MyRobin Mudahkan Perusahaan Mengelola Pekerja Kerah Biru

Besarnya permintaan pekerja kerah biru (blue collar) di Indonesia ternyata tidak dibarengi dengan manajemen dan platform digital yang relevan untuk keperluan bisnis. Melihat peluang tersebut, platform MyRobin mencoba untuk memberikan solusi kepada pelaku bisnis, dalam hal merekrut tenaga kerja dari kalangan tersebut.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO MyRobin Siddharth Kumar mengungkapkan, hingga saat ini masih banyak perusahaan yang kesulitan merekrut pekerja kerah biru. Ketika lowongan pekerjaan dibuka, kebanyakan para perusahaan tersebut merasa kewalahan ketika harus menyaring kandidat yang tepat.

“Dalam hal ini misalnya saat membuka sebuah lowongan kerja, mereka akan mendapatkan ratusan CV kertas, serta sulit untuk menilai kemampuan pekerja. Lalu pekerja yang diharapkan untuk hadir wawancara juga tidak datang. Di saat acara tertentu seperti Harbolnas dan Lebaran, mereka membutuhkan pekerja dalam jumlah yang sangat banyak. Selain itu turn-over rate juga sangat tinggi.”

Hingga kini masih banyak pekerja yang tidak dibayar dengan adil, tidak memiliki asuransi, dan juga ditipu oleh pihak outsourcing bodong. Melihat permasalahan tersebut, MyRobin kemudian mencoba untuk mempelajari bagaimana negara seperti India dan Tiongkok menyelesaikan masalah tersebut. MyRobin hadir untuk menyediakan tenaga kerja berkualitas at scale dan memberikan berbagai benefit yang menunjang kinerja mereka.

“Model bisnis dan strategi monetisasi yang kami lancarkan adalah menagih perusahaan management fee. Dihitung di atas total biaya tenaga kerja. Tidak ada yang dipotong dari upah mitra kami,” kata Siddharth.

Saat ini MyRobin telah memiliki komunitas pekerja yang berjumlah sekitar 2,4 juta orang yang tersebar di 100 kota di Indonesia. Mereka mencatat, 95% di antaranya berada dalam grup usia 18-35 tahun dan lulusan SMA/SMK serta pekerja yang memiliki skill. Secara keseluruhan sudah lebih dari 100 perusahaan yang telah dilayani oleh MyRobin.

Siapkan penggalangan dana

Saat ini MyRobin telah menerima pendanaan dari beberapa investor, di antaranya Antler, SOSV, Prasetia Dwidharma, dan beberapa angel investor. Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, saat ini MyRobin tengah melakukan pengalangan dana untuk tahap selanjutnya.

“Untuk tetap efisien di era new normal, perusahaan membutuhkan fleksibilitas. Kami telah membantu ribuan pekerja mendapatkan pekerja di saat pandemi ini. Tim kami mengalami pertumbuhan hingga 5x saat pandemi ini,” kata Siddharth.

Saat ini mereka telah melayani bisnis di kota tier 1 dan 2 seperti Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Medan dan beberapa kota lainnya di Kalimantan, Sumatera dan Pulau Jawa. MyRobin juga ingin terus memperluas wilayah layanan mereka secara pesat hingga ke kota-kota yang lebih kecil.

Flexible workforce saat ini menjadi tren yang populer di Asia Tenggara. Pandemi semakin mempercepat proses perusahaan mengadopsi hal ini,” kata Siddharth.

Selain MyRobin, platform serupa yang juga menyasar pekerja kerah biru di antaranya adalah Sampingan, Job2Go, Heikaku, Workmate, BigAgent, dan AdaKerja. Kecenderungan segmen ini dipenuhi kalangan low skill worker, orang-orang yang memiliki kompetensi minim – umumnya disebabkan karena akses ke pendidikan yang kurang baik. Menurut data BPS, per tahun 2019 kalangan low skill worker mendominasi sektor informal dengan angka 57,27%.

Hadirnya platform digital juga berusaha menghadirkan disrupsi di siklus ketenagakerjaan kerah biru. Adanya platform seperti marketplace memungkinkan pemberi pekerjaan terhubung langsung dengan para calon pekerja, karena sejauh ini masih banyak ditemui agen atau biro penyalur tenaga kerja di segmen ini.

Perluas Segmentasi Bisnis, IDN Media Segera Luncurkan Kanal “Fortune Indonesia”

Melihat masih minimnya jumlah pengguna dari segmen bisnis, IDN Media yang selama ini ingin menjadi one stop media platform dan bertujuan membangun ekosistem yang lengkap, segera meluncurkan “Fortune Indonesia”. Rencananya kanal baru tersebut akan resmi dirilis pada kuartal ketiga tahun ini.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO IDN Media Winston Utomo mengungkapkan, Fortune Indonesia diharapkan bisa menjangkau segmentasi umum yang tertarik untuk mengetahui lebih lanjut perkembangan informasi dalam kategori bisnis seperti pasar, ekonomi, teknologi, syariah, dan beberapa lainnya.

“Bicara soal target umur cukup beragam, karena kita ingin menargetkan mereka yang masuk dalam kategori seperti eksekutif, decision maker, termasuk aspiring leader atau aspiring profesional.”

