Klaim Profitable, Mangkokku Rencanakan Galang Dana Seri B

Setelah menjalankan bisnis selama lebih dari tiga tahun, startup F&B Mangkokku mengklaim telah mencapai titik profitabilitas. Pandemi yang sempat mengganggu jalannya bisnis, membuat tim bergerak cepat melakukan adaptasi, berdampak pada akselerasi bisnis perusahaan sampai saat ini.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Mangkokku Randy Kartadinata mengungkapkan, tahun ini selain memperluas area layanan di pulau Jawa mereka juga ingin melihat potensi di daerah lainnya. Menurutnya perusahaan telah memiliki framework yang akurat ketika memutuskan untuk menambah toko offline atau layanan di lokasi baru.

“Saat ini kita telah memiliki 64 outlet di 19 kota. Di kuartal 4 tahun lalu Mangkokku juga telah hadir di pulau Sumatera, tepatnya di wilayah Lampung, Medan, dan Palembang,” kata Randy.

Diklaim olehnya, usai menerima pendanaan seri A tahun 2022 lalu, secara pipeline perusahaan sudah berada pada jalur yang tepat. Pengembangan produk, menjadi fokus perusahaan saat ini dan ke depannya. Mangkokku juga telah memiliki dua brand baru yang dikembangkan sendiri, yaitu Numinum dan Puedes.

Fokus kepada core-business

Puedes salah satu extra brand / Mangkokku

Meskipun saat ini industri F&B di Indonesia sudah sangat tersaturasi, karena kemudahan bagi semua kalangan untuk memiliki bisnis kuliner, ternyata kondisi ini tidak menjadi kendala bagi Mangkokku untuk mengembangkan bisnis mereka. Dilihat dari masih besarnya potensi industri F&B untuk terus berkembang di Indonesia.

“Di Indonesia paling gampang bikin restoran atau bisnis makanan, berbeda dengan negara lain. Mungkin hal tersebut yang membuat kondisinya saturated banyak pemain baru dengan motif yang tidak jelas membangun bisnis kuliner tapi ujung-ujungnya banyak di antara mereka yang tidak bertahan,” kata Randy.

Saat pandemi perusahaan juga mencatatkan pertumbuhan positif untuk pesanan online. Memanfaatkan marketplace dan food aggregator untuk pemesanan dan pengiriman makanan kepada pembeli, perusahaan belum memiliki rencana untuk merilis aplikasi sendiri.

Sebagai platform F&B, selama ini Mangkokku cukup konsisten dengan menu khas nusantara. Memanfaatkan central kitchen yang digunakan perusahaan untuk mengelola permintaan online dan offline, perusahaan saat ini sudah memiliki dua central kitchen yang terletak di Jakarta dan Surabaya.

Untuk memberikan menu yang relevan dan bervariasi, perusahaan juga telah memiliki 100 bank menu yang mereka kelola memanfaatkan R&D. Dengan demikian dalam waktu satu tahun ke depan sudah bisa diprediksi menu apa yang akan mereka luncurkan.

Agar bisnis bisa terus bertahan dan tentunya tetap relevan, diperlukan inovasi dan langkah strategis yang kemudian wajib untuk dilakukan oleh bisnis. Salah satu cara yang kemudian diterapkan oleh Mangkokku adalah menciptakan resep yang unik namun menyesuaikan selera saat ini. Kehadiran selebriti atau tokoh yang sudah dikenal oleh kalangan masyarakat untuk mempromosikan brand juga memiliki peranan penting saat awal membangun bisnis.

Namun pada akhirnya produk yang memiliki cita rasa yang lezat dan terbaik, menjadi pilihan bagi pelanggan. Mangkokku sendiri saat ini didukung oleh chef selebriti seperti Arnold Poernomo serta dua putra presiden Joko Widodo yaitu Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep.

Disinggung apakah perusahaan memiliki rencana untuk melancarkan brand aggregator, menurut Randy untuk saat ini Mangkokku masih fokus mengembangkan produk milik sendiri. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan, brand aggregator akan juga mereka terapkan dalam perusahaan.

“Kita memiliki opsi untuk itu, namun saat ini belum menjadi fokus. Kita lebih memiliki kredibilitas untuk meluncurkan extra brand milik sendiri untuk saat ini,” kata Randy.

Rencana penggalangan dana seri B

Sebagai platform yang didukung oleh perusahaan modal ventura, Mangkokku masih memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan lanjutan seri B. Masih dalam penjajakan dengan investor strategis, jika dana segar tersebut bisa mereka peroleh tahun ini, rencananya akan digunakan perusahaan untuk melakukan ekspansi di kota lainnya di Indonesia. Mangkokku berharap bisa mengantongi sekitar $10-20 juta dari investor.

“Kita melihat VC sebagai mitra strategis bukan hanya memberikan modal saja tapi juga networking,” kata Randy.

Sebelumnya Mangkokku telah mendapatkan pendanaan seri A sebesar $7 juta atau sekitar 101 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan EMTEK, serta partisipasi dari Cakra Ventures. Melalui pendanaan ini, Mangkokku akan menambah jumlah outlet fisik dan membangun ekosistem brand kuliner untuk menjadi grup perusahaan F&B terbesar di Indonesia.

Sebagai informasi, sebelumnya Mangkokku telah mengantongi investasi tahap awal dari Alpha JWC Ventures sebesar $2 juta atau sekitar 29 miliar Rupiah di 2020.

Selain penggalangan dana dan ekspansi, tahun ini perusahaan juga memiliki rencana untuk melakukan evaluasi kepada produk mereka. Telah memiliki sekitar 18 menu, tahun ini perusahaan berencana untuk merampingkan beberapa menu, sambil mendorong pemasaran menu favorit mereka. Mangkokku juga memiliki rencana untuk mengembangkan dua brand F&B mereka yaitu Numinum dan Puedes lebih besar lagi.

Outlook Foodtech 2023: Menyeimbangkan Strategi Brand Aggregator dan Unit Ekonomi Positif

Industri makanan dan minuman (F&B) saat ini terus berkembang, begitu pula dengan perilaku dan preferensi pelanggan. Terlebih di era digital, konsumen lebih terinformasi dan menuntut daripada sebelumnya, sehingga penting bagi pebisnis memahami dan beradaptasi dengan perubahan ini agar berhasil merebut pangsa pasar.

Salah satu tren terbesar yang membentuk perilaku pelanggan di industri F&B adalah aspek kesehatan. Pandemi membuat sebagian besar konsumen semakin tertarik untuk mengetahui bahan dan informasi gizi dari makanan yang mereka makan; dan banyak yang memilih pilihan yang lebih sehat, nabati dan organik.

Di sisi operasional,  pemain F&B yang memanfaatkan omnichannel juga harus mulai memiliki strategi menyeluruh untuk bisa memperluas layanan dan menambah opsi brand mereka. Apakah dengan cara akuisisi atau kerja sama strategis.

Omnichannel memperkuat bisnis F&B

Selain faktor kesehatan, konsumen saat ini juga mulai melihat menuntut kenyamanan, variasi, dan pengalaman yang dipersonalisasi. Untuk memenuhi tuntutan ini, banyak bisnis F&B telah mengadopsi pendekatan omnichannel.

Secara khusus omnichannel mengacu pada pengalaman berbelanja yang mulus dan terintegrasi di berbagai kanal, termasuk toko fisik, pengiriman online, dan aplikasi lainnya. Tujuannya untuk memberikan pelanggan pengalaman berbelanja yang konsisten dan kohesif, apa pun cara mereka memilih untuk berinteraksi dengan brand tersebut.

