Nissan Luncurkan Car Subscription yang Sangat ‘Royal’

Tahun demi tahun, semakin banyak pabrikan mobil yang menawarkan layanan car subscription. Seperti halnya bermacam digital subscription yang kita punya, mulai dari Spotify sampai Netflix, car subscription terdengar menarik karena para pelanggannya tidak akan dihantui oleh kontrak jangka panjang.

Salah satu pabrikan terbaru yang menawarkan layanan semacam ini adalah Nissan. Dinamai Nissan Switch, layanan ini pada dasarnya menawarkan fasilitas yang sama seperti car subscription dari BMW, Volvo, Porsche, dan lain sebagainya. Namun yang membuatnya sangat istimewa adalah, pelanggan dipersilakan berganti mobil tanpa batas setiap bulannya.

Kalau mau, pelanggan bisa saja berganti mobil setiap harinya; hari ini sedan, besok crossover, besoknya lagi SUV, dan seterusnya sampai mobil sport di akhir pekan. Semua itu tanpa membayar biaya ekstra di luar tarif bulanan sebesar $699 atau $899 per bulan – well, kecuali jika pelanggan memilih Nissan GT-R, yang akan dikenai tambahan $100 per harinya.

Perbedaan dua tarif bulanannya itu terletak pada pilihan mobil yang tersedia; yang lebih mahal tentu menawarkan lebih banyak opsi. Tarifnya juga sudah mencakup biaya asuransi, pengiriman mobil, dan maintenance rutin – alasan utama mengapa car subscription lebih menarik ketimbang membeli atau menyewa mobil secara tradisional.

Namun seperti halnya mayoritas layanan car subscription lain, Nissan Switch baru akan ditawarkan ke konsumen di Amerika Serikat. Terlepas dari itu, keberanian Nissan memberi kebebasan kepada pelanggan untuk berganti mobil tanpa batas menunjukkan bahwa pabrikan tidak segan bereksperimen meski car subscription belum terbukti menguntungkan bagi mereka.

Sumber: CNET dan Nissan.

Polestar Terus Sempurnakan Sistem Infotainment Berbasis Android pada Mobil Elektriknya

Diumumkan setahun lalu, Polestar 2 terdengar menarik bukan hanya karena ia berpotensi menjadi salah satu pesaing terkuat Tesla Model 3, melainkan juga karena ia merupakan mobil pertama yang mengemas Android Automotive OS; evolusi Android Auto yang sudah terintegrasi langsung pada sistem infotainment bawaan mobil.

Dalam pengembangannya, Polestar bekerja sama langsung dengan Google. Google yang merancang semua fungsionalitas Android Automotive OS, kemudian Polestar yang memoles user interface-nya hingga tampak minimalis dan senada dengan nuansa kabin Polestar 2 itu sendiri. Menariknya, kolaborasi ini tidak terhenti begitu saja pasca peluncuran Polestar 2.

Baru-baru ini, Polestar membeberkan rencananya untuk semakin menyempurnakan sistem infotainment milik mobil elektrik perdananya tersebut. Android Automotive OS memang sudah jauh lebih canggih ketimbang mayoritas sistem infotainment lain, akan tetapi Polestar yakin sistem ini masih bisa disempurnakan lagi lewat aspek personalisasi yang lebih komprehensif.

Polestar 2 Android Automotive OS

Sekadar mengingatkan, Polestar 2 menerapkan teknologi digital key sebagai standar; yang menjadi kunci mobil adalah smartphone masing-masing pemilik mobil. Kunci digital ini krusial dalam aspek personalisasi, memungkinkan Polestar 2 untuk mendeteksi pengemudi yang berbeda (yang sudah diverifikasi oleh pemilik mobilnya tentu saja), lalu menyesuaikan posisi jok, spion, suhu kabin dan pengaturan sistem hiburan berdasarkan preferensi masing-masing pengemudi.

Ke depannya, selain mengevaluasi preferensi, sistem juga akan melihat aplikasi-aplikasi yang terakhir digunakan sebagai salah satu faktor. Kalau pengemudi mengizinkan, sistem dapat menampilkan informasi-informasi yang relevan dan kontekstual secara proaktif.