Didirikan pertama kali di New York pada tahun 1929, Fortune merupakan media bisnis terkemuka di dunia yang berfokus pada majalah, situs web, dan seri konferensi. Sejak pertama kali didirikan, Fortune dinilai berhasil mempertahankan kualitas, akurasi, dan transparansi dalam setiap penyampaian informasinya. Untuk Fortune Indonesia nantinya pengguna bisa menikmati konten tersebut dalam platform digital, majalah, dan juga ragam agenda acara.

“Nantinya kita akan menempatkan dedicated team dari IDN Media yang bertanggung jawab untuk mengelola semua konten dan kegiatan yang ada,” kata Winston.

Fortune Indonesia juga akan menciptakan kategori peringkatnya sendiri. Kategori tersebut terinspirasi dari Fortune Rankings yang sudah melegenda, seperti Fortune 500, World’s 50 Greatest Leaders, Fortune 40 under 40, 100 Best Companies to Work for, 100 Fastest Growing Companies, Most Powerful Woman, dan masih banyak lagi.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis IDN Media

Terkait vertikal bisnis IDN Media lainnya seperti IDN Programmatic OOH, IDN App, dan IDN Pictures, menurut Winston masih terus tumbuh namun mengalami hambatan selama pandemi. Masing-masing bisnis masih terus berjalan, namun memiliki fokus dan perkembangan yang cukup bervariasi.

“Untuk IDN Pictures sendiri saat ini kami masih terus memproduksi film, namun karena pandemi kami mengalami kendala untuk jadwal rilisnya,” kata Winston.

Namun karena memiliki dua model bisnis, untuk branded content di IDN Pictures diklaim terus mendapatkan demand yang cukup tinggi terutama dari kalangan advertiser. Sementara untuk IDN Programmatic OOH, pandemi juga menghambat pertumbuhan layanan tersebut dan masih jauh dari ekspektasi perusahaan. Untuk itu perusahaan memutuskan untuk fokus kepada pengembangan produk dan teknologi.

“Setelah meluncurkan Fortune Indonesia kita belum memiliki rencana untuk meluncurkan produk atau layanan lainnya dalam waktu dekat. Fokus kami masih ingin membesarkan pertumbuhan IDN App,” tutup Winston.

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Awal, Gotrade Ingin Permudah Masyarakat Berinvestasi di Saham Perusahaan Amerika Serikat

Platform investasi saham berbasis di Singapura, Gotrade, telah mengumpulkan $7 juta atau setara 101 miliar Rupiah pendanaan dalam putaran seed yang dipimpin oleh LocalGlobe. Turut terlibat Social Leverage, Picus Capital, dan Raptor Group, serta angel investor yang terkait dari petinggi GoCardless, Skyscanner, Morgan Stanley, Deutsche Bank, dan Rapyd.

Pendanaan awal ini rencananya akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan bisnis dan pengembangan produk lebih lanjut, termasuk fokus kepada edukasi pengguna.

“Pasar Amerika Serikat (AS) adalah salah satu penghasil kekayaan terbesar dalam sejarah, tetapi akses ke sana untuk pengguna di luar AS terbilang sulit karena banyaknya hambatan yang kerap ditemui pengguna secara global,” Founder Gotrade Rohit Mulani.

Pendanaan tersebut diterima setelah Gotrade diluncurkan dan hanya bisa digunakan melalui undangan (by invitation only), menghasilkan 20% pertumbuhan dari minggu ke minggu. Lebih dari 100 ribu  pengguna telah mendaftar dalam 13 minggu sejak aplikasi diluncurkan dan diperkenalkan melalui proses word-of-mouth dan referensi pelanggan.

“Berinvestasi di pasar saham seharusnya tidak diperuntukkan bagi mereka kalangan menengah ke atas saja. Kalangan milenial hingga gen Z yang memahami dunia digital lebih dari siapa pun memiliki kesempatan untuk berinvestasi di beberapa perusahaan dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Gotrade membuka Wall Street bagi pengguna kesempatan untuk memiliki saham,” kata Co-founder GoCardless dan CEO Nested Matt Robinson.

Pengguna di Indonesia selain dengan Gotrade, juga bisa berinvestasi ke saham perusahaan AS lewat platform lokal Pluang, hanya saja baru terbatas S&P 500. Sementara beberapa aplikasi lain [dari luar negeri] yang juga cukup populer seperti eToro dan Passfolio.

Tawarkan kemudahan proses trading

Didirikan tahun 2019 lalu oleh David Grant, Norman Wanto, dan Rohit Mulani, Gotrade menawarkan pengguna global akses ke kepemilikan perusahaan-perusahaan asal Amerika Serikat, dengan menghilangkan batasan geografis untuk investasi, dengan tidak memungut komisi dan menghapus ukuran setoran minimum. Pengguna dari 150 negara dapat membeli saham pecahan di Dow Jones, S&P 500, dan NASDAQ mulai dari $1.

Transaksi berlangsung secara seamless dan real time, meskipun perdagangan hanya dilakukan ketika pasar AS dibuka. Semua fractional shares ditampilkan di halaman portofolio pengguna, tempat mereka dapat melacak kinerja, menambahkan perusahaan ke Wish List, dan menjual saham yang tidak ingin lagi mereka miliki. Ketika dividen pada share dibayar, secara otomatis akan masuk ke akun pengguna.