Menurut President Director Dailybox Group Kelvin Subowo, setelah 2 tahun pandemi, pemesanan melalui layanan pesan antar pun sempat stagnan. Hal tersebut dikarenakan karakter orang Indonesia yang lekat dengan kebersamaan, sehingga tidak dapat 100% mengandalkan strategi layanan pesan antar, terutama di kota tier 2 dan 3.

Selama pandemi, perusahaan mencatatkan 80% omzet penjualan Dailybox berasal dari layanan pesan antar makanan online.

“Menurut kami, pembelian produk F&B melalui layanan pesan antar bukan lagi sebuah tren musiman, tetapi sudah menjadi kebiasaan. Hanya saja frekuensinya tidak akan setinggi di masa-masa awal pendemi. Karenanya, presence offline juga tetap harus ditingkatkan,” kata Kelvin.

Ditambahkan olehnya, saat ini beberapa outlet Dailybox Group yang hanya berkonsep take-away atau grab&go, secara perlahan diubah menjadi konsep dine-in agar orang bisa datang langsung.

Dalam industri F&B, strategi omnichannel dapat membantu bisnis. Di antaranya  meningkatkan pengalaman pelanggan, dengan menawarkan berbagai cara untuk memesan, membayar, dan menerima makanan mereka, pelanggan dapat memilih opsi yang paling nyaman. Pendekatan tersebut juga dapat membantu bisnis menjangkau pelanggan baru dan meningkatkan penjualan dengan menawarkan variasi produk dan layanan yang lebih luas melalui berbagai kanal.

Menurut Co-Founder & President Hangry Andreas Resha, selama ini perusahaan terus melakukan eksplorasi berbagai kanal yang ideal. Saat ini fokus perusahaan adalah meningkatkan layanan secara online, yang diklaim oleh mereka terus mengalami pertumbuhan yang positif. Namun demikian, saluran offline seperti dine-in atau take away juga mulai menunjukkan pertumbuhan yang masif.

“Meskipun PPKM dicabut dan kantor dibuka kembali, daya tarik dalam channel pengiriman makanan secara online tetap kuat. Hal ini membuktikan bahwa pergeseran preferensi terhadap makanan dan minuman yang lebih praktis, mudah didapat, dan berkualitas baik bukanlah tren sementara atau musiman saja,” kata Andreas.

Hal lainnya yang juga memainkan peranan penting dalam penerapan omnichannel adalah teknologi. Teknologi berperan besar dalam membentuk perilaku pelanggan. Mulai dari pemesanan dan pengiriman online hingga aplikasi seluler dan program loyalitas.

Memanfaatkan aplikasi sendiri, Haus! brand yang berada dalam kategori New Tea & Boba, berharap bisa mendapatkan sekitar 25% dari 50% pelanggan online yang sudah ada saat ini.

Disinggung apakah ke depannya akan lebih banyak pelanggan yang melakukan pembelian dengan opsi pick-up atau offline, menurut Co-Founder & CEO Haus! Gufron Syarif, akan tetap ada pelanggan yang memilih untuk melakukan pembelian secara online, tetapi pilihan pick-up dan langsung ke konter diperkirakan juga makin meningkat.

Potensi brand aggregator

Dilihat dari tuntutan konsumen kepada kenyamanan, variasi, dan pengalaman yang dipersonalisasi, tren agregasi brand atau brand aggregator saat ini mulai banyak dilirik oleh pebisnis F&B. Dengan strategi tersebut, perusahaan mengelola beberapa brand makanan dan minuman, biasanya dari kategori produk atau masakan yang berbeda. Selain mengembangkan/menginkubasi unit bisnis sendiri, beberapa pemain melakukan strategi M&A.

Tujuannya agar bisa menawarkan produk dan layanan yang lebih luas kepada pelanggan. Ke depannya, tren agregasi brand di industri F&B diperkirakan akan terus berkembang, sebagai upaya bisnis untuk mencari cara baru yang inovatif untuk menjangkau pelanggan dan meningkatkan pangsa pasar mereka.

Menurut CEO Prasetia Dwidharma Arya Setiadharma, brand aggregator akan menciptakan nilai, jika ada beberapa proses bisnis yang dapat disederhanakan di seluruh brand. Dalam industri F&B, hal ini bisa berarti memusatkan central kitchen atau memusatkan tim pemasaran/branding. Jika tidak ada nilai yang diciptakan oleh proses agregasi, tidak akan berhasil dalam jangka panjang.

Prasetia Dwidharma sendiri saat ini telah berinvestasi kepada Haus! yang telah memperluas produk melalui sister brand “Hot Oppa” yang telah dirilis pada November 2022. Varian produk makanan ke depannya akan menjadi fokus perusahaan untuk meningkatkan growth store dan vertikal penjualan.

Dengan menggabungkan beberapa brand dan produk makanan dan minuman, bisnis dapat memenuhi permintaan dan menawarkan kepada pelanggan untuk semua kebutuhan makanan dan minuman mereka.

Menurut Kelvin, industri F&B di Indonesia saat ini sudah sangat saturated, sehingga dengan hadirnya brand aggregator dapat membantu brand yang ada untuk lebih berkembang dari sisi distribusi, produksi hingga pemasaran.

Untuk pasar seperti Indonesia, pelanggan sangat aktif menggunakan media sosial. Menurut Partner Vertex Ventures SE Asia & India Gary Khoeng, ke depannya masa depan brand aggregator akan lebih banyak memanfaatkan pertumbuhan di media sosial.

Omnichannel sebagai strategi diprediksi juga akan terus tumbuh dan kami melihat bahwa perusahaan akan fokus untuk mendorong pengalaman pelanggan yang konsisten dan terbaik di semua channel. Bisnis juga akan memperdalam kemampuan pengumpulan dan analisis data mereka untuk membuat keputusan berdasarkan data,” kata Gary.

Saat ini Vertex Ventures merupakan salah satu investor strategis yang mendukung pertumbuhan bisnis Dailybox Group. Tercatat pertumbuhan bisnis Dailybox tidak terhalang saat pandemi, pendapatan kotor mereka secara grup pada 2021 tumbuh cukup pesat. Prestasi ini pun membuat Dailybox Group dilirik oleh sejumlah investor dan akhirnya sukses mendapat pendanaan Seri A pada Juli 2021 di masa pandemi.

“Beberapa tahun ke belakang kami telah mengakuisisi brand yang memiliki storefront atau eksis di platform offline, seperti Breadlife dan Lu’miere. Ke depannya, kami akan memperkenalkan beberapa brand baru yang dapat menunjang strategi multi platform kami,” kata Kelvin.

Agar brand aggregator berjalan sukses, perusahaan harus terus mengevaluasi dan mengoptimalkan strategi agregasi brand mereka berdasarkan feedback pelanggan dan analisis data. Hal ini termasuk secara teratur memperbarui teknologi dan penawaran untuk memastikan bahwa layanan dan produk tetap relevan dan memenuhi perubahan kebutuhan pelanggan. Kesimpulannya, tren agregasi brand di industri F&B akan terus berlanjut di masa mendatang, karena bisnis berupaya memaksimalkan jangkauan mereka dan meningkatkan loyalitas pelanggan.

Unit ekonomi dan faktor pendorong VC berinvestasi

Industri F&B telah menjadi salah satu penunjang ekonomi global, dan dalam beberapa tahun terakhir, telah menarik investasi yang signifikan dari perusahaan modal ventura (VC). Dengan pertumbuhan industri, VC mencari peluang untuk berinvestasi dalam bisnis F&B yang menjanjikan dan memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang. Hal termasuk perusahaan yang memiliki rekam jejak pertumbuhan pendapatan yang terbukti dan strategi yang jelas untuk memperluas basis pelanggan mereka.