Saat mobil sedang diparkir di titik charging misalnya, sistem bakal menampilkan sejumlah aplikasi streaming video sehingga pengemudi tidak bosan menunggu selagi baterai mobilnya diisi ulang. Ya, Polestar dan Google memang bukan yang pertama menerapkannya, sebelum ini Tesla juga sudah menghadirkan fitur serupa.

Polestar 2 Android Automotive OS

Sifat proaktif ini turut didukung oleh pembaruan pada Google Assistant. Polestar bilang bahwa ke depannya Assistant bakal bisa diajak bercakap-cakap secara lebih alami sehingga tidak menimbulkan kesan bahwa pengemudi hanya sebatas melontarkan instruksi demi instruksi.

Terakhir dan yang tidak kalah menarik adalah penerapan sistem eye-tracking di dashboard. Jadi saat pengemudi terdeteksi lebih banyak melihat layar ketimbang jalanan, sistem akan langsung memberikan peringatan. Eye-tracking juga berpengaruh pada bagaimana informasi ditampilkan di layar; kalau pengemudi sedang fokus ke jalanan, layarnya akan meredup dengan sendirinya.

Lebih jelasnya, Polestar berencana mendemonstrasikan penyempurnaan sistem infotainment milik Polestar 2 ini melalui live stream di YouTube pada tanggal 25 Februari mendatang.

Sumber: Car and Driver dan Polestar.

Mobil Bermesin Bensin Tidak Selamanya Harus Kalah Canggih dari Mobil Elektrik

Menilai suatu mobil hanya dari kelengkapan teknologi digitalnya saja jelas bukan tindakan yang bijak. Namun terkadang beberapa mobil memang begitu menonjolkan sisi canggihnya. Mayoritas adalah mobil elektrik, akan tetapi sejumlah mobil konvensional pun juga ada yang begitu. Salah satunya adalah Cadillac Escalade generasi kelima berikut ini.

Selama sekitar dua dekade, Escalade memang sudah menjadi model flagship dari pabrikan asal Amerika Serikat tersebut. “Mewah” sudah menjadi kata kunci yang selalu diasosiasikan dengan Escalade sejak awal, dan sekarang kita juga bisa menambahkan kata “canggih” pada SUV berbadan bongsor ini.

2021 Cadillac Escalade

Kita mulai dari dashboard-nya, yang langsung menyuguhkan pemandangan tidak biasa. Apalagi kalau bukan karena layar dengan bentang diagonal 38 inci yang begitu mendominasi. Layarnya juga bukan sembarangan, melainkan panel OLED yang melengkung demi menyajikan visibilitas yang optimal.

Berhubung OLED, layarnya tidak memerlukan semacam kanopi agar bisa menampilkan konten dengan tingkat kontras yang tinggi meski mobil sedang melintas di bawah terik matahari. Cadillac tidak bilang resolusinya berapa, akan tetapi mereka mengklaim kepadatan pixel-nya dua kali lebih tinggi dari TV 4K.

Layar masif ini dipisah menjadi tiga bagian: touchscreen 7,2 inci di ujung kiri, panel instrumen 14,2 inci persis di balik lingkar kemudi, dan layar infotainment 16,9 inci di tengah dashboard. Di kabin bagian tengah, sebenarnya masih ada sepasang touchscreen lagi untuk memanjakan penumpang belakang.

2021 Cadillac Escalade

Urusan audio, mobil ini tak kalah mengesankan. Sistem audionya mengandalkan 36 speaker dan 3 amplifier bikinan AKG. Menariknya, ini merupakan debut perdana AKG di ranah otomotif setelah lebih dari 70 tahun berkiprah di industri audio, dan yang perlu disoroti di sini bukan sebatas banyaknya speaker atau amplifier yang tertanam saja.

Ada tiga fitur menarik yang ditawarkan sistem audio rancangan AKG ini. Yang pertama adalah Conversation Enhancement, yang melibatkan sejumlah mikrofon dan 36 speaker itu tadi untuk memperjelas komunikasi antara penumpang di depan dan di belakang. Selanjutnya, khusus untuk kabin bagian depan, pengemudi dan penumpang dapat mengatur volume audio yang mereka dengan secara terpisah.