Aplikasi Gotrade dirancang khusus untuk membuat perdagangan lebih menarik dan mudah digunakan dengan menu dan layar yang diciptakan untuk pelanggan milenial dan pengguna tech savvy dari segala usia. Untuk meningkatkan keamanan pengguna, Gotrade hanya bisa digunakan dengan akun uang tunai yang didanai penuh tanpa fasilitas margin.

Tanpa membebankan biaya komisi, Gotrade mengumpulkan sedikit biaya pada pertukaran mata uang dari deposito, dan pendapatan bunga yang dihasilkan dari uang tunai. Saat ini aplikasi bisa diakses secara gratis, tapi ke depannya Gotrade berencana untuk menambahkan pilihan berlangganan berbayar premium kepada pengguna.

“Kami telah menghilangkan hambatan tersebut dengan pecahan saham, tidak ada komisi, hak kepemilikan, inactivity atau biaya dividen dan pengalaman pengguna yang intuitif. Misi kami adalah membuat investasi dapat diakses oleh siapa saja,” kata Rohit.

Application Information Will Show Up Here

Qiscus Gencar Memperluas Kemitraan dan Merilis Produk Baru

Bertujuan untuk memberikan layanan yang bisa mendukung bisnis, penyedia platform multichannel chat Qiscus tahun ini berencana untuk menambah sejumlah kemitraan dengan berbagai platform teknologi.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Qiscus Delta Purna Widyangga mengungkapkan, hingga saat ini pihaknya telah melayani sekitar 1000 klien termasuk BlueBird Group, Ruangguru, MayBank, Telkom Indonesia, Qlue, Halodoc, dan lain-lain. Sebelumnya tahun 2019 lalu, Qiscus juga telah menjalin kolaborasi dengan Bukalapak menghadirkan fitur chat ke jutaan penggunanya.

Pandemi yang banyak berdampak pada bisnis juga dimanfaatkan sebagai momentum yang tepat untuk meningkatkan penetrasi layanan. Terbukti, banyaknya transformasi digital yang dilakukan pemilik bisnis berhasil membawa teknologi Qiscus diadopsi di 18 negara dengan total pengguna lebih dari 25 juta orang.

“Qiscus juga memiliki kontribusi yang cukup nyata bagi bisnis yang mengalami pergeseran kegiatannya menjadi online. Salah satunya dengan mengoptimalkan layanan komunikasi berbagai bisnis dengan pelanggannya melalui solusi kami,” kata Delta.

Tahun ini ada sejumlah target yang ingin dicapai, di antaranya mengadakan launch event yang sekaligus menjadi kegiatan tahunan pertama “Qiscus: Conversa 1.0”. Melalui kegiatan ini diharapkan bisa lebih mengenalkan layanan Qiscus serta meluncurkan produk dan fitur terbaru.

Qiscus berdiri di Singapura sejak 2013 dengan kantor pusat di Jakarta, serta pusat pengembangan riset dan teknologi di Yogyakarta. Produk Qiscus  memberikan solusi komprehensif untuk customer service chat dengan menggunakan multiple channels dan Chat SDK untuk membangun fitur chat yang scalable dan reliable.

Meluncurkan WhatsApp Business API

Dashboard Multichannel Chat / Qiscus
Dashboard Multichannel Chat / Qiscus

Teranyar, Qiscus meluncurkan layanan integrasi Instagram Messaging API lewat solusinya. Integrasi tersebut memungkinkan pengguna mengakses Direct Message (DM) Instagram dan berbagai platform messaging lainnya melalui satu dasbor saja. Peluncuran ini diumumkan Qiscus seiring telah dirilisnya fase satu Instagram Messaging API secara global oleh Facebook.

Peran signifikan Instagram dalam menghubungkan bisnis dengan konsumen terus mengatrol jumlah akun bisnis di platformnya dari tahun ke tahun. Per tahun ini, Instagram menyebutkan terdapat lebih dari 200 juta akun bisnis terdaftar di kanalnya. Dari sisi respons pengguna individu, anak perusahaan Facebook ini mengklaim 90% dari penggunanya setidaknya mengikuti satu akun bisnis lewat Instagram mereka.

“Kita ingin menyediakan ekosistem WhatsApp Business API terbaik di Indonesia dengan menggandeng bermacam partner dan juga menyediakan fitur-fitur penunjang layanan customer experience (CX) terbaik,” kata Delta.

Lebih lanjut Delta menuturkan, pengelolaan pesan konsumen lewat satu dasbor terintegrasi akan mengefisienkan pekerjaan serta mempersingkat waktu yang dibutuhkan oleh agen customer service (CS) untuk merespons pesan konsumen. Nantinya mereka tidak lagi perlu berpindah-pindah dari satu laman ke laman lainnya untuk mengakses beberapa aplikasi messaging. Dari sisi konsumen, pesan mereka yang direspons lebih cepat akan menciptakan CX yang menyenangkan.

Ke depannya Qicus juga berencana untuk meluncurkan Contact Page di multichannel chat yang terintegrasi dengan CRM. Cara tersebut akan memudahkan grouping pada pelanggan, sehingga bisnis bisa mengirimkan broadcast message yang berbeda di setiap grup.

“Dalam jangka yang lebih panjang, Qiscus juga berencana untuk meluncurkan Chatbot Dashboard yang dapat mengintegrasikan berbagai chatbot ke dalam Qiscus multichannel chat,” tutup Delta.