VC juga kerap mencari bisnis F&B dengan unit ekonomi yang kuat, artinya biaya produksi dan pengiriman setiap unit lebih rendah daripada pendapatan yang dihasilkan dari penjualannya. Hal ini memungkinkan bisnis untuk menghasilkan margin positif dan menginvestasikan kembali keuntungan ke dalam pertumbuhan dan ekspansi.

Menurut Arya, setiap brand perlu memahami unit ekonomi mereka. Apakah perusahaan sudah untung di tingkat toko?, toko mana yang tidak menguntungkan dan mengapa?, Berapa break-even sales and break-even unit?.

“Selama masa ekspansi, setiap brand harus bisa memberikan alasan mengapa lokasi yang diusulkan bagus. Data lokasi menjadi faktor penting sebelum berkembang. Merek perlu memahami apa demografi pelanggannya,” kata Arya.

Dalam industri F&B, unit ekonomi merupakan faktor penting dalam menentukan potensi pertumbuhan dan skalabilitas. Dilihat dari bisnis dengan strategi pertumbuhan yang jelas, penawaran inovatif, dan ekonomi unit yang kuat, VC dapat mengidentifikasi dan berinvestasi dalam bisnis yang memiliki potensi terbesar. Kesimpulannya, fokus pertumbuhan dan unit ekonomi merupakan pertimbangan utama bagi perusahaan VC saat berinvestasi di industri F&B.

Menurut Gary dari Vertex Ventures, bisnis foodtech yang didukung oleh VC pada umumnya terdiri dari komponen online dan offline. Model bisnis online berkembang sehingga VC tidak bisa menentukan target pertumbuhan atau unit ekonomi yang perlu dicapai oleh startup sebelum berinvestasi.

“Secara umum, apa yang kita lihat adalah tingkat pertumbuhan bulanan yang konsisten dan sehat, retensi pelanggan yang sehat dan margin kontribusi laba, jika pendiri startup mampu meminimalkan biaya variabel,” kata Gary.

Ditambahkan olehnya, biasanya layanan secara offline juga melengkapi layanan secara online. Saat pandemi melandai, akan mulai terlihat pelanggan kembali ke toko offline, tidak hanya untuk membeli makanan tetapi juga untuk pengalaman langsung saat menikmati hidangan di lokasi.

Metrik yang kemudian dilihat oleh VC dalam hal ini meliputi, jika terjadi pertumbuhan pendapatan penjualan yang konsisten per toko/restoran, pertumbuhan penjualan (%) per toko/restoran, berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap toko baru untuk mencapai break even dan mencapai profitabilitas, termasuk jumlah pengeluaran modal yang dibutuhkan untuk toko baru.

“Hal ini termasuk strategi distribusi makanan mereka, contohnya model central kitchen, apakah mereka mengoptimalkannya untuk skala ekonomi dan apa yang terjadi ketika mereka mencapai kapasitas maksimum, versus dapur individu di restoran, apakah operasinya dioptimalkan,” kata Gary.

Startup Biotech Asa Ren Umumkan Pendanaan Awal 123 Miliar Rupiah

Platform biotech yang menghadirkan tes DNA dengan harga terjangkau “Asa Ren” telah merampungkan pendanaan awal sebesar $8,15 juta atau sekitar 123,5 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Top Harvest dan Marcy Venture Partners, serta Kejora Capital (Kejora-SBI Orbit Fund dan Orbit Capital Malaysia).

Investor lainnya yang turut terlibat dalam pendanaan kali ini di antaranya Northstar Ventures, Naya Capital, Marcy Venture Partners, PT Diagnos Laboratorium Utama Tbk, dan beberapa angel investor yang tidak disebutkan identitasnya.

Perusahaan akan menggunakan dana segar ini untuk melakukan inovasi dalam industri kesehatan Indonesia melalui data genomik guna mempercepat perkembangan teknologi penemuan obat dan perawatan kesehatan yang disesuaikan dengan profil genetik setiap individu.

Saat ini, Asa Ren telah menyediakan aksesibilitas tes DNA langsung pada konsumen dengan menawarkan lebih dari 360 laporan — termasuk risiko kesehatan (predisposed risk), informasi keturunan (ancestry), dan laporan lainnya untuk orang dewasa hingga anak-anak. Asa Ren mengklaim sebagai salah satu perusahaan data DNA pertama di Indonesia.

“Mendapatkan kepercayaan mitra terkemuka dan investor global adalah suatu kehormatan bagi Asa Ren. Hal ini juga merupakan batu loncatan yang besar dalam capaian perkembangan industri genomik dan kesehatan di Indonesia. Perusahaan kami akan terus berfokus membangun industri ini bersama dengan mitra,” kata Founder & CEO Asa Ren Aloysius Liang.

Asa Ren juga akan menggunakan dana segar untuk memperluas upayanya dalam memperdalam kemampuan digital, mengembangkan bioinformatika klinis, paspor kesehatan elektronik, dan database clinico-genomic yang berfokus pada penyakit tidak menular.

Perusahaan juga memiliki rencana untuk menambahkan layanan diagnosa medis dan melengkapi profil data kesehatan para pelanggan. Hingga saat ini Asa Ren telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan lebih dari 47 mitra rumah sakit dan klinik, serta menargetkan pengembangan ke lebih dari 60 mitra pada tahun 2023 ini.

“Kerja sama yang mereka lakukan, kapabilitas laboratorium yang mereka miliki, dan target yang mereka tuju menjadi poin unggul yang kami lihat dari perusahaan ini,” kata Founder Top Harvest Capital Adam Ghobarah.

Saat ini ada beberapa startup lain di bidang biotech yang juga telah mendapatkan dukungan dari pemodal ventura. Salah satu yang cukup serupa adalah Nalagenetics, mereka baru bukukan pendanaan seri A pada pertengahan tahun 2022 lalu. Layanan utama mereka adalah mengembangkan perangkat produk dan layanan pengujian genetik.

Nalagenetics telah mengembangkan modul klinis untuk farmakogenomik, nutrigenomik, dan prediksi risiko kanker payudara. Kemudian berencana untuk mengembangkan modul baru seputar skor risiko poligenik untuk mengatasi kondisi kompleks dan pembunuh terbesar di Asia Tenggara, yang mencakup penyakit kardiometabolik, kanker, dan kondisi neurodegeneratif.

Perluas layanan tes DNA di Indonesia

Data yang dirilis Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengungkap, lebih dari 70% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan deteksi dini melalui profil DNA masing-masing individu. Penyakit itu termasuk diabetes, jantung, stroke, dan kanker. Namun, hanya 17% dari total pengeluaran anggaran kesehatan yang dialokasikan untuk melakukan pencegahan penyakit.

Secara khusus saat ini tes DNA masih tergolong layanan bertarif mahal. Melalui tes ini, bisa diketahui informasi lebih detail terkait gen, garis keturunan, kepribadian, bakat hingga risiko penyakit orang.

Asa Ren mengembangkan peralatan, tenaga ahli, serta laboratorium yang semuanya berada di Jakarta sehingga sampel untuk tes DNA tidak harus dikirim ke luar negeri. Harapannya bisa memudahkan pengguna dan tentunya menjadikan harga tes DNA menjadi lebih terjangkau.

“Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di Asia Tenggara dengan lebih dari 1.300 kelompok etnis. Hal ini membuka peluang untuk inovasi dalam bidang kesehatan melalui penelitian genetik. Kami percaya kehadiran Asa Ren akan mempercepat inovasi ini,” kata Founder dan Managing Partner Kejora Capital Andy Zain.