Yang ketiga, panduan navigasi pada mobil ini dibuat lebih intuitif berkat petunjuk lisan yang keluar dari speaker di sisi kiri atau kanan, menyesuaikan dengan arah petunjuknya. Saat sudah dekat dengan belokan, petunjuk lisannya juga akan terdengar semakin dekat dengan pengemudi.

2021 Cadillac Escalade

Masih seputar panduan navigasi, Cadillac turut menyematkan sistem berbasis augmented reality, disajikan melalui panel instrumennya. Tidak kalah menarik adalah sistem night vision yang akan diproyeksikan ke layar yang sama, sehingga visibilitas di kegelapan tetap terjaga dengan baik.

Terakhir, Cadillac tidak lupa membanggakan sistem driver assistance Super Cruise mereka, yang diklaim bahkan lebih superior ketimbang Tesla Autopilot dalam beberapa aspek. Ya, tidak selamanya mobil bermesin bensin harus kalah canggih dari mobil elektrik.

Sumber: Cadillac via New Atlas.

Fisker Resmikan SUV Elektriknya, Ocean, Siap Bersaing dengan Tesla Model Y

Juli tahun lalu, Fisker merilis foto SUV elektrik yang sedang mereka kerjakan untuk pertama kalinya setelah sebelumnya sebatas memberikan teaser demi teaser. Mobil itu sudah resmi sekarang, diperkenalkan di hadapan pengunjung CES 2020 dengan nama Fisker Ocean.

Apa saja keistimewaannya? Tidak banyak, apalagi kalau melihat track record Fisker yang selama ini terkesan sangat ambisius. Kendati demikian, ini justru bisa menjadi hal yang positif jika dilihat dari sudut pandang lain, sebab Fisker selama ini memang dikenal banyak sesumbarnya.

Fisker Ocean

Terlepas dari itu, Fisker Ocean terdengar cukup menjanjikan. Ia bakal bersaing langsung dengan Tesla Model Y yang duduk di rentang harga yang sama; Ocean mulai $37.500, sedangkan Model Y mulai $39.000. Kedua mobil ini akan membantu meningkatkan tingkat adopsi mobil elektrik di lebih banyak kalangan, khususnya kelas menengah ke bawah.

Untuk sekarang, Fisker rupanya masih agak malu-malu terkait spesifikasi Ocean. Varian termurahnya disebut bakal mengusung baterai berkapasitas mendekati 80 kWh, akan tetapi jarak tempuhnya belum dirincikan. Terkait performanya, Fisker mengklaim bahwa varian termahalnya bisa menempuh 0 – 100 km/jam dalam waktu 2,9 detik saja.

Fisker Ocean

Satu aspek unik dari Ocean adalah atapnya, yang dengan cerdik menyembunyikan panel surya. Pengaruhnya memang tidak begitu besar; Fisker mengklaim panel surya ini bisa menyuplai jarak tempuh ekstra sekitar 1.600 kilometer per tahun, atau setara 4 kilometer per harinya. Meski begitu, kinerjanya setidaknya masih jauh lebih baik ketimbang saat Fisker menerapkan ide yang sama pada mobil pertamanya delapan tahun silam.

Sebagai perbandingan, Lightyear One yang dilengkapi panel surya dari ujung ke ujung sanggup menghasilkan energi yang setara dengan jarak tempuh ekstra 12 km setiap jamnya. Toyota juga belum lama ini menguji sistem serupa, dan mereka bilang sistemnya mampu menyuplai jarak tempuh ekstra sejauh 56 km per hari.

Singkat cerita, atap panel surya pada Fisker Ocean ini hanya bisa dianggap sebagai fitur pemanis semata. Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan mereka bisa terus mengoptimalkan kinerjanya ‘memanen’ matahari ke depannya. Implementasi panel surya pada mobil listrik masih tergolong baru, jadi kita harus memberinya waktu untuk berkembang.

Fisker Ocean

Beralih ke interior, Fisker Ocean mengikuti tren terkini dengan gaya minimalis dan dashboard yang terpusat pada layar sentuh berukuran besar. Satu yang saya suka adalah, layar itu dilengkapi semacam shortcut bar di bagian bawahnya, dan Fisker tidak lupa menerapkan sistem haptic feedback pada bagian ini.