Fokus Kembangkan Teknologi Pembelajaran Bahasa Asing, LingoTalk Galang Pendanaan Pre-Seed

Besarnya potensi untuk mengembangkan sektor edutech banyak dimanfaatkan oleh penggiat startup untuk kemudian meluncurkan platform pembelajaran berbasis teknologi. Tak terkecuali oleh LingoTalk, yang hadir menyediakan opsi belajar bahasa asing.

Kepada DailySocial, CEO LingoTalk Andre Benito mengungkapkan, LingoTalk hadir untuk memberikan pilihan belajar bahasa asing secara personal dan efisien. Dengan demikian, bagi pengguna yang ingin menambah wawasan dan kemampuan bahasa asing mereka, bisa melihat secara langsung sejauh mana kapabilitas dan penyerapan pembelajaran selama menggunakan aplikasi tersebut.

“Mimpi besar kami adalah bisa membuat suatu kurikulum yang efisien dengan mengurangi waktu belajar dimulai dari bahasa asing. Mengedepankan teknologi, LingoTalk juga ingin mengadopsi artificial intelligence ke dalam platform,” kata Andre.

Untuk bisa mengembangkan teknologi lebih advance, saat ini LingoTalk sedang menjajaki penggalangan dana untuk tahap pre-seed. Sebelumnya mereka telah mengantongi investasi dari angel investor. Jika dana segar bisa diperoleh dalam waktu dekat, perusahaan ingin fokus kepada product development, merekrut lebih banyak tim engineer, dan mengembangkan sistem rekomendasi.

“Kami menyediakan platform pembelajaran yang akan membuat pengguna semakin nyaman dalam mengakses materi dan belajar bahasa asing di LingoTalk, karena yang menjadi kunci utama bagi kami adalah efisiensi pembelajaran dan personalisasi materi sesuai kebutuhan dengan menggunakan teknologi mutakhir,” kata Andre.

Setelah berhasil membangun LingoTalk aplikasi web di bulan Agustus 2020 lalu, kini mereka memperkenalkan aplikasi LingoTalk Mobile Learning kepada pengguna. Dengan konsep berlangganan yang rencananya akan diluncurkan Q3 tahun ini, nantinya pengguna dengan mudah bisa melanjutkan pilihan paket yang diinginkan secara langsung. Pilihan yang ditawarkan oleh Lingotalk saat ini adalah Pay Per Package.

“Dengan menawarkan konsep subscription kita juga bisa mempertahankan retention dan tentunya mempermudah proses kepada pengguna. Saat ini perjanjian yang kami tawarkan dengan para tutor freelance dan in-house adalah negosiasi dari awal rate mereka,” kata Andre.

Teknologi AI dan kolaborasi

Saat ini LingoTalk menyediakan layanan pembelajaran 10 bahasa internasional berbasis one-on-one, kelas intens, dan kurikulum bahasa yang terpersonalisasi. Mereka telah memiliki lebih dari 10000 pengguna aktif di seluruh Indonesia dengan spesifikasi berbagai usia mulai dari anak, remaja, hingga dewasa.

Meskipun saat ini sudah ada beberapa platform digital yang menawarkan pembelajaran bahasa asing di Indonesia, LingoTalk mengklaim memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan platform serupa lainnya. Salah satunya adalah menerapkan teknologi artificial intelligence ke dalam platform.

Sejak awal LingoTalk dibangun dengan mengembangkan aset yang ada, namun fokus perusahaan ke depannya adalah mengembangkan teknologi. LingoTalk juga ingin memberikan rekomendasi yang lebih personal dan relevan kepada pengguna.

“Kita akan terus mengikuti perkembangan teknologi, awalnya memang masih memanfaatkan tutor, namun kedepannya jika sudah memiliki satu juta pengguna, kami bisa mengembangkan teknologi yang relevan. Misalnya dengan memanfaatkan AI coach, dan bisa lebih fokus kepada spesifik rekomendasi di setiap bahasa yang kami tawarkan,” kata Andre.

Saat ini LingoTalk telah menjalin kolaborasi dengan platform terkait seperti Kiddo. Salah satu potensi yang tengah dikembangkan oleh LingoTalk adalah dengan menawarkan pembelajaran bahasa asing untuk anak.

“Untuk target pengguna saat ini kita cukup beragam. Mulai dari mahasiswa yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri hingga profesional muda. Namun ke depannya segmentasi untuk anak akan kami kembangkan memanfaatkan tren FOMO (fear of missing out) di kalangan orang tua,” kata Andre.

Application Information Will Show Up Here

Dihantam Pandemi, Adopsi Aplikasi Fintech di Indonesia Masih Terus Bertumbuh

Penggunaan layanan fintech dan digital banking mengalami pertumbuhan pesat sepanjang tahun 2020 hingga saat ini. Salah satunya dibuktikan dalam riset yang dilakukan AppsFlyer. Dalam laporan berjudul “The State of Finance App Marketing 2021” disebutkan, aplikasi-aplikasi tersebut memainkan peranan kunci di negara berkembang seperti Indonesia. Salah satunya ditengarai masih banyak orang yang masuk dalam kategori unbanked atau underbanked.

Meskipun permintaan secara global menurun selama masa lockdown pertama, akibat aktivitas keuangan menurun dan ketidakpastian meningkat, penggunaan aplikasi finansial kembali bertumbuh pada Q2 tahun 2020. Pada Q1 2021, akselerasi digital yang makin meningkat telah mempercepat adopsi aplikasi pembayaran, investasi, dan perbankan.