Application Information Will Show Up Here

Strategi LODI Tingkatkan Profitabilitas Lewat Layanan Manajemen Gudang dan Logistik Offline

Setelah menjalankan bisnis hampir 5 tahun, platform smart logistic yang menawarkan solusi terpadu LODI mengklaim telah mencapai titik profit sejak tahun 2021 lalu. Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO LODI Yan Hendry Jauwena mengungkapkan, tahun 2021 menjadi tahun terbaik bagi perusahaan ketika berhasil mencapai break even point — ditutup dengan laporan keuangan yang “hijau” dan berhasil mencapai profitabilitas.

Di tengah tech winter yang sempat mengacaukan sejumlah bisnis startup, LODI juga mengklaim tengah mendapati stabilitas bisnis. Mereka mengatakan, sampai saat ini tidak pernah melakukan layoff terhadap pegawai yang mereka miliki.

“Tahun 2023 ini kita juga sudah mulai memasuki pasar yang sebelumnya kita tidak masuki, yaitu pasar SaaS melalui Warehouse Experience System yang kita miliki dan tentunya bermanfaat untuk pengguna,” kata Yan.

Kembangkan WMS dan perluas layanan offline

Bukan hanya fokus kepada layanan logistik first-mile saja, saat ini LODI juga telah melayani mid-mile, last-mile, hingga manajemen gudang.

Teknologi yang tengah mereka kembangkan adalah WMS (Warehouse Management System), yaitu sebuah sistem yang dibuat dengan tujuan memudahkan kinerja manajemen pergudangan. WMS yang diterapkan oleh LODI adalah berupa fitur. Dengan ekosistem lengkap yang mereka miliki, memungkinkan LODI untuk melakukan integrasi dengan pihak terkait hingga menerapkan teknologi IoT.

Berdasarkan laporan DSInnovate yang membahas lanskap logistik digital di Indonesia terungkap, Internet of Things (IoT) berpotensi menyediakan data tentang objek, seperti barang yang akan diangkut dan didistribusikan. Data ini dapat tersedia secara real time dan dengan biaya rendah. Objek dapat mengumpulkan atau mengirimkan data sendiri melalui sensor.

“Kami memasuki pasar SaaS dengan label ‘Warehouse Experience System’. Pelanggan yang menggunakan produk kami tidak terbatas dengan warehouse operation saja, namun juga dagangan atau penjualan mereka. Apakah mereka menjalankan sendiri atau memanfaatkan teknologi LODI semua bisa dilakukan,” kata Yan.

Saat ini sudah ada tiga perusahaan yang memanfaatkan WMS dari LODI, salah satunya adalah perusahaan terkemuka asal Singapura. Secara khusus saat ini LODI sudah memiliki 8 warehouse atau gudang di Indonesia. Di antaranya terletak di Kelapa Gading, Tangerang, Bandung, Surabaya, Medan, Balikpapan, Denpasar, dan Makassar. Makassar ke depannya akan menjadi pintu masuk dari layanan logistik untuk wilayah Indonesia timur.

LODI juga berencana untuk memperluas layanan mereka secara offline. Menurut Yan, menjadi ideal saat ini bagi perusahaan untuk melayani bisnis secara offline. Besar peluang bagi perusahaan logistik seperti LODI untuk memberikan layanan, dalam hal ini adalah distribusi toko hingga outlet. Bukan hanya pengiriman memanfaatkan kurir saja, LODI juga sudah menyediakan moda transportasi untuk distribusi berupa mobil van hingga truk untuk pengguna mereka.

“Jika sebelumnya LODI dikenal sebagai platform logistik untuk mereka yang berjualan online, saat ini kita juga mulai membuka layanan untuk segmen offline. Misalnya distribusi untuk toko atau outlet. Kenapa kita melakukan itu, karena kue-nya ternyata jauh lebih besar dibandingkan online. Dan ketika pemain offline sudah mulai bangkit lagi kita akan membantu usaha mereka,” kata Yan.

Saat ini LODI sudah mulai melakukan pembicaraan dengan asosiasi hingga brand besar untuk peluang memberikan layanan tersebut. Sementara itu untuk existing user yang sebelumnya hanya memanfaatkan layanan secara online saja dan ingin melakukan distribusi toko secara offline, bisa juga dilayani oleh LODI.

“Kita melihat layanan ini akan menjadi signifikan karena akan berimbas kepada revenue LODI. Hal ini menjadikan LODI berbeda dengan platform logistik lainnya, karena kita bukan spesialisasi online atau offline saja tapi juga keduanya, teknologi kita juga lebih terdepan,” kata Yan.

Meskipun hampir serupa dengan layanan yang dihadirkan platform logistik lainnya seperti Shipper dan Crewdible, namun LODI mengklaim memiliki perbedaan yang sangat signifikan dan tentunya bermanfaat bagi kalangan UMKM, startup, hingga perusahaan skala besar.

Berencana galang dana seri A

Saat ini LODI sudah berada dalam putaran pendanaan tahapan pra-seri A. Selama ini perusahaan enggan untuk mengumumkan investasi yang sudah mereka peroleh dan siapa saja investor yang terlibat. Namun menurutnya  nominal dana segar yang sudah mereka miliki dari sudah cukup besar.

Tahun ini perusahaan juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan lanjutan yaitu seri A. Saat ini perusahaan sedang menjajaki pembicaraan dengan investor dari dua kategori yaitu strategic investor dan institusional  investor.

“Bagi LODI saat melakukan penggalangan dana bukan hanya untuk mendapatkan modal saja, namun kita juga melihat apakah LODI bisa melakukan sinergi. Dan dilihat dari kondisi perusahaan saat ini untuk menjadi profitable  company harapannya hal tersebut bisa menarik perhatian investor,” kata Yan.

Terkait kategori produk yang dimiliki oleh pengguna mereka saat ini yang paling banyak adalah kategori produk kecantikan dan skin care, disusul dengan fesyen, kemudian produk ibu dan anak. Untuk memperluas layanan mereka, LODI juga berencana untuk memberikan solusi kepada pelaku industri F&B di Indonesia.

Masih dalam tahap pengembangan, ke depannya melalui teknologi yang LODI berikan, bisa membantu pemilik bisnis kuliner di Indonesia melakukan pemesanan hingga pengiriman dalam satu platform yaitu melalui LODI.

Application Information Will Show Up Here

Momentum Bisnis E-commerce Indonesia di Tahun 2023

Dalam 15 tahun terakhir, sekitar 15 layanan e-commerce kelas menengah dan besar di Indonesia terpaksa tutup karena tidak bisa bertahan di kerasnya persaingan bisnis. Elevenia gulung tikar awal Desember 2022 lalu, sedangkan JD.ID akan menghentikan seluruh operasional bisnisnya di Indonesia per Maret mendatang.

Memasuki tahun 2023, perusahaan besar yang mendominasi tinggal Shopee dan Tokopedia yang menyasar segmen C2C, sedangkan Blibli dan Lazada di segmen B2C. Memasuki tahun 2023, bagaimana momentum bisnis untuk layanan marketplace?

Kategori unggulan

Platform teknologi automasi yang pengumpulan data di layanan e-commerce, Compas, memberikan sedikit gambaran dominasi Shopee dan Tokopedia di Indonesia.

“Keunggulan dari dua marketplace tersebut dari awal sudah fokus dengan target pasar yang mereka sasar. Shopee dengan ibu-ibu dan Tokopedia yang fokus menjual gadget. Image tersebut sudah melekat kepada masing-masing pelanggan dari kedua marketplace tersebut,” kata CEO Compas Hanindia Narendrata.

Berdasarkan Indonesia FMCG E-Commerce Report 2022 yang dirilis Compas, Shopee dan Tokopedia menjadi dua marketplace teratas favorit masyarakat Indonesia. Per November 2022, market share Shopee untuk kategori FMCG lebih unggul dari Tokopedia. Selain itu, distribusi share kategori FMCG di Shopee dan Tokopedia cukup berbeda.

