua orang ingin melakukan hal tersebut, mereka yang bisa bermain dan bertahan di industri ini adalah, pemain yang harus bisa menjalin kolaborasi dengan pemain yang sudah established di industri tersebut,” kata Benz.

Kehadiran omnichannel memberi dampak

Industri kecantikan adalah pasar yang sangat kompetitif, dan pelanggan memiliki banyak pilihan. Dengan pertumbuhan layanan marketplace dan mobile shopping, pelanggan berharap memiliki akses ke produk dan informasi kapan saja, di mana saja, dan di perangkat apa saja.

Menurut data Riverty, pelanggan generasi muda lebih memilih memesan produk kecantikan secara online. 71% responden disebutkan membeli melalui perangkat mobile.

Preferensi baru ini memberikan kelonggaran bagi startup dan brand untuk memanfaatkan keunggulan kompetitif mereka: kemampuan memanfaatkan data untuk memberikan pelanggan apa yang mereka inginkan dengan cepat.

Perwakilan East Ventures mengatakan, “Kami melihat penerapan strategi omnichannel ini melibatkan integrasi antara toko fisik dan toko online, yang tentunya memerlukan manajemen operasional yang baik. Hal ini meliputi manajemen stok barang, distribusi, metode pembayaran, dan penerapan teknologi serta pengelolaan data yang baik. Penerapan strategi omnichannel juga menerima respon yang sangat baik di Indonesia. Kami melihat perkembangan positif dari sisi portofolio kami, Sociolla, yang telah memiliki 50 toko di 30 kota.”

Amir Karimuddin berkontribusi untuk penulisan artikel ini