Kategori layanan finansial lainnya yang menjadi sorotan AppsFlyer adalah aplikasi bank digital, bank tradisional, layanan finansial, pinjaman, hingga investasi; termasuk di dalamnya perdagangan, kripto, pasar saham, serta instrumen lainnya. Secara keseluruhan ada 2,7 miliar unduhan aplikasi finansial di kawasan Asia Pasifik antara Q1 2019 hingga Q2 2021.

Dalam laporan tersebut juga terungkap bahwa banyak perusahaan finansial yang kemudian meningkatkan upaya untuk mengarahkan lebih banyak trafik ke aplikasi, menggunakan kombinasi aktivitas akuisisi pengguna dan remarketing.

Sementara itu juga tercatat secara global pemasangan aplikasi perbankan digital meningkat hampir 45% antara Q1 2020 dan Q1 2021, dan terus mengalami peningkatan saat pandemi. Sementara instalasi aplikasi layanan keuangan dan perbankan tradisional hanya naik 15% dalam jangka waktu yang sama. Namun, bank tradisional menambah kecepatan dengan kenaikan pemasangan aplikasi sebesar 22% pada Q1 2021.

Indonesia dan popularitas aplikasi finansial

Terdapat 3 negara yang mengalami pertumbuhan paling pesat terkait dengan penggunaan aplikasi finansial. Di antaranya adalah India sebagai negara peringkat pertama, disusul oleh Brazil dan Indonesia yang berada dalam peringkat kedua dan ketiga.

Dari data yang dihimpun, aktivitas penggunaan aplikasi finansial sempat menurun di periode Q2 2020 di Indonesia. Hal ini ditengarai adanya hambatan di iklim perekonomian akibat pandemi. Secara YoY turun mencapai 40%. Namun demikian berangsur naik dari waktu ke waktu seiring kondisi pasar dan perekonomian yang mulai membaik.

Para pengguna umumnya mengunduh aplikasi mobile payment dan aplikasi pinjaman. Dua kategori besar ini berkontribusi besar terhadap jumlah total unduhan.

Namun secara keseluruhan, laporan AppsFlyer membagi beberapa kategori aplikasi finansial yang banyak diunduh pengguna di tanah air, di antaranya adalah aplikasi dari bank tradisional (13,9%), kemudian layanan finansial (40,9%), pinjaman (35,7%), dan investasi (9,5%).

Pandemi juga mendorong pertumbuhan jumlah pengguna baru. Di Indonesia pertumbuhannya mencapai 20% jika melihat kondisi di Q1 2020 dan Q1 2021.

“Sektor fintech telah beradaptasi secara drastis pada berbagai perubahan lingkungan dan mengakselerasi transformasi digital, terutama di negara-negara berkembang, di mana sangat banyak masyarakat yang belum punya rekening bank dan tidak memiliki akses ke perbankan,” kata Senior Customer Success Manager APAC AppsFlyer Luthfi Anshari.

Gambar Header: Depositphotos.com

Mekari’s CEO, Suwandi Soh Talks About His Venture to Build Sustainable Business

Since the rebranding into Mekari in 2019, the SaaS platform that is focused on increasing employee and business productivity has become one of a few profit-oriented technology platform which is not provoked by the “burn money” scheme.

The pandemic that has accelerated technology adoption at various scales has triggered Mekari’s rapid growth. The company expanded its product line by acquiring the CRM service developer platform Qontak last month.

Mekari’s CEO, Suwandi Soh, who participated as the mentor for the online incubator program DSLaunchpad Ultra 2021, revealed that the rapid growth of the SaaS platform provides motivation for companies to develop sustainable businesses.

Mekari is also listed in the centaur list with a valuation exceeded $100 million.

Inspiring journey

Suwandi Soh introducing Sleekr

In the early days before Mekari, Suwandi said that he had worked in several companies and noticed that many are still relied on conventional methods to monitor various types of data in terms of employee management. Manual recording and the use of spreadsheets make the process inflexible and less accurate.

He perceived the current condition and the huge opportunity for technology to solve this, Suwandi then began to introduce the HR management business model using software-as-a-service (SaaS).

“Previously I noticed there are many platforms that offered relevant technology to businesses to manage their employee and business management. However, most of them offer quite expensive prices and usually available for large companies. There are many small to medium-sized companies have not utilized that kind of software,” Suwandi said.

Entering the year of 2014-2015, services began to appear that offer SaaS for all. Suwandi used this momentum to introduce his products. This goes along the increasing penetration of the internet among the public.

“Starting from Sleekr [before rebranding into Mekari], we see an opportunity to explore further how to handle business needs and complete operations in the company for accounting, HR, also tax management using SaaS,” Suwandi said.

The micro, small, and big enterprises

(ki-ka) Anthony Kosasih - COO Mekari, Suwandi Soh - CEO Mekari, Daniel Witono - CPO Mekari Dalam Acara Pengumuman Konsolidasi Mekari 2019 / Mekari
(left to right) Anthony Kosasih – Mekari’s COO, Suwandi Soh – Mekari’s CEO, Daniel Witono – Mekari’s CPO in Mekari’s consolidation event 2019 / Mekari

Indonesia is a Southeast Asian country with the largest number of MSME players. Based on the Ministry of Cooperatives, Small and Medium Enterprises (KUKM) data in 2018, there are 64.2 million MSMEs that absorbs around 117 million workers or 97% of the national workforce. MSMEs contribution to the national economy (GDP) has reached 61.1%.