Beauty & Care mendominasi Shopee, sedangkan kategori Health dikuasai Tokopedia. Perbedaan ini menunjukkan fokus yang dipilih oleh kedua marketplace. Memanfaatkan tren belanja masyarakat, terutama perempuan, menjadi rahasia Shopee untuk keberhasilan ini.

Laporan Compas soal kategori produk e-commerce / Compas

Terkait Blibli, menurut Hanindia, perusahaan ini memiliki roadmap yang solid dengan mengintegrasikan pengalaman online dan offline melalui layanan e-commerce dan toko fisik untuk beberapa mitra merek terkemuka. Blibli saat ini telah memiliki unified omnichannel ecosystem yang disebut sebagai Blibli Tiket terdiri dari entitas Blibli, tiket.com, dan Ranch Market. Perusahaan telah melakukan IPO tahun 2022 lalu.

“Menurut saya Blibli mainnya secara long term game. Perusahaan dengan level mereka cara berpikirnya sudah kepada profitabilitas. Didukung dengan Grup Djarum, saat ini fokus mereka bukan hanya ke produk gadget saja namun juga sudah mulai merambah ke Home & Living,” kata Hanindia.

Terkait potensi Lazada tahun ini, Hanindia menyebut dirinya masih kesulitan melihat peluang layanan ini. Salah satu alasannya adalah kultur yang berbeda dan perubahan yang terus terjadi secara internal.

Sebagai salah satu portofolio layanan e-commerce raksasa Alibaba, Lazada memiliki rencana melakukan berbagai kerja sama dengan anak-anak usaha Alibaba lainnya di Indonesia, termasuk mengembangkan layanan logistik dan mengembangkan gudang yang dikelola secara mandiri.

Inovasi teknologi

LazBeauty salah satu kanal terbaru Lazada / Lazada

Executive Director Lazada Indonesia Ferry Kusnowo mengungkapkan, sebagai salah satu perusahaan e-commerce terdepan di Asia Tenggara, Lazada terus melakukan inovasi berbasis teknologi untuk mengembangkan bisnisnya.

Saat ini perusahaan menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk mempercepat proses pengiriman barang serta memanfaatkan teknologi chatbot untuk menjawab berbagai pertanyaan konsumen. Kecerdasan data perusahaan diklaim membantu mitra penjual menargetkan audiens dengan lebih akurat dan meningkatkan konversi.

Penggunaan Augmented Reality (AR) juga meningkatkan pengalaman bagi pembeli. Teknologi AR Lazada memungkinkan pengguna mencoba produk kecantikan secara real-time dengan hasil nyata.

Perusahaan juga berupaya meningkatkan pengalaman omnichannel dengan berbagai fitur terintegrasi, termasuk fitur live commerce LazLive dan toko offline.

Ketika disinggung tentang strategi Lazada dengan makin masifnya layanan Direct to Consumer (D2C) saat ini, perusahaan menyambut baik tren D2C dan terus mendorong kolaborasi dengan para seller.

“Kami berharap tren pertumbuhan ini akan terus berlanjut. Kami berkeinginan untuk terus tumbuh dan menjalankan operasional bisnis yang berkelanjutan melalui kekuatan utama kami: e-commerce, teknologi, dan logistik,” kata Ferry.

Laporan yang dirilis Lazada Sponsored Solutions (LSS) bertajuk Transforming Southeast Asia: From Discovery to Delivery menemukan 57% konsumen di Asia Tenggara mencari produk secara langsung lewat platform e-commerce. Hal ini menjadikan platform e-commerce sebagai mesin pencari baru. Meski ada prediksi melambat dan pelanggan akan cenderung untuk lebih berhati-hati dalam berbelanja, daya beli konsumen Indonesia diperkirakan tetap stabil dan berpotensi memiliki tren pertumbuhan.

Sementara menurut VP Marketplace Tokopedia Yudhiaji Cahya Kusuma, Tokopedia terus bertransformasi menjadi super ecosystem. Mereka mengklaim  jumlah penjual di Tokopedia telah bertambah dari 7,3 juta (Februari 2020) menjadi sekitar 12 juta saat ini.

Di sisi lain, Tokopedia menggencarkan inisiatif hyperlocal yang menerapkan teknologi geotagging untuk mendekatkan pembeli dengan penjual di mana pun mereka berada. Program ini bertujuan agar pembeli bisa mendapatkan produk kebutuhan dengan lebih cepat dan efisien dan UMKM punya kesempatan yang sama untuk bertumbuh dan berkembang tanpa harus pindah ke kota besar.

“Kami percaya kolaborasi dan inovasi menjadi kunci beradaptasi di tengah era digitalisasi sekaligus menjadikan UMKM lebih berdaya dan berjaya untuk menjawab tantangan perubahan zaman.”

Startup Pengembang Platform Kepegawaian Kerah Biru MyRobin Diakuisisi BetterPlace

Diluncurkan tahun 2020 lalu, platform yang menyediakan layanan job marketplace on-demand untuk pekerja kerah biru MyRobin secara resmi telah diakuisisi oleh BetterPlace.

BetterPlace berbasis di India dikenal sebagai platform SaaS  untuk penyediaan tenaga kerja frontline alias tenaga kerja kasar (kerah biru). Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi dari proses akuisisi ini yang dikeluarkan oleh BetterPlace. Akuisisi ini menempatkan BetterPlace sebagai pemilik saham mayoritas dari MyRobin.

Akuisisi ini merupakan bagian dari serangkaian investasi yang dilakukan oleh BetterPlace untuk berekspansi ke pasar Asia Tenggara. Dalam waktu dekat, perusahaan juga berencana melakukan ekspansi ke Malaysia, Thailand, dan
Filipina melalui strategi organik dan anorganik. BetterPlace baru-baru ini
mengumpulkan $40 juta sebagai bagian dari putaran Seri C.

“Sebagai pemain terbesar di Asia saat ini, kami senang menyambut MyRobin ke keluarga BetterPlace dan memajukan visi kami menuju formalisasi tenaga kerja frontline secara global. Dengan teknologi kami dan keahlian MyRobin dalam beroperasi di Indonesia dapat kami perkenalkan kesempatan yang sama untuk segmen frontline,” kata Co-founder & Group CEO BetterPlace Pravin Agarwala.

Kepada DailySocial.id, Co-founder & CTO MyRobin Ardy Satria Hasanuddin mengungkapkan, penjajakan proses akuisisi ini sudah dilakukan sejak dua tahun terakhir. Selanjutnya MyRobin tetap menjalankan bisnis secara independen dan tidak melakukan perubahan dalam manajemen.

Saat ini MyRobin telah memiliki sekitar 160 pegawai dan mengklaim telah memiliki sekitar 3 juta tenaga kerja di sekitar 270 kota di Indonesia. Perusahaan juga telah mencatatkan pertumbuhan 7x lipat di tahun 2022 dan berdampak langsung pada 44.000 keluarga dalam 2 tahun terakhir

“Sebagai bab berikutnya dari pertumbuhan kami, kami ingin mengambil visi dan keahlian ke lebih banyak wilayah geografis dan BetterPlace adalah mitra yang sempurna yang akan memungkinkan kita untuk mencapai tujuan ini. Kami senang dan bersemangat untuk menjadi bagian dari BetterPlace dan bercita-cita untuk menjadi alat dalam mencapai tujuan bersama kami menciptakan tempat yang lebih baik untuk perusahaan dan pekerja frontline di seluruh dunia,” kata Ardy.