Poin menarik lain dari interiornya adalah klaim 100% vegan, yang berarti konsumen tak akan menjumpai sedikit pun kulit hewan yang melapisi bagian kabinnya. Sebagai gantinya, Fisker menggunakan bahan-bahan daur ulang beserta material sintetis lainnya.

Lalu kapan kita bakal melihat mobil ini di jalanan? Fisker menargetkan paling cepat akhir 2021 atau awal 2022, sekitar setahun lebih terlambat dari Tesla Model Y (dengan catatan Tesla menepati janjinya kali ini).

Sumber: The Verge dan Electrek.

Alexa Bakal Semakin Terintegrasi ke Mobil, Dimulai dari Lamborghini Huracan

Alexa sedang bersiap untuk menginvasi ranah otomotif. Per tahun 2020 ini, asisten virtual besutan Amazon itu bakal terintegrasi lebih dalam lagi ke sistem infotainment mobil. Klien pertamanya? Lamborghini.

Di CES 2020, Lamborghini mengumumkan bahwa salah satu supercar-nya, Huracan Evo, bakal mengemas integrasi Alexa yang jauh lebih komprehensif daripada yang sudah ada sekarang. Menggunakan perintah suara, pengemudi dapat menginstruksikan Alexa untuk mengontrol beragam fitur dalam mobil; mulai dari mengatur suhu kabin, mengganti channel radio, membuka bagasi, bahkan sampai mengganti mode kemudinya.

Lamborghini Huracan Evo

Memanggil Alexa di dalam dashboard Huracan tidak berbeda dari cara memanggilnya di smart speaker, atau bisa juga dengan mengklik tombol di layar infotainment-nya. Semua ini dimaksudkan supaya pengemudi bisa tetap berfokus ke jalanan selagi kedua tangannya menggenggam lingkar kemudi.

Selain Huracan Evo, ke depannya Lamborghini bakal menghadirkan integrasi Alexa yang sama pada Aventador generasi terbaru yang ditenagai mesin hybrid. Kepada CNET, Maurizio Reggiani selaku CTO Lamborghini mengatakan bahwa Alexa dapat diinstruksikan untuk mengendalikan motor elektriknya.

Rivian R1T

Di samping Lamborghini, level integrasi Alexa yang sama juga bakal hadir pada pickup elektrik Rivian R1T (plus saudara SUV-nya, R1S). Menariknya, Rivian bilang bahwa sejumlah fitur Alexa bakal tetap tersedia meski koneksi internet milik mobil sedang offline.

Kolaborasi antara Rivian dan Amazon ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan mengingat Amazon merupakan salah satu investor terbesarnya. Belum lama ini, Amazon bahkan telah memesan 100.000 van elektrik dari Rivian untuk dijadikan mobil pengirim barang, dan tentu saja integrasi Alexa yang sama juga bakal hadir di situ.

Sumber: CNET 1, 2, 3.

Sony Pamerkan Mobil Elektrik Konsep, Seriuskah Mereka Berkecimpung di Ranah Otomotif?

Sebagai perusahaan konglomerat raksasa, Sony mempunyai sayap bisnis yang sangat luas, di antaranya penyediaan perangkat elektronik, gaming dan hiburan, hingga jasa finansial. Sony menguasai bisnis musik serta jadi pemain besar di industri film dan TV. Dan sejak beberapa bulan silam, khalayak tengah menanti penyingkapan console game next-gen mereka setelah pengumuman nama resminya, ‘PlayStation 5’.

Terkait home console-nya, Sony hanya memperlihatkan logo PS5 di CES 2020. Kejutan terbesar dari mereka di pameran teknologi tahunan itu malah sesuatu yang tidak kita duga: sebuah mobil listrik. Sony memperkenalkan Vision-S, yaitu konsep sedan elektrik yang mengusung berbagai macam teknologi futuristis, kemungkinan dibangun demi memperlihatkan kesanggupan Sony untuk turut bermain di ranah otomotif.