“It is said that Indonesia will become the 4th global country in terms of GDP in 2030. Indonesia should be able to grow bigger and become a world economic power. Now is the right time to invest and grow in Indonesia,” Suwandi added.

In terms of business segmentation, Suwandi notices a slight difference defined by Mekari. When talking about MSMEs, there are many who still consider warungs or small businesses that are run independently are MSMEs .He mentioned 5 structures related to this matter, micro, very small, small, medium and large. With the slight difference, he claims to still adhere the same perception as defined by the government using 4 structures (micro, small, medium and large businesses).

“The pandemic has shifted most of the business. Not only big, but also small [businesses] are starting to adopt SaaS technology. There are also those who are leveraging the cloud to make online collaboration easier with dispersed teams,” he said .

Mekari prioritizes software that provides value for business. These values ​​are what Mekari offers for helping businesses increase productivity, business development, and accelerate business.

Currently the business model is a fully paid subscription. However, Mekari does not limited to free subscription with paid options for additional features.

The future of SaaS

Mekari University
Mekari University’s interface, with various courses of productivity software / Mekari

One of the advantages of SaaS startups, Suwandi said, is the benchmark that investors already understand. Venture capitalists and large companies feel comfortable investing in SaaS platforms, such as Mekari, because most of them are also companies included in the category.

“Overseas, the SaaS industry is very mature, in contrast to ride-hailing, which is relatively new. SaaS has a lot of understanding compared to other sectors, therefore, it does not become an obstacle for SaaS startups to later emerge and offer services to target users,” Suwandi said.

The high awareness also makes it easier for Mekari to implement a sustainable and profit-oriented business scheme. When you want to do marketing activities, for example, you will pay close attention to metrics such as LTV/CAC. While there is no definite recipe, it does provide an advantage for the SaaS platform to run a business.

“Speaking of sustainability and profitability, I think both are equally important. It is important for companies to be able to accelerate growth, but on the other hand, they can also earn profits and continue to survive,” Suwandi concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Perkuat Sinergi, Payfazz dan Credibook Luncurkan Aplikasi “Payfazz Buku”

Payfazz didukung oleh Credibook meluncurkan aplikasi Payfazz Buku. Ini merupakan aplikasi pencatatan keuangan digital yang bisa diakses melalui smartphone berbasis Android secara gratis. Layanan dasarnya meliputi pencatatan transaksi, utang dan piutang, serta pembayaran kebutuhan usaha antarbank.

Payfazz Buku juga dilengkapi dengan berbagai fitur lain yang dapat membantu UMKM mengelola keuangan usahanya, seperti: pencatatan penjualan dan stok produk, laporan penjualan, manajemen hutang yang mencakup pencatatan, penagihan, terima pembayaran, hingga kartu nama digital yang mendukung sarana promosi pelaku usaha.

“Payfazz Buku itu hybrid antara software akunting Credibook dan software transaksi Payfazz. Diluncurkan untuk menjangkau segmen pasar bisnis yang lebih luas, bahkan bisnis non warung sekali pun,” kata Co-Founder & CEO Payfazz Hendra Kwik kepada DailySocial.

Saat ini ada lebih dari 250 ribu agen aktif Payfazz yang tersebar di seluruh Indonesia. Pertumbuhan jumlah agen yang bergerak ke arah positif menjadi peluang dalam merangkul lebih banyak UMKM ritel memanfaatkan aplikasi Payfazz Buku demi mempermudah pencatatan keuangan usaha sehari-hari. Aplikasi Payfazz Buku merupakan aplikasi yang terpisah dari Payfazz.

“Sebagai perusahaan rintisan asli Indonesia, kami ingin lebih banyak UMKM go-digital. Lewat Payfazz Buku, kami memfasilitasi pelaku UMKM masuk ke ekosistem digital dengan mudah melalui pencatatan keuangan usaha berbasis digital,” kata Co-Founder & CEO CrediBook Gabriel Frans.

Layanan serupa Payfazz Buku sebenarnya juga berkembang pesat akhir-akhir ini, dengan BukuWarung dan BukuKas sebagai pemimpin pasar — bersaing langsung dengan Credibook. Selian itu juga ada startup lokal lainnya yang mengembangkan aplikasi serupa, mulai dari Moodah, Lababook, Temanbisnis, hingga Akuntansiku.

Sinergi berkelanjutan Payfazz dan Credibook

Sebagai platform yang mengoperasikan jaringan agen keuangan digital di Indonesia untuk mendistribusikan layanan keuangan, Payfazz telah meluncurkan beberapa produk yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku UMKM. Salah satunya adalah Warung Online, memungkinkan pesanan dari pelanggan dapat langsung tercatat di aplikasi Payfazz.

Awal tahun 2021 Payfazz juga dikabarkan telah mengucurkan investasi strategis terhadap startup payment gateway asal Singapura Xfers. Aksi strategis membawa Xfers menjadi bagian dari entitas Fazz Financial Group (FFG) untuk bersama-sama mencapai misi dalam menyediakan inklusi keuangan di seluruh Asia Tenggara. Di bawah Fazz Financial, juga terdapat platform p2p lending Modal Rakyat.