Sebelumnya MyRobin telah menerima dana segar dari sejumlah investor, termasuk Antler, SOSV, Accion Venture Lab, dan Investible. Putaran pendanaan yang telah diperoleh selama ini menempatkan MyRobin dalam tahapan Pra-Seri A yang telah mereka dapatkan tahun 2021 lalu.

Pertumbuhan positif MyRobin

Meskipun merupakan wilayah dengan tingkat adopsi digital yang tinggi, tenaga kerja garis depan atau frontline di Asia Tenggara masih belum mengalami transformasi digital yang signifikan. Perusahaan masih banyak yang menggunakan solusi terfragmentasi dan memanfaatkan vendor untuk mengelola tenaga kerja kerah biru mereka, sehingga produktivitas tidak optimal.

Platform seperti MyRobin saat ini menjadi relevan dan dibutuhkan oleh pekerja kerah biru untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang tepat. Selain memberikan peluang kerja, platform tersebut juga memberikan edukasi dan pelatihan yang tepat kepada pengguna yang tergabung. MyRobin menyediakan on-demand, pre-screened untuk pekerja frontline secara jangka panjang dan pendek untuk perusahaan di Indonesia.

Selain itu, MyRobin juga menyediakan manajemen kehadiran dan performance management. Dan melalui produk mereka MyWarung, perusahaan juga menawarkan embedded financial services seperti upah dini dan BNPL, dan memiliki platform peningkatan keterampilan tenaga kerja bernama Akademi MyRobin.

Di Indonesia sendiri solusi yang mengakomodasi segmen serupa ada beberapa startup, di antaranya Staffinc, Weorkmate, Pintarnya, Byru.id, hingga Lumina.

Proglix Hadirkan Solusi Terpadu Penyediaan Raw Material untuk Konsumen Infrastruktur dan Manufaktur

Saat ini sektor infrastruktur dan industri sering menghadapi persoalan. Pengadaan bahan baku melalui cara tradisional, seperti pedagang atau grosir, tidak dapat diandalkan dengan waktu pengiriman yang tertunda dan harga yang berfluktuasi. Melihat persoalan tersebut, Proglix, startup yang menyediakan platform berteknologi untuk pengadaan bahan baku dan pembiayaan kredit untuk usaha kecil menengah (UKM), hadir.

Proglix didirikan oleh Wynn Nathaniel (CEO), Wendy Noel Wijaya (COO), dan Prawira Indra (CTO). Kepada DailySocial, Wynn Nathaniel mengungkapkan, saat ini di Indonesia lanskap penyediaan raw material untuk industri sangat besar potensinya. Namun pembelian ke berbagai pihak masih mengandalkan trader atau pedagang yang fungsinya serupa tengkulak. Hal ini menyulitkan bagi perusahaan manufaktur untuk membeli produk di prinsipal yang berbeda.

“Berbeda dengan platform serupa lainnya, Proglix sejak awal fokus kepada bahan baku berbasis industri. Misalnya kita fokus kepada manufacturing dan infrastruktur. Fungsi kita tidak menghubungkan kontraktor dengan distributor, namun lebih kepada bagaimana manufaktur skala kecil sampai menengah bisa mendapatkan bahan baku langsung dari para prinsipal melalui Proglix.”

Proglix berupaya mengintegrasikan pembaruan stok dan harga dari beberapa produsen hingga mengambil pesanan pelanggan, melacak pengiriman, dan memfasilitasi pembayaran. Proglix menyederhanakan proses pengadaan untuk UKM dan memungkinkan mereka mendapatkan bahan baku berkualitas tinggi seperti logam, baja, polimer, dan perlengkapan listrik di harga yang kompetitif dan lead time yang lebih pendek.

Saat ini platform yang menawarkan layanan dan teknologi beririsan di antaranya Tokban (Toko Bangunan) dan Juragan Material.

Bina relasi dengan prinsipal dan pelanggan

Situs Proglix untuk pelanggan / Proglix

Meskipun sempat mendapatkan keraguan, Proglix mengklaim telah memiliki sekitar 20 prinsipal yang bergabung ke platform-nya untuk produk kabel, raw material, hingga finished goods.

Saat ini Proglix disebutkan sudah digunakan oleh 101 pelanggan di Pulau Sulawesi, Kalimantan, Jawa. 15-20% pelanggan mereka adalah perusahaan manufacture dan sisanya adalah specialized store atau toko khusus.

“Cukup sulit bagi kami untuk meyakinkan prinsipal untuk bergabung dengan Proglix di awal. Meskipun kita telah menawarkan pembayaran tunai namun masih ada keraguan dari mereka yang kebanyakan adalah pemilik usaha yang masih menjalankan bisnis secara konvensional dan sudah saling mengenal dengan masing-masing pihak terkait. Namun dengan solusi yang kita tawarkan mereka sudah mulai terbiasa,” kata Wendy Noel Wijaya.

Untuk strategi monetisasi, Proglix mendapatkan margin untuk barang yang dijual. Model agregator demand yang mereka terapkan untuk pelanggan dianggap membantu mendapatkan barang yang diinginkan dengan opsi yang beragam dan harga yang lebih kompetitif.

Untuk memudahkan pelanggan melakukan pembelian, Proglix juga menyediakan pilihan pembayaran tempo dalam waktu 30 hari. Selain pembayaran uang tunai, pilihan pembayaran tempo tersebut ternyata cukup digemari oleh pelanggan. Saat ini Proglix masih melakukan uji coba dengan Modal Rakyat platform P2P untuk nantinya bisa memberikan pilihan pembiayaan kepada pelanggan. Namun ke depannya jalur yang paling ideal bagi Proglix adalah memanfaatkan layanan perbankan konvensional.

“Untuk memudahkan pelanggan melakukan repeat order, Proglix juga sudah menyediakan teknologi e-procurement kepada mereka. Ke depannya perusahaan juga akan mengembangkan teknologi forecasting, yang bisa dimanfaatkan oleh pelanggan untuk memprediksi pemesanan apa yang bisa dibeli langsung ke principal,” kata Wynn.

Berencana galang dana Seri A

Per Januari 2023, Proglix juga telah mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang signifikan sebanyak 66 kali lipat sejak pertama kali diluncurkan pada April 2022. Saat ini Proglix telah mengantongi dana segar tahapan awal senilai $1,35 juta (sekitar 20 miliar Rupiah). Investor yang terlibat dalam putaran pendanaan tersebut di antaranya 500 Global, Number Capital, Magic Fund, Arkana Ventures, dan MDI Arise, serta angel investor Hendra Kwik (Co-Founder Fazz) dan sejumlah Co-Founder startup kenamaan lainnya.

Dana segar tersebut dimanfaatkan perusahaan untuk penetrasi produk dalam meningkatkan tingkat adopsi platform perdagangan B2B bertenaga AI. Proglix juga memanfaatkan dana segar tersebut untuk working capital.

“Di fase awal cukup sulit bagi mereka untuk bisa mendapatkan perjanjian pembayaran tempo dari prinsipal. Di sisi lain tidak banyak pelanggan yang kemudian melakukan pembayaran secara tunai,” kata Wynn.

Saat ini Proglix merupakan satu-satunya startup asal Indonesia yang terpilih dalam program akselerasi Y Combinator Winter 2023.  Perusahaan telah memiliki sekitar 20  anggota tim dan tahun ini menargetkan bisa menambah jumlah pelanggan dan mitra prinsipal.

“Kita juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan lanjutan yaitu Seri A. Namun kegiatan tersebut akan dilakukan oleh kami dilihat dari kebutuhan dan tentunya revenue yang sudah didapatkan oleh perusahaan. Kita berupaya untuk menjalankan semua proses tersebut secara konvensional, tergantung dari berapa banyak dana yang kita butuhkan dan berapa jumlah dana yang akan kita galang menghindari terjadinya over valuation,” kata Wynn.