Sony Vision-S mempunyai penampilan yang cukup sederhana. Desainnya tidak terlalu sporty ataupun eksperimental, ia tampak seperti sedan modern dengan empat kursi biasa. Zona depan kendaraan mungkin mengingatkan kita sedikit pada Porsche, lalu melengkapi windshield dan jendela samping, Vision-S juga memiliki sunroof yang lapang. Selain itu, saya melihat penggunaan modul tipis menggantikan kaca spion – boleh jadi bagian dari sistem kameranya.

Mobil konsep ini dibekali oleh tidak kurang dari 33 buah sensor, diposisikan di luar dan dalam. Di bagian interior, Anda akan menemukan layar lebar mengisi area dashboard. Layar juga ditempatkan di depan penumpang belakang (ditambatkan di bagian atas jok depan). Vision-S turut ditopang sistem audio 360 derajat dan konektivitas ‘always-on‘. Beberapa teknologi di sana merupakan persembahan nama-nama seperti BlackBerry dan Bosch.

Detail mengenainya masih sangat minim karena Vision-S dipamerkan di penghujung konferensi pers. Sony hanya membahas kapabilitasnya selama beberapa menit. Satu hal yang jelas adalah, Vision-S ditenagai ‘platform electric vehicle baru’ yang diramu oleh perusahaan pemasok produk otomotif Magna. Sony bilang bahwa platform ini dapat mentenagai jenis kendaraan lain, misalnya SUV. Di atas panggung, CEO Kenichiro Yoshida menyampaikan, “Mobil purwarupa ini merepresentasikan kontribusi perusahaan pada masa depan industri otomotif.”

Tentu saja satu pertanyaan besar yang masih belum terjawab ialah, apakah penyingkapan Vision-S menandai langkah awal perusahaan memasuki segmen otomotif, atau ia hanyalah sebuah pembuktian – bahwa ‘Sony juga bisa menyediakan mobil elektrik pintar jika mereka menginginkannya’? Kemudian soal platform EV tadi, apakah ia tersedia secara eksklusif untuk Sony atau dapat pula digunakan oleh brand lain?

Via The Verge. Header: Pocket-lint.

VW Pamerkan Robot Otomatis untuk Mengisi Ulang Baterai Mobil Elektrik

Salah satu skenario paling menyebalkan yang dapat dialami pemilik mobil elektrik adalah ketika baterai mobilnya kritis, lalu ia mendapati lahan parkir umum yang dilengkapi fasilitas charging sedang ditempati oleh mobil konvensional. Ketimbang mengubah kebiasaan buruk orang-orang tidak bertanggung jawab seperti itu, Volkswagen menawarkan solusi yang lebih menarik.

Menurut VW, problem ini dapat diatasi dengan robot otomatis yang dapat mengisi ulang baterai mobil elektrik dengan sendirinya. Tanpa harus memarkirkan mobilnya di lahan khusus mobil elektrik, sang pemilik dapat memanggil robot ini via sebuah aplikasi smartphone.

VW robot charger

Setelahnya, robot ini akan datang bersama unit baterai portable berkapasitas 25 kWh. Robotnya sendiri turut dibekali baterai berkapasitas setara, yang berarti mobil dapat menerima suplai energi sebesar 50 kWh. Proses pengisiannya pun berlangsung tanpa campur tangan manusia.

VW bilang konsep robot ini dilengkapi sejumlah kamera, pemindai laser dan sensor ultrasonik supaya bisa beroperasi secara mandiri. Usai melaksanakan tugasnya, ia akan bergerak kembali menuju titik asalnya untuk melakukan pengisian ulang.

VW robot charger

Konsep ini jelas terdengar menarik, akan tetapi VW sejauh ini belum membeberkan detail penting lain, seperti misalnya seberapa cepat baterai mobil dapat di-charge menggunakan sistem ini. Idealnya, robot ini bakal ditempatkan di lahan parkir umum, dan ini berarti charging rate-nya harus cukup tinggi mengingat durasi parkirnya tidak mungkin seharian.

VW pun juga belum mengungkapkan rencana terkait implementasinya. Andai benar-benar terealisasikan, VW percaya robot ini bisa membantu menekan anggaran yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur charging mobil elektrik.

Sumber: VW.