“Kami pilih segmen wholesale dan retail karena UMKM non-pertanian di Indonesia terbanyak bergerak di bidang ini, sekitar 46%, atau ada lebih dari 10 juta pelaku. Jumlahnya besar sekali. Ada potensi ekonomi di sana dan yang terpenting ini sejalan dengan visi kami melakukan pemberdayaan dan digitalisasi pada sebanyak mungkin UMKM,” terang Gabriel.

Application Information Will Show Up Here

Accelerating Asia Tingkatkan Nilai Investasi ke Startup, Kembali Buka Pendaftaran Cohort Kelima

Accelerating Asia, perusahaan modal ventura dan akselerator untuk startup pra-seri A, mengumumkan penambahan keseluruhan jumlah investasinya. Startup kini dapat menerima pendanaan hingga $250.000 (setara Rp 3,5 miliar), naik dari $150.000 (setara Rp 2,1 miliar) pada periode sebelumnya.

“Kami sangat senang melihat traksi yang terbentuk, hasil dan pertumbuhan portofolio startup kami sejauh ini. Dengan meningkatnya minat investor yang mereka terima, ini menjadi penanda awal bahwa model pendanaan akselerasi kami berhasil. Oleh karena itu, kami memutuskan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan jumlah investasi dan menaruh kepercayaan lebih besar pada startup yang mengikuti program kami,” ungkap Co-Founder & General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo.

Sejak 2019, mereka mengklaim berhasil mempercepat pertumbuhan 36 startup pra-seri A unggulan di negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi digital tercepat seperti Indonesia, Singapura, Bangladesh, Vietnam dan India. Hingga kini, portofolio startup Accelerating Asia telah berhasil mengumpulkan $ 27 juta secara kolektif dan 65% di antaranya diperoleh setelah bergabung dengan network Accelerating Asia.

Dari seluruh portofolio, para startup yang menyelesaikan program akselerator unggulan pada tahun 2019 dan 2020 telah berhasil meningkatkan pendapatan bulanan mereka hingga tiga kali lipat, dari USD 9.000 di awal program Accelerating Asia menjadi USD 27.000 di tahun 2021.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa program akselerasi yang banyak diikuti oleh startup. Mulai dari Gojek Xcelerate, Plug & Play Indonesia hingga Google for Startups Accelerator.

Pembukaan Accelerating Asia Cohort Kelima

Setelah sebelumnya mengumumkan 11 startup yang masuk ke dalam cohort keempat, saat ini Accelerating Asia telah membuka cohort 5 dan akan ditutup pada 30 Juni 2021. Selain program akselerator andalannya, Accelerating Asia juga mendukung ekosistem startup melalui Amplify, akselerator virtual 6-module yang memberikan akses startup pada sumber daya terbaik untuk mengembangkan bisnis mereka.

Secara khusus Accelerating Asia menawarkan akses awal dan eksklusif kepada para investor untuk melihat portofolio startup demi memberikan gambaran tentang alur transaksi yang sesuai syarat, hak prorata, serta kesempatan memilih di awal untuk berinvestasi. Pada 2021 dan seterusnya, Accelerating Asia berencana meluncurkan Fund II di paruh kedua di 2021 dan akan terus melakukan pendanaan serta upaya percepatan startup pra-seri A unggulan di Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Ke depannya, perusahaan berencana untuk memperluas kehadiran, mengembangkan jejak yang lebih besar di berbagai pasar melalui perekrutan cohort dan kemitraan dengan pemerintah serta investor. Untuk mendukung ekosistem startup, Accelerating Asia menawarkan program Amplify, sebuah program akselerator virtual dengan enam modul yang memberikan akses bagi startup ke jaringan papan atas untuk menumbuhkan bisnis mereka.

Perjalanan CEO Mekari Suwandi Soh Membangun Bisnis Berkelanjutan

Melakukan rebranding dengan nama Mekari sejak tahun 2019 lalu, platform SaaS yang fokus ke peningkatan produktivitas pegawai dan bisnis ini menjadi sedikit dari platform teknologi yang fokus ke orientasi profit dan tidak terpancing dengan skema “bakar uang”.

Pandemi yang mengakselerasi adopsi teknologi di berbagai skala memicu pertumbuhan Mekari yang semakin pesat. Perusahaan bulan lalu menambah lini produk dengan mengakuisisi platform pengembang layanan CRM Qontak.

Kepada DailySocial, CEO Mekari Suwandi Soh, yang bakal menjadi mentor program inkubator online DSLaunchpad Ultra 2021, mengungkapkan, pesatnya pertumbuhan platform SaaS memberikan motivasi bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnis yang berkelanjutan.

Mekari sendiri saat ini termasuk di jajaran startup dengan valuasi centaur atau lebih dari $100 juta.

Pengalaman yang memberi inspirasi

Suwandi Soh saat memperkenalkan Sleekr

Di masa awal, sebelum membangun Mekari, Suwandi mengatakan dirinya sempat bekerja di sejumlah perusahaan dan melihat masih banyak mereka mengandalkan cara konvensional untuk memantau berbagai jenis data dalam hal manajemen pegawai. Pencatatan secara manual dan penggunaan spreadsheet membuat proses tersebut tidak fleksibel dan kurang akurat.