Survei Literasi Digital 2022: “Digital Culture” Meningkat, Namun “Digital Safety” Masih Rendah

Kementerian Kominfo bersama Katadata Insight Center meluncurkan Hasil Survei Status Literasi Digital 2022. Dalam laporan tersebut terungkap beberapa fakta menarik, di antaranya Indeks Literasi Digital Nasional mendapatkan skor 3,54. Pilar Digital Culture secara umum mendapatkan skor indeks tertinggi (3,84), sedangkan pilar Digital Safety mendapatkan skor indeks terendah (3,12).

Pengukuran Indeks Literasi Digital dilakukan melalui survei tatap muka yang dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2022. Survei Status Literasi Digital Indonesia melibatkan 10.000 di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota responden dengan metode multistage random sampling.

Menurut Direktur Pemberdayaan Informatika Bonifasius W. Pudjianto, hasil survei ini yang menghasilkan data berupa indeks, menjadi acuan bagi pemerintah untuk melihat kesuksesan kinerja dan melakukan perbaikan di area yang masih kurang. Dengan demikian bisa meningkatkan kolaborasi dengan kementrian lainnya hingga pihak terkait untuk meningkatkan literasi digital masyarakat Indonesia.

“Indeks ini penting untuk mengukur apa yang sudah kita hasilkan selama beberapa tahun terakhir. Literasi digital sebagai program nasional yang kita lancarkan sampai tahun 2024 mendatang, kami memiliki target bisa menjangkau sekitar 50 juta masyarakat Indonesia diberikan literasi digital. Dan semua bisa dilakukan melalui kolaborasi dengan semua pihak terkait.”

Pengukuran Indeks Literasi Digital Indonesia 2022 mengacu kepada kerangka kerja dalam Road Map Literasi Digital 2020-2024. Kerangka kerja ini digunakan sebagai basis untuk merancang program dan kurikulum Program Gerakan Nasional Literasi Digital Indonesia 2020-2024.

Akses penggunaan internet

Dalam laporan tersebut terungkap, kebanyakan responden (85%) mengakses internet melalui handphone, sehingga mereka bisa mengakses internet di mana saja. Responden paling sering mengakses internet pada waktu petang di pukul 19.01 s/d 21.00 waktu setempat setelah mereka melakukan aktivitas sehari-hari. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, intensitas penggunaan internet cenderung menurun, khususnya setelah pukul 07.00.

Tercatat Gen-Y dan Z cenderung mengakses internet lebih lama dibandingkan kelompok usia lainnya. Pada kelompok muda ini, lebih banyak responden yang mengakses internet lebih dari 6 jam per harinya, sedangkan kebanyakan GEN-X dan Boomers mengakses selama 1 s/d 4 jam.

Dalam laporan juga terungkap media sosial merupakan sumber informasi terbesar bagi 72,6% responden. Begitu juga dengan televisi dan berita online yang secara konsisten menempati posisi sumber informasi kedua dan ketiga, dengan persentase 60% dan 27,5% di tahun ini.

Media sosial secara konsisten menjadi sumber informasi terpercaya kedua selama tiga tahun terakhir. Persentase responden yang mempercayai media ini secara signifikan meningkat. WhatsApp, Facebook, dan YouTube adalah tiga media sosial yang digunakan oleh lebih dari 70% responden selama tiga tahun terakhir.

Menurut Ketua Umum Siberkreasi Donny Budi Utoyo, besarnya kepercayaan masyarakat Indonesia kepada media sosial dalam hal pencarian informasi patut dicermati secara khusus. Hal ini memungkinkan besarnya penyebaran berita yang tidak benar atau disinformasi, dilihat dari cara kerja media sosial yang bukan hanya memberikan informasi yang benar namun juga berita yang tidak benar atau Hoax.

“Media sosial menjadi sumber informasi yang dipercaya nomor dua setelah televisi patut diperhatikan. Hal ini tentunya menjadi tidak masalah jika informasi yang dicari adalah benar atau konten positif, namun akan berbahaya jika berita tersebut adalah hoax,” kata Donny.

Menurut Donny penting bagi instansi pemerintah hingga pihak terkait seperti pemberitaan televisi lainnya memperhatikan hasil laporan ini. Meskipun ada kecenderungan penurunan jumlah responden yang mempercayai televisi sebagai sumber informasi di tahun 2022, namun media ini masih menjadi media yang paling banyak diakses oleh 43% responden.

Pentingnya digital safety

Hal menarik yang kemudian terungkap dalam laporan tersebut adalah, Digital Safety merupakan salah satu pilar yang mengalami kenaikan paling sedikit. Pada
pilar ini, sebagian besar dikontribusikan pada indikator terbiasa membuat password yang aman dengan kombinasi angka, huruf, dan tanda baca. Sedangkan indikator kemampuan membedakan e-mail berisi spam/virus/malware berkontribusi paling kecil.

Persoalan tentang data pribadi juga menjadi salah satu poin yang dibahas dalam laporan tersebut. Makin maraknya kasus kebocoran data-data pribadi yang terjadi saat ini, menyulitkan masyarakat untuk mendapatkan perlindungan terhadap data pribadi mereka. UU No. 27 tahun 2022 tentang Perlindungan Data Pribadi yang disahkan pada Oktober 2022 diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat dari kebocoran dan penyalahgunaan data dan risiko kejahatan siber lainnya.

Survei terhadap 10.000 responden secara nasional ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk tidak mengunggah data pribadi ke media sosial sudah relatif baik. Namun masyarakat masih perlu lebih berhati-hati agar terhindar dari berbagai kemungkinan serangan siber.

Menurut Donny menjadi penting bagi pihak terkait untuk memberikan dukungan dan panduan secara hands-on atau secara langsung kepada masyarakat Indonesia terkait dengan perlindungan data dan membagikannya secara online. Dengan demikian bisa meningkatkan kesadaran mereka terkait dengan pentinganya digital safety.

“Penerapan digital safety harus hands-on. Artinya akan lihat bagaimana menyesuaikan program yang terkait dengan digital security, bukan sekadar cara menggunakan Zoom saja, tapi untuk praktik harus hands-on, mulai dari cara install terkait dengan digital safety,” kata Donny.

Miliki 135 Juta Pengguna, DANA Perkuat Kemitraan dan Kembangkan Layanan Cross-Border

Dalam kesempatan temu media (25/1), DANA mengatakan bisnisnya terus mengalami pertumbuhan. Pada 2021 lalu jumlah pengguna mereka ada sekitar 93 juta, di tahun 2022 tercatat naik menjadi sekitar 135 juta. Bukan hanya di pulau Jawa, namun kota-kota di luar pulau Jawa juga sudah mulai menunjukkan pertumbuhan pengguna dalam jumlah yang besar.

CEO DANA Indonesia Vince Iswara mengungkapkan, tahun ini dan 2024 mendatang, perusahaan menargetkan jumlah pengguna lebih banyak lagi atau sekitar 3x lipat, dilihat dari makin bertambahnya layanan dan produk yang akan dihadirkan oleh DANA.

“Pencapaian ini merupakan momentum bagi DANA sebagai solusi keuangan modern untuk terus menyebarkan nilai, inovasi, serta produk dan layanan. Melalui inisiatif program, teknologi, serta kolaborasi dengan regulator, DANA berkomitmen untuk terus memberikan perlindungan, kenyamanan, dan pengalaman terbaik bagi kebutuhan keuangan dan gaya hidup sehari-hari para pengguna,” kata Vince.