Game Stardew Valley Akan Hadir di Mobil Tesla

Dirancang seorang diri oleh Eric ‘ConcernedApe’ Barone, Stardew Valley sudah berevolusi dari sekadar alternatif Harvest Moon di menjadi game multi-platform adiktif berfitur lengkap. Tiga tahun sembilan bulan setelah tersedia di Steam, ConcernedApe melepas update raksasa yang dimaksudkan buat memperluas serta memoles aspek gameplay. Kini, Stardew Valley juga bisa dinikmati dari console dan perangkat bergerak.

Meski Stardew Valley telah tersedia di mana-mana, upaya untuk menghadirkan permainan role-playing sekaligus simulasi pertanian ini di lebih banyak platform belum berakhir. Elon Musk selaku bos Tesla Inc. mengumumkan rencana buat meluncurkan Stardew Valley di tiap kendaraan Tesla melalui update software di periode liburan. Selain Stardew Valley, pembaruan juga membawa sejumlah fitur serta game Lost Backgammon.

Perlu Anda ketahui bahwa Stardew Valley bukanlah game pertama yang Tesla hadirkan di produk otomotifnya. Di awal tahun ini, perusahaan sempat meluncurkan Cuphead di mobil-mobilnya. Cuphead ialah permainan run and gun dengan visual 2D unik ala film kartun tahun 1930-an kreasi StudioMDHR. Saya melihat pola menarik di sini. Tesla Inc. sepertinya sengaja memilih judul-judul indie populer.

SV 2

Sedikit sulit membayangkan seperti apa sensasi bermain game via layar di dalam mobil. Untuk mengisi waktu selama perjalanan, umumnya orang menikmati permainan di smartphone atau Nintendo Switch. Saya juga penasaran mengenai versi Stardew Valley yang Tesla sajikan di kendaraannya: apakah versi terbaru yang sudah tiba di PC dan console, atau setara versi Android tanpa dukungan mode multiplayer?

SV 3

Lewat update 1.4, ConcernedApe bermaksud buat menyempurnakan kreasinya dengan beragam konten dan fitur anyar – beberapa di antaranya sudah lama diminta oleh gamer. Selain itu, pembaruan juga ditujukan untuk memoles game serta menumpas bug. Barone bilang, “Saya harap update ini akan meningkatkan pengalaman bermain Stardew Valley, sehingga membuat waktu yang Anda habiskan di lembah jadi lebih mulus dan menyenangkan.”

SV 4

Beberapa konten yang disajikan oleh update 1.4 meliputi kesempatan untuk bekerja jadi penjahit, tambahan 60 item, 24 gaya rambut, 181 baju, 35 topi, 14 celana dan 2 sepatu bot baru, kolam ikan, tipe peta anyar bernama Four Corners dan lain-lain. Daftar lengkapnya bisa Anda baca di laman Steam Stardew Valley.

Tak butuh sistem berspesifikasi tinggi agar bisa menikmati Stardew Valley. Game ini dapat berjalan di hampir seluruh PC ber-OS Windows 10, bahkan saya tidak pernah menemui masalah ketika menjalankannya dari smartphone Android seharga Rp 2 jutaan. Permainan dijajakan secara premium namun bebas dari in-app purchase, di kisaran harga Rp 120 ribu untuk seluruh versi.

Via DualShockers.

Tesla Cybertruck Adalah Pickup Elektrik yang Pantas Mendapat Peran di Film Mad Max

Tesla baru saja menyingkap mobil elektriknya teranyarnya, sebuah pickup berwujud sangar yang mereka juluki Cybertruck. Mobil ini sungguh berbeda dari seluruh karya Tesla selama ini, namun Tesla memastikan semuanya bisa terbayarkan oleh penawaran komprehensif Cybertruck dari sisi utilitas.

Sebelum kita membahasnya lebih jauh, mari menyinggung sedikit soal desainnya. Bentuknya sungguh tidak umum, dengan bagian bak yang menyatu ke bodi. Trapesium beroda, mungkin itu yang akan muncul di benak orang-orang yang kurang menyukai rancangannya. Saya sendiri langsung teringat dengan film atau game bertema post-apocalyptic saat melihat Cybertruck, spesifiknya Mad Max dan Borderlands.