Melihat kondisi yang ada dan besarnya peluang pemanfaatan teknologi untuk menyelesaikan hal ini, Suwandi kemudian mulai memperkenalkan model bisnis pengelolaan HR memanfaatkan software-as-a-service (SaaS) kepada bisnis.

“Sebelumnya saya melihat memang sudah banyak platform yang menawarkan teknologi yang relevan kepada bisnis untuk mengelola manajemen pegawai dan bisnis mereka. Namun kebanyakan menawarkan harga yang cukup mahal dan hanya digunakan oleh perusahaan besar saja. Masih banyak perusahaan yang masih kecil hingga menengah yang belum memanfaatkan software tersebut,” kata Suwandi.

Memasuki tahun 2014-2015 mulai bermunculan layanan yang menawarkan layanan SaaS ke semua kalangan. Momentum tersebut dimanfaatkan Suwandi memperkenalkan produknya. Hal tersebut bersamaan dengan mulai meningkatnya penetrasi internet di kalangan masyarakat.

“Dimulai dari Sleekr [nama sebelum rebranding menjadi Mekari], kita melihat ada peluang untuk di-explore lebih jauh bagaimana caranya menangani kebutuhan bisnis dan menyelesaikan operasional di perusahaan untuk akuntansi, HR, hingga pengelolaan pajak memanfaatkan SaaS,” kata Suwandi.

Kategori usaha mikro, kecil, dan besar

(ki-ka) Anthony Kosasih - COO Mekari, Suwandi Soh - CEO Mekari, Daniel Witono - CPO Mekari Dalam Acara Pengumuman Konsolidasi Mekari 2019 / Mekari
(ki-ka) Anthony Kosasih – COO Mekari, Suwandi Soh – CEO Mekari, Daniel Witono – CPO Mekari Dalam Acara Pengumuman Konsolidasi Mekari 2019 / Mekari

Indonesia adalah negara Asia Tenggara yang memiliki jumlah pelaku UMKM terbesar. Menurut data Kementerian Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (KUKM) tahun 2018, jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta dengan daya serap tenaga kerja sebanyak 117 juta pekerja atau 97% dari daya serap tenaga kerja nasional. Kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional (PDB) sebesar 61,1%.

“Sudah banyak yang menyebutkan bahwa Indonesia akan menjadi negara ke-4 secara global dari sisi GDP pada tahun 2030 mendatang. Indonesia mestinya bisa tumbuh lebih besar dan menjadi kekuatan ekonomi dunia. Saat ini menjadi waktu yang tepat untuk berinvestasi dan tumbuh di Indonesia,” kata Suwandi.

Dari sisi segmentasi bisnis, Suwandi melihat ada sedikit perbedaan yang didefinisikan Mekari. Ketika berbicara tentang UMKM, masih banyak yang menyebutkan warung atau usaha kecil yang dijalankan secara independen adalah UMKM. Ia melihat ada 5 struktur terkait hal tersebut, yaitu micro, very small, small, medium dan large. Meskipun sedikit berbeda, ia mengklaim masih menganut persepsi yang sama dengan yang didefinisikan pemerintah, yaitu 4 struktur (mikro, usaha kecil, usaha menengah dan besar).

“Pandemi telah mengubah sebagian besar bisnis. Tidak hanya [usaha] besar, tapi juga kecil untuk mulai mengadopsi teknologi SaaS. Ada juga yang memanfaatkan cloud untuk mempermudah kolaborasi online dengan tim yang tersebar,” kata Suwandi.

Mekari mengedepankan software yang memiliki value untuk usaha. Nilai tersebut yang menjadi fokus Mekari membantu bisnis meningkatkan produktivitas, pengembangan bisnis, dan kemudahan menjalankan bisnis.

Saat ini model bisnisnya adalah berlangganan berbayar secara penuh. Meskipun demikian, Mekari tidak menutup peluang pilihan langganan gratis dengan opsi berbayar untuk tambahan fitur bagi penggunanya.

Masa depan SaaS

Mekari University
Tampilan laman Mekari University, berisi beragam kursus penggunaan software produktivitas / Mekari

Salah satu keunggulan startup SaaS, menurut Suwandi, adalah benchmark yang sudah dipahami investor. Kalangan venture capital dan perusahaan besar merasa nyaman berinvestasi di platform SaaS, seperti Mekari, karena kebanyakan dari mereka juga merupakan perusahaan yang masuk di kategori tersebut.

“Di luar negeri sendiri industri SaaS sudah sangat mature, berbeda dengan ride hailing yang masih tergolong baru. SaaS sudah banyak yang memahami dibandingkan sektor lainnya, sehingga tidak menjadi hambatan bagi startup SaaS untuk kemudian muncul dan menawarkan layanan kepada target pengguna,” kata Suwandi.

Besarnya awareness tersebut juga memudahkan Mekari menerapkan skema bisnis yang berkelanjutan dan berorientasi keuntungan. Ketika ingin melakukan kegiatan pemasaran, misalnya, akan diperhatikan benar metrik seperti LTV/CAC.  Meskipun tidak ada resep yang pasti, hal tersebut memberikan keuntungan bagi platform SaaS untuk menjalankan bisnis.

“Bicara soal sustainability dan profitability menurut saya keduanya sama-sama penting. Penting bagi perusahaan untuk bisa mempercepat pertumbuhan, namun di sisi lain juga bisa mendapatkan profit dan tentunya terus bertahan,” kata Suwandi.