Setelah mendapatkan dana segar dari Sinar Mas dan Lazada Group dengan nominal dirahasiakan, hingga saat ini DANA masih akan fokus untuk mengembangkan infrastruktur teknologi sekaligus menambah jumlah talenta digital mereka khususnya engineer. Saat ini DANA telah memiliki sekitar 900 pegawai lebih, dan 60% di antaranya adalah tim engineer.

Disinggung apakah ke depannya akan ada integrasi antara DANA dengan Sinar Mas dan Lazada Group, Vince menegaskan sejak awal kedua investor tersebut percaya dengan teknologi dan layanan yang dimiliki DANA, namun saat ini belum memiliki rencana untuk melakukan integrasi dengan mereka.

Perkuat kerja sama dengan Xendit

Managing Director, Xendit Mikiko Steven / DANA

Salah satu mitra strategis DANA adalah startup payment gateway Xendit. Dalam implementasi kemitraannya, DANA sebagai dompet digital yang menerapkan ekosistem terbuka dalam sistem operasinya juga berkolaborasi dengan Xendit, perusahaan teknologi finansial yang menyediakan infrastruktur pembayaran untuk Indonesia.

DANA menjadi salah satu jenis pembayaran transaksi dalam ekosistem Xendit Group. Transaksi uang elektronik sendiri di Xendit meningkat, khususnya DANA tumbuh 6x lipat dalam setahun dengan volume lebih dari Rp4 triliun.

Telah menjalin kemitraan sejak tahun 2019 lalu, sebanyak 64% porsi volume transaksi produk uang elektronik DANA di Xendit meningkat, dibandingkan dengan produk DANA lainnya di tahun 2022. Sementara itu jumlah merchant aktif yang bertranskasi menggunakan produk uang elektronik DANA di bulan Desember 2022 berjumlah sekitar 1400.

“Alasan utama kami melakukan kemitraan strategis dengan DANA adalah dari sisi teknologi dibandingkan dengan mitra Xendit lainnya DANA lebih unggul dari sisi kemudahan membaca, integrasi dan kemudahan transaksi para merchant,” kata Managing Director Xendit Mikiko Steven.

Ditambahkan olehnya untuk pembayaran menggunakan QRIS dari sisi teknis DANA paling lengkap, demikian juga dari sisi fitur dan tentunya teknologi. Tercatat saat ini Xendit telah menjadi Most Valuable Partner untuk payment gateway di DANA dan telah memproses sekitar 500 miliar rupiah melalui channel DANA.

Menurut Vince, kerja sama strategis antara DANA dan Xendit, masing-masing saling memberikan keuntungan bagi kedua pihak. Dengan 135 juta pengguna DANA, tentunya bisa dimanfaatkan oleh Xendit untuk memperluas layanan dan produk mereka.

Saat ini Xendit sendiri telah memproses lebih dari 200 juta transaksi pembayaran digital di Indonesia dengan nilai total volume transaksi lebih dari $20 miliar (sekitar Rp300 triliun). Angka ini naik 30% secara year-on-year dibandingkan tahun sebelumnya.

Adapun, untuk jumlah merchant aktif yang dilayani Xendit Group mencapai 3.500 pelaku usaha, terdiri dari 70% merchant UMKM dan 30% perusahaan. Dari segi fitur, ada sejumlah peningkatan yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kepuasan merchant.

Kembangkan pembayaran cross-border

Menyusul diresmikannya implementasi transaksi pembayaran lintas negara oleh Bank Indonesia (BI) dan Bank of Thailand, dengan melibatkan 76 penyedia jasa sistem pembayaran dari kedua negara, pada bulan September lalu DANA sudah bisa digunakan di Thailand.

Melalui inisiatif ini, masyarakat di wilayah Indonesia dan Thailand dapat menggunakan aplikasi pembayaran yang terdapat pada gawai dengan memindai Thai QR Codes dan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) dalam melakukan transaksi pembayaran di merchant.

Ke depannya DANA juga memiliki rencana untuk menambah implementasi transaksi pembayaran lintas negara di negara Asia Tenggara lainnya. Meskipun masih dalam tahap awal dan adopsi, namun untuk fase selanjutnya, DANA juga ingin menambah layanan dan fitur pembayaran cross border ini untuk pengguna di kedua negara.

“Tahun 2023 ini DANA memiliki rencana untuk memberikan layanan keuangan lebih luas lagi, dilihat dari penetrasi digital yang sudah lumayan. Kami ingin pengguna DANA mendapatkan benefit lebih banyak. Tahun ini yang diprediksi akan terjadi resesi, diharapkan DANA bisa membantu pengelolaan keuangan pengguna dalam kehidupan sehari-hari,” kata Vince.

Application Information Will Show Up Here

MDI, SMDV, dan East Ventures Dikabarkan Beri Pendanaan Lanjutan ke Legit Group

Perusahaan F&B lokal Legit Group dikabarkan mengantongi pendanaan yang melibatkan MDI Ventures, SMDV, dan East Ventures. Berdasarkan informasi terkini yang dilaporkan ke regulator, penggalangan dana lanjutan ini tersebut telah terkumpul $10,35 juta atau sekitar 155 miliar Rupiah.

Sebelumnya pada akhir 2021, Legit Group telah mendapatkan pendanaan tahap awal sebesar $3 juta (senilai Rp43 miliar) yang dipimpin oleh East Ventures dengan partisipasi dari AC Ventures.

Kami sudah mencoba meminta konfirmasi pihak terkait mengenai pendanaan ini, namun tidak bersedia berkomentar.

Legit Group merupakan konseptor dan operator cloud kitchen multi-brand yang didirikan oleh Sumarno Ngadiman, Monica Evanti, dan Asrul Abraham Hendrata. Perusahaan juga telah menjalin kerja sama strategis dengan Ismaya Group, Yummy Corp, dan GK Hebat.

Saat ini, Legit Group mengoperasikan tiga brand, yakni Pastaria, Sei’Tan, dan Juju Chikin yang telah tersebar di 45 titik distribusi. Mereka mendesain bisnisnya dengan memanfaatkan solusi pesan-antar yang tengah mendapatkan kesempatan besar sepanjang pandemi ini.

Memanfaatkan momen tersebut Legit Group percaya tren adopsi layanan pesan-antar makanan akan tetap ada hingga pandemi usai. Penjualan Legit Group telah tumbuh 9,5x sejak awal berdiri, dan mengalami peningkatan pendapatan hingga 61% dari Juni hingga Juli 2022 saja.

Bisnis cloud kitchen

Tercatat dalam laporan yang dirangkum oleh e-Conomy 2020, industri transportasi dan pengiriman makanan bakal bernilai $16 miliar (secara GMV) pada 2025 mendatang, dari $5 miliar di 2020. Mesin utama ekonomi digital di negara ini masih didominasi oleh perdagangan lewat platform e-commerce yang diproyeksikan akan bernilai $83 miliar.

Secara khusus konsep cloud kitchen adalah menggunakan dapur komersial untuk tujuan menyiapkan makanan hanya untuk diantar atau dibawa pulang, tanpa pelanggan makan di tempat. Cloud kitchen memungkinkan pemilik restoran untuk memperluas jumlah restoran yang sudah ada atau memulai brand virtual dengan biaya minimal.

Dengan konsep cloud kitchen, biaya operasional bisnis menjadi rendah. Karena tidak diperlukan pengaturan makan di tempat, sehingga dapat menghemat uang untuk ruang duduk, pemeliharaan/desain interior tempat dan lainnya. Konsep ini menjadi menarik untuk diterapkan di Indonesia. Beberapa pemain cloud kitchen yang masih terus eksis hingga saat ini di antaranya adalah Yummy Corp, Hangry, GrabKitchen, DishServe, Dailybox, dan lainnya.