Tesla Cybertruck

Desain eksentrik itu turut dibarengi oleh ketangguhan yang luar biasa. Rangkanya terbuat dari bahan stainless steel khusus, bahan yang sama yang digunakan untuk membangun roket SpaceX. Selain tahan benturan – dibuktikan lewat demonstrasi langsung di atas panggung menggunakan palu godam – rangkanya juga diklaim anti-peluru, setidaknya dari senjata-senjata kecil seperti pistol 9 mm.

Sekali lagi, saya yakin ada banyak orang yang kurang suka dengan desainnya, apalagi jika dibandingkan dengan salah satu calon rivalnya, Rivian R1T, yang jauh lebih tradisional. Namun untuk urusan performa, Cybertruck sama sekali tidak mau main-main.

Tesla Cybertruck

Varian termahalnya, yang dilengkapi tiga motor elektrik dengan sistem penggerak empat roda, disebut mampu mencatatkan akselerasi 0 – 100 km/jam dalam waktu 2,9 detik saja, angka yang tergolong langka bahkan untuk standar mobil sport. Di saat yang sama, utilitasnya juga tidak mengecewakan; selain mampu menggotong kargo hingga seberat 1,5 ton lebih, Cybertruck juga sanggup menderek objek beroda dengan bobot maksimum 6,35 ton.

Efisiensinya pun tidak kalah mengesankan. Tesla bakal menawarkan Cybertruck dalam tiga konfigurasi: single motor RWD, dual motor AWD, dan tri motor AWD, masing-masing dengan klaim jarak tempuh 400 km, 480 km, dan 800 km dalam sekali pengisian. Angka-angkanya cukup masuk akal mengingat panjang bodi Cybertruck mencapai 5,9 meter, yang berarti Tesla punya lebih banyak ruang untuk menanamkan baterai ketimbang mobil-mobil mereka lainnya.

Tesla Cybertruck

Sejumlah fitur lain yang semakin menambah daya tarik Cybertruck adalah sistem Autopilot yang menjadi opsi standar di semua varian, serta air suspension bersifat adaptif. Jadi selagi diperlukan, sasisnya bisa diangkat hingga memiliki ground clearance setinggi 40 cm. Sebaliknya, saat konsumen hendak memasukkan barang ke baknya, Cybertruck dapat menurunkan suspensi belakangnya saja demi semakin memudahkan prosesnya.

Bukan cuma itu, pintu penutup baknya di belakang juga bisa di-extend sampai membentuk tanjakan, sehingga konsumen bisa menaikkan objek beroda, macam sebuah ATV misalnya. Bukan suatu kebetulan, Tesla juga menyingkap ATV elektrik bersamaan dengan Cybertruck.

Tesla Cybertruck

Terakhir, Tesla juga menggambarkan bagaimana Cybertruck dapat diadaptasikan untuk kebutuhan lain, semisal berkemah. Seperti yang bisa kita lihat dari gambar render di atas, baknya yang begitu lapang dapat disulap menjadi tenda dadakan, tidak ketinggalan juga dapur darurat. Konsepnya tidak jauh berbeda dari yang Rivian tawarkan untuk pickup elektriknya.

Cybertruck juga menjadi bukti bahwa Tesla belum mau beralih dari tren interior super-minimalis. Seperti halnya Tesla Model 3 dan Model Y, dashboard Cybertruck benar-benar bersih dari pernak-pernik, menyisakan cuma layar sentuh 17 inci di bagian tengahnya, yang sudah pasti menjadi panel kontrol utama untuk segala fungsi mobil.

Tesla Cybertruck

Masih seputar interior, ciri khas lain Tesla juga masih dipertahankan di sini, yakni kaca depan yang memanjang sampai ke bagian atap, yang menumbuhkan kesan lebih lega di sekujur kabin. Juga menarik adalah fakta bahwa kabin Cybertruck bisa diisi enam orang, bukan hanya lima seperti pickup lain pada umumnya.

Lalu kapan Tesla Cybertruck bakal dijual? Masih lama. Produksinya baru akan dimulai di akhir 2021, dan varian termahalnya malah masih menyusul setahun setelahnya. Pun begitu, Tesla sudah punya rincian harganya: mulai $39.900 untuk varian termurahnya, atau mulai $69.900 untuk varian termahal dengan performa sekelas supercar dan efisiensi luar biasa itu tadi.

Sumber: CNET dan CNN.

Audi Ungkap e-tron Sportback, Lebih Sporty Sekaligus Lebih Efisien Ketimbang Mobil Elektrik Pertama Audi

Audi resmi memperkenalkan mobil elektrik perdananya, e-tron, pada bulan September 2018. Setahun berselang, portofolio mobil bertenaga listrik mereka sudah bertambah berkat kehadiran e-tron Sportback, yang disingkap ke publik di ajang LA Auto Show baru-baru ini.

Saya sebenarnya bisa mendeskripsikan mobil ini dalam satu kalimat: ia merupakan versi lebih sporty dari e-tron SUV. Namun pada kenyataannya, e-tron Sportback menawarkan lebih dari itu. e-tron Sportback pun sebenarnya masih masuk kategori SUV, akan tetapi atap belakangnya yang melandai membuat orang-orang lebih sreg menyebutnya sebagai crossover.

Audi e-tron Sportback

Perubahan fisik itu tak hanya mengubah nilai estetikanya semata, melainkan juga berpengaruh positif terhadap performanya. Audi mengklaim e-tron Sportback dengan atap melandainya punya drag coefficient yang lebih rendah, dan itu menjadikannya sanggup menempuh jarak yang sedikit lebih jauh meski kapasitas baterainya sama persis dengan milik e-tron SUV.

Pada varian yang dibekali baterai 95 kWh misalnya, e-tron Sportback disebut mampu menempuh jarak 446 kilometer dalam sekali pengisian, sedangkan e-tron SUV cuma 400 kilometer dengan kapasitas yang sama. Cukup mengesankan mengingat bobot mobil ini masih berkisar di angka 2,5 ton.

Menenagai sistem penggerak empat rodanya adalah sepasang motor elektrik, dengan output daya total sebesar 265 kW, atau setara 350 tenaga kuda. Akselerasi 0 – 100 km/jam ia catatkan di angka 5,7 detik, sedangkan top speed-nya dibatasi di angka 200 km/jam. Angka-angkanya kedengaran familier? Itu dikarenakan e-tron Sportback mengusung motor elektrik yang sama persis seperti saudaranya.

Audi e-tron Sportback

Kemiripannya terus berlanjut sampai ke interior futuristisnya yang dipenuhi layar. Total ada lima layar yang bisa kita jumpai di dalam kabinnya: 12,3 inci di balik lingkar kemudi, 12,1 inci di tengah dashboard dan 8,6 inci di bawahnya, serta sepasang layar 7 inci di sebelah ventilasi AC kiri dan kanan yang bertindak sebagai spion virtual.

Yang cukup berbeda adalah lampu depannya. e-tron Sportback menjadi panggung debut atas teknologi lampu LED digital matrix generasi terbaru buatan Audi. Kunci di balik teknologi ini adalah sebuah chip yang mengemas satu juta micromirror – disebut mikro karena lebar masing-masing cerminnya cuma satu per sekian ratus milimeter.

Audi e-tron Sportback

Tiap-tiap unit micromirror itu bisa dimiringkan hingga 5.000 kali per detik. Angka-angkanya benar-benar terdengar luar biasa, tapi apa kegunaannya sebenarnya? Sederhananya, sorotan lampu depan e-tron Sportback ini dapat diarahkan sekaligus dibentuk dengan amat presisi, dan ini sangat krusial demi meningkatkan keselamatan berkendara, baik untuk pemilik e-tron Sportback maupun pengemudi lainnya.

Lalu seberapa mahal e-tron Sportback jika dibandingkan saudaranya? Tidak banyak. Varian bawahnya yang dibekali baterai lebih kecil daripada yang dijelaskan di atas dibanderol mulai 71.350 euro – setara $79.000, hanya terpaut sedikit dibanding e-tron SUV. Pemasarannya dijadwalkan berlangsung mulai musim semi tahun depan.

Sumber: TopGear dan Audi.